Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit terbesar di asia tenggara. Pada tahun 2007 tercatat hampir 50 perusahaan yang merupakan perkebunan kelapa sawit. Dengan produktifitas yang terus meningkat terbukti bahwa perkebunan kelapa sawit turut membantu meningkatkan perekonomian Indonesia. Membangun perkebunan kelapa sawit tentunya telah memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai bagi petani. Tujuan tersebut meliputi produktifitas yang tinggi, penggunaan bibit yang efisien, masa TBM yang singkat dan sedikit mungkin memperbaiki infrastruktur yang dipergunakan. Hal-hal tersebut tentunya dapat dicapai dengan maksimal apabila proses awal dan pemeliharaan dilakukan dengan baik. Dalam pembangunan kebun kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan semua kegiatan yang diperlukan dari awal hingga penanaman tanaman di lapangan. Sedangkan tahap kedua meliputi kegiatan setelah tanaman selesai ditanam yaitu pemeliharaan hingga tanaman mulai menghasilkan. Kedua tahap ini sangat diperlukan dan harus maksimal agar dapat memperoleh hasil seefisien mungkin dengan kualitas yang baik. Pada tahap pertama secara garis besar yang harus dilakukan adalah perencanaan yang cermat dan inovatif oleh pihak menejemen. Kegiatan ini harus disusun teratur dan terjadwal, meliputi pengurusan izin pembukaan lahan, pemesanan kecambah dan pembukaan lahan dan penanaman tanaman sawit. Secara lebih rinci tahap pertama meliputi persiapan pembibitan, penanaman bibit, penglolaan atau perawatan bibit, survei, pembuatan jalan dan drainase, persiapan areal, pemancangan, dan penanaman. Dan tentunya harus ada inisiatif dari pihak menejemen dalam melakukan kegiatan yang kemungkinan tertunda karena perubahan keadaan yang mungkin terjadi di lapangan. Dalam makalah ini kami akan membahas tahap pertama dalam membangun kebun kelapa sawit khususnya dalam hal pembukaan lahan. Semoga bermanfaat...

BAB II PEMBAHASAN
1. Survei lapangan
Dalam kegiatan pembukaan lahan yang harus dilakukan pertama kali yaitu melakukan survei lapangan. Survei lapangan adalah kegiatan dimana dilakukan oleh pihak menejemen dan dibantu beberapa ahli tanah dan tokoh setempat untuk melihat kondisi lapangan yang akan menjadi areal perkebunan. Survei lapangan bertujuan untuk mengetahui batas areal, tanda pancang kepala pada peta dasar dan menandai letak jalan utama dan jalan produksi. Selain itu survei juga membantu menejer untuk mempersiapkan peta kebun yang akurat, yang menunjukan batar pertanaman, sistem drainase dan topografi areal meliputi, kondisi tanah, lahan datar, bukit dan rawa. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam melakukan survei yaitu; 1. 2. Theodolit atau alat pengukur kemiringan areal, meteran 100 m, dan kompas. Mesin pemotong (chainsaw dan alat pemeliharaannya) atau parang untuk membersihkan rintisan, pancang, dan palu. 3. 4. 5. GPS dan alat elektronik lainnya. Bahan bakar untuk chainsaw. Persediaan pancang (ukuran 20 mm x 20 mm), cat warna putih dan merah (pancang titik tanam), cat warna biru (pancang jalan dan saluran drainase). 6. 7. Kertas grafik (2,5 mm persegi) dan kertas isometrik A3 untuk membuat peta. Tinta dan bolpoin khusus untuk membuat peta (RotringTM).

Secara garis besar kegiatan survei lapangan pertama adalah peninjauan lapangan meliputi pemetaan dan menandai batas areal dengan beton permanen. Kemudian melakukan penjelajahan yaitu tim survei awal membuat jalur rintisan pada areal secara paralel dengan sistem grid. Selanjutnya adalah survei dasar meliputi melihat dan memetakan kontur lahan. Dan kemudian penyelesaian dengan memetakan semua hasil survei dan memutuskan letak pembuatan jalan, drainase untuk daerah rawa atau gambut dan lainnya.

2. Land clearing
Setelah survei dilakukan dan telah mendapatkan peta yang akurat kegiatan berikutnya adalah pembukaan lahan atau land clearing. Pembukaan lahan adalah pembersihan areal kebun dari vegetasi-vegetasi pada areal yang dapat mengganggu dan menghambat proses penanaman tanaman kelapa sawit. Selain itu, pembukaan lahan atau land clearing juga bertujuan mempermudah pekebun ketika memelihara dan memanen kelapa sawit. Vegetasi tersebut dapat berupa tumbuhan kayu, atau semak belukar. Dan metode yang digunakan untuk membuka lahan tergantung dari jenis vegetasi dan kerapatan tumbuhan tersebut. Metode pembukaan lahan untuk areal perkebunan tidak diperkenankan untuk menggunakan metode pembakaran walaupun cara ini lebih mudah, cepat dan hemat biayanya. Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan pada pasal 26 yang berbunyi Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Kegiatan pembukaan lahan tanpa bakar dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu manual mekanis dan chemis. Cara pembukaan lahan dengan manual yaitu menggunakan tenaga manusia(pekerja) dengan peralatan sederhana dan membutuhkan banyak pekerja. Sedangkan cara mekanis yaitu menggunakan alat-alat mekanis seperti traktor, buldozer, dan chainsaw. Menggunakan alat berat hanya dapat dilakukan pada areal kebun yang memiliki kemiringan 0-8%, namun pekerjaan membuka lahan menjadi lebih cepat dan tidak membutuhkan banyak tenaga manusia. Dan yang ketiga cara chemis adalah mcara membuka lahan menggunakan bahan kimaia yang dapat meracuni vegetasi pada areal kebun. Biasanya alat dan bahan yang digunakan yaitu penyemprot larutan dan herbisida untuk tumbuhan semak belukar.

3. Pembukaan lahan tanpa bakar 1. Membabat atau mengimas.


Membabat atau mengimas adalah kegiatan membersihkan lahan dari vegetasi yang memiliki diameter kurang dari 10 cm. Vegetasi tersebut merupakan pohon kayu yang masih kecil. Tujuan pengimasan adalah untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan mekanis areal semak belukar yang tidak perlu diimas. Alat yang digunakan dalam mengimas adalah parang dan kapak. Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah mungkin atau dekat dengan tanah. Pekerjaan ini membutuhkan tenaga kerja sebanyak 5 sampai 6 orang per hektar.

2. Menumbang
Menumbang adalah kegiatan menebang pohon yang memiliki diameter lebih dari 10 cm. Alat yang digunakan adalah gergaji rantai (chainsaw) atau kapak, dan tinggi penebangan diukur dari besar diameter pohon. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menebang pohon:

Menumbang pohon yang berdiameter> 10 cm secara teratur Tinggi penebangan / sisa tunggul dari permukaan tanah: Ditebang dari permukaan tanah maks. 15 cm (serapat mungkin dengan tanah) 25 cm 50 cm 100 cm Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama

Diameter > 10 - 15 cm 16 - 30 cm 31 - 75 cm 76 - 150 cm > 150 cm

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan:


Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar

Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis)

Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah minimum 6 bulan selesai pembuatan outlet dan

main drain serta telah terjadi penurunan permukaan tanah.

3. Merencek
Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting kayu yang sudah ditumbang dipotong-potong untuk mempermudah perumpukan.

Memotong batang, cabang dan ranting Pedoman panjang potongan kayu: Panjang Potongan (m) 1.5 to 3 24 4-5

Diameter (cm) 10 30 30-75 > 75 4. Merumpuk

Kegiatan merumpuk adalah pelaksanaan pengumpulan atau menata cabang dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang Utara - Selatan agar dapat diterpa panas matahari dan cepat kering, jarak antar rumpukan dibuat 50 - 100 meter tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal. Mekanisme pekerjaan merumpuk sebagai berikut:
o

Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati

Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 - 8 pancang pembantu dalam jaluran
5

Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma / KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar 4 m.

Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah

Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur 10 cm di atas permukaan tanah dan / atau pisau dipasang gigi.

5. Membersihkan areal
Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di jalur rumpukan secara sistem mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan / atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur Barat.

6. Perun mekanis
Perun dengan menggunakan buldozer dan / atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur - Barat Jenis alat berat untuk perun mekanis: Jenis Alat Buldozer Buldozer Buldozer & Excavator Excavator Vegetasi Hutan sekunder,semak Hutan primer belukar Hutan primer, sekunder, semak Hutan primer, belukar sekunder, semak belukar Topografi Gelombang, darat, datar Datar, gelombang Bukit, gelombang Rendahan, gambut Posisi Rumpuk 4: 1 2: 1 Antar teras 2: 1 Kerapatan kayu Sedang rendah Tinggi sedang Tinggi rendah Tinggi rendah

Pancang jalur rumpukan

Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati

Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 - 8 pancang pembantu dalam jaluran

Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma / KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar 4 m.

Pelaksanaan perun mekanis

Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah

Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur 10 cm di atas permukaan tanah dan / atau pisau dipasang gigi.

7. Cincang jalur
Kegiatan yang dilakukan pada areal datar

Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong kayu yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan

Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara selatan harus bebas dari kayu

Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan:


o Pada areal

dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2

o Pada areal o Lebar

dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4

rumpukan 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m

Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit

Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu yang melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur rumpukan

Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan manajemen

8. Perhitungan waktu
Perkiraan Waktu untuk pembukaan lahan 3.000 - 5.000 ha:

Survey / mengukur areal: 1 bulan Babat / imas: 2 - 3 bulan Menumbang: 2 - 3 bulan Merencek dan merumpuk: 1 - 2 bulan Membersihkan areal: 2 - 3 bulan Pemberantasan lalang: 2 - 3 bulan Jalan + saluran air: 2 - 3 bulan Penanaman kacangan: 1 - 2 bulan Memancang: 2 bulan Teras, benteng: 2 - 3 bulan Melubang: 2 bulan Menanam: 2 bulan

Perencanaan Dibuat Dalam Suatu Barchart . Pembukaan lahan dilakukan saat musim kering dan penanaman kelapa sawit jatuh pada bulan basah / musim hujan. Perlu diingat bahwa tidak harus selalu menunggu suatu pekerjaan selesai dulu / dapat saling tumpang tindih untuk mengefisienkan waktu.

9. Perhitungan waktu penggunaan traktor

Kapasitas traktor dengan beberapa implement Jenis Pekerjaan Membabat JD 307 Implement Lebar Kecepatan Efisiensi (%) 70 70 80 80 80 Kapasitas (ha) 0,50 0.35 0.40 1.12 1.12 2.00 2.86 2.50 2.89 0.8 JKT / ha

Potongan (m) (km/ jam) 1.8 1.0 1.0 2.8 2.8 4,0 5.0 5.0 5.0 5.0

Membajak I JD SA 234, 4 Plow 28 inch Membajak II JD SA 234, 4 Plow 28 inch Menggaru I JD Integral disc harrow 9,5 inch Menggaru II JD Integral disc harrow 9,5 inch

Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004) Kebutuhan traktor berdasarkan kapasitas tersebut diatas perlu dihitung sesuai dengan luas areal yang akan dibuka dan jumlah waktu yang tersedia

10. Pedoman pelaksanaan Hutan Primer


Cara yang digunakan: Manual atau mekanis Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer: Manual Alat Keb. HK (HK / ha) 20-25 30-60 40-50 10-15 20 120-160 HK

Uraian Babat / Imas Menumbang Merencek Merumpuk Membersihkan Jumlah jalur Parang panjang

Mekanis Alat Parang Buldozer Gergaji rantai Buldozer Buldozer Keb. HK / JKT 20-25 HK 10-14 JKT 40-50 7-9 JKT 8 JKT

Gergaji rantai, kampak Parang + kampak, gergaji Cangkul

(60-75 HK) + (25-32 JKT)

HK: Hari Kerja JKT: Jam Kerja Traktor


9

Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004)

Hutan Sekunder

Cara yang digunakan: manual atau mekanis Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder: Manual Alat Keb. HK (HK / ha) 15-20 25-35 20-30 10-12 15-20 85 - 117 HK Alat Parang Buldozer Gergaji rantai Buldozer Buldozer Parang Gergaji rantai Parang + gergaji Cangkul Mekanis Keb. HK / JKT 15-20 HK 8-12 JKT 20-30 4-6 JKT 6 JKT

Uraian Babat / Imas Menumbang Merencek Merumpuk Membersihkan Jumlah areal

(35-55 HK) + (18-24 JKT)

Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004)

Semak Belukar

Cara yang digunakan: manual atau mekanis

Uraian Alat Babat / Imas Merencek Merumpuk Membersihkan Jumlah jalur / areal

Manual Keb. HK (HK ha) 20-25 15-20 10-15 20 65-80 HK Buldozer Alat Parang Parang Parang Parang + gergaji Cangkul

Mekanis Keb. HK / JKT 15-20 HK 15-20 HK

4-6 JKT

(30-40 HK) + (4-6 JKT)

Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar:

Sumber data: Lembaga Pendidikan Perkebunan: Kelapa sawit (2004)

10

4. Sistem land clearing dengan membakar

Ketentuan pemerintah UU no 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup sesuai pasal 108 berbunyi: Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh ) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000, 00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000, 00 (sepuluh miliar rupiah).

5. Pengawetan lahan
1. Teras Kontur Pada umumnya areal penanaman kelapa sawit di Indonesia terletak pada daerah yang banyak hujannya. dan tidak semuanya datar / flat. Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat tejadi lebih air (water excess), tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan musim hujan dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit). Agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap dalam tanah, persediaan air dalam tanah (water reserve) selalu cukup terutama pada musim kemarau dan untuk mencegah erosi maka dibangunlah teras, rorak, bente4ng, parit dan lain-lain dilapangan. Tindakan pengawetan tanah ini mutlak diperlukan terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar pada lahan yang berombak, berbukit.

11

Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit, drainase dan jembatan, sedangkan teras dan benteng tidak banyak diperlukan, Untuk mematahkan aliran air permukaan (run off) dan memperbesar daya infiltrasi air ketanah maka diperlukan teras. Teras ini juga berguna untuk meningkatkan daya simpan air, mempermudah pemeliharaan, tempat pupuk ditabur dan akan mempermudah pengmbilan hasil, sampai dengan kemiringan 8 derajat dbuat teras tunggal (individual / tapak kuda) dan diatas ini dibuat teras bersambung. Teras tunggal yang telah dibuat, berukuran 2x 1,5 meter dimana panjang menurut arah kountur dan lebar

menurut kemiringan dimulai 50 cm dibawah pancang.

Permukaanya dibuat miring kedalam dengan sudut 10 derajat, disebelah dalam dibuat rorak kecil guna penampungan air dan benteng kecil. Teras ini harus dapat diperbesar menjadi 3x3 meter. Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan, jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan, makin tinggi kemiringannya maka makin jauh jaraknya, lebar teras minimum 3,7 meter dan maksimum 4,27 meter dengan asumsi bahwa diameter batang 2,36 meter maka masih tersedia ruang masing-masing sepanjang 1,175 meter didepan maupun dibagian belakang pokok. Terutama pada areal kemiringan 14% maka teras

12

sinambung ini sudah mutlak perlu, untuk kedapatan pokok per HA 128 dan 138 pokok misalnya maka jarak antar kontur dan jarak antar pokok adalah:

1. Tahap Pembuatan Kontur. Penentuan pancang induk. Pancang induk adalah pancang dengan jarak tertentu dan tetap, tempat dimulainya pembuatan kontur. Penempatan pancang induk dimulai dari puncak lereng kearah kaki lereng, sedangkan lereng yang dipilih adalah lereng dengan kemiringan dominan atau rata-rata terbanyak pada suatu areal, bukan lereng yang ekstrim (lereng paling terjal atau paling landai). 2. Penempatan pancang induk Penempatan Pancang Induk pada lereng yang terjal akan mengakibatkan banyaknya kontur sisipan, sedangkan pada lereng yang landai mengakibatkan banyak kontur terputus, hal ini harus dihindari. Jarak antar pancang induk: 8 m timbang air (water pass), Prinsip Kerja. Penentuan titik tanam pada kontur teratas (kontur 1) jarak antar titik tanam 9,2 m dan konstan.Penentuan titik tanam pada kontur berikutnya:

Meletakan ujung tali ditengah-tengah antara dua tanaman pada kontur 1. Menarik tali vertikal kebawah, ketika sampai pada kontur II dibelokan kekanan dan digeser-geser hingga sudut belokannya + / - 90 derajat.

Pada sudut ini merupakan titik tanam pada kontur II. Ujung t6ali juga merupakan titik tanam ke2 titik-titik tanam tersebut diberi pancang tanam.

Penentuan titik tanam berikutnya adalah: pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser ketanah pada kontur 1 diikuti oleh 2 orang yang berada dikontur II, titik tanam terakhir ada pada kontur II merupakan titik siku-siku, dan ujung tali pada kontur tanam merupakan titik tanam baru. Untuk mendapatkan titik siku-siku pada titik siku pembawa ujung tali pada
13

kontur 1 menggeser kekiri atau kekanan diikuti pembawa ujung tali. Untuk selanjutnya penentuan kontur, berikut prinsipnya sama dengan penentuan pada kontur 1 dan II. Pancang kontur dicabut bila pancang tanam sudah ditancapkan.Pancang induk dicabut jikatitik tanam terakhir telah selesai dalam 1 kontur.Pancang dapat digesr 1-2 meter untuk menyesuaikan letak dengan tanaman diatasnya agar tidak terletak segaris atau sejajar. 2. Benteng dan Rorak

Dibuat pada tanah agak miring: 10 - 15 m / HK Ukuran: lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm, tinggi 30 cm Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng: Tabel Persyaratan Pembuatan Benteng / Rorak

Kemiringan 1% 2% 3% 4% 5% 6% (0 34 ') (1 9 ') (1 44 ') (2 18 ') (2 52 ') (3 26 ')

Jarak (m) 60 40 30 25 20 18

Cara pembuatan benteng


Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai jaraknya Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah benteng sesuai ukuran Parit (rorak): lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm, dalam 60 cm.

3. Teras Individu (Tapak Kuda)

14

Dibuat pada tanah agak miring Ukuran lebar = 4 meter Prestasi kerja 2 - 3 st / HK

Cara pembuatan
o Areal

yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut pancang tanam kuda tepat pada pancang tanaman bagian atas pancang digali tapak kuda 10-15 ke arah bukit

o Tapak o Tanah

o Kemiringan o Tanah

ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan

6. Pembuatan jalan
1. Pembuatan jalan pada Areal Datar / Darat

Membuat desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6 Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu, baik pada MR maupun CR

Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak tertahan di badan jalan

Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat secara berselang-seling (zig-zag). Jumlah tali air ditentukan berdasarkan tingkat kelandaian jalan

Pemadatan badan jalan menggunakan road roller / vibrating compactor 6 ton

2. Pembuatan Jalan pada Areal Gambut / Rawa Dibuat sistem Tanggulan dengan Membuat parit pada satu sisi jalan. Tahap pembuatannya:

Pembuatan desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok

15

Penentuan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat mengalirkan air dengan lancar

Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi jalan menggunakan excavator dan tanah hasil galian ditimbunkan pada badan jalan. Setelah timbunan tanah mengering diratakan dengan buldozer dan selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah mineral. Badan jalan dibentuk dengan motor greader dan harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak bertahan di badan jalan 3. Pembuatan Jalan Kontur Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang diperhatikan

dalam pembuatan jalan kontur:


Harus memotong teras / kontur Badan jalan dibuat miring ke arah tebing Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30 walaupun masih dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam

Tahap Pembuatan Jalan

Penentuan posisi / letak jalan yang akan dibuat melalui survei

Pemancangan dengan

jalan

ditentukan pancang jalan

theodolite. Posisi di bagian

diletakkan

tepi

sebelah luar dinding bukit Pembuatan jalan dengan buldozer dimulai dari bawah mengarah ke atas. Pancang yang sudah dibuat tidak boleh tumbang untuk kontrol bahwa jalan telah disesuaikan dengan desain Penimbunan dan Pengerasan Jalan
16

Waktu Pelaksanaan

Perencanaan penimbunan / pengerasan jalan disesuaikan dengan kebutuhan kebun dengan memperhatikan iklim setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan pada musim hujan

Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke CEO harus sudah selesai pada bulan Desember tahun sebelum berjalan. Data RAP yang harus dipersiapkan terdiri atas peta jalan yang akan ditimbun / dikeraskan, disertai data panjang, lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material yang akan digunakan

Sarana Pekerjaan

Peralatan & sarana kerja yang diperlukan telah dipersiapkan dalam kondisi baik Jenis sarana pekerjaan: grader, excavator, buldozer, mining bucket, wheel loader, dump truk, roller / vibrating compactor 6 ton dan lainnya

Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai spesifikasi pekerjaan

Pengadaan Bahan

Bahan yang dipakai harus diutamakan yang tersedia di lokasi kebun dan sekitarnya dengan mempertimbangkan jarak sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan / pengerasan jalan.

Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan kecukupan bahan.

7. Jembatan dan Gorong-gorong

Pembuatan jalan diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit agar kalau harus dibuat jembatan cukup yang kecil saja.

Sungai kecil dan dangkal cukup dengan gorong-gorong (bus air). Untuk 1 tempat gorong-gorong 7 bh, batu 1-2 m3; tenaga 6-10 HK. Ukuran gorong-gorong besar: panjang 1 m, diameter 1 m kecil: panjang 1 m, diameter 0,6 m.

17

Timbunan minimum setebal diameter gorong-gorong, misalnya gorong-gorong dengan ukuran 60 cm ditimbun dengan tanah minimal 60 cm.

Jalan dan tanah diatas gorong-gorong harus waterpass.

8. Parit Drainase

Berfungsi untuk pembuangan air dari dalam ke luar kebun Berupa alur-alur alam (sungai-sungai kecil) maupun parit yang dibuat

Cara membuat parit


Membuat pancang dari hulu ke hilir Manual: tanah digali dengan cangkul atau sekop Mekanis: dengan excavator Arah penggalian dari hilir ke hulu Tanah galian dibuang ke kiri dan kanan parit untuk kaki lima Tempat pertemuan parit / Junction harus membelok ke arah aliran air

18

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Pembukaan lahan untuk sebuah perkebunan kelapa sawit sebaiknya dilakukan dengan sistem tanpa bakar karena apabila dilakukan dengan membakar sisa-sisa vegetasi yang tidak diinginkan dapat menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Pembukaan lahan juga harus dilakukan sesuai prosedur dan optimal, agar hasilnya sesuai dengan harapan petani dan mempermudah kita dalam menanam, memelihara dan memanen tanaman sawit.

19

DAFTAR PUSTAKA
file:///F:/Teknik%20Pembukaan%20Lahan%20Tanpa%20Bakar%20Pada%20Areal%2 0Semak%20Belukar%20I.htm .8 oktober 2013

20

Anda mungkin juga menyukai