BAB 6 PENYIAPAN LAHAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Menyiapkan lahan
produksi tanaman merupakan tahap awal untuk pengkondisian tempat/media tumbuhnya
tanaman. Pekerjaan penyiapan lahan akan berpengaruh terhadap pekerjaan penanaman. Ruang lingkup materi meliputi hal-hal sebagai berikut: Menyiapkan lahan penanaman Mengidentifikasi pola hubungan tanaman Mengolah tanah dan lubang tanam Kegiatan penyiapan lahan produksi tanaman meliputi penyiapan lahan penanaman, penetapan pola hubung an tanaman, dan pengolahan tanah serta pembuatan lubang tanam. Pekerjaan ini penting dilakukan guna memberikan kondisi media tumbuh yang optimal sehingga tanaman mampu tumbuh dan berkembang serta berproduksi maksimal Penyiapan Lahan Penana man Penyiapan lahan penanaman dapat dimulai dari kondisi lahan bukaan hutan (lahan perawan) atau lahan bekas tanaman produksi (lahan peremajaan) Pengertian, Tujuan dan Lingkup Persiapan Lahan Persiapan lahan adalah bagian dari kegiatan pratanam dalam usaha budidaya tanaman perkebunan. Persiapan lahan dapat diartikan sebagai upaya menyiapkan lahan sesuai standar yang ada sehingga layak sebagai tempat dilakukannya kegiatan agribisnis perkebunan. Kegiatan persiapan lahan pada ta naman perkebunan ada beberapa perbedaan pada proses maupun jenis kegiatannya, hal ini tergantung pada: jenis tanaman yang akan diusahakan, wilayah topografi kebun (kenampakan permukaan lahan), Tata guna lahan, jenis vegetasinya, dan pola usaha perkebunan Persiapan lahan dalam hal ini akan dibahas dan dibatasi pada kegiatankegiatan sebagai berikut: Pembukaan lahan (Land clearing) Pembuatan jalan/jembatan Pembuatan saluran drainase Konservasi lahan Pembukaan Lahan (Land Clearing) Sebelum dilakukan pembukaan la han biasanya areal pertanaman sudah dilakukan kegiatan survei dengan maksud mengidentifikasi batas areal kebun, memberi tanda garis dasar pancang kepala pada 209 2 peta dasar, menandai letak jalan utama, areal produksi dan memper siapkan peta kebun secara akurat, yang menunjukkan batas pertanam an, sistem drainase, dan topografi areal, baru kemudian dilakukan pem bukaan lahan. Pembukaan lahan dalam arti luas adalah kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan tata ruang dan tata letak lahan sampai dengan pembukaan lahan secara fisik. Sedangkan pengertian secara sempit adalah pembersihan lahan dari segala macam bentuk tanaman atau akar-akar pertanaman yang meng ganggu tanaman yang diusahakan. Tujuan pembersihan lahan adalah untuk memudahkan perakaran tanam an yang diusahakan berkembang dengan sempurna dan menghilang kan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Menurut undang-undang No. 18 Ta hun 2004 tentang Perkebunan, pasal 16 dijelaskan bahwa Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang mem buka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Dari pasal di atas muncul konsep Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (zero burning) yaitu suatu cara pembukaan lahan perkebunan tanpa melakukan pembakaran. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan serta sisa-sisa tanaman yang tidak diperlukan dapat dibuat kompos untuk menambah kesuburan tanah. Undang-undang No. 18 Tahun 2004 tersebut memerlukan penegakan hukum disertai dengan sanksi yang 210 mengikat. Umumnya para petani tradisional masih menggunakan metoda pembukaan lahan dan pematangan tanah melalui proses pembakaran. Proses pembakaran bahan organik adalah proses pe matangan tanah dengan biaya ter murah, walaupun bila dilakukan dalam skala besar dapat meningkat kan emisi gas karbon monooksida dan mempengaruhi iklim global. Selanjutnya akan dibahas tentang kegiatan pembukaan lahan dengan sistem bakar maupun tanpa bakar beserta keuntungan dan kerugiannya 1. Imas dan Tumbang Bersamaan dengan kegiatan imas dan tumbang biasanya dilakukan pembukaan saluran drainase utama/ primer. Lahan yang datar atau sepanjang aliran sungai (alur alam) mempunyai masalah drainase yang cukup berat sehingga tidak jarang akan banyak dijumpai pada areal rendahan (low lying area) dan rawarawa yang dipengaruhi oleh pasang dan surut permukaan air sungai. Pembukaan lahan yang mempunyai masalah drainase akan mengalami hambatan yang serius. Oleh karena itu perlu dilakukan pembukaan saluran drainase untuk mengeluar kan air dari areal yang akan dibuka. Pembuatan saluran drainase dapat dilakukan dengan alat berat excavator dan diharapkan sudah selesai bersamaan dengan peker jaan menumbang. Dengan demikian areal akan cepat kering sehingga mempermudah proses pematangan tanah. Tujuan imas adalah untuk memberi akses bagi tim penebang kayu, mengurangi vegetasi yang masih 3 segar pada waktu pembakaran atau pemancangan, dan untuk menyedia kan kayu agar pembakaran dapat dilakukan. Imas dilakukan secara manual dengan tenaga manusia. Menumbang pohon adalah meroboh kan pohon yang mempunyai diameter lebih dari 10 cm. Tinggi maksimum tebangan pohon dari permukaan tanah tergantung pada diameter batang yang ditebang. Ketentuan diameter batang dapat dilihat pada Tabel 16. Sedangkan proses penebangan pohon dapat dilihat pada Gambar 6.1 Tujuan penumbangan adalah untuk merobohkan semua kayu besar yang tidak dibersihkan selama kegiatan imas serta untuk menyiapkan areal pembakaran dan atau pemancangan. Gambar 6.1 Penumbangan pohon dengan excavator pohon per hektar. Penumbangan dapat segera dilakukan setelah areal diimas dan kemudian hasil imas dan tumbang dikumpulkan jalur rumpuk an/stacking. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.2 Konsep imas utamanya ditujukan untuk mempermudah proses tum bang dan bakar. Mutu pekerjaan imas dan tumbang yang baik akan sangat mempengaruhi proses pem bukaan lahan. Mengimas sebaiknya dimulai 2,5-3 bulan sebelum waktu pembakaran. Pohon dan belukar yang diimas akan menjadi umpan api yang baik pada pembakaran pertama. Pekerjaan imas yang baik, juga akan mem permudah para pekerja untuk melaku kan pekerjaannnya. Kegiatan imas dan penumbangan sebaiknya dilaku kan 2 tahun sebelum tanam. Produk tivitas pekerjaan imas pada kondisi hutan di Sumatera dan Kalimantan diperkirakan 4-6 HK/ha. Pekerjaan menumbang sangat di pengaruhi oleh kerapatan tegakan Umumnya pekerjaan penumbangan dilakukan dengan tim yang meng gunakan gergaji rantai (chain saw) dan kapak. Menumbang pohon dengan gergaji rantai akan lebih cepat dari pada kapak. Satu gergaji rantai akan sama dengan produk tivitas 6 orang memakai kapak. Tabel 16. Diameter Batang dan Tinggi Maksimum Tebangan dari Permukaan Tanah Diameter Batang (cm) Tinggi Maksimum Tebangan dari Permukaan Tanah (cm) Pengoperasian gergaji rantai hasil nya lebih efisien, tetapi membutuh kan keterampilan khusus. Teknik 211 4 menumbang dengan gergaji rantai biasanya dilakukan dengan sistem tumbang langgar, yaitu pohon-pohon dalam jumlah tertentu hanya di potong 2/3 bagian dari diameter batang (di koak ). Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan ke miringan pohon serta arah angin. Salah satu pohon yang terbesar ditumbangkan untuk menimpa pohon pohon yang telah di koak tersebut sehingga semua pohon menjadi tumbang secara bersamaan. pohon dengan sistem tumbang langgar harus memperhitungkan arah angin, kecepatan angin, ke miringan pohon, dan arah kemiring an lahan. Calon operator sebaiknya dipasangkan dengan operator yang sudah berpengalaman dan berperan sebagai kenek (helper). Setelah memiliki jam terbang yang cukup (3-6 bulan), barulah kenek ini bisa dipromosikan sebagai operator. Penggunaan chain saw dapat dilihat pada Gambar 6.3 Ada yang berpendapat bahwa pe nebangan pohon hendaknya me ngikuti prosedur sebagai berikut: 1. Buatlah potongan berbentuk V yang disesuaikan dengan arah tumbangnya pohon 2. Buatlah potongan bagian depan secara ringan sedikit di atas bagian atas potongan V untuk meningkatkan akurasi arah tumbangnya pohon. 3. Tali diperlukan untuk membantu mengarahkan tumbangnya pohon. Tali digunakan hingga pohon tumbang. 4. Pohon yang telah tumbang se harusnya: tidak mengenai titik tanam dan sejajar dengan rencana baris tanaman tumbang secara teratur de ngan sedikit saling tumpang tindih tidak mengenai jalan, saluran drainase, aliran air, (misalnya sungai atau parit) dan areal sekitarnya Dalam mengoperasikan chain-saw merupakan pekerjaan yang sangat berbahaya jika tidak ada pengalaman yang memadai. Hal ini bisa menye babkan operatornya meninggal dunia karena tertimpa pohon. Menumbang 212 Gambar. 6.2 Kegiatan merumpuk hasil tumbangan Gambar 6.3 Pemotongan kayu dengan Chain Saw 5 2. Bakar I Pembakaran dapat dilakukan setelah kayu mulai mengering dengan indi kasi kulit kayu yang mulai retak-retak pada pohon yang besar dan daundaun yang mulai mengering dan rontok. Berdasarkan pengalaman di lapang an, sebaiknya pembakaran dilakukan lebih dari luasan ha. mumnya, lama proses pembakaran bersifat fleksibel, tetapi yang penting adalah adanya periode kering dalam waktu 5-7 hari setelah pembakaran di lakukan. Jika terjadi hujan pada saat pembakaran maka sebagian pekerja an harus diulangi bila kondisi cuaca memungkinkan. Keberhasilan proses pembakaran sangat penting, teruta ma hubungannya dengan biaya yang akan dikeluarkan. Kebutuhan tenaga kerja untuk pem bakaran yang baik yaitu 0,25 HK/ha. Sistem dalam penumbangan dan pembakaran untuk pembukaan hutan disajikan pada Tabel Perun, Rumput dan, Bakar II Perun, rumput dan bakar II dilakukan terhadap kayu yang berdiameter lebih kecil dari 15 cm dan dilakukan segera setelah selesai pembakaran pertama, biasanya setelah 7-10 hari. Kayu-kayu yang belum habis ter bakar diperun dan dicincang supaya dapat diangkat dan dirumpuk me ngelilingi tunggul- tunggul besar yang belum terbakar sempurna. Pemba karan rumpukan kayu dilakukan secara blok per blok sehingga penanaman tanaman penutup tanah dapat dilakukan tanpa menunggu seluruh areal (blok) dibersihkan. Tabel 17 Sistem tumbang dan bakar pohon pada pembukaan lahan hutan Sistem 1 A A A Sistem 2 A B A Sistem 3 B A B Sistem 4 A B C Tumbang sekaligus - Kebutuhan tenaga kerja maksimal - Pembakaran optimal - Membutuhkan sabuk api (lebar 80 m) diantara blok dan ditumbang segera setelah selesai pembakaran Tumbang 2/3 Bagian Pertama - Kebutuhan tenaga kerja sedang - Pembakaran perlu dilaku kan 2 kali - Tidak membutuhkan sa buk api, tetapi pekerjaan di blok B harus dimulai pada pertengahan pe kerjaan di blok A Tumbang 1/3 Bagian Pertama - Kebutuhan tenaga kerja minimal - Hasil pembakaran ke mungkinan jelek karena memperlukan 3 kali pem bakaran yang terpisah - Tidak membutuhkan sa buk api Tumbang 1/3 Bagian Pertama - Kebutuhan tenaga kerja minimal - Hasil pembakaran ke mungkinan jelek karena memerlukan 3 kali pem bakaran yang terpisah - Tidak membutuhkan sa buk api 213 6 Pohon-pohon yang masih tegak setelah selesai proses pembakaran (istilah populernya: antena) harus ditebang dan dicincang, kemudian dirumpuk dan dibakar pada bagian tunggulnya. Penebangan pohon harus dilakukan dengan hati-hati karena resiko ke celakaan kerja yang sangat tinggi, di mana jatuhnya dahan-dahan kering dari atas pohon dapat mengakibat kan kematian. Pemancangan dan pekerjaan konservasi tanah bila diperlukan dapat dimulai setelah pembukaan lahan selesai. Pekerjaan ini dapat dilaku kan secara manual dan kimia sambil menunggu pe nanaman kacangan penutup tanah. Kelemahan sistem pembukaan lahan dengan cara pembakaran adalah: Selama terbakar, hampir semua unsur N dan S dalam biomas hilang menguap ke udara. Sedangkan unsur P, K, Mg, dan Ca dilepaskan selama pembakar an, namun mudah hilang akibat pencucian maupun terbawa erosi termasuk erosi air permukaan. Sebagian bahan organik di per mukaan tanah hancur dan serasah pada permukaan tanah hilang. Jika semua kayu yang tumbang telah terbakar akan terjadi erosi tanah. 4. Perun dan Rumpuk Mekanis (tanpa bakar) Sistem pembukaan lahan tanpa proses pembakaran yaitu setelah penumbangan langsung dilakukan proses perun secara mekanis dengan bulldozer atau excavator. Kayu hasil pembukaan hutan ini memiliki nilai ekonomis, tetapi pe nggunaannya harus sejalan dengan 214 IPK (Izin Pemanfaatan Kayu) yang dikeluarkan oleh Pemda setempat. Inti dari proses zero burning yaitu pembersihan lahan dan pematangan tanah tanpa melalui proses pem bakaran. Dengan demikian, bahan organik diekploitasi dan diekstrak dari hutan dalam bentuk kayu gelondongan dan chip. Tingkat kesuburan tanah pada lahan yang dibuka dengan sistem zero burning akan lebih rendah dibanding kan dengan proses melalui pem bakaran. Hal ini karena pembukaan lahan dengan pembakaran, sebagian bahan organik menjadi abu dan kembali ke dalam tanah. Selain itu, penggunaan alat-alat berat seperti bulldozer dan excavator yang meng gunakan penggerak sistem rantai (track-link) akan mempengaruhi struktur dan kepadatan tanah Kerugian sistem zero burning lainnya yaitu efisiensi lahan yang bisa ditanami tanaman utama akan lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh sebagian lahan yang harus dikorban kan untuk menjadi tempat rumpukan sisa-sisa pohon yang tidak bisa dimanfaatkan lagi secara komersial. Rumpukkan sisa-sisa pohon ini akan melapuk dan mengalami dekompo sisi secara gradual dalam waktu lama. Di samping itu, rumpukan juga berpotensi untuk menjadi sarang hama dan penyakit yang menyerang tanaman utama. Walaupun demikian, teknik zero burning merupakan satusatunya alternatif yang tersedia untuk membuka lahan perkebunan secara ekstensif. Malaysia telah menerapkan teknik ini pada sekitar tahun Mereka menerapkannya secara konsisten dengan praktik penegakan hukum 7 yang tanpa kompromi. Pengusaha perkebunan Malaysia sangat takut bila dituduh melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan. Ironisnya, dari beberapa pemberitaan koran Indonesia, disinyalir ada perusahaan perkebunan yang dimiliki warga negara Malaysia melakukan praktik pembukaan lahan dengan sistem pembakaran. Dari aspek lingkungan hidup, pembukaan lahan dengan sistem zero burning merupakan alternatif yang paling memadai bila dibanding kan dengan teknik lainnya. Keberhasilan teknik zero burning dalam pembukaan lahan menuntut adanya beberapa prasyarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut: Adanya industri yang berbasiskan bahan baku kayu gelondongan, seperti saw mill, moulding, dengan industri kayu lapis yang akan mengkonsumsi kayu ge londongan yang dihasilkan Adanya industri bubur kayu dan kertas (pulp and paper) yang akan mengonsumsi kayu chip yang akan dihasilkan. Lokasi industri berbasiskan bahan baku kayu tersebut masih memungkinkan untuk dicapai secara ekonomis dengan mem perhitungkan nilai kayu ge londongan dan chip dibandingkan dengan biaya pengangkutan dan eksploitasi. Adanya praktik penyewaan alat berat dalam jumlah yang me madai untuk melakukan perun dan rumpuk mekanis. Per timbangan yang paling utama yaitu biaya mobilisasi yang secara nyata dapat meningkatkan biaya penyewaan alat. Praktik penyewaan yang umum di lakukan HM (hour meter) yang dipakai dengan pemakaian minimal (misalnya 10 HM per hari). Pemilik alat berat biasanya menyediakan operator-sekaligus untuk menjaga alatnya tetapi ada juga yang tidak menyediakan operator. Sistem sewa putus (tanpa operator) ini terutama di lakukan untuk penyewaan jangka panjang dengan sistem tahunan. Penggunaan bulldozer lebih efektif dari pada excavator. Walaupun demikian excavator memiliki ke unggulan karena tidak terlalu me madatkan dan mengganggu struktur tanah. Hal ini disebabkan oleh karakteristik excavator dengan alat long arm yang memungkinkan untuk menjangkau areal disekitarnya tanpa terlalu banyak berpindah tempat dan memadatkan tanah. Namun dalam penerapannya alat yang digunakan untuk pembukaan lahan yaitu bulldozer, karena lebih efektif dan masalah kepadatan tanah yang ditimbulkan masih dapat dikompen sasi dengan pembuatan lubang tanam yang lebih besar. Pembukaan lahan berdasarkan tata guna lahan/ jenis vegetasi dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu; Hutan primer/skunder/gambut Semak belukar Padang alang-alang Tanaman keras/replanting Tepian aliran sungai Pernah ditanami tanaman semusim Ada beberapa cara yang digunakan dalam pembukaan lahan yaitu dengan cara manual, mekanis, 215 8 khemis, dan kombinasi dari kedua atau ketiga cara tersebut. Manual; cara ini biasa digunakan pada perkebunan rakyat atau kegiatan padat karya dengan menggunakan peralatan yang sederhana/ konvensional seperti: gergaji, kapak, parang, cangkul, dan sebagainya Mekanis; cara ini biasa dilakukan oleh perkebunan besar yang dicirikan dengan penggunaan peralatan mesin dan peralatan yang berat; seperti; gergaji rantai (chain saw), buldozer, excavator, mesin pembabat semak/rumput Khemis; cara pembukaan lahan dengan cara kimia atau dengan menggunakan herbisida seperti paraquat untuk rumput-rumputan, trichlorpyr untuk meracuni pohon. Kombinasi antara manual, me kanis maupun khemis; hal ini tergantung dari: vegetasi, sarana, dan sumber daya manusia yang akan direncanakan Pembuatan Jaringan Jalan, Saluran Air/ Drainase Pembuatan jaringan jalan dan air dilakukan pada saat-saat awal pembukaan lahan karena jalan ter sebut dibutuhkan untuk memper cepat pelaksanaan pekerjaan dan memudahkan kontrol pekerjaan di lapangan. Pembuatan saluran dilaku kan untuk mengeluarkan air dari areal sehingga penanaman dapat dilakukan. 1. Pembuatan Jaringan Jalan Pembuatan jaringan jalan sebaiknya dilakukan sebelum pekerjaan imas dan tumbang. Dengan adanya jalan, 216 pada saat memulai pembukaan jalan, akan meningkatkan mutu pekerjaan pembukaan lahan itu sendiri. Selain itu pembuatan jalan dirancang dan dibangun sedemikian rupa agar kegiatan pra penanaman, penanam an, pemeliharaan, dan panen dapat dilakukan secara efisien yang menggunakan areal tanam atau kehilangan titik tanam seminimal mungkin. Jalan yang sudah terbentuk biasanya memenuhi kriteria sebagai berikut: Permukaan jalan harus selalu kering, Berbentuntuk cembung (kemiring an < 5 %) Dapat dilalui kendaraan. Contoh dalam areal perkebunan kelapa sawit diperlukan jaringanjaringan jalan dengan beberapa per syaratan dan kemanfaatannya yaitu seperti: pasar tikus /jalan tikus, rintis tengah, sub jalan utama dan jalan utama. a. Pasar/Jalan Tikus ( harvester parth) Persyaratan dan manfaat jalan tikus sebagai berikut: Merupakan rintis yang dibuat di antara 2 barisan tanaman utama Digunakan untuk memudahkan pengangkutan hasil dari dalam blok ke TPH (tempat pengumpul an hasil) serta memudahkan pekerjaan perawatan tanaman dan kontrol di lapangan Dibuat secara manual dan/atau kimia (disemprot herbisida). Dapat dilihat Gambar 6.4 b. Rintis Tengah (average carry) Persyaratan dan manfaat rintis tengah sebagai berikut: 9 Merupakan rintis yang membagi blok menjadi 2 bagian yang sama besar dan sejajar dengan jalan pengumpul Merupakan jarak maksimal bagi karyawan untuk mengeluarkan hasil dari dalam blok ke TPH Digunakan untuk memudahkan kontrol pekerjaan di dalam blok Dibuat secara manual dan perawatan selanjutnya dapat di lakukan secara kimia bersamaan dengan pengendalian gulma di piringan dan gawangan. Merupakan muara dari setiap jalan pengumpul Dibuat dengan arah utara selatan setiap jarak m atau m (luas 9 m). Lihat Gambar 6.5 c. Jalan Pengumpul (collection road) Persyaratan dan manfaat jalan pengumpul sebagai berikut: Dibangun dan dirancang untuk dilalui kendaraan pengangkut hasil, seminggu sekali (mengikuti pola rotasi panen) Dibuat dengan arah utara selatan setiap 300 m (lebar 7 m) dan tegak lurus dengan jalan utama khususnya untuk kebun tanaman utama Gambar 6.4 Pasar tikus / jalan tikus (harvester parth) d. Sub Jalan Utama (submain road) Persyaratan dan manfaat subjalan utama yaitu merupakan jalan pengumpul yang sering dilewati kendaraan pengangkut hasil. Hal tersebut biasanya disebabkan kondisi jalan tersebut lebih bagus dari jalan pengumpul yang lain. e. Jalan Utama (main road) Persyaratan dan manfaat jalan utama sebagai berikut: Dibangun dan dirancang untuk tahan dilalui kendaraan pengang kut hasil setiap hari Gambar 6.5 Jalan Utama (main road) Membuat jaringan jalan di kebun ber arti membuat blok. Hal ini disebab kan karena setiap blok dipisahkan dengan blok yang lain oleh jaringan jalan. Sejauh keadaan memungkinkan, pe nanaman tanaman utama sebaiknya dilakukan dalam blok yang berukuran sama. Batas-batas blok tersebut 217 10 diusahakan lurus, walaupun hal ini sukar diterapkan pada areal yang berbukit. Pada kebanyakan areal kebun, batas-batas blok tersebut tidak bisa lurus karena ber batasan dengan tepian sungai, perkampung an penduduk, dan areal lainnya yang tidak bisa ditanami. Dalam keadaan tertentu ber fungsi menurunkan permukaan air tanah Merupakan parit buatan (Lihat Gambar 6.6) Keteraturan bentuk dan ukuran blok ini sangat penting karena akan memudahkan dalam operasional pe kerjaan di lapangan, terutama dalam pencatatan produksi, pengaturan organisasi kerja, pengukuran output kerja, pengambilan contoh daun untuk dianalisis di laboratorium dan lain-lain. 2. Pembuatan Saluran Air/ Drainase Pembuatan saluran air dimaksudkan untuk mengendalikan tata air di dalam wilayah perkebunan. Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase kebalikannya. Hal ini perlu disadari agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian terminologi irigasi untuk tata nama (nomenclature) drainase karena kedua sistem ini saling berlawanan dan tidak mungkin digabung menjadi satu kesatuan. Untuk mencegah timbulnya kerancuan dalam tata nama sistem drainase, berikut dijelaskan tipe dan ukuran saluran. Tipe dan ukuran saluran air drainase adalah sebagai berikut: a. Drainase lapangan (field drains; secara salah kaprah disebut parit tersier) Berfungsi menyekap air yang ada dan/atau mengalirkannya di per mukaan tanah. Gambar Drainase tersier b. Drainase pengumpul (collection drains; secara salah kaprah disebut parit sekunder) Berfungsi mengumpulkan air dari suatu areal tertentu dan me ngalirkannya ke pembuangan Merupakan buatan manusia dan dapat berbentuk saluran (parit), kolam, waduk dan lainnya Dapat juga berupa teras ber sambung dan benteng, di mana bentuk pengumpulannya berdiri sendiri dan pembuangannya me lalui peresapan tanah. c. Drainase pembuangan (outlet drains; secara salah kaprah di sebut parit primer) Berfungsi mengeluarkan air dari suatu areal tertentu Umumnya memanfaatkan kondisi alam yang ada, seperti sungai, jurang, rendahan, dan lainnya Jika tidak dapat memanfaatkan kondisi alam juga dapat berupa 218 11 saluran buatan (kanal), sistem pompa dan lain-lain. Saluran drainase harus selesai di bangun sebelum penebangan pohon atau tanaman. Jika memungkinkan, saluran drainase dibangun 1-2 tahun sebelum jadwal penanaman sehing ga terdapat cukup waktu bagi tanah gambut untuk memadat. Pengertian drainase bersifat relatif dan tergantung pada konteks per masalahannya. Misalnya, drainase pembuangan bagi divisi/ afdeling, mungkin merupakan darinase pe ngumpulan dalam konteks kebun. Secara garis besar, data pada Tabel 18 dapat dijadikan pedoman dalam menentukan tipe dan ukuran saluran air. 3. Jenis Sistem Saluran Air a. Sistem random Sistem random dapat disesuaikan secara luas terhadap keadaan lahan yang dihadapi. Sistem random ber sifat sedikit atau tidak memerlukan perubahan-perubahan keadaan topo grafi. Sistem yang dirancang dengan baik akan mampu menampung aliran air yang tersedia secara maksimum atau harus dapat digunakan secara efektif. Saluran induk biasanya mengikuti tempat dengan elevasi tertinggi yang berada sepanjang garis kontour atau punggung lahan untuk menjaga permukaan air dalam suatu posisi teringgi sehingga dapat menjangkau bagian terbesar areal lahan. Saluransaluran cabang atau pembagi dapat pula mengikuti garis kontur atau memotongnya untuk menggiring air masuk ke dalam selokan- selokan pengairan yang lebih kecil yang berhubungan langsung dengan petak petak lahan perkebunan. Tabel 18 Tipe dan Ukuran Saluran Air Tipe drainase Lebar atas (m) b. Sistem paralel Lebar bawah (m) Kedalam an (m) Lapangan 1,0 0,3 0-1,10 Pengumpul 2,0-2,5 0,5 1,25-1,75 Pembuangan 3,0-5,0 1,0 2,00-2,50 Dalam sistem paralel, jaringan pe ngairan dan drainase dibangun secara beraturan dan sejajar satu de ngan yang lain. Apabila menjumpai lahan yang datar atau lahan dengan lereng yang sedang tanpa banyak bergelombang, jaringan pengairan dengan sistem paralel dapat diterap kan secara efisien. Saluran induknya, seperti juga pada jaringan dengan sistem random., Sistem paralel dibangun atau digali sepanjang garis kontur dengan elevasi ketinggian yang cukup agar dapat menjamin permukaan air pada saluran-saluran pengairan. Sehingga dapat mecakup areal lahan yang lebih luas. Saluran- saluran pembagi umumnya digali memotong lereng lahan untuk mengalirkan air masuk kedalam selokan pengairan yang langsung berhubungan dengan petak-petak lahan perkebunan. 219 12 a. Saluran drainase alam harus diperpanjang sebagai parit pri mer. b. Saluran skunder dan tersier di bangun menurut keadaan lapang an, sehingga air hujan tidak menggenangi areal tanaman. 4. Dasar dan Teknik Pembuatan Drainase Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan drainase yaitu: a. Dasar pembuatan sistem drai nase Pembangunan sistem drainase di perkebunan, terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembapan tanah sehingga kadar airnya stabil antara persen dengan ke dalaman aras air (water table) maksimum 60 cm. Selain itu, pembangunan drainase juga diusaha kan terhindar dari kejenuhan air secara terus menerus selama maksimum 2 minggu. Sistem drainase dibuat berdasarakan pada kemampuan saluran air untuk mengeluarkan kelebihan air dalam 24 jam (m 3 /24 jam). Volume air yang akan dialirkan melalui sistem drainase biasanya berkisar persen dari curah hujan, tergantung pada jenis tanah, topografi, dan lamanya periode kekeringan. Dengan memperhitungkan 1 mm curah hujan serta dengan 10 m 3 air hujan maka volume air yang diterima kebun sebagai berikut. Volume air (m 3 ) = Luas kebun (ha) x curah hujan (mm) x 10 m 3...(1) Perhitungan daya mengalirkan air ke luar sistem drainase (m 3 /detik) di 220 hitung berdasarkan curah hujan terbesar yang pernah terjadi di kebun. Faktor- faktor yang mempe ngaruhi pembangunan suatu sistem drainase dapat difomulasikan secara sederhana dalam rumus Manning, yaitu sebagai berikut. 1 f 2/3 1/2 V = x x i...(2) n c Keterangan: V = Kecepatan air mengalir (m/detik), nilai idealnya 0,3 0,8 m/detik n = Koefisien kekasaran per mukaan saluran air. Nilainya 0,25 bila bersih tidak ber gulma dan 0,50 bila penuh gulma f = Penampang basah saluran air atau penampang berisi air (merupakan faktor variabel yang harus dikelola) c = Keliling saluran air (merupa kan faktor variabel yang harus dikelola) i = Sudut penurunan dasar saluran air/ slope fall (m/m). Nilai idealnya 0,03-0,05. Artinya, penurunan dasar saluran air cm setiap 100 m panjang saluran air. Kemampuan sistem drainase untuk mengalirkan air dapat dihitung dengan dasar kecepatan air. Dalam sistem drainase yang baik, nilai kecepatan aliran air yaitu 0,3-0,8 m/detik. Kecepatan aliran ini cukup aman terhadap pengikisan dinding dan dasar saluran air. Ambang batas kecepatan minimal yaitu 0,1 m/detik, dimana air berpotensi tergenang. Prinsip dasar dari suatu sistem drainase yaitu menyekap air, ke mudian mengumpulkannya, dan 13 akhirnya dibuang keluar areal. Dengan demikian, drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi dan mengalirkan kelebihan air berdasar kan gaya berat. Merancang sistem drainase yang baik harus mengacu pada peta topografi dan bukan berdasarkan kondisi visual saja (sesuatu yang sering terjadi di perkebunan dan umumnya tidak efektif hasilnya). b. Teknik pembuatan saluran drai nase Kondisi kebun, afdelling/divisi, atau blok yang tergenang air baiknya secara permanen maupun temporer merupakan indikasi bahwa sistem drainase alamiah tidak mampu mengeluarkan kelebihan air dalam waktu 24 jam. Dalam kondisi seperti ini, mutlak diperlukan peningkatan kemampuan sistem drainase untuk mengeluarkan air keluar areal. Secara optimal, peningkatan ini dapat dilakukan dengan membuat saluran air. Pembuatan saluran air memerlukan perhitungan dan syarat teknis (spesifikasi) tertentu supaya tujuan nya dapat tercapai. Saluran air harus membentuk suatu jaringan dan saling bermuara secara bertingkat, dimana saluran drainase lapangan bermuara pada drainase pengumpul dan drainase pengumpul bermuara pada drainase pembuangan. Titik temu antara saluran air dibuat bersudut dan membentuk pola tulang ikan. Titik temu ini harus membelok ke arah aliran air dan tidak boleh tegak lurus. Disamping itu, titik temu juga harus berdiri sendiri (tunggal) sehingga mencegah terjadinya perputaran arus air/ turbulensi. Hal yang umum terjadi terdiri lebih dari 2 percabangan dan saling berhadapan. Penampang saluran air (nilai c dalam rumus Manning) harus semakin membesar pada daerah hilir karena sifat aliran air yang akan meng akumulasikan air di daerah hilirnya. Pembuatan penampang saluran air yang besarnya sama (dari hulu ke hilir) seperti yang lazim dilakukan di kebun dapat menyebabkan air meluap dan menggenang di daerah hilir. Pembuatan penampang saluran air harus semakin membesar sesuai dengan urutan drainase lapangan, pengumpul dan pembuangan. Penurunan sudut dasar saluran air (slope fall = i) sebaiknya dibuat cm per 100 m panjang saluran air (0,03-0,05 m/m). Jika penurunan sudut tersebut lebih curam misalnya karena pengaruh topografi maka sudut penurunan dapat diperkecil dengan mengikuti arah kontur. Saluran drainase lapangan yang berfungsi menyekap air, arahnya harus dibuat agak tegak lurus ter hadap penurunan topografi dengan panjang maksimum 60 m. Saluran drainase lapangan juga harus dibuat secara lurus dan dirawat supaya bebas gulma. Keberadaan gulma akan meng hambat kelancaran aliran air (mem perbesar nilai i dan mengecilkan nilai n dalam rumus Manning). Jika kondisi topografi tidak memung kinkan pembuatan saluran air yang lurus maka dapat dibuat belokan dalam bentuk busur lingkaran 221 14 dengan jari-jari 100 m. Untuk sistem drainase didaerah rendahan, saluran drainase pengumpul dapat dibuat dua buah berkeliling (membentuk kaki bukit) dan satu atau lebih ditengah (biasanya lurus). Saluran drainase lapangan dapat dihubung kan dengan saluran pengumpul yang ada di tengah dan/ atau saluran pengumpul yang melingkar. Seluruh saluran drainase pengumpul ini harus bermuara pada saluran pembuangan. Lihat Gambar Jembatan 1, Gorong-gorong dibangun dinding beton pada kedua sisi gorong-gorong. b. Dinding beton harus mencapai ujung aliran air hingga atas bagian gorong-gorong. Dinding ini dapat terdiri atas batu yang dimasukkan dalam keranjang atau jaring-jaring kawat, namun pada gorong- gorong permanen perlu dibangun beton konkret. Dinding ini umumnya dibangun menonjol hingga 20 cm di atas permukaan, yang dimaksudkan untuk men cegah erosi sekaligus sebagai tanda bagi kendaraan yang melewatinya. Gorong-gorong diperlukan untuk menyeberangi parit kecil atau saluran drainase kebun. Gorong-gorong yang lebih besar juga digunakan untuk tempat penyeberangan di sungai. Beton bertulang merupakan bahan gorong-gorong yang paling kuat dan tahan lama, umum digunakan pada perusahaan perkebunan karena mampu menahan beban kendaraan yang melewatinya. Pipa baja juga dapat digunakan, namun pipa baja ini umumnya digunakan untuk titik pe nyeberangan penting dan permanen. Terdapat lima pertimbangan penting dalam memasang gorong-gorong yaitu: a. Pipa-pipa yang cukup besar untuk menampung aliran air secara maksimum (tambahkan kapasitas air hingga 25 %). Untuk mengurangi kemungkinan ter sumbatnya saluran, sebaiknya digunakan satu pipa berukuran besar. Untuk mencegah erosi pada salah satu sisi goronggorong yang permanen, perlu 222 Gambar 6.7 Denah drainase c. Pemeriksaan secara rutin perlu dilakukan untuk melihat kemung kinan tersumbatnya goronggorong, khususnya selama musim penghujan. Jika dijumpai masalah pada waktu musim hujan, maka hal ini perlu ditandai pada peta kebun guna perbaikan selanjutnya d. Gorong-gorong perlu dipasang dengan cara sebagai berukut: 15 Dasar-gorong-gorong dibagian hulu (air masuk) sejajar dengan dasar aliran air. Dasar gorong-gorong di bagian hilir (air keluar) diatur mm dibawah permukaan tanah (dasar saluran) Bagian atas gorong-gorong harus berada di atas 50 cm di bawah permukaan jalan yang akan dibangun, dengan susunan 40 cm berupa tanah dan 10 cm berupa pasir dan batu untuk pengerasan jalan. Bagian atas dari pipa atau gorong-gorong jangan sampai menyembul ke permukaan tanah karena hal ini akan merusak ban kendaraan dan dapat menimbulkan kerusakan bangunan. Dasar gorong-gorong harus sejajar dengan kemiringan salur an air. Pemasangan konkret di bawah gorong-gorong kadang kadang diperlukan untuk men cegah erosi khususnya pada bagian air keluar. atau besi yang lebih parmanen. Jembatan kayu yang baik dapat bertahan hingga tahun. Konsultasi perlu dilakukan dengan tukang atau kontraktor jembatan yang berpengalaman untuk mem peroleh spesifikasi jembatan yang akan dibangun. Lokasi yang ideal untuk membangun jembatan adalah pada tempat dengan sungai yang menyempit, tanah pinggir sungai cukup kuat, dan permukaan air pada saat meluap berada beberapa meter di bawah jembatan yang akan dibangun e. Jika diperkirakan aliran air akan semakin meningkat pada masa mendatang, maka gorong-gorong sebaiknya diganti jembatan, sehingga mengurangi biaya per baikan gorong-gorong yang cu kup mahal. Lihat Gambar Jembatan Jembatan digunakan sebagai tempat penyeberangan pada sungai maupun saluran drainase yang lebar. Selama tahap pembangunan suatu kebun, jembatan dapat dibangun dari kayu yang ditebang pada saat penyiapan lahan. Pada tahap selanjutnya, jembatan kayu diganti dengan beton Gambar 6.8 Penampang Melintang Pemasangan Goronggorong Jembatan dengan lebar kurang dari 6 m dapat dibangun secara kuat. Tambahan penyangga di bawah mungkin diperlukan, tergantung pada panjang jembatan dan ukuran tulangtulang konstruksi jembatan. Jembatan dengan panjang lebih dari 6 m harus dirancang dan dibangun 223 16 dengan menggunakan beton dan baja. Dasar pondasi harus dibangun secara tepat untuk mencegah runtuhnya jembatan. Pondasi biasa nya dipanjangkan 3-4 m ke tunggul sungai, diisi dengan batu dan diperkuat dengan beton atau jaring kawat berisi batu. Penyangga ke rangka jembatan yang lurus dan kuat harus diletakkan secara tepat dan kokoh pada dasar pondasi Dasar pondasi jembatan harus diperkuat dengan jaring-jaring kawat atau beton pada kedua sisi jembatan untuk mengurangi pengaruh hantam an air dan menghindari terjadinya erosi yang dapat terjadi di bawah pondasi jembatan. Kayu bantalan jembatan disusun dengan jarak teratur pada dasar jembatan. Bantalan ganda dipasang di bawah roda kendaraan, dipaku atau disekrup pada dasar jembatan. lebih tinggi dari permukaan jalan. Hal ini sebagai antisipasi pengerasan jalan di masa mendatang. Lihat Gambar 6.9. Jika jembatan terpaksa dipasang pada belokan, maka papan pada permukaan jembatan diusahakan selalu tegak lurus terhadap arah jalan. Lebar jembatan agar di sesuaikan dengan belokan sehingga kendaraan besar dapat berbelok dengan mudah. Spesifikasi minimum terhadap kayu yang digunakan pada jembatan dengan lebar 3,2 m yang dilengkapi 6 kayu kerangka dasar dengan daya tahan 10 ton yaitu dikemukakan pada Tabel 19. Permukaan jembatan tersusun atas papan kayu dengan lebar 150 mm dan tebal 50 mm. Permukaan jembatan dipaku pada bantalan jembatan, disusun dengan jarak antar papan 15 mm sebagai tempat kerikil, tanah, dan air hujan lolos ke bawah. Dengan demikian permukaan jembatan akan selalu bersih. Permukaan jembatan jangan sampai ditutup dengan tanah atau batu kerikil karena hal ini akan menyebab kan kayu cepat membusuk serta menyulitkan pemeriksaan terhadap kerusakan pada jembatan. Sepasang papan kayu tambahan sebaiknya dipasang pada jalur yang akan dilalui roda kendaraan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahan an jembatan. Pembangunan suatu jembatan harus lurus dengan jalan dan permukaannya terletak 10 cm 224 Gambar 6.9 Jembatan Spesifikasi minimum terhadap kayu yang digunakan pada jembatan dengan lebar 3,2 m yang dilengkapi 4 kerangka baja dengan daya tahan 10 ton dikemukakan seperti pada Tabel 20. Spesifikasi minimum terhadap kayu yang digunakan pada jembatan dengan lebar 3,2 m yang dilengkapi 17 4 kerangka baja dengan daya tahan 10 ton dikemukakan seperti pada Tabel Konservasi Lahan Konservasi lahan merupakan upaya penggunaan setiap bidang tanah dengan cara sesuai kemampuan tanah tersebut dan memperlakukan nya sesuai syarat-syarat yang diperlukan sehingga lahan dapat digunakan secara lestari. Konservasi lahan diperlukan dalam budidaya tanaman perkebunan karena curah hujan tidak dapat seluruhnya masuk ke dalam tanah. Namun, sebagian air hujan justru mengalir di atas permukaan tanah dan menyebabkan erosi. Erosi adalah pemindahan atau pengangkutan tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih rendah melalui media air atau angin. Di daerah tropis basah, media penyebab erosi yang umum adalah air. Erosi dianggap sebagai penyebab kerusakan tanah yang utama karena melalui proses ini kerusakan tanah dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, bergantung pada besar dan kekuatan media pengang kut tanah. Erosi yang terjadi di areal perkebunan, dapat menyebab kan hilangnya lapisan tanah permukaan yang subur dan diganti dengan munculnya lapisan tanah bawah yang relatif kurang subur. Kurang suburnya tanah di lapisan bawah antara lain disebabkan oleh tanah lebih mampat, kadar bahan organik sangat rendah, hara tanah yang berasal dari hasil penguraian seresah tanaman adalah rendah. Karena itu, erosi merupakan faktor utama penyebab terjadinya proses degradasi/ kerusakan lahan per tanian /perkebunan di daerah tropika basah. Akibat erosi, daya dukung tanah untuk pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal atau bahkan berakibat kematian pada tanaman. Tabel 19. Ukuran Kerangka Kayu Jembatan Panjang (m) Bagian Ukuran (mm) < 3 Empat persegi 250 x 150 panjang Persegi 220 x 220 panjang Bulat 260 (diameter) 3,0-4,5 Empat persegi 300 x 150 panjang Persegi 250 x 250 panjang Bulat 300 (diameter) 4,5-6,0 Empat persegi 400 x 200 panjang Persegi 300 x 300 panjang Bulat 400 (diameter) Pertanaman dengan tajuk yang rapat dan ditumbuhi tanaman penutup tanah, tingkat erosinya relatif kecil karena jatuhnya curah hujan tertahan oleh tajuk tanaman dan tanaman penutup tanah. Akibatnya, agregat tanah permuka an tidak hancur dan terangkut oleh aliran permukaan. 225 18 Di samping itu, adanya penutupan lahan bisa menambah suplai bahan organik yang berasal dari seresah tanaman dan dekomposisi bagian tanaman yang telah mati. Sistem perakaran yang telah mati dan terdekomposisi bisa meninggalkan saluran-saluran air di dalam tanah. Adanya saluran air ini akan me ningkatkan kapasitas infiltrasi tanah. Tujuan konservasi lahan adalah: Mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran permukaan sekaligus memelihara sumber air dan kelestarian fungsinya Memperbaiki tanah rusak atau kritis Memulihkan dan mempertahan kan kesuburan tanah Mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapai produksi yang setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas (lestari) Mempertahankan kemampuan daya dukung lahan dan ling kungannya dalam fungsi ling kungan hidup Meningkatkan produktivitas la han usahatani sehingga me nunjang peningkatan produksi dan pendapatan Ada beberapa metode dalam penanganan konservasi lahan seperti: Secara agronomi yaitu meliputi metode TOT (tanpa olah tanah), pengolahan tanah minimum (minimum tillage), penanaman berdasarkan kontur, penggunaan mulsa, pergiliran tanaman (crop rotation), pengelolaan residu tanaman. Secara vegetatif yaitu berupa agroforestry, alley cropping, penanaman tanaman penutup tanah (kacang-kacangan/rumput) 226 Secara struktur/ konstruksi yaitu bangunan konservasi seperti teras, tanggul, cek dam. Tabel 20. Kerangka Baja Panjang (m) Baja (kg/m) Ukuran (mm) < x 150 3,0-4, x 220 4,5-6, x 150 Pembahasan metode konservasi akan dibatasi pada pembuatan teras dan penanaman tanaman penutup tanah, karena kegiatan ini banyak dilakukan di lahan perkebunan. 1. Pembuatan Teras Teras merupakan tanggul yang ber kesinambungan yang memotong lereng bukit dan dibangun sepanjang kontur. Teras dibangun untuk menye diakan tempat penanaman yang baik, memudahkan akses untuk memelihara dan melakukan panen, Ada tiga jenis teras yang selama ini dikenal yaitu teras bangku, teras gulud, dan teras individu. Teras tersebut dibuat searah dengan garis kontur, agar aliran air di dalam teras tidak deras. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik lokasi atau tempat yang memiliki ketinggian sama. Jenis teras yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi lahan, kemiringan lahan, kedalaman efektif tanah, dan kepekaan tanah terhadap erosi. Di lahan miring, pergerakan air akan semakin cepat, volume air mengalir di atas permukaan tanah semakin besar sehingga kekuatan merusak 19 semakin besar. Akibatnya, sering terjadi erosi. Untuk mengatasi keadaan ini, sebaiknya lahan dibuat teras yang secara efektif mampu menekan kecepatan aliran air sekaligus memberikan peluang peresapan air hujan ke dalam tanah. Bentuk teras yang tahan terhadap kecepatan aliran yang deras dan memperbesar peresapan air ke dalam tanah adalah teras bangku, kemudian disusul teras gulud dan teras individu. Manfaat teras adalah: a. Memperpendek panjang lereng dan menurunkan kemiringan lereng. b. Memperlambat laju aliran per mukaan dan menyalurkannya dengan kekuatan yang tidak merusak c. Meningkatkan laju infiltrasi air ke dalam tanah d. Mencegah akumulasi air hujan dan aliran permukaan yang dapat mengalir dengan kekuatan yang merusak e. Mempermudah penglolaan tanah dan pertanaman f. Teras seharusnya tidak dibuat pada areal yang sangat curam (>40 ) karena: Teras akan rentan terhadap longsor dan erosi Pemeliharaan dan panen sulit dilakukan Kerapatan yang tepat akan sulit sekali dicapai Pemeliharaan jalan dan ja ringan drainase akan sangat mahal Pengelolaan dan pengawas an akan menjadi sulit Pengembangan areal ter sebut merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab dari segi lingkungan a. Teras bangku Teras bangku adalah teras yang dibuat memotong lereng dan me ratakan tanah dibagian bawah, se hingga membentuk susunan seperti tangga. Teras bangku tidak dianjur kan untuk tanah-tanah yang mudah longsor, jeluk tanahnya dangkal, atau lapisan tanah bawah mengandung unsur yang tersedia berlebihan dan dapat meracuni tanaman. Teras bangku perlu dibuat sedikit miring ke dalam sehingga bibir teras sedikit lebih tinggi daripada dalam teras. Tujuannya, agar aliran permukaan memiliki peluang lebih besar untuk meresap kedalam tanah. Tebing teras dapat diperkuat dengan rerumputan atau tanaman merambat lain. Bibir teras juga dapat ditanami dengan tanaman penguat teras untuk memperkuat teras dari kemungkinan longsor. Saluran drainase di lahan dengan teras bangku dibuat bukan di pinggir teras, tepat di bawah tebing teras di atasnya. Gambar b. Teras gulud Teras gulud dibuat dengan me motong lereng sesuai dengan kontur dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air. Teras gulud sebaik nya dibuat di lahan yang kedalaman tanahnya dangkal dan kemiringan lahan kurang dari 15 persen. Kondisi lahan dengan kedalaman tanahnya dangkal, tidak mungkin dibuat teras bangku karena teras 227 20 bangku cenderung akan memper dangkal kedalaman efektif tanah. Akibatnya, daerah perakaran minimal yang diperlukan tanaman utama untuk tumbuh normal tidak terpenuhi. Kedalaman efektif minimal untuk tanaman utama dewasa adalah 60 cm. Saluran drainase di lahan dengan teras gulud dibuat di pinggir teras, di sebelah dalam guludan. Lihat Gambar c. Teras individu Teras individu adalah teras yang dibuat dengan meratakan tanah di sekitar pokok tanaman dengan garis tengah 1-1,5 meter. Contoh di areal kelapa sawit, teras tapak kuda adalah teras individu yang memotong lereng. Teras individu menyediakan tempat penanaman yang baik tetapi tidak bersambung, dan memudahkan akses pemeliharaan dan panen pada lahan miring dengan ukuran mi nimum 3 x 3 meter. Teras individu merupakan satusatunya teras yang dapat dibuat di lahan yang kemiringannya lebih dari 40 persen. Piringan teras perlu dibuat sedikit miring ke dalam seperti pada teras bangku. Pemilihan bentuk teras harus tetap memperhatikan kesesuaian jeluk efektif yang tersisa bagi tanaman utama. Pembuatan teras dilahan yang tanahnya peka terhadap erosi mempertimbangkan efektivitasnya dalam menekan volume dan ke cepatan aliran air permukaan. Selain membuat teras, aliran per mukaan di lahan yang agregat tanahnya mudah hancur bisa di perkecil dengan menanam tanaman penutup tanah. 228 Gambar 6.10 Teras Bangku Gambar 6.11 Teras gulud Adanya tanaman penutup tanah bisa menyebabkan agregat tanah menjadi lebih stabil, tidak mudah hancur, serta tidak mudah terangkut aliran air di atas permukaan tanah. Lihat Gambar Penutup Tanah Penanaman merupakan aktivitas utama yang menentukan tingkat keberhasilan usaha suatu perkebun an. Aktivitas yang dilakukan yaitu pe nanaman kacang- kacangan sebagai penutup tanah untuk mempersiapkan kondisi yang kondusif bagi penanam an tanaman utama sehingga tidak ada yang mati dan mampu meng 21 hasilkan produksi seperti yang direncanakan. Penanaman tanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah sehingga pertum buhan gulma dapat ditekan dan me ngurangi kompetisi hara dengan ta naman utama. Kacang- kacangan dibutuhkan oleh tanaman utama karena berfungsi menghasilkan bahan organik, di samping dapat mengikat unsur nitro gen dari udara. Tumbuhan penutup tanah dari jenis kacang-kacangan yang sering di gunakan dan ditanam di perkebunan yaitu: Calopogonium caerulium (CC) Pueraria javanica (PJ), Calopogonium mucunoides (CM) Centrosema pubescens (CP) Centrosema plumieri (CP), Mucuna cochinchinensis (MC) Mucuna bracteata (MB). Manfaat tanaman penutup tanah dalam pengusahaan tanaman di perkebunan yaitu sebagai berikut: Menambah bahan organik se hingga memperbaiki struktur tanah Memperbaiki status hara tanah, terutama nitrogen Memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan) Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, ter utama pada tanah yang curam Mengurangi biaya pengendalian gulma Mendorong pertumbuhan tanam an dan meningkatkan produksi Gambar Teras Individu/ Tapak Kuda 3. Konsep Tanah Perawan Ekshutan Tanah perawan ekshutan biasanya dicirikan dengan tebalnya mulsa yang ada dan rendahnya kadar humus yang umumnya hanya terbatas pada lapisan top soil yang tipis (sekitar 5 cm). Oleh karena itu, tidak benar bila tanah perawan ekshutan merupakan tanah yang subur dan tidak memerlukan pe mupukan lagi. Tanah perawan mempunyai ka pasitas tukar kation (KTK) yang rendah (8-16 meq), terutama disebab kan oleh rendahnya kandungan partikel liat dan humus. Kondisi ini juga menyebabkan unsur hara yang terjerap (adsorbed) oleh partikel liat dan humus yang akhirnya me rupakan sumber hara tersedia bagi tanaman juga lebih sedikit. Memperbaiki kondisi tanah perawan memerlukan penanganan khusus, terutama untuk mempercepat proses biologi dalam tanah sehingga nilai KTK dapat ditingkatkan. Meningkat 229 22 kan nilai KTK pada kondisi ini hanya dapat dilakukan dengan penambah an humus, karena partikel liat merupakan faktor alami yang tidak dapat diubah. Penambahan bahan organik untuk menaikkan kadar humus di per kebunan dapat dilakukan dengan praktik konservasi tanah yang tepat dan penanaman kacang-kacangan penutup tanah, Kacang- kacangan Calopogonium caerulium (CC) di Sumetara utara dapat memberikan bahan organik dalam bentuk daun kering sebanyak kurang lebih 1,5 ton/ha/tahun pada umur 3 tahun. Sementara, di Malaysia, kacang-kacangan CC dapat memberikan rata-rata 7,15 ton/ha pada umur 20 bulan setelah tanam. Kebijakan untuk membangun tanaman penutup tanah sebaiknya dilakukan sejak awal penanaman tanaman utama, karena selain dapat meningkatkan kadar humus, juga akan mempercepat proses biologi tanah. 4. Persiapan Tanam Tanaman Penu tup Tanah Pekerjaan penting yang harus dilaku kan dalam persiapan tanam kacangkacangan adalah sebagai berikut: a. Eradikasi Gulma Selama pekerjaan perun/ rumpuk, regenerasi gulma biasanya akan terjadi dan hal ini harus dibersihkan, baik secara manual maupun kimia.. Kecepatan regenerasi gulma sangat tergantung pada distribusi curah hujan setelah rumpuk mekanis, tetapi secara umum eradikasi biasanya mulai dilakukan 4-5 minggu setelah rumpuk mekanis. 230 Untuk memudahkan pemberantasan gulma maka sebelum memulai pengendalian gulma, pekerjaan me mancang harus sudah selesai dilakukan. Eradikasi gulma biasanya dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap penyemprotan herbisida pada se luruh areal dan dilanjutkan dengan membongkar anak kayu pada selang 1-2 minggu kemudian. Pekerjaan eradikasi gulma ini dapat dilakukan tanpa menunggu seluruh pekerjaan perun/ rumpuk selesai dilakukan sehingga penanaman kacang-kacangan dapat lebih cepat dilakukan. Kebutuhan tenaga kerja untuk era dikasi gulma sangat tergantung pada laju regenerasi gulma di lapangan dan komposisi gulma yang tumbuh, misalnya perbandingan antara jenis gulma yang dapat mati bila disemprot herbisida dengan jenis gulma ber kayu yang harus dikendalikan secara manual. Untuk eradikasi secara kimia dan manual, unsur utama yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut: Mempersiapkan bahan (herbisi da) dan peralatan (sprayer gendong, cangkul, dan lain-lain) Membuat batas areal yang akan ditanami kacang-kacangan pada suatu periode tertentu sehingga pengendalian gulma dapat dilaku kan secara tuntas pada areal tersebut Melakukan organisasi pekerjaan semprot dan bongkar tumbuhan pengganggu Mempersiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap fase pekerjaan. 23 b. Mempersiapkan benih dan/atau bibit kacang- kacangan Beberapa jenis benih kacang- kacang an, dikenal adanya sifat dormansi sehingga benih tersebut harus di persiapkan dengan cara-cara khusus untuk meningkatkan daya tumbuhnya di lapangan. Kacang-kacangan yang ditanam ter diri dari campuran 6 kg PJ/ha, 3 kg CM/ha, dan 0,5 kg CC/ha. Untuk memperoleh kacang-kacangan yang mempunyai daya tahan di lapangan yang lebih lama, sebaiknya dilakukan penambahan benih MC 2 kg/ha. Pemberian CP dapat dikurangi atau ditiadakan. Kacang-kacangan MB biasanya akan lebih vigor dan pertumbuhannya cepat bila ditanam melalui stek. Tingkat pemberian campuran benih kacang-kacangan sebanyak 9,5 kg/ ha merupakan nilai baku untuk benih kacang-kacangan yang ber mutu baik (daya kecambah 75 per sen). Jika daya kecambah benih kurang 75 persen maka tingkat pem berian benih kacang- kacangan harus diperhitungkan dengan nilai baku [(100: % daya kecambah) x 9,5 kg] Perlakuan benih kacang-kacangan (seed treatment) untuk meningkatkan hasil dan mempercepat per kecambahan dapat dilakukan dengan perendaman dalam air panas bertemperatur 75 C selama dua jam. Setelah air menjadi dingin, benih diangkat dan disimpan selama satu malam. Penanaman kacang-kacangan dapat dilakukan pada esok harinya. Perlakuan benih tersebut hanya dianjurkan untuk penanaman pada musim hujan. Hal ini karena biji yang sudah diberi perlakuan berkecambah akan mengalami kekeringan dan mudah mati jika curah hujan tidak memadai. Perlakuan benih dapat juga dilaku kan dengan membasahi benih kacang-kacangan dengan asam sulfat (H 2 SO 4 ) 98 % selama 15 menit. Setelah perlakuan, benih dicuci dengan air untuk membuang sisa-sisa asam dan direndam dengan air dingin selama satu malam. Benih siap ditanam pada esok harinya. Keperluan asam sulfat untuk perlakuan ini sebanyak cc/kg benih kacang-kacangan. Inokulasi bakteri Rhizobium untuk meningkatkan daya fiksasi nitrogen pada kacang-kacangan yang akan ditanam dapat dilakukan dengan mencampur Rhizobium kompos.. Untuk 10 kg campuran benih kacangkacangan, dapat dipakai 10 g Rhizobium kompos yang dilarutkan dalam 0,25 liter air. Campuran benih kacang-kacangan ini diaduk dengan larutan Rhizobium hingga merata dan semua benih basah. Benih yang telah diinokulasi ini dikeringkan dalam ruangan yang sejuk. Untuk memudahkan penanaman di lapang an, 1 kg benih dicampur dengan 2 liter pasir. Proses inokulasi kacangkacangan dengan bakteri Rhizobium) c. Bibit kacang-kacangan Mucuna bracteata (MB) sebagai tanaman penutup tanah mempunyai keunggulan dari pada jenis kacangkacangan lain. Hal ini karena MB 231