Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TEKNIK BIOENERGI KELAS K

REVIEW JURNAL

THE UTILIZATION OF BOTTOM ASH COAL FOR BRIQUETTE


PRODUCTS BY ADDING TEAK LEAVES CHARCOAL, COCONUT
SHELL CHARCOAL, AND RICE HUSK CHARCOAL

Nama Anggota Kelompok :


1. Sena Vietrin S. 1751006001111011
2. Miftaqul Fajar I. 175100601111015
3. Fara Aulia A.N. 175100601111020
4. Chika Delfaira 175100601111025
5. Theresa Stefany 175100601111027
6. Ananda Firly A.  175100607111019

PRODI TEKNIK BIOPROSES


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
 Alasan Penelitian Dilakukan
Abu batubara yang merupakan limbah dari proses pembangkit tenaga listrik
dapatberupa abu terbang dan abu dasar.Abu dipindahkan kelokasi penimbunandan
terakumulasi dalam jumlah banyak, maka perlu usaha untuk memanfaatkan
limbahmenggunakan teknik 3R. Dengan pembakaran berulang, dipandang sebagai solusi
alternatif untuk meningkatkan efisiensi energipenggunaan.Salah satu solusi dengan
reburning batubarabottom ash dan menggunakannya sebagai briket. Biobriket campuran
bottom ashbatubara merupakan bahan bakar padat yangmerupakan alternatif pengganti
minyak tanahyang layak digunakan sebagai bahan bakar. Tujuan dari pembriketan adalah
untuk meningkatkankualitas sebagai bahan bakar, mempermudah penanganan dan
transportasi serta mengurangikehilangan bahan dalam bentuk debu pada proses
pengangkutan. Hasil uji Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT)menunjukkan pembakaran 1 kg briket selama 2-3 jam hanya menghasilkan
tingkat emisi karbonmonoksida (C0)rata-rata 106 ppm.

 Konstribusi Ilmu
Biobriket mempunyai keuntungan yang ekonomis karena dapat diproduksi secara
sederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi dan ketersediaan bottom ash batubara yang
cukup banyak di Indonesia. Bottom ash merupakan sisa hasil pembakaran batubara di
PLTU yang saa`t ini belum banyak di manfaatkan dan hanya dibuang sebagai limbah.
Padahal bottom ash batu bara ini masih mempunyai densitas yang cukup rendah,
sehingga akan mengalami kesulitan dalam penangannannya. Secara umum densifikasi
biomassa mempunyai ukuran dan kualitas yang sama. Abu batu bara juga
dimanfaaanfatkan untuk energy alternative untuk meningkatkan efisiensi dari pemakaian
energy terutama untuk industry menengah kebawah.

 Metode Penelitian

 Hasil Penelitian
1. Abu dasar mengandung memiliki nilai kalor 610,012 cal/gr dengan kelembaban 2%
dan nilai kadar abu sebesar 83,93%. Abu dasar mengandung logam berat seperti Cd
2,257 µg/g, Cr 1,191 µg/g, Cu 36,296 µg/g, dan Zn 54,533 µg/g.
2. Daun jati memiliki nilai kalori 2419,9 cal/gr, kelembaban 6,9%,kandungan abu 12,3
%. Batok kelapa mengandung kalor 4027,8 cal/gr, kelembaban 10,21 %, dan
kandungan abu 3,78%. Sekam padi mengandunng kalor 3221,08 cal/gr, kelembaban
7,2 dan kandungan abu 13,4 %.
3. Kandungan air briket dipengaruhi oleh presentase biomassa, semakin banyak biomassa
yang ditambahkan maka kandungan air akan semakin tinggi. karena biomassa
mengandung air dan memiliki kemampuan menyerap air yang baik.
4. Kandungan abu dipengaruhi oleh jumlah abu dasar, semakin banyak abu dasar yang
ditambahkan menjadi briket, semakin tinggi kandungan abu akibat kandungan siliki
yang terkandung dalam abu dasar.
5. Kekuatan tekan briket adalah kemampuan memberikan daya tahan briket jika diberi
beban pada objek. Dari hasil pengujian, jika bottom ash ditambahkan ke dalam briket,
maka kuat tekan yang dimiliki briket makin besar diberikan, dikarenakan limbah
bottom ash memberikan sifat kepadatan partikel yang lebih tinggi.
6. Tes pada nilai kalor bertujuan untuk menentukan sejauh mana nilai kalor yang
dihasilkan oleh briket menggunakan kalorimeter bom. Semakin banyak komposisi
biomassa digunakan, semakin tinggi nilai panas yang dihasilkan. Nilai kalor terendah
diperoleh di bagian briket abu sebesar 1,056,75 Cal / g sedangkan nilai kalorinya
tertinggi pada arang tempurung kelapa 8.822,67 Cal / g.
7. Berdasarkan hasil perbandingan pada Tabel 3 disamping diperoleh variasi terbaik
adalah variasi keenam dengan 20% abu dasar: 80% biomassa. Karakteristik utama
dari briket adalah nilai kalor. Dari perbandingan ketiga bahan, hanya arang tempurung
kelapa yang memenuhi standar dalam SNI 01-6235-2000.

8. Pengukuran kadar polutan udara seperti karbon monoksida (CO) digunakan untuk
menentukan kadar CO yang dilepaskan dari briket dalam proses pembakaran. Tes
pada tingkat logam berat dalam briket dibuat pada variasi terbaik, pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan AAS (Spektrofotometer Serapan Atom). Ketika
kandungan logam berat batubara abu dasar sebelum briket pada Cu pada 36.296 g / g
dan pada Zn 54.533 g / g, dapat disimpulkan bahwa kadar menurun logam berat
adalah setelah diproses menjadi briket.

 Kesimpulan Penelitian
1. Variasi abu dasar dan biomassa mempengaruhi pembakaran nilai kalor, pembakaran
abu konten, kadar air, dan kuat tekan dalam pembuatan briket. Semakin banyak
bottom ash, maka dapat meningkatkan kadar abu dan kuat tekan.
2. Variasi terbaik dari tiga bahan yang digunakan dalam pembuatan briket berada pada
20% bottom ash: 80% arang tempurung kelapa dengan uji kadar air.

 Perbandingan Dengan Penelitian Lain


Biomassa menggunakantempurung kelapa, cangkang buah kopi, dan cangkang
kapuk, enggunakan pengujian SEM-EDS yang bertujuan untuk pengurangan persen berat
bottom ash dalam menaikkan kadar karbon dan menurunkan senyawa sulfur oksida pada
semua komposisi biobriket. Sehingga mendapatkan hasil kadar karbon pada campuran
bottom ash dengan biomassa tempurung kelapa naik dengan rata-rata 10,95%, arang
cangkang kopi 7,25% dan arang cangkang kapuk 15%. Kadar air pada campuran bottom
ash dengan biomassa tempurung kelapa naik rata-rata 2,68%, cangkang kulit kopi 3,93%
dan cangkang kulit kapuk 2,75%. Sehingga pada penambahan biomassa pada biobriket
akan meningkatkan kadar abu sebesar 15%. Pada pengamatan abu dasar dapat diolah
menjadi arang jika ditambahkan oleh daun jati, tempurung kelapa, dan sekam padi. Juga,
pengamatan ini perlu menambahkan bahan pengikat untuk diproses lebih lanjut untuk
membentuk briket. Hasilnya briket terbaik ada pada komposisi 20% abu dasar: 80%
batok kelapa. Nilai karakteristik dari komposisi tersebut adalah kadar air 3,45%, kadar
abu 17,32%. Nilai karakteristik dari setiap perlakuan komposisi briket menunjukkan
bahwa peningkatan proporsi penggunaan biomassa sebagai bahan tambahan untuk briket
mampu meningkatkan kadar air dan nilai kalornya (Slamet dan Budi, 2016).

 Referensi:
Slamet S., Budi G. 2016. Biobriket Campuran Bottom Ash Batubara Limbah PLTU
dan Biomassa Melalui Proses Karbonisasi Sebagai Sumber Energi Terbarukan.
Prosiding SNATIF Ke-3. Universitas Muria Kudus. Kudus
Syarifudin., Badrus Z., Indriyani., A. Stevie E., H. Bunga N. 2015. The Utilization of
Bottom Ash Coal For Briquette Products by Adding Teak Leaves Charcoal,
Coconut Shell Charcoal, and Rice Husk Charcoal. Waste Technology Journal.
Vol.3(1):14-21

Anda mungkin juga menyukai