Anda di halaman 1dari 3

ISBN No.

978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012

Pengaruh Konsentrasi Belerang dan Perekat pada Permukaan


Briket Terhadap Ketermudahan Pembakaran Briket

Melina Sari, Nia Kurniati, dan Azhar


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung
Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro, Gedung L Fakultas Teknik Bandar Lampung 35145
Telp. (0721) 701609 ext 222
E-mail: melinasari28@gmail.com

ABSTRAK

Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari limbah organik, limbah pabrik maupun limbah
perkotaan. Selama ini briket yang digunakan masyarakat sulit dalam proses awal pembakarannya.
Pada penelitian ini menggunakan arang kayu dan perekat serta menambahkan belerang pada
permukaan briket agar briket mudah terbakar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi belerang dan perekat pada permukaan briket terhadap ketermudahan pembakaran briket,
sehingga diperoleh briket yang mudah terbakar. Variasi konsentrasi belerang pada permukaan briket
60. 70 dan 80 %. Selanjuttnya memvariasikan perekat yaitu 1:6; 1:12; dan 1:18. Hasil penelitian
berupa briket berdiameter 5 cm, tinggi 4 cm dan hasil terbaik briket dengan konsentrasi belerang 80 %
dan konsentrasi perekat 1:6, dengan waktu ketermudahan pembakaran briket yaitu 1 menit 10 detik.

Key word: arang kayu, briket, belerang.

1. PENDAHULUAN menyulitkan penggunaan, penyimpanan, dan


pembakaran. Untuk mengatasinya, biomassa
Pemerintah mendorong penggunaan energi tersebut akan diolah dengan cara
alternatif (biomassa) melalui Undang-Undang pembriketan. Proses pembuatan briket
No 30 Tahun 2007 yang berisi bahwa menghasilkan energi yang relatif murah dan
cadangan sumber daya energi tak terbarukan sederhana (Syafriani, 2011).
terbatas, maka perlu adanya kegiatan
penganekaragaman sumber daya energi Selama ini briket lebih sulit terbakar
alternatif agar ketersediaan energi terjamin, dibandingkan dengan bahan bakar cair
dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah misalnya minyak tanah, yang disebabkan oleh
RI No 70 Tahun 2009 tentang konservasi beberapa penghambat pembakaran.
energi yang merupakan upaya sistematis, Penghambat pembakaran tersebut meliputi
terencana dan terpadu guna melestarikan kelembaban briket, kurangnya konsentrasi
sumber daya energi dalam negeri serta oksigen dalam briket dan besarnya enegi
meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Hal aktivasi yang dibutuhkan saat awal
ini didukung pula dengan tersedianya pembakaran briket, selain itu ignition
biomassa yang melimpah di Indonesia. Oleh temperature karbon cukup tinggi Oleh karena
karena itu, perlu dilakukan upaya dalam itu, diperlukan inovasi untuk menghasilkan
pemanfaatan biomassa menjadi energi briket yang mudah terbakar yaitu
alternatif. menambahkan briket dengan belerang yang
memiliki ignition temperature lebih rendah dari
Energi alternatif merupakan pengganti energi karbon.
utama yang relatif murah, ramah lingkungan
dan dapat diperbaharui. Sumber energi Penelitian ini akan dilakukan pembuatan
alternatif ada berbagai macam antara lain briket dengan memanfaatkan arang kayu.
biofuel, biogas, dan biobriket serta bentuk- Perbandingan komposisi antara arang kayu
bentuk energi alternatif yang lain (Lubis, dan perekat yaitu 1:2 dari berat total briket
2008). 120 gram dengan ukuran partikel arang kayu
30 mesh. Dari penelitian sebelumnya didapat
Diantara sumber-sumber energi alternatif ketebalan lapisan belerang yang terbaik yaitu
tersebut, energi biomassa merupakan sumber 2 mm, namun memiliki kekurangan yaitu
energi alternatif yang perlu mendapat prioritas lapisan belerang mudah rontok. Pada
dalam pengembangannya. Namun biomassa penelitian ini menggunakan campuran
memiliki bentuk yang beragam sehingga belerang dan karbon. Belerang divariasikan

451
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012

dengan konsentrasi 60%, 70% dan 80%. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Selain itu, pada penelitian ini juga
ditambahkan perekat pada lapisan luar briket Belerang merupakan zat yang mudah
dengan variasi konsentrasi antara tepung terbakar dan dapat menyuplai panas,
kanji dan air yaitu 1:6 ; 1:12 dan 1:18. sehingga mempermudah pembakaran briket.
Pengujian briket dilakukan menggunakan Berdasarkan hasil uji ketermudahan
kompor listrik 30 watt dengan parameter pembakaran briket diperoleh grafik yang
lamanya waktu awal pembakaran briket. menerangkan hubungan antara konsentrasi
belerang terhadap waktu ketermudahan
pembakaran briket.
2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam skala


laboratorium. Bahan baku yang digunakan
pada penelitian ini yaitu, arang kayu, tepung
kanji (aci) dan belerang. Adapun alat-alat
yang digunakan yaitu, alat tumbuk, ayakan,
timbangan digital, wadah/baskon, drying
oven, pengaduk, alat pencetak dan
pengepres briket, stopwatch, kompor listrik
dan kawat kasa.

Pembuatan briket meliputi pengumpulan


bahan baku, kemudian arang kayu dihaluskan
dengan cara ditumbuk hingga berbentuk
Gambar 1. Grafik hubungan antara ketebalan lapisan
tepung. Hal ini untuk mendapatkan partikel belerang dengan waktu ketermudahan
arang yang lebih kecil sehingga kerapatan pembakaran
briket semakin besar. Arang kayu yang telah
halus diayak menggunakan ayakan untuk Pada run 1, briket dengan konsentrasi
menyeragamkan ukuran. Selanjutnya arang belerang 60% didapat waktu ketermudahan
hasil pengayakan ditimbang dengan pembakaran yaitu 1 menit 56 detik. Dan pada
timbangan digital, sesuai dengan berat yang run 2, briket dengan konsentrasi belerang
telah ditetapkan yaitu 40 gram. Lalu arang 70% didapat waktu ketermudahan
ditambahkan perekat dengan perbandingan pembakaran yaitu 1 menit 14 detik.
1:2 kemudian diaduk rata sampai homogen. Sedangkan pada run 3, briket dengan
Partikel arang kayu dan perekat yang telah konsentrasi 80% didapat waktu ketermudahan
tercampur rata dimasukkan ke dalam cetakan pembakaran yaitu 1 menit 5 detik. Dari
kemudian ditekan (compression) dengan alat keseluruhan run tersebut didapat waktu
pengepres briket yang bebannya sebesar 10 pembakaran optimum dengan konsentrasi
ton. Selanjutnya bahan yang telah dicetak belerang 80%. Hal ini menunjukan bahwa
didiamkan selama 15 menit pada alat dengan menggunakan lapisan belerang 100%
cetakan. Setelah itu bahan kemudian dengan lapisan belerang 80% tidak jauh
dikeluarkan dari cetakan untuk selanjutnya berbeda, sehingga dapat mengurangi
ditambahkan belerang. Penambahan penggunaan belerang pada lapisan briket dan
campuran belerang dan karbon pada dapat memperkecil biaya pembuatan briket
permukaan briket dengan variasi konsentrasi yang mudah terbakar. Hasil terbaik percobaan
belerang yaitu 60, 70 dan 80% dari berat I dipakai sebagai variabel tetap pada
campuran belerang dan karbon. Selanjutnya percobaan II yaitu menggunakan perekat
hasil terbaik dari konsentrasi belerang padapermukaan briket sebelum dilapisi
digunakan sebagai variabel tetap pada variasi belerang.
konsentrasi perekat.

Briket yang telah dicetak dan ditambahkan


belerang kemudian dikeringkan pada oven
o
dengan suhu 70 C selama 5 jam. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam
briket. Pengujian briket dilakukan
menggunakan kompor listrik 30 watt yang
dilapisi kawat kasa dengan parameter
lamanya waktu awal pembakaran briket.

452
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012

PUSTAKA

Envis, 2006, “Environment Related Activities


With Special Reference To Solid
Waste Management, Environmental
Information System Vol. 2 No. 1”, pp
1-13, India.
Lubis, Khairati., 2008, “Transformasi Mikropori
ke Mesopori Cangkang Kelapa Sawit
Terhadap Nilai Kalor Bakar Briket
Arang Cangkang Kelapa Sawit”,
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Mahajoeno, Edwi., 2005, “Potensi Limbah
Biomassa Sawit sebagai Sumber
Gambar 2. Grafik hubungan antara konsentrasi belerang
Energi Terbarukan”, at:
dengan waktu ketermudahan pembakaran
www.ipardboo.indo.net.id., diakses 1
Pada run 1, briket dengan konsentrasi perekat Maret 2011.
1:6 diperoleh waktu ketermudahan Syafriani, Fajar Ayu., 2011, “Perancangan
pembakaran yaitu 1 menit 10 detik. Dan pada Bahan Bakar Padat dari Limbah
run 2 dengan konsentrasi perekat 1:12 Industri Gula Tebu”, Universitas
diperoleh waktu ketermudahan pembakaran Lampung, Lampung.
briket yaitu 1 menit 30 detik. Sedangkan pada
run 3, briket dengan konsentrasi perekat 1:18
didapat waktu ketermudahan pembakaran
yang paling lama dibandingkan dengan run 1
dan 2 yaitu 2 menit 23 detik. Dari keseluruhan
run tersebut didapat waktu pembakaran
optimum dengan konsentrasi perekat 1:6. Hal
ini dikarenakan pada konsentrasi perekat 1:6,
kandungan air dalam perekat sedikit sehingga
briket dapat terbakar dalam waktu yang cepat
yaitu 1 menit 10 detik. Jadi pada percobaan II
diperoleh hasil terbaik konsentrasi perekat
yaitu 1:6 dengan konsentrasi belerang 80%.
Briket yang dihasilkan pada percobaan II ini,
selain mudah terbakar juga lapisan campuran
belerang dan karbon pada permukaan briket
tidak mudah rontok karena adanya perekat
pada permukaan briket.

4. SIMPULAN

Dari hasil penilitian ini, kesimpulan yang di


dapat yaitu penambahan campuran belerang
dan karbon pada permukaan briket dapat
mengurangi penggunaan belerang dan
mempercepat waktu ketermudahan
pembakaran. Penggunaan perekat pada
permukaan briket menghasilkan briket yang
tidak mudah rontok dengan waktu
ketermudahan pembakaran tidak terlalu jauh
beda dengan tanpa perekat pada
permukaannya dan mudah rontok.

Variasi terbaik terdapat pada percobaan II run


1 dengan konsentrasi belerang sebesar 80%
dan menggunakan perekat pada permukaan
briket dengan konsentrasi perekatnya 1:6
yaitu dengan waktu 1 menit 10 detik.

453

Anda mungkin juga menyukai