Anda di halaman 1dari 54

1

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dalam bidang industri merupakan salah satu landasan bagi
kemajuan industri dalam mengembangkan riset yang berkenaan dengan
peningkatan kualitas, kuantitas serta efisiensi proses produksi suatu industri. Hal
ini telah menjadi bahan pemikiran bagi semua elemen yang terlibat di dalamnya
baik dari pihak Pemerintah, Swasta maupun Perguruan Tinggi. sebagai institusi
yang diharapkan dapat menghasilkan output berupa Sumber Daya Manusia
(SDM) dan Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK). Antar elemen yang terlibat
tersebut harus terjalin kerja sama yang harmonis, sehingga masing-masing elemen
dapat memberikan kontribusi baik berupa saran maupun sumbangan, pemikiran
yang saling menguntungkan semua pihak.
Bidang industri merupakan salah satu sumber informasi yang dapat
mendorong perkembangan potensi tersebut. Membekali diri dengan pengalaman
kerja, hubungan kerja sama yang dinamis dan harmonis anatara pihak perguruan
tinggi dengan sektor terkait menjadi tujuan yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat bagi mahasiswa dan juga pihak industri. Salah satu
perwujudan dari beberapa fenomena yang telah disebutkan di atas adalah
dilaksanakannya kerja praktek.
Kerja praktek ini di laksanakan untuk menyelaraskan antara teori yang di
peroleh dari lembaga manusia yang kompetitif dengan ilmu yang di peroleh di
bangku perkuliahan serta pengalaman yang di peroleh dari dunia
industri.pendidikan dengan yang di peroleh di lapangan.Kegiatan tersebut
dilaksanakan di PT. Bromo Steel Indonesia (PT. BOSTO) , Pasuruan.
PT. Bromo Steel Indonesia (PT. BOSTO) merupakan sebuah pabrik yang
bergerak di bidang industri mesin. PT. BOSTO didirikan untuk merencanakan,
menggambar, membuat, menyerahkan dan memasang alat-alat, instalasi dan
pabrik lengkap untuk industri gula dan industri lainnya serta keperluan-keperluan

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
2

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

industri.Kegiatan usaha perusahaan adalah memproduksi atas dasar pesanan


sarana pabrik, yaitu :Peralatan Cane Sugar Mill, Palm Oil Mill, Paper Mill,
Cement Plant, Petrochemical Plant, Peralatan Water Treatment Plant, Water for
Municipal & Process, Waste and Effluent Plant, Peralatan Material Handling
Equipment seperti Pneumatic Transport System dan Mechanic Transport System,
dll.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana gambaran umum PT Bromo Steel Indonesia ?
b. Bagaimana tata letak PT. Bromo Steel Indonesia?
c. Bagaimana mesin- mesin yang digunakan PT. Bromo Steel Indonesia?
d. Bagaimana flow proses produksi di PT. Bromo Steel Indonesia ?
e. Bagaimana proses rolling di PT. Bromo Steel Indonesia ?
f. Bagaimana proses welding di PT. Bromo Steel Indonesia ?

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan rumusan rumusan masalah diatas, dapat diambil sebuah
batasan masalah yaitu flow proses produksi di PT. Bromo Steel Indonesia.

1.4 Tujuan dan Manfaat


Sesuai dengan tujuan pendidikan Program Studi Teknik Mesin Universitas
Jember yaitu membentuk ahli madya yang memiliki keahlian di bidang
keteknikan dan kontrol dengan kemampuan analitik dan rekayasa yang kreatif,
inovatif, mandiri, dan kegiatan kerja praktek ini merupakan salah satu syarat
kelulusan, adapun tujuan dan manfaat dari kerja praktek ini, antara lain:

1.4.1 Tujuan
a. Belajar menerapkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah dengan kenyataan
yang ada di lapangan.
b. Mengembangkan wawasan dan pengetahuan.
c. Memberikan gambaran sistem dan struktur kerja di lapangan serta
interaksinya dalam perusahaan.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
3

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

d. Memperluas wawasan mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yang


sesungguhnya.
e. Memahami dan mengkaji penerapan ilmu Teknik Mesin di lapangan.
f. Memberikan peningkatan keahlian profesi yang dapat menumbuhkan rasa
percayaan diri.
g. Berlatih berkomunikasi dengan masyarakat industri.
h. Sebagai salah satu alat evaluasi terhadap kurikulum yang berlaku.
i. Sebagai masukan, guna pengembangan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan lapangan kerja.

1.4.2 Manfaat
a. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh dalam
masa perkuliahan dan menambah wawasan serta pengalaman.
b. Dapat mengetahui perbandingan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan
dengan praktik dilapangan.
c. Mahasiswa diharap dapat menguasai ilmu teknikdalam bekerja untuk
mencapai profesionalisme.
d. Membuka pola pikir mahasiswa pada era globalisasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
e. Memperoleh kesempatan berlatih pada dunia industri.
f. Meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab dalam kerja.
g. Dapat meningkatkan kerjasama antara lembaga pendidikan khususnya
akademik dan instansi.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
Laporan Kerja Praktik
PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah
PT. BROMO STEEL INDONESIA (PT. BOSTO) berdiri sejak tahun
1865 dengan nama Machine Fabriek & Constructiee Werkplaats De Bromo NV
tujuan utamanya untuk mendukung pabrik-pabrik gula di Karesidenan Pasuruan
40 pabrik gula. Pada saat itu juga didirikan pusat penelitian pabrik gula
(Proefstation Voor Zuiker Industrieen / Proesstation Oost Java - POJ) sekarang
BP3GI.
Pada tahun 1942 bala tentara Jepang (Dai Nippon) menduduki Indonesia
setelah mengalahkan tentara Belanda, pabrik ini dipakai untuk produksi Diesel
Engines dan nama pabrik diganti menjadi TE-KOZO yang artinya pabrik besi atau
baja.
Setelah 17 Agustus 1945, pabrik ini dikuasai Patriot Bangsa Indonesia dan
sempat memproduksi senapan, pistol, bren, mitrallieur, granat dan mortir
(pelempar granat). Setelah agresi militer I dalam rangka menguasai atau menjajah
Indonesia pada tahun 1947 pabrik ini kembali dikuasai oleh Belanda dengan nama
lama De Bromo NV.

Pada tahun 1958 timbullah kemarahan Bangsa Indonesia yang dcetuskan


dengan konfrontasi untuk merebut Irian Barat, serta mengambil alih semua
kekayaan termasuk merebut perusahaan yang dikuasai oleh Belanda, termasuk
De Bromo NV yang kemudian menjadi PN BOMA.

Pada tahun 1963 PN BOMA memperoleh dana pengembangan untuk


membangun pabrik gerbong barang pertama di Indonesia dengan nama BOMA
unit Wahana yang sekarang PT. BBI Devisi Tempa di jalan Soekarno-Hatta.

Tahun 1971 terjadilah merger antara PN BOMA, PN BISMA dan PN


INDRA menjadi satu PT. BOMA BISMA INDRA (persero). Karena merger ini
belum dapat dirasakan manfaatnya maka khusus unit BOMA dicarikan joint

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember 4
5

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

partner. Tepatnya pada tanggal 10 April 1974 terjadilah suatu joint venturedengan
nama PT. BOMA STORK atau disingkat PT. BOSTO dan sejak saat itu PT.
BOMA STORK menjadi pabrik pembuat Steam Boiler pertama di Indonesia.

Joint Venture tidak diteruskan karena hasilnya kurang menarik bagi para
pemegang saham, maka pada tahun 1998 PT. Boma Bisma Indra membeli semua
saham dari para pemegang saham serta mempertahankan PT. BOSTO dengan
status anak perusahaan dari PT. Boma Bisma Indra dan PT. BOMA STORK
berganti nama dengan PT. Bromo Sadhanawaja.

Karena dalam perkembangan PT.Bromo Sadhanawaja tidak cukup dikenal


maka pada tahun 1995 berganti nama menjadi PT. Bromo Steel Indonesia atau
disingkat PT. BOSTO yang beralamatkan di Jalan Laks. R. E. Martadinata 18-20
Pasuruan

2.2 Visi dan Misi perusahaan


Dalam sebuah organisasi atau sebuah perusahaan pasti ada sebuah Visi
dan Misi yang menjadi tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan tersebut.
Adapun Visi dan misi yang ingin dicapai oleh PT. Bromo Steel Indonesia sebagai
berikut :

a. Visi:
Menjadi perusahaan sehat dan berdaya saing yang bergerak di bidang
manufaktur peralatan industri dan manajemen proyek baik di kawasan domestik
maupun regional.
b. Misi:
Sebagai masyarakat industri bertekat membangun kepercayaan dan
kesejahteraan stakeholder.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
6

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

2.3 Struktur Organisasi


Komisaris Direktur

Udik Suprapto,S.T.,M.T.

Sekretaris Perusahaan S.P.I

Sugiono,S.H. Nanang

Asisten Direksi QA / QC

M. Yasir Rizal Yashmiardi,S.T.

Kadep Pemasaran Teknologi Kadep Keu & Pers.


Kadep Produksi

A.Wicaksono,S.E. Drs.Sutoyo Hadi


M.Toyibi

Kadin Pengadaan

Kadin Pemasaran Kadin Fauzi


Teknologi
M.Choiron Yus

Kadin Produksi Kadin P2 Kadin HRD/Pers Kadin Keuangan


Produksi
Pemasaran Estimator Wijayadi Sugiono,S.H. Drs. Sutoyo Hadi
M.Fauzi

Manufactur PPC Keuangan Akuntan


Engineering
Agus Sutoyo Afan
Sofyan

Maintenance Logistik Plate Work Machine


Work
Fadoli Heru Rudi
Iksan

HRD/Legal Ka. Satpam Kamtib


Pers & Umum
Sugiono Faisol
Sutoyo

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi PT. Bromo Steel Indonesia

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
7

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

2.4 Profil PT. Bromo Steel Indonesia

Komisaris : Nuraini Subagiyo

Managing Director : Udik Suprapto, S.T., M.T.

Sekretaris Perusahaan : Sugiono, S.H.

Pemasaran & Teknologi : A.Wicaksono, S.E

Produksi : M. Toyibi

Keuangan : Drs. Sutoyo Hadi

Jumlah Karyawan : 182 orang

Alamat Perusahaan : KANTOR PUSAT DAN FASILITAS


PRODUKSI Jalan Laks. R.E. Martadinata 18 -
20, Pasuruan 67113 Tel. 62 343 421074 Fax. 62
343 421797

Alamat E-mail : operasionalbosto@yahoo.com

Web Site : http://www.bromosteelindonesia-ptbosto.com

2.5 Bidang Usaha dan Produk Utama PT BOSTO


PT. Bromo Steel Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT. Boma
Bisma Indra yang bergerak dalam beberapa bidang usaha diantaranya :
a. Fabrikasi Peralatan Industri Agro
b. Permesinan Peralatan Industri Agro
c. Instalasi / Pemasangan Peralatan Pabrik Gula dan Sawit
d. Pembuatan Ketel Uap (Water Tube & Fire Tube Boilers)

Produk utama yang dihasilkan oleh PT BOSTO , yaitu

a. Peralatan pabrik gula


b. Peralatan pabrik sawit
c. Ketel uap ( Boiler)
d. Struktur baja ringan

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
8

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

e. Komponen conveyor
f. Tangki- tangki untuk industri
g. Beberapa Pressure Vessels dan Heat Exchanger

Jasa yang ditawarkan oleh PT BOSTO, yaitu


a. Jasa fabrikasi dan pemesinan
b. Jasa perawatan pasca giling pabrik gula, seperti balancing, retubing,
reconditioning, dll.
c. Jasa perawatan pabrik lainnya

2.6 Denah Lokasi Perusahaan


PT. BROMO STEEL INDONESIA ( PT.BOSTO ) memiliki CentreOffice
and Production Facility yang beralamat di Jl. Laks. R.E. Martadinata18-20,
Pasuruan 67113. Pada sebelah utara dan barat pabrik terdapat DusunNgemplak,
pada sebelah timur pabrik terdapat Sungai Gembong yang langsungmengarah ke
Laut Jawa dan Dusun Mandaran, untuk sebelah barat dan selatanpabrik terdapat
Dusun Mayangan. Lokasi pabrik seperti gambar di bawah

Gambar 2. 2 Denah Lokasi PT. Bromo Steel Indonesia

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
9

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

2.7 Tata Letak Pabrik


Perusahaan memiliki luas area 25.750 m2 dengan luas bangunan seluas
18.250 m2. Perusahaan memiliki 2 pintu gerbang dimana satu digunakan untuk
fasilitas keluar masuk karyawan, dan yang kedua digunakan untukkeluar masuk
truk pengangkut barang yang akan dikirim. Perusahaan memiliki 5 bagiamutama
yaitu Office, PPC, QC, Gudang dan Workshop. Pada Office terdapat beberapa
ruang antara lain utama antara lain Ruang Engineer, Marketing, Administrasi,
serta Direksi.
Pada ruang PPC ( Production Planning and Controlling ) terdiri dari
beberapa bagian yaitu, Ruang Kadin Produksi, Kadin P2 Produksi, Divisi
Manufacturing Engineering, Ruang Drawing, dan Ruang Rapat. Pada Ruang QC
terdapat 2 bagian yaitu Ruang Quality Control ( QC ) dan Ruang Quality
Assurance ( QA ). Pada Workshop terdapat 9 bagian utama yaitu Material go
Down, Material Preparation / Flame Cutting, Blasting Room, Assembling,
Drilling, Plate Preparation, Machining, Roll Machin dan Fitting Shop. Perusahan
juga memiliki Ruang PWHT ( Post Weld Heat Treatment ) yang berupa dapur
furnace. Berikut ini disampaikan lay out Pabrik PT. Bromo Steel Indonesia.

Gambar 2. 3 Tata Letak Pabrik PT. Bromo Steel Indonesia

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
10

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

2.8 Peralatan Produksi yang digunakan oleh PT. Bromo Steel Indonesia
a. Mesin Potong Skator

Gambar 2. 4 Mesin Potong Skator


Mesin potong skator dapat juga digunakan untuk proses pemotongan
miring atau bevel yang dapat dijalankan dengan kecepatan tinggi. Proses
pemotongan mesin skator merupakan salah satu jenis alat potong yang ada di
bagian Preparation yang berfungsi untuk memotong pelat dengan tebal maksimal
100 mm. Mesin ini digunakan untuk memotong pelat dengan bentuk linier. Alat
potong ini dapat disetel noselnya untuk mengatur jalannya pemotongan dan
kecepatan pemotongan. Hampir sama dengan proses potong tegak lurus hanya
saja posisi nozel dibuat miring untuk mendapatkan hasil potong yang miring atau
bevel.
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dari mesin potong skator, yaitu:
1. Mengenai jalannya pemotongan,
2. Kecepatan pemotongan, dan
3. Penyetelan nozel.
Banyak jenis dan tipe dari alat potong skator mulai dijalankan secara
manual, mekanik dan dijalankan dengan otomatis. Gerakan mesin potong skator
dapat dijalankan maju dan dijalankan mundur.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
11

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

b. Mesin Messer Plasma Cutting

Gambar 2. 5 Mesin Plasma Cutting


Messer plasma cutting merupakan alat potong yang digunakan di bagian
Preparation di PT. Bromo Steel Indonesia. Plasma cutting adalah alat yang
digunakan untuk memotong baja atau logamdengan menggunakantorch plasma.
Dalam proses ini, gas inert di beberapa unit, udara terkompresi ditiupdengan
kecepatan tinggi keluar dari nozel, pada waktu yang sama busur listrik terbentuk
melalui gas dari nozel ke permukaan yang dipotong, mengubah sebagian dari
gasmenjadi plasma.
Plasma cukup panas untuk melelehkan logam yang dipotong dan bergerak
cukup cepat untuk meniup logam cair dari yang dipotong.Pengelasan plasma
sangat mirip dengan las TIG yaitu busur dibentuk antaraelektroda tungsten
mengenai benda kerja. Namun, dengan menempatkan elektroda di dalam torch,
busur plasma terlindung dari lapisan gas. Hal ini memaksa plasma keluar melalui
tembaga halus nozel yang mengkonstruksi busur. Tiga modus pengoperasiandapat
dihasilkan dengan variasi diameter bore dan aliran gas plasma yangdihasilkan.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
12

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

c. Mesin Roll

Gambar 2. 6 Mesin Roll

Mesin roll adalah mesin yang akan memutar berbagai jenis lembaran
logam menjadi bulat atau bentuk kerucut (cone) . Hal ini dapat juga disebut " Roll
Bending Machine " atau " Plate Bending Machine ". Prinsip kerja mesin ini sangat
sederhana, benda kerja berupa pelat atau logam berdiameter kecil dijepit diantara
upper roll dan lower roll dan diputar sehingga mencapai ukuran diameter yang
diinginkan. Mesin ini sangat penting dalam pembuatan pipa atau tangki karena
mesin ini mampu menggulung plat sehingga membentuk profil kurva lingkaran.

d. Mesin Bubut

Gambar 2. 7 Mesin Bubut


Mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang digunakan untuk
proses pemotongan benda kerja yang dilakukan dengan membuat sayatan pada
benda kerja dimana pahat digerakkan secara translasi dan sejajar dengan sumbu

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
13

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

dari benda kerja yang berputar. Di bidang industri, keadaan mesin bubut sangat
berperan, terutama didalam industri permesinan. Misalnya dalam industri
otomotif, mesin bubut berperan dalam pembuatan komponen-komponen
kendaraan, seperti mur, baut,roda gigi, poros, tromol dan lain sebagainya.
Penggunaan mesin bubut juga dapat dihubungkan dengan mesin lainseperti
mesin bor (drilling machine), mesin gerinda (grinding machine), mesin frais
(milling machine), mesin sekrap (shaping machine), mesin gergaji (sawing
machine) dan mesin-mesin yang lainnya. Namun ada salah satu hal yang paling
penting dari sebuah mesin adalah perawatannya. Perawatan dilakukan untuk
menjaga kondisi mesin dalam keadaanyang baik. Sebelum kegiatan perawatan
dilaksanakan, diperlukan kegiatan perencanaan perawatan terlebih dahulu. Ini
bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana.
Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama antara
lain: meja mesin, headstock, tailstock,compound slide, across slide, toolpost, dan
leadscrew dan lain-lain. Prinsip kerja dari mesin bubut yaitu poros spindel akan
memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada
poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda
gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi
gerak translasi pada eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja
akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.

e. Mesin Sekrap

Gambar 2. 8 Mesin Sekrap

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
14

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Mesin sekrap (shaping machine) adalah mesin perkakas yang mempunyai


gerak utama bolak-balik horizontal dan berfungsi untuk merubah bentuk dan
ukuran benda kerja sesuai dengan yang dikehendaki.Mesin sekrap (shap machine)
disebut pula mesin ketam atau serut.Mesin ini digunakan untuk mengerjakan
bidang-bidang yang rata, cembung, cekung, beralur dalam kedudukan mendatar,
tegak ataupun miring.Prinsip pengerjaan pada mesin sekrap adalah benda yang
disayat atau dipotong berada pada keadaan diam, sementara pahat bergerak lurus
bolak-balik melakukan penyayatan (gerak translasi). Ada beberapa jenis gerakan
yang perlu diperhatikan dalam mesin sekrap yaitu :
1. Gerakan utama
Gerakan ini merupakan gerakan yang ditunjukkan oleh pahat.Pada saat
pahat bergerak maju terjadi langkah kerja dimana pahat akan menyayat
permukaan benda kerja sementara saat pahat bergerak mundur terjadi langkah
bukan kerja karena pahat tidak menyayat benda kerja.
2. Gerakan feeding (langkah pemakanan)
Gerakan ini menghasilkan chip atau ketebalan tatal yang terpotong.
3. Dalamnya penyayatan
Pada pengaturan dalamnya pemotongan ini akan menghasilkan kedalaman
pemotongan yang diinginkan yang juga terkait dengan perencanaan waktu
pemesinan.Pada mesin sekrap ada beberapa jenis penyayatan yang bisa dilakukan
antara lain penyayatan permukaan (facing), alur(slotting), dan tangga (steps)

f. Mesin Bor

Gambar 2. 9 Mesin Bor

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
15

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Mesin bor adalah suatu jenis mesin yang gerakanya memutarkan alat
pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut
(pengerjaan pelubangan). Sedangkan pengeboran adalah operasi menghasilkan
lubang berbentuk bulat dalam lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong
berputar yang disebut bor.

g. Annealing Furnace

Gambar 2. 10 Annealing Furnace


Annealing furnace adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk
memanaskan material pada suhu yang sangat tinggi, untuk mengubah kekerasan
dan kekuatan sifat-sifatnya. Di dalam suatu pabrik, alat ini biasanya digunakan
untuk menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk setelah proses pengelasan
selesai atau disebut juga dengan proses PWHT (Postweld Heat Treatment).
Material terutama carbon steel akan mengalami perubahan struktur dan
grain karena effect dari pemanasan dan pendinginan. Struktur yang tidak
homogen ini menyimpan banyak tegangan sisa yang membuat material tersebut
memiliki sifat yang lebih namun ketangguhannya lebih rendah.
Yang harus diperhatikan dalam PWHT yaitu proses PWHT dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu memasukkan benda uji kedalam dapur atau

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
16

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

melakukan pemanasan setempat localized didekat daerah pengelasan saja.


Metode mana yang akan dilakukan lebih bersifat kepada pertimbangan ekonomis
saja.
Parameter dalam PWHT yang perlu dijaga adalah:
1. Heating rate
2. Holding temperature
3. Cooling Rate
Dalam melakukan PWHT banyak hal yang harus diperhatikan agar tujuan
dari PWHT ini dapat tercapai. Faktor factor penting yang harus diperhatikan
diantaranya:
1. Expansion area : Karena proses panas akan mengakibatkan terjadinya
pemuaian dan expansi material maka harus di perhatikan bahwa saat stress
relieve material tersebut tidak mengalami restraint.
2. Insulasi : Saat element sudah terpasang dengan benar maka area disekitar
(adjacent) element harus ditutup dengan kowool atau ceramic fiber
untukmenjaga kestabilan suhu.
3. Cleaning material : Material harus bersih dari segala grease , oil.
4. Support material : Proses pemanasan akan mengakibatkan terjadinya pelunakan
material. Dengan adanya gaya gravitasi maka material yang akan di PWHT
harus diberikan support sehingga tidak terjadi distorsi.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
Laporan Kerja Praktik
PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

BAB 3. METODOLOGI KERJA PRAKTIK

3.1 Dasar Penelitian


PT. Bromo Steel Indonesia (BOSTO)adalah perusahaan yang bergerak
dibidang industri mesin. Kegiatan usaha perusahaan ini adalah menghasilkan
produk atas dasar pesanan sarana pabrik.
PT. Bromo Steel Indonesia menghasilkan suatu produk yang berkualitas
sesuai standart ISO 9001:2008. PT. Bromo Steel Indonesia dapat mengerjakan
semua produk dari pemesan sesuai dengan gambar yang diterima oleh departemen
Engineering.

3.2 Tugas Khusus


a. Bagaimana proses Fabrikasi yang ada di PT BOSTO ?
b. Bagaimana proses rolling di PT. Bromo Steel Indonesia ?
c. Bagaimana proses welding di PT. Bromo Steel Indonesia ?

3.3 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan sarana pokok dalam mendapatkan suatu
penyelesaian masalah secara ilmiah. Dalam proses pengumpulan data, peranan
instansi yang terkait sangat diperlukan sebagai pendukung dalam memperoleh
data data yang diperlukan dalam pembuatan laporan. Adapun cara untuk
memperoleh data yang terdapat dalam laporan ini, adalah sebagai berikut :
a. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada
pembimbing lapangan atau operator yang ada di PT. Bromo Steel Indonesia guna
mendapatkan penjelasan dan data penelitian dalam kegiatan kerja praktek.

b. Metode Literatur
Yaitu mengumpulkan, mengidentifikasi, mengolah data tertulis dan metode
kerja yang digunakan dimana data - data tersebut diperoleh dari departemen setiap

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember 17
18

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

bagian di PT. Bromo Steel Indonesia.

c. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan, agar
dapat diketahui kondisi real di lapangan sehingga dapat diperoleh gambaran
sebagai pertimbangan dalam pembuatan laporan.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
19

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Proses Produksi PT. Bromo Steel Indonesia


1. Departemen Engineering
Departemen engineering di PT. BOSTO termasuk engineering
manufacturing yang memiliki tugas untuk mereview gambar dan juga
menganalisis prosedur pengelasan yang akan digunakan dari pemesan yang
diterima oleh bagian pemasaran di PT.BOSTO. Di departemen engineering
sendiri setelah mereview gambar, menentukkan material yang cocok dengan data-
data yang tersedia di gambar tersebut. Setelah mereview gambar, tugas
selanjutnya yaitu menganalisis kawat pengelasan yang akan digunakan sesuai
dengan material yang digunakan. Dalam menganalisa ini, departemen engineering
membuat WPS (Welding Procedure Specification).

2. Departemen PPC (Production Planing Control)


a) Deskripsi Proses Fabrikasi
Secara umum proses produksi yang ada di PT. Bromo Steel Indonesia
memiliki tahapan dalam pemrosesan produksinya karena sebelum produk tersebut
dikerjakan dilapangan, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu
kesepakatan dari pihak-pihak yang terkait, mulai perencanaan, proses produksi,
fabrikasi, erection hingga tahap serah terima. Secara singkat proses fabrikasi di
PT. Bromo Steel Indonesia dapat dijelaskan dengan flow diagram di bawah ini.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
20

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4. 1 Flow Diagram Proses Fabrikasi Di PT. Bromo Steel Indonesia

PPC (Production Planing Control) adalah proses perencanaan dan


pengendalian arus produksi untuk dicapainya penghematan dalam biaya bahan,
pemanfaatan sumber daya baik fasilitas, tenaga kerja atau waktu yang optimal
untuk tercapainya keuntungan yang optimal.
Departemen PPC merupakan suatu sistem pengendalian proses produksi
dengan dilakukannya perencanaan, pengaturan, dan pemeriksaan setiap aspek
dalam kegiatan produksi. Departemen ini dipimpin oleh Bapak Agus.
Tujuan PPC secara umum yaitu untuk memanfaatkan sumber daya yang
terbatas dalam suatu proses produksi baik barang maupun jasa sehingga dapat
memuaskan permintaan pembeli atau pengguna dan menghasilkan keuntungan
bagi investor atau pihak perusahaan.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
21

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Dilihat dari tujuannya yang sangat berpengaruh bagi pihak internal


maupun eksternal atau konsumen atau pembeli, maka pelaksanaannya haruslah
tepat sasaran dan tepat guna. Baik atau tidaknya proses pelaksaan PPC langsung
mempengaruhi proses produksiya. PPC dibagi menjadi 2 divisi yaitu :
a) Planning Control
Divisi ini merupakan divisi yang mengatur perencanaan proses produksi di
PT. BOSTO, serta mengatur kebutuhan material yang akan di produksi. Berikut
merupakan tugas tugas yang dilakukan oleh planning control yaitu :
1) Pembuatan schedule (jadwal proses produksi)
(Scheduling) adalah tahap dari perencanaan produksi yang membuat
rencana (menjadwalkan) kapan proses produksi dilaksanakan. Tujuan perusahaan
yang ingin dicapai dalam menyusun rencana produksi adalah berproduksi dengan
lancar, tepat waktu dan ekonomis, sehingga mampu memenuhi permintaan
pelanggan sesuai dengan yang diharapkan.
Rencana produksi adalah suatu keputusan yang diambil dan pelaksanaannya
akan dilakukan oleh fungsi operasional yang diawasi secara ketat oleh bagian
pengendali mutu (Quality Control), namun tingkat keberhasilannya bukan hanya
pada tinggkat pelaksanaan tapi sangat ditentukan oleh baik tidaknya susunan
rencana produksi itu sendiri.
Rencana produksi sangat menentukan efektifitas fungsi yang terkait dalam
persiapan, pelaksanaan dan pengendalian. Berikut adalah contoh dari pembuatan
schedule untuk fabrikasi Upper dan Lower Drum ,di PT. BOSTO :

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
22

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4. 2 Schedule
Adapun rumus acuan yang digunakan PT. BOSTO untuk membuat waktu
pengerjaan proses produksi, yaitu :

Berat total x bagian x jam kerja


Preparation =
1000

Berat total x bagian x jam kerja


Walles =
1000

Berat total x bagian x jam kerja


Fitting shop =
1000

waktu perkawat x P.total benda kerja x banyak layer


Welding = P.perkawat x 60

2) Pembuatan Progress Report


Progress report merupakan kegiatan yang dilakukan oleh divisi planning
control yang bertugas mencatat hasil progress dari setiap proses produksi yang
dilakukakan di PT. BOSTO. Dengan adanya progress report ini bisa
mempermudah mengetahui perkembangan pekerjaan yang dilakukan. Berikut
adalah contoh gambar dari progress report.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
23

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4. 3 Progress Report

c) Metode Proses
Divisi ini merupakan divisi yang mengatur, merencanakan waktu produksi
(schedule fabrikasi), dan mengawasi jalannya produksi. Adapun tugas tugas
yang dilakukan metode proses meliputi :
1) Memecah Gambar
Dalam tugas ini divisi metode proses ditugaskan untuk memecah gambar
yang utuh atau menggambar ulang gambar yang turun dari departemen
engineering. Hal ini bertujuan untuk mendetailkan gambar, agar gambar yang
sulit untuk dipahami menjadi lebih mudah untuk dibaca saat proses produksi oleh
para pekerja dilapangan.
2) Pembuatan Cutting Plan
Cutting plan adalah proses perencanaan pemotongan material yang
bertujuan untuk memudahkan proses produksi dilapangan terutama pada bagian
preparation. Cutting plan berisikan potongan - potongan gambar yang terbagi
menjadi beberapa segmen yang menunjukkan bentuk potongan dari masing-
masing item beserta jenis material,ukuran maupun tebal plat. Sebelum membuat
cutting plan harus menghitung bentangan dari masing-masing bagian produk.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung bentangan Upper dan Lower
Drum , oleh PT. BOSTO, yaitu:

Bentangan = ID x Tebal Plat x

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
24

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Perhitungan Bentangan Upper dan Lower Drum


Upper Drum :
Bentangan = ID + tebal plat x
= 1600 + 46 x 3,14
= 5171 mm

Lower Drum :
Bentangan = ID + tebal plat x
= 800 + 25 X 3,14
= 879 mm

Gambar 4. 4 Contoh Cutting Plan

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
25

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

3) Pembuatan Job Tiket


Job tiket atau kartu kerja adalah selembar tiket yang berguna untuk
mengetahui suatu proses pekerjaan yang telah dilakukan yang meliputi jumlah
produk yang dikerjakan, pekerjaan yang harus dilakukan, jam kerja, nama barang,
dan tempat kerja untuk melaksanakan proses produksi. Berikut merupakan contoh
lembaran job tiket :

Gambar 4. 5 Contoh Job Ticket

4) Pembuatan Bon Material


Bon material adalah sejenis lembaran surat yang diterima oleh PPC tetapi
belum ada proses dari pemesan dengan adanya barang masuk (sesuai surat jalan),
misalkan material yang digunakan terdapat sisa, maka bon material tersebut
dikembalikan dengan mencantumkan dimensi minimal. Berikut merupakan
contoh gambar bon material :

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
26

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4. 6 Contoh Bon Material

3. Departemen Produksi
Proses produksi adalah proses pembuatan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan
dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Proses produksi merupakan
tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Berikut ini
contoh daro flow proses produksi Upper dan Lower Drum , yang ada di PT.
BOSTO.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
27

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4. 7 Flow Proses Fabrikasi Upper dan Lower Drum


Jadi fungsi departemen ini adalah memproduksi atau membuat barang
sesuai dengan yang direncanakan. Bagian produksi ini adalah bagian yang
menciptakan nilai tambah. Di departemen ini komponen dirakit menjadi sub-
rakitan (sub-assembly), kemudian sub-rakitan dirakit lagi menjadi barang jadi atau
finish good. Bisa jadi hasil akhir dari pabrik tersebut adalah sub-rakitan yang
dijual ke perusahaan lainnya. Departemen ini merupakan departemen yang
melakukan atau melaksanakan proses produksi dilapangan yang sebelumnya telah

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
28

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

direncanakan oleh departemen PPC. Untuk tercapainya keberhasilan suatu produk


yang dikerjakan, produksi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a) Preparation
Pada PT. BOSTO preparation merupakan proses persiapan sebelum
dilakukannya proses assembling (perakitan). Preparation akan melakukan proses
marking dan cutting seperti apa yang telah di kerjakan bagian metode proses yaitu
cutting plan. Gambar yang ada pada cutting plan akan diaplikasikan ke lembaran
plat yang telah disiapkan di preparation. Untuk selanjutnya akan dilakukan proses
marking, yaitu penandaan pada lembaran lembaran plat. Lembaran plat terlebih
dahulu diletakkan diatas meja untuk memudahkan proses marking dan cutting.
Pada proses marking, plat diberi tanda dan pos yang sesuai seperti pada
cutting lay out yang telah di kerjakan. Berikut contoh marking :

Gambar 4. 8 (a) Proses Marking (b) Pengkodean

Setelah proses marking dilakukan, departemen QC mengecek (inspeksi)


lembaran plat yang telah di marking dan mencocokkan dengan cutting lay out.
Apabila sudah sesuai, maka QC memberikan acc agar dapat dilakukan proses
selanjutnya. Kemudian proses selanjutnya yaitu proses cutting, dimana proses
cutting merupakan proses pemotongan plat menggunakan alat alat tertentu yang
ada di PT. BOSTO. Adapun alat-alat yang digunakan proses pemotongandi PT.
BOSTO yaitu :
1) Mesin Potong Skator
Proses pemotongan mesin skator merupakan salah satu jenis alat potong
yang ada di bagian Preparation di PT. BOSTO yang berfungsi untuk memotong

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
29

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

pelat dengan tebal maksimal 100 mm. Mesin ini digunakan untuk memotong pelat
dengan bentuk linier. Mesin potong skator dapat juga digunakan untuk proses
pemotongan miring atau bevel yang dapat dijalankan dengan kecepatan tinggi.
Alat potong ini dapat disetel noselnya untuk mengatur jalannya pemotongan dan
kecepatan pemotongan. Untuk melakukan pemotongan miring hampir sama
dengan proses potong tegak lurus hanya saja posisi nozel dibuat miring untuk
mendapatkan hasil potong yang miring atau bevel. Ada hal-hal yang perlu
diperhatikan dari mesin potong skator adalah mengenai jalannya pemotongan,
kecepatan pemotongan dan penyetelan nozel. Banyak jenis dan tipe dari alat
potong skator mulai dijalankan secara manual, mekanik dan dijalankan dengan
otomatis. Gerakan mesin potong skator dapat dijalankan maju dan dijalankan
mundur.

Gambar 4. 9 Proses Cutting

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
30

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

4.2 Rolling
Rolling atau pengerolan logam adalah sebuah proses untuk mengurangi
ketebalan atau luas penampang dari suatu logam atau benda kerja, dengan
melewatkan benda kerja pada sepasang roll yang berputar dengan arah yang
berlawanan.

Gambar 4. 10 Mesin Roll


Celah atau gap diantara dua roll yang berputar lebih kecil dari ketebalan
logam yang akan masuk. Benda kerja terjepit diantara dua roll, sehingga muncul
gaya gesek yang diperlukan untuk menggigit dan menarik benda kerja agar dapat
melewati roll. Benda kerja yang melewati roll berputar akan mengalami tegangan
tekan dan tegangan geser permukaan. Deformasi dari proses ini akan
menyebabkan benda kerja bertambah panjang, sedangkan luas penampang atau
ketebalannya akan berkurang.
Proses rolling ini banyak digunakan pada proses pengerjaan logam, karena
memberikan kemungkinan untuk memproduksi produk akhir yang berkualitas
tinggi dan mudah dikontrol.

Gambar 4. 11 Spesifikasi Mesin Roll

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
31

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

(a) Spesifikasi Mesin Roll


Mesin roll yang digunakan adalah AKYAPAK HYDRAULIC FOUR
ROLLER BENDING MACHINE mesin ini di datangkan dari negara Turki.
Tipe : AHS 30/60 Nilai Arus : 137 6,7 A
Nomor Seri : SY610 19 Nilai Daya : 75 3 kW
Tahun Produksi : 2016 Nilai Frekuensi : 50 Hz
Berat Mesin : 49000 kg Voltase : 400 VAC
Lebar : 3000 mm Jumlah fase : 3 PH + 1 N + 1 PE
Panjang : 6800 mm Ip : 54
Tinggi : 3470 mm Tekanan Pneumatik : - (min-max)
Panel elektrik : SY610 19 Tekanan Hidraulik : 180 + 160 Bar

Mesin ini memiliki kapasitas untuk memproses plat sebagai berikut


Lebar : Min 100 mm Max 3000 mm
Panjang : Min 1000 mm Max 10000 mm
Ketebalan : Min 2 mm Max 100 mm

(b) Bagian-bagian Mesin

Gambar 4. 12 Bagian - Bagian Mesin Roll

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
32

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Nama-nama Bagian Mesin Roll


1.) ProtectionPlates
2.) Roller
3.) Side Cover Roller
4.) Control Panel
5.) Elektrical Box

(c) Control Panel


Control panel adalah bagian mesin roll yang berfungsi sebagai pusat
kendali dari proses pengerolan. Terdapat layar sebagai pematau dimensi dan
program kerja dari mesin roll. Dan terdapat berbagai tombol tombol untuk
pengoprasian mesin.

Gambar 4. 13 Control Panel

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
33

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4. 14 Bagian- Bagian Control Panel

Keterangan :
1 Start up button
2 Stop Button
3 Exiciting lamb specifying low oil level
4 Exiciting lamb for emergency stop button
5 Energy on process button
6 Open close key
7 Emergency stop button
8 Left side roll parallel or conic up and down
9 Left roll up
10.Left roll down
11. Fast - slow adjusting button
12. Cover opening and top roll up
13. Cover closed and top roll down
14. Bottom roll parallel or conic up and down
15. Bottom roll up
16. Bottom roll down
17. Right roll parallel or conic up and down
18. Right roll up
19. Right roll down
20. Right side turning button
21. Left side turning button
22. Display

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
34

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

(d) Proses Dasar Pengerolan


Logam dilewatkan diantara dua roll yang berputar berlawanan arah,
dengan celah antar rollnya kurang dari ketebalan material yang akan dimasukan.
Karena roll berputar dengan kecepatan permukaanmelebihi kecepatan logam yang
masuk, gesekan sepanjang kontak antar muka bereaksi memajukan logam.
Logam dijepit dan perpanjangan adalah kompensasi dari penurunan luas
penampang lintang.Jumlah deformasi yang bisa dicapai pada sekali pengerolan
tergantung pada kondisi friksi (gesek) di sepanjang permukaan. Bila terlalu
banyak yang diinginkan roll tida dapat memproses material dan slip diatas
permukaan. Apabila terlalu sedikit deformasi untuk sekali lewat pengerolan, maka
akan mengakibatkan biaya produksi yang dibutuhkan menjadi lebih mahal.
(1) Menempatkan Posisi Plat
Langkah pertama dari proses bending adalah menempatkan posisi
material. Untuk mendapatkan kualitas tinggi hasil proses pengerolan , Operator
harus memasukkan dan memposisikan dengan benar material yang akan di proses
pengerolan. Adapun rumus mencari bentangan plat yaitu :

Bentangan = ID + T x

atau

Bentangan = OD x

Keterangan :

ID = Inside Diameter
T = Tebal Plat
OD = Outside Diameter

Langkah Langkah :

1. Turun roller kanan ke level terendah


2. Masukkan plat dengan bantuan crane dengan posisi sejajar dengan sumbu
roller utama dan berikan celah samping kanan kiri yang sama.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
35

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

3. Untuk memudahkan prosedur diatas dapat dengan cara menaikkan roller kiri
keposisi tengah kemudian dorong plat sampai menyentuh dan sejajar dengan
roller kiri

Gambar 4. 15 Menempatkan Posisi Plat


(2) Proses Pengerolan
Gambar berikut mengilustrasikan siklus kerja normal dengan mesin empat
roll. Keahlian pekerja dan bahan akan berkontribusi besar terhadap hasil produk.
1. Sebelum memasukkan plat ke
mesin, pastikan bahwa gulungan
sentral di posisi terendah.
2. Dalam proses pengerolan plat kali ini
dimasukan dari sisi kanan mesin. Tetapi
juga bisa memasukan plat dari sisi kiri.
dalam pengerolan ini semua operasi akan
dilakukan dengan cara specular, yaitu
menggunakan gulungan sisi berlawanan
gerakan.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
36

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

3. Angkat roller kanansampai menyentuh


permukaan plat. Roller ini membantu
menahan plat untuk kemudian plat akan
di jepit dengan kedu roller utama.

4. Masukkan pelat di antara dua roller pusat


dan turunkan level roller atas sehingga
plat terjepit diantara dua roller pusat.
5. Naikkan level roller kanan sesuai dengan
dimensi yang telah ditentunkan agar plat
menekuk dengan bentuk awal seperti di
gambar
6. Sekarang menurunkan roller kanan dan
tarik platke arah sisi kiri, dan naikan roller
sebalah kiri secara perlahan sampai plat
berbentuk setengah lingkaran
7. Naikkan level roller kanan kiri lakukan langkah di ini secara bergantian dan
berturut-turut sampai hampir berbentuk lingkaran
8. Potong extra bend atau toleransi panjang bahan yang kemudian sekaligus
benbentuk bevel
9. Roll lagi sampai kedua ujung plat menyatu dan lakukan pengelasan untuk
menyatukan kedua ujung plat
10. Lakukan pengerolan terakhir sampai plat berbentuk lingkaran sempurna dan
sesuai dimensi yang di inginkan

(3) Proses Penurunan Hasil Pengerolan


1. Siap mounting crane untung mencekam bagian ujung kanan dan kiri dari
produk hasil pengerolan dan angkat sampai rantai tegang
2. Turunkan roller utama bawah ke level ter rendah
3. Buka cover samping dengan menakan tombol 13 di control panel. Bersamaan
dengan cover terbuka maka roller utama atas akan terangakat di sisi bagian
yang bergabung dengan cover

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
37

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4. 16 Proses Penurunan Hasil Roll

4. Tarik benda kerja ke arah roller yang terbuka sampai semua keluar dari roller
5. Tutup kembali roller dengan menekan tombol 12 di control panel.

(e) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengerolan


Seperti halnya dengan proses pengerjaan panas yang lain, control suhu
sangat mempengaruhi keberhasilan proses pengerolan. Idealnya, sebelum
dilakukan proses pengerolan, benda kerja dipanaskan hingga suhu panasnya
menjadi seragam. Karena temperature benda kerja sangat mempengaruhi hasil
dari proses pengerolan. Apabila temperature benda kerja tidak seragam, maka
deformasi yang terjadi berikutnya juga tidak seragam.
Contohnya apabila material telah dipanaskan dengan waktu yang tidak
memadai sehingga temperaturnya belum seragam, maka apabila dilakukan proses
pengerolan, bagian luar benda kerja yang panas akan mengalir terlebih dahulu.
Atau bila material telah mengalami pendinginan lebih karena proses sebelumnya,
permukaan yang lebih dingin akan lebih tahan terhadap deformasi. Retak atau
sobek pada permukaan yang lebih dingin mungkin terjadi karena interior yang
panas dan lemah mencoba mengalir.

(f) Cacat Pada Pengerolan


(1) Cacat Barel
Yaitu cacat pada hasil pengerolan dimana ujung tepi menyatu tetapi di
bagian tengah mempunyai celah yang lebar karena disebabkan Plat terlalu tebal

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
38

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

sehingga mesin tidak mampu melakukan pengerolan dengan sempurna, kedua roll
utama terlalu dekat sehingga plat terjepit dengan tekanan yang tinggi.

Gambar 4.17 Cacat Barel

(2) Cacat Reel


Yaitu cacat pada hasil pengerolan dimana hanya bagian tepi tengah yang
menyatu tetapi bagian tepi ujung tidak. Hal ini dapat terjadi di karenakan Plat
terlalu tipis dan jarak antara kedua roll utama terlalu longgar sehingga plat tidak
mendapat tekanan yang pas.

Gambar 4.18 Cacat Reel

(3) Cacat Cone


Cacat ini terdiri dari satu sisi tabung yang lebih tertutup dari sisi lain. Hal
ini dapat disebabkan oleh dua situasi yang berbeda.Yang pertama disebabkan
karena parallel roller tidak sempurna atau mesin mulai tidak presisi, yang kedua

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
39

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

karena bahan yang di gunakan terlalu pendek dan peletakannya tidak tepat di
tengah serta tidak lurus dengan sumbu roller.

Gambar 4.19 Cacat Cone

(4) Cacat Axis Tidak Lurus


Cacat axis tidak lurus adalah cacat yang dimana pertemuan kedua tepi plat
tidak lurus atau tidak 90 dengan tepi samping dan bias juga kedua tepi tidak
sejajar tepi a terlalu tinggi dan tepi b terlalu rendah atau sebaliknya. Cacat ini
terjadi karena peletakan plat tidak lurus dengan sumbu roller, kesalahan operator,
atau potongan plat yang salah.

Gambar 4.20 Cacat Axis Tidak Lurus

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
40

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

(g) Contoh Hasil Dari Pengerolan

Gambar 4. 21 Contoh Hasil Pengerolan

2) Assembling
Setelah plat di roll maka akan masuk di bagian assembling , di bagian
assembling ini plat yang sudah di roll akan dilakukan proses bevel dan fit up .
Bevel merupakan suatu proses untuk membentuk tempat kampuh las yang
berbentuk miring (sudut). Hampir sama dengan proses potong tegak lurus hanya
saja posisi nozel dibuat miring (sesuai sudut yang diinginkan) untuk
mendapatkan hasil potong yang miring atau bevel.

Gambar 4. 22 (a) Sudut Bevel (b) Proses Bevel

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
41

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

4.3 Welding
Welding adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan
dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang
kontinyu. Welding merupakan sebagian dari proses assembling, karena setiap
proses penggabungan atau perakitan tidak akan lepas dari sebuah pengelasan yang
berguna untuk melekatkan bagian ujung plat ke ujung plat yang lain.

Proses pengelasan yang dilakukan di PT. BOSTO untuk mengelas shell


dari Upper dan Lower Drum , yaitu SMAW dan SAW :
(a) SMAW
Proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) yang juga disebut
las busur listrik adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk
mencairkan material dasar atau logam induk dan elektroda (bahan pengisi). Panas
tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda
(ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilas ).

Gambar 4. 23 Proses Welding SMAW


Klasifikasi AWS dari elektroda SMAW dilambangkan dengan susunan
kode sebagai berikut:

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
42

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4. 24 Kode Elektroda

Dengan keterangan bahwa:


E : menyatakan elektroda
XX : diisi kode yang menunjukkan daya rentang bahan (strength)
X : diisi kode yang menunjukkan posisi dari pengelasan
X : diisi kode yang menunjukkan selulosa tipe dari arus dan lapisan
Adapun untuk posisi pengelasan ada 6 macam, meliputi:
1. 1G Down hand
2. 2G Horizontal
3. 3G Vertical
4. 4G Over head
5. 5G Las pipa pada pipa yang berputar
6. 6G Las pipa dimana pengelas yang berputar
Elektroda yang digunakan untuk mengelas Upper dan Lower Drum, yaitu
diameter 4mm E7016 , elektroda berdiameter 4mm dengan kekuatan tarik
70.000 lb/in2, digunakan untuk segala posisi, jenis selaput Low Hytrogen
dengan arus AC. Elektroda yang dibutuhkan untuk mengelas Shell Upper dan
Lower Drum ,

Tabel 4.1 Kebutuhan Elektroda

Elektroda Waktu
Part Name Description Layer (Batang) (menit)
Upper Drum Shell
shell plate PL 25t x 5170 x 2298 2 layer 46 184
shell plate PL 25t x 5170 x 2198 2 layer 44 176
shell plate PL 25 t x 5170 x 2298 2 layer 46 184

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
43

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Manhole PL 40t x 175 x 1427,8 3 10


Lower Drum Shell
shell plate PL 25t x 2590,8 x 2300 2 layer 46 184
shell plate PL 25t x 2590,8 x 1554 2 layer 31 124
shell plate PL 25t x 2590,8 x 2300 2 layer 46 184
Manhole PL 40t x 175 x 1427,8 3 10
Total 264 1057

Perhitungan kebutuhan elektroda SMAW:


1. Upper Drum
panjang total benda kerja
Kebutuhan elektroda = x banyak layer
panjang perkawat
6794
= x2
100

= 136 batang
Diameter elektroda = tebal plat x 0,7
= 46 x 0,7
= 32 mm 4
untuk tebal plat 8-40 mm diameter eletroda yang digunakan 3,5 atau
4
Waktu = jumlah elektroda x 4 min
= 136 x 4 min = 544 min = 9 jam
2. Lower Drum
panjang total benda kerja
Kebutuhan elektroda = x banyak layer
panjang perkawat
6154
= x2
100

= 123 batang
Diameter elektroda = tebal plat x 0,7
= 46 x 0,7
= 32 mm 4

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
44

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

untuk tebal plat 8-40 mm diameter eletroda yang digunakan 3,5 atau
4

Waktu = jumlah elektroda x 4 min

= 123 x 4 min = 492 min = 8 jam


3 Manhole Upper dan Lower Drum
Keb elektroda = tg 30 (tebal plat ) x tebal plat x P. Las x berat jenis
= 0,577 x 0,40 x 2,8556 x 7,85
= 5 kg 90 batang
Diameter Elektroda = tebal plat x 0,7
= 40 x 0,7
= 28 mm 3
Waktu = jumlah elektroda x 4 min
= 90 X 4 min
= 360 min = 6 jam
Hal hal yang mempengaruhi hasil pengelasan adalah, sudut elektroda,
panjang busur, kecepatan memindahkan busur, tinggi rendah arus yang
digunakan. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini dimana perbedaan hasil
pada pengelasan normal (A), pada arus yang terlalu rendah (B), terlalu tinggi (C),
kecepatan memindahkan busur yang terlalu cepat (D), terlalu lambat (E), dan
dengan arc yang terlalu panjang (F):

Gambar 4. 25 Hasil Pengelasan

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
45

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Adapun keuntungan dan kekurangan dari proses pengelasan SMAW ini


adalah :
Keuntungan dari SMAW :
1. Biaya awal invesmen rendah
2. Secara operasional handal dan sederhana
3. Biaya material pengisi rendah
4. Material pengisi dapat bermacam-macam
5. Pada semua material dapat memakai peralatan yang sama
6. Dapat dikerjakan pada ketebalan berapapun
7. Dapat dikerjakan dengan semua posisi pengelasan
Kekurangan dari SMAW:
1. Lambat, dalam penggantian elektroda
2. Terdapat slag yang harus dihilangkan
3. Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus
4. Efisiensi endapan rendah.

(b) SAW (Submerged Arc Welding)

Gambar 4. 26 SAW
Las SAW (Submerged Arc Welding) adalah merupakan salah satu jenis
pengelasan busur listrik dimana proses pengelasan ini adalah memanaskan dan

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
46

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

mencairkan benda kerja dan logam pengisi atau elektroda oleh busur listrik yang
ada diantara logam induk dan elektroda (logam pengisi).
Pengelasan SAW ini menggunakan fluks yang bentuknya seperti pasir
untuk melindungi logam pengisi yang mencair saat proses pengelasan agar tidak
terkontaminasi dari udara luar sehingga menghasilkan las - lasan yang baik.
Proses pengelasan SAW ini tidak memerlukan tekanan. Untuk logam pengisi atau
filler metal akan dipasok terus menerus secara otomatis selama proses pengelasan
berlangsung. Elektroda SAW ini terbuat dari bahan metal padat atau solid.

Gambar 4. 27 Proses Pengelasan SAW

Prinsip Pengelasan SAW hampir sama pada proses pengelasan SMAW,


namun fluks yang ada pada SAW berbentuk seperti pasir sedangkan pada SMAW
elektrodanya diselaputi oleh Flux. Selain itu SMAW merupakan pengelasan
Manual, sedangkan SAW merupakan pengelasan Otomatis. Fluks adalah
campuran komposisi mineral sesuai dengan formula penggunaanya yang
berbentuk granular / butiran. Pada pengelasan SAW, elektroda yang digunakan
memiliki flux dan berbentuk roll seperti gulungan kabel.
Elektroda dalam bentuk kawat diumpankan ke kampuh las benda kerja
secara kontinyu dan ditutup dengan flux dalam bentuk serbuk halus. Busur listrik
tercipta diantara elektroda dan benda kerja namun tidak terlihat karena elektroda

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
47

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

tertutup oleh flux.Fluk dalam SAW dapat berguna untuk 4M :


1. Melindungi metal yang mencair dari udara luar dengan menutupinya dengan
slag yang sedang mencair
2. Membersihkan metal yang mencair
3. Memodifikasi komposisi metal pengelasan
4. Mempengaruhi pembentukan bulir las dan properti mekaniknya.

Adapun beberapa kelebihan yang dimiliki oleh proses las SAW adalah :
1. Karena seluruh cairan tertutup oleh fluks maka kualitas daerah las sangat baik.
2. Karena dapat digunakan kawat las yang besar, maka arus pengelasan juga besar
sehingga penetrasi cukup dalam dan efisiensi pengelasan tinggi.
3. Karena kampuh las dapat dibuat kecil, maka bahan las dapat dihemat
4. Karena prosesnya secara otomatik maka tidak diperlukan keterampilan juru las
yang tinggi dan perubahan-perubahan teknik pengelasan yang dilakukan oleh
juru las tidak banyak pengaruhnya terhadap kualitas las.

Adapun kekurangan pengelasan jenis SAW sebagai berikut:


1. Karena busur yang tidak kelihatan, maka penentuan pengelasan yang salah
dapat menggagalkan seluruh hasil pengelasan
2. Posisi pengelasan terbatas hanya pada posisi horizontal
3. Karena prosesnya otomatik, maka penggunaannya lebih terbatas bila
dibandingkan las dengan tangan atau semi otomatik
4. Perlu membersihkan lapisan slag
5. Filler metal tertutup flux
6. Perlu waktu yang cukup untuk fit-up

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
48

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Perhitungan kebutuhan elektroda SAW

Gambar 4.28 Perhitungan Kebutuhan Elektroda SAW

1. Upper Drum
t (tebal plat) = 46 mm
a (root opening) =2 mm
b (root face) =2 mm
X (panjang sudut) = 25,40341 mm
Y (sudut bevel) = 30 degree
p (berat jenis) = 7,85 gr/cm3
L (panjang pengelasan) = 2298 mm

Volume root opening area


Va =axtxl
= 2 x 46 x 2298
= 211416 mm3

Selisih tebal material terhadap rood face


Z =tb
= 46 2
= 44 mm

Volume bevel kanan


X = Z x tan Y tan Y = 0,57735
= 44 x 0,57735
= 25,40341 mm

Volume bevel kanan dan kiri


X2 =XxZxL

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
49

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

= 25,40341 x 44 x 2298
= 2568590 mm3

Total area bevel


Tot = Va + X2
= 211416 + 2568590
= 2780006 mm3
= 2780,006 cm3

Efisiensi kebutuhan kawat


m = p x tot
= 7,85 x 2780,006
= 21823,05 gr
= 21,82305 kg

5) Grinding (Finishing)
Proses finishing merupakan proses yang harus dilakukan untuk
membersihkan terak- terak yang terdapat dalam benda kerja , proses finishing
disini menggunakan mesin gerinda tangan. Proses finishing ini harus dilakukan
sebelum melakukan pengujian hasil pengelasan.

Gambar 4.29 Proses Finishing

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
50

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

4. Departemen QC (Quality Control)


Departemen QC atau Quality Control merupakan departemen yang
berhubungan dengan pengendalian kualitas yang ada di PT. Bromo Steel
Indonesia. Departemen ini dipimpin oleh Bapak Rizal Yashmiardi,S.T. Adapun
tugas bagian QC yakni mengecek hasil pelaksanaan produksi dan membuat
laporan yang berupa record, MDR, dan lain-lain. Semua proses kegiatan yang
berlangsung di PT. Bromo Steel Indonesia selalu diawasi oleh QC, hal ini tak lain
agar produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan dapat memberikan kepuasan
kepada setiap pemesan.Pemeriksaan di Quality Control ada 2 macam, yaitu :
1) Non Destructructive Test (NDT)
Non Destructructive Test adalah aktifitas test atau inspeksi terhadap benda
untuk mengetahui adanya cacat, retak atau discontinuity lain tanpa merusak benda
kerja yang dites atau inspeksi. Contoh dari NDT tersebut adalah Penetrant Test
(PT),Magnetic Test(MT),Ultrasonic Test(UT),Radiografi Test(RT).
a) Penetrant Test(PT)
Penetrant Test adalah penyambungan suatu material menggunakan metode
pengelasan dengan menggunakan welder yag terkualifikasi belum bisa kepercayaan
/ kepastian bahwa hasil pengelasan akan bebas dari cacat. Untuk mengetahui cacat
yang terjadi pada sambungan las dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
adalah dye penetrant test. Pengujian jenis ini sering dilakukan dilapangan karena
sangat mudah dalam pengunaannnya dan mudah dibawa kemana-mana.
Tujuan dari proses ini adalah untuk memyelidiki permukaan (Surface Cracks),
kekeroposan (Porosity) pada sambungan las. Cara kerjanya pertama lakukan
penyemprotan cairan penetrant ke permukaan pengelasan kemudian tunggu sampai
15 menit, setelah itu bersihkan menggunakan clearner sampai merahnya hilang.
Selanjutnya semprot cairan developer ke permukan pengelasan yang diberisihkan
dan tunggu 5 menit untuk mengetahui hasil cacat tidaknya pengelasan. Ketika
pengelasan cacat di lambangkan dengan merah.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
51

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4.30 Penetrant dan Developer

Gambar 4.31 Proses NDT

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
52

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4.32 Hasil NDT

b) Radiografi Test (RT)


Radiografi digunakan untuk memeriksa cacat logam bagian dalam untuk
berbagai macam produk antara lain sambungan las, pengecoran, dll. Radiografi
menggunakan sinar X (Xray) dan sinar gamm.
Prinsip dasar radiografi untuk inspeksi pengelasan adalah sama dengan
radiografi medis, radiasi menembus yang dilewatkan melalui benda padat, dalam
hal ini bagian lasan yang di inspeksi akan dipantulkan ke film fotografi,
menghasilkan gambar struktur internal objek yang disimpan pada film. Berikut ini
merupakan contoh cacat dan hasil dari Radiografi Test :

Gambar 4.33 Porositas

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
53

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

Gambar 4.34 Undercut

Gambar 4.35 Crack

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember
54

Laporan Kerja Praktik


PT. Bromo Steel Indonesia
Pasuruan

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Sebagai salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia, PT Bromo Steel
berperan aktif dalam pengembangan alat-alat pabrik yang ada di indonesia
khususnya peralatan pabrik.
b. Pemeliharaan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu perusahaan
manufaktur, dimana terdapat banyak peralatan yang setiap hari selalu dipakai
bahkan biasanya over (lembur). Jika mesin-mesin yang ada kurang perhatian
dan kurang pemeliharaan maka mesin-mesin itu akan gampang rusak
sehingga akan merugikan banyak pihak. Kemudian dari segi keamanan dan
keselamatan kerja juga merupakan hal penting yang harus selalu diperhatikan.
c. Siklus produksi pada PT. Bromo Steel Indonesia sebagai berikut:
1. Preparation
2. Assembly
3. Welding
4. Machining
5. Fitting shop
6. Packing

5.2 Saran
Seharusnya para pekerja menggunakan alat pelindung diri yang lengkap
agar terhindar dari kecelakaan kerja, dan kurangnya alat pemadam kebakaran
yang terdapat di tiap-tiap sudut di PT. BOSTO, yang ada hanya tempat dari dari
alat tersebut.

Program Studi D3 Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai