Anda di halaman 1dari 27

PEMBUATAN BRIKET DARI BIJI KARET

DAN SEKAP PADI


Nama :Nalti Kurniati
NIM : 11308503180005
Prodi : Pendidikan Fisika
Semester/Kelas : 6/A
Mata Kuliah : Fisika Lingkungan
Dosen Penggampu : Intan Kusumawati, S.Pd, M.Pd
A. Pendahuluan
Latar Belakang

Mengeliminasi kemungkinan terburuk dampak pemakaian bahan bakar fosil,


setidaknya ada beberapa alternatif jalan keluar, yaitu pencarian ladang baru,
penggunaan energi secara efisien, dan pengembangan sumber energi terbarukan. Saat
ini sumber yang sudah siap dan mudah didapat adalah limbah pertanian. Biomassa yang
berasal dari limbah hasil pertanian dan kehutanan merupakan bahan yang tidak
berguna, tetapi dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi bahan bakar alternatif, yaitu
mengubahnya menjadi bioarang yang memiliki nilai kalor lebih tinggi dari pada
biomassa melalui proses pirolisis. Bioarang yang dihasilkan tersebut dapat digunakan
sebagai bahan bakar alternatif, yaitu pada skala rumah tangga ataupun industri (Gandhi,
2010).
Briket merupakan bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa
bahan organik (Hambali, dkk., 2009). Briket dimungkinkan untuk dikembangkan
secara masal dalam waktu yang relatif singkat, mengingat teknologi dan peralatan
yang digunakan relatif sederhana. Pembuatan briket arang umumnya menggunakan
limbah biomassa seperti jerami, serbuk gergaji, atau berbagai cangkang biomassa
seperti kopi, coklat maupun kemiri serta jagung, ketela dan limbah jarak pagar (Fund,
2009).

Lubis (2008) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket


bioarang adalah berat jenis bahan baku atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk,
suhu karbonisasi, tekanan pengempaan, dan pencampuran formula bahan baku briket.
Briket yang baik adalah briket yang memiliki permukaan yang halus dan tidak
meninggalkan bekas hitam pada tangan.
Tanaman karet (Hevea brassiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,
disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan
salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi
Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah (Damanik, dkk. 2010).

Salah satu limbah pertanian dari perkebunan karet yaitu biji karet. Biji karet
terdiri dari kulit/cangkang, tempurung, serta daging buah. Daging buah biji karet
memiliki kandungan minyak 40 – 50 % berat yang berpotensi sebagai bahan baku
dalam pembuatan biodiesel. Daging buah biji karet juga dapat diolah menjadi
biokerosin sebagai pengganti minyak tanah. Tempurung dan cangkang biji karet juga
berpotensi untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak
(BBM) (Rizki, 2015).
salah satu cara yang digunakan untuk mengatasinya adalah dengan
memanfaatkan cangkang biji karet tersebut menjadi bahan bakar yang dapat
dijadikan sebagai energi alternatif yaitu briket arang.

Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk memanfaatkan


cangkang biji karet sebagai bahan pembuatan briket arang dengan penambahan
sabut kelapa.
B. Rumusan masalah

Berdasarkan paparan latar belakang maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kombinasi briket
terbaik cangkang biji karet (Hevea brasiliensis) dan sekam padi
dalam pembuatan briket?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
kombinasi briket terbaik dari campuran cangkang biji karet
(Hevea brasiliensis) dan sekam padi .
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat yaitu dapat mengolah


biomassa berupa cangkang biji karet (Hevea brasiliensis) dan
sekam padi sebagai campuran pembuatan briket serta mengetahui
kombinasi briket terbaik dari campuran cangkang biji karet
(Hevea brasiliensis) dan sabut kelapa.
E. Metode Penelitian

Metode Penelitian digunakan dalam proses pembuatan


biobriket pertama adalah proses penjemuran, kedua bahan yang
sudah kering selanjutnya bahan di masukan ke dalamkaleng
bekas untuk proses pembakaran. Ketiga ketika bahan yan gsudah
dibakar kemudian dihaluskan dengan menggunakan alu.
F. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Lesung 1. Biji karet
2. Tumbukan Lesung
2. Tepung kanji Air
3. Kaleng Bekas
3. Sekam Padi
4. Korek Api

5. Sendok

6. Ayakan
G. Proses Pembuatan
1. Membersihkan cangkang biji karet dan mengeringkannya di bawah sinar
matahari selama 2 hari sampai kering.

2. Proses pengarangan

Cangkang biji karet dibuat menjadi arang dengan cara manual yaitu
menggunakan kaleng kemudian dibakar sampai menjadi arang tersebut.
G. Proses Pembuatan
3 . Proses pengayakan
Arang yang telah dihasilkan melalui pembakaran manual
akan dilanjutkan proses pengayakan dengan ukuran yang
lebih lembut dan halus. Arang cangkang biji karet ini diayak
dengan menggunakan saringan santan.
4. Proses pencampuran bahan
Arang cangkang biji karet ini dicampurkan dengan
menggunakan air dan tepung kanji.
G. Proses Pembuatan

5. Proses mencetak briket arang cangkang biji karet Setelah


semua bahan sudah dicampur dengan merata, masukan adonan ke
dalam alat cetak. Keluarkan hasil cetakan briket timbang briket
sebelum pengeringan.

6. Proses pengeringan

Selanjutnya dilakukan proses pengeringan selama 2 hari dibawah


sinar matahari.
H. Dokumentasi Pembuatan Briket Cakang
Biji karet

1. Cangkang
Biji Karet

2. Penjemuran biji karet


setelah 2 hari

3. Sekam Padi
4. Pembakaran biji karet dan sekam
padi

5. Setelah dibakar menjadi arang


6. Tumbuk Arang

7. Arang setelah di saring


8. Arang yang telah di
sarang dicampur dengan
tepung kanji 9. Briket Biji karet setalah di
jemur sampai kering
I. Hasil Data
Hasil Data Pembakaran
• pembakaran dilakukan dengan cara mengukur massa briket
basah dan briket kering untuk mendapatkan massa briket
terbakar. Kemudian menghitung lamanya waktu pembakaran
pada setiap briket. Hasil laju pembakaran dilihat dari tabel
berikut:

No. Sampel Berat Basah Berat Kering Setelah


(gr) (gr) Pembakaran
1. S1 16.36 8.67 0.75
2. S2 16.36 8.60 0.72
• Hasil kadar abu

Pada penelitian ini kadar abu diukur dengan menghitung massa


wadah ditambah massa briket sebelum dibakar, kemudian
menghitung massa wadah ditambah massa abu yang dihasilkan.
Kadar abu didapat dari hasil karbonisasi. Hasil kadar abu dilihat
dari tabel berikut:

No. Sampel Berat Basah Berat Kering Kadar Abu


(gr) (gr)
1. S1 16.36 8.67 0.88
2. S2 16.36 8.60 0.95
• Hasil kadar air

Kadar air yang dilakukan untuk mengetahui berapa banyak


kandungan air yang terdapat pada biobriket. Kadar air diukur
dengan menghitung massa briket sebelum dikering dan
menghitung massa briket setelah dikering. Hasil kadar air dapat
dilihat dari tabel berikut:

No. Sampel Berat Basah Berat Kering Kadar Air


(gr) (gr)
1. S1 16.36 8.67 0.47
2. S2 16.36 8.60 0.47
J. Pembahasan
• Pembahasan pada penelitian ini yaitu laju pembakaran, besar

kadar abu dan besar kadar air sebagai berikut:

• pembakaran

Pada proses pembakaran memerlukan waktu awal dalam

penyalaan selama 20 detik untuk membakar bagian permukaan

biobriket. Pada waktu 6.05 menit terlihat api semakin tinggi.

Kemudian selama 7.12 menit biobriket sudah terbakar sehingga

api padam.
• Maka semakin besar massa pada briket semakin kecil laju pembakaran.
Hal ini disebabkan massa suatu briket dan diameter atau ukuran dari
briket. Selain itu suhu pada pembakaram stabil yang bisa membakar briket
dengan menyeluruh pada setiap sampel. Menurut Rahmadhani (2015)
semakin kecil nilai laju pembakaran maka semakin baik kualitas
biobriketnya. Karena dengan massa yang besar memerlukan waktu yang
cukup lama pada pembakaran. Sesuai dengan penelitian Mariki (2016)
semakin cepat perubahan bara api pada briket maka terjadi penguapan
semakin cepat dan laju pembakaran semakin besar. Kekuatan briket
meningkat dengan peningkatan suhu pemanasan chare, suhu die dan
tekanan pemadatan (Ivanov, I.P, 2003)
• Kadar abu
• Kadar abu didapat dari hasil karbonisasi. Untuk menghasilkan abu
pada pembakaran biobriket memerlukan waktu yang lebih lama
yaitu 1 jam 21 menit. Dalam uji kadar abu bertujuan mengetahui
besar jumlah abu sebagai sisa pembakaran pada briket. Nilai kadar
abu rata-rata sebesar 0.9% yang dihasilkan. Batas nilai standar SNI
kadar abu untuk briket yaitu 8%. Jadi semua sampel yang diujikan
sudah memenuhi SNI. Kadar abu yang banyak memiliki
karbonisasi yang tinggi. Hal ini bisa mempengaruhi hasil kadar
abu, selain itu komposisi yang terdapat pada biobriket juga
mempengaruhinya.
• Menurut Haryanti (2018) bahan yang terkandung dalam briket
dapat mempengaruhi nilai kadar abu. Semakin tinggi temperatur
karbonisasi maka semakin tinggi kadar abu yang digunakan.
Karena banyaknya bahan yang terbakar menjadi abu. Selain itu
kadar abu dipengaruhi oleh banyaknya bahan anorganik yang
terkandung dalam bahan baku dan tepung tapioka yang digunakan
(Moeksin, 2018).
• Kadar air

• Nilai rata-rata kadar air dalam penelitian ini sebesar 0.4%.

Untuk nilai kadar air yang sesuai standar SNI maksimal


sebesar 8%. Dalam penelitian ini sudah memenuhi
standar SNI tersebut. Kadar air yang baik memiliki
tekanan yang besar. Kadar air dapat mengalami
penurunan pada setiap kenaikan suhu karbonisasi.
• Menurut Patria (2015) hal ini terjadi karena pada saat bahan baku
utama dikarbonisasi kadar air yang terdapat di dalam bahan akan
keluar. Dimana semakin tinggi suhu karbonisasi maka kadar air
yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Hal ini membuat
biobriket dengan temperatur karbonisasi yang lebih tinggi lebih
kering, serta kemampuannya dalam menyerap air berkurang,
sehingga ketika biobriket dengan temperatur karbonisasi yang
tinggi dicampur dengan perekat maka biobriket tersebut menyerap
air dari perekat dengan kemampuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan biobriket dengan temperatur karbonisasi
yang lebih rendah (Moeksin, 2018).
• Dalam penelitian ini kadar air yang didapat cukup rendah,
dikarenakan semakin rendah kadar air maka dengan mudah briket
di hidupkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmadhani (2015)
kadar air pada briket diharapkan serendah mungkin agar nilai
kalornya tinggi dan mudah dinyalakan. Karena kadar air yang
sediki dapat menghasilkan kualitas briket yang baik. Dan semakin
besar kadar perekat maka semakin besar pula kadar airnya. Seperti
yang diamati oleh Husain et al. (2002), daya tahan briket
merupakan fungsi dari kadar air dan kepadatan.
K. Simpulan
Pada peneletian yang dilakukan terhadap pemanfaatan
cangkang biji karet menjadi briket dengan menggunakan tepung kanji.
Dari hasil penelitian bahwa briket yang dibuat berhasil dan bisa
disandingkan dengan standar SNI 01-6325-2000 tentang syarat dan
mutu briket arang kayu. Briket limbah cangkang biji karet ini sudah
memenuhi standar dan memepunyai kualitas yang sama bagusnya.
Briket cangkang biji karet dan campuran tepung kanji ini sudah layak
dipakai untuk skala rumah tangga untuk mengurangi limbah organik.

Anda mungkin juga menyukai