Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Indonesia memiliki cadangan batubara yang cukup besar yaitu lebih dari 36 milliar ton
yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi (Mangunwidjaja, 1999).
Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar belum terlalu luas jika dibandingkan dengan
bahan bakar lain, seperti minyak tanah, gas alam, kayu bakar dan sebagainya. Namun bila
dibandingkan dengan bahan bakar padat yang lain, batubara mampu menyala lebih lama
karena kandungan karbon yang tinggi.
Dengan adanya kenaikan BBM khususnya Minyak Tanah dan Solar, tentunya
penggunaan Briket Batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri kecil/menengah
akan lebih ekonomis dan menguntungkan, untuk itu diperlukan sosialisasi dalam penggunaan
Briket Batubara di setiap daerah.Batubara dipasarkan dalam bentuk briket untuk keperluan
rumah tangga. Kesulitan penyalaan briket batubara dibandingkan bahan bakar yang lain
menyebabkan batubara kurang diminati sebagai bahan bakar rumah tangga (Saptoadi, 1999).
Teknologi pembuatan Briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh
masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia telah
mengembangkan Briket Batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan
baik mengingat Minyak Tanah masih disubsidi sehingga harganya masih sangat murah,
sehingga masyarakat lebih memilih minyak tanah untuk bahan bakar sehari-hari. Namun
dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, mau tidak mau masyasrakat harus
berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah seperti Briket Batubara.
Walaupun cadangan batubara di Indonesia relatif besar, sebagian besar sumber daya
batubara tersebut merupakan batubara berperingkat rendah yang berkadar air tinggi. Batubara
berperingkat rendah akan cocok untuk berbagai kebutuhan rumah tangga dan industri kecil,
misalnya memasak. Oleh karena itu, bentuk briket merupakan bentuk paling cocok sebagai
sumber energi alternatif memasak di kegiatan rumah tangga.

1
Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara rendah abu dan rendah
sulfur, batubara bitumen. Kokas batubara berwarna abu-abu, keras, dan berongga.Kokas sebenarnya
dapat terbentuk secara alami, namun bentuk yang umum digunakan adalah buatan manusia.
Indonesia memiliki cadangan batubara yang besar melebihi cadangan minyak bumi.
Kegiatan penambangan batubara di Indonesia juga semakin meningkat dari tahun ke tahun
dimana batubara diharapkan sebagai sumber alternatif, selain untuk ekspor juga untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi energi dalam negeri. Oleh karena itu perlu digalakkan
program pemasyarakatan dan pembudayaan batubara. Salah satu caranya adalah dengan
penanganan lebih lanjut proses pengembangan pembuatan kokas, karena merupakan komoditi
penting yang banyak dibutuhkan pada industri berskala kecil sampai skala besar. Industri
yang membutuhkan kokas antara lain industri pengecoran logam, industri gula, industri
elektrode dan industri logam lainnya. Pemenuhan kebutuhan kokas di Indonesia sebagian
besar berasal dari luar negeri (impor) Jepang, RRC, dan Taiwan.
Mengingat kokas merupakan komoditi yang cukup penting, terutama pada industri
logam dan baja, maka usaha pengembangan dan pemenuhan kebutuhan kokas dari dalam
negeri menjadi sangat perlu. Kokas selain digunakan untuk meningkatkan kandungan karbon
dalam besi, juga berfungsi sebagai bahan bakar, bahan pereduksi maupun penyangga beban.
Jadi jelas bahwa batubara bisa diharapkan sebagai sumber energi alternatif untuk mengurangi
ketergantungan pada impor, yang tentunya dapat menghemat devisa.

2
1.2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Apa itu briket dan kokas ,jenis dan bentuk dari briket batubara?
2. Bagaimana cara membuat briket dan kokas batubara?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan pemakaian briket dan kokas batubara?
4. Bagaimana dan dimana aplikasi penggunaan briket dan kokas batubara?

1.3. MANFAAT DAN TUJUAN


Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian briket, kokas jenis dan bentuk dari batubara.
2. Mengetahui cara membuat briket dan kokas batubara.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan pemakaian briket dan kokas batubara.
4. Mengetahui cara penggunaan briket, kokas batubara dan aplikasi dalam industri dan
rumah tangga.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN BRIKET, JENIS – JENIS DAN BENTUK BRIKET BATUBARA

2.1.1. Pengertian Briket Batubara


Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu,
yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses pemampatan
dengan daya tekan tertentudengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka, agar
bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam
pemanfaatannya.
Briket Batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah
sepeti untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Bahan baku
utama Briket Batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan
mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun. Produsen terbesar Briket
Batubara di Indonesia saat ini adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
Sifat briket yang baik adalah sebagai berikut.
1. Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran.
2. Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah waktu diangkat dan
dipindah-pindah.
3. Mempunyai suhu pembakaran yang tetap (± 3500C) dalam jangka waktu yang
cukup panjang (8-10 jam).
4. Setelah pembakaran masih mempunyai kekuatan tertentu sehingga mudah untuk
dikeluarkan dari dalam tungku masak.
5. Gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida yang tinggi

2.1.2. Jenis – Jenis Briket Batubara


Beberapa jenis briket batubara yang umum digunakan adalah sebagai berikut.
1. Jenis Berkarbonisasi (super)
Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadi Briket.
Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam Briket Batubara tersebut
diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau dan berasap, namun
biaya produksi menjadi meningkat karena pada Batubara tersebut terjadi rendemen sebesar

4
50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga serta lebih aman
dalam penggunaannya.
2. Jenis Non Karbonisasi (biasa)
Jenis yang ini tidak mengalami dikarbonisasi sebelum diproses menjadi Briket dan
harganyapun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalam Briket Batubara
maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan
menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul dari
Briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Campuran jenis ini berupa
batubara mentah dan zat perekat (biasanya lempung). Sangat sederhana dan biasanya
berkualitas rendah.Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil.
3. Jenis briket bio-batu bara
Atau dikenal dengan bio-briket, selain kapur dan zat perekat, ke dalam campuran
ditambahkan bio-masa sebagai substansi untuk mengurangi emisi dan mempercepat
pembakaran. Bio-masa yang biasanya digunakan berasal dari ampas industri agro (seperti
bagas tebu, ampas kelapa sawit, sekam padi, dan lain-lain) atau serbuk gergaji.

2.1.3 Bentuk Briket Batubara


Bentuk dan ukuran briket batubara hasil cetakan (kemasan) dibuat sesuai untuk
keperluan sektor pengguna. Saat ini telah dikembangkan dua bentuk briket batu bara, yaitu
tipe bantal (telor) yang padat dan kompak dan tipe yontan (berongga). Kedua bentuk dibuat
untuk memudahkan pemakaian dan memperoleh efisiensi pembakaran.

Dikenal 2 bentuk briket yaitu :


1. Type yontan (silinder) untuk keperluan rumah tangga
Type ini lebih dikenal dan popular, disebut dengan yontan, suatu nama local berbentuk
silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai lubang-
lubang sebanyak 22 lubang.Tipe yontan juga dirancang untuk industri dan memerlukan
“kompor” atau tungku yang khusus.
2. Type egg (telor/bantal) untuk keperluan industri dan rumah tangga

5
Tipe bantal berukuran kecil cocok digunakan untuk rumah tangga (memasak), dan yang
berukuran lebih besar baik untuk industri. Type ini juga dipergunakan untuk bahan bakar
industri kecil seperti untuk pembakaran kapur, bata, genteng, gerabah, pandai besi dan
sebagainya, tetapi juga untuk keperluan rumah tangga. Jenis ini mempunyai lebar 32-39 mm
panjang 46-58 mm dan tebal 20-24 mm

A. PEMBUATAN BRIKET BATUBARA


Tujuan utama pembriketan batu bara adalah untuk membuat bahan bakar padat
serbaguna dari batu bara dengan kemasan dan komposisi yang lebih baik agar mudah dan
nyaman digunakan jika dibandingkan dengan menggunakan batu bara secara langsung. Untuk
memperoleh briket batu bara yang baik diperlukan batu bara yang “baik”, terutama yang
memiliki kandungan sulfur dan abu rendah. Bahan imbuhan juga harus dipilih dari kualitas
yang baik agar dapat berfungsi optimal sebagai perekat, mempercepat nyala, serta menyerap
emisi dan zat-zat berbahaya lainnya. Batubara dan bahan imbuhan (pencampur) ini
dihaluskan secara sendiri-sendiri sampai ukuran tertentu, dicampurkan dengan memakai
pencampur (mixer) mekanis, untuk kemudian “dicetak” (dibriket) ke dalam bentuk kemasan.

Bahan Baku Pembuatan Briket Batubara dan Fungsinya


A. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.
Tabel 1. Spesifikasi Batubara Sebagai Bahan Baku Briket Batubara

 Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi
 Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat yang
mudah terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit
 Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan semakin
panas dan semakin lama
 Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar volatile matternya
akan semakin sedikit

6
 Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin berkurang dan
lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga
mengandung banyak air sehingga menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas
yang berkurang. Solusinya dengan cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan
dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar kalori batubara)

B. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan memudahkan
proses pembakaran
 Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah terbakar dan
pencapaian suhu maksimalnya akan semakin cepat
 Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama pembakaran menjadi
semakin berkurang
 Biomassa dapat diubah / diolah menjadi bio arang, yang merupakan bahan bakar
dengan tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari
 Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO dan polusi
HC akan semakin berkurang

C. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat


 Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur yang
mempengaruhi kerekatan, kekerasan dan kekeringan
 Semakin banyak komposisinya, briket yang dihasilkan akan semakin keras
 Semakin banyak komposisinya, gas CO yang dihasilkan akan semakin sedikit
 Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi yang terbaik
untuk tanah liat adalah 10%

D. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama


 Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya rekat
yang kuat dan tidak mudah hancur
 Pembuatan "adonan perekat" dari tepung tapioka dengan air juga harus diperhatikan
sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi sebaiknya didinginkan
terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-benar kental dan rekat

7
E. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun dan
mengurangi bau belerang
 Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%
 Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak akan
membuat panas pembakaran briket menjadi berkurang

2.1.4 Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi (Tipe Biasa)

8
2.1.5 Proses Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi (Tipe Super)

2.1.6 Proses Pembuatan BriketBio-Batubara


Pada awal proses produksi, digunakan bahan baku batu bara (76%), bagas (19%) dan
kapur (5%). Dalam perkembangannya untuk meningkatkan sifat fisik produk, ditambahkan
molases sebagai bahan pengikat (8%) dan pengurangan bagas menjadi 10%, sehingga
komposisi briket bio batu bara menjadi : batu bara (85%), bagas (10%) dan kapur (5%).
Molases ditambahkan 8% dari total campuran tersebut. Pembuatan briket tersebut dilakukan
pada mesin briket 2 roller dengan kuat tekan 2 – 3 ton/cm2. Briket yang pecah dialirkan
kembali secara otomatis untuk dipres kembali.

9
Diagram alir pembuatan briket bio batubara

Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga maupun
industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM dan kayu
bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai di antaranya
untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang, tembakau, padi,
ikan,dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan industri lain yang
membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan dalam pemenuhan
energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan briket batubara ini yaitu :


- Mesin Briket Batubara kapasitas 10 ton/hari

Produksi Briket

Mesin Briket Batubara kapasitas produksi 200 kg/hari

10
Mesin Penggerus Mesin Pencampur Mesin Pencetak

2.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BRIKET BATUBARA

2.2.1 Keunggulan Briket Batubara

Keunggulan Briket Batubara antara lain :


 Lebih murah
 Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untk pembakaran yang lama
 Tidak beresiko meledak/terbakar
 Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga
 Sumber Batubara berlimpah
 Tidak berasap dan berbau sehingga rasa dan aroma makanan tidak berubah
 Nyala bara lebih bersih sehingga perabotan dan dapur tetap bersih
 Abu sisa pembakaran dapat dimanfaatkan untuk abu gosok dan campuran bahan
bangunan, pupuk tanaman.
 Tidak beracun (tidak berbahaya bagi manusia & binatang peliharaan)

2.2.2 Kekurangan Briket Batubara

Kekurangan Briket batubara antara lain :


 Briket memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakan waktu 5 – 10
menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagai penyalaan awal,
 Briket Batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu di atas 2 jam.

11
2.3 CARA PENGGUNAAN BRIKET BATUBARA DAN APLIKASINYA DALAM
INDUSTRI DAN RUMAH TANGGA
Untuk pembakaran awal dapat dilakukan dengan bahan penyulut yang sudah terbakar
sepertitatalan kayu atau merendam beberapa buah briket di dalam minyak tanah.
1. Briket Tipe Telur
Pemakaian briket tipe telur hampir sama dengan arang kayu, tetapi setelah menyala,
suhunya lebih tinggi dan pembakarannya lebih lama, sehingga lebih hemat. Susun satu
lapisan briket di atas saringan, pada lapisan tersebut bakar bahan penyulut secukupnya.
Setelah membara, tambahkan lagi briket, disesuaikan dengan lamanya waktu memasak
yang dibutuhkan, lakukan pengisapan secara terus-menerus sampai bara briket yang
dihasilkan dirasa suhunya cukup untuk. dipergunakan. Anglo harus diletakkan di temapat
yang agak tinggi dan pintu/jendela udara yang terletak di bawah anglo harus terbuka lebar,
agar sirkulasi udara berjalan lancar.
2. Briket Tipe Sarang Lebah
Ambil briket sarang tawon dengan penjepit atau jari kelingking yang dimasukkan pada
salah satu lubang briket, letakan pada ruangan pembakaran dengan posisi penyulut
menghadap ke atas. Nyalakan dengan korek api bagian penyulut tersebut.
Secara spontan nyala akan merambah ke seluruh bagian penyulut dan selanjutnya secara
perlahan. Nyala akan merambat ke bagian inti briketnya dari atas ke bawah.Anglo dapat
digunakan untuk memasak setelah bahan penyulut terbakar sempurna dan sebagian besar inti
briketnya terbakar.Untuk briket tipe telur anglo perlu dikipasi, setelah kurang lebih 10 menit,
anglo dapat digunakan untuk memasak.
Untuk mengatur panas/nyala, gunakan jendela/pintu udara : dibuka lebar untuk
pemanasan yang maksimum dan disempitkan untuk pemanasan minimum.
Untuk penghematan, gunakan briket sesuai kebutuhan. Pemadaman nyala dapat
dilakukan dengan menutup rapat/jendela dan bagian atas anglo (dengan penutupan) atau
mengambil satu persatu briket (khususnya yang tipe telur) yang menyala dengan penjepit
kemudian dibenamkan ke dalam pasir atau abu briket batubara.

12
2.3.1. Pengembangan Produksi Briket Batubara Dan Kompor/Tungku
Sampai saat ini pihak BPP Teknologi melalui Balai Besar Teknologi Energi (B2TE)
telah lama mengembangkan dan mendesain mesin untuk memproduksi Briket Batubara skala
kecil/menengah dengan kapsitas produksi sebesar 2 s/d 8 ton/hari. Dengan demikian industri
briket sakala kecil/menengah ini diharapkan bisa tersebar di sentra-sentra pengguna Briket
Batubara sehingga mudah dalam penyediaan briket secara kontinyu. Disamping itu pula BPP
Teknologi telah mengembangkan jenis-jenis Kompor/Tungku Briket untuk keperluan rumah
tangga, rumah makan serta industri kecil/menengah.

2.3.2. Kompor/Tungku Briket Batubara


Penggunaan Briket Batubara harus dibarengi serta disiapkan Kompor atau Tungku, jenis dan
ukuran Kompor harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya Kompor/Tungku
terdidri atas 2 jenis :
1. Tungku/Kompor portabel, jenis ini pada umumnya memuat briket antara 1 s/d 8 kg
serta dapat dipindah-pindahkan. Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga
atau rumah makan.
2. Tungku/Kompor Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara permanen.
Jenis ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah.
Persyaratan Kompor/tungku harus memiliki :
 Ada ruang bakar untuk briket
 Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan
melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder
 Ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar briket
Kompor untuk jenis industri kecil/menengah seperti :
1. Industri Tahu-Tempe
2. Industri Pencelupan Batik
3. Industri Batubata/Genteng/Kramik
4. Industri Pemindangan Ikan
5. Industri Pengeringan Tembakau
6. Industri Jamu
7. Pengeringan Kayu/Meubel
8. Peternakan Ayam
9. Restoran
10. Warung Tegal
11. Kafe Malam/Tenda
12. Dapur Umum di Pondok Pesantren, dan lain – lain.

13
Harga Briket Batubara
 Briket Batubara Non Karbonisasi (Tipe Biasa) : Rp. 1.600/kg
 Briket Batubara Karbonisasi (Super) Rp. 2500/kg

Kisaran Harga Kompor


 Untuk Rumah Tangga Rp. 135.000,- /bh
 Untuk Restoran Rp. 200.000,- /bh
 Untuk Industri Kecil/Menengah Rp. 350.000,-/buah

2.4 PENGERTIAN KOKAS

Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara rendah abu dan
rendah sulfur, batubara bitumen. Kokas batubara berwarna abu-abu, keras, dan berongga.
Kokas sebenarnya dapat terbentuk secara alami, namun bentuk yang umum digunakan adalah
buatan manusia.
Kokas merupakan hasil pirolisis dari bahan organik dengan kandungan karbon
yangsangat tinggi yang mana setidaknya bagian di dalam kokas tersebut telah melewati
fasecair atau kristal-cair selama proses karbonisasi dan terdiri dari karbon non-
grafit.Kebanyakan bahan-bahan pembentuk kokas adalah karbon yang dapat berbentukgrafit.
Struktur mereka adalah campuran dari tekstur optik dengan berbagai ukuran, dariisotropik
optik hingga anisotropi (-200um diameter).
Kokas merupakan produk yang terbesar tonasenya hasil destilasi batubara.Kebutuhan
akan kokas bergantung pada kebutuhan akan baja. Kira-kira 98%produksi ter batubara
didapat dari tanur hasil sampingan. Dewasa ini, dengan banyaknyaaromatik yang dihasilkan
industri migas, hasil utama distilasi batubara beralih menjadipenyediaan kokas untuk industri
baja. Walaupun kokas dapat juga dibuat dari migas, adadua macam prosedur pengkokasan
batubara, yaitu proses sarang tawon (bee – hive) danproses hasil samping (by – product).
Proses sarang tawon merupakan proses yang sangatkuno. Pada tabor hasil sampingan, muatan
berupa batubara, yang campurannya diaturdengan teliti, dipanaskan dari dua sisi sehingga
kalor mengalir ke tengah, dengandemikian menghasilkan kokas yang lebih kecil dan lebih
padat dari yang dihasilkan padatanur sarang tawon.
Bila batubara dipirolisis atau di destilasi dengan memanaskannya tanpa kontakdengan
udara, ia akan terkonversi menjadi zat padat, cair, dan gas. Dalam prakteknya,suhu tanur
dijaga diatas 900º C, tetapi bisa juga berkisar antara 500º C-1000º C.Produk utamanya
(menurut beratnya) adalah kokas. Jika unit itu menggunakan suhu 450ºC-700º C, proses

14
tersebut disebut karbonisasi suhu rendah (low- temperaturecarbonization), sedangkan pada
suhu diatas 900º C, disebut karbonisasi suhu tinggi (high- temperature carbonization).

2.5 JENIS-JENIS KOKAS


 Green Coke adalah hasil karbonisasi padatan yang utama yang dihasilkan dari
pemanasan fraksi karbon pada temperatur dibawah 9000 K (juga disebut kokas baku)

 Calcined Coke adalah kokas yang berasal dari minyak bumi atau kokas dari hasil
pengolahan batubara dengan sebuah fraksi massa dari hidrogen kurang dari 0,1% berat.
Kokas jenis ini dihasilkan melalui pemanasan dari Green Coke hingga suhukira-kira
1600 K.

 Petroleum Coke adalah hasil karbonisasi dari fraksi didih karbon yang terbentuk dalam
proses pengolahan minyak bumi

 Coal Derived Pitch Coke adalah hasil karbonisasi padatan yang paling utama dalam
industri yang dihasilkan dari coal-tar-pitch atau ter (aspal).

 Metallurgical Coke yang dihasilkan melalui karbonisasi batubara atau campuran


batubara pada temperatur hingga diatas 1400 K untuk menghasilkan bahan karbon
makroporos yang kuat.

 Delayed Coke adalah bentuk yang paling umum digunakan untuk hasil karbonisasi
utama pada fraksi didih hidrokarbon melalui proses pemasakan kokas. Delayed Coke
memiliki tingkat grafit yang lebih baik dibandingkan dengan kokas yang dihasilkan
dengan proses lain bahkan dengan bahan dasar yang sama. Hasil utama dari delayed coke
ini adalah sponge coke dan needle coke. Shot coke juga dihasilkan seperti timbunan bola
dengan diameter 1-2 mm, tapi tidak memiliki nilai jual.

 Ponge Coke memiliki tekstur optik yang tak-terorientasi (tak-terarah) dan


digunakansebagai pengisi untuk elektroda pada industri aluminium.

 Needle Coke adalah bentuk umum yang digunakan untuk kokas jenis khusus
dengantingkat grafit yang tinggi yang dihasilkan dari struktur mikrokristal yang
dimilikinya.

15
2.6 PRODUKSI KOKAS
Kandunagan volatil dari batubara -termasuk air, gas batubara, dan batubara didorong
keluar karena dipanggang dalam tungku atau oven pengap pada suhu setinggi 2.000°C
(3.600°F) meskipun biasanya sekitar 1.000-1.100°C (1832-2012°F).
Fasilitas paling modern oven kokas tetap menghasilkan "produk sampingan". Saat ini,
hidrokarbon volatil juga dimanfaatkan, setelah pemurnian, dalam proses pembakaran yang
terpisah untuk menghasilkan energi. Tungku kokas (oven) membakar gas hidrokarbon yang
dihasilkan oleh proses pembuatan kokas mengakibatkan terjadinya proses karbonisasi.
Batubara yang sebagai umpan dalam proses karbonisasi dimasukan ke tungku (pada
tahap v), di mana batubara melewati zona karbonisasi suhu rendah,pada suhu sekitar 375-
475°C, batubara mengalami dekomposisi membentuk lapisan plastis di sekitar dinding.
Ketika suhu mencapai 475-600°C, terlihat kemunculan cairan tar dan senyawa hidrokarbon
(minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa plastis menjadi semi-kokas, dan kemudian
batubara dipanaskan dalam carbonisasi suhu tinggi sampai 1000oC (pada tahap vii) untuk
menjalani karbonisasi.
Batubara bitumen harus memenuhi seperangkat kriteria untuk digunakan sebagai
kokas batubara, ditentukan oleh teknik uji batubara tertentu. Termasuk diantaranya kadar air,
kadar abu, sulfur, kandungan volatil, tar, dan plastisitas. Pengujian ini ditargetkan untuk
menghasilkan kokas dengan kekuatan yang sesuai (umumnya diukur oleh coke strength after
reaction (CSR). Pengujian lainnya juga dipertimbangkan, termasuk untuk memastikan coke
tidak menggelembung terlalu banyak selama produksi dan menghancurkan oven melalui
tekanan dinding yang berlebihan.
Semakin besar zat terbang (volatil) dalam batubara, semakin banyak byproduk
diproduksi. Umumnya tingkat 26-29% zat terbang dalam campuran batubara dianggap baik
untuk tujuan mendapatkan kokas. Jadi jenis batubara lain bisa dicampur secara proporsional
untuk mencapai tingkat volatil yang dapat diterima sebelum proses produksi kokas dimulai.
Kokas alami terbentuk ketika lapisan batubara dipotong oleh intrusi vulkanik.
Gangguan ini memanaskan batubara di sekitarnya dalam suasana anoxic sehingga
terbentuklah zona kokas (biasanya beberapa meter) di sepanjang gangguan itu. Namun, kokas
alami sangat bervariasi dalam hal kekuatan dan kadar abunya, dan umumnya dianggap tidak
dapat dijual kecuali dalam beberapa kasus sebagai produk termal.

16
2.7 PENGGUNAAN KOKAS
Kokas digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai agen pereduksi dalam peleburan
bijih besi dalamblast furnace. Kokas ini digunakan untuk mengurangi oksida besi (hematit)
untuk mengumpulkan besi.Karena konstituen penghasil asap dibuang selama proses
pembuatan kokas, kokas menjadi bahan bakar yang baik untuk kompor dan tungku yang tidak
cocok untuk pembakaran batubara bitumen asli. Kokas dapat dibakar dengan sedikit atau
tidak berasap saat pembakaran, sedangkan batubara bitumen akan menghasilkan banyak asap.
Ditemukan secara tidak sengaja, kokas memilik sifat perisai panas yang unggul bila
dikombinasikan dengan bahan lain. Kokas merupakan salah satu bahan yang digunakan
sebagai perisai panas pada program kendaraan luar angkasa NASA, Apollo. Dalam bentuk
akhirnya, bahan ini disebut AVCOAT 5026-39. Bahan ini telah digunakan baru-baru ini
sebagai perisai panas pada kendaraan Pathfinder Mars. Meskipun tidak digunakan untuk
pesawat ulang-alik modern, NASA telah merencanakan untuk memanfaatkan kokas dan
bahan lainnya untuk perisai panas pesawat ruang angkasa generasi berikutnya, bernama
Orion, sebelum proyek itu dibatalkan.
Kokas secara luas digunakan sebagai pengganti batubara untuk pemanas domestik
menyusul diberlakukannya zona tanpa asap di Inggris.

2.8 THE FORMED COKE MAKING PROCESS(PROSES PEMBUATAN/PRODUKSI


KOKAS)

2.8.1 TAHAP PEMBENTUKAN(FORMING STAGE)


Noncaking Coal adalah bahan baku utama (60-80%). Batubara dikeringkan hingga
kandungan air 2-3% (pada tahap I). Batubara kering digerus (pada tahap II). Pengikat
ditambahkan ke bubuk batu bara, bahan ini kemudian dicampur (pada tahap III ), dan dicetak
(pada tahap IV), sehingga memperoleh batubara umpan.

2.8.2 TAHAP KARBONINASI(CARBONIZING STAGE)


Karbonisasi batubara adalah proses distilasi kering di mana sirkulasi udara dikontrol
seminimal mungkin. Melalui dinding baja, panas disalurkan ke dalam tanur bakar yang
memuat batubara. Proses karbonisasi merupakan reaksi endoterm atau eksoterm tergantung
pada temperatur dan proses reaksi yang sedang terjadi. Secara umum hal ini dipengaruhi oleh
hubungan temperatur karbonisasi, sifat reaksi, perubahan fisik/kimiawi yang terjadi.

17
Batubara yang sebagai umpan dalam proses karbonisasi dimasukan ke tungku (pada
tahap v), di mana batubara melewati zona karbonisasi suhu rendah,pada suhu sekitar 375
sampai 475 derajat celcius, batubara mengalami dekomposisi membentuk lapisan plastis di
sekitar dinding. Ketika suhu mencapai 475 sampai 600 derajat celcius, terlihat kemunculan
cairan tar dan senyawa hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa plastis
menjadi semi-kokas, dan kemudian batubara dipanaskan dalam carbonisasi suhu tinggi
sampai 1000o C (pada tahap vii) untuk menjalani karbonisasi.
Tingkat panas yang tinggi harus dikendalikan sehingga batubara tidak pecah dan
hancur akibat batubara mengalami pertambahan atau penyusutan volume. Batubara yang
telah terkarbonisasi (coke), didinginkan hingga mencapai suhu 100o C atau lebih rendah.
Suhu di pendinginan (pada tahap viii) oleh gas yang bersuhu normal dimasukkan dari bawah
tungku sebelum kokas dikeluarkan dari tungku.

2.8.3 GAS YANG DIHASILKAN(GENERATED GAS)


Gas hasil pemanasan kokas (300-350oC) meninggalkan bagian atas tungku yang
didinginkan oleh recooler (pada tahap IX) dan pendingin utama (pada tahap X). Setelah
menghilangkan asap tar (pada tahap XI), sebagian besar gas dikembalikan ke tungku. Porsi
gas yang berlebihan dikeluarkan dari sistem, yang kemudian mengalami rectification dan
desulfurisasi untuk menjadi bahan bakar bersih yang memiliki nilai kalori tinggi,
(3800kcal/Nm3).

2.8.4 PRODUK SAMPINGAN( BY PRODUCTS)


Cairan dalam gas dibawa ke decanter (pada tahap xii ) yang memisahkan ammonia dan
tar dengan dekantasi dan pengendapan. Masing-masing produk sampingan tersebut
digunakan untuk tanaman yang ada untuk perawatan lebih lanjut. Setelah dinormalisasi, tar
digunakan kembali sebagai pengikat untuk pembentukan kokas.

2.8.5 SIRKULASI GAS (GAS RECYLE)


Gas hasil pemisahkan kabut tar di electric precipitator dipanaskan sampai sekitar 1000o
C pada suhu tungku pemanas gas yang tinggi (pada tahap xiii), dan kemudian dimasukan ke
zona karbonisasi bersuhu tinggi (pada tahap vii). Gas yang dipanaskan sampai 450o C pada
suhu tungku pemanas gas rendah (pada tahap xiv) kendalikan ejektor (pada tahap xv). Ejektor
(xv) menghisap gas bersuhu tinggi yang digunakan untuk mendinginkan kokas untuk
memberi umpan ke zona karbonisasi bersuhu rendah (vi) pada suhu gas sekitar 600o C.

18
2.9 PEMANFAATAN KOKAS BATUBARA

Berdasarkan pada jenis yang akan diproduksi dan kadar pengotor yang spesifik yangada
dalam hasil akhir, petroleum coke pada dasarnya digunakan untuk tiga jenispekerjaan.
Jenis pekerjaan ini dapat diklasifikasikan sebagai bahan bakar, elektroda, danmetalurgi.
Klasifikasi yang keempat masih relatif baru digunakan, yaitu gasifikasi, yang
masih dalam tahap evaluasi bagi perusahaan-perusahaan tapi tidak memberikan hasilyang
cukup signifikan pada saat ini

A. PENGGUNAAN SEBAGAI BAHAN BAKAR


Kokas digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai agen pereduksi dalam peleburan
bijih besi dalamblast furnace. Kokas ini digunakan untuk mengurangi oksida besi (hematit)
untuk mengumpulkan besi.
Penggunaan petroleum coke sebagai bahan bakar umumnya masuk kepada dua
kategori,bahan bakar untuk pembangkit tenaga uap dan bahan bakar untuk pabrik semen.
Untuk penggunaan ini, kokas biasanya dicampur dengan batubara bitumen atau
digunakandalam kombinasi dengan minyak atau gas. Pada umumnya, kokas sebagai bahan
bakardigunakan dalam kombinasi dengan batubara bitumen memiliki keuntungan
sebagaiberikut disamping batubara bitumen itu sendiri :
1. Grinding (penggilingan). Kokas lebih mudah untuk digiling daripada
batubarabitumen, dihasilkan dengan biaya penggilingan yang lebih murah dan tidak
perluperawatan yang lebih.
2. Nilai Pemanasan (Heating Value). Nilai pemanasan dari petroleum coke adalahlebih
dari 14.000 Btu/lb, dibandingkan dengan 9000 sampai 12.500 Btu/lb untukbatubara.
3. Kandungan abu. Kandungan abu yang sangat rendah (kurang dari 0,5 persenberat)
dari kokas menghasilkan biaya pengolahan yang lebih murah.

B. PENGGUNAAN UNTUK ELEKTRODA


Kadar sulfur yang rendah, sponge coke dengan kadar logam yang rendah, setelah
proseskalsinasi, dapat digunakan untuk membuat anoda pada industri aluminium. Industri
aluminium merupakan industri satu-satunya yang mengkonsumsi kokas paling banyak.
Untuk setiap pon dari aluminium yang dihasilkan melalui proses peleburan hampir ½ lb
dari kokas hasil kalsinasi yang digunakan.Needle coke merupakan petroleum coke yang
paling banyak dipesan yang dihasilkan daribahan aromatik dengan kandungan sulfur yang

19
rendah. Penggunaan utama dari needlecoke yang dkalsinasi adalah pada pembuatan elektroda
grafit untuk dapur elektrik padaindustri baja.
Pada dasarnya, anoda prapanggang untuk produksi aluminium terdiri dari sekurang-
kurangnya 65% petroleum coke, 20% batang anoda yang didaur ulang, dan 15% coal tar
pitch sebagai perekat. Bahan dasar lainnya juga digunakan, atau masih digunakan,sebagai
contoh cairan kokas, kokas dari batubara, dan pitch minyak bumi. Dikarenakanjumlahnya
yang relatif kecil, tidak ada satu pun dari bahan ini yang sangat mempengaruhidalam
produksi anoda. Petroleum coke yang digunakan untuk pembuatan anoda yangberkualitas
dihasilkan dari fraksi minyak berat (heavy residual) dari minyak mentah,melalui sebuah
proses yang dikenal dengan istilah delayed coking.

Viskositas dari cairanhidrokarbon yang terbentuk pada proses melalui fase transisi dari
cairan ke bentuk padatdiperoleh dengan cara cracking, dehidrogenasi, dan polimerisasi.
Kokas yang “baru” atau green coke yang dihasilkan belum sesuai sebagai kokas pengisidi
dalam elektroda. Kokas ini merupakan sebuah amorf, struktur yang sangat lemah,termasuk di
dalam jenisnya 8 – 15 % berat merupakan hidrokarbon yang mudahmenguap.
Kokas ini juga memiliki reaktifitas yang tinggi dan konduktivitas listrik yanglemah.
Sebagai proses lanjutan green coke tadi dilakukan pemanasan yang ditujukanmenjadi kokas
pengisi dalam elektroda, proses tersebut dikenal sebagai kalsinasi. Selamaproses kalsinasi
hingga mencapai suhu 13500oC, kokas mengecil hingga kira-kira 10–14% berat dan
kandungan senyawa volatil berkurang sampai 0,5% berat. Senyawa-senyawayang mudah
menguap ini dilepaskan sebagai gas, seperti CH4,C2H6,H2,H2S,CH3SH.
Kualitas kokas yang dihasilkan dari kalsinasi dikendalikan oleh komposisi kimiadari
bahan baku sebagaimana parameter operasional selama proses coking dan kalsinasi.

C. PENGGUNAAN METALURGI
Petroleum coke dengan kandungan sulfur yang rendah (2.5% berat atau kurang) dapat
digunakan dalam metalurgi besi ketika dicampurkan dengan batubara yang
rendahkemampuan menguapnya. Petroleum coke yang digunakan dalam penuangan besi
atauuntuk pembuatan baja meningkatkan bahan-bahan dari batubara melalui
penurunanjumlah zat yang mudah menguap dan meningkatkan nilai rata-rata
pemanasan.Kandungan logam dalam kokas tidak menjadi masalah dalam industri metalurgi.

20
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah dibuat dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang
tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka, agar bahan
bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam
pemanfaatannya.
 Jenis briket batubara adalah jenis berkarbonisasi (super), jenis non berkarbonisasi (biasa)
dan jenis briket bio-batubara.
 Bentuk briket batubara ada dua yaitu tipe yontan (silinder) dan tipe egg (telur).
 Proses pembuatan batubara adalah penggerusan dan pengayakan, pencampuran,
pencetakan, pengeringan, uji kualitas dan pengemasan penyimpanan pemasaran.
 Aplikasi penggunaan briket batubara terdapat dalam industry kecil / menengah dan rumah
tangga.

3.2. SARAN
Penggunaan briket batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri
kecil/menengah akan lebih ekonomis dan menguntungkan, untuk itu diperlukan sosialisasi
dalam penggunaan Briket Batubara. Untuk pembahasan terperinci mengenai teknologi
pembuatan briket batubara harus dipelajari lebih lanjut dalam sumber – sumber pemanfaatan
batubara dalam bentuk briket.

21

Anda mungkin juga menyukai