Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN BOTTOM ASH BATUBARA MENJADI PRODUK BRIKET DENGAN

PENAMBAHAN ARANG DAUN JATI

Indriyani *) Badrus Zaman**) Syafrudin**)


Email : Indriyanikensem@yahoo.com

ABSTRACT

The use of coal as the primary fossil fuels in Indonesia are increasingly widespread. Now, the
use of coal is not only used for the power plant but also a wide range of industries. Resulting from the
use of coal bottom ash which can still be used because they save the calorific value for alternative
fuel that is becoming briquette product. Through research it is known that the bottom ash can be
processed into briquettes products with the addition of teak leaves charcoal to improve its quality.
This study was conducted with a variety of compositions between bottom ash and teak leaves
charcoal. The treatment uses ratio of coal bottom ash : teak leaves charcoal 0%:100%, 20%:80%,
40%:60%, 50%:50%, 60%:40%, 80%:20% and 100%:0%. The results showed that the optimum
variation of briquettes is a variation of 20 % coal bottom ash and 80% teak leaves charcoal, this
briquettes has a water content of 4,052 %,ash content of 36,358 %, calorific value of 4.520 cal/g,
compressive stength of 2,383 kg/cm2,CO 54 ppm or 61,84 mg/Nm3,Cu 0,85 µg/g and Zn 1,21 µg/g.The
result of the briquttes characteristics test showed that with increasing amounts of teak leaves
charcoal can increase the moisture content and calorific value, and be able to lower ash content and
compressive strength.

Keywords: bottom ash,teak leaves charcoal,briquettes,alternative fuels

yang dilakukan oleh Samadhi, dkk (2008) juga


PENDAHULUAN disebutkan bahwa tingginya kadar karbon
Penggunaan batubara sebagai bahan tetap dalam sampel abu bawah pabrik tekstil
bakar kian meluas diberbagai macam industri. memberikan nilai kalor yang cukup tinggi
Pengguna batubara kini tidak saja didominasi yakni sebesar 3.324 kkal/kg atau sekira 13,96
oleh PLTU tetapi telah meluas keberbagai MJ/kg. Nilai kalor ini setara dengan nilai kalor
industri dinataranya industri tekstil. Dari batubara kalori rendah (21,4 Mj/kg).
penggunaan batu bara tersebut akan dihasilkan Mengingat masih berpotensinya nilai kalor
sisa abu batubara (fly ash dan bottom ash) bottom ash, pemanfaatannya melalui rute
sebanyak 10 ribu ton per bulan.Kedua jenis pembakaran ulang dipandang sebagai alternatif
limbah sisa pembakaran ini pada dasarnya solusi yang layak ditinjau dalam upaya
merupakan oksida dari logam–logam yang peningkatan efisiensi penggunaan energi
terkandung dalam batubara. Bottom ash terutama oleh industri kecil hingga menengah.
terbentuk pada zona pembakaran dengan Salah satu teknologi yang dapat
kecepatan gas alir rendah dan/atau zona dilakukan dalam pembakaran ulang bottom
unggun tetap Morfologi bottom ash batubara ash batubara adalah dengan memanfaatkannya
yang dicirikan oleh ukuran partikel yang relatif sebagai briket. Pembriketan bottom ash
kasar, geometri partikel yang tidak beraturan batubara merupakan upaya meningkatkan nilai
dan dengan permukaan yang kasar. Bottom ash tambahnya sebagai bahan bakar alternatif
cenderung berwarna lebih gelap, karena masih yakni dengan mengkonsilidasikan partikel–
mengandung karbon yang tidak partikel bottom ash yang berbentuk tidak
terbakar.(Samandhi,2008). Pada penelitian beraturan dan memiliki densitas rendah

*Mahasiswa Teknik Lingkungan FT UNDIP


**Dosen Pembimbing Tugas Akhir Teknik Lingkungan FT UNDIP
menjadi bahan bakar padat yang mudah keberadaan bottom ash batubara dapat
ditangani dan dinyalakan (Samadhi,2008). diminimalisir dengan dimanfatkan sebagai
Dari hasil pengujian karakteristik awal yang produk briket.Tujuan umum dari Penelitian
dilakukan terhadap sampel bottom ash pada ini adalah untuk memanfaatkan bottom ash
salah satu pabrik tekstil Ungaran Semarang sebagai produk bermanfaatn dan bernilai
didapatkan nilai kalor bottom ash sebesar ekonomis yaitu menjadi bahan bakar alternatif
610,012 kalori/gram. Untuk dapat dijadikan yaitu briket. Tujuan Umum dari penelitian ini
briket nilai kalor dari bottom ash ini belum adalah Meminimalkan jumlah limbah bottom
memenuhi standar yang ada baik menurut SNI ash batubara dengan memanfaatkannya
01-6235-2000 tentang briket arang kayu sebagai produk yang bermanfaat yaitu menjadi
maupun Permen ESDM No 047 tahun 2006 briket sedangkan tujuan khusus Menganalisis
(briket bio batubara) yang masing-masing pengaruh variasi persentase antara bottom ash
memiliki standar 5.000 kalori/gram dan 4.400 batubara dan daun jati kering terhadap
kalori/gram. Olehnya itu untuk meningkatkan karakteristik mutu briket berupa kadar air,
nilai kalornya diperlukan sumber kalori lain nilai kalor, kadar abu dan kuat tekan
yang berpotensial salah satunya adalah berasal briket,Menentukan variasi terbaik dari
dari biomassa. Indonesia sebagai negara pembuatan briket berbahan bottom ash
agraris memiliki potensi besar terhadap batubara dan daun jati kering, Mengetahui
biomassa, biomassa tersebut antara lain residu kandungan logam berat Tembaga (Cuppur–
pertanian, kayu, sampah organik dan lain Cu) dan Seng (Zink–Zn) pada residu abu
sebagainya.Jenis biomassa yang telah banyak pembakaran briket variasi
diterapkan oleh masyarakat maupun didalam
berbagai penelitian sebagai bahan utama METODOLOGI
maupun bahan tambah pembuatan briket salah A. Alat dan Bahan
satunya adalah berasal dari sampah dedaunan. Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini
Keberadaannya yang mudah ditemukan antara lain furnance,tumbukan(alu),oven,
menyebabkan bahan ini banyak digunakan. kompor listrik,Alumunium foil,
Salah satu jenis dedaunan yang diketahui dapat desikator,cawan petri, cawan porselin,cetakan
dikonversi menjadi bioarang yaitu daun jati briket, tumbukan,bomb kalorimetri,AAS,CO
kering. Jati (Tectona grandis L.F) termasuk digital Analyzer, Compression Testing
kelompok tumbuhan yang dapat Machine dll. Bahan yang digunakan dalam
menggugurkan daunnya sebagai mekanisme penelitian adalah bottom ash batubara dan
pengendalian diri terhadap keadaan defisiasi daun jati .
air selama musim kemarau. Dengan sifatnya B. Prosedur Penelitian
tersebut daun jati menjadi sumber biomassa 1. Karbonisasi sampah daun jati kering
yang cukup melimpah keberadaannya. Namun Karbonisasi dilakukan pada suhu 3500C
dedaunan seperti jati ini memiliiki daya tahan/ selama kurang lebih 1 jam. Karbonisasi
bakar residence time yang amat singkat dilakukan pada suhu 3500C sesuai dengan
sehingga harus dikonversi menjadi bahan yang hasil penelitian yang dilakukan oleh Thoha
memiliki waktu bakar yang lebih lama (Yusuf, (2010) yang mendapati bahwa briket dengan
2010). Berdasarkan uji pendahuluan yang suhu karbonisasi 350oC memiliki nilai kalor
dilakukan, sampah daun jati kering memiliki paling tinggi. Karbonisasi dilakukan dengan
potensi nilai kalor sebesar 2.419,9 memasukan sampah daun jati kering kedalam
kalori/gram. Dengan potensi yang dimiliki furnance yang sebelumnya sampah tersebut
oleh daun jati tersebut akan diteliti sejauh dibungkus dengan kertas alumunium foil.
mana pengaruh penambahan daun jati dapat Tujuan pembukusan ini adalah agar terjadi
meningkatkan nilai kalor dari briket berbahan pembakaran tanpa oksigen sehingga yang
utama bottom ash batubara sehingga
dihasilkan adalah arang daun jati bukannya cetakan briket yang telah dibuat dengan bahan
abu. dari pipa pvc berbentuk silinder dengan
2. Penumbukan bottom ash batubara dan ukuran panjang 5 cm dan diameter 2,6 cm.
arang daun jati Setelah itu briket dipres dan ditekan dengan
Setelah karbonisasi terhadap sampah daun jati cara manual yaitu menggunakan kayu
kering dilakukan langkah selanjutnya yaitu berbentuk silinder dengan panjang 15 cm
menumbuk arang yang telah jadi tersebut berdiameter 2,4 cm. Menurut Maryono (2013)
dengan menggunakan alu sehingga berukuran dalam penelitiannya menyatakan bahwa tujuan
kira-kira lolos 50 mesh.Penumbukan juga pencetakan yaitu memperbaiki penampilan
dilakukan terhadap Bottom ash batubara dan tekstur dari briket serta mempermudah
dengan ukuran yang sama yaitu diperkirakan dalam penggunaan terutama pada
bisa lolos 50 mesh pembakaran dan pengemasan.
3. Pengayakan bottom ash batubara dan 7. Pengeringan briket
arang daun jati Setelah proses pencetakan dan pengeprsesan
Setelah sampah daun jati selesai dikarbonisasi selesai dilakukan selanjutnya dilakukan
selanjutnya dilakukan pengayakan terhadap pengeringan briket dengan menggunakan oven
bottom ash batubara dan arang daun jati. pada suhu 1250C ± selama 4 jam
Kedua bahan tersebut masing-masing 8. Pengemasan briket
menggunakan ukuran 50 mesh.Bahan yang Setelah briket selesai dikeringkan langkah
lolos 50 mesh itulah yang kemudian diambil selanjutnya yaitu memasukan kedalam
untuk dijadikan bahan briket. desikator selama kurang lebih 30 menit. Briket
4. Pencampuran bottom ash batubara dan yang telah didinginkan kemudian dikemas
arang daun jati yang bertujuan agar briket tidak
Setelah masing-masing bahan di ayak lalu terkontaminasi dari pengaruh luar.Pengemasan
keduanya dicampur dengan variasi yang dilakukan dengan menggunakan plastik yang
bebeda-beda yaitu bottom ash batubara : kedap udara.Briket siap diuji
arang daun jati ( 0% : 100%, 20% : 80%, 40% 9. Penentuan Mutu Briket
: 60%, 50% : 50%, 60% : 40%, 80% : 20% dan a. Kadar Air
100% : 0% ). Analisis kadar air bertujuan untuk mengetahui
5. Pembuatan larutan tepung kanji dan kandungan air yang terdapat pada briket. Pada
pencampuran dengan bottom ash penelitan ini tidak digunakan metode
batubara dan arang daun jati pengovenan yang umumnya digunakan tetapi
Tepung Kanji yang digunakan yaitu 5 % dari menggunakan moisture meter
berat bahan baku.Setiap briket yang dibuat b. Nilai Kalor
memiliki berat 10 gram jadi tepung kanji yang Mengetahui nilai kalor pembakaran bertujuan
dibutuhkan yaitu 0,5 gram. Tepung kanji yang untuk mengetahui kuantitas atau jumlah panas
telah ditimbang kemudian diencerkan dan baik yang diserap maupun dilepaskan oleh
dipanaskan menggunakan kompor selama 3 briket.Analisis Nilai Kalor mengikuti prosedur
menit pada suhu 1500C. Selama pemanasan ASTM D 2015. Alat yang digunakan yaitu
larutan tepung kanji diaduk sampai mengental. bomb calorimeter.
Tepung kanji yang mengental tersebut c. Kadar Abu
kemudian dicampur dengan campuran bottom Pengujian kadar abu bertujuan untuk
ash batubara dan arang daun jati mengetahui mineral yang tidak terbakar yang
6. Pencetakan adonan briket tertinggal pada saat proses pengabuan.
Setelah proses pencampuran tepung kanji Prosedur analisa kadar abu mengikuti SNI 06–
dengan bahan baku selesai dilakukan maka 3730–1995.
proses selanjutnya yaitu pencetakan dengan

*Mahasiswa Teknik Lingkungan FT UNDIP


**Dosen Pembimbing Tugas Akhir Teknik Lingkungan FT UNDIP
Kadar abu dapat dihitung dengan pengambilan.Pembacaan pada alat dilakukan
menggunakan rumus : ketika emisinya konstan.
kadar Abu ( % ) = 100 %................(3.1 )
Dimana A = Bobot abu (gram) , B = Bobot
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel (gram)
I. Analisis Pendahuluan
d. Kuat Tekan
a. Karakteristik Bottom Ash Batubara
Pada pengujian ini digunakan alat
Uji Pendahuluan bertujuan untuk mengetahui
Compression Testing Machine. Prinsip
karakteristik awal dari bahan yang akan dibuat
pengujian kuat tekan adalah dengan mengukur
briket sehingga bisa menjadi acuan dalam
kekuatan briket dengan memberikan
melakukan analisis. Pengujian karakteristik
penekanan sampai briket pecah. Penentuan
awal pada bottom ash batubara meliputi kadar
kuat tekan ini dapat dihitung dengan
air, kadar abu, nilai kalor dan logam berat.
menggunakan persamaan dibawah ini 3.2
P Berikut hasil pengujian karakteristik bottom
Kt = L.....................................................( 3.2 ) ash batubara
Keterangan
Kt = Beban Kuat Tekan (kg/cm2) ,P =
Beban penekanan (kg) ,L = Luas
Permukaan (cm2)
e. Penentuan varisi terbaik dari briket
Penentuan variasi terbaik didasarkan Pada SNI
No 01-6235-2000 tentang briket arang kayu
dan Permen ESDM Nomor 047 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pembuatan dan
Pemanfaatan Briket Batubara dan Bahan Saat ini di Indonesia belum ada baku
Bakar Padat Berbasis Batubara untuk briket mutu yang mengatur secara khusus tentang
biobatubara serta standar briket dari Jepang, briket biomassa dan bottom ash akan tetapi
Inggris dan USA untuk briket arang kayu sudah memiliki baku
f. Pengujian logam berat Cu dan Zn pada mutu yaitu SNI 01-6235-2000 sedangkan
residu abu pembakaran briket variasi untuk briket batubara juga telah diatur didalam
terbaik Permen ESDM No 047 tahun 2006 tentang
Pengujian kadar logam berat bertujuan untuk pedoman pembuatan dan pemanfaatan briket
mengetahui seberapa besar pelepasan logam batubara dan bahan bakar padat berbasis
berat yang terjadi ketika produk yang bahan batubara. Didalam Permen ESDM tersebut
utamanya yaitu bottom ash masuk dalam mengatur secara rinci tentang briket batubara
kategori limbah B3. Dalam pengujian ini yang terbagi menjadi empat bagian
sampel yang diambil berasal dari residu abu diantaranya adalah briket biobatubara yang
pembakaran briket. Uji Logam berat dilakukan diartikan sebagai jenis produk pembriketan
menggunakan AAS (Atomic Absorbtion yang menggunakan bahan baku partikel
Spectrofotometer) akan tetapi sebelum diuji batubara, biomass, baik dengan/tanpa bahan
sampel abu didestruksikan terlebih dahulu. pengikat(binder) maupun bahan imbuh
g. Pengujian emisi karbon monoksida pada lainnnya, komposisi campurannya adalah
briket variasi terbaik batubara 50%-80%, biomasa10%-40%, bahan
Pengujian emisi karbon monoksida diukur pengikat 5%-10%, bahan imbuh(kapur) 0%-
pada asap briket yang telah dibakar. 5%.
Pengukuran dilakukan menggunakan CO Dari hasil pengujian diketahui bahwa
meter kurang lebih 5 menit selama tiga kali kadar air dari bottom ash batubara yaitu 2 %,
hal ini sangat baik bagi kualitas briket. Akan
tetapi kadar abu bottom ashbatubara tergolong Untuk mengetahui kualitas dari briket
sangat tinggi yaitu 83,927% hal ini masih jauh standar yang digunakan yaitu SNI 01-6235-
melebihi standar yang ditetapkan menurut SNI 2000 tentang briket arang kayu dan Peraturan
01-6235-2000 tentang briket arang kayu yaitu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
8% dan Permen ESDM tentang briket Nomor 047 Tahun 2006 Tentang Pedoman
biobatubara yaitu <10 %. Selain uji kadar air Pembuatan dan Pemanfaatan Briket Batubara
dan kadar abu dilakukan juga uji nilai kalor, dan Bahan Bakar Padat Berbasis
hasil yang didapatkan yaitu 610,012 kal/gr. Batubara(briket biobatubara). Dari tabel diatas
Hasil uji ini juga masih jauh memenuhi dari diketahui bahwa kadar air dan nilai kalor dari
SNI yaitu 5.000 kal/gr dan Permen ESDM daun jati kering kualitasnya meningkat setelah
sebesar minimal 4.400 kal/gr. Selain menguji dilakukan karbonisasi yaitu untuk kadar air
kualitas bahan bottom ash batubara dilakukan yang awalnya 6,9 % turun menjadi 5,2 %
uji logam berat berupa Pb,Cd, Cr, Zn dan Cu. sedangkan untuk nilai kalor meningkat dua
Untuk kadar logam berat pada bottom ash kali lipat dari sebelumnya 2.419,9 kal/gr
untuk Pb, Cd, Cr, Cu. Zn masing masing menjadi 4.172,6 kal/gr.Peningkatan nilai kalor
bernilai 0 µg/g, 0,056 µg/g, 0,0299 µg/g, 0,905 ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
µg/g dan 1,36 µg/g Dikarenakan logam berat oleh Surono (2010) yang menyimpulkan
yang tertinggi terdapat pada Cu dan Zn maka bahwa proses karbonisasi dapat meningkatkan
yang dianalisis adalah logam berat tersebut. kadar karbon dan nilai kalor. Akan tetapi
b. Karakteristik Biomassa Daun Jati walapun demikian nilai kalor tersebut belum
Uji pendahuluan terhadap biomassa ini memenuhi SNI yaitu 5.000 kal/g dan Permen
meliputi uji kadar air, kadar abu dan nilai ESDM yaitu 4.400 kal/g. Kadar air baik
kalor, dimana dilakukan dua perlakukan sebelum maupun setelah dikarbonisasi telah
pengujian yaitu sebelum dilakukannya memenuhi SNI yaitu maksimal 8% dan
karbonisasi yaitu ketika daun masih dalam Permen ESDM yaitu maksimal 15%.
keadaan aslinya dan setelah dilakukannya Pengujian juga dilakukan terhadap kadar abu
karbonisasi pada suhu 3500C selama 1 jam. briket akan tetapi hasil yang didapatkan justru
Dari hasil pengujian yang dilakukan lebih menurunkan kualitasnya yaitu
didapatkan hasil sebagai berikut meningkatnya kadar abu yang awalnya
sebelum dikarbonisasi yaitu 12,36% menjadi
26,32%. Hasil uji kadar abu tersebut belum
memenuhi baik SNI yaitu maksimal 8%
maupun Permen ESDM yaitu <10%
Dari hasil pengujian dua karakterisitk
bahan akan dilakukan pembuatan briket yang
kemudian dianalisis sejauh apa arang daun jati
memberikan pengaruh terhadap mutu kualitas
briket.
II. Karakteristik Briket
a. Kadar Air
Berdasarkan hasil pengujian persentase kadar
air pada briket menunjukan bahwa grafik
berbanding terbalik yaitu semakin besar
bottom ash batubara maka kadar air semakin
kecil

*Mahasiswa Teknik Lingkungan FT UNDIP


**Dosen Pembimbing Tugas Akhir Teknik Lingkungan FT UNDIP
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Dari grafik diatas didapatkan hasil nilai
hasil kadar air briket menurun seiring kalor menurun seiring semakin besarnya
meningkatnya persentase bottom ash batubara. substitusi bottom ash batubara didalam briket.
Persentase yang tertinggi terdapat pada variasi mulai dari persentase yang tertinggi terdapat
briket pertama yaitu bottom ash batubara : pada variasi briket pertama yaitu bottom ash :
arang daun jati (0 % : 100 %) sebesar 5,612 % arang daun jati (0 % : 100 %) dengan nilai
sedangkan persentase kadar air terendah kalor sebesar 6.044,809 kalori/gram
terdapat pada variasi briket ketujuh bottom sedangkan yang terendah terdapat pada variasi
ashbatubara : arang sampah daun jati kering briket ketujuh yaitu bottom ash : arang daun
(100 % : 0 %) yaitu 1,404 %. Berdasarkan jati (100 % : 20 %) sebesar 2.003,917
SNI 01-6235-2000 semua variasi briket telah kalori/gram. Dari hasil diatas didapatkan
memenuhi standar kadar air yaitu maksimum 8 hanya savariasi briket yang memenuhi SNI
%. Begitupun juga berdasarkan standar dari 01-6235-2000 tentang syarat mutu arang kayu
Permen ESDM yaitu maksimal 15 %. Dari yaitu minimum 5.000 kalori/gram. Variasi
grafik diketahui bahwa lebih besarnya kadar briket yang memenuhi standar ini yaitu pada
air pada variasi yang dominan arang daun variasi pertama dimana briket terbuat dari 100
jatinya yaitu variasi satu sampai 3 dikarenakan % arang daun jati yaitu dengan nilai kalor
bahan pembuat briket yang digunakan terbuat 6.044,809 kalori/gram.
dari bahan organik dan tumbuh tumbuhan Nilai kalor tertinggi pada variasi briket
yang memiliki kandungan air lebih banyak pertama disebabkan karena pada briket 100 %
serta kemampuannya menyerap air lebih arang daun jati dilakukan karbonisasi terlebih
banyak pula dibanding dengan bottom dahulu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
ashbatubara yang hanya memiliki sedikit dilakukan oleh Untoro (2010) bahwa
kandungan air. Kandungan air pada briket Perlakuan karbonisasi terlebih dahulu yang
salah satunya disebabkan oleh ukuran partikel. dilakukan mampu meningkatkan nilai kalor
Menurut Natsir (2010) partikel juga dapat briket.
mempengaruhi kadar air, partikel yang kasar c. Kadar Abu
lebih sedikit menyerap air dibandingkan Abu dalam biomassa terdiri dari mineral yang
dengan partikel lebih halus. tidak dapat menguap atau hilang dan akan
b. Nilai Kalor tetap tinggal selama proses pengabuan.
Nilai kalori briket arang merupakan parameter Berdasarkan hasil pengujian, persentase residu
penting dan utama dalam menentukan kualitas abu pembakaran pada briket terlihat pada
briket arang layak atau tidak digunakan gambar grafik dibawah ini
sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai
kalor suatu briket arang makin tinggi pula
kualitasnya dan harga jualnya pun akan tinggi.
Hasil Pengujian nilai kalor dapat dilihat pada
gambar grafik dibawah ini
Berdasarkan hasil pengujian, nilai kuat tekan
pada briket terlihat pada gambar grafik
dibawah ini

Dari grafik diatas didapatkan hasil nilai


kadar abu briket berbading lurus yaitu semakin
tinggi kadar bottom ashbatubara maka
semakin besar kadar abu yang Dari grafik diatas terlihat bahwa grafik
dihasilkan.Koefisien korelasi antara keduanya berbanding lurus yaitu semakin besar bottom
masuk dalam kriteria korelasi kuat bahkan ashbatubara maka semakin besar pula nilai
hampir sempurna karena telah mencapai angka kuat tekan. . Dari grafik terlihat bahwa kuat
0,99. Dari grafik terlihat kadar abu meningkat tekan terendah terdapat pada briket variasi
mulai dari persentase yang terendah terdapat pertama yaitu bottom ashbatubara : arang daun
pada briket variasi pertama yaitu bottom ash jati (0 % : 100 %) sebesar 1,826 kg/m2
batubara : arang daun jati (0% : 100%) sedangkan tertinggi pada briket variasi ketujuh
sebesar 25,435 % sedangkan yang tertinggi yaitu bottom ashbatubara : arang daun jati
terdapat pada variasi ketujuh yaitu bottom (100 % : 0 %) sebesar 7,283 kg/cm2. Dari
ashbatubara : arang daun jati (100 % : 0 %) Pengujian yang telah dilakukan didapati
sebesar 81,3425 %. Dari hasil pengujian kadar bahwa semakin besar kandungan bottom ash
abu sangat tidak memenuhi SNI 01-6235-2000 batubara maka akan meningkatkan kuat tekan
tentang syarat mutu arang kayu yaitu dari briket yang dibuat hal ini dikarenakan
maksimum 8 % dan juga Permen ESDM yaitu bottom ash batubara memiliki kandungan
<10%. Besarnya kadar abu pada bottom ash mineral yang lebih banyak dibandingkan
batubara diakibatkan oleh tingginya dengan arang daun jati yang dibuktikan
kandungan mineral yang terdapat didalam dengan besarnya kadar abu pada bottom ash
bottom ashbatubara yaitu berupa silika dan batubara yaitu 83,92 % . Kandungan mineral
alumina sekitar 80 %. Didalam penelitiannya Bottom ash Fe2O3 = 6,47%, SiO2 = 61,92 %,
Munir (2010) menyatakan bahwa kadar abu Al2O3=16,00%, CaO=6,85%, MgO=7,90%
batubara mengandung mineral yaitu Fe2O3 = dan beberapa senyawa lainnya seperti Na2O3,
6,47%, SiO2 = 61,92 %, Al2O3=16,00%, K2O, P2O4, yang jumlahnya realatif kecil
CaO=6,85%, MgO=7,90% dan beberapa (Munir, 2010).Kemampuannya mengikat
senyawa lainnya seperti Na2O3, K2O, P2O4, dengan kehadiran air dan ukurannya yang
yang jumlahnya realatif kecil. Hal serupa halus, oksida silika yang dikandung didalam
berbeda jauh dengan arang daun jati lebih abu batubara akan bereaksi secara kimia
dominan bahan organik sehingga lebih mudah dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari
terbakar sehingga kadar abu yang hidrasi semen dan akan menghasilkan zat yang
dihasilkanpun lebih sedikit. memiliki kemampuan mengikat. (Djiwantoro,
d. Kuat Tekan 2011). Sejauh ini bottom ash telah banyak
diteliti untuk dijadikan bahan tambahan
pembuatan paving block. Karena kemampuan

*Mahasiswa Teknik Lingkungan FT UNDIP


**Dosen Pembimbing Tugas Akhir Teknik Lingkungan FT UNDIP
inilah sehingga briket dengan subtitusi bottom
ash memiliki kuat tekan yang lebih besar pula.
Kekuatan briket biomassa terhadap penekanan
merupakan salah satu sifat fisik yang harus
dimiliki agar briket tersebut memenuhi satu
dari beberapa kriteria briket yang sesuai
standar. Pada Permen ESDM No 047 tahun
2006 terdapat standar kuat tekan untuk briket.
Didalam peraturan tersebut ada berbagai
standar tergantung dari jenis briket yang dibuat
salah satunya adalah briket biobatubara
dengan standar beban pecah yaitu minimal 65 Dari tabel diatas diketahui bahwa
kg/cm2. Selain di Indonesia diluar negeri juga variasi kedua yaitu bottom ash batubara :
terdapat standar kuat tekan untuk briket yaitu arang daun jati (20 % : 80 %) adalah variasi
Jepang (60 kg/cm2-65kg/cm2), terpilih dikarenakan ditinjau dari segi
Inggris(12,7kg/cm2) dan Amerika (62kg/cm2). kemanfaatannya untuk mengurangi limbah
Dari semua standar diatas baik didalam negeri bottom ash batubara,sehingga briket yang
berupa Permen ESDM maupun standar dari dihasilkan tetap mengandung substitusi bottom
tiga negara tersebut tidak ada satupun yang ash batubara. Subtitusi 20 % didalam bottom
memenuhi. ash sudah melebihi standar yang telah
e. Komposisi Optimal Briket Berbahan ditetapkan oleh Permen ESDM tentang tentang
Bottom Ash Batubara dan Arang Daun pedoman pembuatan dan pemanfaatan briket
Jati batubara dan bahan bakar padat berbasis
Dari hasil pengujian didapatkan hasil kualitas batubara yaitu minimal 4.400 kal/gr. Akan
briket terbaik sebagai berikut tetapi untuk standar SNI tentang briket arang
kayu nilai kalor tersebut belum memenuhi.
Olehnya itu untuk mengetahui seberapa besar
substitusi bottom ash batubara kedalam briket
sehingga memenuhi standar SNI yaitu 5.000
kalori/gram dapat menggunakan rumus
interpolasi linear.Metode interpolasi linier
adalah bentuk interpolasi yang paling
sederhana, metode ini menghubungkan dua
titik data dengan garis lurus. Dengan memakai
segitiga sebangun yaitu :

Jika ditinjau dari segi manfaatnya variasi yang


terpilih tentu saja berasal dari variasi pertama
akan tetapi karena tujuan umum penelitian
adalah untuk meminimalkan jumlah limbah
bottom ash batubara dengan memanfaatkannya
sebagai produk yang bermanfaat yaitu menjadi
briket maka keberadaan bottom ash batubara
pada briket diusahakan harus tetap ada.
Olehnya itu ditinjau dari berbagai aspek maka
peneliti menentukan variasi terbaik yaitu
variasi kedua dimana karakteristik variasi
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini
proses pengolahan limbah B3 untuk
mengurangi potensi racun dan kandungan
limbah B3 melalui upaya
memperkecil/membatasi daya larut,
pergerakan/penyebaran dan daya
racunnya.(immobilisasi unsur yang bersifat
racun) sebelum limbah B3 tersebut dibuang ke
tempat penimbunan akhir (landfill). Prinsip
kerja stabilisasi/solidifikasi adalah pengubahan
watak fisik dan kimiawi limbah B3 dengan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar cara penambahan senyawa pengikat sehingga
dibawah ini pergerakan senyawa-senyawa B3 dapat
dihambat atau terbatasi dan membentuk ikatan
massa monolit dengan struktur yang kekar
(massive). Tata cara kerja
stabilisasi/solidifikasi menurut Bapedal No
03/Bapedal/09/1995
g. Emisi Karbon Monoksida (CO) Pada
Briket Variasi Terbaik
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan
yaitu menggunakan alat CO meter didapatkan
hasil emisi karbonmonoksida pada briket
f. Kandungan Logam berat Cu dan Zn
variasi terbaik yaitu varasi ketiga dengan
Pada Briket Variasi Terbaik
komposisi 40% bottom ash batubara dan 60%
Dari hasil uji pendahuluan yang dilakukan
arang daun jati memiliki emisi karbon
terhadap karakteristik bottom ash batubara
monoksida sebesar 54 ppm yang jika
didapatkan hasil sebagai berikut
dikonversi kedalam satuan mg/Nm3 menjadi
61,84 mg/Nm3.Apabila dibandingkan dengan
konsentrasi emisi CO yang dihasilkan dari
bahan bakar minyak, dimana konsentrasi gas
emisi CO dari boiler berbahan bakar minyak
sekitar 25,8 mg/Nm3 (Djayanti, 2011), emisi
CO yang dihasilkan oleh briket campuran
bottom ash batubara dan arang daun jati masih
Dari hasil pengujian didapatkan kadar lebih tinggi.
logam berat yang berkurang setelah Pada penggunaannya briket yang telah dibuat
dilakukannya pembakaran. Idealnya residu diasumsikan briket digunakan untuk sektor
briket yaitu abu sisa hasil pembakaran yang industri sehingga peraturan terkait juga harus
mengandung logam berat tidak terlepas keluar sesuai yang berarti mengacu pada emisi
sehingga dampak negatifnya terhadap manusia sumber tidak bergerak. Akan tetapi karena
dan lingkungan dapat dihindari.Untuk logam pengukuran yang dilakukan tidak
berat yang berasal dari residu abu pembakaran distandarisisasi seperti seharusnya pada saat
sampai saat ini belum ada baku mutu yang pengkuruan emisi sumber tidak bergerak
mengaturnya. Salah satu pengolahan yang olehnya itu hasil pengukuran tersebut tidak
dapat dilakukan terhadap residu abu dapat dibandingkan dengan baku mutu
pembakaran yaitu dengan cara tersebut. Akan tetapi Hasil pengkuran masih
stabilisasi/solidifikasi yaitu suatu tahapan bisa dibandingkan dengan emisi udara ambien.

*Mahasiswa Teknik Lingkungan FT UNDIP


**Dosen Pembimbing Tugas Akhir Teknik Lingkungan FT UNDIP
Didalam Peraturan Pemerintah RI 41 tahun Berdasarkan proses pelaksanaan penelitian dan
1999 untuk parameter CO dengan waktu hasil yang diperoleh, maka dapat disarankan
pengukuran 1 jam baku mutunya yaitu 30.000 sebagai berikut :
µg/Nm3. Dari hasil pengukuran didapatkan CO Selain menguji nilai kalor, kadar air, kadar abu
dengan pengukuran selama kurang lebih 5 kuat tekan sebagai karakteristik utama
menit didapatkan nilai CO 61,84 mg/Nm3 atau pembuatan briket perlu juga penelitian
61.840 mg/Nm3 dengan mengacu pada baku lanjutan tentang kadar karbon terikat serta
mutu ini dapat dikatakan bahwa emisi CO volatil meter dari briket berbahan arang daun
masih tergolong tinggi. Selain Standar dari PP jati dan bottom ash batubara
RI 41 tahun 1999 terdapat juga Permen DAFTAR PUSTAKA
ESDM No 047 Tahun 2006 tentang standar Djayanti,dkk,2011. Pengendalian Emisi Gas
emisi kompor yaitu dengan baku mutu 726 Buang Boiler Batubara dengan Sistem
mg/Nm3. Baku mutu Permen ini masih jauh Absorbani
lebih tinggi dibandingkan dengan PP RI 41 Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi air dan udara.
tahun 1999 sehingga hasil pengujian jika Kanisius : Bogor
dibandingkan dengan baku mutu ini masih Munir,Misbachul.2008. Pemanfaatan Abu
jauh dibawah standar. Pengukuran CO pada Batubara (Fly ash) untuk hollow block
briket pada dasarnya adalah untuk yang bermutu dan aman bagi
meminimalkan pencemaran yang terjadi ketika lingkungan.Skirpsi.
briket telah diproduksi Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
PENUTUP Mineral Nomor 047 Tahun 2006 Tentang
1. Pengaruh variasi persentase bottom Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan
ash batubara dan arang daun jati kering Briket Batubara dan Bahan Bakar Padat
terhadap karakteristik mutu briket berupa Berbasis Batubara
kadar air, nilai kalor, kadar abu dan kuat tekan Samadhi,dkk. 2008. Pembakaran Ulang Abu
briket yaitu semakin besar persentase Bawah Batubara. Jurnal Teknik Kimia
substitusi arang daun jati kering maka semakin Indonesia, Vol 7 No 3 Desember 2008 :
tinggi nilai kalor dan kadar air pada briket 810- 816
sedangkan kadar abu dan kuat tekannya sisni.bsn.go.id
semakin rendah sedangkan semakin besar Thoha dan Fajrin.2010.Pembuatan briket arang
persentase substitusi bottom ash batubara dari daun jati dengan sagu aren sebagai
kedalam briket maka semakin besar kadar abu pengikatnya. Jurnal Teknik Kimia No 1
dan kuat tekannya. Volume 17 Januari 2010
2. Variasi terbaik dari pembuatan briket
yaitu pada briket variasi ketiga dengan
substitusi 20% bottom ashbatubara dan 80%
arang daun jati dengan kadar air 4,052 %, nilai
kalor 4.520 kal/g, kadar abu 36,358% dan kuat
tekan 2,383kg/cm2
3. Kandungan logam berat yaitu Cu dan
Zn dari residu abu pembakaran briket variasi
terbaik yaitu kadar Cu dan Zn mengalami
penurunan setelah dibakar yaitu masing
masing turun sebesar 47mg untuk logam berat
Cu dan 198 mg untuk logam berat Zn
sedangkan emisi karbon monoksida pada
briket variasi terbaik yaitu bernilai 61,80
mg/Nm3.
*Mahasiswa Teknik Lingkungan FT UNDIP
**Dosen Pembimbing Tugas Akhir Teknik Lingkungan FT UNDIP

Anda mungkin juga menyukai