Anda di halaman 1dari 15

MODUL 2. AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN Tim Penyusun: Prof. Dr.

Patang,
S.Pi., M.Si Andi Alamsyah Rivai, S.Pi., M.Si
PemeliharaanTanaman Perkebunan (KB. 3)
1. Pemangkasan Tanaman perkebunan yang umum dilakukan pemangkasan adalah tanaman
kopi dan tanaman kakao Secara umum pemangkasan tanaman kakao bertujuan untuk:
a. Membentuk kerangka dasar tanaman kakao yang seimbang.
b. Mengatur penyinaran matahari.
c. Mendorong pembentukan daun baru.
d. Merangsang pembungaan dan pembentukan buah kakao.
e. Membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki.
f. Mengurangi resiko serangan hama dan penyakit.mempermudah pemeliharaan tanaman
Pemangkasan pada tanaman kakao ada beberapa macam, yaitu: pemangkasan bentuk,
pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi.
a. Pemangkasan bentuk Pemangkasan bentuk mulai dilakukan pada saat tanaman muda
berumur 8-12 bulan dan telah tumbuh jorket. Cabang yang lemah dibuang dan
mempertahankan 3 cabang yang simetris terhadap batang utama, sehat dan mengarah ke atas
membentuk sudut 45o Cabang-cabang utama yang dipilih hendaknya sudah mengayu dan
daun flush sudah agak tua. Panjang cabang sekitar cm. Pemangkasan Bentuk pada Tanaman
Kopi Pemangkasan Bentuk Tanaman Kakao b. Pemangkasan Pemeliharaan Pemangkasan
pemeliharan pada tanaman kakao bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang
sudah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, merangsang pembentukan daun
baru, bunga dan buah, serta terhindar dari hama dan penyakit. Pemangkasan dilakukan
dengan mengurangi sebagian daun yang rimbun pada tajuk tanaman dengan cara memotong
rantingranting yang terlindung dan menaungi Pemangkasan Pemeliharaan pada Tanaman
Kopi Pemangkasan Pemeliharaan pada Tanaman Kakao c. Pemangkasan Produksi
Pemangkasan produksi berkesinambungan dengan pemangkasan pemeliharaan. Tujuannya
adalah untuk memaksimalkan produktivitas tanaman Pemangkasan produksi dilakukan
dengan memangkas daundaun agar tidak terlalu rimbun sehingga sinar matahari bisa tersebar
merata ke seluruh organ daun Pemangkasan Produksi pada Tanaman Kopi Pemangkasan
Produksi pada Tanaman Kakao 2. Pengendalian Gulma Pengertian gulma adalah semua
tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak dikehendaki dan bersifat mengganggu Gulma
pada tanaman Kopi Gulma yang Menyerang Tan. Kakao Gulma pada tan. sawit Gulma
merupakan tumbuhan pengganggu tanaman utama khususnya bersaing dalam
memperebutkan unsur hara dan air serta dapat menjadi tanaman inang bagi hama dan
penyakit Pengendalian Gulma Tanaman Perkebunan Pencabutan Secara Mekanik
Pembabatan Penginjakkan Pengolahan Tanah Pemakaian Mulsa Pengaturan pohon pelindung
Pengendalian Gulma secara Kimiawi Herbisida adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk
mengendalikan gulma. Herbisida terbagi atas dua golongan yaitu : herbisida pra tumbuh dan
herbisida pasca tumbuh Sebelum pengendalian menggunakan herbisida, kita harus
menghitung seberapa jauh untung dan ruginya Pada konsentrasi tertentu penggunaan
herbisida sangat efektif khususnya bila memicu terjadinya pengendalian selektif 24D dan
dalpon. Ada pula herbisida non-selektif yang bisa mematikan rumput-rumputan dan tanaman
berdaun lebar Pengendalian Gulma secara Biologis Pengendalian secara hayati artinya
dengan menggunakan mahluk hidup yang lain, baik tumbuh-tumbuhan. Tumbuhtumbuhan
yang dimaksud adalah penutup tanah (cover crops) dari jenis kacang-kacangan menjalar,
antara lain callopogonium mucunoides, calopogonium caeruleum, centrosema pubescens, dan
pueraria javanica. Program pengendalian gulma di perkebunan, termasuk kelapa sawit
difokuskan pada daerah piringan dan gawangan 3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya adalah kultur teknis, pengendalian secara hayati, pengaturan pola tanam,
dan pengendalian secara kimia a. Hama Tanaman dari Kelompok Insekta Secara umum,
peranan insect ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Hama Tanaman Larva
Lepidoptera (berupa ulat) Hama Kumbang Kelapa Pengamatan Hama dan Gejala
Kerusakannya Pada prinsipnya, mengendalikan hama adalah mengelola populasi hama
sampai populasinya berada di bawah ambang ekonomik Pengenalan terhadap gejala
kerusakan tanaman juga menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam
mengambil langkah/tindakan pengendalian Kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan
pengendalian hama dapat membuang banyak biaya, waktu juga tenaga Pengendalian Hama
dan Penyakit dengan Kultur Teknis Pengendalian secara kultur teknis merupakan cara
pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan
perkembangan populasi hama atau penyakit Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian
secara kultur teknis merupakan cara pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan
lingkungan untuk menekan perkembangan populasi hama atau penyakit Pengelolaan Tanah
Sanitasi Pemupukan Kultur Teknis Irigasi Pengendalian Hama dan Penyakit Pengaturan Pola
Tanam Rotasi tanaman dan pengaturan waktu tanam Secara Hayati Strip Farming Sanitasi
Pengendalian Secara Kimia Pengendalian Secara Terpadu Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk
mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian
yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. PHT merupakan suatu sistem
pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan
ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting. Penyakit Tanaman Kelapa Sawit a.
Penyakit Busuk Akar Penyakit di pre nursery ádalah penyakit busuk akar oleh patogen
Rhizoctonia sp., Pythium sp., Fusarium sp. Gejala penyakit ditandai dengan memucatnya
daun dan selanjutnya tanaman akan mengalami kelayuan serta terjadi pembusukan akar
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menghindari perlukaan akar, atau dengan
menggunakan biofungisida berbahan aktif Trichoderma sp dengan dosis 10 g/polibeg, atau
menggunakan fungisida lainnya. Penyakit Busuk Akar pada Tanaman Kelapa Sawit b.
Penyakit Busuk Daun Penyakit busuk daun (antraknosa) disebabkan oleh patogen
Botryodiplodia palmarum, Glomerella cingulata, Melanconium elaeidis. Gejala penyakit ini
dimulai dengan munculnya bercak kecil yang tembus cahaya yang selanjutnya membesar dan
berwarna kecoklatan dan akhirnya daun menjadi busuk. Pengendalian dilakukan dengan
pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, dan penyemprotan dengan fungisida secara rotasi
dengan Dithane M -45 0,2%, Benlate 0,3%, dan Antracol 0,2% dengan interval satu minggu
Penyakit Busuk Daun c. Penyakit Bercak Daun Penyakit bercak daun disebabkan oleh
patogen Curvularia eragrostidis, Drechslera halotes, Cochiobolus carbonus Gejala penyakit
dimulai dengan munculnya bercak kecil tersebar secara acak. Bercak yang yang sangat
banyak dan berdekatan menyebabkan daun seperti kering atau clorosis Pengendalian
dilakukan dengan pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, dan penyemprotan dengan
fungisida. Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Kelapa Sawit d. Penyakit Busuk Pangkal
Batang Penyakit utama yang menyerang TM adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB)
yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Gejala penyakit ini ditandai dengan
menguningnya daun, adanya akumulasi beberapa daun tombak yang tidak membuka, pelepah
daun bagian bawah menggantung (sengkleh), dan muncul badan buah (Fruiting body) di
pangkal batang. Pengendalian penyakit BPB dapat dilakukan melalui sanitasi sumber
inokulum yaitu akar dan batang yang terinfeksi dan pemberian agens antagonis Trichoderma
sp pada lubang tanam Penyakit Busuk Pangkal Batang e. Penyakit Karat Daun Penyakit karat
daun (red rust) disebabkan oleh patogen Cephaleuros virescen.. Gejala terlihat dengan adanya
bercak-bercak kemerahan pada pelepah-pelepah bawah dan pada permukaan anak daun.
Pengendalian dilakukan dengan menunas pelepah secara teratur dan benar, dan penyemprotan
fungisida tembaga dosis 2,5-5 g/2 liter air dengan rotasi satu minggu. a. Penyakit Akar Putih
Penyakit Tanaman Karet Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan
berwarna cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus lignosus yang
membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman Gejala-
gejala lain serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun-daun dengan tepi
ujungnya terlipat kedalam Penyakit Akar Putih pada tanaman Karet b. Penyakit Akar Merah
Gejala yang bisa dilihat dari serangan penyakit ini adalah terjadinya perubahan warna daun
dari hijau menjadi hijau pucat suram, menguning, dan akhirnya berguguran Pencegahan dan
pengendalian penyakit ini sama dengan pencegahan dan pengendalian penyakit akar putih
Penyakit Akar Merah pada Tanaman Karet c. Jamur Upas Penyakit jamur upas disebabkan
oleh cendawan Corticium salmonicolor yang memiliki empat tingkat perkembangan Gejala
penyakit ini adalah munculnya benang-benang berwarna putih seperti sutera di pangkal atau
bagian atas percabangan. Batang yang terinfeksi akan mengeluarkan cairan lateks berwarna
cokelat kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lama - kelamaan kulit
tanaman yang terinfeksi akan membusuk, berwarna hitam, mengering, dan mengelupas.
Penyakit Jamur Upas pada Tanaman Karet d. Kanker Bercak Penyakit kanker bercak muncul
akibat infeksi jamur Phytophthora palmivora yang memiliki benang-benang hifa berwarna
putih yang kurang jelas dilihat dengan mata telanjang Gejala serangan penyakit ini tidak
mudah dikenali karena serangannya dimulai dari bawah kulit Penyakit ini menimbulkan
kerusakan pada kulit batang di luar bidang sadap atau kulit percabangan, sehingga tanaman
akan merana dan akhirnya mati. Tanaman Karet Terkena Penyakit Kanker e. Busuk Pangkal
Batang Cendawan Botrydipbdia theobromae adalah biang keladi penyakit busuk pangkal
batang. Munculnya penyakit busuk pangkal batang dipicu oleh kondisi tanaman yang jelek
akibat kekurangan air karena kemarau yang berkepanjangan atau tanaman terluka oleh alat-
alat pertanian Gejala serangan penyakit busuk pangkal batang agak sulit dikenali sehingga
diperlukan ketelitian atau kecermatan. Bagian yang rusak dan terlihat seperti terbakar tersebut
tingginya mencapai satu meter atau lebih bisa menyebabkan tanaman mudah patah karena
tidak kuat menyangga tajuk f. Kanker Garis Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama
dengan biang keladi kanker bercak, yakni Phytophthora palmivora Gejala serangan penyakit
kanker garis dapat dilihat dari adanya selaput tipis putih dan tidak begitu jelas menutup alur
sadap. Jika dikerok atau diiris, di bawah kulit yang terletak di atas irisan sadap terlihat garis-
garis tegak berwarna cokelat kehitaman g. Penyakit Gugur Daun Oidium Penyakit gugur
daun Oidium merupakan penyakit utama pada tanaman karet, penyakit ini disebut juga
penyakit embun tepung, menyebabkan kerugian di perkebunan karet baik tanaman belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman telah menghasilkan (TM). Penyakit Gugur Daun
Defisiensi Unsur Hara Apabila tidak ada organisme lain yang menyebabkan gangguan atau
kelainan pertumbuhan tersebut, maka kelainan pertumbuhan itu dapat disebabkan adanya
kekurangan/kelebihan salah satu atau beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman Unsur
hara penyusun tanaman 1) Gejala Defisiensi Unsur N (Nitro gen) Tiap daun tua dari tanaman
yang menderita kekurangan N seluruhya tampak berubah warna menjadi hijau muda,
selanjutnya menguning, jaringanjaringannya mati, kering berwarna coklat, tanamannya
kerdil, perkembangan buah tidak sempurna, kecil-kecil cepat matang Tanaman yang
kekurangan unsur N 2) Gejala Defisiensi Unsur P (Fospat) Tiap daun tua seluruhnya
berwarna hijau yang lebih hijau dari biasanya dan sering tampak mengkilat kemerah-
merahan. Tangkai daun kelihatan lancip-lancip (meruncing), daun yang tua kadangkadang
berubah chlorotis (kuning-kuning). Pemben tukan buah jelek, dan pertu mbuhan tanaman
kerdil Tanaman yang kekurangan unsur Fospat 3) Gejala Defisiensi Unsur K (Kalium)
Terdapatnya kelainan pada setiap daun tua setempat demi setempat, jadi setiap daun tidak
menyeluruh, mula-mula daun mengkerut dan mengkilap, kemudian pada ujung daun dan tepi-
tepinya kelihatan klorosis menjalar diantara tulang daun, selanjutnya bercak merah sering
jatuh dan daun kelihatan bergerigi. 4) Gejala Defisiensi Unsur Ca (Kalsium) Tanaman yang
kekurangan unsur Kalium Kelainan pada pemulanya tampak pada daundaun muda secara
setempat demi setempat diujung serta tepinya mengalami chlorose, menjalar diantara tulang-
tulang daun kuncupkuncup yang tumbuh mati atau jika ada daun yang tumbuh warnanya
berubah Tanaman yang kekurangan unsur Kalsium 5) Gejala Defisiensi Unsur Mg
(Magnesium) Kelainan tampak pada daun-daun tua, chlorose mulai tampak menjalar pada
tulang-tulang daun, warna daun beruah menjadi coklat sedangkan tulang daun tetap hijau,
daun tampak lemah. Tanaman yang kekurangan unsur Magnesium 6) Gejala Defisiensi Unsur
Mn (Mangan) Kelainan tampak pada daun-daun muda, daun sering terlihat warna kekuningan
atau merah dan di beberapa tempat jaringan daunnya mati. Clorose berlangsung di antara
tulang daun, warna dari kuning dapat berubah menjadi putih, tempat-tempat yang chlorose ini
mati, tetapi tulang-tulang daun tetap berwarna hijau. Tanaman yang kekurangan unsur
Mangan 7) Gejala Defisiensi Unsur Fe (Besi) Gejala awal terjadi pada daun-daun muda. Pada
permulaannya chlorose terjadi di antara tulangtulang daun, warna daun beruah menjadi
kuning sampai putih kemudian berguguran, akhirnya tanaman mati mulai dari pucuk
Tanaman yang kekurangan unsur Besi 8) Gejala Defisiensi Unsur S (Belerang) Kelainan
tampak pada daun-daun muda, warna daun menjadi hijau muda, mengkilat agak keputihan
lalu berubah menjadi kuning hijau. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan
kurus Tanaman yang kekurangan unsur Belerang 9) Gejala Defisiensi Unsur Cl (Klorida)
Kelainan tampak pada daun yang menjadi keriput. Produktifitas tanaman rendah dan
pemasakan buah lambat Tanaman yang kekurangan unsur Klorida 10) Gejala Defisiensi
Unsur B (Boron) Kelainan terjadi pada daun-daun muda. Chlorose dimulai dari bagian bawah
daun muda kemudian menjalar sampai ke bagian tepi daun, selanjutnya daun mati. Daun
yang baru muncul keadaannya kecil, kuncup mati Tanaman yang kekurangan unsur Boron
11) Gejala Defisiensi Unsur Cu (Tembaga) Kelainan tampak pada daun-daun muda. Ujung
daun tampak layu, sedangkan jaringan daun tidak mati. Pada daun-daun muda kadang
mengalami chloro se Tanaman yang kekurangan unsur Tembaga 12) Gejala Defisiensi Unsur
Zn (Seng) Kelainan tampak pada daundaun tua. Daun berwarna kekuningan atau kemerahan.
Daun dapat berlubang, mengering lalu mati. Tanaman yang kekurangan unsur Seng 13)
Gejala Defisiensi Unsur Mo (Molibdenum) Gejala tampak pada pertumbuhan tanaman tidak
normal, warna daun berubah, daun keriput, mengering lalu mati pucuk. Pertumbuhan
tanaman terhenti lalu mati. Tanaman yang kekurangan unsur Mo Peranan Unsur Hara 1)
Unsur N (Nitrogen) Memacu petumbuhan tanaman secara umum, terutama fase vegetatif,
berperan pada pembentukan klorofil, membentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain. 2)
Unsur P (Fospat) Fungsi Nitrogen dalam tanaman Merangsang pertumbuhan dan
perkembangan akar, sebagai bahan dasar protein (ATP an ADP), membantu asimilasi dan
respirasi, mempercepat proses pembunaan d an pembuahan, serta memasakan biji dan buah
3) Unsur K (Kalium) Membantu pementukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan
tanaman, berperan mementuk antiodi tanaman terhadap penyakit serta kekeringan. 4) Unsur
Ca (Kalsium) Peran kalium dalam tumbuhan Mengaktifkan pembentukan bulu-bulu karang
biji, serta menguatkan batang, menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan. 5)
Unsur Mg (Magnesium) Membantu pembentukan klorofil dan senyawa lain, seperti
karbohidrat, lemak, berperan penting dalam tranportasi fospat pada tanaman. Perputaran
magnesium dalam tanah 6) Unsur Mn (Mangan) Berperan dalam proses asimilasi dan sebagai
komponen utama dalam pembentukan enzim-enzim pada tanaman) 7) Unsur Fe (Besi)
Berperan pada proses fisiologis tanaman seperti proses pernapasan dan pementukan klorofil.
8) Unsur S (Belerang) Membantu pembentukan bintil akar, pembentukan asam amino, dan
pertumbuhan tunas. Peran beberap unsur hara terhadap tanaman 9) Unsur B (Boron)
Membawa karbohidrat ke seluruh jaringan tanaman, mempercepat penyerapan unsur kalium,
berperan pada pertumbuhan tanaman, khususnya di bagian yang masih aktif, meningkatkan
kualitas produksi. 10) Unsur Cu (Tembaga) Pendorong poses pembentukan klorofil dan
sebagai komponen dalam pembentukan enzim tanaman. 11) Unsur Zn (Seng) Pembentukan
hormon pada tanaman 12) Unsur Mo (Molibdenum) Fungi sama seperti Cu, pengikat
nitrogen bebas di udara dan menjadi komponen pembentuk enzim pada bakteri bintil akar
tanaman legu minosae. a. Amonium Nitrat Pupuk Sumber Nitrogen Kandungan nitratnya
membuat pupuk ini cocok digunakan di daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini akan
membakar tanaman apabila diberikan terlalu dekat dengan akar tanaman atau kontak
langsung dengan daun. b. Amonium Sulfat Pupuk Amonium Nitrat Pupuk ini dikenal dengan
nama pupuk ZA, mengandung 21% nitrogen dan 26% sulfus, berbentuk kristal dan bersifat
kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehinga cocok digunakan untuk pupuk
dasar. Pupuk Amonium Sulfat c. Kalsium Nitrat Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih,
sangat cepat larut di dalam air. Kalsium nitrat merupakan sumber kalsium yang baik karena
mengandung 19% Ca. Sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis. d. Urea Pupuk urea
memiliki kandungan N yang tinggi yaitu 46%, sehingga sangat higroskopis. Urea mudah larut
dalam air dan bereaksi cepat, juga mudah menguap dalam bentuk amonia. Pupuk Kalsium
Nitrat Pupuk Urea a. SP-36 Pupuk sumber Fosfor Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P 2
O 5. Pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu.
Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai
pupuk dasar. b. Amonium Phosfat Pupuk SP-36 Pupuk ini umumnya digunakan untuk
merangsang pertumbuhan awal.bentuknya berupa butiran berwarna coklat kekuningan.
Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut didalam air. Pupuk Amonium Phosphate Pupuk
sumber Kalium a. Kalium Klorida Mengandung 45% K2O dan klor, bereaksi agak asam dan
bersiat higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang tidak
membutuhkanya. b. Kalium Sulfat Pupuk Kalium Klorida Pupuk ini lebih dikenal dengan
nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%, berbentuk tepung putih yang larut di dalam air,
bersifat asam. Dapat digunakan sebagai pupuk dasar sesudah tanam. Pupuk Kalium Sulfat c.
Kalium Nitrat Mengandung 13% N dan 44% K2O, berbentuk butiran berwarna putih yang
tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral. Pupuk sumber unsur makro sekunder a.
Kapur Dolomit Pupuk Kalium Nitrat Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan, dikenal
sebagai bahan untuk menaikan ph tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%)
yang cukup baik. Kapur Dolomit b. Kapur Kalsit Dikenal sebagai kapur pertanian berbentuk
bubuk berfungsi untuk meningkatkan ph tanah. Warnanya putih dan butirannya halus.
Bersifat lebih cepat larut di dalam air Kapur Kalsit c. Kalium Magnesium Sulfat (Paten Kali)
Pupuk ini mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO, berbentuk butiran dan berwarna
kuning. Ber sifat sukar larut dalam air. Kalium Magnesium Sulfat d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S, dan sedikit Mg. Gypsum
digunakan untuk meneralisir tanah yang erganggu karena kadar garam yang tinggi. e. Bubuk
Belerang Bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai
99%. Namun bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi defisiensi sulfur, tetapi lebih
banyak digunakan untuk menurunkan ph tanah. Kapur Gypsum Bubuk Belerang
MODUL 2. AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN Tim Penyusun: Prof. Dr. Patang,
S.Pi., M.Si Andi Alamsyah Rivai, S.Pi., M.Si PemeliharaanTanaman Perkebunan (KB. 3) 1.
Pemangkasan Tanaman perkebunan yang umum dilakukan pemangkasan adalah tanaman
kopi dan tanaman kakao Secara umum pemangkasan tanaman kakao bertujuan untuk: a.
Membentuk kerangka dasar tanaman kakao yang seimbang. b. Mengatur penyinaran
matahari. c. Mendorong pembentukan daun baru. d. Merangsang pembungaan dan
pembentukan buah kakao. e. Membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki. f.
Mengurangi resiko serangan hama dan penyakit.mempermudah pemeliharaan tanaman
Pemangkasan pada tanaman kakao ada beberapa macam, yaitu: pemangkasan bentuk,
pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi. a. Pemangkasan bentuk
Pemangkasan bentuk mulai dilakukan pada saat tanaman muda berumur 8-12 bulan dan telah
tumbuh jorket. Cabang yang lemah dibuang dan mempertahankan 3 cabang yang simetris
terhadap batang utama, sehat dan mengarah ke atas membentuk sudut 45o Cabang-cabang
utama yang dipilih hendaknya sudah mengayu dan daun flush sudah agak tua. Panjang
cabang sekitar cm. Pemangkasan Bentuk pada Tanaman Kopi Pemangkasan Bentuk Tanaman
Kakao b. Pemangkasan Pemeliharaan Pemangkasan pemeliharan pada tanaman kakao
bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk baik, mengatur
penyebaran daun produktif, merangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah, serta
terhindar dari hama dan penyakit. Pemangkasan dilakukan dengan mengurangi sebagian daun
yang rimbun pada tajuk tanaman dengan cara memotong rantingranting yang terlindung dan
menaungi Pemangkasan Pemeliharaan pada Tanaman Kopi Pemangkasan Pemeliharaan pada
Tanaman Kakao c. Pemangkasan Produksi Pemangkasan produksi berkesinambungan dengan
pemangkasan pemeliharaan. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan produktivitas tanaman
Pemangkasan produksi dilakukan dengan memangkas daundaun agar tidak terlalu rimbun
sehingga sinar matahari bisa tersebar merata ke seluruh organ daun Pemangkasan Produksi
pada Tanaman Kopi Pemangkasan Produksi pada Tanaman Kakao 2. Pengendalian Gulma
Pengertian gulma adalah semua tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak dikehendaki dan
bersifat mengganggu Gulma pada tanaman Kopi Gulma yang Menyerang Tan. Kakao Gulma
pada tan. sawit Gulma merupakan tumbuhan pengganggu tanaman utama khususnya bersaing
dalam memperebutkan unsur hara dan air serta dapat menjadi tanaman inang bagi hama dan
penyakit Pengendalian Gulma Tanaman Perkebunan Pencabutan Secara Mekanik
Pembabatan Penginjakkan Pengolahan Tanah Pemakaian Mulsa Pengaturan pohon pelindung
Pengendalian Gulma secara Kimiawi Herbisida adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk
mengendalikan gulma. Herbisida terbagi atas dua golongan yaitu : herbisida pra tumbuh dan
herbisida pasca tumbuh Sebelum pengendalian menggunakan herbisida, kita harus
menghitung seberapa jauh untung dan ruginya Pada konsentrasi tertentu penggunaan
herbisida sangat efektif khususnya bila memicu terjadinya pengendalian selektif 24D dan
dalpon. Ada pula herbisida non-selektif yang bisa mematikan rumput-rumputan dan tanaman
berdaun lebar Pengendalian Gulma secara Biologis Pengendalian secara hayati artinya
dengan menggunakan mahluk hidup yang lain, baik tumbuh-tumbuhan. Tumbuhtumbuhan
yang dimaksud adalah penutup tanah (cover crops) dari jenis kacang-kacangan menjalar,
antara lain callopogonium mucunoides, calopogonium caeruleum, centrosema pubescens, dan
pueraria javanica. Program pengendalian gulma di perkebunan, termasuk kelapa sawit
difokuskan pada daerah piringan dan gawangan 3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya adalah kultur teknis, pengendalian secara hayati, pengaturan pola tanam,
dan pengendalian secara kimia a. Hama Tanaman dari Kelompok Insekta Secara umum,
peranan insect ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Hama Tanaman Larva
Lepidoptera (berupa ulat) Hama Kumbang Kelapa Pengamatan Hama dan Gejala
Kerusakannya Pada prinsipnya, mengendalikan hama adalah mengelola populasi hama
sampai populasinya berada di bawah ambang ekonomik Pengenalan terhadap gejala
kerusakan tanaman juga menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam
mengambil langkah/tindakan pengendalian Kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan
pengendalian hama dapat membuang banyak biaya, waktu juga tenaga Pengendalian Hama
dan Penyakit dengan Kultur Teknis Pengendalian secara kultur teknis merupakan cara
pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan
perkembangan populasi hama atau penyakit Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian
secara kultur teknis merupakan cara pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan
lingkungan untuk menekan perkembangan populasi hama atau penyakit Pengelolaan Tanah
Sanitasi Pemupukan Kultur Teknis Irigasi Pengendalian Hama dan Penyakit Pengaturan Pola
Tanam Rotasi tanaman dan pengaturan waktu tanam Secara Hayati Strip Farming Sanitasi
Pengendalian Secara Kimia Pengendalian Secara Terpadu Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk
mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian
yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. PHT merupakan suatu sistem
pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan
ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting. Penyakit Tanaman Kelapa Sawit a.
Penyakit Busuk Akar Penyakit di pre nursery ádalah penyakit busuk akar oleh patogen
Rhizoctonia sp., Pythium sp., Fusarium sp. Gejala penyakit ditandai dengan memucatnya
daun dan selanjutnya tanaman akan mengalami kelayuan serta terjadi pembusukan akar
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan menghindari perlukaan akar, atau dengan
menggunakan biofungisida berbahan aktif Trichoderma sp dengan dosis 10 g/polibeg, atau
menggunakan fungisida lainnya. Penyakit Busuk Akar pada Tanaman Kelapa Sawit b.
Penyakit Busuk Daun Penyakit busuk daun (antraknosa) disebabkan oleh patogen
Botryodiplodia palmarum, Glomerella cingulata, Melanconium elaeidis. Gejala penyakit ini
dimulai dengan munculnya bercak kecil yang tembus cahaya yang selanjutnya membesar dan
berwarna kecoklatan dan akhirnya daun menjadi busuk. Pengendalian dilakukan dengan
pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, dan penyemprotan dengan fungisida secara rotasi
dengan Dithane M -45 0,2%, Benlate 0,3%, dan Antracol 0,2% dengan interval satu minggu
Penyakit Busuk Daun c. Penyakit Bercak Daun Penyakit bercak daun disebabkan oleh
patogen Curvularia eragrostidis, Drechslera halotes, Cochiobolus carbonus Gejala penyakit
dimulai dengan munculnya bercak kecil tersebar secara acak. Bercak yang yang sangat
banyak dan berdekatan menyebabkan daun seperti kering atau clorosis Pengendalian
dilakukan dengan pemupukan berimbang, sanitasi daun sakit, dan penyemprotan dengan
fungisida. Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Kelapa Sawit d. Penyakit Busuk Pangkal
Batang Penyakit utama yang menyerang TM adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB)
yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Gejala penyakit ini ditandai dengan
menguningnya daun, adanya akumulasi beberapa daun tombak yang tidak membuka, pelepah
daun bagian bawah menggantung (sengkleh), dan muncul badan buah (Fruiting body) di
pangkal batang. Pengendalian penyakit BPB dapat dilakukan melalui sanitasi sumber
inokulum yaitu akar dan batang yang terinfeksi dan pemberian agens antagonis Trichoderma
sp pada lubang tanam Penyakit Busuk Pangkal Batang e. Penyakit Karat Daun Penyakit karat
daun (red rust) disebabkan oleh patogen Cephaleuros virescen.. Gejala terlihat dengan adanya
bercak-bercak kemerahan pada pelepah-pelepah bawah dan pada permukaan anak daun.
Pengendalian dilakukan dengan menunas pelepah secara teratur dan benar, dan penyemprotan
fungisida tembaga dosis 2,5-5 g/2 liter air dengan rotasi satu minggu. a. Penyakit Akar Putih
Penyakit Tanaman Karet Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan
berwarna cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus lignosus yang
membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman Gejala-
gejala lain serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun-daun dengan tepi
ujungnya terlipat kedalam Penyakit Akar Putih pada tanaman Karet b. Penyakit Akar Merah
Gejala yang bisa dilihat dari serangan penyakit ini adalah terjadinya perubahan warna daun
dari hijau menjadi hijau pucat suram, menguning, dan akhirnya berguguran Pencegahan dan
pengendalian penyakit ini sama dengan pencegahan dan pengendalian penyakit akar putih
Penyakit Akar Merah pada Tanaman Karet c. Jamur Upas Penyakit jamur upas disebabkan
oleh cendawan Corticium salmonicolor yang memiliki empat tingkat perkembangan Gejala
penyakit ini adalah munculnya benang-benang berwarna putih seperti sutera di pangkal atau
bagian atas percabangan. Batang yang terinfeksi akan mengeluarkan cairan lateks berwarna
cokelat kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lama - kelamaan kulit
tanaman yang terinfeksi akan membusuk, berwarna hitam, mengering, dan mengelupas.
Penyakit Jamur Upas pada Tanaman Karet d. Kanker Bercak Penyakit kanker bercak muncul
akibat infeksi jamur Phytophthora palmivora yang memiliki benang-benang hifa berwarna
putih yang kurang jelas dilihat dengan mata telanjang Gejala serangan penyakit ini tidak
mudah dikenali karena serangannya dimulai dari bawah kulit Penyakit ini menimbulkan
kerusakan pada kulit batang di luar bidang sadap atau kulit percabangan, sehingga tanaman
akan merana dan akhirnya mati. Tanaman Karet Terkena Penyakit Kanker e. Busuk Pangkal
Batang Cendawan Botrydipbdia theobromae adalah biang keladi penyakit busuk pangkal
batang. Munculnya penyakit busuk pangkal batang dipicu oleh kondisi tanaman yang jelek
akibat kekurangan air karena kemarau yang berkepanjangan atau tanaman terluka oleh alat-
alat pertanian Gejala serangan penyakit busuk pangkal batang agak sulit dikenali sehingga
diperlukan ketelitian atau kecermatan. Bagian yang rusak dan terlihat seperti terbakar tersebut
tingginya mencapai satu meter atau lebih bisa menyebabkan tanaman mudah patah karena
tidak kuat menyangga tajuk f. Kanker Garis Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama
dengan biang keladi kanker bercak, yakni Phytophthora palmivora Gejala serangan penyakit
kanker garis dapat dilihat dari adanya selaput tipis putih dan tidak begitu jelas menutup alur
sadap. Jika dikerok atau diiris, di bawah kulit yang terletak di atas irisan sadap terlihat garis-
garis tegak berwarna cokelat kehitaman g. Penyakit Gugur Daun Oidium Penyakit gugur
daun Oidium merupakan penyakit utama pada tanaman karet, penyakit ini disebut juga
penyakit embun tepung, menyebabkan kerugian di perkebunan karet baik tanaman belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman telah menghasilkan (TM). Penyakit Gugur Daun
Defisiensi Unsur Hara Apabila tidak ada organisme lain yang menyebabkan gangguan atau
kelainan pertumbuhan tersebut, maka kelainan pertumbuhan itu dapat disebabkan adanya
kekurangan/kelebihan salah satu atau beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman Unsur
hara penyusun tanaman 1) Gejala Defisiensi Unsur N (Nitro gen) Tiap daun tua dari tanaman
yang menderita kekurangan N seluruhya tampak berubah warna menjadi hijau muda,
selanjutnya menguning, jaringanjaringannya mati, kering berwarna coklat, tanamannya
kerdil, perkembangan buah tidak sempurna, kecil-kecil cepat matang Tanaman yang
kekurangan unsur N 2) Gejala Defisiensi Unsur P (Fospat) Tiap daun tua seluruhnya
berwarna hijau yang lebih hijau dari biasanya dan sering tampak mengkilat kemerah-
merahan. Tangkai daun kelihatan lancip-lancip (meruncing), daun yang tua kadangkadang
berubah chlorotis (kuning-kuning). Pemben tukan buah jelek, dan pertu mbuhan tanaman
kerdil Tanaman yang kekurangan unsur Fospat 3) Gejala Defisiensi Unsur K (Kalium)
Terdapatnya kelainan pada setiap daun tua setempat demi setempat, jadi setiap daun tidak
menyeluruh, mula-mula daun mengkerut dan mengkilap, kemudian pada ujung daun dan tepi-
tepinya kelihatan klorosis menjalar diantara tulang daun, selanjutnya bercak merah sering
jatuh dan daun kelihatan bergerigi. 4) Gejala Defisiensi Unsur Ca (Kalsium) Tanaman yang
kekurangan unsur Kalium Kelainan pada pemulanya tampak pada daundaun muda secara
setempat demi setempat diujung serta tepinya mengalami chlorose, menjalar diantara tulang-
tulang daun kuncupkuncup yang tumbuh mati atau jika ada daun yang tumbuh warnanya
berubah Tanaman yang kekurangan unsur Kalsium 5) Gejala Defisiensi Unsur Mg
(Magnesium) Kelainan tampak pada daun-daun tua, chlorose mulai tampak menjalar pada
tulang-tulang daun, warna daun beruah menjadi coklat sedangkan tulang daun tetap hijau,
daun tampak lemah. Tanaman yang kekurangan unsur Magnesium 6) Gejala Defisiensi Unsur
Mn (Mangan) Kelainan tampak pada daun-daun muda, daun sering terlihat warna kekuningan
atau merah dan di beberapa tempat jaringan daunnya mati. Clorose berlangsung di antara
tulang daun, warna dari kuning dapat berubah menjadi putih, tempat-tempat yang chlorose ini
mati, tetapi tulang-tulang daun tetap berwarna hijau. Tanaman yang kekurangan unsur
Mangan 7) Gejala Defisiensi Unsur Fe (Besi) Gejala awal terjadi pada daun-daun muda. Pada
permulaannya chlorose terjadi di antara tulangtulang daun, warna daun beruah menjadi
kuning sampai putih kemudian berguguran, akhirnya tanaman mati mulai dari pucuk
Tanaman yang kekurangan unsur Besi 8) Gejala Defisiensi Unsur S (Belerang) Kelainan
tampak pada daun-daun muda, warna daun menjadi hijau muda, mengkilat agak keputihan
lalu berubah menjadi kuning hijau. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan
kurus Tanaman yang kekurangan unsur Belerang 9) Gejala Defisiensi Unsur Cl (Klorida)
Kelainan tampak pada daun yang menjadi keriput. Produktifitas tanaman rendah dan
pemasakan buah lambat Tanaman yang kekurangan unsur Klorida 10) Gejala Defisiensi
Unsur B (Boron) Kelainan terjadi pada daun-daun muda. Chlorose dimulai dari bagian bawah
daun muda kemudian menjalar sampai ke bagian tepi daun, selanjutnya daun mati. Daun
yang baru muncul keadaannya kecil, kuncup mati Tanaman yang kekurangan unsur Boron
11) Gejala Defisiensi Unsur Cu (Tembaga) Kelainan tampak pada daun-daun muda. Ujung
daun tampak layu, sedangkan jaringan daun tidak mati. Pada daun-daun muda kadang
mengalami chloro se Tanaman yang kekurangan unsur Tembaga 12) Gejala Defisiensi Unsur
Zn (Seng) Kelainan tampak pada daundaun tua. Daun berwarna kekuningan atau kemerahan.
Daun dapat berlubang, mengering lalu mati. Tanaman yang kekurangan unsur Seng 13)
Gejala Defisiensi Unsur Mo (Molibdenum) Gejala tampak pada pertumbuhan tanaman tidak
normal, warna daun berubah, daun keriput, mengering lalu mati pucuk. Pertumbuhan
tanaman terhenti lalu mati. Tanaman yang kekurangan unsur Mo Peranan Unsur Hara 1)
Unsur N (Nitrogen) Memacu petumbuhan tanaman secara umum, terutama fase vegetatif,
berperan pada pembentukan klorofil, membentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain. 2)
Unsur P (Fospat) Fungsi Nitrogen dalam tanaman Merangsang pertumbuhan dan
perkembangan akar, sebagai bahan dasar protein (ATP an ADP), membantu asimilasi dan
respirasi, mempercepat proses pembunaan d an pembuahan, serta memasakan biji dan buah
3) Unsur K (Kalium) Membantu pementukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan
tanaman, berperan mementuk antiodi tanaman terhadap penyakit serta kekeringan. 4) Unsur
Ca (Kalsium) Peran kalium dalam tumbuhan Mengaktifkan pembentukan bulu-bulu karang
biji, serta menguatkan batang, menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan. 5)
Unsur Mg (Magnesium) Membantu pembentukan klorofil dan senyawa lain, seperti
karbohidrat, lemak, berperan penting dalam tranportasi fospat pada tanaman. Perputaran
magnesium dalam tanah 6) Unsur Mn (Mangan) Berperan dalam proses asimilasi dan sebagai
komponen utama dalam pembentukan enzim-enzim pada tanaman) 7) Unsur Fe (Besi)
Berperan pada proses fisiologis tanaman seperti proses pernapasan dan pementukan klorofil.
8) Unsur S (Belerang) Membantu pembentukan bintil akar, pembentukan asam amino, dan
pertumbuhan tunas. Peran beberap unsur hara terhadap tanaman 9) Unsur B (Boron)
Membawa karbohidrat ke seluruh jaringan tanaman, mempercepat penyerapan unsur kalium,
berperan pada pertumbuhan tanaman, khususnya di bagian yang masih aktif, meningkatkan
kualitas produksi. 10) Unsur Cu (Tembaga) Pendorong poses pembentukan klorofil dan
sebagai komponen dalam pembentukan enzim tanaman. 11) Unsur Zn (Seng) Pembentukan
hormon pada tanaman 12) Unsur Mo (Molibdenum) Fungi sama seperti Cu, pengikat
nitrogen bebas di udara dan menjadi komponen pembentuk enzim pada bakteri bintil akar
tanaman legu minosae. a. Amonium Nitrat Pupuk Sumber Nitrogen Kandungan nitratnya
membuat pupuk ini cocok digunakan di daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini akan
membakar tanaman apabila diberikan terlalu dekat dengan akar tanaman atau kontak
langsung dengan daun. b. Amonium Sulfat Pupuk Amonium Nitrat Pupuk ini dikenal dengan
nama pupuk ZA, mengandung 21% nitrogen dan 26% sulfus, berbentuk kristal dan bersifat
kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehinga cocok digunakan untuk pupuk
dasar. Pupuk Amonium Sulfat c. Kalsium Nitrat Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih,
sangat cepat larut di dalam air. Kalsium nitrat merupakan sumber kalsium yang baik karena
mengandung 19% Ca. Sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis. d. Urea Pupuk urea
memiliki kandungan N yang tinggi yaitu 46%, sehingga sangat higroskopis. Urea mudah larut
dalam air dan bereaksi cepat, juga mudah menguap dalam bentuk amonia. Pupuk Kalsium
Nitrat Pupuk Urea a. SP-36 Pupuk sumber Fosfor Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P 2
O 5. Pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu.
Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai
pupuk dasar. b. Amonium Phosfat Pupuk SP-36 Pupuk ini umumnya digunakan untuk
merangsang pertumbuhan awal.bentuknya berupa butiran berwarna coklat kekuningan.
Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut didalam air. Pupuk Amonium Phosphate Pupuk
sumber Kalium a. Kalium Klorida Mengandung 45% K2O dan klor, bereaksi agak asam dan
bersiat higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang tidak
membutuhkanya. b. Kalium Sulfat Pupuk Kalium Klorida Pupuk ini lebih dikenal dengan
nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%, berbentuk tepung putih yang larut di dalam air,
bersifat asam. Dapat digunakan sebagai pupuk dasar sesudah tanam. Pupuk Kalium Sulfat c.
Kalium Nitrat Mengandung 13% N dan 44% K2O, berbentuk butiran berwarna putih yang
tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral. Pupuk sumber unsur makro sekunder a.
Kapur Dolomit Pupuk Kalium Nitrat Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan, dikenal
sebagai bahan untuk menaikan ph tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%)
yang cukup baik. Kapur Dolomit b. Kapur Kalsit Dikenal sebagai kapur pertanian berbentuk
bubuk berfungsi untuk meningkatkan ph tanah. Warnanya putih dan butirannya halus.
Bersifat lebih cepat larut di dalam air Kapur Kalsit c. Kalium Magnesium Sulfat (Paten Kali)
Pupuk ini mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO, berbentuk butiran dan berwarna
kuning. Ber sifat sukar larut dalam air. Kalium Magnesium Sulfat d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S, dan sedikit Mg. Gypsum
digunakan untuk meneralisir tanah yang erganggu karena kadar garam yang tinggi. e. Bubuk
Belerang Bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai
99%. Namun bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi defisiensi sulfur, tetapi lebih
banyak digunakan untuk menurunkan ph tanah. Kapur Gypsum Bubuk Belerang

Anda mungkin juga menyukai