Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ketersediaan energi yang terbatas (non-renewable) membuat manusia dituntut untuk


membuat energi alternatif sebagai pengganti penggunaan energi yang sudah ada agar
ketersediaan energi seperti fosil dan gas masih bisa dijaga dan dapat digunakan. Manusia juga
bisa memanfaatkan energi terbarukan (renewable) seperti b iomassa selain bersamaan dengan
bahan bakar minyak dan gas, karena biomassa memiliki potensi sebagai sumber energy yang
melimpah (Hafiz, 2019).

Dalam talkshow “Indonesia menuju Energi Hijau” yang diadakan di auditorium Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta tanggal 3 Juli 2013, kepala BPPT
menyatakan bahwa cadangan batubara Indonesia saat ini adalah 21 milyar ton yang akan
habis dalam 59,8 tahun, gas sebanyak 104,72 TSCF (Triliun standard cubic feed) atau
sekitar 30,8 tahun, dan minyak 4,2 milyar barel atau sekitar 12,8 tahun. Sehubungan dengan
itu dapat diartikan bahwa saat ini Indonesia telah memasuki era krisis energi dan dituntut
untuk mencari atau menggunakan energi alternatif baru, dengan cara mengkonversikan energi
potensial menjadi sebuah material yang salah satunya adalah briket (Faisol, dkk., 2014).
Energi alternatif menjadi semakin penting, dikarenakan permintaan akan e nergi terbatas tidak
diimbangi dengan persediaan energi terbatas tersebut.

Energi alternatif dapat dihasilkan dari teknologi tepat guna yang sederhana dan sesuai
untuk daerah pedesaan seperti briket dengan memanfaatkan limbah biomassa seperti
tempurung kelapa, sekam padi, serbuk gergaji kayu jati, ampas tebu. Bersamaan dengan itu,
banyak pertimbangan untuk memanfaatkan tempurung kelapa, serbuk gergaji kayu, dan
ampas tebu, dikarenakan limbah ini belum maksimal pemanfaatannya (Hidro, dkk., 2016).
Perlu ada upaya tambahan untuk meningkatkan p emanfaatan limbah- limbah tersebut agar
manfaat briket bisa lebih sering digunakan ditengah masyarakat.

Briket adalah perubahan bentuk material yang pada awalnya berupa serbuk atau
bubuk seukuran pasir menjadi material yang lebih besar dan mudah dalam penanganan atau
penggunaannya. Perubahan ukuran material tersebut d ilakukan melalui proses penggumpalan

1
dengan penekanan dan penambahan atau tanpa penambahan bahan pengikat (Ervando, dkk.,
2013). Briket merupakan suatu padatan yang dihasilkan melalui proses pemampatan dan
pemberian tekanan dan jika dibakar akan menghasilkan sedikit asap. Briket arang atau
biorang adalah arang yang dio lah dengan sistem pengepresan dan menggunakan bahan
perekat, sehingga berbentuk briket yang dapat digunakan untuk keperluan seharihari (Arni,
dkk., 2014).

Bahan penyusun dari briket adalah batu bara, limbah organik, limbah pabrik maupun
limbah perkotaan yang berfungsi sebagai pengganti bahan bakar dengan menjadikan
biomassa ke dalam bentuk hasil kompaksi yang lebih efektif, efisien dan mudah untuk
digunakan (Faisol, dkk., 2014). Briket yaitu bahan bakar yang umum tetapi masih belum
banyak digunakan ditengah masyarakat. Briket pada tekanan rendah membutuhkan bahan
pengikat untuk membantu pembentukan ikatan di antara partikel biomassa. Penambahan
pengikat dapat meningkatkan kekuatan briket. Ada berbagai macam bahan perekat yang
dipakai dalam pembuatan briket selama ini adalah clay, molase, starch, resin, tetes tebu, coal
tar, bitumen, tanah liat dan semen yang sebagian besar perekat yang dipakai berbahan dasar
air sebagai pelarut. Dalam proses pembuatan briket diperlukan pengeringan perekat agar
mampu mengikat partikel bahan baku dengan kuat dan menghilangkan kandungan air yang
terdapat pada briket (Ervando, dkk., 2013).

Ampas tebu adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerasan) cairan tebu. Dari
satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35%-40% dari berat tebu yang digiling.
Karena banyaknya limbah tersebut, maka ampas tebu memiliki nilai tambah tersendiri bagi
pabrik gula bila diperlakukan lebih lanjut, karena sebagaian besar ampas tebu di Indonesia
digunakan untuk bahan bakar pembangkit ketel uap di pabrik gula tersebut, lahan media
jamur dan bahan dasar pembuatan kertas (Hid ro, dkk., 2016). Ampas tebu adalah salah satu
bahan yang sering ditemui namun pemanfaatannya masih jarang dilihat ditengah masyarakat.
Seperti yang diketahui, produksi b iomassa tanaman tebu tidak kurang dari 100 ton/ha dalam
waktu kurang dari 1 tahun, sehingga dengan demikian tanaman tebu memiliki potensial yang
cukup besar untuk dijadikan sumber energi alternatif (Hasanuddin, dkk., 2014). Pemilihan
ampas tebu sebagai bahan pembuatan briket karena ampas tebu merupakan limbah yang
belum d imanfaatkan secara optimal di pabrik gula dan di penjual es tebu. Ampas tebu juga
memiliki nilai kalor yang cukup tinggi untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan briket.

2
Biomassa secara umum lebih dikenal sebagai bahan kering material organik atau
bahan yang tersisa setelah suatu tanaman atau material organik yang dihilangkan kadar airnya.
Biomassa adalah bahan alami yang biasanya dianggap sebagai sampah dan cara
pemusnahannya yang umum adalah dengan dibakar. Biomassa tersebut kemudian diolah
menjadi bioarang, yang mana adalah bahan bakar bernilai kalor yang cukup tinggi dan umum
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari (Husni, 2016). Beberapa contoh dari b iomassa
yang pemakaiannnya umum dalam kehidupan sehari-hari adalah biogas dan kayu.

Bahan bakar biomassa padat biasanya berasal dari dua sumber - hutan dan pertanian
tanah. Biomassa berbasis hutan hampir selalu merupakan biomassa kayu, baik yang berasal
langsung dari ekosistem hutan ataupun kegiatan pengelo laan hutan. Bahan ini didapat melalui
dua metode, yaitu penebangan hutan ataupun pengambilan bahan sisa dari industri
pemrosesan kayu. Sedangkan biomassa padat dari sektor pertanian terdiri dari biomassa herba
atau rumput, dan biomassa dari buah-buahan dan biji-bijian, termasuk akar, batang dan
batang pertanian produksi. Biomassa herba terdiri dari jerami, rumput, serealia dan tanaman
serat. Biomassa dari buah-buahan, dan biji-b ijian. meliputi biji-b ijian yang ditanam untuk
energi, batang kayu, sisa dari produksi kacang, dan produk sampingan dari peternakan,
pengelolaan lanskap dan limbah industri makanan (Helbig, dkk., 2017).

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan briket dengan berbagai variasi perlakuan
dan perekat dari tepung sagu dengan tujuan mendapatkan hasil yang maksimal sehingga
penggunaan energi alternatif dari biomassa ampas tebu di pergunakan semaksimal mungkin
oleh masyarakat.
Penelitian mengenai pembuatan briket dari ampas tebu sudah pernah dilakukan sebelumnya
dengan menggunakan variasi baik pada bahan baku, maupun jenis aktivator yang digunakan.
Tabel 1.1 menampilkan beberapa rangkuman penelitian sebelumnya tentang pembuatan briket
ampas tebu:

3
Tabel 1.1. Contoh penelitian pembuatan briket dari ampas tebu

Penulis / Bahan Baku / Variabel Tujuan Penelitian


Tahun Proses
Judul Metode Penelitian Hasil

Muham- Pemanfaatan Ampas tebu / Arang Memanfaatkan limbah Metode penelitian ini adalah Kadar air: 63,686 %;
mad Limbah Ampas ampas tebu berukuran industri kecil berupa metode eksperimental, variabel 60,658 %; 59,73 %;
Hafizh Tebu Menjadi 40 mesh dengan berat ampas tebu menjadi yang dipelajari adalah 57,886 %; 53,121 %
Rizal Briket Energi 5,6,7,8,9 gram, suhu sebuah bahan bakar perbandingan massa ampas
Nilai Kalor:
o
Noor Alternatif karbonisasi 300 C, alternatif (briket) yang tebu dan perekat. Variabel
2385,533;2367,612;
Rohim / Dengan Perekat waktu karbonisasi 3 memenuhi standar, dengan tergantungnya kualitas briket
2331,436;2262,135;
2019 Tepung Tapioka jam, kadar air, kadar cara mempelajari pengaruh yang diukur dari beberapa
1848,157 kal/g
abu, kadar fixed penambahan sejumlah parameter yaitu kadar air,
carbon, kadar volatile perekat tepung tapioka kadar abu, kadar fixed carbon, Nilai fixed carbon:

matter, dan nilai kalor terhadap variasi gram kadar volatile matter, dan nilai 18,865 %; 17,83 %;
arang ampas tebu. Kualitas kalor. Variabel tetap penelitian 16,49 %; 16,052 %;
briket diukur dari nilai ini adalah Temperatur 15,94 %
kadar air, kadar abu, nilai maksimum dan laju alir udara
Kadar Abu:
kalor, vollatile matter, dan
fixed carbon. 3,017 %; 2,258 %;
1,77 %; 1,676 %;
1,464 %

4
Kadar Volatile
matter:

27,279 %; 23,857 %;
22,866 %; 21,032 %;
14,432 %

Hasanu- Analisis Nilai Ampas tebu kering / Mengetahui karakteristik Dilakukan secara eksperimen Nilai kalor:
ddin, Kalor Briket ukuran 0,1 mm. nilai deng-an pembuatan dan
18676,52;
Hendri Ampas Tebu Konsentrasi perekat pencarian prototipe yang
kalor briket ampas tebu.
Nurdin, Sebagai Cikal 10 %, 20 %, 30 %. 3 17058,87; 19648,53
meliputi pekerjaan dalam
Purwan- Bakal Bahan tipe perlakuan. Kj/Kg
membentuk dan
tono, Bakar Alternatif Densitas, Nilai kalor Densitas:
Ambiyar / merealisasi ide konsep produk
briket. 0,319; 0,282; 0,416
2014
Kg/m3
Proses pencetakan dan
pengempaan sesuai

teknis perlakuan (treatment)


sebesar yaitu 100 kg/cm2.

5
Hidro Analisa Nilai Ampas tebu dan Biji Mevariasikan komposisi Ampas tebu dicampur dengan Nilai Kalor:
Andriy- Kalor Briket Buah Kepuh / Variasi dan karakteristik biji buah biji buah kepuh dibuat menjadi
5528, 5353, 5351
ono dan Dari Campuran berat Ampas Tebu dan kepuh pada briket briket dengan memvariasikan
kal/gr
Prantasi Ampas Tebu Biji Buah Kepuh Nilai komposisi ampas tebu : biji
Harmi Dan Biji Buah Kalor, Kadar air, buah kepuh yaitu 100 gr : 30 Kadar Air:

Tjahjan-ti Kepuh Kadar Abu, kadar gr, 100 gr : 40 gr, 100 gr : 50 4,94 %
/ 2016 fixed carbon, kadar gr. Untuk mengetahui kualitas
Kadar Abu:
volatile matter briket yang dihasilkan,
dilakukan analisa nilai kalor, 8,73 %
tinggi termal dari masing
kadar fixed carbon:
masing spesimen dengan
pembakaran selama 10 menit 34,10 %

dan mengamati perubahan kadar volatile


suhu spesimen per menit matter:

52,23 %

6
Dari tabel 1.1, dapat dilihat beberapa penelitian tentang pembuatan briket dari
ampas tebu yang sudah dilakukan sebelumnya. Setiap penelitian memiliki banyak
variasi pada briket ampas tebu yang dibuat, baik pada komposisi ampas tebu, jenis
dan komposisi perekat, ataupun bahan tambahan untuk dicampur dengan ampas tebu.
Dapat disimpulkan bahwa densitas dan komposisi campuran bahan mempengaruhi
nilai kalor briket yang akan dihasilkan, dimana semakin tinggi densitas ampas
tebunya, maka nilai kalor briket akan semakin tinggi namun kecepatan
pembakarannya semakin rendah. Sedangkan penambahan bahan lain dapat
meningkatkan nilai kalor dan kecepatan pembakarannya. Dari penelitian sebelumnya
juga dapat dilihat bahwa range suhu karbonisasi yang digunakan antara 250-500 oC.
Jadi pada penelitian ini di ambil suhu karbonisasi 300 oC selama 25 menit.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh ukuran diameter partikel arang terhadap karakteristik briket


dalam pembuatan briket biomassa dari ampas tebu.
2. Bagaimana pengaruh rasio massa arang dan perekat terhadap karakteristik briket
dalam pembuatan briket biomassa dari ampas tebu.

1.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Ruang lingkup penelitian yang akan dialami pada pembuatan briket dari ampas
tebu adalah:
1. Bahan Dasar: Ampas Tebu
2. Bahan Perekat: Tepung Sagu
3. Suhu Pengarangan: 300°C
4. Ukuran Butir: 50, 70, 90, 120, 150 mesh
5. Tipe Perlakuan:

7
 Tipe I: Membedakan komposisi bahan dasar dan bahan perekat
dengan massa campuran konstan
 Tipe II: Membedakan ukuran bahan dasar yang akan dipakai

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:


1. Mempelajari pengaruh variasi ukuran diameter partikel arang (50 ; 70; 90 ; 120
dan 150 mesh) terhadap karakteristik briket dalam pembuatan briket biomassa
dari ampas tebu.
2. Mempelajari pengaruh variasi rasio massa arang dan perekat (70:30 ; 75:25;
80:20; 85:15 dan 90:10 dalam berat/berat) terhadap karakteristik briket dalam
pembuatan briket biomassa dari ampas tebu.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Mengurangi limbah dengan memanfaatkan limbah ampas tebu sebagai bahan


pembuatan briket biomassa.

2. Memberikan informasi mengenai pembuatan briket dari ampas tebu dengan


berbagai variasi perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai