Anda di halaman 1dari 9

SNPPM-2 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020

ISBN 978-623-90328-5-2

Artikel Hasil Penelitian

ANALISA KINERJA RUANG BAKAR REAKTOR PIROLISIS


MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOMASSA
DALAM MENGHASILKAN BIOARANG DAN ASAP CAIR

Kemas Ridhuan1, Yuda Armada Putra2, Alfi Arasyd3


1,2,3
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Tenik, Universitas Muhammadiyah Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung.
E-mail : kmsridhuan69@gmail.com, yuda-ap16@gmail.com, alfiars2@gmail.com

Abstrak
Suhu pembakaran diruang bakar dipengaruhi bahan bakar dan ruang bakar. Bahan bakar dapat menyebabkan
besarnya suhu pembakaran yang terjadi. Ruang bakar dapat menjaga dan mempertahankan suhu pembakaran yang
ada sehingga dapat menghasilkan bioarang dan asap cair yang optimal. Tujuan dari penelitian ini mengetahui suhu
pembakaran yang terjadi, laju perpindahan panas dan efisiensi pembakaran dan hasil bioarang dan asap cair.
Metode penelitian ini menggunakan ruang bakar dengan pembakaran menyeluruh, dengan isolasi pasir halus.
Reaktor dengan kapasitas 10 kg biomassa kayu. kondensor dengan pipa tembaga dengan 10 jumlah lilitan.
Menggunakan bahan bakar biomassa kayu sengon, cangkang karet dan sekam padi. Bahan baku biomassa kayu
gelam. Menggunakan media pendingin air. Hasil penelitian didapat menunjukan temperatur yang cukup tinggi dan
waktu yang singkat serta hasil banyak. Biomassa kayu sengon diruang bakar 654℃, temperatur di reaktor 381℃,
dengan waktu pengujian 270 menit, laju perpindahan panas di ruang bakar pada kayu sengon 42,15 kJ/s,
perpindahan panas secara konduksi kayu sengon 38543,99 watt, perpindahan panas secara konveksi cangkang karet
769,602 Watt, Efisiensi termal reaktor pirolisis pada pengujian kayu sengon sebesar 58,36 %, cangkang karet 42,52
% dan sekam padi 62,54 %. Kayu sengon menghasilkan asap cair paling banyak yaitu 1,2 Kg atau 12%, dan hasil
arang paling sedikit yaitu 2 Kg. Bahan bakar sekam padi menghasilkan asap cair 0,3 kg dan arang aktif 3,5 kg atau
35%.

Kata Kunci : asap cair, arang, biomassa, pembakaran, pirolisis, reactor.

PENDAHULUAN

Pirolisis merupakan suatu proses penguraian kandungan kimia dari biomassa dengan
menggunakan panas atau pembakaran yang disertai ada atau tidak adanya udara. Paris et al.
(2005) mengatakan bahwa pirolisis merupakan proses dari pembakaran tidak sempurna pada
proses pengarangan dengan menggunakan suhu tinggi pada bahan-bahan yang mengandung
karbon. Pirolisis pada biomassa diharapkan dapat meningkatkan densitas energi yang
terkandung pada hasil dari proses tersebut, agar menghasilkan kerja yang lebih baik jika
dibandingkan dengan pembakaran yang langsung pada biomassa tersebut. Hasil utama dari
proses pembakaran pirolisis biomassa adalah berupa produk bermanfaat yaitu bioarang dan asap
cair. Bioarang merupakan bahan bakar padat yang diproses dari biomassa yang berupa arang
yang memiliki nilai kalor tinggi. Sementara itu asap cair adalah suatu bahan berbentuk cairan
yang bermanfaat sebagai bahan multiguna yaitu untuk pengawet makanan, penggumpal latek,
pengawet kayu dari rayap, biopestisida untuk meningkatkan produksi pertanian, obat-obatan dan
lainnya. Menurut Daramola (2013) kandungan beberapa senyawa fenol, formaldehid, dan
senyawa lainnya yang berasal dari asap meresap ke daging dan berfungsi sebagai pengawet
untuk memperpanjang umur simpan produk akhir serta memberikan cita rasa tersendiri yang

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro 207


SNPPM-2 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020
ISBN 978-623-90328-5-2

lezat, gurih, dengan aroma yang khas. Untuk mendapatkan bahan tersebut didapat dari biomassa
yang dipanaskan atau dibakar diruang bakar kemudian gas atau asap pembakaran tersebut
didinginkan di kondensor dan kemudian berubah menjadi cairan atau asap cair. Selain itu
biomassa yang dibakar diruang bakar tanpa udara maka akan menghasilkan bioarang. Biomassa
yang dapat menghasilkan asap cair yaitu biomassa yang banyak mengandung lignin, selulosa,
hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya.
Hasil produk pirolisis tersebut sangat dipengaruhi oleh pembakaran biomassa di ruang
bakar, semakin tinggi temperatur pembakaran biomassa tersebut maka akan semakin banyak
asap cair yang dihasilkan, karena semakin tinggi temperatur maka akan menyebabkan padatan
biomassa yang semakin banyak yang terurai menjadi gas dan sebaliknya semakin sedikit
bioarang yang dihasilkan. Kemudian jika semakin rendah suhu pembakaran yang terjadi maka
akan semakin sedikit padatan biomassa yang terurai menjadi gas atau asap maka akan sedikit
menghasilkan asap cair dan sebaliknya akan menghasilkan bioarang yang lebih banyak. Oleh
kananya pembakaran merupakan hal yang penting. Pembakaran merupakan suatu reaksi kimia
eksotermal dengan kalor yang dibangkitkan sangat besar dan menghasilkan nyala, dimana reaksi
ini berlangsung spontan dan berkelanjutan karena adanya suplai kalor yang dibangkitkan oleh
reaksi itu sendiri. Secara lengkap, proses pembakaran bahan bakar padat secara proses fisis
meliputi tiga tahapan, yaitu tahap pengeringan, tahap devolatilisasi, tahap pembakaran arang,
dan akan tersisa abu (Borman, 1998). Keberadaan ruang bakar juga mempengaruhi hasil suhu
pembakaran yang terjadi.
Ruang bakar merupakan bagian penting dari suatu proses pembakaran. Ruang bakar
merupakan tempat dimana terjadinya proses pembakaran dari bahan bakar. Agar suhu
pembakaran yang terjadi dapat dipertahankan maka ruang bakar tersebut harus memiliki
kamampuan isolativ, sehingga panas yang ada tidak hilang dan terbuang keluar, sehingga
pembakaran yang terjadi bisa lebih optimum. Untuk menjaga hasil temperatur pembakaran
tersebut maka ruang bakar diberi diisolasi agar panas yang ada tidak banyak terbuang keluar
sehingga efisiensi termal dapat lebih baik. Kemudian juga jenis isolator juga mempengaruhi,
yaitu bahan isolasinya, seperti glasswool, asbes, fiberglass dan lainnya yang memiliki tingkat
serat yang baik. Menurut Indiyanto (2015) Asbes memiliki koefisien daya hantar panas sebesar
0.12 J/det oC m (koefisien konduktivitas yang rendah membuat pori asbes mudah dimasuki
udara). Selain itu, asbes juga tidak mudah terbakar hingga mencapai suhu 700 oC. Isolator
tersebut berfungsi untuk mengurangi terjadi perpindahan panas ke luar. Sehingga memperkecil
terjadinya laju perpindahan panas keluar. Ada beberapa jenis perpindahan panas yang terjadi
pada proses pembakaran di ruang bakar dan reaktor pirolisis ini yaitu perpindahan panas
konveksi, perpindahan panas yang terjadi di udara atau air dan perpindahan panas konduksi,
yaitu perpindahan panas yang terjadi di benda padat.
Selain itu juga bentuk ruang bakar juga mempengaruhi suhu pembakaran yang
dihasilkan. Semakin besar volume ruang bakar maka temperatur pembakaran yang terjadi akan
besar juga (tinggi). Kemudian luas bidang yang menerima panas juga bisa meningkatkan atau
mempercepat proses pembakaran. Seperti ruang bakar dengan Pembakaran Menyeluruh,
dimana proses pembakaran yang terjadi di sekeliling dinding reaktor, yaiitu dari dinding bawah
dan dari dinding samping. Ruang bakar ini bisa meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pembakaran. Karena bisa memperbesar luas bidang panas, dimana pemanasan terjadi dari
hampir di seluruh dinding reaktor. Ada juga ruang bakar satu bidang, yaitu hanya dari satu
dinding reaktor ialah dari bawah reaktor. Ruang bakar ini tentunya akan memakan waktu
pembakaran yang cukup lama, karena dari satu dinding sumber panas diberikan.
Selanjutnya faktor bahan bakar juga mempengaruhi hasil pembakaran. Karena bahan
bakar merupakan sebagai sumber awal titik nyala pembakaran, sebagai sumber panasnya. Bahan

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro 208


SNPPM-2 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020
ISBN 978-623-90328-5-2

bakar yang digunakan yaitu biomassa. Biomassa merupakan bahan organic yang memiliki nilai
kalor yang cukup tinggi. Biomassa yang digunakan juga mempengaruhi hasil proses
pembakaran yang terjadi. Seperti jenis biomassa, yaitu kayu karet, kayu sengon, kayu akasia,
kayu gelam dan lainnya. Kemudian juga ukuran biomassanya, seperti sekam padi, serbuk
gergaji, serutan kayu, cangkang karet dan lain-lain. Semakin keras kayu maka akan semakin
lama pembakarannya, dan sebaliknya semakin lunak maka akan lebih cepat pembakarannya.
Lalu semakin kecil ukuran butir biomassa dan dibakar secara statis atau diam maka akan
semakin sulit terbakarnya, karena udara sulit masuk disela-sela ukuran butiran biomassa tersebut
maka waktu pembakaran lebih lama. Agar reaksi pembakaran dapat berlangsung, maka bahan
bakar harus sepenuhnya kontak dengan oksigen atau udara. Dengan variasi besar ukuran butir
biomassa bahan bakar, seperti kayu sengon, cangkang karet dan sekam padi akan mempengaruhi
temperatur dan lama waktu pembakaran yang terjadi. Temperatur dan waktu pembakaran akan
berdampak pada kwantitas dan kwalitas hasil bioarang dan asap cair yang didapatkan. Lalu
bahan baku biomassa kayu gelam dipakai karena dapat menghasilkan kwalitas asap cair yang
lebih bersih (kekuningan) dan lebih banyak. Disisi lain bongkahan biomassa yang terlalu besar
akan terbakar hanya pada permukaannya saja karena hanya bagian permukaan biomassa saja
yang kontak dengan udara. Kemudian biomassa dengan partikel kecil dan dibakar secara
dinamis atau bergerak/mengalir maka pembakaran akan terjadi pada semua permukaan
partikelnya sehingga proses pembakaran bisa lebih cepat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin UM. Metro. Penelitian ini
menggunakan reaktor Pirolisis berkapasitas bahan baku biomassa kayu gelam sebanyak 10 kg.
tinggi reaktor 50 cm, diameter dinding silinder 36 cm. Ruang bakar dengan type pembakaran
menyeluruh dengan bahan plat baja tebal 3 mm, dengan diameter 60 cm, tinggi 60 cm, isolasi
pasir halus dengan tebal 5 cm. Kondensor dengan tinggi 50 cm, diameter tabung 40 cm, pipa
tembaga dengan diameter 10 mm dan 10 jumlah lilitan. Pompa air pendingin daya 60 W.

Gambar 1. Alat Reaktor Pirolisis dan Kondensor

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro 209


SNPPM-2 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020
ISBN 978-623-90328-5-2

Menggunakan Bahan baku biomassa kayu gelam memiliki tekstur yang keras. Jenis
bahan bakar biomassa yaitu kayu sengon, cangkang karet dan sekam padi. Ruang bakar diuji
dengan menggunakan bahan bakar bervariasi dari ukuran besar bongkahan kayu sengon, ukuran
sedang bijian cangkang karet dan ukuran kecil butiran sekam padi. Sehingga dapat diketahui
unjuk kerja ruang bakar yang optimum dengan suhu tertinggi dan lama waktu pembakaran.
Tahap penelitian diawali dengan perancangan bentuk reaktor pirolisis, ruang bakar dan
kondesnor. Selanjutnya dilakukan pembuatan alat pirolisis dan komponen lainnya. Biomassa
sebelum diuji, dilakukan pengeringan dari kadar air terlebih dahulu, agar proses pembakaran
pirolisis dan hasilnya dapat optimum. Tahap berikutnya masukan biomassa ke dalam reaktor
sebanyak 10 kg lalu tutup reactor tersebut. kemudian hubungkan reactor dan kondensor dengan
pipa penghubung. Masukan air pendingin di kondensor. Masukan pula bahan bakar sekam padi
ke dalama ruang bakar secara bertahap lalu dibakar, setelah api mulai menyala tambah sedikit
demi sedikit bahan bakar sekam padinya agar nayala api tidak padam. Catat waktu dan suhu
pembakaran yang terjadi setiap 10 menit pada tiap beberapa titik ruang bakar, reactor, pipa
Penghubung dan kondensor. Amati kejadian selama penelitian seperti waktu mulai menetes asap
cair dan waktu berhenti menetes. Penambahan bahan bakar sekam padi terus dilakukan hingga
dipastikan proses pembakaran benar-benar telah selesai. Setelah dipastikan asap cair tidak keluar
lagi (menetes) di pipa keluar kondensor maka cukupkan pembakaran pirolisisnya, maka matika
apinya dan buka reactor. Dinginkan asap cair sejenak lalu ukur dan timbang asap cair dan
bioarang yang didapat. Selanjutnya bioarang dan asap cair diuji di laboratorium kimia untuk
mengetahui karaktristik bioarang seperti nilai kalor, kadar air, kadar abu. Lalu asap cairnya
seperti kadar pH, kadar asam, berat jenis, viskositas. Lakukan pengujian dengan variasi jenis
biomassa yang lainnya yaitu cangkang karet dan kayu sengon dengan cara yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada reaktor pirolisis dengan tipe
pembakaran menyeluruh dengan menggunakan variasi biomassa sebagai bahan bakarnya seperti
kayu sengon, cangkang karet dan sekam padi, dan menggunakan bahan baku yang sama yaitu
kayu gelam, maka di dapat data sebagai berikut :

Tabel 1. Data Hasil Pengujian


Bahan Temp Temp Hasil Asap Panas Panas Efisiensi Panas Panas
Bakar BBK BBU Arang Cair Bahan Bahan Termal Konveksi Konduksi
Biomassa (℃) (℃) (Kg) (ml) Bakar baku Reaktor (J/s) (kJ/s)
(kJ/s) (kJ/s) (%)
Kayu 654 382 2.0 1200 42,15 0,386 58,36 766,97 38,54
Sengon
Cangkang 551 385 2.4 600 50,59 0,385 42,52 769,60 32,31
Karet
Sekam 347 227 3.5 300 11,85 0,164 62,54 351,20 17,29
Padi

Keterangan :
BBK = Bahan Bakar
BBU = Bahan Baku

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro 210


SNPPM-2 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020
ISBN 978-623-90328-5-2

T.Kayu Sengon T.Cangkang Karet T.Kayu Sengon T.Cangkang Karet

˚C T.Sekam Padi ˚C T.Sekam Padi


700 500
600
400
500
400 300
300 200
200
100
100
0 0
0

60
30

90

270
120
150
180
210
240

300
330
360

0
30
60
90

150

210
120

180

240
270
300
330
360
Min Min
Gambar 2. Temperatur Ruang Bakar Gambar 3. Temperatur Reaktor

Bahan bakar biomassa dimasukan ke dalam ruang bakar, lalu dibakar untuk memanasi
reaktor, maka temperatur pembakaran yang terjadi pada tiap jenis biomassa yaitu kayu sengon,
cangkang karet dan sekam padi terlihat seperti pada gambar 2. Kayu sengon menghasilkan
temperature pembakaran yang tertinggi yaitu 654℃ dibanding biomassa lainnya cangkang karet
440℃ dan sekam padi 347℃. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran butir/bongkahan
biomassa maka akan semakin besar luasan permukaan biomassa yang bersentuhan dengan udara
maka pembakaran akan terjadi secara sempurnah sehingga suhu pembakaran menjadi lebih
tinggi. Ada sejumlah udara disela-sela bahan bakar yang memungkinkan cepat terjadinnya
pembakaran. Dan sebaliknya semakin kecil ukuran butir/bongkahan biomassa maka akan suhu
pembakaran yang terjadi akan kecil. Karena semakin kecil ukuran butir biomassa maka akan
semakin rapat tertumpuk sehingga tidak ada udara yang bisa masuk maka pembakarannya akan
sulit terjadi sehingga suhunya kecil. Menurut Ridhuan dkk (2019) kelapa muda menghasilkan
suhu pembakaran yang lebih tinggi dibanding bambu dan kulit durian yang dipotong, hal ini
dikarenakan bahwa dengan tekstur berserat dan ukuran besar menyebabkan pembakaran lebih
mudah terjadi karena suplai udara yang ada disela-sela kulit kepala, selain tekstur berserat,
sehingga temperatur awal terjadinya dekomposisi termal menyebabkan terjadinya pembakaran
lebih cepat.
Begitu pula halnya temperatur pembakaran yang terjadi di dalam reactor yang berisi
biomassa kayu gelam seperti pada gambar 3. temperatur tertinggi terjadi pada bahan bakarnya
kayu sengon yaitu 392℃, dikiuti oleh cangkang karet 341℃ lalu sekam padi 227℃. Hal ini
cukup sesuai dengan temperatur yang terjadi di ruang bakar yaitu temperature tertinggi adalah
kayu sengon dan diikuti oleh bahan bakar yang lainnya. Namun penurunan temperature yang
terjadi cukup besar untuk bahan bakar kayu sengon dibanding yang lain. Hal ini dikarenakan
ketidak rapatan bahan bakar kayu sengon menyebabkan temperatur pembakaran yang terjadi
sebagian besar terbawa keluar melalui atas. Untuk bahan yang butiran cukup kecil cendrung
penurunan temperatur pembakaran tidak begitu besar pada reactor seperti pada cangkang karet
dan sekam padi.

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro 211


SNPPM-2 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020
ISBN 978-623-90328-5-2

44,59 0,386 0,385


42,15
50

Panas (kJ/s)
0,4
Panas (kJ/s)

40
0,3
30 0,164
11,89 0,2
20
10 0,1

0 0
Kayu Cangkang Sekam Kayu Cangkang Sekam
sengon Karet Padi sengon Karet Padi

Gambar 4. Panas di Bahan Bakar Gambar 5. Panas di Bahan Baku

Panas bahan bakar dan bahan baku merupakan panas yang dihasilkan dari temperatur
pembakaran yang dihasilkan dari masing-masin biomassa tersebut seperti pada gambar 4 dan
gambar 5. Untuk panas bahan baku yaitu panas yang dihasilkan oleh pembakaran biomassa kayu
gelam, hal ini nilainya berbeda dikarenakan pemicu sumber panasnya adalah dari biomassa
bahan bakarnya. Semakin besar panas bahan bakarnya maka panas bahan baku juga sama.
Sekam padi memiliki panas yang kecil yaitu 11,89 kJ/s, karena kerapatannya yang besar maka
pemicu pembakaran agak susah. Untuk cangkang karet memiliki nilai panas yang cukup besar
yaitu 44,59 kJ/s karena memiliki nilai kalor yang besar, juga karena banyaknya massa cangkang
karet yang digunakan.

766,97 769,6 38,54


32,31
800 40
Panas (kJ/s)
Panas (J/s)

600 30
351,2 17,29
400 20

200 10

0 0
Kayu Cangkang Sekam Kayu Cangkang Sekam
sengon Karet Padi sengon Karet Padi

Gambar 6. Perpindahan Panas Konveksi Gambar 7. Perpindahan Panas Konduksi

Di ruang bakar temperatur pembakaran cukup tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya


panas yang keluar. Perpindahan panas yang terjadi akibat adanya perbedaan suhu pada kedua
bagian. Seperti pada gambar 6, itu perpindahan panas konveksi. Dan pada gambar 7 itu
perpindahan panas konduksi. Dari kedua jenis perpindahan panas tersebut terlihat bahwa
perpindahan panas konduksi memiliki nilai kerugian yang besar yaitu 38.540 j/s pada kayu
sengon, hal ini dikarenakan kerugian panas konduksi itu pada benda padat sehingga banyak
panas yang tertinggal atau tertahan di bahan baja, baik pada dinding reactor maupun pada
dinding ruang bakar dan isolasi. Sementara itu perpindahan panas konveksi itu terjadi pada

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro 212


SNPPM-2 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020
ISBN 978-623-90328-5-2

udara di ruang bakar saja, sehingga jumlah panas yang terbuang cukup sedikit yaitu 766,97 j/s
pada bahan bakar kayu sengon. Rugi panas pada udara yang kadang terbawa keluar ruang bakar,
karena ada aliran udara yang keluar.
Untuk perpindahan panas konduksi pada tiap biomassa terlihat cukup sesuai dengan
temperature asal sumber panas dari masing-masing biomassa, baik kayu sengon, cangkang karet
maupun sekam padi, ada penurunan panas yang sesuai akibat dinding plat reaktor dan ruang
bakar. Namun untuk perpindahan panas konveksi pada tiap biomassa ada yang cukup berbeda
yaitu pada biomassa cangkang karet yaitu 769,9 j/s, hal ini dikarenakan kenaikan temperatur
cangkan karet berfluktuasi atau naik turunnya cukup besar sehingga perubahannya juga besar.

3,5
1500

Volume (Liter)
4 1200
Massa (Kg)

2,4
3 2 1000 600
2 300
500
1

0 0
Kayu Cangkang Sekam Kayu Cangkang Sekam
sengon Karet Padi sengon Karet Padi

Gambar 8. Hasil Bioarang Gambar 9. Hasil Asap Cair

Setelah dilakukan pengujian maka didapatlah produk pirolisis yaitu bioarang dan asap
cair. Hasil kedua produk tersebut sangat sesuai sekali bahwa semakin tinggi temperatur pirolisis
maka akan semakin banyak asap cair yang didapatkan dan sebaliknya akan menghasilkan
bioarang yang sedikit. Menurut Yang et al, (2007) bahwa Lignin lebih sulit terdegradasi karena
terdiri dari cincin aromatik dengan beberapa cabang dimana aktivitas ikatan kimia pada lignin
mencakup jarak yang luas sehingga degradasi lignin mulai terjadi pada suhu 100-900ºC, tetapi
lebih banyak pada suhu di atas 400ºC. Dan menurut Ritcher et al (2004) menyatakan pirolisis
biomasa akan mengalami beberapa tahap penguraian : (i) hemisellulosa terdegradasi pada 200-
260ºC, (ii) selulosa pada 240-350ºC dan lignin pada 280ºC sampai 500ºC.
Semakin tinggi suhu pirolisis maka jumlah asap cair yang dihasilkan akan semakin
banyak, hal ini dikarenakan bahwa semakin tinggi suhu akan menyebabkan kecepatan reaksi
pirolisis akan semakin meningkat maka kemampuan untuk menguraikan senyawa - senyawa
organik pada biomassa yang ada juga semakin besar. Menurut Ratnawati (2010) bahwa
penguraian senyawa organik ini disebabkan pada suhu tinggi dan waktu yang lama dekomposisi
bahan baku lebih sempurna sehingga rendemen asap cair yang dihasilkan lebih tinggi. Dan juga
nilai jumlah asap cair sangat bergantung pada suhu, laju pemanasan, ukuran partikel, jenis dan
komposisi dari bahan baku.
Efisiensin termal reaktor merupakan perbandingan dari jumlah panas bahan bakar
dibandingkan dengan panas bahan baku. Seperti pada gambar 10 terlihat efisiensi pada biomassa
sekam padi memiliki nilai yang besar yaitu 62,54% dibandingkan dengan yang lain walaupun
sekam padi tidak memiliki temperatur yang tinggi. Hal ini dikarenaka rugi panas pada dinding
reactor untuk sekam padi cukup kecil sehingga panas yang dipindahkan ke bahan baku tidak
begitu kecil.

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro 213


SNPPM-2 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020
ISBN 978-623-90328-5-2

375
80 400
Efisiensi (%)

58,36 62,54 270 300

Waktu (Menit)
60 49,52 300

40 200

20 100

0 0
Kayu Cangkang Sekam Kayu Cangkang Sekam
sengon Karet Padi sengon Karet Padi

Gambar 10. Efisiensi Termal Reaktor Gambar 11. Waktu Pembakaran Pirolisis

Sementara itu untuk waktu proses pembakaran pirolisis tiap biomassa seperti pada
gambar 11 yaitu terlihat bahwa sekam padi memiliki waktu pirolisis yang paling lama yaitu 375
menit dibanding yang lain. Yang paling cepat yaitu kayu sengon yaitu 270 menit. Hal ini
dikarenakan sekam padi memiliki butir yang kecil sehingga rapat sekali maka tidak ada udara
yang bisa masuk disela-sela oleh karena itu sulit untuk terbakar akibatnya pembakarannya jadi
lama untuk menghabiskan bahan baku tersebut. Lain halnya dengan kayu sengon yang memiliki
ukuran yang besar dan meniliki tekstur yang berserat sangat mudah sekali terbakar. Banyak
udara yang masuk disela-sela bahau bakar, sehingga terjadi pembakaran sempurnah dan semua
bahan bakar akan mudah terbakar dan cepat habis.

Gambar 12. Bioarang Gambar 13. Asap Cair

KESIMPULAN
1. Besar temperatur pembakaran biomasa kayu sengon diruang bakar 654℃ dan di reactor
381℃. Untuk cangkang karet 440℃ dan 345℃, lalu sekam padi 347℃ dan 226℃.
2. Laju perpindahan panas yang terjadi dengan menggunakan biomassa kayu sengon 42,15
kJ/s, cangkang karet 44,59 kJ/s dan sekam padi 11,85 kJ/s.
3. Efisiensi termal pada reactor pirolisis dengan mengunakan bahan bakar biomassa kayu
sengon 58,36%, cangkang karet 49,52% dan sekam padi 62,54%.
4. Hasil bioarang dan asap cair yang didapat dengan menggunakan bahan bakar biomassa kayu
sengon 2,0 kg – 1200 ml. Cangkang karet 2,4 kg – 600 ml. dan sekam padi 3,5 kg – 300
ml.

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro 214


SNPPM-2 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020
ISBN 978-623-90328-5-2

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Bapak Rektor Universitas
Muhammadiyah Metro yang telah memberikan mendukung pendanaan dalam penelitian ini pada
program Penelitian Operasional Penelitian Rutin (OPR). Dan tidak lupa pula kepada Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Metro serta rekan dosen dan
karyawan Fakultas Teknik juga mahasiswa Prodi Teknik Mesin.

DAFTAR PUSTAKA

Borman,G.L., Ragland, K.W. (1998). Combustion Engineering. McGraw-Hill Book Co., Singapore, International
Editions 1998

Daramola, J. A., C.T. Kester and O.O. Allo. (2013). Biochemical Changes of Hot Smoked African Catfish (Clarias
Gariepinus) Sampled from Sango and Ota Markets in Ogun State. The Pacific Journal of Science and
Technology, 14 (1): 380-386.

Indiyanto, Rus. 2015____. Diktat Pengantar Pengetahuan Bahan Teknik, (Online),


(http://eprints.upnjatim.ac.id/3000/1/bahan_teknik.pdf,

Ratnawati,. Hartanto, S., (2010). Pengaruh Suhu Pirolisis Cangkang Sawit Terhadap Kuantitas dan Kualitas Asap
Cair. Jurnal Akreditasi LIPI, 2010, 12 (1) : 7-11.

Richter, H., V. Risoul, A.L. Lafleur,E.F. Plummer, J.B. Howard, J.B, dan W.A. Peters . (2004). Chemical
Characterization and Bioactivity of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons from Non-Oxidative Thermal
Treatment of Pyrene - Contaminated Soil at 250 –1,000°C. Massachusetts Institute of Technology,
USA.

Ridhuan, K., Irawan, D., Inthifawzi, R. (2019), Proses Pembakaran Pirolisis Dengan Jenis Biomassa Dan
Karakteristik Asap Cair Yang Dihasilkan, Jurnal Turbo, Vol 8, No 1, ISSN : 2301-6663,. ISSNe : 2477-
259X.

Paris O, Zollfrank C, Zickler GA. (2005). Decomposition and Carbonization of Wood iopolymer Microstructural
Study of Wood Pyrolysis. Carbon. 43(2005): 53-56. doi: 10.1016/j.carbon.2004.08.034.

Yang, H., R. Yan, H. Chen, D.H. Lee dan C. Zheng. (2007). Characteristics of Hemicellulose, Cellulose and Lignin
Pyrolysis. Journal of Fuel 86 : 17811788.

Copyright © 2020, Universitas Muhammadiyah Metro 215

Anda mungkin juga menyukai