Anda di halaman 1dari 23

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

I. Tujuan Percobaan :
 Mahasiswa dapat membuat briket Dari Tempurung Kelapa
 Mahasiswa dapat menganalisa produk briket yang dihasilkan.

II. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan
 Tabung pengarangan / Kaleng
 Kompor
 Cruser
 Ballmill
 Sieving

Bahan yang digunakan


 Tempurung Kelapa atau Arang Tempurung Kelapa
 Kanji atau perekat lainnya

III. Dasar Teori


Semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, mengakibatkan konsumsi energi juga
semakin meningkat. Indonesia sebagai Negara agraris besar, sampai saat ini masih
mengandalkan pasokan energi nasionalnya dari sektor energi fosil, seperti minyak bumi, batu
bara dan gas. Sebagaimana kita ketahui bahwa cadangan energi fosil, terutama minyak bumi
semakin menipis, berbanding terbalik dengan pertumbuhan jumlah penduduk, tentu hal ini akan
sangat mengkwatirkakan ketahanan energi bangsa Indonesia di masa datang.
Sudah saatnya bagi bangsa Indonesia untuk segera memperdayakan penganekaragaman
energi, terutama dari sector energi non fosil terbaharukan. Indonesia memiliki potensi yang besar
akan energi nonfosil terbarukan, seperti panas bumi, tenaga air, angin, matahari dan biomassa.
Diantara energi nonfosil , sebagai negera agraris yang besar Indonesia menyimpan
potensi luar biasa dari sector energi biomassa. Energi Biomassa dapat kita artikan sebagai energi
yang berasal dari aktifitas mahkluk hidup, seperti seperti tumbuhan maupun hewan. Dan yang
lebih di tekankan di sini bahwa energi biomassa adalah energi yang dihasilkan dari limbah sisa
atau hasil samping yang selama ini kurang digunakan baik dari pertanian seperti jerami dan
sekam padi, perkebunan seperti sisa-sisa tandan kosong kelapa sawit, kehutanan seperti kayu
atau serbuk sisa penggergajian ataupun peternakan seperti kotoran sapi maupun kerbau.
Penekanan sumber biomassa berasal dari limbah / hasil samping, di karenakan jangan sampai
dalam pemenuhan akan sumber energi berbenturan dengan pemenuhan sumber pangan bagi
kehidupan manusia.
Sesungguhnya penggunaan biomassa sebagai sumber energi telah berlangsung jauh
sebelum di temukannya energi fosil, seperti penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk
berbagai keperluan, tetapi karena tergeser oleh penggunaan bahan bakar minyak, akhirnya
biomassa menjadi tersingkirkan. Tetapi melihat kondisi saat ini, dengan semakin mahalnya
bahan bakar minyak, semoga bisa membuat energi biomassa untuk semakin di kembangkan
sebagai energi alternatif dan dalam rangka penganeka ragaman energi.
Salah satu teknologi untuk mengkonversi biomassa menjadi energi adalah dengan
menggunakan teknologi pembriketan yang termasuk kategori densifikasi. Tujuan dari
pembriketan adalah untuk menaikkan densitas energi biomassa, memudahkan dalam
penyimpanan , pengangkutan, lebih padat, kompak praktis dan tidak volumnis.
Bahan perekat diperlukan dalam pembuatan briket. Hal ini diperlukan karena dengan
adanya bahan pengikat, smikokas dapat dibentuk menjadi briket. Berdasarkan fungsi dari perekat
dan kualitasnya, pemilihan perekat berdasarkan sifat dan jenisnya adalah sangat penting, antara
lain :
 Berdasarkan sifat bahan baku perekat briket :
a) Memiliki gaya kohesi yang baik jika dicampur dengan semikokas.
b) Perekat harus mudah terbakar dan tidak berasap.
c) Perekat harus mudah didapat dalam jumlah banyak dan murah harganya.
d) Perekat tidak boleh beracun dan berbahaya.
 Berdasarkan jenis perekatnya dibedakan menjadi tiga yaitu :
a) Zat organic, misalnya : tapioca, gliserin, dan paraffin
b) Zat anorganik, misalnya : Clay, Natrium Silikat, dan Caustic Soda
c) Perekat campuran, misalnya : clay dan waste wood palm, tapioca dan
caustic soda.
Berikut ini adalah beberapa jenis perekat yang biasa digunaka dalam pembuatan briket non
karbonisasi :
A. Tapioka
Tapioka adalah tepung yang berasal dari bahan baku ubi kayu dan merupakan
salah bahan untuk keperluan industry perekat. Ubi kayu dalam keadaan normal tidak bisa
bertahan lama, maka dari itu untuk pemasaran dalam waktu lama diperlukan pengolahan
terlebih dahulu menjadi bentuk yang lebih awet yaitu bentuk tapioca.
B. Clay
Clay/tanah liat merupakan silikathidro alumunium yang kompleks Al2O3.nkH2O,
dimana n dan k merupakan numeric molekul yang terikat dan bervariasi untuk massa
yang sama. Jenis-jenis tanah liat yang digunakan untuk pembuatan briket terdiri dari
lempung yang bewarna kemerah-merahan, kekuning-kuningan dan keabu-abuan.

C. Kanji (amylum)
Secara kimiawi kanji memiliki kandungan karbohidrat lebih tinggi dari pada
jagung dan beras, tetapi kandungan protein dan lemaknya rendah. Komponen terbesar
dalam tapioca adalah pati. Kanji juga mengandung 28% amilosa dan 72% amilopketin,
apabila dicampur dengan air akan membentuk sebagai perekat ( Hasanto dalam
Khoirul,2010: 10).

Teknik pembriketan juga bisa di lakukan secara langsung dari bahan biomassa maupun
dengan cara teknik pengarangan yang di lanjutkan dengan pembriketan yang biasa di sebut
dengan briket bioarang.
Dibawah ini penulis mencoba menyajikan secara sederhana teknik untuk mengolah
biomassa (tempurung kelapa ) menjadi briket bioarang.

IV. Langkah Kerja


1. Siapkan biomassa yang akan di jadikan briket bioarang, di bawah ini di siapkan
tempurung kelapa yang sudah dipisahkan dari daging buah
2. Siapkan alat pengarangan, alat yang di gunakan adalah sebuah tabung silinder
yang ditengahnya di berikan sebuah cerobong. Tabung silender bisa di buat dari
drum ataupun kaleng bekas.
3. Masukkan tempurung kelapa kedalam tabung pengarangan. Kemudian nyalakan
api ditengah cerobong sebagi umpan
4. Setelah menjadi arang, dinginkan dalam wadah, haluskan dan saring untuk
mendapatkan produk berupa bioarang ukuran yang seragam. Penghalusan bisa
langsung dengan remasan tangan, karena sifat arang yang rapuh, atau dengan alat
crusher dan ballmill.
5. Untuk mendapat ukuran yang seragam ayak dalam sieving machine sesuai
kebutuhan ukuran mesh
6. Siapkan perekat untuk briket bioarang, perekat bisa dibuat dengan tepung tapioca
atau perekat lain, sebesar 6 – 12 % dari massa bioarang. Dengan jumlah air untuk
membuat perekat sebanyak massa bioarang ( 1 : 1 ), misal massa bioarang yang
akan dibuat adalah 100 gram, maka tepung tapioca nya adalah 10 gram ( di ambil
10% massa ) dengan jumlah air sebanyak 100 mL. cara membuat perekat adalah
campurkan tepung tapioca dengan air kemudian panaskan perlahan dan aduk
sampai mengental. Perekat siap di gunakan
7. Ambil biorang, campurkan dengan perekat sesuai perbandingannya, cetak dengan
alat cetak. Di bawah alat cetak menggunakan pipa paralon atau pipa besi yang
menggunakan dongkrak sebagai alat press atau pengempa.

Analisa pada Bioarang dari Tempurung Kelapa


Uji Kadar lengas ( Moisture )
1. Panaskan cawan porselen pada 104-110 0C. Dinginkan selama 15-30 menit dalam
desikator. Timbang berikut tutupnya
2. Masukan 1 gram sampel ke dalam caawan, tutup dan timbang segera ( berat (± 0,1
mg)
3. Sisihkan tutup, masukan segera cawan ke dalam oven pada suhu 104-110 0 C
selama 1 jam
4. Keluarkan cawan dari oven, tutup cawaan. Selanjutnya cawan dan tutupnya
didinginkan dalam desikator hinggaa suhu ruang, timbang segera.
Perhitungan Hasil
A−B
Lengas Tetrtambat ( % )= x 100
A
A = berat sampel (g)
B = berat sampel setelah dipanaskan (g)

Uji Kadar Abu ( Ash )


1. Timbang cawan porselen berikut tutpnya
2. Masukan 1 g sampel ke dalam cawan, tutup segera. Timbang
3. Tempatkan cawan ( tanpa tutup ) berikut sampel ke dalam furnace, panaskan
perlahan-lahan hingga duhu 450-5000 C selama 1 jam. Naikan suhu 700-7500 C
sampai 1 jam, lanjutkan pemanasan selama 1 jam,
4. Sisihkan cawan dari furnace, tutup cawan. Dinginkan dalam desikator, timbang
Perhitungan Hasil
A
Abu ( % )= x 100
B
A = berat abu (g)
B = berat sampel (g)

Penentuan nilai kalor biobriket


Persiapan alat:
1. Isi rinse tank sampai garis batas yang ada di dalam tabung atau ± 16L. Apabila pada saat
analisa muncul warning/pesan peringatan RINSE TANK MAYBE LOW LEVEL maka
yang harus dilakukan ialah, isi rinse tank, dan lanjutkan untuk mereset dengan cara
masuk ke MAIN MENU – OPERATING CONTROL – BOMB RINSE TANK
CONTROLS – RESET RINSE TANK COUNTER
2. Isi water tank yang terletak dibelakang alat/instrumen dengan cara mengangkat ke atas
tutup yang berwarna merah, isi sebanyak ±2L. Penggantian air water tank setiap 3 bulan
caranya dengan memutar ke arah kiri untuk membuka dan ke kanan untuk menutupnya
kembali.
3. Buka/set regulator oksigen (450 psi) dan nitrogen (80 psi), dengan cara memutarnya ke
kanan untuk membuka dan ke kiri untuk menutupnya.
4. Tekan power ON yang terletak di belakang alat/instrumen, maka alat akan booting ±2-3
menit maka akan tampil menu utama atau main menu.
5. Setelah itu tekan tombol CALORIMETER OPERATION,
6. Tekan tombol HEATER AND PUMP, tunggu hingga START dan START PRETEST
muncul,
7. Selanjutnya tekan START PRETEST untuk melakukan pengecekan gas dan air, tunggu
sampai ± 10 menit sampai selesai.

Note: Apabila instrument standby selama 10 menit maka instrument akan menampilkan
peringatan meminta untuk Start Pretest lagi. Pilih saja continue, apabila ada sampel dikeluarkan
dahulu karena instrument akan mengecek ulang. Apabila tidak ada masalah dalam pengecekan
maka instrument siap dioperasikan.

Persiapan sample:
1. Angkat bomb head dari bucket dengan cara buka cover dengan menarik besi cover dan
angkat, ambil bomb head dengan memutarnya ke kiri atau berlawanan dengan arah jarum
jam dan angkat bomb head letakkan pada head support stand, setelah itu pasang cotton
wire.
2. Timbang cawan setelah itu di tare, setelah masukkan sample pada cawan, dan catat hasil
penimbangan. Untuk sample benzoic acid 1 s/d 1.2 gram
- Khusus sample kalori tinggi (oil, sample asing) beratnya o.4 s/d 0.7 gram.
3. Selanjutnya ambil cawan dari timbangan, pasang cawan pada bomb head, dan paskan
cotton wire harus menyentuh sampel.
4. Masukkan bomb head ke dalam bucket calorimeter, dan putar searah jarum jam untuk
menguncinya.
5. Tutup cover calorimeter.

Pengoperasian alat:
1. Pilih operating mode: Determinan atau Standardization.
- DETERMINATION untuk pengukuran sample,
- STANDARDIZATION untuk kalibrasi bomb.
2. Tekan START
3. Masukkan ID sample/nama sample
4. Masukkan ID bomb/bomb yang digunakan (bomb 1, bomb 2, bomb 3 atau bomb 4)
5. Masukkan berat sample/sample weight
6. Silahkan tunggu hingga proses analisa selesai, 10 s/d 15 menit.
7. Hasil akan diprint out atau tampil pada LCD
8. Buka cover, keluarkan bomb head dengan cara memutarnya berlawanan dengan jarum
jam, dan bersihkan bomb silinder dan bomb head dengan kain kering atau tisu, agar lebih
aman sebaiknya dengan kanebo untuk mencegah adanya kotoran atau benang yang
tertinggal di silinder. Untuk pengukuran selanjutnya sama dengan cara di atas.
9. Untuk mematikan OFF kan HEATER AND PUMP, kemudian tekan power OFF
tunggu sampai ada kata SAFE TO TURN OFF setelah itu matikan power yang ada di
belakang alat.
10. Tutup suplai oksigen dan nitrogen.

Kalibrasi:
1. Dilakukan bilamana hasil test dengan Benzoic Acid atau sample standar sudah tidak
cocok/jauh dari nilai ketetapan.
2. Dilakukan sebanyak 5-10 kali pembakaran sample standar (Benzoic Acid)(Benzoic
Acid),
3. Operating mode yang dipilih: STANDARDIZATION
4. Tekan menu CALIBRATION DATA AND CONTROLS setelah sepuluh kali
pembakaran,
5. Pilih bomb yang dikalibrasi (Bomb 1/ Bomb 2 dst..)
6. Tekan PROTECT EE VALUE pada posisi OFF
7. Tekan UPDATE STATISTICS,
8. Tekan kembali PROTECT EE VALUE pada posisi ON.
9.
Untuk kalibrasi selanjutnya (berkala):
1. Cek kembali nilai kalibrasi sebelumnya, apabila nilai kalibrasinya masuk ke nilai
standard maka lanjutkan kalibrasi dengan menembakkan benzoic acid sebanyak 5-10
kali.
2. Setelah mengetahui nilai dari benzoic acid yang sudah dilakukan, masuk kembali ke
“Calibration Data and Control” kemudian pilih bomb.
3. Posisi “protect EE Value” dikembalikan ke posisi OFF kemudian tekan “Update
Statistics”.
4. Tekan “Protect EE Value” ke posisi “ON” kembali.

DATA/REPORT:
1. Dari main menu tekan FILE MANAGER, tekan RUN DATA FILE MANAGER,
2. Atau langsung tekan menu REPORT di sisi kanan LCD

V. Data Pengamatan
 Berat produk yang dihasilkan
 Analisa Nilai Kalor
Berat Perekat Jenis Moisture Ash Nilai Kalor
( kg ) (%) Perekat (%) (%) (Kkal)

VI. Pertanyaan
1. Tuliskan Nilai Analisa Proksimat dan Ultimat dari Tempurung Kelapa?
2. Apakah ada peningkatan nilai kalor antara tempurung kelapa dan biobriket
tempurung kelapa?
3. Jelaskan pengaruh penambahan % perekat terhadap kabar abu !
PEMBUATAN BIOBRIKET DARI SEKAM PADI

I. Tujuan Percobaan :
 Mahasiswa dapat membuat briket Dari Sekam Padi
 Mahasiswa dapat menganalisa produk briket yang dihasilkan.
II. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
 Tabung pengarangan / Kaleng
 Kompor
 Cruser
 Ballmill
 Sieving
Bahan yang digunakan
 Sekam Padi
 Kanji atau perekat lainnya

III. Dasar Teori


Semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, mengakibatkan konsumsi energi juga
semakin meningkat. Indonesia sebagai Negara agraris besar , sampai saat ini masih
mengandalkan pasokan energi nasionalnya dari sektor energi fosil, seperti minyak bumi, batu
bara dan gas. Sebagaimana kita ketahui bahwa cadangan energi fosil, terutama minyak bumi
semakin menipis, berbanding terbalik dengan pertumbuhan jumlah penduduk, tentu hal ini akan
sangat mengkwatirkakan ketahanan energi bangsa Indonesia di masa datang.
Sekam yang merupakan kulit terluar dari gabah yang banyak melimpah di tiap penggilingan
padi dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar alternatif. Dengan teknologi kompor sekam segar
bisa digunakan untuk memasak.
Panas pembakaran sekam dapat mencapai 3300 Kkal (Van Ruiten, 1981) dan bulk density 0,100
g/ml serta konduktivitas panas 0,068 Kkal (houston, 1972). Hasil pengamatan yang dilakukan di
Laboratorium Karawang-BB pasca panen seperti terlihat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
penggunaan kompor sekam (Gambar 1) cukup prospektif untuk digunakan pada skala rumah
tangga petani / pedesaan, karena selain mudah mendapatkan sekamnya, juga harga kompornya
relatif terjangkau.
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan
yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan
terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan
sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri,
pakan ternak dan energi atau bahan bakar.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah.
Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi
rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan
berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8-
12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang
tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan. Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam
mengandung beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat pada tabel 1. Dengan komposisi
kandungan kimia seperti tersebut pada tabel 1, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan di antaranya:
(a) sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia,
(b) sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2 )
yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi,
husk-board dan campuran pada industri bata merah,
(c) sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang
cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil.
Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density)1 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam
sebesar 3300 k. kalori. Menurut Houston (1972) sekam memiliki bulk density 0,100 g/ ml, nilai
kalori antara 3300 -3600 k. kalori/kg sekam dengan konduktivitas panas 0,271 BTU.
Untuk lebih memudahkan diversifikasi penggunaan sekam, maka sekam perlu dipadatkan
menjadi bentuk yang lebih sederhana, praktis dan tidak voluminous. Bentuk tersebut adalah
arang sekam maupun briket arang sekam. Arang sekam dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan
sebagai bahan bakar yang tidak berasap dengan nilai kalori yang cukup tinggi. Briket arang
sekam mempunyai manfaat yang lebih luas lagi yaitu di samping sebagai bahan bakar ramah
lingkungan, sebagai media tumbuh tanaman hortikultura.
Salah satu teknologi untuk mengkonversi biomassa menjadi energi adalah dengan
menggunakan teknologi pembriketan yang termasuk kategori densifikasi. Tujuan dari
pembriketan adalah untuk menaikkan densitas energi biomassa, memudahkan dalam
penyimpanan , pengangkutan, lebih padat, kompak praktis dan tidak volumnis.
Teknik pembriketan juga bisa di lakukan secara langsung dari bahan biomassa maupun
dengan cara teknik pengarangan yang di lanjutkan dengan pembriketan yang biasa di sebut
dengan briket bioarang. Dibawah ini penulis mencoba menyajikan secara sederhana teknik untuk
mengolah biomassa (sekam padi ) menjadi briket bioarang.

IV. Langkah Kerja


1. Siapkan biomassa yang akan di jadikan briket bioarang, di bawah ini di siapkan
sekam padi yang sudah dikeringkan.
2. Siapkan alat pengarangan, alat yang di gunakan adalah sebuah tabung silinder
yang ditengahnya di berikan sebuah cerobong. Tabung silender bisa di buat dari
drum ataupun kaleng bekas.
3. Masukkan sekam padi kedalam tabung pengarangan. Kemudian nyalakan api
ditengah cerobong sebagi umpan
4. Setelah menjadi arang, dinginkan dalam wadah, haluskan menggunakan ballmill
untuk membuat ukuran lebih halus.
5. Ayak menggunakan sieving mechine sehingga didapat kehalusan berdasarkan
kebutuhan
6. Siapkan perekat untuk briket bioarang, perekat bisa dibuat dengan tepung tapioca
atau bahan lain, sebesar 6 – 12 % dari massa bioarang. Dengan jumlah air untuk
membuat perekat sebanyak massa bioarang ( 1 : 1 ), misal massa bioarang yang
akan dibuat adalah 100 gram, maka tepung tapioca nya adalah 10 gram ( di ambil
10% massa ) dengan jumlah air sebanyak 100 mL. Cara membuat perekat adalah
campurkan tepung tapioca dengan air kemudian panaskan perlahan dan aduk
sampai mengental. Perekat siap di gunakan
7. Ambil biorang, campurkan dengan perekat sesuai perbandingannya, cetak dengan
alat cetak. Di bawah alat cetak menggunakan pipa paralon atau pipa besi yang
menggunakan dongkrak sebagai alat press atau pengempa.

Analisa pada Bioarang dari Sekam Padi


Uji Kadar lengas ( Moisture )
1. Panaskan cawan porselen pada 104-110 0C. Dinginkan selama 15-30 menit dalam
desikator. Timbang berikut tutupnya
2. Masukan 1 gram sampel ke dalam caawan, tutup dan timbang segera ( berat (± 0,1
mg)
3. Sisihkan tutup, masukan segera cawan ke dalam oven pada suhu 104-110 0 C
selama 1 jam
4. Keluarkan cawan dari oven, tutup cawaan. Selanjutnya cawan dan tutupnya
didinginkan dalam desikator hinggaa suhu ruang, timbang segera.
Perhitungan Hasil
A−B
Lengas Tetrtambat ( % )= x 100
A
A = berat sampel (g)
B = berat sampel setelah dipanaskan (g)

Uji Kadar Abu ( Ash )


1. Timbang cawan porselen berikut tutpnya
2. Masukan 1 g sampel ke dalam cawan, tutup segera. Timbang
3. Tempatkan cawan ( tanpa tutup ) berikut sampel ke dalam furnace, panaskan
perlahan-lahan hingga duhu 450-5000 C selama 1 jam. Naikan suhu 700-7500 C
sampai 1 jam, lanjutkan pemanasan selama 1 jam,
4. Sisihkan cawan dari furnace, tutup cawan. Dinginkan dalam desikator, timbang
Perhitungan Hasil
A
Abu ( % )= x 100
B
A = berat abu (g)
B = berat sampel (g)

Penentuan nilai kalor biobriket dari sekam padi sama seperti penentuan nilai kalor
pada biobriket tempurung kelapa

V. Data Pengamatan
 Berat produk yang dihasilkan
 Analisa Nilai Kalor
Berat Perekat Jenis Moisture Ash Nilai Kalor
( kg ) (%) Perekat (%) (%) (Kkal)

VI. Pertanyaan
1. Tuliskan Nilai Analisa Proksimat dan Ultimat dari Sekam Padi?
2. Apakah ada peningkatan nilai kalor antara sekam padi dan biobriket sekam padi?
3. Jelaskan alasan dilakukannya proses pengarangan sebelum sekam padi diolah jadi
briket !
4. Apakah % perekat mempengaruhi tingkat kerapuhan briket?
PEMBUATAN BIOBRIKET DARI TONGKOL JAGUNG

I. Tujuan Percobaan :
 Mahasiswa dapat membuat briket Dari Tongkol Jagung
 Mahasiswa dapat menganalisa produk briket yang dihasilkan.
II. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
 Tabung pengarangan / Kaleng
 Kompor
 Cruser
 Sieving
 Ballmill
Bahan yang digunakan
 Tongkol Jagung
 Kanji atau perekat lainnya

III. Dasar Teori


Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari usaha untuk memenuhi kebutuhan. Energi
bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam lehidupan manusia.
Pemenuhan kebutuhan energi bahan bakar kita saat ini masih mengandalkan fosil yang
terkandung di dalam perut bumi seperti minyak bumi dan batu bara. Proses pemenuhan
kebutuhan energi tersebut dapat menyebabkan habisnya sumber energi di dalam perut bumi
karena tidak dapat diperbaharui. Berdasarkan fenomena itu saat ini telah banyak
bermunculan energi alternatif.
Briket merupakan salah satu energi alternatif yang mulai berkembang dalam beberapa
waktu ini seiring melonjaknya harga bahan bakar dan konversi dari minyak bumi ke gas yang
dianggap masyarakat tidak aman. Walaupun briket belum menjadi bahan bakar yang banyak
digunakan oleh masyarakat, tetapi briket mempunyai nilai lebih dalam penggunaannya.
Kelebihan briket antara lain tampak pada proses pembuatannya yang tidak terlalu sulit serta
bahan baku briket dapat dibuat dari bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar kita. Salah
satu bahan dasar pembuatan briket adalah tongkol jagung.
Tongkol jagung adalah limbah rumah tangga yang di anggap tidak memiliki nilai guna
lagi. Sering kali tongkol jagung hanya dibuang dan menumpuk yang pada akhirnya dibakar
untuk mengurangi ruang yang digunakannya, dan mungkin tongkol jagung hanya
dimanfaatkan sebagai kayu bakar yang tidak menambah nilai guna bagi masyarakat. Padahal
tongkol jagung bisa dimanfaatkan sebagai briket yang berfungsi sebagai bahan bakar
alternatif pengganti minyak tanah yang kini mulai langka dan terlampau mahal gas yang
dianggap belum aman bagi kalangan menengah ke bawah.
Tongkol jagung sebagai bahan baku utama briket mempuyai banyak keuntungan.
Keuntungan tersebut antara lain melimpahnya tongkol jagung di lingkungan sekitar kita
sehingga sebagai bahan baku sangat mudah diperoleh. Kemudahan dalam memperoleh bahan
baku ini menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk pemenuhan bahan baku briket tidak
terlalu besar. Lebih  jauh briket dari tongkol jagung ini bisa menjadi peluang usaha baru bagi
masyarakat umum ditengah perekonomian yang lesu
Proses pembuatan briket jagung yang tidak terlalu sulit serta bahan bakunya yang mudah
diperoleh membuat kita bisa mempraktikkan dan membuatnya sendiri di rumah. Proses ini
jelas menjangkau seluruh kalangan masyarakat terutama sektor rumah tangga yang tidak bisa
lepas dari kebutuhan bahan bakar.
Hasil berupa briket ini dapat digunakan untuk proses pembakaran yang sesungguhnya,
namun untuk mendapatkan pembakaran yang efisien diperlukan tungku yang sesuai dengan
karakter briket. Tungku yang efisien dapat menyediakan pasokan udara pembakaran yang
tepat sehingga pembakaran briket berlangsung sempurna. Dengan adanya tungku yang sesuai
maka briket yang dihasilkan dapat digunakan untuk aplikasi yang sesungguhnya.
Adapun tahapan dalam pembakaran bahan bakar padat adalah sebagai berikut :
1. Pengeringan Dalam proses ini bahan bakar pengalami proses kenaikan temperatur
yang akan mengakibatkan menguapnya kadar air yang berada pada permukaan bahan bakar
tersebut, sedangkan untuk kadar air yang berada di dalam akan menguap melalui pori-pori
bahan bakar padat.
2. Devolatilisasi yaitu proses bahan bakar mulai mengalami dekomposisi setelah terjadi
pengeringan.
3. Pembakaran Arang, sisa dari pirolisis adalah arang ( fix carbon ) dan sedikit abu,
kemudian partikel bahan bakar mengalami tahapan oksidasi arang yang memerlukan
70%-80% dari total waktu pembakaran.

IV. Langkah Kerja


1. Siapkan biomassa yang akan di jadikan briket bioarang, di bawah ini di siapkan
tongkol jagung yang sudah dikeringkan dan dipotong kecil
2. Siapkan alat pengarangan, alat yang di gunakan adalah sebuah tabung silinder
yang ditengahnya di berikan sebuah cerobong. Tabung silender bisa di buat dari
drum ataupun kaleng bekas.
3. Masukkan tempurung kelapa kedalam tabung pengarangan. Kemudian nyalakan
api ditengah cerobong sebagi umpan
4. Setelah menjadi arang, dinginkan dalam wadah, haluskan menggunakan ballmill
untuk membuat ukuran lebih halus.
5. Ayak menggunakan sieving mechine sehingga didapat kehalusan berdasarkan
kebutuhan
6. Siapkan perekat untuk briket bioarang, perekat bisa dibuat dengan tepung tapioca
atau perekat lainnya, sebesar 6 – 12 % dari massa bioarang. Dengan jumlah air
untuk membuat perekat sebanyak massa bioarang ( 1 : 1 ), misal massa bioarang
yang akan dibuat adalah 100 gram, maka tepung tapioca nya adalah 10 gram ( di
ambil 10% massa ) dengan jumlah air sebanyak 100 mL. cara membuat perekat
adalah campurkan tepung tapioca dengan air kemudian panaskan perlahan dan
aduk sampai mengental. Perekat siap di gunakan
7. Ambil biorang, campurkan dengan perekat sesuai perbandingannya, cetak dengan
alat cetak. Di bawah alat cetak menggunakan pipa paralon atau pipa besi yang
menggunakan dongkrak sebagai alat press atau pengempa.

Analisa pada Bioarang dari Tongkol Jagung


Uji Kadar lengas ( Moisture )
1. Panaskan cawan porselen pada 104-110 0C. Dinginkan selama 15-30 menit dalam
desikator. Timbang berikut tutupnya
2. Masukan 1 gram sampel ke dalam caawan, tutup dan timbang segera ( berat (± 0,1
mg)
3. Sisihkan tutup, masukan segera cawan ke dalam oven pada suhu 104-110 0 C
selama 1 jam
4. Keluarkan cawan dari oven, tutup cawaan. Selanjutnya cawan dan tutupnya
didinginkan dalam desikator hinggaa suhu ruang, timbang segera.
Perhitungan Hasil
A−B
Lengas Tetrtambat ( % )= x 100
A
A = berat sampel (g)
B = berat sampel setelah dipanaskan (g)

Uji Kadar Abu ( Ash )


1. Timbang cawan porselen berikut tutpnya
2. Masukan 1 g sampel ke dalam cawan, tutup segera. Timbang
3. Tempatkan cawan ( tanpa tutup ) berikut sampel ke dalam furnace, panaskan
perlahan-lahan hingga duhu 450-5000 C selama 1 jam. Naikan suhu 700-7500 C
sampai 1 jam, lanjutkan pemanasan selama 1 jam,
4. Sisihkan cawan dari furnace, tutup cawan. Dinginkan dalam desikator, timbang
Perhitungan Hasil
A
Abu ( % )= x 100
B
A = berat abu (g)
B = berat sampel (g)
Penentuan nilai kalor biobriket dari tongkol jagung sama seperti penentuan nilai kalor
pada biobriket tempurung kelapa
V. Data Pengamatan
 Berat produk yang dihasilkan
 Analisa Nilai Kalor
Berat Perekat Jenis Moisture Ash Nilai Kalor
( kg ) (%) Perekat (%) (%) (Kkal)

VI. Pertanyaan
1. Tuliskan Nilai Analisa Proksimat dan Ultimat dari tongkol jagung?
2. Apakah ada peningkatan nilai kalor antara tongkol jagung dan biobriket tongkol
jagung ?
3. Jelaskan pengaruh ukuran mesh tongkol jagung kekuatan biobriket!
4. Jelaskan Kelebihan Biobriket tongkol jagung dibanding biobriket yang lain!

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI SERBUK KAYU


( SERBUK GERGAJI )

I. Tujuan Percobaan :
 Mahasiswa dapat membuat briket Dari Serbuk Kayu
 Mahasiswa dapat menganalisa produk briket yang dihasilkan.
II. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
 Tabung pengarangan / Kaleng
 Kompor
 Cruser
 Ballmill
 Sieving
Bahan yang digunakan
 Serbuk Gergaji
 Kanji atau perekat lainnya

III. Dasar Teori


Pada awal perkembangannya, kayu adalah sumber bahan bakar yang paling banyak
dipakai karena mudah didapat dan sederhana penggunaannya. Namun dewasa ini tekanan
terhadap hutan sangatlah berat sehingga mengurangi persediaan kayu sebagai bahan
bakar. Untuk itu diperlukan alternatif penggantiannya, dan salah satunya adalah
pembuatan briket arang. Dalam upaya pemanfaatan limbah serbuk gergaji, dimana serbuk
gergaji merupakan bahan yang masih mengikat energi, oleh karena itu rantai pelepasan
energi dimaksud diperpanjang dengan cara memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan
pembuatan briket arang
Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat
penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain itu penggunaan briket arang
dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji.Dengan
memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang maka akan
menningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran udara,
karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja.Manfaat
lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket arang
ini dikelola dengan baik untuk selanutnya briket arang dijual.Bahan pembuatan briket
arang mudah didapatkan disekitar kita berupa serbuk kayu gergajian.
. Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon,
mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam waktu yang lama.
Bioarang adalah arang yang diperoleh dengan membakar biomassa kering tanpa udara
(pirolisis). Sedangkan biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup.
Biomassa sebenarnya dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi panas
untuk bahan bakar, tetapi kurang efisien. Nilai bakar biomassa hanya sekitar 3000 kal,
sedangkan bioarang mampu menghasilkan 5000 kal (4). Pirolisis adalah proses
dekomposisi kimia dengan meggunakan pemanasan tanpa adanya oksigen. Proses ini atau
disebut juga proses karbonasi atau yaitu proses untuk memperoleh karbon atau arang,
disebut juga ”High Temperature carbonization” pada suhu 4500 C-5000C. Dalam proses
pirolisis dihasilkan gas-gas, seperti CO, CO2, CH4, H2, dan hidrokarbon ringan. Jenis
gas yang dihasilkan bermacam-macam tergantung dari bahan baku. Salah satu contoh
pada pirolisis dengan bahan baku batubara menghasilkan gas seperti CO, CO2, NOx, dan
SOx. Yang dalam jumlah besar, gas-gas tersebut dapat mencemari lingkungan dan
membahayakan kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses
pirolisis dipengaruhi factor-faktor antara lain: ukuran dan distribusi partikel, suhu,
ketinggan tumpukan bahan dan kadar air. Briket bioarang mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan arang biasa (konvensional), antara lain:
1. Panas yang dihasilkan oleh briket bioarang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan kayu biasa dan nilai kalor dapat mencapai 5.000 kalori .
2. Briket bioarang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau, sehingga bagi
masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di kota-kota dengan ventilasi perumahannya
kurang mencukupi, sangat praktis menggunakan briket bioarang.
3. Setelah briket bioarang terbakar (menjadi bara) tidak perlu dilakukan pengipasan atau
diberi udara.
4. Teknologi pembuatan briket bioarang sederhana dan tidak memerlukan bahan
kimia lain kecuali yang terdapat dalam bahan briket itu sendiri.
5. Peralatan yang digunakan juga sederhana, cukup dengan alat yang ada dibentuk
sesuai kebutuhan .
Oleh karena itu perlu dikembangkan pembuatan briket bioarang dalam upaya
pemanfaatan serbuk gergaji kayu jati. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan penelitian
untuk menghasilkan briket bioarang yang berkualitas baik , ramah lingkungan dan
memiliki nilai ekonomis tinggi. Dengan pemanfaatan serbuk gergaji kayu jati menjadi
briket bioarang, maka diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan,
memberikan alternatif sumber bahan bakar yang dapat diperbarui dan bermanfaat untuk
masyarakat.
IV. Langkah Kerja
1. Siapkan biomassa yang akan di jadikan briket bioarang, di bawah ini di siapkan
serbuk kayu sisa gergaji
2. Siapkan alat pengarangan, alat yang di gunakan adalah sebuah tabung silinder
yang ditengahnya di berikan sebuah cerobong. Tabung silender bisa di buat dari
drum ataupun kaleng bekas, penulis menggunakan sebuah “dandang” untuk
memasak nasi yang sudah tidak di gunakan.
3. Masukkan tempurung kelapa kedalam tabung pengarangan. Kemudian nyalakan
api ditengah cerobong sebagi umpan
4. Setelah menjadi arang, dinginkan dalam wadah, haluskan menggunakan ballmill
untuk membuat ukuran lebih halus.
5. Ayak menggunakan sieving mechine sehingga didapat kehalusan berdasarkan
kebutuhan
6. Siapkan perekat untuk briket bioarang, perekat bisa dibuat dengan tepung tapioca,
sebesar 6 – 12 % dari massa bioarang. Dengan jumlah air untuk membuat perekat
sebanyak massa bioarang ( 1 : 1 ), misal massa bioarang yang akan dibuat adalah
100 gram, maka tepung tapioca nya adalah 10 gram ( di ambil 10% massa )
dengan jumlah air sebanyak 100 mL. cara membuat perekat adalah campurkan
tepung tapioca dengan air kemudian panaskan perlahan dan aduk sampai
mengental. Perekat siap di gunakan
7. Ambil biorang, campurkan dengan perekat sesuai perbandingannya, cetak dengan
alat cetak. Di bawah alat cetak menggunakan pipa paralon atau pipa besi yang
menggunakan dongkrak sebagai alat press atau pengempa.

Analisa pada Bioarang dari serbuk Kayu


Uji Kadar lengas ( Moisture )
1. Panaskan cawan porselen pada 104-110 0C. Dinginkan selama 15-30 menit dalam
desikator. Timbang berikut tutupnya
2. Masukan 1 gram sampel ke dalam caawan, tutup dan timbang segera ( berat (± 0,1
mg)
3. Sisihkan tutup, masukan segera cawan ke dalam oven pada suhu 104-110 0 C
selama 1 jam
4. Keluarkan cawan dari oven, tutup cawaan. Selanjutnya cawan dan tutupnya
didinginkan dalam desikator hinggaa suhu ruang, timbang segera.

Perhitungan Hasil
A−B
Lengas Tetrtambat ( % )= x 100
A
A = berat sampel (g)
B = berat sampel setelah dipanaskan (g)

Uji Kadar Abu ( Ash )


1. Timbang cawan porselen berikut tutpnya
2. Masukan 1 g sampel ke dalam cawan, tutup segera. Timbang
3. Tempatkan cawan ( tanpa tutup ) berikut sampel ke dalam furnace, panaskan
perlahan-lahan hingga duhu 450-5000 C selama 1 jam. Naikan suhu 700-7500 C
sampai 1 jam, lanjutkan pemanasan selama 1 jam,
4. Sisihkan cawan dari furnace, tutup cawan. Dinginkan dalam desikator, timbang
Perhitungan Hasil
A
Abu ( % )= x 100
B
A = berat abu (g)
B = berat sampel (g)

Penentuan nilai kalor biobriket dari serbuk gergaji sama seperti penentuan nilai kalor
pada biobriket tempurung kelapa
V. Data Pengamatan
 Berat produk yang dihasilkan
 Analisa Nilai Kalor
Berat Perekat Jenis Moisture Ash Nilai Kalor
( kg ) (%) Perekat (%) (%) (Kkal)

VI. Pertanyaan
1. Tuliskan Nilai Analisa Proksimat dan Ultimat dari serbuk kayu karet!
2. Apakah ada peningkatan nilai kalor antara serbuk kayu dan biobriket serbuk
kayu ?
3. Jelaskan pengaruh penekanan terhadap kekuatan biobriket !
Uraikan secara singkat proses pengarangan dan komposisi apa saja yang berubah selama
proses tersebut

Anda mungkin juga menyukai