(RENSTRA)
Segala Puji Syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kota Bogor Tahun 2015-2019.
Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Bogor Tahun 2015-2019 mengacu kepada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Kota Bogor Tahun 2015-2019 dan
Rencana Nasional Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Tahun 2015-2019.
Penyusunan Renstra Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kota Bogor Tahun 2015-2019 dilaksanakan sebagai bahan pelaksanaan program
dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor dalam mendukung serta mendorong Visi dan
Misi Pemerintah Kota Bogor.
Semoga Renstra ini dapat mendorong terlaksananya penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Kota Bogor secara terarah, terkoordinasi dan terpadu
sebagaimana diamanatkan oleh tujuan penanggulangan bencana Pasal 4 UU No.
24 tahun 2007.
i
DAFTAR ISI
Hal.
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Bagan iii
Daftar Tabel iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Landasan Hukum 3
1.3 Maksud dan Tujuan 5
1.4 Kedudukan Renstra BPBD
Kota Bogor Tahun 2015 – 2019 6
1.5 Sistematika Penulisan Renstra 7
ii
DAFTAR BAGAN
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta
berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Sementara Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 272 ayat (3)
menekankan bahwa pencapaian sasaran, program, dan kegiatan pembangunan
dalam rencana strategis perangkat daerah diselaraskan dengan pencapaian
sasaran, program, dan kegiatan pembangunan yang ditetapkan dalam rencana
strategis kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian untuk tercapainya
sasaran pembangunan nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penyusunan Renstra
Perangkat Daerah selain berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor Tahun 2015-2019, BPBD Kota Bogor juga
mengacu pada Rencana Nasional Penanggulangan Bencana Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2015-2019. BNPB adalah lembaga
pemerintah non departemen yang diberi amanah oleh presiden dalam
mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh lingkup nasional.
Selanjutnya perlu dipahami bersama bahwa Kota Bogor adalah salah satu
wilayah di Provinsi Jawa Barat yang masuk kategori rawan bencana. Hal ini termuat
dalam RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 dan menjadi salah satu isu strategis
yang perlu mendapat perhatian serius. Secara jelas RPJMD menyebutkan bahwa di
wilayah Kota Bogor sedikitnya terdapat 32 titik rawan bencana alam yang terdiri atas
daerah rawan longsor dan banjir yang tersebar di 6 wilayah kecamatan se-Kota
Bogor. Pada tahun 2014 tercatat lebih dari 40 peristiwa tanah longsor terjadi di
berbagai lokasi di Kota Bogor, dalam skala kecil hingga besar. Di Kecamatan Bogor
Selatan, terdapat 39 titik rawan longsor pada 11 kelurahan, meliputi Kelurahan
Cikaret, Empang, Bondongan, Batutulis, Pamoyanan, Cipaku, Genteng, Muarasari,
Lawanggintung, Harjasari, Rancamaya, Bojongkerta, Mulyaharja, dan Pakuan.
Kondisi ini terdapat pula di kecamatan lain seperti halnya pada beberapa wilayah di
Kecamatan Bogor Tengah, salah satunya Kelurahan Gudang. Taksiran kerugian
akibat bencana banjir dan longsor mencapai Rp 9,8 milyar. Selain potensi bencana
banjir dan longsor, terdapat potensi bencana lain yaitu pohon tumbang, angin ribut
dan kebakaran (akibat petir dan arus pendek). Petir di Bogor termasuk yang
terdahsyat di wilayah Asia Tenggara.1
Berdasarkan hasil analisis BNPB yang tertuang dalam Indeks Risiko
Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2013, Kota Bogor masuk dalam kategori tinggi di
beberapa indeks risiko bencana. Kelas risiko dengan nilai tinggi tersebut adalah
1
RPMJD Kota Bogor Tahun 2015-2019 Hal. 129
2
indeks risiko bencana gempa bumi, kebakaran lahan dan hutan, cuaca ekstrim dan
bencana kekeringan. Sementara indeks risiko bencana tanah longsor dan gunung
api masuk dalam kategori sedang. 2
Dengan demikian penyusunan rencana strategis merupakan
kebutuhan nyata untuk mengantisipasi berbagai permasalahan akibat bencana yang
akan dihadapi dimasa mendatang dan diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bogor dalam melaksanakan
program dan kegiatan penanggulangan bencana berdasarkan amanah visi dan misi
yang ditetapkan.
2
IRBI BNPB Tahun 2013
3
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang koordinasi Kegiatan
Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3733);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 4663);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4664);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4817);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4828);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pengelolaan
Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4829);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4830);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114)
17. Instruksi Presiden No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
18. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
4
Perubahan Keduanya atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006;
20. Keputusan Kepala Administrasi Negara Nomor 239 Tahun 2003 tentang
Perbaikan Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
21. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
22. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran
Daerah Kota Bogor Tahun 2009 Nomor 3 Seri E);
23. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor
(Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 79 Seri E);
24. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2007
Nomor 7 Seri E);
25. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor
Tahun 2010 Nomor 1, Seri E);
26. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Tata Ruang
Wilayah Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2011 Seri E);
27. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 6 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor Tahun 2015-2019
(Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2014 Nomor 3 Seri E);
28. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bogor (Lembaran
Daerah Kota Bogor Tahun 2014 Nomor 1 Seri D).
5
sasaran, strategi dan kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraan
penanggulangan bencana selama kurun 5 tahun yang akan dilaksanakan oleh
BPBD Kota Bogor.
1.3.2 Tujuan
Tujuan penyusunan rencana strategis Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Bogor adalah :
1. untuk menetapkan dokumen yang memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program, dan kegiatan penanggulangan bencana sesuai
dengan tugas dan fungsi BPBD Kota Bogor dalam kurun waktu 5 tahun;
2. untuk membuat pedoman pelaksanaan kegiatan dan program BPBD Kota
Bogor agar lebih terarah, terkait serta konsisten antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian dalam upaya
mewujudkan visi dan misi penanggulangan bencana di Kota Bogor;
3. untuk memberikan acuan bagi OPD terkait dan seluruh pemangku
kepentingan penanggulangan bencana di Kota Bogor agar dapat
melaksanakan penanggulangan bencana secara terpadu, terkoordinasi
dan menyeluruh;
4. untuk menyediakan satu tolok ukur dalam melakukan evaluasi kinerja
tahunan bidang penanggulang bencana daerah di Kota Bogor.
6
Bagan 1.1 : Kedudukan Rencana Strategis BPBD Kota Bogor Terhadap Perencanaan
Pembangunan Lainnya
Keterangan gambar :
Dipedomani
Diacu
7
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN BPBD KOTA BOGOR
8
Struktur organisasi BPBD Kota Bogor secara jelas dapat dilihat pada
bagan berikut ini :
KEPALA
SEKRETARIAT
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
9
5. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada wali kota
setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi
darurat bencana;
6. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
7. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
8. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Fungsi BPBD Kota Bogor dalam menyelenggarakan tugas pokoknya
adalah :
1. perumusan dan penetapan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, pasca bencana
dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efesien; dan
2. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh.
Adapun tugas pokok dan fungsi dari organisasi BPBD adalah sebagai
berikut:
1. Kepala BPBD
Kepala BPBD mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi
pemerintahan daerah di bidang penanggulangan bencana;
2. Unsur Pengarah
Unsur Pengarah mempunyai tugas pokok memberikan masukan dan saran
kepada kepala BPBD dalam penanggulangan bencana.
Fungsi unsur pengarah yaitu :
a. merumuskan kebijakan penanggulangan bencana daerah;
b. memantau dan mengevaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana daerah.
3. Unsur Pelaksana
Tugas unsur pelaksana adalah melaksanakan penanggulangan bencana
daerah secara terintegrasi yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat
dan pasca bencana.
Dalam melaksanakan tugasnya, unsur pelaksana mempunyai fungsi :
a. pengkoordinasian penyelenggaraan penanggulangan bencana;
b. Pengkomandoan penyelenggaraan penanggulangan bencana;
c. Pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Unsur pelaksana dipimpin oleh seorang kepala pelaksana yang
membantu kepala BPBD dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi unsur
10
pelaksana dan menjalankan tugas kepala BPBD sehari-hari. Dalam melaksanakan
tugasnya, kepala pelaksana dibantu oleh :
1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas membantu kepala pelaksana dalam
mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap
program, administrasi, dan sumber daya serta kerja sama.
Sekretariat mempunyai fungsi :
a. pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi program perencanaan, dan
perumusan kebijakan di lingkungan BPBD;
b. pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum dan
peraturan perundang-undangan, organisasi, tata laksana, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia, keuangan, perlengkapan dan
kerumahtanggaan;
c. pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokol;
d. fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarah penanggulangan
bencana;
e. pengumpulan data dan informasi kebencanaan di wilayahnya; dan
f. pengkoordinasian dalam penyusunan laporan penanggulangan bencana.
2. Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Tugas pokok seksi pencegahan dan kesiapsiagaan adalah membantu kepala
pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta
pemberdayaan masyarakat.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut seksi pencegahan dan
kesiapsiagaan mempunyai fungsi :
a. perumusan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan
masyarakat;
c. pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di
bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan pada prabencana serta
pemberdayaan masyarakat; dan
d. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada
prabencana serta pemberdayaan masyarakat.
11
3. Seksi Kedaruratan dan Logistik
Tugas pokok seksi kedaruratan dan logistik adalah membantu kepala
pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan dukungan logistik
serta penyelenggaraan manajemen logistik dan peralatan.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan
dukungan logistik;
c. mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen logistik
dan peralatan terutama pada masa siaga darurat, tanggap darurat dan
pemulihan darurat;
d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada
saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
e. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat,
penanganan pengungsi dan dukungan logistik.
4. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Tugas pokok seksi rehabilitasi dan rekonstruksi adalah membantu kepala
pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang
penaggulangan bencana pada pasca bencana.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca
bencana;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan
bencana pada pasca bencana;
c. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada
pasca bencana;
d. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan di bidang penanggulnagan bencana pada pasca bencana.
5. Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas pokok kelompok jabatan fungsional adalah melaksanakan kegiatan
BPBD secara profesional sesuai dengan keahlian, keterampilan dan
kebutuhan.
12
2.2 Sumber Daya BPBD Kota Bogor
2.2.1 Sumber Daya Aparatur
BPBD Kota Bogor memiliki sumber daya aparatur sebanyak 22 orang
pegawai, terdiri atas 22 orang PNS dan 6 orang tenaga sukarela. Ditinjau dari segi
tingkat pendidikan, golongan, eselonering/ jabatan, pendidikan dan pelatihan
jabatan, kondisi sumber daya aparatur BPBD Kota Bogor disajikan dalam bentuk
tabel berikut ini :
13
9. Pengatur Muda Tk.I / (II/b) 5
10. Pengatur Muda / (II/a) 3
Jumlah 22
Sumber : Sekretariat BPBD Kota Bogor
Jumlah 22
Sumber : Sekretariat BPBD Kota Bogor
2. IV 5
Jumlah 6
Sumber : Sekretariat BPBD Kota Bogor
14
5. Berdasarkan Jenis Kelamin
1 Pria 18
2 Wanita 4
Jumlah 22
Sumber : Sekretariat BPBD Kota Bogor
Tabel 2.6 Aset Peralihan dari Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor
15
21 Karmantle Rope 2015 Unit 3
22 Puley 2015 Unit 2
23 Figur Eight 2015 Unit 25
Rubber Boat Capacity 8
24 2015 Unit 1
org
25 Carabiner 2015 Unit 25
26 Sit Harnes 2015 Unit 25
27 Full Body Harnes 2015 Unit 4
28 Printer 2016 Unit 2
29 Komputer 2016 Unit 3
30 Laptop 2016 Unit 2
31 Mesin Chainsaw 2016 Unit 1
32 Filling Cabinet 4 Laci Elit 2016 Unit 3
33 Lemari Sliding Kaca Elite 2016 Unit 2
34 Kursi Chitose Daishugun 2016 Unit 25
35 lemari Kayu 2 Pintu 2016 Unit 5
36 meja Computer 2016 Unit 4
Kursi putar sandaran
37 2016 Unit 5
sedang
Kursi Putar Sandaran
38 2016 Unit 10
tinggi
39 Meja 1/2 Biro 2016 Unit 1
40 Meja Rapat 2016 Unit 4
41 Meja 1 Biro 2016 Unit 1
42 Camera LSR 2016 Unit 2
43
Handy Talky 2016 Unit 10
Tabel 2.8 indikator kinerja dan target terkait kebencanaan pada Rencana Strategis Dinas
Pengawasan Bangunan dan Permukiman Tahun 2010-2014
16
Sasaran Indikator Target
Program
Strategis Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014
Meningkatnya Respon 11 11 11 11 11 Program
kualitas time menit menit menit menit menit Peningkatan
mitigasi kebakaran Kesiagaan dan
bencana (menit) Pencegahan
Bahaya
Kebakaran
Sumber : Renstra Dinas Wasbangkim 2010-2014
17
mewujudkan optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,
maka perlu dirumuskan kebijakan dan strategi penanggulangan bencana yang akan
ditempuh. Penetapan kebijakan dan strategi dimaksud dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi internal maupun eksternal BPBD Kota Bogor. Kondisi
internal mencakup kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan
kondisi eksternal mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Adapun
dari kondisi internal dan eksternal yang dihadapi BPBD Kota Bogor dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kekuatan (strenght), terdiri dari :
18
terpenuhinya seluruh amanah aturan dan regulasi yang dikehendaki
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
b. masih minimnya sumber daya manusia yang memiliki disiplin ilmu atau
pengetahuan teknis tentang kebencanaan;
c. masih terbatasnya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Kota Bogor;
d. belum terbangunnya sistem informasi dan komunikasi kebencanaan secara
terpadu dan terintegrasi;
e. belum optimalnya sinergi dan koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana;
3. Peluang (opportunities), terdiri dari :
a. adanya peran serta masyarakat, relawan, Ormas dan LSM dalam upaya
penanggulangan bencana.
b. perkembangan teknologi yang cukup pesat untuk menunjang kegiatan di
bidang kebencanaan yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi risiko-
risiko bencana;
c. adanya kearifan lokal yang relatif kuat dari masyarakat Kota Bogor seperti
nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan untuk menunjang kegiatan
penanggulangan bencana;
d. adanya komitmen dari eksekutif dan legislatif dalam penyelenggaraan
penangulangan bencana di Kota Bogor.
4. Ancaman (threats), terdiri dari :
a. kondisi wilayah Kota Bogor yang rawan bencana. Berdasarkan hasil analisis
BNPB yang tertuang dalam Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun
2013, Kota Bogor masuk dalam kategori tinggi di beberapa indeks risiko
bencana. Kelas risiko dengan nilai tinggi tersebut adalah indeks risiko
bencana gempa bumi, kebakaran lahan dan hutan, cuaca ekstrim dan
bencana kekeringan;
b. adanya ekspektasi dari masyarakat Kota Bogor bahwa kehadiran BPBD
akan langsung menjadi efektif dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Konsekuensinya, kritik terhadap BPBD jarang dilakukan secara
sehat, tanpa melihat hambatan-hambatan internal maupun eksternal. Namun
harus diakui bahwa kapasitas BPBD belumlah kuat mengingat usia BPBD
yang masih “bayi”;
c. masih lemahnya koordinasi dengan instansi lain dalam proses rehabilitasi
dan rekonstruksi pasca bencana;
d. minimnya pemahaman masyarakat mengenai paradigma penanggulangan
bencana.
19
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
20
terbangun sistem informasi dan komunikasi kebencanaan secara terpadu dan
terintegrasi, (b) keterbatasan alokasi pendanaan bagi penanggulangan bencana
yang berumber pada APBD, (c) belum terintegrasinya pengurangan risiko
bencana dalam perencanaan pembangunan secara efektif dan komperhensif,
(d) belum adanya koordinasi yang efektif dengan OPD yang terkait dengan
penanggulangan bencana, badan usaha swasta, LSM, perguruan tinggi,
organisasi kemasyarakatan, dan media massa sehingga menimbulkan
kesimpangsiuran di masyarakat.
3.2 Telahaan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Terpilih
Visi pembangunan Kota Bogor untuk jangka waktu 2015-2019 adalah
“Kota Bogor yang nyaman, beriman dan transparan”. Kalimat visi tersebut
mengandung tiga kata kunci yaitu nyaman, beriman dan transparan. Untuk
mewujudkan visi pembangunan Kota Bogor 2015-2019 tersebut, dapat ditempuh
melalui enam misi pembangunan sebagai berikut:
1. Menjadikan Bogor kota yang cerdas dan berwawasan teknologi informasi dan
komunikasi;
2. Menjadikan Bogor kota yang sehat dan makmur;
3. Menjadikan Bogor kota yang berwawasan lingkungan;
4. Menjadikan Bogor sebagai kota jasa yang berorentasi padakepariwisataan dan
ekonomi kreatif;
5. Mewujudkan pemerintah yang bersih dan transparan;
6. Mengokohkan peran moral agama dan kemanusiaan untuk mewujudkan
masyarakat madani.
Menilik tugas dan fungsi BPBD Kota Bogor yang terkait dengan misi
kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih berdasarkan RPJMD Kota Bogor
Tahun 2015-2019 adalah Misi ketiga yaitu, Menjadikan Bogor kota yang
berwawasan lingkungan. Misi tersebut memuat lima tujuan yang salah satunya
relevan dengan tugas dan fungsi BPBD Kota Bogor yaitu pada tujuan keempat :
Mendorong pembangunan kota yang tanggap risiko bencana dan dampak
perubahan iklim. Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan sasaran sebagai
berikut :
1. meningkatnya pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana;
2. meningkatnya tanggap darurat saat bencana;
3. meningkatnya pemulihan pasca bencana.
Strategi yang digunakan untuk mencapai sasaran di atas adalah
mewujudkan masyarakat dan pemerintah yang siap-tanggap dalam menghadapi
21
bencana di beberapa daerah prioritas. Sementara arah kebijakan untuk
mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai
tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5 (lima) tahun adalah mewujudkan
masyarakat dan pemerintah yang siap-tanggap dalam menghadapi bencana di
beberapa daerah prioritas. Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan, Pemerintah Kota Bogor merancang program sebagai berikut :
1. program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam;
2. program tanggap darurat bencana; dan
3. program pemulihan pasca bencana.
Lebih jelasnya keterkaitan antara RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 dengan
tugas dan fungsi BPBD Kota Bogor dapat lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Keterkaitan antara RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 dengan
tugas dan fungsi BPBD Kota Bogor
22
3. melakukan optimalisasi dan percepatan pemulihan wilayah pasca bencana, dan
masyarakat yang terkena bencana untuk lebih mandiri;
4. meningkatkan kemampuan dan akuntabilitas dalam tata kelola penanggulangan
bencana.
Tujuan strategis dari penanggulangan bencana untuk jangka waktu 5
(lima) tahun mendatang (2015- 2019) adalah
1. penguatan kerangka hukum penanggulangan bencana;
2. pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam pembangunan,;
3. peningkatan kemitraan multi pihak dalam penanggulangan bencana,;
4. peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana;
5. peningkatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana;
6. peningkatan kapasitas pemulihan bencana;
7. pemenuhan tata kelola bidang penanggulangan bencana.
Mengacu pada sasaran pembangunan nasional di bidang
penanggulangan bencana dan prioritas nasional sebagaimana tercantum dalam
RPJMN 2015-2019, maka sasaran strategis Renas PB 2015-2019 mengarahkan
untuk:
1. tersedianya perangkat hukum yang mendorong penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang efektif dan mandiri di tingkat pusat hingga
daerah secara proporsional;
2. terintegrasinya penanggulangan bencana pada kegiatan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah dan non pemerintah;
3. meningkatnya efektivitas mekanisme penyelenggaraan penanggulangan
bencana;
4. diterapkannya strategi yang menjamin terlaksananya pemberdayaan
masyarakat secara sinergi yang beroritentasi kepada penurunan risiko bencana
dengan kearifan lokal dan kemandirian daerah;
5. meningkatnya kemitraan multi-pihak (pemerintah, lembaga usaha dan
masyarakat sipil) dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;
6. meningkatnya upaya pencegahan dan mitigasi untuk mengurangi potensi
korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan lingkungan akibat bencana;
7. meningkatnya kesiapsiagaan dan penanganan darurat untuk menghadapi
bencana secara mandiri dan proaktif;
8. tersedianya mekanisme pendukung dalam menjamin terselenggaranya
pemulihan dampak bencana secara mandiri, efektif dan bermartabat;
9. terselenggaranya pemulihan dampak bencana secara lintas sektor sesuai
dengan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana;
23
10. meningkatnya kapasitas SDM serta kelembagaan pemerintah dan non
pemerintah terkait penanggulangan bencana.
Arah kebijakan nasional yang akan diwujudkan melalui Renas PB 2015-
2019 adalah sebagai berikut:
1. terselenggaranya upaya pengurangan risiko bencana secara efektif yang
didukung dengan meningkatnya kesadaran, kesiapan dan kemampuan aparat
pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah dan kelembagaan masyarakat
dalam upaya penanggulangan bencana melalui peningkatan kapasitas
kelembagaan para pemangku kepentingan;
2. terlaksananya sistem penanganan kedaruratan bencana yang efektif melalui
peningkatan koordinasi penanganan kedaruratan, peningkatan keandalan
sarana dan prasarana pendukung, serta peningkatan kinerja sistem logistik dan
peralatan penanggulangan bencana yang efektif dan efisien;
3. terlaksananya efisiensi dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi dengan hasil
yang lebih baik dibanding sebelum bencana, melalui peningkatan kapasitas
perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang handal, peningkatan koordinasi
pelaksanaan serta pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam setiap
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam rangka pembangunan
berkelanjutan;
4. terlaksananya mekanisme dan sistem untuk menjamin adanya akuntabilitas dan
transprasi serta tata kelola penanggulangan bencana di tingkat pusat dan
daerah.
Untuk mewujudkan visi, misi, sasaran dan arah kebijakan
penanggulangan bencana, maka strategi yang akan ditempuh dalam Renas PB
2015-2019 adalah sebagai berikut :
1. penguatan kerangka hukum dan kelembagaan PB;
2. mengarusutamakan PB dalam pembangunan
3. peningkatan efektivitas PB;
4. optimalisasi pemberdayaan masyarakat untuk PB;
5. peningkatan kemitraan multi pihak dalam PB;
6. peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana;
7. peningkatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana;
8. penyelenggaraan pemulihan dampak bencana;
9. penyiapan unsur pendukung pemulihan bencana;
10. peningkatan kapasitas dan akuntabilitas tata kelola PB.
Dalam Renas PB 2015-2019 hanya memuat 1 (satu) program, yaitu
“Program Penanggulangan Bencana” dan dengan 10 (sepuluh) sasaran di atas.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
24
Tabel 3.2 Keterkaitan Program, Fokus Prioritas dan Sasaran PB
Program Fokus Prioritas Sasaran
Penanggulangan 1. Penguatan kerangka i. Tersedianya perangkat hukum yang
bencana hukum mendorong penyelenggaraan
penanggulangan penanggulangan bencana yang
bencana efektif dan mandiri di tingkat pusat
hingga daerah secara proporsional
2. Pengarusutamaan ii. Terintegrasinya penanggulangan
penanggulangan bencana bencana pada kegiatan
dalam pembangunan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintahdan non pemerintah
iii. Meningkatnya efektivitas mekanisme
penyelenggaraan penanggulangan
bencana
3. Peningkatan kemitraan iv. Diterapkannya strategi yang
multi pihak dalam menjamin terlaksananya
penanggulangan pemberdayaan masyarakat secara
bencana sinergi yang beroritentasi kepada
penurunan risiko bencana dengan
kearifan lokal dankemandirian
daerah.
v. Meningkatnya kemitraan multi-pihak
(pemerintah, lembaga usaha dan
masyarakat sipil) dalam
penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
4. Peningkatan efektivitas vi. Meningkatnya upaya pencegahan
pencegahan dan dan mitigasi untuk mengurangi
mitigasi bencana potensi korban jiwa, kerugian
ekonomi dan kerusakan lingkungan
akibat bencana.
5. Peningkatan vii. Meningkatnya kesiapsiagaan dan
kesiapsiagaan dan penanganan darurat untuk
penanganan darurat menghadapi bencana secara mandiri
bencana dan proaktif.
6. Peningkatan kapasitas viii. Tersedianya mekanisme pendukung
pemulihan bencana dalam menjamin terselenggaranya
pemulihan dampak bencana secara
mandiri, efektif dan bermartabat.
ix. Terselenggaranya pemulihan dampak
bencana secara lintas sektor sesuai
dengan Rencana Aksi Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Pascabencana
7. Pemenuhan tata kelola x. Meningkatnya kapasitas SDM serta
bidang penanggulangan kelembagaan pemerintah dan non
bencana pemerintah terkait penanggulangan
bencana
25
6. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana;
7. Pemenuhan kebutuhan dasar kepada korban bencana;
8. Memberikan perlindungan prioritas kepada kelompok rentan berupa :
penyelamatan, evakuasi,pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial;
9. Menyusun fasilitasi rekonstruksi kebencanaan meliputi pembangunan kembali
sarana prasarana dan fasilitas masyarakat;
10. Pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah masyarakat pasca bencana.
Tujuan yang ingin dicapai oleh BPBD Provinsi Jawa Barat adalah :
1. Terciptanya penanggulangan bencana yang akuntabel dan profesional;
2. Terwujudnya hubungan komunikasi yang harmonis dan dinamis serta
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap akibat bencana;
3. Terbentuknya masyarakat peduli bencana dan tanggap bencana serta
tersedianya buffer stock dan peralatan sarana prasarana;
4. Tersedianya sistem informasi dan dokumentasi berbasis bencana;
5. Terwujudnya data kebutuhan insfrastruktur dan lahan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana.
Kebijakan BPBD Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Meningkatkan profesionalisme petugas yang menangani penanggulangan
bencana;
2. Mengembangkan sistem penanggulangan bencana secara terpadu dan
konsepsional;
3. Mengembangkan metoda penanggulangan bencana yang komprehensip dan
aplikatip;
4. Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam menangani masalah-masalah
penanggulangan bencana;
5. Meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam upaya
penanggulangan bencana;
6. Memadukan Rencana Tahunan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
dengan Rencana Tahunan SOPD terkait dan pemerintahan kabupaten/kota.
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor Tahun 2011 - 2031,
wilayah Kota Bogor terbagi ke dalam lima Wilayah Pengembangan (WP) yaitu:
1. Wilayah Pengembangan (WP) A, dengan pusat WP di Kebun Raya dan
sekitarnya;
26
2. Wilayah Pengembangan (WP) B, dengan pusat WP di kawasan di Bubulak dan
sekitarnya;
3. Wilayah Pengembangan (WP) C, dengan pusat WP di kawasan di Yasmin dan
Pasar TU Kemang;
4. Wilayah Pengembangan (WP) D, dengan pusat WP di kawasan di BORR
Kedunghalang, Sentul, dan Warung Jambu;
5. Wilayah Pengembangan (WP) E, dengan pusat WP dikawasan Tajur R3,
Inner Ring Road.
Sementara Kawasan lindung di kota meliputi :
a. kawasan perlindungan setempat;
b. kawasan pelestarian alam;
c. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
d. kawasan rawan bencana; dan
e. ruang terbuka hijau.
Pengembangan kawasan belum memperhatikan kawasan rawan
bencana menjadi salah satu permasalahan yang terjadi di Kota Bogor pada bidang
penataan ruang. Kawasan rawan bencana terdiri atas kawasan rawan longsor di
sekitar sempadan Sungai Ciliwung, Cisadane, Saluran, dan Tebingan terutama di
wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, dan Kecamatan Bogor
Tengah, serta Kawasan rawan kebakaran terdapat di kawasan permukiman padat
terutama pada kawasan Kecamatan Bogor Tengah. Rencana penanganan kawasan
rawan bencana longsor meliputi:
a. perlindungan dan penguatan dinding pembatas sungai dan situ; dan
b. penghijauan sempadan sungai dan situ.
Rencana penanganan kawasan rawan kebakaran meliputi :
a. pengembangan sistem proteksi kebakaran;
b. peningkatan kecepatan penanganan kebakaran;
c. peningkatan sarana prasana pemadam kebakaran;
d. peningkatan sumber daya manusia dalam penanganan kebakaran; dan
e. pelibatan masyarakat dalam penanganan kebakaran.
Rencana penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana sebagai berikut :
a. memanfaatkan RTH, RTNH, gedung pertemuan, gedung olahraga dan
bangunan lainnya yang memungkinkan sebagai ruang evakuasi bencana pada
daerah rawan bencana;
b. menyediakan jalur evakuasi bencana yang terjangkau oleh kendaraan roda
empat pada wilayah-wilayah rawan bencana untuk menjamin keamanan dan
keselamatan pengungsi;
c. meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana;
27
d. menyediakan prasarana sarana penunjang proses evakuasi bencana; dan
e. penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana secara rinci diatur oleh Walikota.
Kawasan rawan bencana di Kota Bogor, antara lain :
a. kawasan rawan banjir seperti Kawasan Pacilong Kelurahan Kebon Pedes,
Kampung Situ Asem Kelurahan Mekarwangi, Kampung Kramat Kelurahan
Tanah Baru, Kelurahan Kayumanis, dan Kelurahan Katulampa;
b. kawasan rawan longsor di sepanjang sungai Cisadane, sungai Ciomas, saluran
Cisadane Empang, saluran Cidepit, sepanjang sungai Ciliwung, dan lokasi-
lokasi yang memiliki kelerengan lebih dari 40% (empat puluh persen) terutama
di Kecamatan Bogor Selatan; dan
c. kawasan rawan kebakaran seperti perumahan tidak teratur berkepadatan tinggi
di Kecamatan Bogor Tengah.
Kondisi kontur tanah yang labil menyebabkan ancaman terhadap
bencana alam, menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi Kota
BogorBerdasarkan hasil pemetaan daerah Tim Taruna Tanggap Bencana (Tagana)
tahun 2011, di wilayah Kota Bogor sedikitnya terdapat 32 titik rawan bencana alam.
Daerah rawan bencana tersebut merupakan daerah rawan longsor dan banjir
tersebar di enam wilayah Kecamatan se-Kota Bogor. Daerah rawan longsor berada
di Bogor Tengah, Bogor Selatan dan Bogor Barat.
Sementara daerah rawan banjir biasanya berada di sisi Sungai
Cisadane dan Sungai Ciliwung maupun aliran sungai kecil dari keduanya seperti di
daerah Tanah Sareal, Bogor Barat, Bogor Timur dan Bogor Utara. Titik rawan
longsor di wilayah Bogor Tengah diantaranya Kelurahan Kebon Kelapa, Kelurahan
Paledang dan Kelurahan Panaragan. Di Tanah Sareal yaitu di Kelurahan Kencana,
Kelurahan Cibadak, dan Kelurahan Mekarwangi. Di wilayah Bogor Barat di
Kelurahan Pasir Jaya, Cilendek Barat dan Kelurahan Cilendek Timur. Di wilayah
Bogor Selatan yaitu di Kelurahan Cipaku, Kelurahan Mulyaharja, Kelurahan
Harjasari dan Kelurahan Rangga Mekar. Di wilayah Bogor Timur yaitu di Kelurahan
Katulampa, Baranangsiang dan Kelurahan Sukasari. Di wilayah Bogor Utara
diantaranya di Kelurahan Cibuluh dan Kelurahan Ciparigi. Titik rawan banjir di Bogor
Barat di antaranya di Kelurahan Pasir Jaya,Cilendek Barat dan Cilendek Timur.
Kemudian di Bogor Selatan ada diKelurahan Cipaku, Mulyaharja, Harjasari dan
Ranca Mekar yang juga rawanlongsor selain rawan banjir bandang. Di wilayah
Bogor Timur terdapat didaerah Katulampa, Baranangsiang dan Sukasari.
Sedangkan di Bogor Utara di Kelurahan Cibuluh dan Ciparigi.
Dari aspek kajian lingkungan hidup strategis, isu pencemaran
lingkungan di Kota Bogor menjadi permasalahan pembangunan daerah, khususnya
dalam hal menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakatnya. Isu-isu lain
28
terkait pencemaran lingkungan yang terjadi di Kota Bogor adalah sanitasi yang
buruk, pengelolaan dua sungai besar (Ciliwung dan Cisadane) yang melintasi Kota
Bogor belum cukup baik, serta polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor. Pada
tahun 2011 masih banyak rumah yang menggunakan sanitasi dengan plengsengan
yaitu buangan kakus langsung dibuang ke sungai tanpa masuk ke tangki septik
(15,58% KK). Kecenderungan tersebut semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Pengelolaan sungai besar yang melintasi Kota Bogor pun dinilai belum optimal,
yang mana kualitas air Sungai Ciliwung di Kota Bogor telah melampaui ambang
baku mutu air yang ditetapkan dalam PP No.82 Tahun 2001 baik dari parameter
fisik, kimia dan biologi. Nilai rata-rata BOD hasil penelitian sebesar 9,975, nilai rata-
rata DO sebesar 6,479 dan jumlah rata-rata total coliform sebesar 57.000 koloni/ml
– 408.000 koloni/ml. Meningkatnya aktivitas manusia, perubahan guna lahan dan
semakin beragamnya pola hidup menjadikan tingkat pencemaran di Sungai Ciliwung
semakin meningkat dari waktu ke waktu. Permasalahan polusi udara karena
kendaraan bermotor ditunjukkan dari pengukuran parameter TSP (debu) di
beberapa tempat di Kota Bogor pada tahun sampai dengan tahun 2012 umumnya
sudah melewati baku mutu 230 µg/Nm3.
Permasalahan lain yang terjadi adalah pengelolaan sampah yang belum
terpadu. Sampai saat ini sampah masih menjadi permasalahan yang belum
terpecahkan khususnya bagi kota-kota besar di Indonesia. Permasalahan ini timbul
terutama karena besarnya volume sampah yang berbanding lurus dengan
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, keterbatasan lahan untuk pembuangan
akhir, dan teknis pengelolaan sampah yang masih konvensional.
29
3. peningkatan kesadaran, kemampuan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana melalui sosialisasi dan pelatihan yang berbasis
masyarakat;
4. penyiapan dan pengembangan sistem informasi dan komunikasi yang cepat,
terpadu dan terintegrasi guna mendukung tugas kebencanaan melalui
pemanfaatan teknologi;
5. peningkatan sinergi dan koordinasi dengan instansi/OPD yang terkait dengan
kebencanaan dan BNPB sebagai koordinator penyelenggaran penanggulangan
bencana secara nasional;
6. penyelenggaraan pemulihan dampak bencana melalui rehabilitasi dan
rekonstruksi di bidang fisik, sosial, maupun ekonomi sesuai tugas dan fungsi
serta kewenangan BPBD Kota Bogor.
7. peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang mendukung
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
30
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN,
DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN
31
4.2 Misi BPBD Kota Bogor
Sesuai dengan visi BPBD Kota Bogor dan disesuaikan dengan
kemampuan yang ada, maka dirumuskan misi sebagai berikut :
4.3 Tujuan dan Sasaran Strategis Jangka Menengah BPBD Kota Bogor
Berdasarkan misi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan tujuan
keempat pembangunan yang termuat dalam RPJMD Kota Bogor Tahun 2015 –
2019 “Mendorong pembangunan kota yang tanggap risiko bencana dan
dampak perubahan iklim”, serta tujuan yang terdapat dalam Rencana Strategis
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2015 – 2019, maka tujuan
strategis dari BPBD Kota Bogor untuk jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang
(2015- 2019) adalah :
32
1. berdasarkan Misi pertama “Melindungi masyarakat Kota Bogor dari
ancaman bencana melalui pengurangan risiko berbasis partisipasi
masyarakat”, maka tujuan dan sasaran yang ingin dicapai adalah :
33
3. berdasarkan misi ketiga “Menyelenggarakan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, terkoordinir dan menyeluruh”, maka tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai adalah :
34
4.4 Strategi dan Kebijakan Jangka Menengah BPBD Kota Bogor
Dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan sasaran jangka menengah,
maka strategi dan kebijakan yang akan ditempuh oleh BPBD Kota Bogor adalah
sebagai berikut:
1. Misi pertama
Strategi yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan misi pertama
adalah Meningkatkan kapasitas dan kasadaran kelompok masyarakat
dalam pengurangan risiko bencana dengan memprioritaskan partisipasi
masyarakat di wilayah berisiko bencana tinggi.
Kebijakan pelaksanaan strateginya adalah Peningkatan kapasitas dan
kasadaran kelompok masyarakat dalam pengurangan risiko bencana
dengan memprioritaskan partisipasi masyarakat di wilayah berisiko bencana
tinggi
2. Misi kedua
Strategi yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan misi kedua adalah
meningkatkan kualitas pelayanan tanggap darurat bencana dan kualitas
kegiatan yang mendukung pemulihan pasca bencana.
Kebijakan pelaksanaan strateginya adalah peningkatan kualitas pelayanan
tanggap darurat bencana dan kualitas kegiatan yang mendukung pemulihan
pasca bencana.
3. Misi ketiga
Strategi yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan misi ketiga adalah
menguatkan kapasitas kelembagaan dan Meningkatkan daya dukung
sarana dan prasarana, perencanaan dan pelaporan penanggulangan
bencana serta kualitas koordinasi/kerjasama dengan stakeholders
kebencanaan serta menjamin keikutsertaan dalam berbagai kegiatan yang
terkait dengan penanggulangan bencana di pusat maupun di daerah.
Kebijakan pelaksanaan strateginya adalah Penguatan kapasitas
kelembagaan dan peningkatam daya dukung sarana dan prasarana,
perencanaan dan pelaporan penanggulangan bencana serta kualitas
koordinasi/kerjasama dengan stakeholders kebencanaan serta menjamin
keikutsertaan dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan
penanggulangan bencana di pusat maupun di daerah.
35
Untuk lebih jelasnya Strategi dan Kebijakan Jangka Menengah BPBD
Kota Bogor dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Misi, Tujuan, Sasaran dan Kebijakan Strategis Jangka Menengah
BPBD Kota Bogor Tahun 2015 - 2019
36
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK
SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
Berdasarkan Visi, misi tujuan dan sasaran pada bab sebelumnya maka
disusunlah rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan
pendanaan indikatif pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bogor
seperti berikut ini.
37
Terwujudnya Jumlah 630 orang Pencegahan dini
kemampuan anggota dan
komunitas PB komunitas/ penanggulangan
dalam kelompok korban bencana
menghadapi PB yang alam
bencana dibina 1. Sosialisasi
Pengurangan
Risiko Bencana
(PRB).
2. Pelatihan
Manajemen
Penanggulangan
Bencana
3. Kegiatan
Pelatihan SAR;
4. Simulasi
Kebencanaan;
5. Peningkatan
Kapasitas
Relawan
Bencana;
6. Penyusunan
Rencana
Kontijensi
Bencana;
7. Penyusunan
Masterplan Peta
Risiko Bencana
38
pasca bencana pasca mendukung and Losses
bencana pemulihan Assement (Dala);
pasca 2. Pemulihan dan
bencana Peningkatan
Sosial Ekonomi
Pasca Bencana;
3. Monev,
Penanganan,
Rehabilitasi dan
rekonstruksi
Pasca Bencana;
4. Pendataan an
Inventarisasi
Dampak Pasca
Bencana
39
Terpenuhinya 12 bulan Program
kebutuhan dasar Administrasi
operasional OPD Perkantoran
(bulan) 1. Pengelolaan
Rumah Tangga
OPD
Penyusunan Penyusunan Tersusunnya Persentase 100 % Program
dokumen dokumen dokumen penyusunan Peningkatan
perencanaan secara tepat perencanaan dokumen Pengembangan
(Renja SKPD) waktu (Renstra, Renja perencanaan Sistem Pelaporan
dan laporan SKPD) dan (Renja SKPD) Capaian Kinerja
akuntabilitas laporan dan laporan dan Pelaporan
(LAKIP, LKPJ, akuntabilitas akuntabilitas 1. Penyusunan
LPPD) secara (LAKIP, LKPJ, (LAKIP, LKPJ, Perencanaan dan
tepat waktu LPPD) secara LPPD) secara Pelaporan OPD
tepat waktu tepat waktu
Peningkatan Terbangunn Terbangunnya Persentase 100 % Pengembangan
dukungan ya sistem sistem sistem Komunikasi,
sistem informasi informasi informasi informasi yang Informasi
kebencanaan terbangun dan Media Massa
1. Pembangunan
SIM OPD
(Pengembangan
Website)
40
4. Pelatihan Manajemen
Penanggulangan Bencana;
5. Kegiatan Pelatihan SAR;
6. Simulasi Kebencanaan;
7. Peningkatan Kapasitas
Relawan Bencana;
8. Pelatihan Teknis Tim
Reaksi Cepat (TRC)
41
Tabel 5.6 Indikator Kinerja berdasarkan Misi III
42
Tabel 5.7 Pendanaan Indikatif berdasarkan Misi I
penanggulangan
korban bencana
alam
1. Pelatihan dan 75 400 400 400 Aparat
-
Pemberdayaan kelurahan dan
Kelurahan masyarakat.
Tangguh
Bencana;
- Siswa, tenaga
2. Sosialisasi 120 300 300 300
pengajar,
Sekolah Aman
komite
Bencana;
sekolah,
warga sekitar
sekolah
3. Sosialisasi -
50 - - 50 Masyarakat
Pengurangan daerah rawan
Risiko Bencana bencana
(PRB);
4. Pelatihan - 100 - 100 Masyarakat,
-
Manajemen aparat dan
Penanggulangan relawan
Bencana;
- 100 100 Aparat BPBD
5. Pelatihan Teknis - -
dan relawan/
Tim Reaksi Cepat
masyarakat.
(TRC);
Stakeholders
kebencanaan
43
Tabel 5.8 Pendanaan Indikatif berdasarkan Misi II
bencana; masyarakat
2. Pengadaan - - - 80 90 Masyarakat
Korban Bencana;
3. Penyediaan - - - 120 120 Masyarakat
Hunian korban
Korban Bencana
4. Pengadaan - - - 200 200 Daerah Rawan
Kebencanaan fasilitas /
bangunan
umum
44
Tabel 5.9 Pendanaan Indikatif berdasarkan Misi III
45
Pengembangan 200
Komunikasi,
Informasi
dan Media Massa
1. Pembangunan - - 200 200 200 BPBD Kota
SIM OPD Bogor
(Pengembangan
Website)
Pembentukan BPBD Kota Bogor yang masih sangat baru yaitu akhir
2014 atau secara efektif Tahun 2015 menyebabkan beberapa program dan kegiatan
rencana pelaksanaannya baru tahun I atau tahun II, bahkan tahun III. Dengan
segala keterbatasan sarana dan prasarana, kapasitas aparat penyelenggara dan
berbagai masalah lainnya yang dihadapi BPBD Kota Bogor sebagai OPD yang
belum lama terbentuk, maka program dan kegiatan tertentu rencananya baru
dilaksanakan pada pertengahan rentang 2015-2019, agar lebih siap sehingga
mampu memberi dampak yang maksimal bagi penyelenggaraan penanggulangan
bencana di Kota Bogor.
Untuk lebih jelasnya penyajian Tujuan, Sasaran Strategis, Indikator
Kinerja, Target Kinerja dan Program dan Kegiatan pada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Bogor secara lengkap dan jelas dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
46
47
BAB VI
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN
DAN SASARAN RPJMD
Indikator kinerja BPBD Kota Bogor yang mengacu pada tujuan dan
sasaran RPJMD bertujuan untuk memberi gambaran tentang kesesuaian antar
dokumen perencanaan dan ukuran keberhasilan pencapaian Visi dan Misi
Pembangunan Daerah dari sisi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah khususnya dalam urusan perencanaan pembangunan
daerah. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari RPJMD, maka Renstra BPBD
Kota Bogor telah menetapkan indikator kinerja yang mengacu kepada tujuan dan
sasaran RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 sebagai berikut :
Tabel 6.1 Indikator Kinerja BPBD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Capaian Kinerja Program Kondisi
Indikator Kinerja
Sasaran Program
Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019 Akhir
(2019)
Meningkatnya Tingkat Tanggap 100 100 100 100 100 100
tanggap penanganan Darurat
darurat kejadian Bencana
saat bencana bencana (%) Daerah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa indikator kinerja BPBD Kota Bogor
pada misi II sasaran 1 dan 2 telah mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD yang
berarti antar kedua dokumen telah terwujud sinkronisasi dan sinergi pencapaian
sasaran rencana pembangunan daerah.
51
BAB VII
PENUTUP
52