Ali Fikri
NRP. 02111740000138
Dosen Pembimbing:
Ary Bachtiar Krishna Putra., S.T., M.T., Ph.D.
NIP. 197105241997021001
Program Sarjana
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri Dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2021
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Biomassa
Di dalam studi energi berkelanjutan, biomassa didefinisikan sebagai seluruh hal yang
berkenaan dengan tanaman yang masih hidup termasuk limbah organik yang berasal dari
tanaman, manusia, kehidupan laut, dan hewan. Biomassa merupakan istilah yang digunakan
untuk jenis biomassa apapun dalam bentuk padat yang digunakan sebagai bahan bakar,
terlebih kayu bakar, arang, kotoran hewan, limbah pertanian, dan limbah padat yang dapat
terbiodegradasi..(Fisafarani, 2010)
Macam-macam sumber biomassa adalah sebagai berikut :
a. Pertanian dan Peternakan : biji-bijian , ampas tebu, tongkol jagung, jerami, kulit
buah/biji, kotoran ternak
b. Hutan : Batang kayu, serbuk kayu (woodchips)
c. Perkotaan : Sampah organik dan nonorganik
Selain itu biomassa juga dapat dibedakan menjadi biomassa murni yang berasal dari alam dan
biomassa sampah yang berasal dari limbah manusia . Biomassa murni contohnya seperti kayu,
tanaman, dan hasil pertanian lainnya sedangkan biomassa sampah seperti sampah rumah
tangga dan Municipal Solid Waste (MSW)
2.1.1.1.Analisa Ultimate
Analsis ultimate menentukan berbagai macam kandungan kimia unsur- unsur seperti
karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dll. Analisis ini berguna dalam penentuan jumlah udara
yang diperlukan untuk pembakaran dan volum serta komposisi gas pembakaran.
Informasi ini diperlukan untuk perhitungan suhu nyala dan perancangan saluran gas buang
dll.(Fisafarani, 2010)
C H O N S
Biomassa (%daf) (%daf) (%daf) (%daf) (%daf)
Olive Residuea 49,08 5,59 44,19 1,14 0
Tempurung Kelapa Sawitb 53,78 7,2 36,3 0 0,51
Serabut Kelapa Sawitb 50,27 7,07 36,28 0,42 0,63
Tandan Kosong Kelapa
48,79 7,33 40,18 0 0,68
Sawitb
Sekam Padic 45 5,8 48 0,93 0,2
Bagasd 44,1 5,26 44,4 0,19 -
Jeramie 35,97 5,28 43,08 0,17 0
Tabel 2.1. Contoh hasil uji analisis ultimat biomassa (Parikh, 2004)
Gasifikasi juga merupakan teknologi konversi energi yang dapat digunakan untuk berbagai
macam bahan bakar biomassa dengan menggunakan proses pembakaran parsial.(Purwantana,
2010). Reaksi utama gasifikasi adalah endotermik dan energi yang diperlukan untuk terjadinya proses
tersebut, umumnya, didapat dari proses oksidasi yang merupakan bagian dari biomassa, melalui fase
allothermal atau autothermal. Dalam proses auto-termal, Gasifier dipanaskan secara internal melalui
pembakaran parsial, sementara dalam proses allo-termal energi yang dibutuhkan untuk gasifikasi
disuplai secara eksternal. Mengingat sistem auto-termal, Gasifikasi dapat dilihat sebagai urutan dari
beberapa tahapan. Langkah utama dari proses gasifikasi adalah:
1. Oksidasi (tahap eksotermis).
2. Pengeringan (tahap endotermik).
3. Pirolisis (tahap endotermik).
4. Reduksi (tahap endotermik).
Langkah tambahan, yang terdiri dari dekomposisi tar, dapat juga termasuk dalam rangka untuk
menjelaskan pembentukan hidrokarbon ringan karena dekomposisi molekul tar besar. Pada gambar 2.1
diperlihatkan sebuah representasi skema dari proses gasifikasi:
Gambar 2.2 Tahapan Gasifikasi dengan pembakaran parsial
Pada gambar diatas juga digambarkan tahapan proses gasfikasi. Tahapan proses
gasikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Drying: pengeringan
Proses Drying terletak antara range suhu 100 – 300 °C yang bersifat endoterm
(menyerap panas).Pengeringan terdiri dari penguapan uap air yang terkandung
dalam bahan baku [ CITATION Ard17 \l 1057 ]. Jumlah panas yang dibutuhkan
dalam tahap ini sebanding dengan kadar kelembabannya. Pengeringan dapat
dianggap lengkap ketika suhu biomassa 150 °C dicapai. Proses pengeringan
ini sangat penting dilakukan karena berpengaruh pada pengapian burner agar
pengapian pada burner dapat terjadi lebih cepat dan lebih stabil. Pada reaksi
ini, bahan bakar yang mengandung air akan dihilangkan dengan cara diuapkan
dan dibutuhkan energi cukup banyak untuk melakukan proses tersebut
sehingga cukup menyita waktu operasi.
2. Pyrolysis/de-volatilization: penguraian hidrokarbon menjadi gas-gas utama
dari karbon biomassa.
Pyrolisis merupakan fase dekomposisi termokimia dari bahan matriks karbon;
khususnya, cracking ikatan kimia berlangsung dengan pembentukan molekul
dengan berat molekul rendah. Fraksi padat,yang bisa berkisar dari 5-10% berat
untuk gasifikasi fluidized bed. Fraksi ini termasuk bahan lembam yang
terkandung dalam biomassa dalam bentuk abu dan sebagian kecil kandungan
karbon yang tinggi, yang disebut "char". Fraksi cairan, biasanya disebut
"tar"[ CITATION Ard17 \l 1057 ] . Reaksi pirolisis berlangsung dengan suhu di
kisaran 300-900 °C. termasuk dalam kondisi endotermik, seperti pada langkah
pengeringan, panas yang dibutuhkan berasal dari tahap proses oksidasi.
Skematik proses pirolisis dapat dilihat pada keseluruhan reaksi berikut:
Dry Feedstock + Heat → Char + Volatiles
Fuel (biomassa)→ H2+ CO + CO2+ CH4+ H2O+ Tar + Char(arang)
3. Combustion/Oxidation: pembakaran biomassa
Terjadi pada suhu > 900 ºC Oksidasi dilakukan dalam kondisi kekurangan
oksigen sehubungan dengan rasio stoikiometri untuk mengoksidasi hanya
sebagian dari bahan bakar. Dengan memanfaatkan supply O2 terbatas pada
reaktor dan melepas sejumlah panas. Panas ini digunakan untuk memecah
Hidrokarbon hasil pirolisis serta untuk mengatasi kebutuhan panas proses
reduksi [ CITATION Ard17 \l 1057 ].
4. Reduction: penguraian karbon biomassa
Proses Reduksi terjadi pada kisaran suhu 400-900 °C Langkah reduksi
melibatkan semua produk dari tahap sebelumnya dari pirolisis dan oksidasi;
campuran gas dan arang bereaksi satu sama lain sehingga pembentukan akhir
berupa syngas
2. Reaktor Downdraft
Pada gasifikasi downdraft, arah aliran udara dan bahan baku sama-sama ke bawah.
Gasifikasi jenis ini menghasilkan tar yang lebih rendah dibandingkan jenis updraft.
Hal ini karena tar hasil pirolisis terbawa bersama gas dan kemudian masuk ke daerah
gasifikasi dan pembakaran yang temperaturnya tinggi. Pada daerah gasifikasi dan
pembakaran inilah, tar kemudian akan terurai. Hasil gas-gas dari gasifikasi sistem
downdraft ini setelah disaring dan didinginkan dapat langsung dimasukkan ke dalam
mesin pembakaran dalam. Gambar 2.6 ReaktorDowndraft (Satake, 2006)Gasifikasi
jenis ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :
a. Cocok untuk kapasitas sampai 15 MWh.
b. Umumnya spesifik untuk kualitas bahan bakar biomassa tertentu,memerlukan
kadar air yang rendah, dan kadar abu yang rendah pula. Gas yang dihasilkan
lebih panas dibandingkan pada sistem updraft dan hanya membutuhkan teknik
pembersihan gas yang lebih sederhana.
Σ Ẋ in = Σ Ẋ out +I (2. )
Dimana Ẋ in adalah exergy yang masuk kedalam sistem gasifikasi dan Ẋ out adalah
exergy yang dihasilkan. Kemudian, I adalah energi yang hilang akibat sifat irrevesibilitas dari
proses konversi. Exergy yang ada pada sistem dapat di hitung dengan menjumlahkan exergy
kimia dan exergy fisik.
Ẋ = Ẋ TM + Ẋ PH (2.)
1 2
Ẋ PH = V (kj/kg) (2. )
2
Thermo-Mechanical exergy dapat di ilustrasikan pada kasus gas ideal yang melibatkan
hubungan antara entalpi (h) dan entropi (s). Persamaan Thermo-Mechanical Exergy
ditunjukkan dibawah ini:
Pada penelitian yang dilakukan Suliono ini Pengujian dilakukan dengan metode
eksperimental untuk mengetahui rasio bahan bakar dan udara yang tepat sehingga didapatkan
gas hasil gasifikasi yang flammable. Gasifikasi dengan type bed yaitu pemasukan biomassa
dilakukan dengan satu kali kemudian pengambilan data dilakukan sehingga seluruh biomassa
habis terbakar dan syngas tidak diproduksi lagi. Didapatkan bahwa semakin tinggi Equivalent
Ratio (ER) maka syngas yang dihasilkan semakin rendah karena syngas yang terbnetuk
sedikit. Komposisi syngas tertinggi berada pada ER 1,01 dan Terendah 1,52. Didapatkan
LHV tertinggi terjadi pada ER 1,01 sebesar 4530,879,883 KJ/m3.
Penelitian ini menganalisa suhu reaktor pada masing-masing ER karena suhu reaktor
mempengaruhi unjuk kerja gasfikasi dan letak terjadinya tahapan-tahapan gasifikasi dapat
terlihat dengan melihat distribusi temperatur reaktor. Berikut adalah grafik suhu reaktor pada
masing-masing variasi.
Dapat dilihat bahwa semakin tinggi ER maka temperatur zona pembakaran akan lebih
besar dikarenakan proses pembakaran menjadi lebih cepat dengan adanya udara yang lebih
banyak. Pada setiap variasi menunjukkan bahwa Termokopel 1 cenderung tetap sekitar 400C
yang mengindikasikan zona drying. Sedangkan zona-zona lainnya setiap variasi ER memiliki
posisi yang berbeda-beda.
Lengkapi lagi biar ga pendek
00
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Penelitian
Pengujian ini dilakukan dengan metode eksperimental yang bertujuan untuk
mengetahui gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi (Syn-gas) dengan metode gasifikasi
downdraft berbahan baku Woodchips. Pengujian ini dilakukan dengan sistem tidak
kontinyu, pengamatan dilakukan dengan pemasukan biomassa diawal eksperimen sampai
kepasitas gasifier penuh. Dalam pengujian ini, dilakukan variasi dimmer di blower
centrifugal pada udara sebagai media gasifikasi yang masuk melalui pipa throat reaktor,
kemudian diamati bagaimana proses distribusi temperatur yang terjadi di dalam reaktor
selama operasi dari awal hingga biomassa habis, agar dapat dilihat sebaran proses
gasifikasi di setiap ER hingga menghasilkan gas yang flammable dan stabil. Data-data
yang dicatat berupa: laju alir massa udara, laju alir massa syn-gas, temperatur di dalam
reaktor, dan komposisi yang terkandung di dalam syn-gas. Eksperimen akan dilakukan
dengan metode tidak Continyu, yaitu dilakukan dengan beberapa pengisian Woodchips
dalam reaktor dan seluruh data diambil hingga ketinggian Woodchips mencapai batas
bawah eksperimen yang ditentukan. Pada eksperimen pertama akan dilakukan perubahan
laju alir massa udara dengan mengatur putaran motor blower udara. Pengaturan putaran
blower udara dilakukan dengan pengaturan duty cycle arus listrik motor penggerak
blower. Laju alir massa udara akan mengalami 4 kali perubahan, dengan laju alir massa
udara yang menghasilkan AFR kurang dari 1,5. Eksperimen bertujuan untuk memperoleh
karakteristik proses gasifikasi Woodchips dan juga untuk mempersiapkan data yang akan
digunakan untuk pengoperasian gasifier mobile. Untuk perhitungan-perhitungan efisiensi
energi gasifikasi diperlukan analisa nilai kalor pada Woodchips yang akan dilakukan di
Laboratorium Pusat Studi Energi dan Rekayasa LPPM ITS.
Data yang akan didapatkan dari eksperimen ini adalah sebagai berkut :
1. Data laju masa alir udara (ṁ udara)
2. Data suhu pada masing-masing thermocouple
3. Data komposisi dan nilai kalor dari Syngas (LHVSyngas)
4. Data laju alir masa Syngas (ṁ Syngas)
5. Data laju alir massa MSW (ṁ Woodchips)
Berdasarkan data-data diatas akan dilakukan perhitungan air-fuel ratio (AFR), nilai
kalor dari syngas , efisiensi gasifikasi/cold gas efficiency (ηCG), Dan efisiensi exergi .
Data hasil eksperimen akan ditabelkan dan diolah menjadi grafik dan dianalisa untuk
pengambilan kesimpulan
3.6. Flowchart