Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

GASIFIKASI BIOMASSA DARI AMPAS TEBU UNTUK


MENGHASILKAN BAHAN BAKAR GAS

Disusun Oleh :
Aninda Alawiah (1600020035)
Sinta Dewi Aprilianti Said (1600020036)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN
GASIFIKASI BIOMASSA DARI AMPAS TEBU UNTUK
MENGHASILKAN BAHAN BAKAR GAS

Disusun Oleh :
Aninda Alawiah (1600020035)
Sinta Dewi Aprilianti Said (1600020036)

Yogyakarta, 17 Juni 2019


Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing

(Agus Aktawan S.T., M.Eng.)


NIY. 60150844

i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Biomassa...................................................................................................4
2.2 Ampas Tebu..............................................................................................4
2.3 Gasifikasi...................................................................................................6
2.4 Gasifier......................................................................................................7
2.4.1 Jenis-Jenis Gasifier............................................................................7
2.5 Tahapan Proses Gasifikasi............................................................................10
2.5.1 Pengeringan (Drying).......................................................................10
2.5.2 Pirolisis.............................................................................................10
2.5.3 Oksidasi (Pembakaran)....................................................................10
2.5.4 Reduksi (Gasifikasi).........................................................................11
2.5.4 Oksidasi............................................................................................12
3.1 Alat dan Bahan Penelitian.......................................................................13
3.1.1 Alat...................................................................................................13
3.1.2 Bahan...............................................................................................13
Bahan yang digunakan adalah........................................................................13
3.2 Metode Penelitian....................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15
LAMPIRAN ..........................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan energi terbarukan sebagai energi alternatif sudah merupakan
suatu keharusan karena cadangan minyak bumi di Indonesia semakin menipis.
Jika kondisi ini tidak segera teratasi, Indonesia akan mengalami krisis energi
berkepanjangan, akibatnya sangat fatal akan terjadi kebangkrutan ekonomi
nasional sehingga perlu mencari dan memanfaatkan sumber energi alternatif baru
dan terbarukan yang berpotensi besar antara lain energi biomassa. Potensi sumber
energi biomassa di Indonesia jaringan on grid PLT Bioenergi sampai dengan
tahun 2014 adalah 91,1 MW (Data PT PLN bagian EBT) dan jaringan off grid
power adalah 1.626 MW (DESDM, 2014).
Salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan sumber energi alternatif
yang dapat dikembangkan adalah energi biomassa. Bahan bakar biomassa dapat
diperoleh antara lain dari limbah pertanian dan material lainnya. Limbah
pertanian yang tersedia melimpah merupakan potensi yang sangat besar yang
belum dioptimalkan dalam pengembangan sumber daya energi berbasis biomassa.
Salah satu limbah pertanian yang cukup besar ketersediaannya adalah ampas tebu.
Berdasarkan laporan dari Departemen Pertanian produksi tebu nasional saat ini
adalah 33 juta ton/tahun. Dengan asumsi bahwa persentase ampas dalam tebu
sekitar 30-34%, maka pabrik gula yang ada di Indonesia berpotensi menghasilkan
ampas tebu rata-rata sekitar 9,90-11,22 juta ton/tahun (Dirjenbun, 2014).
Ampas tebu secara fisik tersusun atas 55-60% serat, 30-35% pith dan 10-
15% tanah dan bahan terlarut. Secara kimia, ampas tebu terdiri atas 46-47%
selulosa, 24-26% pentose, 20-21% lignin, dan 10-15% unsur lainnya. Pada kadar
air 50%, ampas tebu memiliki nilai kalori sekitar 7.600 kJ/kg (Purwantana,
Bambang, 2011). Berdasarkan potensi jumlah maupun kandungan kimia dan
energi yang tersimpan dalam ampas tebu maka pemanfaatannya sebagai sumber
energi terbarukan layak untuk dipertimbangkan. Biomassa, seperti halnya ampas
tebu, secara umum mengandung karbon, hidrogen dan oksigen bersama-sama

1
dengan kadar air. Pada kondisi yang terkontrol, yaitu pada kondisi oksigen
yang rendah dan suhu yang tinggi, bahan biomassa dapat dikonversi dalam bentuk
gas atau biasa disebut gas produksi yang mengandung karbon monoksida,
hidrogen, karbon dioksida, metana, dan nitrogen. Bridgewater, (2003),
menyatakan bahwa bahan bakar gas dapat diperoleh melalui suatu proses panas
menggunakan oksidasi parsial, uap air (steam), atau gasifikasi pirolisis (pyrolystic
gasification). Konversi thermo-khemis biomassa padat menjadi bahan bakar gas
ini secara umum disebut gasifikasi biomassa.
Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar padat atau cair
menjadi bahan bakar gas tanpa menghasilkan limbah atau residu karbon padat.
Gasifikasi merupakan salah satu bentuk konversi yang sangat penting karena
dapat secara efektif dimanfaatkan untuk desentralisasi pembangkit daya dan
penerapan pemanfaatan panas. Gasifikasi juga merupakan teknologi konversi
energi yang dapat digunakan untuk berbagai macam bahan bakar biomassa.
McKendry, (2002a), menyimpulkan bahwa gasifikasi biomassa
merupakan proses pengkonversian biomassa menjadi bahan bakar berbentuk gas
karena adanya proses oksidasi parsial (sedikit oksigen) dari biomassa tersebut
pada suhu tinggi antara 800-900 oC. Gas yang dihasilkan antara lain terdiri dari
unsur-unsur hidrogen, karbon monoksida, metana, karbon dioksida, uap air,
senyawa hidrokarbon lain dalam jumlah yang kecil, serta bahan-bahan non-
organik (Lim dan Sims, 2003). Gas yang dihasilkan ini mempunyai nilai kalori
yang rendah (1000-1200 kCal/Nm3) tetapi dapat dibakar dengan efisiensi yang
tinggi dengan kontrol yang mudah dan tidak menghasilkan emisi asap. Setiap
kilogram biomassa kering-udara (kadar air ± 10%) mengandung sekitar 2,5 m 3
bahan bakar gas. Dalam terminologi energi, efisiensi konversi pada proses
gasifikasi biomassa berkisar antara 60 –70%.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa jumlah dan kadar gas yang dihasilkan dari gasifikasi ampas tebu?
2. Bagaimana kualitas nyala api yang dihasilkan dari ampas tebu saat proses
gasifikasi?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui jumlah dan kadar gas yang dihasilkan dari ampas tebu.
2. Mengetahui kualitas nyala api yang dihasilkan ampas tebu saat proses
gasifikasi.
1.1
1.2
1.3

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memaksimalkan ampas tebu sebagai sumber energi alternatif terbaharukan.
2. Mengurangi dampak negatif pencemaran lingkungan dari ampas tebu.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa
Biomassa merupakan energi yang dibuat untuk bahan bakar, biomassa
didapatkan dari sumber alami yang dapat diperbaharui. Biomassa bisa menjadi
jalan keluar dari bahan bakar yang selama ini tidak dapat diperbaharui dan
mencemari lingkungan hidup. Yang termasuk bahan-bahan biomassa meliputi
kayu, limbah pertanian/ perkebunan/ hutan, dan komponen organik dari industri.
Keuntungan menggunakan biomassa adalah zat volatil yang tinggi menyebabkan
mudah terbakar, selain itu biomassa juga memiliki kandungan sulfur dan nitrogen
yang sangat rendah sehingga pembakarannya menghasilkan SO2 dan NOx yang
rendah. Akan tetapi kelemahan biomassa yaitu kandungan kalornya rendah.
Biomassa dikonversikan menjadi energi dalam bentuk bahan bakar cair, gas,
panas dan listrik. Teknologi biomassa menjadi energi panas yang kemudian dapat
diubah menjadi energi listrik dan mekanis, antara lain teknologi pembakaran dan
gasifikasi (Sudiantara, 2017).

2.2 Ampas Tebu


Tebu merupakan tanaman sub-tropis dan tropis yang menyukai banyak
sinar matahari dan air yang melimpah (akar tidak tergenang) untuk pertumbuhan
optimal. Beberapa spesies yang dikembangkan yaitu Saccharum officinarum,
S.spontaneum, S. barberi, dan S. sinense. Tanaman komersial ini memiliki banyak
kultivar yang dapat dimanfaatkan oleh petani dalam usaha taninya. Kemasakan
tebu biasanya terjadi pada umur 12 bulan. Rata-rata tebu yang masak memiliki
kandungan gula 10% dari bobot tebunya. Jika estimasi produktivitas tebu 100 ton
per hektar, maka gula yang diperoleh sebesar 10 ton per hektar. Beberapa faktor
yang membedakan kandungan gula dari satu kebun dengan kebun lainnya yaitu
varietas tebu, perubahan musim, dan perbedaan keadaan lokasi (SKIL, 1998).
Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya
antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu
ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Serat

4
ampas tebu atau bagase mengandung air 48%-52%, gula 2,5%-6% dan serat 44%-
48% (Saragih, 2011). Hasil analisis serat bagase adalah seperti pada tabel 1.
Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (Carbon) 47%,
H (Hydrogen) 6,5%, O (Oxygen) 44% dan abu (Ash) 2,5%. Menurut rumus
Pritzelitz (Hugot, 1986) tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5%
akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal/kg.
Tabel 1. Komposisi Kimia Ampas Tebu
Kandungan Kadar (%)
Abu 1,6
Lignin 20
Selulosa 35,2
Air 20
Hemilosa 23,2
Sumber: Husin, 2007
Berikut karakteristik biomassa ampas tebu berupa analisa proximate dan
ultimate yang diambil dari jurnal “2nd International Conference on Sustainable
Energy Engineering and Application, ICSEEA”.
Tabel 2. Analisa Proximate dan Ultimate Ampas Tebu
Komponen Bagasse
Bulk density, kg/m3 580
Nilai kalor, kkal/kg 1825
A. Proximate Analysis
1. Moisture content (% weight) 49
2. Fixed carbon (% weight) 7
3. Volatile matter (% weight) 42,5
4. Ash content (% weight) 1,5
B. Ultimate Analysis
1. Carbon (% weight) 23,7
2. Hydrogen (% weight) 3,0
3. Oxygen (% weight) 22,8
4. H2O (% weight) 49,0
5. Ash 1,5
Sumber: ICSEEA, 2014

5
Dari data pada tabel 2 dapat diamati persentase kandungan unsur-unsur
yang terdapat dalam biomassa secara fisik maupun kimiawi. Kandungan karbon
dan oksigen menunjukkan jumlah yang cukup dominan, unsur-unsur ini menjadi
komponen utama dalam reaksi pembentukan syngas. Kandungan C dan H yang
cukup tinggi mampu menghasilkan nilai kalor gas yang cukup potensial untuk
dimanfaatkan. Kandungan moisture ampas tebu yang relatif rendah tidak
membutuhkan energi yang terlalu besar untuk menghilangkannya. Kadar air yang
dikandung akan dikeluarkan dari biomassa dengan pemanasan. Bila kandungan
moisture terlalu tinggi maka dibutuhkan energi aktivasi pengeringan yang tinggi.
Kandungan moisture yang teruapkan mampu memperbesar produksi H2
(flammable component), namun untuk menjaga proses produksi H 2 dibutuhkan
energi yang cukup besar dari proses eksoterm, dimana dalam proses eksoterm
menghasilkan CO2 yang bersifat tidak bisa terbakar. Energi hasil proses eksoterm
yang terambil pada produksi H2 dari moisture justru mengurangi energi yang
diperlukan pada proses produksi H2 dan CO yang flammable dari reaksi endoterm,
sehingga hal itu cukup merugikan. Nilai kalor yang dimiliki ampas tebu yang
cukup tinggi membuat proses gasifikasi mampu tercapai dengan mudah.

2.3 Gasifikasi
Menurut Sulaiman (2009), gasifikasi merupakan salah satu alternatif
dalam rangka program penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi
akan membantu mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan limbah dari
hasil kayu.
Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar padat atau cair menjadi
bahan bakar gas tanpa menghasilkan limbah atau residu karbon padat. Gasifikasi
merupakan salah satu bentuk konversi yang sangat penting karena dapat secara
efektif dimanfaatkan untuk desentralisasi pembangkit daya dan penerapan
pemanfaatan panas. Gasifikasi juga merupakan teknologi konversi energi yang
dapat digunakan untuk berbagai macam bahan bakar biomassa (Purwantana,
2007) Gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar padat menjadi gas
mampu bakar (CO, CH4, dan H2) melalui proses pembakaran dengan suplai udara

6
terbatas (20% - 40% udara stoikiometri) (Rinovianto, 2012).

2.4 Gasifier
Gasifier merupakan instrumen yang dapat mengkonversi berbagai bahan
padat maupun cair seperti misalnya biomassa menjadi bahan bakar gas. Gasifier
merupakan reaktor dimana berbagai proses kimia dan fisika yang kompleks dapat
terjadi seperti: pengeringan, pemanasan, pirolisis, oksidasi parsial, dan reduksi.
Melalui gasifikasi bahan padat karbonat dipecah menjadi bahan-bahan dasar
seperti CO, H2, CO2, H2O, dan CH4. Gas-gas yang dihasilkan selanjutnya dapat
digunakan secara langsung untuk proses pembakaran maupun disimpan dalam
tabung gas (Purwantana, 2007).

Gambar 1. Prototipe Gasifier Limbah Padat Pati Aren

Pada umumnya gasifier limbah padat sama untuk berbagai jenis biomassa
seperti kayu, pati, sekam padi, ampas tebu, tongkol jagung dan sebagainya, yang
membedakan hanya grate/angsang/saringan abu pada desain gasifier.

2.4.1 Jenis-Jenis Gasifier


Jenis gasifier menurut (Hidayat, 2017) adalah :

a. Gasifier Tipe Updraft


Pada reaktor gasifikasi tipe ini, zona pembakaran (sumber panas) terletak
di bagian bawah bahan bakar dan bergerak ke atas seperti tampak dalam Gambar

7
2. Dalam gambar ini tampak bahwa gas panas yang dihasilkan mengalir ke atas
melewati bahan bakar yang belum terbakar sementara bahan bakar akan terus
jatuh ke bawah. Melalui pengujian menggunakan sekam padi, reaktor gasifikasi
ini dapat bekerja dengan baik. Kekurangan dari reaktor tipe ini adalah produksi
asap yang berlebihan dalam operasinya.

Gambar 2. Skema Reaktor Gasifier Tipe Updraft

b. Gasifier Tipe Downdraft


Pada tipe ini sumber panas terletak di bawah bahan bakar seperti tampak
pada Gambar 3. Dalam gambar ini terlihat aliran udara bergerak ke zona gasifikasi
di bagian bawah yang menyebabkan asap pyrolisis yang dihasilkan melewati zona
gasifikasi yang panas. Hal ini membuat tar yang terkandung dalam asap terbakar,
sehingga gas yang dihasilkan oleh reaktor ini lebih bersih. Keuntungan reaktor
tipe ini dapat digunakan untuk operasi gasifikasi yang berkesinambungan dengan
menambahkan bahan bakar melalui bagian atas reaktor. Namun untuk operasi
yang berkesinambungan dibutuhkan sistem pengeluaran abu yang baik, agar
bahan bakar bisa terus ditambahkan ke dalam reaktor.

8
Gambar 3. Skema Reaktor Gasifier Tipe Downdraft

c. Gasifier Tipe Crossdraft


Prinsip kerja reaktor gasifikasi tipe ini adalah udara disemprotkan ke
dalam bahan bakar dari lubang arah samping yang saling berhadapan dengan
lubang pengambilan gas sehingga pembakaran dapat terkonsentrassi pada satu
bagian saja dan berlangsung secara lebih banyak dalam suatu satuan waktu
tertentu.

Gambar 4. Skema Reaktor Gasifier Tipe Crossdraft

9
2.5 Tahapan Proses Gasifikasi
Menurut (Higman, 2003 dalam Hidayat, 2017), tahapan proses gasifikasi
adalah :
2.5.1 Pengeringan (Drying)
Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh
panas yang diserap dari proses oksidasi. Reaksi ini terletak pada bagian atas
reaktor dan merupakan zona dengan temperatur paling rendah di dalam reaktor
yaitu di bawah 150 oC. Proses pengeringan ini sangat penting dilakukan agar
pengapian pada burner dapat terjadi lebih cepat dan lebih stabil.
2.5.1 Pirolisis
Pirolisis atau devolatilisasi disebut juga sebagai gasifikasi parsial. Suatu
rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis yang dimulai
secara lambat pada T < 350 °C dan terjadi secara cepat pada T > 700 °C.
Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi temperatur, tekanan, dan
komposisi gas selama pirolisis berlangsung. Proses pirolisis dimulai pada
temperatur sekitar 230 °C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal,
seperti lignin pada biomassa pecah dan menguap bersamaan dengan komponen
lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH (polyaromatic
hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan
(H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang.
2.5.2 Oksidasi (Pembakaran)
Untuk melakukan reaksi oksidasi (pembakaran) terdapat tiga elemen
penting yang saling mengisi satu sama lain yaitu panas, bahan bakar, dan udara.
Reaksi pembakaran sangat berkaitan dengan keberadaan ketiga elemen tersebut
karena apabila salah satu dari ketiga elemen tersebut tidak ada maka hampir dapat
dipastikan tidak akan terjadi proses pembakaran. Oksidasi atau pembakaran arang
merupakan reaksi terpenting yang terjadi di dalam gasifier. Proses ini
menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada reaksi endotermik.
Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier bereaksi dengan substansi yang mudah
terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO2 dan H2O yang secara berurutan
direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada pirolisis. Reaksi yang

10
terjadi pada proses pembakaran adalah:
C + O2 → CO2 + 393,77 kJ/mol karbon
2.5.3 Reduksi (Gasifikasi)
Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik
yang panasnya disuplai dari panas reaksi pembakaran. Produk yang dihasilkan
pada proses ini adalah gas bakar, seperti H 2, CO, dan CH4. Reaksi berikut ini
merupakan empat reaksi yang umum terlibat pada gasifikasi.

a. Water-gas Reaction
Water-gas reaction merupakan reaksi oksidasi parsial karbon oleh kukus
yang dapat berasal dari bahan bakar padat itu sendiri (hasil pirolisis) maupun dari
sumber yang berbeda, seperti uap air yang dicampur dengan udara dan uap yang
diproduksi dari penguapan air. Reaksi yang terjadi pada water-gas reaction
adalah:
C + H2O -> H2 + CO – 131,38 kJ/kg mol karbon
Pada beberapa gasifier, kukus dipasok sebagai medium penggasifikasi
dengan atau tanpa udara/oksigen.

b. Boudouard Reaction
Boudouard reaction merupakan reaksi antara karbondioksida yang
terdapat di dalam gasifier dengan arang untuk menghasilkan CO. Reaksi yang
terjadi pada Boudouard reaction adalah:
CO2 + C -> 2CO – 172,58 kJ/mol karbon

a. Shift Conversion
Shift conversion merupakan reaksi reduksi karbon monoksida oleh kukus
untuk memproduksi hidrogen. Reaksi ini dikenal sebagai water-gas shift yang
menghasilkan peningkatan perbandingan hidrogen terhadap karbon monoksida
pada gas produser. Reaksi ini digunakan pada pembuatan gas sintetik. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO + H2O -> CO2 + H2 – 41,98 kJ/mol

11
d. Methanation
Methanation merupakan reaksi pembentukan gas metan. Reaksi yang
terjadi pada methanation adalah:
C + 2H2 -> CH4 + 74,90 kJ/mol karbon
Pembentukan metana dipilih terutama ketika produk gasifikasi akan
digunakan sebagai bahan baku industri kimia.
2.5.1 Oksidasi
Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi terpenting yang terjadi
di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan
pada reaksi endotermik. Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier bereaksi dengan
substansi yang mudah terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO2 dan H2O yang
secara berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada
pirolisis. Reaksi yang terjadi pada proses pembakaran adalah:
C + O2 -> CO2 + 393,77 kJ/mol karbon
Reaksi pembakaran lain yang berlangsung adalah oksidasi hidrogen yang
terkandung dalam bahan bakar membentuk kukus. Reaksi yang terjadi adalah:
H2 + ½ O2 -> H2O + 742 kJ/mol H2

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian


3.1.1 Alat
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Reaktor gasifikasi
b. Kompresor
c. Alat pemantik api (Korek api)
d. Timbangan

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah


a. Ampas Tebu

Gambar 5. Rangkaian alat Gasifier

13
3.2 Metode Penelitian

Menyiapkan alat dan bahan

Menimbang bahan baku

Memperkecil ukuran bahan baku (2-5) cm

Memasukkan bahan baku kedalam reaktor gasifikasi

Menutup reaktor gasifikasi dan menyalakan kompresor dengan laju alir udara
tertentu

Menyalakan bahan baku yang sudah dimasukkan di dalam reaktor


gasifikasi dengan bantuan korek api

Memeriksa gas keluaran dari reaktor gasifikasi dengan korek api untuk
mengetahui gas keluaran merupakan gas mampu bakar

Mengulangi penelitian dengan variasi bahan yang berbeda

14
DAFTAR PUSTAKA
Bridgewater, A, 2003. Renewable fuels and chemicals by thermal processing of
biomass. Chemical Engineering Journal, Vol. 91:87-102
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM), 2014. Statistik Energi
Terbarukan Indonesia. Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian, 2014. Jakarta.
Hidayat, Arifin Fajar, 2017. Pengaruh Penggunaan Filter Dengan Media Arang
Tempurung Kelapa, Zeolit Dan Silica Gel Terhadap Gas Yang Dihasilkan
Dari Reaktor Gasifikasi. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Higman, C, and van der Berg M, 2003. Gasification, Elsevier Science. USA.
Hugot E, 1986. Handbook of Cane Sugar Engineering. 3rd ed. Elsevier.
NewYork.
Husin, 2007. Analisa Serat Bagas. (online).http://www.free.vlsm.org/
diakses tanggal 18 April 2019.
International Conference on Sustainable Energy Engineering and Application,
ICSEEA, 2014. Analisa Proximate dan Ultimate Ampas Tebu. France
Lim, K., Sims, R, 2003. Liquid and gaseous biomass fuels, in R Sims (ed.),
Bioenergy option for a cleaner environment, Elsevier, the United Kingdom
McKendry, P, (2002a). Energy production from biomass (part 2): conversion
technologies. Bioresource technology. Vol. 83:47-54
Saragih, 2011. Pengaruh Kadar Perekat Terhadap Sifat Papan Partikel Ampas
Tebu, Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol.31.
Purwantana, Bambang, 2011. Kinerja Gasifikasi Limbah Padat Tebu (Saccharum
officinarum L.) Menggunakan Gasifier Unggun Tetap Tipe Downdraft.
Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Gadjah Mada : Yogyakarta.
Purwantana, B, 2007. Pengembangan gasifier untuk gasifikasi limbah padat pati
aren (Arenga Pinnata Wurmb). Agritech, Vol.27 No. 03
Rinovianto, Guswendar, 2012. Skripsi : Karateristik Gasifikasi Pada Updraft
Double Outlet Gasifier Menggunakan Bahan Bakar Kayu Karet. Depok:

15
Universitas Indonesia
SKILL (Sugar Knowleedge International), 1998. Sugarcane.
http://www.sucrose.com
Sudiantara I Gede, I N. Suprapta Winaya, I G. N. Putu Tenay, 2017. Laju
Komsumsi Bahan Bakar Limbah Rumah Potong Hewan (RPH) Pada
Gasifikasi Fluidized Bed. Jurnal Ilmiah Teknik Desain Mekanika, Vol.6
No.1.
Sulaiman, 2009. Biomassa Gasifikasi. Makalah Pelatihan Biomassa Energi.
Surabaya. Baristand Industri Surabaya.

16
LAMPIRAN
JADWAL PENELITIAN

Rencana Kegiatan
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1 Studi pustaka
2 Penelitian di laboratorium
Pengumpulan data dan
3
analisis
4 Penyusunan laporan
5 Seminar

17

Anda mungkin juga menyukai