Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA

PEMBUATAN BRIKET BATUBARA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Abdur Razak Asshidiqi 061940412407


2. Akmalul Imam 061940412408
3. AlfiansyahMiftahulRizky 061940412409
4. Anindita Bunga Tiara 061940412410
5. AuliaFebrianti 061940412411
6. Damianus Tri Handoko 061940412412
7. Deka Irawan 061940412413
8. DyahPuspita Ayu 061940412414
9. FerdyFantra Agung 061940412416
10. GustiMayang Sari 061940412417
11. Ivi Felisa 061940412418

lnstruktur : Ir. Sahrul Effendy A., M. T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PRODI TEKNIK ENERGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak
dan langkahnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pemanfaatan
Batubara yang berjudul “Pembuatan Briket Batubara” dengan adanya makalah ini penulis
berharap agar dapat bermanfaat bagi kita semua. Seperti halnya sifat manusia yang tidak
sempurna di mata manusia lain ataupun di hadapan Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu dengan rendah hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Palembang, 10 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
BAB 1 . PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
I. TUJUAN…………………………………………………………………………….1
II. ALAT DAN BAHAN …………………………………………………………........1-2
III. DASAR TEORI……………………………………………………………………..2-7
IV. LANGKAH KERJA………………………………………………………………...7-8
V. DATA PENGAMATAN……………………………………………………………9
VI. PERHITUNGAN…………………………………………………………………...10-11
VII. ANALISA PERCOBAAN…………………………………………………………12
VIII. KESIMPULAN………………………………………………………………….......12
GAMBAR ( LAMPIRAN)……………………………………………………………….13-14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa mampu :
 Membuat briket batubara tanpa karbonisasi
 Membuat briket batubara dengan karbonisasi
 Menganalisa lamanya waktu pembakaran, lamanya waktu menyala, temperature
pembakaran, uji kadar air, uji kadar abu dan nilai kalor

II. ALAT DAN BAHAN


ALAT :

 Gelaskimia
 Hot plate
 Spatula
 Pengaduk
 Neracaanalitik
 Oven
 Furnace
 Cawan
 Cetakanbriket
 Alat press

BAHAN :

 Batubara ukuran -20 /+60 mesh dan -60/+170 mesh


 Tapioka
 Aquadest

1
 Jerami
 Serbuk kayu

III. Dasar Teori


Batubara terbagi menjadi menjadi 2 macam :
1. Batubara muda sub-bituminus/lignite, yaitu batubara kalori rendah (bermutu rendah).
Ciri-cirinya :
 Fisiknya lebih lembut dengan materi yang rapuh
 Berwarna suram seperti tanah
 Tingkat kelembaban (moisturre) yang tinggi
 Kandungan energi rendah

2. Batubara tua/bituminous/antarsit yaitu barubara kalori tinggi (bermutu baik), ciri-


cirinya :
 Fisiknya keras dan kompak
 Warnanya hitam adan mengkilat
 Tingkat kelembaban (moisture) yang rendah
 Kadar karbon tinggi
 Kandungan energinya besar

Pembentukan Batubara
Batubara adalah mineral organic yang dapat terbakar Terbentuk dari sisa tumbuhan
purba yang mengendap didalam tanah selama jutaan tahun. Endapan tersebut
selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia.

Briket
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit
campuran seperti jerami, ampas tebu, dan molases
Briket batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah seperti
untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan

2
Jenis-Jenis Proses Pembentukan Briket Batubara
1. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
Dalam proses pemuatan briket batubara tanpa karbonisasi, bahan baku utama adalah
batubara mentah (raw coal) dan menggunakan bahan pengikat organik atau anorganik.
2. Briket Batubara Terkarbonisasi
Pada proses pembuatan briket batubara terkarbonisasi, bahan baku utamanya adalah
batubara yang telah dikurangi kadar zat terbangnya maksimumnya 15%
3. Briket Bio-Batubara
Mengingat biomass bersifat mudah meregang (plastisitas tinggi), maka pada proses
pemerekatanya tidak cukup hanya menambahkan bahan pengikat, namun juga
memerlukan tekanan yang tinggi, sekitar 2 ton/cm². Pemakaian biomass bertujuan
selain untuk menurunkan temperature penyalaan briket, juga untuk mempercepat proses
pembakaran yang sempurna dari briket sehingga dapat mengurangi emisi gas buang.
4. Ligh Coal
Jenis bahan bakar ini merupakan produk terbaru bahan bakar padi berbasis batubara.
Proses pembuatannya melalui proses thermal uprapading pada suhu dan minimal
200°C, bahan bakar tersebut sudah dapat langsung di gunakan. Namun, karena
porositasnya kecil, maka alat pembakarannya harus di lengkapi dengan blower.
Keunggulan Briket Batubara
- Lebih murah
- Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga dapat sangat baik untuk pembakaran yang
lama
- Tidak beresiko meledak/terbakar
- Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga
- Sumber batubara berlimpah

Namun demikian Briket memiliki keterbatasan yaiutu waktu penyalaan awal memakan
waktu 5 – 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagai penyalaan
awal, Briket Batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu di atas 2 jam.

3
Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket
Penggunaan Minyak Tanah Briket Penghematan
Rumah Tangga Rp. 9000/hari Rp. 5400/hari Rp.3600/hari
3 ltr/hari
Warung Makan Rp. 30.000/hari Rp. 18.000/hari Rp. 12.000/hari
10 ltr/hari
Industri Kecil Rp. 75.000/hari Rp. 45.000/hari Rp. 30.000/hari
25 ltr/hari
Industri Rp. Rp. Rp. 497.550/hari
Menengah 2.000.000/hari 1.502.000/hari
1000 ltr/hari

Parameter Antara Minyak Tanah dan Briket


Parameter Minyak Tanah Briket
Nilai kalori 9.000 kkal/ltr 5.400 kkal/kg
Ekivalen 1 ltr 1,60 kg
Biaya Rp. 2.800 Rp. 1.300

Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi


Bahan Campuran dan Fungsi
A. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.

Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang di hasilkan akan semakin


tinggi Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat
yang mudah terbakar (volatile matter) yang kandungnya akan semakin sedikit Semakin
banyak komposisi batubara, pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas dan
semakin lama. Semakin tinggi kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar volatile
matternya akan semakin sedikit semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan
akan semakin sedikit akan semakin berkurang dan lama pembakaran akan semakin
cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga
menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan
cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar
kalori batubara)
Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama

4
Pemilihan Tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya rekat
yang kuat dan tidak mudah hancur. Pembuatan “adonan perekat” dari tepung tapioka
dengan air juga harus diperhatikan sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah
adonan jadi sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-
benar kental dan rekat.

Kelemahan Briket Batubara dan Solusinya


1. Sulit dalam penyalaan, solusinya :
- Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering dijemur terlebih
dahulu), sehingga kadar airnya rendah.
- Bahan baku batubara dan tanah liat “di-crusher” dan “di-screen” terlebih dahulu
dengan menggunakan lubang saringan yang kecil dari 3 mm².
Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu keras), karena biosmassa dapat
membantu mempercepat proses penyalaan. Briket batubara yang sudah dicetak harus
dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur atau dipanaskan dengan “oven”
sebelum dikemas dalam kurang. Hal ini untuk menghindari briket lembab saat
digunakan nantinya.

2. Berasap dan berbau, solusinya :


o Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan kadar air
yang banyak menyebabkan asap yang banyak dan berbau.
o Pemberian angin atau menggunakan cerobong pada saat penyalaan awal akan
membantu briket cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang dihasilkan dari
pembakaran briket tersebut juga akan berkurang.
o Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket. Komposisi terbaik untuk kapor
1%. Hal ini juga akan mengurangi kadar asap dan bau.
o Pemberian biosmassa juga akan membantu mempercepat batubara menjadi bara
sehingga asap dan bau cepat berkurang.
o Dengan cara batubara dikarbonisasi terlebih dahulu, karena dengan proses
karbonisasi, telah membuang sebagian zat terbang dan gas-gas sisa pembakaran

5
3. Panas dan lama pembakaran, solusinya :
o Pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan cara dikarbonisasi.
o Dengan memperbesar komposisi batubara. Karena semakin bayak komposisi lama
dan semakin panas hasil pembakarannya.
o Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh terhadap lama
pembakaran. Pemulihan tanah liat yang baik akan membuat briket lebih rekat, padat
dan keras yang akhirnya juga memperlama proses pembakaran.
o Pengeringan hasil briket. Karena briket yang lembab dan basah akan berpengaruh
besar terhadap panas yang dihasilkan.

4. Kepadatan dan kekerasan, solusinya :


o Pemilihan tanah liat yang baik yang mengandung unsur kaulinik sehingga
mempunyai daya rekat dan kekerasan yang tinggi derta cepat kering.
o Penghancur (crusher) dan penyaringan (screen) bahan baku juga berpengaruh
terhadap kekerasan hasil cetak. Semakin kecil partikel bahan baku akan membuat
partikel tercampur (mixer) lebih merata dan padat serta tidak mudah hancur.
o Pemilihan tepung tapioka dan pembuatan “adonan tapioka” yang baik sehingga
didapatkan campuran. Adonan tapioka yang kental dan mempunyai daya rekat yang
baik.
o Penjemuran atau peng-oven-an hasil briket sampai benar-benar kering sebelum
dikemas dalam karung. Untuk mengarungi briket yang hancur dan mutu yang buruk
saat pengiriman dan pemakaian.

Penelitian Emisi Gas Buang pada Pembakaran Briket Batu bara untuk
Mekanisme proses pembakaran sangatlah komplek, hal ini terjadi karena bahan bakar
mamilii komposisi kimia dan fisika yang komplek dan di bakar fosil (arang kayu dan
briket batubara) bereaksi dengan oksigen dari udaran dan menghasilkan panas.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat emisi dari pemakaian briket batubara
pada industri kecil, sehingga diperoleh gambaran mengenai dampak pencemaran udara.
Metodologi meliputi : pengumpulan dan analisa data, analisa laboratorium, dan evaluasi
data serta penyusunan laporan.
Dari analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan air lembab dari bahan bakar
yang digunakan cukup rendah (5,46 – 11,81%). Analisis kadar abu pada penelitian ini

6
(1,43 – 22,34%), Nilai terendah diitunjukkan arang kayu (+ 1-2%) sedang sekam kayu
(+ 20-25%). Hasil analisis ultimat yang meliputi penentuan unsur-unsur suatu bahan
seperti C,H,O,N dan S, unsur C,H dan O merupakan parameter penentu dalam proses
pembakaran, hasil yang diperoleh antara 48,27-78,84%;3,42-5,69% dan 15,35-26,90%,
sedang unsur S dan N merupakan parameter yang berpengaruh dalam pencemaran
lingkungan, karena dalam pembakaran akan terbentuk gas SO2 dan NOx. Hasil analisis
tungku, menunjukkan bahwa suhu tertinggi rata-rata tungku dengan briket bagas (BB)
mencapai 550oC, Briket Lampung (BL) 380oC, dan tiga bahan lainnya yaitu BS, BT
(briket Tanjung Enim) dan AK, suhu tertinggi rata-rata dicapai + 250oC. Hal ini sesuai
kondisi suhu air rata-rata pada tungku yang digunakan bahan bakar BB lebih cepat naik
dibanding dengan bahan bakar lainnya. Hasil pantauan emisi gas buang pembakaran
briket batubara dan arang kayu pada ketinggian 50 cm dan 200 cm (tinggi optimum
pada percobaan), tungku menunjukkan bahwa dari proses pembakaran arang kayu
sebagai bahan bakar tidak terdeteksi adanya gas SO2 baik pada ketinggian 50 cm dan
200 cm.
Semua bahan bakar briket yang digunakan dalam penelitian menghasilkan SO2
dipermulaan pembakaran (0-20 menit) dengan suhu tungku antara 150-600oC.
Selanjutnya kadar SO2 berfluktuasi sampai menit ke 65. Namun setelah menit ke 70
semua bahan bakar yag digunakan untuk proses pembakaran tidak menunjukkan
kandungan SO2, untuk BB dan BS telah melampaui BME, sedang BL dan BT masih
berada dibawah BME (300 mg/m3) dan emisi Nox dan CO untuk semua bahan bakar
yang diteliti masih berada dibawah BME.

IV. Langkah Kerja


- Proses Pembuatan Briket
1. Memasukkan batubara ke dalam crusher
2. Setelah mendapatkan batubara berukuran kecil dari hasil
crushing,batubara tersebut dibawa ke hammer mill
3. Setelah itu, melakukan proses screening (diayak) dengan ukuran
20 dan 60 mesh
4. Mencampurkan batubara halus sebanyak 80% dengan
jerami/serbuk kayu 10%, bahan perekat 10%,(Tepung tapioca
sebagai bahan perekat)
5. Setelah pencampuran di atas, memasukkan hasilnya ke dalam

7
cetakan briket sesuai dengan model tertentu
6. Setelah dicetak, melakukan pengeringan dengan menjemur
briket batubara yang sudah di cetak atau dengan oven.setelah
kering briket batubara siap di gunakan.

- Percobaan Kadar Air ( Moisture)


1. Memanaskan cawan porselen pada 104-110°C. Mendinginkan
selama 15-30 menit dalam desikator
2. Memasukkan 1gr sampel ke dalam cawan ,kemudian di timbang
3. Memasukkan cawan ke dalam oven pada suhu 104-110°C
4. Mengeluarkan cawan dan oven , dan mendinginkan dalam
desikator dan kemudian di timbang

- Pengujian Kadar Abu (Ash)


1. Menimbang cawan porselen
2. Memasukkan 1 gr sampel ke dalam cawan, kemudian di
timbang
3. Menempatkan cawan (tanpa tutup) berikut sampel ke dalam
furnace dingin,panaskan perlahan-lahan hingga suhu 450-500°C
selama 1 jam
4. Dinginkan cawan dan kemudian timbang

8
V. DATA PENGAMATAN
Sampel 1
 Berat batubara 20 Mesh : 16,5 gr
 Berat sekam padi (serbuk kayu) : 20,67 gr
 Berat tepung tapioka : 20,67 gr
 Berat total : 57,84 gr

Sampel 2
 Berat batubara 20 Mesh : 138,88 gr
 Berat sekam padi (serbuk kayu) : 17,36 gr
 Berat tepung tapioka : 17,36 gr
 Berat total : 173,6 gr
Kadar air (Moisture)

Sampel Berat cawan Berat sampel Berat cawan Beratakhir


kosong (gr) kosong + Berat (gr)
sampel (gr)
1 49,4 5 54,4 54,05
2 47,32 5 52,32 52,07

Kadar abu

Sampel Berat cawan Berat sampel Berat cawan Beratakhir


kosong (gr) kosong + Berat (gr)
sampel (gr)
1 30,45 5 35,45 29,5
2 32,10 5 37,1 30,8

VI. PERHITUNGAN

9
 Kadar Air
Sampel 1 (20 mesh)
Diketahui :
- Berat cawan kosong + sampel = 54,4 gr
- Berat setelah dipanaskan = 54,05 gr
Jawaban :
% Kadar Air = ((Berat cawan + sampel) – Berat setelah dipanaskan ) x 100%
Berat cawan dan sampel
% Kadar Air = ( 54,4 gr – 54,05 gr ) x 100 %
54,495
% Kadar Air = 0,64 %
Sampel 2 (60 mesh)
Diketahui :
- Berat cawan kosong + sampel = 52,32 gr
- Berat setelah dipanaskan = 52,27 gr
Jawaban :
% Kadar Air = ((Berat cawan + sampel) – Berat setelah dipanaskan ) x 100%
Berat cawan dan sampel
% Kadar Air = ( 52,32 gr – 52,27 gr ) x 100 %
52, 32 gr
% Kadar Air = 0,095 %

 Kadar Abu
Sampel 1 ( 20 mesh)
Diketahui :
- Sampel setelah dipanaskan = 29,5 gr
- Sampel Sebelum dipanaskan = 35,45 gr
- Cawan kosong = 30,45 gr
Jawaban :
% Abu = Sampel setelah dipanaskan – Cawan kosong
sampel sebekum dipanaskan

% Abu = (29,5 gr – 30,45gr) x 100%

10
35,45 gr – 30,45 gr
% Abu = 19 %
Diketahui :
- Sampel setelah dipanaskan = 30,8 gr
- Sampel Sebelum dipanaskan =37, 1 gr
- Cawan kosong = 32,10 gr
Jawaban :
% Abu = Sampel setelah dipanaskan – Cawan kosong
sampel sebekum dipanaskan
% Abu = (30,8 gr – 32,10 gr) x 100%
37,1 gr – 32,10 gr
% Abu = 26 %

VII. Analisa Percobaan

11
Percobaan ini adalah pembuatan briket batubara dengan batubara yang digunakan yaitu
berukuran -20+60 mesh dengan komposisi campuran briket yaitu 75% batubara, 15%
jerami/sekam padiserbuk kayu (biomassa), dan 10% tepung tapioca (perekat) dari berat total
200gr. Pada proses pembuatan briket dilakukan 2 perlakuan yaitu dengan karbonisasi dan
tanpa karbonisasi. Sampel briket yang dibuat ada 3 macam campuran, yaitu batubara+jerami
perekat, batubara+sekam padi perekat, dan batubara+serbuk kayu-perckat, Penggunaan
batubara berukuran -20-60 mesh dikarenakan apabila menggunakan ukuran mesh yang lebih
kecil akan mempengaruhi kerapuhan briket, briket lebih susah untuk direkatkan.
Penggunaan tepung tapioca sebagai perekat memiliki perbandingan 1:6 terhadap air karena
perekat ini akan mempengaruhi daya rekat pada briket dan mempengaruhi saat pencetakan.
Pada pengujian kadar air briket dapat dianalisa bahwa briket dengan perlakuan karbonisasi
memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa karbonisasi.
Namun secara teori seharusnya sampel dengan perlakuan karbonisasi memiliki kadar air yang
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa karbonisasi. Kemungkinan hal ini terjadi
karena adanya kadar air pada perckat, yaitu perckat yang dibuat terlalu encer dan terlalu
banyak menggunakan perekat sehingga akan mempengaruhi kadar airnya.
Pada proses pengujian kadar abu dapat dianalisa bahwa briket yang mengalami proses
karboni sasi memiliki kadar abu lebih rendah dibandingkan briket tanpa karbonisasi. Dari
ketiga sampel campuran briket dapat dianalisa bahwa yang memiliki nilai kalor tinggi yaitu
yang memilikikadar air rendah schingga sampel tersebut adalah batubara+sekam padi
perekat.

VIII. Kesimpulan

• Struktur fisik briket campuran batubara + jerami + perekat memiliki permukaan lebih
padat dan keras dibandingkan dengan sampel campuran sekam padi dan serbuk kayu.

• Perekat akan mempengaruhi daya rekat dan kekerasan dari briket, namun apabila
perekat terlalu cair maka akan mempengaruhi kadar air dari brike

Gambar (Lampiran)

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai