REVIEW JURNAL
Konstribusi Ilmu
Biobriket mempunyai keuntungan yang ekonomis karena dapat diproduksi secara
sederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi dan ketersediaan bottom ash batubara yang
cukup banyak di Indonesia. Bottom ash merupakan sisa hasil pembakaran batubara di
PLTU yang saa`t ini belum banyak di manfaatkan dan hanya dibuang sebagai limbah.
Padahal bottom ash batu bara ini masih mempunyai densitas yang cukup rendah,
sehingga akan mengalami kesulitan dalam penangannannya. Secara umum densifikasi
biomassa mempunyai ukuran dan kualitas yang sama. Abu batu bara juga
dimanfaaanfatkan untuk energy alternative untuk meningkatkan efisiensi dari pemakaian
energy terutama untuk industry menengah kebawah.
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1. Abu dasar mengandung memiliki nilai kalor 610,012 cal/gr dengan kelembaban 2%
dan nilai kadar abu sebesar 83,93%. Abu dasar mengandung logam berat seperti Cd
2,257 µg/g, Cr 1,191 µg/g, Cu 36,296 µg/g, dan Zn 54,533 µg/g.
2. Daun jati memiliki nilai kalori 2419,9 cal/gr, kelembaban 6,9%,kandungan abu 12,3
%. Batok kelapa mengandung kalor 4027,8 cal/gr, kelembaban 10,21 %, dan
kandungan abu 3,78%. Sekam padi mengandunng kalor 3221,08 cal/gr, kelembaban
7,2 dan kandungan abu 13,4 %.
3. Kandungan air briket dipengaruhi oleh presentase biomassa, semakin banyak biomassa
yang ditambahkan maka kandungan air akan semakin tinggi. karena biomassa
mengandung air dan memiliki kemampuan menyerap air yang baik.
4. Kandungan abu dipengaruhi oleh jumlah abu dasar, semakin banyak abu dasar yang
ditambahkan menjadi briket, semakin tinggi kandungan abu akibat kandungan siliki
yang terkandung dalam abu dasar.
5. Kekuatan tekan briket adalah kemampuan memberikan daya tahan briket jika diberi
beban pada objek. Dari hasil pengujian, jika bottom ash ditambahkan ke dalam briket,
maka kuat tekan yang dimiliki briket makin besar diberikan, dikarenakan limbah
bottom ash memberikan sifat kepadatan partikel yang lebih tinggi.
6. Tes pada nilai kalor bertujuan untuk menentukan sejauh mana nilai kalor yang
dihasilkan oleh briket menggunakan kalorimeter bom. Semakin banyak komposisi
biomassa digunakan, semakin tinggi nilai panas yang dihasilkan. Nilai kalor terendah
diperoleh di bagian briket abu sebesar 1,056,75 Cal / g sedangkan nilai kalorinya
tertinggi pada arang tempurung kelapa 8.822,67 Cal / g.
7. Berdasarkan hasil perbandingan pada Tabel 3 disamping diperoleh variasi terbaik
adalah variasi keenam dengan 20% abu dasar: 80% biomassa. Karakteristik utama
dari briket adalah nilai kalor. Dari perbandingan ketiga bahan, hanya arang tempurung
kelapa yang memenuhi standar dalam SNI 01-6235-2000.
8. Pengukuran kadar polutan udara seperti karbon monoksida (CO) digunakan untuk
menentukan kadar CO yang dilepaskan dari briket dalam proses pembakaran. Tes
pada tingkat logam berat dalam briket dibuat pada variasi terbaik, pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan AAS (Spektrofotometer Serapan Atom). Ketika
kandungan logam berat batubara abu dasar sebelum briket pada Cu pada 36.296 g / g
dan pada Zn 54.533 g / g, dapat disimpulkan bahwa kadar menurun logam berat
adalah setelah diproses menjadi briket.
Kesimpulan Penelitian
1. Variasi abu dasar dan biomassa mempengaruhi pembakaran nilai kalor, pembakaran
abu konten, kadar air, dan kuat tekan dalam pembuatan briket. Semakin banyak
bottom ash, maka dapat meningkatkan kadar abu dan kuat tekan.
2. Variasi terbaik dari tiga bahan yang digunakan dalam pembuatan briket berada pada
20% bottom ash: 80% arang tempurung kelapa dengan uji kadar air.
Referensi:
Slamet S., Budi G. 2016. Biobriket Campuran Bottom Ash Batubara Limbah PLTU
dan Biomassa Melalui Proses Karbonisasi Sebagai Sumber Energi Terbarukan.
Prosiding SNATIF Ke-3. Universitas Muria Kudus. Kudus
Syarifudin., Badrus Z., Indriyani., A. Stevie E., H. Bunga N. 2015. The Utilization of
Bottom Ash Coal For Briquette Products by Adding Teak Leaves Charcoal,
Coconut Shell Charcoal, and Rice Husk Charcoal. Waste Technology Journal.
Vol.3(1):14-21