Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENGATURAN HASIL HUTAN

ACARA VI
RENCANA SELAMA JANGKA (PK-17, PK-20)

Oleh:
Nama : Gracia Listy Purnomo
NIM : 20/457031/SV/17478
Co.ass : Sekar Sari M.
Kelompok/Kelas : 2B/A

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA VI
RENCANA SELAMA JANGKA (PK 17, PK 20)

I. TUJUAN
1. Memahami proses penyususnan rencana selama jangka khususnya
penyusunan PK-20 dan PK-17.
2. Menyusun PK-20 dan dilanjutkan penyusunan PK-17.

II. DASAR TEORI


Menurut Pasaribu (2018), konsep dasar dari perencanaan hutan ialah
memanfaatkan dan mengoptimalkan hasil hutan dengan memadukan aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan guna kepentingan ekonomi perusahaan
baik skala besar maupun kecil dan masyarakat yang ada di sekitar hutan
dengan pertimbangan batas kemampuan dinamis sumberdaya hutan
berproduksi. Karena pada prinsipnya konsep dari Pengelolaan Hutan Lestari
(PHL) memiliki 3 poin yaitu kelestarian hasil hutan, kelestarian potensi
hutan, dan kelestarian sumberdaya hutan. Konsep pengelolaan hutan lestari
didasarkan atas terpenuhinya kelestarian tiga fungsi utama hutan, yaitu
fungsi ekologis, lingkungan, dan fungsi sosial ekonomi. Pada dasarnya
pengelolaan hutan harus memenuhi ketiga aspek tersebut agar hutan tetap
terjaga kelestariannya (Purbawiyatnya dkk, 2011).
Perez and Kanninen (2005) yang menyimpulkan bahwa rasio antara
dbh dengan tinggi total akan meningkat dengan meningkatnya umur di
semua perlakuan penjarangan jati. Matangaran dan Anggoro (2012)
memperoleh hasil yang sebaliknya, terutama penjarangan pada kelas umur
rendah. Penjarangan pada KU II di KPH Banyuwangi menghasilkan tingkat
pemanfaatan kayu yang lebih tinggi dibandingkan penjarangan KU III dan
IV, dengan kata lain bahwa kayu sisa yang dihasilkan dari penjarangan KU
II lebih kecil dari KU III dan KU IV.
Hutan normal dapat didefinisikan sebagai hutan yang dapat
mencapai dan menjaga derajat kesempurnaan hutan untuk memenuhi
ketentuan sesuai dengan tujuan pengelolaan. Secara ideal hutan normal
merupakan tebangan dengan persebaran kelas umur yang merata dan riap
yang maksimal. Tebangan tahunan atau periodik pada hakekatnya harus
sama dengan riap untuk jangka waktu yang bersangkutan. Dengan demikian
hasil kayu yang maksimal dapat diperoleh sepanjang waktu tanpa
membahayakan hasil di masa yang akan datang, dan oleh karena itu
kelestarian hasil hutan dapat dipertahankan (Basaria 2009, diacu dalam
Simon 2000). Keinginan untuk mewujudkan hutan normal telah lama
menjadi subyek perdebatan kontroversial antara pendekatan kehutanan
dengan pendekatan ekonomi (Salo dan Tahvonen, 2002; Amacheret al.,
2009).
Penjarangan tanaman atau tegakan adalah tindakan pengurangan
jumlah batang persatuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh
tanaman dalam rangka mengurangi persaingan antar tanaman dan
meningkatkan pertumbuhan serta kesehatan tegakan. Tujuan dari kegiatan
penjarangan adalah memelihara pohon-pohon yang terbaik pada suatu
tegakan dengan memberi ruang tumbuh yang cukup bagi tanaman atau
tegakan tinggal sehingga pada akhir daur akan diperoleh tegakan hutan yang
memiliki massa kayu yang besar dan berkualitas tinggi. Pengelolaan hutan
jati di Perum Perhutani telah dilakukan sejak lama, namun kekurangan
informasi masih terjadi pada pengelolaan hutan tanaman jati di Indonesia
terkait dengan manfaat lingkungannya (Tiryana et al. 2011), termasuk
informasi tentang kayu sisa yang dihasilkan dari kegiatan tebang habis dan
tebang penjarangan.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Data Ikhtisar I 74 BH Bekutuk
2. Hasil perhitungan PK 10
3. Blangko PK 20 dan PK 17
4. Microsoft excel
5. Alat tulis
IV. CARA KERJA

Penjelasan:
Praktikum acara ke-6 membahas mengenai rencana selama jangka yang berisikan
penanaman (PK 20) dan pemeliharaan penjarangan (PK 17) dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
• Penyusunan PK 20 diawali dari B1 yang ada di tahun pertama pada PK 10
dan begitu seterusnya selama 10 tahun dengan ketentuan untuk B1 adalah
ET + 0, ketentuan itu berbeda pada penyusunan A2 di PK 20
• A2 pada tahun pertama di PK 10 akan masuk pada tahun kedua saat disusun
di PK 20 karena ketentuan untuk A2 dalam PK 20 adalah ET + 1.
• Ketentuan tersebut seterusnya digunakan hingga 10 tahun mendatang.
Dalam PK 17 yang disusun, digunakan data PDE BH Bekutuk kelas hutan
produktif yang berfokus pada petak dengan KBD > 1.
• Diperlukan juga data luas, umur tebangan, dan bonita. Penyusunan PK 17
juga dilakukan penentuan tata waktu yang dilihat dari daur yang digunakan
dimana untuk acara ini adalah 60. Sehingga waktu yang digunakan adalah
3,6,9,12,15,20,25,30,35,40,45,50.
• Penentuan vst (interpolasi) yang dilihat dari bonita dan umur dimana vst
yang dimaksud adalah vst penjarangan (Dunnings opstand).
LAMPIRAN
Tabel Vst Dunning Opstand

bon 2,5 bon 3 bon 3,5 bon 4 bon 4,5 bon 5

5 7,7 5 6,6 5 10,6 5 12,6 5 15,1 5 17,0

10 12,7 10 10,9 10 17,6 10 20,9 10 25,0 10 28,4

15 12,8 15 10,9 15 17,7 15 21,1 15 25,3 15 28,8

20 12,3 20 10,5 20 17,0 20 20,3 20 24,4 20 27,8

25 11,5 25 9,8 25 16,0 25 19,1 25 23,1 25 26,3

30 10,6 30 9,1 30 14,8 30 17,7 30 21,4 30 24,6

35 9,8 35 8,4 35 13,8 35 16,4 35 20,0 35 22,9

40 9,1 40 7,8 40 12,7 40 15,3 40 18,6 40 21,3

45 8,4 45 7,2 45 11,7 45 14,2 45 17,2 45 19,7

50 7,7 50 6,6 50 10,9 50 13,1 50 15,9 50 18,3

55 7,1 55 6,1 55 10,1 55 12,2 55 14,8 55 17,1


Tabel Vst Biasa
bon 2,5 bon 3 bon 3,5 bon 4 bon 4,5 bon 5

5 17,1 5 19,8 5 23,4 5 27,8 5 33,2 5 37,4

10 34,1 10 38,6 10 46,8 10 55,7 10 66,9 10 75,6

15 46,6 15 54,3 15 64,2 15 76,5 15 91,9 15 104,9

20 55,5 20 64,8 20 76,9 20 91,9 20 110,5 20 125,6

25 63,1 25 74,1 25 87,9 25 105,1 25 126,9 25 144,9

30 70,4 30 82,7 30 98,3 30 117,8 30 142,4 30 162,6

35 77,5 35 91,1 35 108,5 35 130,3 35 157,3 35 180,3

40 84,3 40 99,5 40 118,6 40 142,4 40 172,6 40 197,6

45 91,1 45 107,4 45 128,3 45 154,2 45 186,6 45 214,5

50 97,6 50 115,0 50 137,4 50 165,5 50 200,6 50 230,8

55 103,9 55 122,3 55 146,3 55 176,5 55 214,3 55 247,6

Table interpolasi

Bon 3 Bon 3,5 Bon 4 Bon 4,5 Bon 5

10 39,6 10 46,8 10 55,7 5 33,2 5 37,4 10 34,1

15 54,3 15 64,2 15 76,5 10 66,9 10 75,6 15 46,6

12 45,48 12 53,76 12 64,02 9 60,16 9 67,96 12 39,1

5 19,8 5 23,4 5 27,8 10 66,9 10 75,6

10 39,6 10 46,8 10 55,7 15 91,9 15 104,9

9 35,64 9 42,12 9 50,12 12 76,9 12 87,32

10 14,9 10 17,6 10 20,9 10 25 10 28,4 10 12,7

15 15 15 17,7 15 21,1 15 25,3 15 28,8 15 12,8

12 14,94 12 17,64 12 20,98 12 25,12 12 28,56 12 12,74

5 9 5 10,6 5 12,6 5 15,1 5 17

10 14,9 10 17,6 10 20,9 10 25 10 28,4

9 13,72 9 16,2 9 19,24 9 23,02 9 26,12


Amacher GS, Ollikainen M, & Koskela E. 2009. Economics of Forest
Resources. The MIT Press Cambridge, Massachusetts London, England.
Basaria, C. (2009). Kajian Kelestarian Tegakan Dan Produksi Kayu Jati
Jangka Panjang Kph Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Matangaran, J, dan R.Anggoro. 2012. Limbah pemanenan jati di Banyuwangi
Jawa Timur. Jurnal Perennial. 8(2):88-92.
Pane, A. (2018). PENYUSUNAN RENCANA TEBANG HABIS MENURUT
WAKTU DAN TEMPAT KELAS PERUSAHAAN MAHONI MENGGUNAKAN
PROGRAM LINEAR DI KPH KEDU UTARA, JAWA TENGAH (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Pasaribu, R. (2018). Model Perencanaan Hutan Berkelanjutan: Studi Kasus
Hutan Produksi Di Provinsi Banten (Doctoral dissertation, Universitas
Brawijaya).
Purbawiyatna, A., Kartodihardjo, H., Alikodr, H.S., & Prasetyo, L.B.
(2011). Analisis kelestarian pengelolaan hutan rakyat di kawasan berfungsi
lindung. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(2), 84-
92.
Salo S & Tahvonen O. 2004. Renewable resources with endogenous age
classes and allocation of land Amer. J. Agr. Econ. 86(2), 513-530
Simon H. 2000. Hutan Jati dan Kemakmuran Problematika dan Strategi
Pemecahannya. Yogyakarta: BIGRAF Publishing.
Tiryana, T, S.Tatsuhara, N.Shiraishi. 2011. Empirical models for estimating the
stand biomass of teak plantation in Java, Indonesia. Journal of Forest Planning
16:177-188.

Anda mungkin juga menyukai