RESUME
CARA PENGATURAN HASIL HUTAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI
- Pemanenan kayu
- persiapan lahan
1. IUPHHK
2. Persiapan sarana dan prasaranapemanenan
3. Persiapan blok tebangan
4. Mikro planning
5. Felling
6. Tping dan delimbing
7. Banching
8. Bucking
9. Stacking
10. Exstraction
11. Loading
12. Heuling
Penjelasannya :
1. IUPHHK( Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu)
Biasanya IUPHHK ini telah di urus sebelumnya ke pada dinas yang bersangkutan,
Karena kegiatan harvesting tidak akan berjalan sama sekali jika tidak adanya izin ini.
1
2. Persiapan sarana dan prasarana pemanenan.
Jalan
Dermaga
Armada angkutan
Rencana TPK dab TPN
Kanal dan lain sebagainya.
Kata lain dari pembagaian blok ke dalam tebangan adalah RO atau Passing.
4. Mikro Planning
Adapun dampak negative yang akan di timbulkan jika imas atau underbrushing
tidak di laksanakan :
Semak dan anakan kayu yang terlalu rapat akan menyulitkan pekerja di
lapangan.
Berbahaya bagi pekerja chainsaw yang dapat mengganggu penentuan arah
rebah karena pandangan tergaggu oleh tajuk anakan kayu .
Kesulitan penebangan dapat mengakibatkan tinnginya tunggul
penebangan yaitu melebihi 5 cm.
2
Pada mikro palnning ini kita menyiapkan peta dengan skala 1 :5.000 – 1:10000
untuk masing-masing petak. Skala di tentukan agar dapat lebih mudah aktualisai di
lapangan . kemudian pada mikro planning di lakukan pengamatan secara
menyeluruh karena sebagai pedoman pelaksanaan sehingga topografi,sumber
air,pohon-pohon,dan kondisi lain dapat di ketahui secara pasti sebagai bahan
pembuatan rencana.selanjutnya dapat pula perencanaan wilayah tebang (felling
coupe) dan jalur tebang (felling strip). Felling cuope dapat berupa batas petak,batas
jalan,lembah, sungai atau batas alam lainnya dengan tujuan memudahkan identifikasi
dan pengotroalan oleh pengawas di lapangan. Felling strip memiliki lebar jalur yaitu
12-15 m,ukuran ini tergantung dari Pc eskapator jangkauannya. Jarak antara felling
strip dengan parit tersier adlah 125 meter. Sedangkan untuk mekanis system di buat
dengan lebar jalur tanam (12-12,5 meter) .
Rencanakan pula jalan anak cabang (spur road) apabila di anggap perlu yaitu
ketika rata-rata jarak penarikan (skidding Distance) kebih dari 250 meter. Nantinya
spur road akan di gemburkan kembali untuk penanaman kembali. Rencakan pula
jalan sarad, jika bisa menggunakan jalan sarad yang lama yang di buat oleh
imprastruktur yang masih layak di gunakan.pola jalan sarad yang dapat di gunakan
ialah :
Untuk areal datar biasanya menggunakan felling strip dengan jarak nya 12-
15 m.
Untuk areal dengan keadaan agak miring (20%-30%) menggunakan pola
tulang ikan.
Untuk areal yang memiliki kemiringan di atas 30% maka harus di beri
terrase sesui dengan kontur.
Imas di lakukan dengan alat manual seperti parang dan di larang menggukan alat
berat.
Rencanakan pula tempat awal penebangan di lakukan dan ke arah mana lagi
penebangan akan di lakukan. Kemudian kegiatan dapat segera di laksanakan dengan
3
kerja team yang telah mengetahui mikro planning terlebih dahulu sehingga ketika
final tidak adanya hambatan.
5. Felling.
Felling artinya adalah penebangan. Sistem dari penebangan adalah tebang habis
yaitu seluruh pohon harus di tebang hinng bersih tanpa memperhatikan bentuk dan
kualitas termasuk jenis kayu yang tidak dapat di terima di mill,kecuali pohin-pohon
di lokasi yang menjadi larangan penebangan sesui peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku. Alur penetebangan pada intinya adalah :
Tentukan arah rebah. Menentukan arah rebah yang pada intinya di mulai
dari yang paling rendah atau belakang. Biasanya jika pada wet land dari
belakang agar memudahkan eskapator menarik kayu. Jika pada dry land
memulai dari alur dan memperhatikan kemitringan(terendah).
Menggunakan system takik rebah dan takik balas. Takik rebah sangat di
anjurkan pada diameter yang lebih dari 20 cm
Tinggi tunggul maksimal 5 cm dan sangat di anjurkan jika rata dengan
tanah.
Bertahap berdasarkan diameter terkecil.
Dilarang menebang pohon dengan cara mencabut pohon dengan alat berat yang
dapat berakibat merusak pohon dan struktur tanah. Alat ini dapat di guanakan untuk
kayu yang telah lapuk namun berdiameter yang masuk ke dalam kriteria.
Penebangan juga di lakukan berseling atau sesui dengan rencana felling strip pada
mikro planning di mana strip 1 dan 3 terlebih dahulu di lakukan penebangan namun
strip 2 dan 4 belum di biarkan terlebih dahulu. Perlakuan ini di lakukan agar lebih
menjaga keselamatan pekerja di lapangan.
Topping dan delembing adalah kegiatan pembersihan dari cabang dan ranting.
Kegiatan ini di laksanakan setelah penebangan atau felling dan sebelum prebanching
agar kayu tidak menumpuk setelah penebangan. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk memudahkan penyaradan,sesui dengan kebutuhan mill dan mengembalikan
unsur hara ke tanah. Jika suatu ujung kayu dan ranting berdiameter ≥ 6 cm harus di
manfaatkan. Sedangkan pada cabang atau ranting dan ujung kayu berdiameter
kurang dari 6 cm maka tidak dapat di manfaatkan namun dapat di gunakan untuk
pembuatan jalur sarad untuk tempat berpijaknyatrack excavator atau roda skidder.
4
Cabang dan ranting bagian ujung pohon harus di potong rata dengan batang
utama , baik menggunakan parang atau chainsaw, di larang melakukan topping dan
delembing menggunaka alat berat seperti excavator karena dapat menyebabkan
terpatahnya kayu yang berdiameter > 6 serta kayu pecah.
7. Banching.
Banching adalah pengumpulan batang dari batas area yaitu di kiri dan di kanan
jalur sarad yang telah di tebang. Pada wet alnd biasanya posisi banching adalah
memanjang ke atas dengan panggkal berada ddi arah arah TPN agak pada saat kayu
di muat le ampan darat, excavator dapat memegang pangkal kayu yang tidak mudah
patah. Namun pada dry land juga ada yang posisi banchung adalah memanjang ke
samping. Namun pengaturan ini semua tergantung pemanfaatan lias arel tempat
banching.
Jika ada diameter <6 cm maka akan menjadi wood residu. Kemudian kayu dapat
di kelompokkan menurut diameter yaitu 5-12 menjadi satu dan 12,1 ke atas menjadi
satu serta diameter > dari 20 yang di jadikan satu. Panjang 2,7 malsimal di pilih karena
menyesuikan dengan panjang truck. Jika melebihi panjangnya dapat menyebabkan
terganggunya lalu lintas dan ketika ban mobil truck pecah ban maka akan berat
sebelah.
Pada dry land pengumpulan ini di lakukan stelah Extraction dengan excavator
dengan menumpukkan di TPn. Penumpukan harus di lakukan secara rapi dengan di
beri tiang atau pancang. Di bagian bawah harus di cangkul untuk mempermudah
masuknya sling pada saat exraction.ukuran dari tumpukan adalah 3 m3 atau
2X2,4X1,2.tidak di perbolehkannya memasukkan ranting,kulit kayu dan sampah
lainnya ke dalam tumpukan kayu.
Stacking pada daerah wet(gambut) sdikit berbeda karena pada wet land urutan
akan menjadi seperti awal di mana stacking di lakukan terlebih dahulu kemudian
baru extraction,di mana kayu harus di tumpuk terlebih dahulu di tumpuk di pinggir
kanal. Perbedaan wet lan pada dry land adalah di wet land terdapat tahap barking .
5
yaitu tahap di mana kayu akan di naikkan ke sampan besi yang kemudian di Tarik
oleh pompong.
10. Extraction
Wheel skidder
Forwarder
Sampan darat
Untuk penggunaan sampan darat, alat excavator menarik sampan darat pada jalur
sarad kemudian excavator mengambil katu yang telah di potong lalu di letakkan ke
dalam sampan darat. Kemudian segera unload di TPn. Keterlambatan dalam
penyarada dapat mei (Loading).
Kayu dimuat di larang tercampur dengan barang yang bukan merupakan satu
kategori (tanah,pasir,paku,tali, dan material lain),kayu terbakar,afkir dan kayu yang
tidak di terima oleh mill. Pemuatan kayu ke atas truck harus tersusun rapid an di ikat
supaya tidak tumpah. Atau jatuh di perjalanan. Saat melakukan loading ,posisi alat
berat harus berada di bahu jalan (dalam petak).
Pengankutan kayu ke mill harus melawati pos TUK dengan membawa surat
pengantar. Surat yang di bawa harus sesui dengan fisik kayu yang di angkut
.pengankutan kayu dapat melawati jalan darat baik tanah maupun
aspal.pengankutan kayu ke truck harus sesui dengan aturan dengan berat dan tinggi
karena jika tidak dapat berbahaya pada mobil, supir dan kayu.
6
Tinggi tunggul maksimal 5 cm.
Sisa kayu :
Semua kayu diameter ≥ 6cm ,panjang ≥1,5 meter yang dapet
dimanfaatkan sebagai kayu woodless di mana kayu yang
tertinggal,harus di Tarik ke luar lokasi.
Di usahakan tidak ada woodless yang tertinggal di lapangan.
Jika terjadi pemadatan tanah harus di gemburkan kembali, dan
pembadatan lebih dari 10%.
Bila pada lokasi penebangan terdapat cekungan /lembah
berair(genangan air)perlu di buat parit kecil(parit cacing) mengikuti
alur lembah areal untuk pengeringan areal tersebut. Demensi parit adala
1X1X1 m(satu bucket excavator). Tanah galian parit diserak secara
merata di kiri kanan parit.