Halaman I-1
31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di lingkungan Kementerian
Perhubungan mengamanatkan adanya pelaksanaan Studi Kelayakan sebagai salah satu syarat
pembangunan suatu infrastruktur transportasi, termasuk dalam hal ini pelabuhan.
Dalam rangka mempersiapkan pembangunan pelabuhan yang baik dan memenuhi syarat untuk
operasional kapal‐kapal dengan selamat, aman dan lancar, maka Dinas Perhubungan perlu
mengadakan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Rakyat.
Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Rakyat bertujuan untuk mengetahui layak
atau tidak dibangunnya suatu Pelabuhan Rakyat di lokasi studi terpilih berdasarkan aspek tata
ruang, sosial, ekonomi, finansial, lingkungan, dan teknis pelabuhan. Kegiatan ini merupakan
suatu penilaian (appraisal) guna mengetahui kelayakan suatu lokasi untuk dilaksanakan
pembangunan fasilitas pelabuhan di atasnya.
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra‐desain dalam studi
perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana Induk Pelabuhan dan
Studi Lingkungan maupun dokumen‐dokumen studi Survei, Investigasi dan Rancangan Dasar
maupun Rancangan Rinci yang merupakan tahapan desain dalam pembangunan pelabuhan. Dan
kajian ini dibutuhkan bagi proses Pembangunan Pelabuhan Rakyat di Kecamatan Aru Sir-Sir di
Tahun 2018 yang telah direncanakan.
Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para pelaksanan studi lanjutan
maupun pelaksanan pembangunan serta para pengambil kebijakan. Dalam skala yang lebih
besar, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat sekitar dan para pelaku usaha
dari dampak yang mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan suatu pelabuhan. Hal ini
mengingat untuk dapat dianggap layak, suatu lokasi pembangunan pelabuhan harus memenuhi
berbagai kriteria pada aspek‐aspek berikut ini:
a. kelayakan teknis;
b. kelayakan ekonomi dan finansial;
c. kelayakanlingkungan;
d. pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah;
e. keterpaduan intra-dan antarmoda;
f. adanya aksesibilitas terhadap hinterland;
g. keamanan dan keselamatan pelayaran; dan
h. aspek tata ruang.
Halaman I-2
1.2 Dasar Hukum
Landasan hukum pelaksanaan kegiatan penyusunan studi kelayakan dalam rangka
pembangunan Pelabuhan Rakyat ini adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
b. Undang‐undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011;
f. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
beserta Perubahannya;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupatendan Kota;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
i. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP);
j. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di
Laut;
k. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 58 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan;
l. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Rakyat;
m. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan dan
Penundaan Kapal;
n. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 130 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 Tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan;
o. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran di
Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan;
Halaman I-3
1.3 Maksud dan Tujuan
Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Rakyat bertujuan untuk mengetahui layak
atau tidak dibangunnya suatu Pelabuhan Rakyat di lokasi studi terpilih berdasarkan aspek tata
ruang, sosial, ekonomi, finansial, lingkungan, dan teknis pelabuhan. Kegiatan ini merupakan
suatu penilaian (appraisal) guna mengetahui kelayakan suatu lokasi untuk dilaksanakan
pembangunan fasilitas pelabuhan di atasnya.
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang merupakan bagian dari tahap pra‐desain dalam studi
perencanaan, selanjutnya dapat disusun studi lanjutan berupa Rencana Induk Pelabuhan dan
Rancangan Dasar maupun Rancangan Rinci yang merupakan tahapan desain dalam
pembangunan pelabuhan.
Halaman I-4
Gambar 1.1 Lokasi Kajian
A. Survey Primer
Langkah pengambilan data primer yaitu dilakukan untuk pengambilan data eksisting mengenai
kondisi Teknis penunjang pembangunan pelabuhan:
a. Kondisi Topografi
Pengukuran Topografi dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana pelabuhan serta
bertujuan untuk melakukan pengukuran untuk memperoleh data kontur tanah pada sisi
Halaman I-5
darat di areal rencana dan lahan- lahan disekitarnya yang berbatasan langsung, serta
memasang titik-titik acuan. Survey topografi diawali dengan pemasangan titik kontrol
pengukuran berupa sepasang bench mark (BM) yang masing-masing BM terpasang
saling terlihat satu sama lain. BM digunakan sebagai titik ikat dalam pengukuran dan
perhitungan poligon, detail situasi dan stacking out. Bench Mark (BM) dibuat 2 buah di
tiap alternatif lokasi. Luas area survey Topografi disesuaikan dengan hierarki pelabuhan.
Untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul luas areanya >5 Ha, pelabuhan
pengumpan regional seluas 3-5 Ha, sedangkan pelabuhan pengumpan lokal seluas 3 Ha.
b. Survey Bathymetri
Pengukuran Bathymetri dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana lokasi dan bertujuan
untuk mendapatkan peta situasi wilayah perairan pada lokasi rencana pembangunan
pelabuhan. Survey bathymetri mencakup kerapatan, kedalaman yang diukur sampai
batas dari alur pelayaran masuk. Luas area survey minimal 50 Ha di setiap alternatif lokasi
dengan interval 50 meter. Apabila terdapat indikasi rintangan navigasi, interval dibuat
lebih rapat.
c. Survey Hidrooseanografi
1) Pengamatan Pasang Surut
a. Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk menentukan
kedudukan air tertinggi, duduk tengah dan air terendah yang dicapai maupun
kedudukan LWS;
b. Survey dilakukan pada setiap lokasi alternatif (maksimal 3);
c. Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15 hari
secara terus menerus dengan pencatatan hasil pengamatan setiap1 (satu) jam.
2) Survey Bathimetri
Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 titik. Posisi
pengamatan pada kedalaman 0,2d; 0,6d; 0,8d dari permukaan air. Waktu pengamatan
25 jam terus menerus dengan interval 60 menit. Dilakukan pada saat springtide dan
neaptide pada bulan yang sama.
d. Survey Hidrooseanografi
Halaman I-6
Survey lapangan untuk permintaan jasa angkutan laut dilakukan bila tidak tersedia data
operasional yang memadai untuk dijadikan bahan analisis kebutuhan
pembangunan/pengembangan fasilitas pelabuhan. Survey ini berupa pengumpulan data
yang meliputi:
Rona Awal Lingkungan didapatkan melalui observasi dan pengamatan secara visual di
lapangan. Dari hasil observasi dan pengamatan secara visual didapatkan data terkait rona
lingkungan. Pada tahap ini dilakukan juga pengujian terhadap sample sedimen layang.
B. Survey Sekunder
Data survey diperoleh dari data-data dan literatur yang ada di instansi terkait serta buku-buku
yang kaitannya dengan survey sekunder itu sendiri. Untuk memperoleh data yang benar-benar
akurat sekurang-kurangnya dalam lima tahun terakhir.
Fungsi penataan ruang suatu kawasan dan kawasan-kawasan lain di sekitarnya merupakan suatu
input utama timbulnya pergerakan dari atau menuju kawasan tersebut. Perkembangan atau
perubahan tata ruang dapat menghasilkan potensi pergerakan yang lebih besar atau lebih
rendah sesuai rancangan peruntukannya. Semakin besar intensitas ekonomi suatu wilayah akibat
adanya perubahan tata ruang maka semakin besar pula bangkitan dan tarikan yang dihasilkan
oleh wilayah tersebut. Bangkitan dan tarikan tersebut akan menghasilkan suatu distribusi
Halaman I-7
pergerakan dari dan ke wilayah-wilayah lain yang mempunyai hubungan ekonomi dengan
wilayah tersebut.
Hambatan ruang merupakan suatu masalah besar dalam menghubungkan pergerakan ruang dan
aktifitas tersebut. Salah satu solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi hambatan ruang tersebut
adalah ketersediaan prasarana transportasi yang memadai. Perbedaan ruang, hambatan antar
ruang, perbedaan waktu dan jarak dapat diatasi dengan penyediaan prasarana transportasi yang
sesuai dengan jenis moda (sarana) transportasi tertentu. Sebagai titik simpul moda transportasi
laut, pelabuhan merupakan prasarana transportasi yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan
pergerakan barang dan penumpang dalam jumlah besar melewati suatu wilayah laut dan
perairan
Analisa struktur ruang dari suatu pelabuhan akan melibatkan penataan pada struktur ruang
pelabuhan, penataan ruang kawasan pelabuhan dan optimalisasi lahan. Fungsi kegiatan dan
fungsi masing-masing bagian yang mendukung kelancaran kegiatan pelabuhan perlu
diperhitungkan sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan dan meminimalkan dampak
lingkungan dan sosial terhadap wilayah sekitar pelabuhan.
Hasil analisis tata ruang dapat memberikan arahan terhadap pola penataan pengembangan
kawasan pelabuhan pada wilayah studi dengan tujuan meminimalisir dampak lingkungan yang
negatif, baik dalam aspek lingkungan fisik, sosial, maupun dampak negatif dari sisi ekonomi.
Lingkup kegiatan ini merupakan pendalaman terhadap potensi daerah hinterland yang akan
dipengaruhi oleh prospek potensi pelabuhan yang akan dibangun, ditinjau dari berbagai aspek
antara lain dari aspek potensi daerahnya, komoditas unggulan, karakteristik dan pola
perdagangan komoditas, pergerakan barang dan penumpang, kebijakan pemerintah di bidang
transportasi laut dan pertumbuhan ekonomi kawasan.
Dalam kegiatan ini dilakukan proses identifikasi dan peramalan semua faktor-faktor di atas yang
diperkirakan memiliki kaitan dengan potensi pergerakan kargo/penumpang dari wilayah studi.
Proses peramalan dilakukan dengan menggunakan pendekatan dan metode ilmiah.
Dalam lingkup kegiatan ini dilakukan analisis proyeksi terhadap pola pergerakan arus lalu lintas
barang dan penumpang, baik arus penumpang dan barang yang masuk maupun yang keluar
Halaman I-8
wilayah studi. Proses peramalan bangkitan pergerakan barang/penumpang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan dan metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti
analisis regresi tunggal atau berganda, analisis multi faktor, analisis multi kriteria, model sistem
dinamis, model simulasi, dan lain-lain. peramalan pola pergerakan barang/penumpang
memperhitungkan semua faktor sosial-ekonomi yang membangkitkan maupun yang
menghambat pertumbuhan trafik yang dimodelkan.
Sebagai tindak lanjut dari analisis potensi serta peluang ekonomi wilayah dan pola pergerakan
barang dan penumpang, diperlukan analisis perkiraan kebutuhan fasilitas yang harus
dipersiapkan dalam memenuhi kebutuhan permintaan jasa kepelabuhanan tersebut beserta
penyusunan rancang bangun fasilitas pelabuhan laut yang optimal.
Kesimpulan akhir dari hasil kajian teknis ini akan dituangkan dalam bentuk gambar disain teknis
rencana pelabuhan pada lokasi studi disesuaikan menurut kondisi wilayah lokasi studi dan kondisi
potensi lingkungan fisik, sosial dan ekonomi wilayah.
Aspek kelayakan teknis berfungsi untuk melihat kondisi dan kapasitas daratan serta perairan
(alur dan kolam), bathimetri/kedalaman perairan, kecepatan dan arah angin (wind rose),
karakteristik gelombang, karakteristik pasang surut dan arus, tingkat erosi dan abrasi serta laju
pengendapan (sedimentasi), kondisi lapisan tanah, luas daratan dan topografi.
Untuk mendukung kegiatan kepelabuhanan yang berkelanjutan dalam satu kesatuan sistem
kepelabuhanan, harus mensinergikan kondisi dan kapasitas alamiah yang ada dikaitkan dengan
indikasi kebutuhan kegiatan kepelabuhanan di masa mendatang (kebutuhan ruang daratan dan
perairan), kesesuaian rencana lokasi kegiatan kepelabuhanan dengan kegiatan kepelabuhanan
yang ada (terminal khusus dan pelabuhan umum) sehingga tidak saling merugikan tetapi saling
mendukung perkembangan dan pembangunannya.
Berdasarkan analisis terhadap data-data yang relevan terhadap pengembangan suatu
pelabuhan, akan memberikan arahan teknis terhadap suatu rencana pembangunan pelabuhan
baik menurut kapasitasnya maupun jenis pelabuhan yang akan dikembangkan.
Halaman I-9
F. Analisis Kelayakan ekonomi Terhadap Wilayah Studi
Analisis kelayakan finansial diperlukan untuk melihat apakah rencana investasi suatu proyek
kawasan pelabuhan secara finansial cukup layak atau menguntungkan.
Kelayakan finansial ditentukan dengan sekurang-kurangnya memperhitungkan Net Present Value
(NPV) dan Financial Internal Rate of Return (FIRR) dari kebutuhan investasi pembangunan dan
operasional pelabuhan dibandingkan pendapatan (revenue) yang akan diperoleh.
Halaman I-10
Bab ini membahas mengenai data hasil survey lapangan/ survey primer seperti Topo-
Bathimeteri, Topografi, kondisi pasang surut, kondisi arus dan gelombang, data hasil
kuesioner dan wawancara, data rona awal lingkungan, kondisi pelabuhan sekitar lokasi
studi, data operasional pelabuhan dan data SBNP pelabuhan.
BAB V PEMILIHAN LOKASI ALTERNATIF PELABUHAN
Bab ini menyajikan tentang usulan letak dan kriteria-kriteria perencanaan pembangunan
pelabuhan sesuai dengan yang diarahkan dalam KAK.
BAB VI ANALISIS AWAL KELAYAKAN PELABUHAN
bab ini menganalisis awal prakiraan kelayakan pelabuhan menguraikan tentang metode
analisis dan asumsi yang digunakan untuk kelayakan pelabuhan.
BAB VII IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
Pada Bab ini akan menjelaskan mengenai penelaahan terhadap lingkungan yang
diakibatkan oleh penyelenggaraan pelabuhan.
Halaman I-11
Contents
1 ..................................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Dasar Hukum ....................................................................................................................... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ............................................................................................................. 4
1.4 Lokasi Pekerjaan .................................................................................................................. 4
1.5 Lingkup Pekerjaan ............................................................................................................... 5
1.5.1 Lingkup pengumpulan data ......................................................................................... 5
1.5.2 Ruang Lingkup Analisis Data ........................................................................................ 7
1.6 Sistematika Laporan .......................................................................................................... 10
Halaman I-12