Anda di halaman 1dari 9

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Tanaman Industri
Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur
intensif. Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2008 jo
Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2007 menjelaskan hutan tanaman
industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada hutan
produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka
memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan.
Pengembangan HTI dilatarbelakangi oleh kondisi kesenjangan antara
kapasitas industri perkayuan dengan pasokan bahan baku kayu yang pada waktu
itu hanya mengandalkan dari kayu hutan alam. Jenis tanaman HTI yang
dibudidayakan pada umumnya jenis kayu cepat tumbuh (akasia, sengon,
eucaliptus, gmelina dsb).
Tujuan utama pembangunan HTI adalah untuk menjamin ketersediaan bahan
baku kayu yang dibutuhkan oleh industri pengolahan kayu di Indonesia,
peningkatan devisa negara, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
negara/pedesaan, penyediaan kesempatan kerja, dan kesempatan berusaha serta
pelestarian manfaat sumberdaya hutan.
Lahirnya pengusahaan hutan di Indonesia diawali dengan terbitnya Undang -
Undang No 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan yang
diatur dalam Pasal 13 yang ditindak lanjuti dengan keluarnya Peraturan
Pemerintah nomor 22 Tahun 1967 tanggal 30 Desember 1967 tentang Iuran Hak
Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Iuran Hasil Hutan (IHH).
2.2 Kegiatan Pengusahaan HTI
Dalam pengusahaan HTI, terdapat dua tahapan kegiatan utama yang terdiri
dari kegiatan pembangunan dan kegiatan pengelolaan (Fahutan IPB 1988, dalam
Octofivtin 2004). Kegiatan pembangunan dimulai dari tahap perencanaan sampai
dengan terbentuknya hutan tanaman industri dalam satu atau dua unit kegiatan
kelestarian produksi. Sasaran dari kegiatan pembangunan adalah terciptanya
tegakan hutan tanaman industri dengan kondisi mendekati tegakan normal.
Kondisi ini perlu dicapai karena disamping untuk mewujudkan kelestarian hasil,
juga memungkinkan untuk pemanfaatan semua faktor penentu pertumbuhan yang
tersedia sehingga dicapai tingkat produktivitas dan profitabilitas yang tinggi.
Sedangkan kegiatan pengelolaan terdiri atas kegiatan penebangan, kegiatan
permudaan, pemeliharaan hutan, pengelolaan, dan pemasaran hasil hutan.
Kegiatan ini dilakukan secara berulang. Sasaran dari kegiatan pengelolaan adalah
diperolehnya hasil lestari yang berkualitas tinggi. Untuk mencapai sasaran dari
kegiatan pembangunan dan pengelolaan tersebut, perlu dilakukan kegiatan-
kegiatan dengan tahapan sebagai berikut:
2.2.1 Penyusunan Rencana
Dalam penyusunan rencana, ada 2 rencana yang akan disusun, yaitu
Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKPHTI) dan Rencana
Karya Tahunan (RKT). RKPHTI merupakan rencana yang memuat seluruh
kegiatan yang menunjang pembangunan dan pengelolaan HTI. Rencana ini
merupakan penjabaran dari kegiatan pembangunan HTI yang mempunyai
kejelasan : lokasi, jumlah tenaga kerja dan kualitasnya, jumlah sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, jumlah biaya yang dibutuhkan, dan sistem
pelaksanaan (tata waktu). RKPHTI disusun paling lambat sebelum kegiatan
pembangunan dilaksanakan.
RKT memuat seluruh kegiatan-kegiatan secara terperinci (termasuk
pembiayaannya) yang hendak dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun. RKT
disusun paling lambat satu tahun sebelum kegiatan tahunan yang bersangkutan
dilaksanakan.
2.2.2 Tata Batas
Pelaksanaan kegiatan tata batas bertujuan untuk memperoleh kepastian
administratif, kewenangan maupun hukum. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya konflik dengan pihakpihak lain. Kegiatan tata batas meliputi tata batas
areal HTI dengan areal di luar batas HTI tersebut (tata batas luar) dan tata batas
peruntukan areal di dalam areal HTI (tata batas dalam areal).
Pelaksanaan tata batas ini meliputi pekerjaan pembuatan trace (rintis
batas), pemancangan pal batas, pengukuran dan pemetaan batas serta pengukuhan
administrasi/hukum dari batas tersebut. Biaya pembuatan tata batas adalah semua
biaya operasional pembuatan tata batas, yang meliputi biaya pengukuran,
pengukuhan batas luar, dan penyusunan rencana calon lokasi tanaman (UGM,
1996).
2.2.3 Penataan Hutan
Kegiatan penataan hutan bertujuan untuk menata areal ke dalam bagian-
bagian yang lebih kecil sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara efisien
(Fahutan IPB 1988, dalam Octofivtin 2004). Kegiatan penataan hutan terdiri atas
2 kegiatan utama, yaitu:
2.2.3.1 Kegiatan Penataan Batas
Kegiatan penataan batas merupakan kegiatan yang menyangkut penentuan
garis batas dan pemancangan pal batas terhadap areal hutan yang hendak ditata.
2.2.3.2 Kegiatan Pembagian Hutan
Kegiatan pembagian hutan merupakan kegiatan yang menyangkut
pemisahan areal ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil yaitu bagian hutan,
petak, dan anak petak. Hasil dari kegiatan penataan batas dan pembagian hutan
perlu diproyeksikan di atas peta. Pelaksanaan dari kegiatan penataan hutan akan
diselesaikan dalam lima tahun pertama sesudah kegiatan pembangunan
dijalankan.
2.2.4 Pembukaan Wilayah Hutan
Kegiatan yang termasuk kedalam kegiatan pembukaan wilayah hutan
adalah kegiatan pembuatan prasarana lalu lintas. Tujuan dari kegiatan ini adalah
agar areal HTI dapat dijangkau secara mudah. Pembuatan prasarana lalu lintas
dapat dilakukan membuat jalan-jalan yang baru atau dengan melakukan perbaikan
dan peningkatan mutu terhadap jalan yang sudah ada. Pada akhir daur pertama
semua jalan, baik jalan utama maupun penunjang harus sudah selesai dibangun.
2.2.5 Penanaman
Kegiatan penanaman merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diawali
dari pengadaan bibit, penyiapan lahan, dan penanaman bibit di lapangan.
Pengadaan benih dilaksanakan paling lambat satu tahun sebelum kegiatan
penanaman dilaksanakan. Selain dengan pembangunan tegakan benih, pemenuhan
kebutuhan benih dapat dilaksanakan melalui pembelian dari tempat lain. Kegiatan
penanaman dilakukan pada setiap petak atau anak petak berdasarkan rencana
penanaman yang telah ditetapkan.
Kegiatan penyiapan lahan bertujuan untuk mewujudkan prakondisi lahan
yang optimal untuk keperluan penanaman yang berwawasan lingkungan dan
memelihara kesuburan tanah, terutama agar kondisi fisik tanah mendukung
perkembangan akar, mengurangi persaingan dengan gulma dan mempermudah
dalam penanaman. Sejak tahun 1995, pemerintah melarang kegiatan penyiapan
lahan dengan pembakaran. Kegiatan penyiapan lahan tanpa bakar meliputi
beberapa kegiatan pokok, yaitu pembersihan lahan, pemanfaatan limbah,
pengolahan lahan, dan konservasi tanah (Hendromono dkk, 2006).
Penanaman bibit dilaksanakan pada awal sampai pertengahan musim
penghujan. Karena terbatasnya waktu penanaman dalam setiap tahunnya maka
kegiatan-kegiatan yang mendukungnya perlu diarahkan agar penanaman dapat
dilaksanakan tepat pada waktunya.
2.2.6 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan dilakukan pada tiap petak tebang. Pemeliharaan ini
mencakup 2 kegiatan pemeliharaan yang utama yaitu:
2.2.6.1 Pemeliharaan Tanaman Muda
Pemeliharaan tanaman muda dilakukan mulai bibit selesai ditanam di
lapangan sampai tanaman mencapai kondisi tegakan yaitu keadaan dimana pohon-
pohonnya telah saling mempengaruhi satu sama lain, baik tajuk maupun
perakarannya (umur 3 5 tahun). Pemeliharaan tegakan dilakukan setelah tegakan
terbentuk sampai tegakan siap ditebang.
Pekerjaan pemeliharaan tanaman muda dapat berupa penyulaman,
penyiangan, pendangiran dan pembebasan gulma serta tanaman pengganggu
lainnya. Kegiatan pemeliharaan tanaman muda juga dapat berupa pemupukan
tanaman.
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali bagian yang kosong
bekas tanaman yang mati, rusak, tumbuh merana, dan jelek (patah dan bengkok)
sehingga terpenuhi jumlah tanaman dalam satu luasan tertentu sesuai jarak tanam
(Hendromono dkk, 2006).
2.2.6.2 Pemeliharaan Tegakan
Pekerjaan pemeliharaan tegakan dapat berupa pembebasan tanaman
pengganggu, pemangkasan cabang dan pemeliharaan. Pembebasan tanaman
pengganggu dilakukan pada jalur tanaman pokok sehingga tanaman pokok
mendapat kesempatan tumbuh secara baik. Pemangkasan cabang dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas batang melalui peningkatan ukuran
panjang batang bebas cabang. Sedangkan kegiatan penjarangan dilakukan dengan
tujuan untuk menciptakan ruang tumbuh yang optimal sehingga pertumbuhan
pohon-pohon tertinggal dapat berlangsung secara maksimal.
2.2.7 Perlindungan Hutan
Kegiatan perlindungan hutan mempunyai tujuan untuk melindungi hutan dari
gangguan hama dan penyakit serta gangguan lain, baik hewan maupun manusia.
Pencegahan kebakaran yang sesuai dengan peraturan yang berlaku tentang
pencegahan kebakaran yang menyertai kegiatan pembalakan perlu diadakan.
Pencegahan kebakaran yang dimaksudkan untuk mengurangi kecelakaan
kebakaran hutan dan kerusakan hutan serta kawasan lainnya melalui penghindaran
kebakaran (Departemen Kehutanan, 2000).
2.2.8 Pemanenan Hutan
Pemanenan dilakukan pada tegakan yang telah mencapai umur yang sama
dengan daur. Kegiatan pemanenan hutan secara tebang habis baru dapat
dilaksanakan pada akhir daur pertama. Komponen dari kegiatan pemanenan hutan
adalah (Fahutan IPB 1988, dalam Octofivtin 2004) adalah sebagai berikut:
2.2.8.1 Pengadaan sarana dan prasarana
Pengadaan sarana dan prasarana dilaksanakan pada saat eksploitasi
dimulai. Pengadaan sarana yang dimaksudkan adalah pembuatan jalan angkutan,
jalan sarad, base camp, tempat pengumpulan kayu (TPn), tempat penimbunan
kayu (TPK) dan peralatan eksploitasi seperti chain saw, traktor sarad, dan truk
angkutan kayu.
2.2.8.2 Timber Cruising
Timber cruising adalah pekerjaan untuk mengetahui potensi (volume)
tegakan yang akan dipanen dengan dilakukan sensus potensi dari areal yang akan
ditebang. Hasil dari kegiatan timber cruising ini dipergunakan untuk mengatur
pelaksanaan penebangan secara berdaya guna dan berhasil guna, serta untuk
mengetahui tingkat efisiensi pemanenan hasil hutan (besarnya realisasi hasil yang
dipungut dibandingkan dengan volume tegakan).
2.2.8.3 Penebangan pohon
Penebangan pohon adalah pekerjaan mulai dari penetapan arah rebah
sampai pohon selesai dirobohkan. Dalam menentukan arah rebah perlu
diperhatikan keadaan lapangan dan posisi pohon. Penebangan harus dilakukan
secara hati-hati untuk mendapatkan kualitas kayu yang diinginkan.
2.2.8.4 Pembagian batang
Pembagian batang adalah pekerjaan memotong pohon yang telah
direbahkan menjadi bagian-bagian batang yang lebih kecil, dengan
memperhatikan syarat seperti ukuran yang diminta pasar, kebijakan penjualan
kayu, kemudahan penyaradan dan pengangkutan, adanya industri yang
mengerjakan kayu serta pesanan-pesanan.
2.2.8.5 Penyaradan
Penyaradan adalah pekerjaan membawa kayu dari tempat tebangan ke
tempat pengumpulan (TPn). Penyaradan dapat dilakukan dengan tenaga
hewan/manusia atau secara mekanis, yaitu dengan menggunakan sistem kabel dan
dengan traktor/skidder.
2.2.8.6 Pengangkutan kayu
Pengangkutan kayu dilakukan setelah penyaradan atau angkutan antara.
Angkutan antara adalah pemindahan kayu dari TPn ke TPK dan dimulai saat kayu
dimuat ditempat pengumpulan, atau dikumpulkan di sungai untuk dibawa ke
lokasi penimbunan atau pabrik pengolahan. Pengangkutan dapat dilakukan dengan
menggunakan truk atau dengan mempergunakan alat angkut di air seperti
tongkang/kapal atau perahu motor.
Tabel 3 Tata Waktu Kegiatan Pengusahaan HTI
Kegiatan HTI Tahun ke-
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Dst
Perencanaan RKPH
RKT
Tata Batas
Penataan Hutan
PWH
Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Muda
Tegakan
Perlindungan
Pemanenan
Sumber: Timor (2003), dan Octofivtin (2004)
2.2.9 Tinjauan Pembiayaan Pengusahaan HTI
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2008 tentang Hak
Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hutan pada Hutan Produksi, Pedoman
Pelaporan Keuangan Pengusahaan Hutan tahun 1995, dan hasil-hasil penelitian di
lapangan (Setiawan, 1994; Hakim, 1995; Utami, 1995 dan Musyaffa, 2000).
Biaya pengusahaan HTI merupakan seluruh beban pengeluaran dalam
bentuk uang. Proyek pengusahaan HTI memerlukan biaya yang besar dan
berjangka waktu yang panjang sehingga merupakan usaha yang memiliki resiko
yang tinggi. Hal ini yang membuat pentingnya perencanaan dan perhitungan yang
tepat dan cermat dalam pelaksanaannya.
Secara umum biaya pembangunan HTI terdiri dari:
1. Biaya perencanaan
2. Biaya penanaman
3. Biaya pemeliharaan dan pembinaan hutan
4. Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
5. Biaya pemungutan hasil hutan
6. Biaya pemenuhan kewajiban kepada negara
7. Biaya pemenuhan kewajiban kepada lingkungan dan sosial
8. Biaya pembangunan sarana dan prasarana
9. Biaya administrasi dan umum
10. Biaya pendidikan dan latihan
11. Biaya penelitian dan pengembangan
12. Biaya penilaian HTI
Biaya pendidikan dan latihan bertujuan untuk peningkatan keterampilan
tenaga kerja, baik melalui pendidikan formal maupun non formal yang terkait
dengan pekerjaan di Sektor hutan atau kehutanan (UGM,1996). Menurut Nugroho
(2002) biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam satuan unit
waktu tertentu, tetapi akan berubah persatuan unitnya jika volume produksi per
satuan waktu tersebut berubah. Biaya ini akan terus dikeluarkan, walaupun tidak
berproduksi.
Komponen biaya tetap adalah depresiasi atau penyusutan dan bunga
modal. Depresiasi merupakan metode untuk memperhitungkan besarnya
penurunan nilai pasar barang modal tetap. Berkaitan dengan penilaian nilai aset
untuk memperhitungkan pajak kekayaan perusahaan. Selain itu depresiasi
merupakan metode untuk memperhitungkan alokasi biaya atas barang modal tetap
yang digunakan selama waktu pakainya secara sistematis. Sedangkan bunga
modal diperlukan sebagai kompensasi atas uang yang diinvestasikan.
Pertimbangannya adalah apabila uang tersebut tidak diinvestasikan melainkan
disimpan dalam bank, maka uang tersebut akan mendapat bunga bank.
Nugroho (2002) juga mendefenisikan biaya variabel sebagai biaya yang
per satuan unit produksinya tetap, tetapi akan berubah jumlah totalnya jika
volume produksinya berubah. Biaya ini tidak diperlukan apabila tidak
berproduksi. Biaya ini disebut juga biaya pengoperasian.
Biaya penyusutan merupakan fungsi dari waktu, maka masa pemakaian
alat harus diketahui. Umur suatu alat dapat dibedakan menjadi dua pengertian
yaitu : umur ekonomis dan umur pelayanan.
Umur ekonomis (economic life) adalah umur dari suatu alat dari kondisi
100% baru sampai alat tersebut tidak ekonomis lagi bila terus digunakan dan lebih
baik diganti. Pada akhirnya nilai ekonomis alat tersebut mungkin masih dapat
digunakan tetapi sudah tidak ekonomis lagi. Hal ini dapat disebabkan karena
menurunnya efisiensi yakni semakin tinggi biaya pemeliharaan.
Umur pelayanan adalah umur suatu alat dari awal pembelian dalam
kondisi 100 % baru sampai alat tersebut mati (tidak bisa dipakai lagi) dan menjadi
barang yang harus dibuang. Pada akhir pelayanan alat tersebut sudah tidak
mempunyai nilai lagi.
Penurunan nilai suatu alat dapat disebabkan karena kerusakan alat, adanya
peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang sama bila dibandingkan
pada mesin yang masih baru, adanya perkembangan teknologi selalu muncul alat
yang lebih praktis dan lebih efisien sehingga alat yang lama nilainya akan
merosot. Adanya pengembangan perusahaan, dengan adanya pengembangan
perusahaan maka alat yang digunakan harus diganti dan disesuaikan dengan
pengembangannya, sehingga alat-alat yang lama akan menurun nilainya.
(Pramudya,1992).

Anda mungkin juga menyukai