Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum TSE 3

Modul 5 – Proses Pembuatan Briket


Agus Santoso1; M.Reza Dzulkarnain1; Ardian Saputra1; Rafli Nurdiansyah 1; Azizah Nurul
Badriah1; Sherly Maisya Agustina1; Widiya Pratiwi1; Dias Tiara Balia Bapera1; Rahmad
Kurniawan2
Dosen : M. Rizky Zen, S.ST., M.T
Asisten : Siti Muslimah
Tanggal Praktikum : 02 November 2022
Alamat Email : widiya.120340070@student.itera.ac.id
Teknik Sistem Energi – JTPI Sub JTEIF
Institut Teknologi Sumatera
Abstrak—Briket adalah salah satu energi alternatif yang didapat potensi pembuatan briket sebesar 163.319,28
berbahan dasar limbah seperti batok kelapa, serbuk gergaji, sekam ton/tahun. Berdasarkan data tersebut, diperoleh sebuah
padi, dan bonggol jagung. Pembuatan briket terbilang cukup kesimpulan bahwa Indonesia dengan banyaknya potensi
mudah dilakukan karena alat dan bahan yang digunakan mudah limbah serbuk gergaji sangat layak dimanfaatkan untuk
ditemukan di kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan dari
praktikum kali ini adalah untuk mengetahui manfaat briket batu
pembuatan bahan bakar alternatif berupa briket dengan tujuan
bara sebagai energi alternatif, mengetahui teknik pembuatan untuk mengurangi pemakaian konsumsi bahan bakar fosil [3].
briket batu bara dengan jenis campuran berbeda yaitu jenis Selain pengoptimalan penggunaan serbuk kayu,
campuran batu bara murni dan campuran batu bara dengan Pengelolaan Energi Nasional mengarahkan pemanfaatan
serbuk gergaji, dan membandingkan lama pembakaran briket batu batubara perlu ditingkatkan hingga 33% dalam energi bauran
bara dari bahan batu bara murni dan batu bara dicampur serbuk pada tahun 2025. Salah satu cara pemanfaatan batubara dengan
gergaji. Metode yang dilakukan adalah dengan membuat briket cara meningkatkan nilai tambah batubara adalah dengan
baru bara dengan dua jenis campuran yang berbeda yaitu jenis pembuatan briket batubara. Keberadaan briket batubara
campuran batu bara murni dan jenis campuran batu bara dengan diharapkan sebagai sumber energi alternatif dari bahan bakar
serbuk gergaji. Briket yang dihasilkan memiliki kualitas yang
minyak dan kayu. Hal ini juga didukung dengan fakta
cukup baik, dilihat dari nilai densitas, kerapatan, dan porositas.
Sehingga, kedua briket mudah terbakar dan tidak banyak biomassa biasanya memiliki rentang energi 14.651-16.744KJ
menghasilkan asap. yang jauh lebih rendah jika dibandingkan batubara dengan
rentang energi 20.930-29.302KJ [4].
Kata kumci— Briket, Batu bara, Energi alternatif
Pada praktikum proses pembuatan briket kali ini memiliki
tujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang manfaat dari
I. PENDAHULUAN briket, mengetahui teknik pembuatan briket dari berbagai
bahan, dan membandingkan lama pembakaran briket.
Semakin meningkatnya penggunaan bahan bakar
konvensional, menyebabkan cadangan sumber bahan bakar
II. TINJAUAN PUSTAKA
energi fosil semakin menipis. Selain itu, penggunaan bahan
bakar fosil juga memiliki emisi yang diperkirakan makin A. Briket
merusak lingkungan saat ini. Berdasarkan persoalan tersebut, Briket merupakan bahan bakar yang berbentuk padat
saat ini Indonesia sedang berusaha untuk melakukan sebuah yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang
transisi energi konvensional ke energi terbarukan berupa mempunyai bentuk tertentu dan merupakan sumber energi
pengembangan energi briket. yang berasal dari biomassa yang biasa digunakan sebagai
Briket adalah salah satu bentuk energi alternatif yang pengganti minyak tanah dan gas elpiji. Adapun briket yang
terbentuk dari bahan yang mudah ditemukan dalam sering digunakan atau telah di produksi sejauh ini antara lain
kehidupan sehari-hari, seperti batok kelapa, serbuk gergaji, briket yang berasal dari batu bara, briket serbuk gergaji dan
briket lainnya yang diproduksi dari bahan biomassa lainnya.
sekam padi, dan bonggol jagung. Beberapa jenis sampah
Pemanfaatan briket sendiri jika dikembangkan ke aspek
tersebut dari tahun ke tahun pasti bertambah jumlah penegemasan agar bernilai ekonomis dapat memberikan
produksinya, hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan banyak manfaat bagi masyarakat yang mengolahnya karena
lahan pertanian. Dari setiap hasil panen, diperkirakan hasil jika dibandingkan dengan arang biasa, briket jauh lebih bersih,
panen yang dihasilkan sekitar 60%, sementara 40% terbuang tidak berbau dan tahan lama [5]. Bentuk dari briket dapat
dalam bentuk limbah [1]. dilihat pada Gambar 2.1.
Penggunaan briket yang paling besar saat ini adalah
sebagai bahan bakar barbeque sedangkan asapnya sebagai
sishaa. Barbeque merupakan salah satu cara memasak daging
dan sejenisnya diatas panggangan dengan briket sebagai
bahan bakarnya. Sishaa adalah sejenis alat yang digunaka
untuk mengeluarkan asap dengan air sebagai penyaring [2].
Pada praktikum kali ini, terdapat 2 bahan yang dijadikan
sebagai bahan utama dalam pembuatan briket, yaitu batu
bara dan serbuk gergaji. Serbuk gergaji menjadi salah satu
bahan biomassa yang berpotensi untuk dijadikan sebagai
bahan baku pembuatan briket. Hal ini dikarenakan
berdasarkan data nasional BPS tahun 2006, produksi serbuk Gambar 2.1. Briket
gergaji kayu di Indonesia sebesar 679.247 m3 dengan densitas sumber : DuniaTambang.co.id
600kg/ m3 maka didapat 407.548,2 ton. Jika dari kayu yang
tersedia terdapat 40% limbah serbuk gergaji, maka akan
Briket dapat terbentuk dari proses Pirolisis, proses dasar relative murah. Serbuk gergaji dapat dijadikan bahan
pirolisis adalah proses dimana proses pembakaran yang tidak campuran pada proses pembuatan briket. serbuk gergaji sangat
menggunakan oksigen dalam proses pembakarannya. Pada cocok jika menjadi bahan campuran karena memiliki nilai
proses pembuatan briket untuk merekatkan partikel satu dan kalor yang tinggi sehingga dapat mudah untuk terbakar dari
lainnya menggunakan bahan yang memiliki gaya kohesi yang pada kayu batangan yang belum dioperasikan hal ini
baik jika dilakukan pencampuran dengan semikokas atau diakibatkan karena luas permukaan lebih besar karena partikel
batu bara dan ahan biomassa lainnya. Bahan perekat yang yang kecil [10]. Gambar serbuk gergaji dapat dilihat pada
umum digunakan dalam pengolahan briket adalah tepung Gambar 2.3.
tapioca. Tepung tapioka mengandung sekitar72%
amilopektin dan 28% amilosa yang baik jika digunakan
menjadi bahan perekat pada briket [6]. Adapun briket yang
baik yaitu briket yang dapat memenuhi suatu standar kualitas
dan dapat kita bandingkan pada SNI 01-6235-2000 yang
tercantum beberapa parameter antara lain Kadar air yang
terkandung pada briket maksimal 8% dan bahan pokok
pembentukan yang hilang pada proses pemanasan maksimal
15% dan massa briket kering setelah pemanasan minimal
5000 cal/g [7].
B. Batu Bara
Produksi batu bara di Indonesia sendiri tergolong menjadi
produksi besar di dunia. Tercatat pada presentase yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia yang Gambar 2.3. Serbuk Gergaji
menyatakan bahwa nilai ekspor pada batu bara yang ada di sumber : manfaat.co.id
Indonesia berkembang dengan tinggi. Dengan produksi yang
meningkat sekitar 54,40% dan tercatat mencapai US$ 249,6 D. Kerapatan Massa (Densitas) Briket
juta atau dapat diakumulasikan sekitar Rp.3,74 Triliun [8]. Kerapatan massa briket setelas di press dapat dicari
Data yang telah tercatat ini pun memberikan bukti bahwa dengan cara mengukur massa briket yang kemudian dibagi
sumber daya yang dimiliki Indonesia begitu melimpah yang dengan volume sampel briket [11]. Kerapatan briket
dapat dimanfaatkan dengan efisien contohnya pada berpengaruh terhadap kualitas briket, karena kerapatan yang
pemanfaatan briket. Briket dapat dibuat dengan bahan utama tinggi dapat meningkatkan nilai kalor bakar briket. Besar atau
batu bara. Batu bara merupakan sumber energi fosil yang kecilnya kerapatan tersebut dipengaruhi oleh ukuran dan
harganya terjangkau jika dibandingkan dengan sumber energi kehomogenan bahan penyusun beriket itu sendiri. Kerapatan
lainnya di Indonesia seperti minyak dan gas bumi. Batu bara juga dapat mempengaruhi kekuatan briket, lama pembakaran,
ini memiliki nilai kalor yang tinggi dan kandungan karbon dan mudah atau tidaknya briket untuk dinyalakan.
yang tinggi serta batu bara memiliki kandungan senyawa Briket yang memiliki kerapatan yang tidak terlalu tinggi
volatile yang tinggi yang nantinya jika dijadikan bahan baku akan memudahkan pembakaran karena semakin besar rongga
pada briket dapat memberikan keuntungan dalam segi
udara atau celah yang dapat dilalui oleh oksigen dalam proses
pemakaian yaitu pada proses pembakaran yang dapat dimulai
pembakaran. Briket dengan kerapatan yang terlalu rendah
pada suhu yang rendah [9]. Tampilan batu bara dapat dilihat
pada Gambar 2.2. dapat mengakibatkan briket cepat habis dalam pembakaran
karena bobot briketnya lebih rendah [12]. Densitas briket
dapat dinyatakan dalam bentuk rumus pada Persamaan 1.
𝑚
ρ=
𝑣 (1)
Keterangan :
ρ : Kerapatan (kg/m3)
m : Massa(kg)
V : Volume tabung (m3)

Untuk mencari nilai volume tabung, dapat digunakan


rumus yang terdapat pada Persamaan 2.

V = 𝜋𝑟 2 𝑡 (2)
Gambar 2.2. Batu Bara
sumber : clarke-energy.com Keterangan :
V : Volume tabung (m3)
C. Serbuk Gergaji r : Jari-jari (m)
Serbuk gergaji merupakan limbah industri pada t : Tinggi tabung (m)
pengelolaan kayu. Serbuk gergaji biasanya tidak
dimanfaatkan sehingga dapat menjadi salah satu masalah
besar jika tidak dilakukan pemanfaatan yang lebih efisien dan
ekonomis dan dapat menjadi salah satu upaya dalam
menciptakan sumber energi alternatif lainnya yang berbahan
E. Porositas Briket
Nilai porositas suatu briket berkaitan dengan seberapa
rapat material penyusun yang membentuk briket tersebut
[13]. Rumus dari nilai porositas dapat dinyatakan dalam
rumus pada Persamaan 3.

(𝑑−𝑑𝐴)
Porositas = 𝑑 𝑥100% (3)
Keterangan :
d : Berat jenis sebenarnya (N/m3) Gambar 3.1. Batu Bara dan Serbuk Gergaji
dA : Berat jenis semu kokas (N/m3) sumber : wikipedia.id

F. Kerapatan
Nilai kerapatan adalah salah satu faktor yang b. Memperkecil Ukuran Batu Bara
memperlihatkan apakah briket yang dihasilkan memiliki Pada tahap ini yaitu dengan menumbuk batu bara dengan
kualitas yang baik atau tidak. Semakin halus baahn briket menggunakan palu hingga batu bara menjadi ukuran kecil
yang digunakan, maka nilai kerapatannya akan semakin baik, (butiran). Hal ini dilakukan yaitu bertujuan supaya lebih
namun sebaliknya semakin kasar bahan yang digunakan mudah, kompek, dan juga dengan memperkecil ukuran batu
maka semakin kecil juga nilai kerapatannya. Kerapatan yang bara maka akan memperluas permukaan dimana semakin kecil
tinggi akan menyebabkan berkurangnya rongga udara yang partikel yang didapat maka akan semakin memperluas
permukaan briket tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
ada didalam briket sehingga briket menghasilkan hasil bakar
3.2 dibawah ini.
yang maksimal [14].
Rumus yang dapat digunakan untuk mencari nilai
kerapatan briket terdapat pada Persamaan 4.

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛


Kerapatan = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑘𝑜𝑘𝑎𝑠 (4)

III. METODE PRAKTIKUM


Dalam praktikum kali ini yaitu pembuatan briket batu
bara dari dua jenis campuran yang berbeda yaitu, briket batu
bara murni dan briket campuran batu bara dengan serbuk
gergaji. Dalam praktikukm ini memiliki beberapa langkah
yaitu, pertama persiapan alat dan bahan, lalu penumbukan
atau penghancuran batu bara hingga menjadi serbuk, Gambar 3.2. Penghalusan Batu bara
kemudian pengayakan untuk mendapat ukuran 40 mesh pada sumber : dokumentasi pribadi
butiran batu bara. Setelah itu dilakukan penimbangan serbuk
batu bara dengan berat 20 gram pada briket batu bara murni, c. Pengayakan Batu Bara
dan 10 gram batu bara untuk batu bara campuran serbuk Kemudian pada tahap ini yaitu mengayak batu bara yeng
gergaji. Setelah itu timbang serbuk gergaji untuk briket sebelumnya telah dihaluskan untuk menghasilkan besar
campuran sebanyak 10 gram juga dan kemudian timbang butiran pada batu bara sama yaitu sebesar 40 mesh. Dalam
bahan perekat yaitu tepung tapioka sebanyak 10% dari proses ini bertujuan supaya saat dilakukan pencetakan ukuran
jumlah bahan baku. Kemudian lakukan pencampuran tepung dan kerapatan antar butiran batu bara sama. Pada tahap ini
tapioka dengan air panas untuk memberikan daya rekat dan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
kemudian dilakukan pencampuran perekat dan bahan baku.
Setelah semua bahan baku tercampur kemudian dilakukan
pencetakan dan pengepresan untuk memadatkan briket.
Setelah itu oven briket untuk mengurangi kadar air dan
setelah semua langkah selesai maka briket pun dapat
dikatakan telah jadi.
Selanjutnya, untuk mengetahui prosedur praktikum secara
rinci dapat dilihat pada rangkain praktikum dibawah ini.
a. Menyiapkan Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan yaitu, wadah
stainless, neraca, oven, mesin pres briket, sendok, gelas ukur,
palu, plastik, dan saringan. Sedangkan untuk bahan baku
yaitu batu bara, serbuk gergaji, tepung tapioka dan air panas.
Gambar 3.3. Pengayakan Batu bara
Adapun bahan baku utama pada praktikum kali ini dapat sumber : dikumentasi pribadi
dilihat pada Gambar 3.1.
d. Menimbang Bahan Baku
Pada tahap ini dilakukan penimbangan baru bara seberat
20 gram untuk membuat briket batu bara murni. Sedangkan
pada penimbangan untuk membuat briket batu bara campuran
dengan serbuk gergaji yaitu dengan menimbang bahan baku
seberat 20 gram yang terdiri dari 10 gram batu bara dan 10
gram serbuk gergaji. Selain menimbang bahan baku utama
dalam tahap ini juga dilakukan penimbangan perekat yaitu
tepung tapioka dengan jumlah 10% dari berat bahan baku.
Pada tahap ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.6. Pencampuran Perekat dengan Bahan Baku
sumber : dokumentasi pribadi

g. Pencetakan dan Pengepresan


Dalam tahap ini yaitu dengan melakukan pencetakan
adonan briket pada sebuah tabung yang kemudian akan
dilakuakan pengepresan dimana hal ini bertujuan untuk
mendapat bentuk dan memadatkan adonan briket supaya
briket yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan tidak
mudah hancur ketika telah di keringkan. Tahap ini dapat
dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.4. Proses Penimbangan Bahan Baku
sumber : dokumentasi pribadi

e. Pembuatan Perekat
Dalam langkah selanjutnya yaitu pembuatan perekat dari
tepug tapioka. Dalam langkah ini yaitu pencampuran tapioka
yang sebelumnya telah ditimbang seberat 2 gram atau 10%
dari jumlah bahan baku kemudian dicampur dengan air
panas untuk menghasilkan larutan kental yang lengket. pada
tahap ini dapat diliahat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.7. Pencetakan dan Pengepresan


sumber : dokumentasi pribadi

h. Pengeringan Briket Dengan Oven


Pada tahap ini yaitu melakukan oven pada briket yang
telah di cetak hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air
yang terkandung dalam briket supaya saat briket digunakan
dapat menyala dengan mudah. Pada tahap ini dilakukan
pengovenan dengan suhu 1100C dengan waktu 30 menit.
Selain dengan oven dalam melakukan pengeringan dapat juga
Gambar 3.5. Pencampuran Tapioka Dengan Air Panas
dilakukan dengan peroses penjemuran dibawah sinar matahari
sumber : dokumentasi pribadi langsung. Dalam tahap ini bisa dilihat pada Gambar 3.8.

f. Pencampuran Perekat dan Bahan Baku


Kemudian pada tahap ini yaitu dengan mencmpurkan
bahan baku utama dengan perekat. Dalam peroses ini
bertujuan untuk merekatkan antar partikel batu bara untuk
mempermudah dalam peroses pencetakan. Batu bara seberat
20 gram selaku bahan baku utama dalam pembuatan briket
batu bara murni kemudian akan dicampur dengan larutan
perekat tapioka yang sebelumnya telah dibuat lalu diaduk
hingga rata. Selain untuk pembuatan briket batu bara murni
dalam tahap ini pula dilakukan pencampuran untuk briket
batu bara dan serbuk gergaji. Batu bara dan serbuk gergaji
yang sebelumnya telah ditimbang masing-masing seberat 10 Gambar 3.8. Pengeringan Briket Dengan Oven
gram kemudian dicampur. Setelah tercampur kemudian sumber : dokumentasi pribadi
campurkan larutan perekat untuk merekatkan antar partikel.
Pada tahap ini dapat dilihat pada Gambar 3.6.
i. Menguji dan Menganalisis Briket
Kemudian tahap akhir dalam melakukan praktikum ini
yaitu tapat pengujian briket yang telah dibuat. Pada tahap ini
dengan membakar briket yang telah dibuat lalu dilakukan Densitas (gr/cm3) 0,920548248 0,842983534
analisis waktu yang dibutuhkan dalam menyalakan briket dan
menganalisis asap yang dihasilkan. Dalam hal ini memiliki Kadar air (%) 8,33 16,27
beberapa parameter dengan briket yang sulit menyala maka
bernilai 5 sedangkan jika mudah terbakar akan bernilai 1 Bentuk nyala api Merah Merah kebiruan
dimana parameter ini dapat dilakukan dengan melihat lama Kemudahan
waktu yang dibutuhkan dalam menyalakan briket. Hal ini 2 1
terbakar*
juga berlaku dalam penentuan asap yang dihasilkan jika asap
banyak dan cukup tebal maka bernilai 1 sedangkan pada asap Asap yang
yang sangat sedikit akan bernilai 5. Pada tahap ini dapat 5 4
dihasilkan*
dilihat pada Gambar 3.9.
Kerapatan 0,843835894 0,705753657
Porositas 8,33 % 16,27 %

Tabel 2. Nomor Kriteria Parameter Kemudahan Terbakar dan Asap yang


Dihasilkan

Kemudahan Parameter Asap yang Parameter


Terbakar Dihasilkan

Sangat Sangat
1 Mudah 1 Banyak
Terbakar
Mudah
Gambar 3.9. Uji Coba Briket
sumber : dokumentasi pribadi 2 Terbakar 2 Banyak

IV. HASIL DAN ANALISIS Cukup Cukup


3 Mudah 3 Banyak
Pada praktikum modul briket dilakukan percobaan Terbakar
pembuatan briket menggunakan 2 jenis bahan baku, kedua
Sulit
jenis bahan tersebut yaitu batu bara dan serbuk kayu.
4 Terbakar 4 Sedikit
Percobaan pembuatan briket dilakukan 2 jenis yaitu
menggunakan batu pertama menggunakan batu bara 20 gram
dan kedua menggunakan batu bara 10 gram dan serbuk kayu Sangat Sangat
10 gram. Kedua bahan baku tersebut sebelumnya telah 5 Sulit 5 Sedikit
melalui proses pembakaran/pengovenan. Pada proses Terbakar
pembriketan ini menggunakan tepung tapioka yang dimana
tapioka tersebut berfungsi sebagai perekat, tepung tapioka Pada percobaan pertama menggunakan bahan baku batu
digunakan karna dapat berfungsi sebagai lem jika dipanaskan bara dan serbuk kayu dengan 40 mesh dan berat masing-
atau dicampurkan terlebih dahulu dengan air panas yang masing 10 gram, maka dihasilkan nilai densitas, kerapatan,
memiliki suhu diatas 80 derajat celcius. Pada praktikum ini dan porositas sebagai berikut :
kelompok kami menggunakan tapioka sebagai perekat Nilai densitas dapat dicari menggunakan rumus yang ada
sebesar 25% dari bahan baku yang digunakan atau sebesar 5 di Persamaan 1. sehingga nilai yang didapatkan adalah :
gram. Dari 2 percobaan tersebut diperoleh data yang tertera
43 𝑔𝑟𝑎𝑚
pada Tabel 1. serta kriteria parameter kemudahan terbakar ρ= = 0,84 gr/𝑐𝑚3
51 𝑐𝑚 3
dan asap briket pada Tabel 2.
Nilai volume yang digunakan didapat dari perhitungan
Tabel 1. Data hasil praktikum
sesuai dengan Persamaan 2. sehingga nilai yang didapatkan
Batu bara dan adalah :
Batu bara
Parameter serbuk gergaji
2 V = 3,14 𝑥 1,59𝑐𝑚 𝑥 4,5𝑐𝑚 = 51𝑐𝑚3
20 kg/cm 20 kg/cm2
Berat (gr) 24 43 Nilai kerapatan briket dapat ditemukan menggunakan
Diameter (cm) 3,8 3,8 rumus yang ada di Persamaan 4. sehingga besar nilai
kerapatan yang didapatkan adalah :
Tebal (cm) 2,3 4,5
(36 𝑔𝑟𝑎𝑚 )
Volume (cm3) 26,07142 51,0093 Kerapatan = = 0,705gr/cm3
51𝑐𝑚 3
briket batu bara memiliki kerapatan yang lebih padat
dibandingkan dengan briket campuran hal ini dikarenakan
Nilai porositas dapat ditemukan menggunakan rumus jenis serbuk gergaji berbeda dengan batu bara sehingga
yang ada di Persamaan 3. sehingga besar nilai porositas mempengaruhi pada saat menghidupkan briket dan lama
yang didapatkan adalah : briket habis terbakar.
Volume yang diperoleh dari kedua percobaan tersebut
(43−36)
Porositas = 43 𝑥 100% yaitu pada batubara murni diperoleh 26,07𝑐𝑚3 sedangkan
pada biobriket campuran diperoleh volume 51 𝑐𝑚3perbedaan
= 0,612% volume tersebut dikarnakan keduanya memiliki
tinggi/ketebalan yang berbeda. Data praktikum juga diperoleh
Kemudian perhitungan pada briket berbahan dasar batu
data densitas berbeda dimana pada batu bara nilainya 0,92
bara 20 gram tanpa campuran bahan baku lain selain tapioka
gram/cm3 sedangkan pada bahan baku campuran nilainya
dengan 40 mesh :
0,842 densitas ini berbeda karna volume yang dihasilkan dari
Nilai densitas dapat dicari menggunakan rumus yang ada
kedua hasil percobaan tersebut yang berbeda. Kemudian kadar
di Persamaan 1. sehingga nilai yang didapatkan adalah : air pada briket batu bara kadar air lebih rendah dibandingkan
24 𝑔𝑟𝑎𝑚
dengan briket campuran hal ini dapat dipengaruhi oleh
ρ = 26,07 𝑐𝑚3 = 0,92 gr/𝑐𝑚3 beberapa faktor diantaranya pada saat pencampuran bahan
baku dengan tapioka terlalu banyak air yang digunakan
Nilai volume yang digunakan didapat dari perhitungan sehingga kadar air tidak sesuai selain itu pada briket campuran
sesuai dengan Persamaan 2. sehingga nilai yang didapatkan memiliki ketebalan yang lebih tebal dibandingkan dengan
adalah : briket batu bara hal tersebut juga dapat mempengaruhi pada
saat pengovenan karna biket yang terlalu tebal.
V = 3,14 𝑥 1,59𝑐𝑚 𝑥 2,3𝑐𝑚 = 26,07𝑐𝑚3 Bentuk nyala api pada kedua briket sama yaitu api
menyala merah kebiruan, kemudian pada saat proses
Nilai kerapatan briket dapat ditemukan menggunakan pembakaran briket yang terbuat dari batu bara lebih sulit
rumus yang ada di Persamaan 4. sehingga besar nilai terbakar daripada briket dari campuran serbuk gergaji dan
kerapatan yang didapatkan adalah : batubara. Pada briket bahan baku pencampuran nyala api
diperoleh pada detik ke-5 dan asap muncul pada detik ke-44
22 𝑔𝑟𝑎𝑚 memiliki asap berwarna abu-abu dan cukup banyak. Pada
Kerapatan = 26,07𝑐𝑚3 = 0,843𝑔𝑟/𝑐𝑚3
briket murni batubara nyala api lebih lama yaitu pada detik
ke-33 dan asap yang dihasilkan pada detik ke 61, pada briket
Nilai porositas dapat ditemukan menggunakan rumus batubara memiliki sedikit asap dan memiliki bentuk nyala api
yang ada di Persamaan 3. sehingga besar nilai porositas merah. Kerapatan yang dihasilkan dari kedua briket tersebut
yang didapatkan adalah : batu bara memiliki kerapatan sebesar 0,843 sedangkan pada
briket campuran memiliki kerapatan sebesar 0,705, perbedaan
(24−22)
Porositas = 24 𝑥 100% kearapatan tersebut dikarnakan tekanan yang digunakan pada
saat pengepresan berbeda 10 Psi.
= 0,083%
Pada praktikum ini selain data hasil percobaan yang
kelompok kami lakukan, kami juga mencoba membandingkan
Dari data Tabel 1. dan perhitungan sebelumnya, proses
data praktikum dari kelompok lain, dengan tujuan untuk
pembuatan briket menggunakan beberapa alat sederhana
melihat apakah briket yang dihasilkan memiliki kualitas sama
seperti penumbuk arang batu bara dan serbuk gergaji untuk
atau lebih baik untuk mengetahui kesalahan dan kekurangan
yang kemudian dilakukan penyaringan dengan kerapatan 40
pada saat kelompok kami praktikum, data tersebut disajikan
mesh, setelah itu dilakukan proses penimbangan dengan
dalam Tabel 3, 4, dan 5.
briket batu bara seberat 20 gram dan briket campuran batu
bara dan serbuk gergaji masing-masing sebanyak 10 gram. Tabel 3. Data Percobaan Kelompok 1
Setelah proses penumbukan dan penimbangan selanjutnya
Batu bara dan
proses pencampuran perekat menggunakan tapioka sebanyak Batu bara
25% atau dalam penggunaan ini yaitu 5 gram. Setelah proses Parameter serbuk gergaji
pencampuran selanjutnya proses pencetakan dengan 100 kg/cm2 100 kg/cm2
menggunakan alat pencetak briket dengan menggunakan
tekanan hidrolik presuare bertekanan 100 dan 110 psi. Berat (gr) 28,6 45
Pada briket batu bara 20 gram diperoleh ketebalan 2,3 cm Diameter (cm) 3,4 3,4
sedangkan pada briket pencampuran batu bara dan serbuk
Tebal (cm) 2,6 4,5
gergaji diperoleh ketebalan 4,5 cm kedua perbedaan ini
terjadi dikarnakan pada serbuk kayu hasil gergaji memiliki
berat yang lebih ringan dan jumlah permukaannya lebih Volume (cm3) 23,59396 40,8357
banyak dibanding batu bara. Pada proses penyalaan api briket
batu bara lebih sulit dinyalakan dibandingkan briket Densitas (gr/cm3) 1,212174641 1,101976947
pencampuran kedua bahan baku hal ini dapat dipengaruhi
oleh kadar air yang tergolong tinggi pada briket batu bara, Kadar air (%) 9,090909091 15,55555556
Bentuk nyala api Biru Biru Asap yang
3 4
Kemudahan dihasilkan*
2 2
terbakar* Kerapatan 0,760510406 0,759095503
Asap yang Porositas 7,407407407 19,56521739
5 5
dihasilkan*
Berat (gr) sesudah
Kerapatan 1,101976947 0,93055831 25 37
oven
Porositas 9,090909091 15,55555556
Berat (gr) sesudah Dari 3 tabel yang disajikan, data yang terdapat pada
26 38 Tabel 3. memiliki kadar air 9,09% dan 15,5% sedangkan
oven
Tabel 4. kadar airnya 7,14% dan 16.27%, Tabel 5. 7,40%
Tabel 4. Data Percobaan Kelompok 2 dan 19,56%, dari data tersebut diperoleh nilai rata-rata
kadar air briket batu bara sebesar 7,87% dan briket
Batu bara dan
Batu bara campuran sebesar 17,11. Lama proses pengovenan
Parameter serbuk gergaji dilakukan dengan waktu yang sama yaitu selama 30 menit
100 kg/cm 2
100 kg/cm2 dengan suhu 110 derajat celcius. Tekanan pada saat
pengepresan dan pencetakan juga sama yaitu pada briket
Berat (gr) 28 43 batu bara dengan tekanan 110 Psi sedangkan pada briket
Diameter (cm) 3,4 3,5 campuran sebesar 100 Psi. kadar air pada briket tersebut
Tebal (cm) 2,5 4,5 dapat dipengaruhi oleh tekanan, dan banyaknya air yang
diberikan pada saat pencampuran perekat (tapioka) dengan
air.
Volume (cm3) 22,6865 43,273125
Faktor yang mempengaruhi kualitas briket
diantaranya kadar air, semakin tinggi kandungan air dalam
Densitas (gr/cm3) 1,23421418 0,993688346 briket dapat menurunkan kualitas briket dan daya simpan
yang pendek karna briket yang lembap dapat menurunkan
Kadar air (%) 7,142857143 16,27906977 kualitas, kadar air briket yang bagus maksimal sebesar 8%
[15]. Selain kadar air, kadar abu yang dihasilkan oleh
Bentuk nyala api Biru Biru Kemerahan briket juga dapat mempengaruhi kualitas namun pada
Kemudahan praktikum ini kami tidak menganalisis kadar abu
2 1
terbakar* dikarenakan keterbatasannya alat. Setelah dilakukan
Asap yang pengepresan, tinggi briket juga berbeda dari briket batu
4 4
dihasilkan* bara dihasilkan ketinggian berturut-turut dari Tabel 1, 3, 4,
Kerapatan 1,146056025 0,831925127 dan 5 yaitu 2.3, 2.6, 2.5, dan 2.9. Dilihat dari keempat
tersebut Tabel 5. memiliki ketebalan yang paling tebal
Porositas 7,142857143 16,27906977 yaitu 2.9, ketebalan yang dihasilkan juga akan
Berat (gr) sesudah mempengaruhi nilai volume dan lainnya pada saat analisis
26 36
oven hasil briket.

Tabel 5. Data Kelompok 3 V. KESIMPULAN


Batu bara dan
Batu bara Kesimpulan dari percobaan praktikum modul pembuatan
Parameter serbuk gergaji briket ini adalah sebagai berikut :
20 kg/cm2 20 kg/cm2 1. Kedua briket yang dihasilkan (batubara dan
Berat (gr) 27 46 campuran batubara dengan serbuk gergaji) memiliki
kualitas yang cukup baik, dimana untuk briket
Diameter (cm) 3,8 3,8 batubara memiliki parameter 2 (mudah terbakar) dan
Tebal (cm) 2,9 4,3 5 (menghasilkan sedikit asap), sedangkan briket
campuran batubara dan serbuk gergaji memiliki
Volume (cm3) 32,87266 48,74222 parameter 1 (sangat mudah terbakar) dan 4 (sedikit
mengahsilkan asap), sehingga dapat dijadikan energi
alternatif dengan emisi yang lebih sedikit.
Densitas (gr/cm3) 0,821351238 0,943740355 2. Semakin tinggi tekanan pengepresan, maka nilai
kerapatannya akan semakin tinggi, sedangkan nilai
Kadar air (%) 7,407407407 19,56521739 kadar air semakin rendah, hal ini merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan kualitas briket yang
Bentuk nyala api Merah Merah
dihasilkan cukup baik.
Kemudahan 3. Jumlah perekat kanji yang digunakan dalam
3 4
terbakar* pembuatan briket batubara dan campuran batubara
dengan serbuk gergaji berpengaruh terhadap
keutuhan dan kekerasan dari briket yang terbentuk, Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) dan Arang Kayu
sehingga menentukan lama briket sampai terbakar Laban (Vitex Pubescens Vahl)," Jurnal Hutan Lestari,
habis. vol. 03, no. 04, p. 563, 2015.
[15] B. S. Nasional, "SNI 01-6235-2000 Briket Arang
VI. DAFTAR PUSTAKA Kayu," Badan Standarisasi Nasional, p. 1, 2000.

[1] U. Kalsum, "Pembuatan Briket Arang Dari Campuran


Limbah Tongkol Jagung, Kulit Durian, dan Serbuk
Gergaji Menggunakan Perekat Tapioka," Distilasi, vol.
1, no. 1, p. 42, 2016.
[2] M. D. H. W. M. Z. F. Didi Dwi Anggoro, "Pembuatan
Briket Arang Dari Campuran Tempurung Kelapa Dan
Serbuk Gergaji Kayu Sengon," Jurnal Teknik, vol. 2,
no. 38, p. 4, 2017.
[3] M. Muh. Arman, "Produksi Bahan Bakar Alternatif
Briket Dari Hasil Pirolisis Bahan Batu Bara dan Serbuk
Gergaji," Journal Of Chemical Process Engineering,
vol. 03, no. 02, p. 27, 2018.
[4] T. N. T. B. F. Y. Serli, "Kajian Analisis Proksimat Pada
Briket Batubara dan Briket Biomassa," Journal System
Portal, vol. 02, no. 18, p. 3, 2018.
[5] S. E. W. Ignatius Gunawan Widodo, "Upaya Penerapan
Teknologi Pengolahan Arang Tempurung Kelapa Untuk
Meningkatkan Nilai Tambah Petani Di Kecamatan Sei
Raya Kabupaten Bengkayang," jurnal Iprekas (Ilmu
pengetahuan dan Rekayasa), p. 10, 2010.
[6] E. A. A. F. Muhammad Arief Karim, "Pembuatan
Briket Bioarang dari Eceng Gondok (Eichornia
crasipessolm) dengan Sagu sebagai Pengikat," Jurusan
Teknik Kimia UNSRI, vol. 15, no. 01, p. 60, 2007.
[7] B. S. Nasional, "SNI 01-6235-2000 Briket Arang
Kayu," Badan standarisasi Nasional, vol. 10, no. 75, p.
2, 2000.
[8] P. Guitarra, "Produksi Batu Bara Ri Melejit," CNBC
INDONESIA, p. 42, 29 july 2022.
[9] S. Jamilatun, "Sifat Sifat Penyalaan dan Pembakaran
Briket Biomassa, Briket Batu Bara dan Arang Kayu,"
jurnal Rekayasa Proses, vol. 2, no. 2, p. 38, 2008.
[10] I. N. S. M. A. N. Asri Saleh, "analisis Kualitas Briket
Serbuk Gergaji Kayu dengan Penambahan Tempurung
Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif," jurnal Kimia,
vol. 05, no. 01, p. 25, 2017.
[11] R. E. P. Andasuryani, "Studi Mutu Briket Arang
Dengan Bahan Baku Limbah Biomassa," Jurnal Teknik
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Andalas, vol. 21, no. 02, p. 16, 2017.
[12] Marzan, "Pengaruh Ukuran Mesh Terhadap Kualitas
Briket Batu Bara Campur Biomassa Sekam Padi Pada
Tepung Kanji Sebagai Perekat Dengan Tekanan
8,43gm/cm," Tugas Akhir Prodi Teknik Mesin
Universitas Teuku Umar, p. 13, 2016.
[13] R. K. P. A. Z. J. Maria Lurumutin Umrisu, "Pengaruh
Komposisi Sekam Padi Terhadap Parameter Fisis Briket
Tempurung Kelapa," Jurnal Fisika Sains dan
Aplikasinya, vol. 03, no. 01, p. 39, 2018.
[14] D. S. N. F. D. E. R. Aloysius Kahariayadi, "Kualitas
Arang Briket Berdasarkan Presentase Arang Batang

Anda mungkin juga menyukai