BAB 1. PENDAHULUAN
Reaksi asam asam amino dengan gula pereduksi dapat menurunkan nilai gizi protein
yang terkandung di dalamnya. (Winarno et al., 1993).
Hal itu berbanding lurus dengan tujuan pengeringan untuk memperpanjang
umur simpan produk melalui pengurangan water activity. Pengurangan ini dilakukan
dengan cara menghambat pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim, tanpa harus
menginaktifkannya. Di sisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan
mengalami perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan
sebelum digunakan yaitu rehidrasi (Muchtad 1989).
Pada umumnya rak tidak dapat dikeluarkan. Beberapa alat pengering jenis ini
rak-raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat pengeringnya.
Bahan diletakan di atas rak (tray) yang terbuat darilogam yang berlubang. Kegunaan
lubang-lubang tersebut untuk mengalirkan udara panas.
Ukuran yang digunakan bermacam-macam, ada yang luasnya 200 cm² dan ada
juga yang 400 cm². Luas rak dan besar lubang-lubang rak tergantung pada bahan yang
dikeringkan. Apabila bahan yang akan dikeringkan berupa butiran halus, maka
lubangnya berukuran kecil
Pada alat pengering ini bahan selain ditempatkan langsung pada rak-rak dapat
juga ditebarkan pada wadah lainnya misalnya pada baki dan nampan. Kemudian pada
baki dan nampan ini disusun diatas rak yang ada di dalam pengering. Selain alat
pemanas udara, biasanya juga digunakan juga kipas (fan) untuk mengatur sirkulasi
udara dalam alat pengering. Udara yang telah melewati kipas masuk ke dalam alat
pemanas, pada alat ini udara dipanaskan lebih dulu kemudian dialurkan diantara rak-
rak yang sudah berisi bahan. Arah aliran udara panas didalam alat pengering bisa dari
atas ke bawah dan bisa juga dari bawah ke atas, sesuai dengan dengan ukuran bahan
yang dikeringkan. Untuk menentukan arah aliran udara panas ini maka letak kipas
juga harus disesuaikan (Unari Taib, dkk, 2008).
11
Pada spray dryer, bahan cair berpartikel kasar (slurry) dimasukkan lewat pipa saluran
yang berputar dan disemprotkan ke dalam jalur yang berudara bersih, kering, dan
panas dalam suatu tempat yang besar, kemudian produk yang telah kering
dikumpulkan dalam filter kotak, dan siap untuk dikemas.
Ada dua tipe pengering semprot, yaitu tipe horizontal dan tipe vertical.
Kontruksi alat pengering semprot secara umum terdiri dari:
a. Pemanas dengan satu atau lebih kipas untuk menghasilkan udara panas
dengan suhu dan kecepatan tertentu.
b. Atomizer, nozel, atau jet untuk menghasilkan partikel-partikel cairan
dengan ukuran tertentu.
c. Chamber atau wadah pengering dimana partikel-partikel kontak dengan
udara pengering.
d. Wadah penampung untuk menampung produk yang sudah dikeringkan.
12
Efesiensi termal pengering film tipis biasanya tinggi dan kehilangan zat
padatnya pun kecil. Alat ini relatif lebih mahal dan luas permukaan perpindahan kalornya
terbatas (Unair Thaib, dkk).
1. Gas ditiup melintas permukaan hamparan atau lembaran zat padat, atau melintas
pada satu atau kedua sisi lembaran. Proses ini disebut pengeringan dengan
sirkulasi silang
2. Zat padat disiramkan kebawah melaui suatu arus gas yang bergerak perlahan-lahan
keatas. Proses ini disebut penyiraman didalam pengering putar.
3. Gas dialirkan melalui zat padat dengan kecepatan yang cukup untuk
memfluidisasikan hamparan.
4. Zat padat seluruhnya dibawah ikut dengan arus gas kecepatan tinggi dan diangkut
secara pneumatic dari piranti pencampuran kepemisah mekanik
Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang
dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetrik
yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air dalam bahan , dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan
terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000).
Periode laju pengeringan menurun meliputi dua proses yaitu : perpindahan dari dalam
ke permukaan dan perpindahan uap air dari permukaan bahan ke udara sekitarnya,
seperti yang ditunjukkan pada grafik dibawah ini.
Q = Q1 + Q2 + Q3.
18
Dimana Q1 (jumlah panas yang digunakan untuk memanaskan bahan) didapat dari:
Q1 = mk . cp . (Tp – T~)
Q2 (Panas sensible air) yaitu panas yang digunakan untuk menaikkan suhu air di
dalam bahan yang didapat dari rumus :
Q2 = ma . ca . (Tp – T~).
Q3 (Panas laten penguapan air) yaitu jumlah panas yang digunakan untuk
menguapkan air bahan yang didapat dari :
Q3 = mw . hfg
Untuk menentukan banyaknya kalor (panas) yang diberikan oleh udara panas pada
bahan yang dikeringkan digunakan rumus sebagai berikut:
q = r . V . cu (T1 – T2)
𝑄
ɳ= 𝑥 100%
𝑞
Moisture content basis kering menunjukkan rasio antara kandungan air dalam
material terhadap berat material kering. Sedangkan moisture content basis basah
menunjukkan rasio antara kandungan air (kg) dalam material terhadap berat material
basah .
2.8.2 Drying rate
Drying rate (N, kg/m2.s ) menunjukkan laju penguapan air untuk tiap satuan
luas dari permukaan yang kontak antara material dengan fluida panas. Laju
pengeringan secara matematis ditulis
𝑊₁ − 𝑊₂
𝑅
𝐴(𝑡₂ − 𝑡₁)
Dimana :
A = Luas permukaan bahan
R = Laju pengeringan
W₁-W₂ = Selisih berat bahan
t₂-t₁ = Selisih waktu pengeringan
Jika kita ingin mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka terjadi
perpindahan kalor dari udara ke bulb thermometer. Karena mendapatkan kalor maka
zat cair (misalkan: air raksa) yang ada di dalam thermometer mengalami pemuaian
sehingga tinggi air raksa tersebut naik. Kenaikan ketinggian cairan ini yang di
konversika dengan satuan suhu (celcius, Fahrenheit, dll).
Gambar 2.10 Penjelasan Perbedaan Dry Bulb dan Wet Bulb temperature
(Sumber: (sumber gambar: thebeerkag.co.za)
Untuk mengukur dua sifat (Dry and Wet bulb temperature) ini sekaligus
biasanya menggunkan alat yang namanya sling, yaitu dua buah thermometer yang di
satukan pada sebuah tempat yang kemudian tempat tersebut dapat diputar. Satu
thermometer biasa dan yang lainnya thermometer dengan bulb diselimuti kain basah.
3. Relative Humidity (RH), Perbandingan antara fraksi mol uap dengan fraksi
mol udara basah pada suhu dan tekanan yang sama (satuannya biasanya dalam
persen (%)).
4. Volume Spesifik (v), yaitu besarnya volume udara dalam satu satuan massa.
(SI: m3/kg)
5. Enthalpy (h), yaitu banyaknya kalor (energy) yang ada dalam udara setiap
satu satuan massa. Enthalpy ini merupakan jumlah total energi yang ada
dalam udara terebut, baik dari udara maupun uap air yang terkandung
didalamnya.
2. Briket bioarang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau, sehingga bagi
masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di kota-kota dengan ventilasi
perumahannya kurang mencukupi, sangat praktis menggunakan briket bioarang.
3. Setelah briket bioarang terbakar (menjadi bara) tidak perlu dilakukan pengipasan
atau diberi udara.
4. Teknologi pembuatan briket bioarang sederhana dan tidak memerlukan bahan
kimia lain kecuali yang terdapat dalam bahan briket itu sendiri.
5. Peralatan yang digunakan juga sederhana, cukup dengan alat yang ada dibentuk
sesuai kebutuhan (Soeyanto, 1982).
2. Bahan perekat
Untuk merekatkan partikel-partikel zat bahan baku pada proses pembuatan
briket maka diperlukan zat perekat sehingga dihasilkan briket yang kompak. Bahan
perekat dapat dibedakan atas 3 jenis:
a. Perekat organik
Perekat organik yang termaksud jenis ini adalah sodium silika, magnesium,
semen dan sulfit. Kerugian dari pengunaan perekat ini adalah sifatnya
meninggalkan abu sekam pembakaran.
b. Bahan perekat tumbuh-tumbuhan
Jumlah bahan perekat yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih sedikit
bila dibandingkan dengan perekat hidrokarbon. Kerugian yang dapat ditimbul-
kan adalah arang cetak (briket) yang dihasilkan kurang tahan kelembaban.
c. Hidrokarbon dengan berat melekul besar
Bahan perekat jenis ini seringkali dipergunakan sebagai bahan perekat
untuk pembuatan arang cetak batu bara cetak. Dengan pemakaian bahan
perekat maka tekanan akan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan briket
tanpa memakai perekat (Josep dan Hislop dalam Noldi, 2009). Dengan adanya
penguanaan bahan perekat maka ikatan antar partikel semakin kuat, butiran-
butiran arang akan saling mengikat yang menyebabkan air terikat pada pori-
pori arang (Komarayati dan Gusmailian dalam Noldi, 2009).
2.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dari pengujian pengeringan bahan pangan ini adalah
1. Ubi Jalar
3.2.3 Tugas
1. Hitung berapa banyak air dalam persen yang berhasil menguap
2. Buatlah grafik antara berat terhadap waktu
3. Buatlah grafik antara kadar air basis basah dan kadar air basis kering terhadap
waktu
4. Terangkan kecepatan penguappan dari masing-masing sampel
5. Dengan tabel psychometric chart carilah : rasio kelembapannya , kelembapan
relatif dan energi (enalpy) yang dibutuhkan untuk pengeringan tersebut
6. Buatah grafik eltalpy terhadap waktu
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dari pengujian mengukur nilai kalor briket arang
adalah
1. Arang kayu yang sudah dihaluskan 40%
2. Serbuk kayu 40%
3. Lem kanji 20%
28
3.2.4 Tugas
1. Hitung berapa banyak air dalam persen yang menguap (untuk briket)
2. Buatlah grafik antara suhu terhadap waktu
3. Hitung panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air dengan rumus Q = m cp
delta T
4. Hitung nilai kalor briket