Anda di halaman 1dari 12

32

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi oleh bahan bakar minyak. Usaha


untuk mencari bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui (renewable), ramah
lingkungan dan bernilai ekonomis semakin banyak dilakukan. Salah satu hal yang
bisa dilakukan adalah dengan menciptakan bahan bakar alternatif pengganti minyak,
yaitu dengan pembuatan briket. Briket sendiri adalah bahan bakar karbon dalam suatu
bentuk yang variatif di produksi dari limbah bahan organik maupun turunannya yang
masih mengandung sejumlah energi. Untuk membuat briket, sampah organik yang
mencemari lingkungan ternyata dapat diolah menjadi briket sebagai bahan bakar
pengganti minyak, dengan cara mengolahan yang mudah dan penggunaannya lebih
hemat.
Bahan yang berasal dari limbah yang dapat dimanfaatkan menjadi briket
diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam dan arang sekam, ketiga bahan tersebut
merupakan biomasa dengan nilai kalor yang relatif besar dan dapat dimanfaatkan
menjadi briket sebagai bahan bakar alternatif yang dapat terbarukan. Sekam padi
yang didalamnya mengandung unsur karbon sangatlah potensial untuk dijadikan
bahan bakar alternatif.
Dalam hal ini serbuk gergaji kayu belum termanfaatkan sepenuhnya, padahal
serbuk gergaji kayu merupakan biomasa dengan nilai kalor yang relatif besar.
Apabila serbuk gergaji kayu tersebut dipirolisis kemudian arang yang terbentuk
dicampur dengan bahan perekat lem dari tepung kanji, maka akan menjadi briket
sebagai bahan bakar alternatif yang dapat terbarukan. Keuntungan yang diperoleh
dari penggunaan briket bioarang antara lain adalah biayanya amat murah. Alat yang
digunakan untuk pembuatan briket cukup sederhana dan bahan bakunya pun sangat
murah, bahkan tidak perlu membeli karena berasal dari sampah, daun-daun kering,
33

limbah pertanian yang sudah tidak berguna lagi. Bahan baku untuk pembuatan briket
tersedia disekitar kita.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarakan latar belakang, maka penulis mendapati rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana mekanisme proses pembuatan briket ?
2. Bagaimana menentukan jumlah kadar air dari proses pengeringan briket ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Dengan berjalanannya praktikum teknologi pengeringan , maka diharapkan
tercapainya tujuan dan manfat sebagai berikut
1.3.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar pengeringan
2. Mahasiwa dapat mengetahui cara untuk mencari jumlah kadar air dari suatu bahan
dengan melakukan uji pengeringan
3. Mahasiswa dapat mengetahui kadar air dalam bahan pangan
1.3.2 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur dari proses pengeringan
2. Mahasiswa dapat menghitung jumlah kadar air saat proses pengeringan
3. Mahasiswa dapat mengetahui sifat dari bahan makanan setelah dan sebelum
dilakukan proses pengeringan
34

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Briket Arang


Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon,
mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam waktu yang lama.
Bioarang adalah arang yang diperoleh dengan membakar biomassa kering tanpa
udara (pirolisis). Sedangkan biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad
hidup. Biomassa sebenarnya dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi
panas untuk bahan bakar,tetapi kurang efisien. Syarat briket yang baik adalah briket
yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain itu,
sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kiteria sebagai berikut :
a. Mudah dinyalakan

b. Tidak mengeluarkan asap

c. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun

d. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama

e. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu


pembakaran) yang baik. (Nursyiwan dan Nuryei, 2005)
Nilai bakar biomassa hanya sekitar 3000 kal, sedangkan bioarang mampu
menghasilkan 5000 kal (Seran, 1990). Briket bioarang mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan arang biasa (konvensional), antara lain:
1. Panas yang dihasilkan oleh briket bioarang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan kayu biasa dan nilai kalor dapat mencapai 5.000 kalori (Soeyanto, 1982).

2. Briket bioarang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau, sehingga bagi
masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di kota-kota dengan ventilasi
perumahannya kurang mencukupi, sangat praktis menggunakan briket bioarang.

3. Setelah briket bioarang terbakar (menjadi bara) tidak perlu dilakukan pengipasan
atau diberi udara.
35

4. Teknologi pembuatan briket bioarang sederhana dan tidak memerlukan bahan


kimia lain kecuali yang terdapat dalam bahan briket itu sendiri.

5. Peralatan yang digunakan juga sederhana, cukup dengan alat yang ada dibentuk
sesuai kebutuhan (Soeyanto, 1982).

Gambar 1. Bentuk-bentuk Briket


(sumber : www.arangbriketindonesia.com )

2.2 Serbuk Gergaji Kayu


Serbuk gergaji kayu adalah suatu bahan baku kayu yang diolah dan diiris
dengan menggunakan alat (gergaji kayu) menjadi ampas-ampas kecil. Limbah serbuk
gergaji memiliki potensi yang cukup besar yang dapat digunakan sebagai bahan baku
briket arang. Serbuk gergaji kayu yang selama ini menjadi limbah bagi perusahan
dapat dijadikan menjadi sebuah peluang usaha dan peluang bisnis. Dengan bertambah
tingginya harga minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak maka serbuk kayu
dapat dijadikan penggantinya dengan harga yang lebih murah.
Pada pengolahan kayu di industri perkayuan terutama industri kayu lapis dan
kayu gergajian selain produk kayu lapis dan kayu gergajian diperoleh pula limbah
kayu berupa potonghan kayu bulat (log). Namun sayangnya limbah dalam bentuk
serbuk gergaji belum dimanfaatkan secara optimal, terutama hanya untuk bahan bakar
36

boiler (atau dibakar tanpa pemanfaatan yang berarti menimbulkan masalah terhadap
lingkungan (Febrianto etal. 1999). Serbuk gergaji mengandung komponen-komponen
kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif

2.3 Perekat
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk
mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari perekat
yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan cement. Glue
merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani seperrti kulit, kuku, urat, otot
dan tulang yang digunakan dalam industri kayu. Mucilage adalah perekat yang
dipersiapkn dari getah dan air yang diperuntukkan terutama untuk perekat kertas.
Paste adalah perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan campuran pati dan
air dan dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah yang digunakan untuk
perekat yang bahan dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut (Ruhendi,
dkk, 2007).
Sedangkan menurut Kurniawan dan Marsono (2008), ada beberapa jenis
perekat yang digunakan untuk briket arang yaitu :
a. Perekat aci
Perekat aci terbuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli dari toko makanan
dan di pasar. Perekat ini biasa digunakan untuk mengelem prangko dan kertas. Cara
membuatnya sangat mudah yaitu cukup mencampurkan tepung tapioka dengan air,
lalu dididihkan di atas kompor. Selama pemanasan tepung diaduk terus menerus agar
tidak menggumpal. Warna tepung yang semula putih akan berubah menjadi
transparan setelah beberapa menit dipanaskan dan terasa lengket di tangan.
b. Perekat tanah liat
Perekat tanah liat bisa digunakan sebagai perekat karbon dengan cara tanah
liat diayak halus seperti tepung, lalu diberi air sampai lengket. Namun penampilan
briket arang yang menggunakan bahan perekat ini menjadi kurang menarik dn
membutuhkan waktu lama untuk mengeringkannya serta agak sulit menyala ketika
dibakar.
37

c. Perekat getah karet


Daya lekat getah karet lebih kuat dibandingkan dengan lem aci maupun tanah
liat. Ongkos produksinya relatif mahal dan agak sulit mendapatkannya. Briket arang
yang menggunakan perekat ini akan menghasilkan asap tebal berwarna hitam dan
beraroma kurang sedap ketika dibakar.
d. Perekat getah pinus
Briket arang menggunakan perekat ini hampir mirip dengan briket arang
dengan menggunakan perekat karet. Namun, keunggulannya terletak pada daya
benturan briket yang kuat meskipun dijatuhkan dari tempat yang tinggi (briket tetap
utuh).
e. Perekat pabrik
Perekat pabrik adalah lem khusus yang diproduksi oleh pabrik yang
berhubungan langsung dengan industri pengolahan kau. Lem-lem tersebut
mempunyai daya lekat yang sangat kuat tetapi kurang ekonomis jika diterapkan pada
briket bioarang.
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan
perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan
kebutuhan. Namun, permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat yang akan
dipilih. Penentuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
kualitas briket arang ketika dinyalakan dan dibakar. Faktor harga dan ketersediaannya
di pasaran harus dipertimbangkan secara seksama karena setiap bahan perekat
memiliki daya lengket yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat, 1983).
Menurut Schuchart, dkk. (1996), pembuatan briket dengan menggunakan
bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan
perekat. Disamping meningkatnya nilai kalor dari bioarang, kekuatan briket arang
dari tekanan luar jauh lebih baik (tidak mudah pecah).
38

2.4 Pencetakan Briket


Pencetakan briket bertujuan untuk memperoleh bentuk yang seragam dan
memudahkan dalam pengemasan serta penggunaannya. Dengan kata lain, pencetak
briket akan memperbaiki penampilan dan mengangkat nilai jualnya. Oleh karena itu
bentuk ketahanan briket yang diinginkan tergantung dari alat pencetak yang
digunakan. Dalam membuat briket alat yang dapat dipergunakan sebagai pengepres
yaitu berupa pengepres dengan pengerak manual (tenaga manusia) dan tekanan tinggi
(sistem hidrolik) yang berfungsi untuk pemadatan dari bahan baku briket tersebut.

2.5 Pengeringan Briket


Pengeringan adalah pemindahan air keluar dari bahan sesuai dengan yang
diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan antara lain
adalah luas bahan yang dikeringkan, suhu ruang pengeringan, kecepatan aliran udara,
dan tekanan udara dalam ruang pengering (Supriyono, 2003). Kadar air briket sangat
mempengaruhi nilai kalor atau nilai panas yang dihasilkan. Tingginya kadar air briket
akan menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini disebabkan karena panas yang
tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang ada
sebelum kemudian menghasilkan panas yang dapat dipergunakan sebagai panas
pembakaran (Hendra dan Darmawan, 2000).
Pengeringan dapat dilakukan dengan alat pengering seperti oven, atau dengan
penjemuran. Suhu pengeringan dengan oven umumnya 60℃ dengan lama
pengeringan 24 jam. Jika dilakukan penjemuran, lama penjemuran briket cukup tiga
hari dalam kondisi cuaca yang cerah (Achmad, 1991). Keuntungan pengeringan
dengan matahari adalah tidak membutuhkan alat khusus dan biaya tambahan untuk
pemanas. Kerugiannya adalah membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama,
areal penjemuran yang luas, serta sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca setempat.
Karenanya pengeringan dengan cara ini kurang memberikan hasil yang optimal.
39

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sifat Briket Arang


Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis bahan
bakar atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan tekanan
pada saat dilakukan pencetakan. Selain itu, pencampuran formula dengan briket juga
mempengaruhi sifat briket (Erikson 2011). Adapun faktor- faktor yang perluh
diperhatikan dalam pembuatan briket atara lain:
a. Bahan baku
Briket dapat dibuat dari bermacam–macam bahan baku, seperti ampas tebu,
sekam padi, serbuk gergaji kayu, dan bahan limbah pertanian. Bahan utama yang
terdapat bahan baku adalah selulosa. Semakin tinggi kandungan selulosa maka
semakin baik kualitas briket, briket yang mengandung zat terbuang terlalu tinggi
cenderung mengeluarkan asap dan bau tidak sedap.
b. Bahan perekat
Untuk merekatkan partikel-partikel zat bahan baku pada proses pembuatan
briket maka diperlukan zat perekat sehingga dihasilkan briket yang kompak. Bahan
perekat dapat dibedakan atas 3 jenis:
1.) Perekat organik
Perekat organik yang termaksud jenis ini adalah sodium silika, magnesium,
semen dan sulfit. Kerugian dari pengunaan perekat ini adalah sifatnya
meninggalkan abu sekam pembakaran.
2.) Bahan perekat tumbuh-tumbuhan
Jumlah bahan perekat yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih sedikit
bila dibandingkan dengan perekat hidrokarbon. Kerugian yang dapat ditimbul-
kan adalah arang cetak (briket) yang dihasilkan kurang tahan kelembaban.
3.) Hidrokarbon dengan berat melekul besar
Bahan perekat jenis ini seringkali dipergunakan sebagai bahan perekat
untuk pembuatan arang cetak batu bara cetak. Dengan pemakaian bahan perekat
maka tekanan akan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan briket tanpa
memakai perekat (Josep dan Hislop dalam Noldi, 2009). Dengan adanya
40

penguanaan bahan perekat maka ikatan antar partikel semakin kuat, butiran-
butiran arang akan saling mengikat yang menyebabkan air terikat pada pori-pori
arang (Komarayati dan Gusmailian dalam Noldi, 2009).

2.7 Syarat dan Kriteria Briket yang Baik


Syarat briket yang baik menurut Nursyiwan dan Nuryeti dalam Erikson
(2011) adalah briket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam
ditangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Mudah dinyalakan
b. Tidak mengeluarkan asap
c. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun
d. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama
e. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu
pembakaran) yang baik.
41

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dari pengujian mengukur nilai kalor briket arang adalah
a. Alat pengering
b. Timbangan
c. Wadah (Loyang)
d. Pisau
e. Penggaris
f. Termometer suhu bola kering
g. Termometer suhu bola basah
h. Sling psychometer
i. Psychometric Chart

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dari pengujian mengukur nilai kalor briket arang adalah
a. Arang kayu yang sudah dihaluskan 40%
b. Serbuk kayu 40%
c. Lem kanji 20%

3.2 Prosedur Kerja


a. Mengambil serbuk kayu dan keringkan dibawah sinar matahari
b. Melakukan pengeringan/penjemuran dengan sinar matahari sampai kering
c. Melakukan penimbangan pada awal dan akhir sampel. Catat bobot masing-masing
sampel
d. Menulis didalam tabel
42

e. Menghitung kadar air sampel tersebut dengan menggunakan rumus yang ada
f. Setelah serbuk kayu kering, ambil lem dan arang kayu
g. Mencampur serbuk kayu, arang kayu dan lem
h. Mencetak briket dengan alat pencetak , lalu keringkan dibawah sinar matahari
i. Melakukan penimbangan pada awal dan akhir sampel, catat bobot masing-masing
sampel
j. Menulis didalam tabel data
k. Menghitung kadar air sampel tersebut dengan menggunakan rumus yang sudah
ada
l. Setelah kering lakukan pengukuran nilai kalor briket dengan cara
1.) Mengambil kompor briket
2.) Mengambil briket, lalu timbang briket tersebut dan catat
3.) Meletakkan briket kedalam kompor
4.) Mengambil panci, timbanglah dan catat beratnya
5.) Mengisi panci dengan air, timbang dan catat beratnya
6.) Melakukan pembakaran briket yang ada di kompor briket
7.) Mencatat perubahan suhu air yang ada dalam panci setiap 3 menit
8.) Setelah 15 menit matikan kompor briket
9.) Menimbang air serta briket yang tersisa

Tabel 3.1 Data Berat Briket


Berat awal Berat akhir Perubahan Berat

237 gr 220 gr 17 gr

Tabel 3.2 Data Suhu Air


Menit Ke- Suhu air Perubahan Suhu

0 31,4 °C 0 °C
43

15 41,4 °C 10 °C

30 50,4 °C 9 °C

45 53,3 °C 2,9 °C

60 54,1 °C 0,8 °C

75 53,1 °C 1 °C

3.3 Tugas
a. Hitung berapa banyak air dalam persen yang menguap (untuk briket)
b. Buatlah grafik antara suhu terhadap waktu
c. Hitung panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air dengan rumus Q = m cp
delta T

Anda mungkin juga menyukai