Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH

Teknologi Pirolosis

Disusun Oleh

Putri

211110019

Dosen Pembimbing :

Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

Mukhlis, MT

PROGRAM STUDI D3 SANITASI

JURUSAN JESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN AJARAN 2023

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami ucapkan atas kehadiran Allah yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya Kami bisa menyelesaikan makalah
“Pengelolaan Sampah”

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengelolaan Sampah “teknologi pirolisis” Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Padang, 9 Januari 2023

Aviqi Elsa Azzahra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian Pirolisis..........................................................................................................3
B. Pengertian pirolisis menurut para ahli.............................................................................4
C. Manfaat dan Tujuan pirolisis...........................................................................................4
D. PROSES PIROLISIS......................................................................................................4
E. TAHAP PIROLISIS........................................................................................................6
F. Pengolahan Sampah Secara Pirolisis..............................................................................7
G. Biodegradasi Residu Pirolisis Limbah Plastik Menggunakan Bakteri Pseudomonas
sp dengan metode kolom Winogradsky..................................................................................9
H. Potensi Teknologi Pengolahan Berbasis Pirolisis dalam Penanganan Limbah Alat
Pelindung Diri yang Menumpuk..........................................................................................10
I. Komponen Pilorisis.......................................................................................................13
J. Pengaruh Jenis Biomassa Terhadap Karaktristik Pembakaran dan Hasil Bioarang Asap
Cair dari Proses Pirolisis......................................................................................................15
K. Metode Pirolisis Untuk Penanganan Sampah Perkotaan Sebagai Penghasil Bahan
Bakar Alternatif....................................................................................................................16
L. Hubungan Antara Temperatur Pirolisis Dan Massa Sampah........................................19
M. Hubungan Antara Temperatur Pirolisis Dan Volume Sampah......................................20
N. Hubungan antara Temperatur Pirolisis dan Nilai Kalor Char (arang)...........................20
O. Pengaruh Jenis Bahan terhadap Proses Pirolisis...........................................................22
P. Kelebihan Filorisis........................................................................................................22
Q. Kekurangan Filorisis.....................................................................................................22
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................23
A. KESIMPULAN............................................................................................................23
B. SARAN.........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................24

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sampah plastik merupakan masalah tersendiri yang di hadapi dalam penanganan


persampahan, hal ini dikarenakan sampah plastik tersusun atas polimer hidrokarbon
dengan ikatan rantai yang tidak mudah diurai oleh alam baik secara fisika, kimia,
maupun biologi, sehingga di butuhkan waktu yang sangat lama untuk mengurai
sampai plastik.
Menurut Gnanavel et al. (2014) penguraian sampah plastik di alam
memerlukan waktu yang relatif sangat lama tergantung pada kedaan lingkungan
maupun struktur kimia polimer limbah plastik, sedangkan produksi sampah plastik
Indonesia mencapai 175.000 ton per hari, hal ini tentu akan menimbulkan masalah
serius bagi lingkungan, baik untuk generasi sekarang bahkan untuk generasi yang
akan datang. Perlu adanya alternatif proses daur ulang yang lebih menjanjikan dan
berprospek ke depan. Salah satunya mengonversi sampah plastik menjadi minyak.
Hal ini bisa dilakukan karena pada dasarnya plastik berasal dari minyak bumi,
sehingga tinggal dikembalikan ke bentuk semula. Selain itu plastik juga mempunyai
nilai kalor cukup tinggi, setara dengan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar.
Beberapa penelitian seputar konversi sampah plastik menjadi produk cair
berkualitas bahan bakar telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup prospektif
untuk dikembangkan. Perlu dicari data-data kinetika pirolisis dan penentuan kondisi
operasi yang sesuai. Data-data itu berguna untuk rancang bangun reaktor pirolisis,
namun penggunaan pirolisis dalam skala tempat pembuangan akhir (TPA) dianggap
masih kurang efisien, hal ini diakibatkan oleh aliran udara panas yang mengangkut
potongan hidrokarbon menjadi tidak merata, perekahan polimer plastik menjadi tidak
sempurna serta diperlukan proses pemanasan yang tinggi dengan waktu yang lama,
sehingga metode pirolisis dianggap kurang efisien.
Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu
mendegradasi berbagai senyawa hidrokarbon. Keberhasilan bakteri Pseudomonas
dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan

1
pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan
senyawa hidrokarbon.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian teknologi pirolisis
2. Tujuan dan manfaat metode pirolisis
3. Proses pirolisis

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian teknologi pirolisis
2. Mengetahui proses teknologi pirolisis dalam pengelolaan sampah
3. Mengetahui manfaat dan tujuan teknologi pirolisis

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pirolisis
Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi yang
berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses dekomposisi
pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi.Pirolisis atau bisa di
sebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan
pemanasan tanpa kehadiran oksigen.

Proses pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon,
cairan berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk lain adalah gas
berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki
kandungan kecil. Hasil pirolisis berupa tiga jenis produk yaitu padatan
(charcoal/arang), gas (fuel gas) dan cairan (bio-oil).

Umumnya proses pirolisis berlangsung pada suhu di atas 300°C dalam waktu
4-7 jam. Namun keadaan ini sangat bergantung pada bahan baku dan cara
pembuatannya, Demirbas (2005). Temperatur pirolisis untuk mereduksi sampah
dicapai secara optimal.

Pirolisis dilakukan di dalam sebuah reaktor dengan pengurangan atmosfer


(hampa udara) pada temperatur hingga 800oC. Limbah plastik melalui proses
pirolisis mampu diubah menjadi feedstock petrokimia seperti nafta, liquid dan
wax seperti hidrokarbon dan gas serta minyak dasar untuk pelumas. proses
pengolahan sampah plastik dengan proses pirolisis memiliki kelemahan yaitu
tidak efisien pada pembuatan reaktor dalam skala besar hal ini diakibatkan oleh
terjadinya bubling, chanelling, dan kurang ekonomis sehingga masih menyisakan
residu.

Untuk mengatasi kelemahan proses pirolisis diperlukan proses tambahan


untuk mendegradasi secara sempurna sampah plastik hasil sisa dari proses

3
pirolisis. Metode yang digunakan adalah dengan biodegradasi menggunakan
bakteri Pseudomonas sp. Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik
yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Hasil percobaan pirolisis
pada suhu 300oC dan 400oC penurunan massa yang paling tinggi berada pada
waktu operasi 60 menit dan suhu 400oC dengan penurunan massa sebesar
82,3651%. Untuk mendegradasi residu pirolisis dilakukan dengan bakteri
pseudomonas sp yang telah diisolasi dari lingkungan tercemar hidrokarbon.
Berdasarkan hasil biodegradasi dengan metode kolom Winogradsky, penurunan
massa residu pirolisis sebanyak 2,2411% selama satu bulan. Sehingga penurunan
massa limbah plastik hasil kombinasi teknologi pirolisis dan biodegradasi adalah
sebesar 82,3651%.

Proses pirolisis membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam. Per kilogram sampah
plastik dapat menghasilkan setengah liter cairan minyak. Dalam proses ini,
sampah plastik dipanaskan pada suhu sekitar 500 derajat celcius sehingga fasenya
berubah menjadi gas dan kemudian akan terjadi proses perengkahan (cracking).

B. Pengertian pirolisis menurut para ahli


Pirolisis adalah proses penguraian material organik secara thermal pada
temperatur tinggi tanpa adanya oksigen (Mustofa dkk., 2013).

C. Manfaat dan Tujuan pirolisis


Manfaat teknologi pirolisis adalah teknologi pirolisis dan peralatannya yaitu
reaktor pirolisis dapat dijadikan sarana edukasi pengelolaan sampah plastik
kepada masyarakat sekitar serta peningkatan nilai ekonomis dari sampah plastik.

Tujuan teknologi pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu
tinggi yang berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses
dekomposisi pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi.

D. PROSES PIROLISIS
Pirolisis adalah kasus khusus dari thermolysis terkait dengan proses kimia
charring dan yang paling sering digunakan yaitu bahan organik. Proses pirolisis
dikategorikan menjadi 4 tipe yaitu:

4
1) Pirolisis lambat (slow pyrolysis). Pirolisis yang dilakukan pada pemanasan
rata–rata lambat (5-7 K/menit). Pirolisis ini menghasilkan cairan yang sedikit
sedangkan gas dan arang lebih banyak dihasilkan.

2) Pirolisis cepat (fast pyrolysis). Pirolisis ini dilakukan pada lama pemanasan
0,5-2 detik, suhu 400-600 oC dan proses pemadaman yang cepat pada akhir
proses. Pemadaman yang cepat sangat penting untuk memperoleh produk dengan
berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang
memiliki berat molekul rendah. Dengan cara ini dapat dihasilkan produk minyak
pirolisis yang hingga 75 % lebih tinggi dibandingkan dengan pirolisis
konvensional.

3) Pirolisis Kilat (flash pyrolysis). Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa
detik saja dengan pemanasan yang sangat tinggi. Flash pyrolysis pada biomassa
membutuhkan pemanasan yang cepat dan ukuran partikel yang kecil sekitar 105 -
250 μm.

4) Pirolisis katalitik biomassa. Pirolisis ini untuk membuktikan kualitas minyak


yang dihasilkan. Minyak tersebut diperoleh dengan cara pirolisis katalitik
biomassa tidak memerlukan teknik pra-pengolahan sampel yang mahal yang
melibatkan kondensasi dan penguapan kembali.

5) Proses Biodegradasi. Uji biodegradasi plastik yang digunakan dalam penelitian


adalah metode Kolom Winogradsky. Kolom ini merupakan miniatur kolom buatan
yang berisi tanah atau sedimen, yang dapat menjadi salah satu metode pengayaan
kultur yang menunjukkan ekologi mikroorganisme pada suatu ekosistem serta
stratifikasi donor elektron masing-masing lapisan. Siapkan sampel hasil residu
sampah plastik dari proses pirolisis, kemudian sebelum ditimbang menggunakan
timbangan analitik digital, pastikan sampel dalam keadaan kering dan bersih dari
bahan pengotor, kemudian sterilkan sampah plastik dengan menggunakan alkohol
90% dan catat data berat kering awal (𝑚0). Proses degradasi ini menggunakan
metode Winogradsky Column dengan botol air mineral steril volume 1,5 L yang
berjumlah 2 botol (bagian leher botol terpotong), satu botol digunakan sebagai
kontrol perbandingan yaitu jenis plastik yang sama tetapi tanpa melalui proses
pirolisis. Masing-masing botol tersebut diisi dengan 750 g sampel tanah yang

5
telah diambil sebelumnya. Pada lapisan kedua ditambahkan Mineral Salt Medium
(MSM) atau media minimal steril sebanyak 100 ml. Kemudian dimasukkan
potongan plastik dengan pisau steril hingga tercelup pada substrat tanah
sepenuhnya. Proses degradasi menggunakan metode ini dilakukan selama satu
bulan dan dihitung berat kering plastik tiap Satu minggu. Pengukuran kehilangan
berat plastik dilakukan dengan cara menghitung selisih berat potongan plastik
sebelum didegradasi dan setelah proses degradasi. Potongan plastik yang sudah
terpisah dengan biofilm disterilisasi dengan alkohol 90% dan dikeringanginkan.
Setelah kering, potongan plastik dimasukkan kedalam oven selama 40 menit pada
suhu 150 °C. Potongan plastik yang telah dioven ditimbang berat keringnya.

Cara kerja pada reaktor pirolisis plastik ini adalah dengan cara memanaskan
ruang tungku menggunakan burner terlebih dahulu, memasukan plastik melalui
saluran masuk (hopper) kemudia plastik akan dipanaskan didalam tungku reaktor
yang memiliki suhu sekitar 350ºC - 480 ºC, dan akan terjadi perubahan pada
plastik menjadi uap. Metode yang digunakan dalam proses pembuatan adalah
dengan metode DFMA (Design For Manufacturing and Assembly) yang dimana
dalam metode ini dibagi menjadi dua bagian yaitu DFM (Design For
Manufacturing) dan DFA (Design For Assembly). Untuk setiap kali proses
manufaktur yang dilakukan mengacu pada SOP (Standard operation Procedure)
yang telah dibuat. dalam pembuatan reaktor pirolisis ini terdapat 16 SOP dengan
estimasi waktu pengerjaan 27,6 sama dengan 3,5 hari dan proses perakitan
dikerjakan secara pa allel, sedangkan estimasi waktu pengerjaan berdasarkan OPC
(Operation Procedure Chart) adalah 23 jam sama dengan 3 hari.

6
7
E. TAHAP PIROLISIS
Jenis limbah plastik yang akan dipirolisis adalah plastik dengan jenis PP
(PolyPropylene) sebanyak 200 gram, LDPE (Low Density Poly Ethelene)
sebanyak 200 gram dan PET (PolyEthelene Terephtalate) sebanyak 600 gram.
Sebelum diproses, plastik terlebih dahulu di keringkan dan dibersihkan dari bahan
pengotor, sampah plastik yang telah dikeringkan selanjutnya dipotong-potong
dalam ukuran rata-rata 1-2 cm2 . Kemudian ditimbang dengan berat awal (𝑚0)

8
1000 gram, kemudian masukkan sampah kering plastik kedalam reaktor.
Kemuadian proses pemanasan reaktor dijalankan dan ditunggu hingga suhu yang
ingin dipelajari. Setelah mencapai suhu yang ditentukan, maka pada saat itu waktu
dihitung sebagai waktu awal (to), setelah itu pemanasan dilanjutkan dan dilakukan
penimbangan pada neraca sebagai massa residu padat (𝑚𝑡). Selanjutnya dilakukan
proses pirolisis dengan jenis sampel sama seperti proses sebeumnya, akan tetapi
pada proses ini hanya mengambil data tambahan untuk mencarari massa residu
padat saat mencapai konstan (𝑚∞) pada waktu dan suhu yang akan di pelajari,
kemudian proses dihentikan dan waktu dihitung sebagai waktu maximum (τ).
Penentuan nilai konversi volatile matter (𝑋𝑠) atau devolatilization degree dihitung
berdasarkan persamaan (3). 𝑿𝒔 = [𝒎𝟎 − 𝒎𝒕 ]/[𝒎𝟎 − 𝒎∞] Dengan : 𝑚0 = massa
awal pada saat pemanasan (gram) 𝑚𝑡= massa residu padat saat suhu yang
dinginkan (gram) 𝑚∞= massa residu padat t=τ pada suhun isothermal (gram).

9
F. Pengolahan Sampah Secara Pirolisis
Pirolisis Jenis Plastik akan digunakan variabel yaitu jenis sampah plastik dan
sampah ranting yang akan digunakan, yaitu:

a. Sampah plastik HDPE (High Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene


Terepthalate), PS (Poly Styrene).

b. Sampah kebun yang digunakan berupa sampah ranting. Sampah plastik yang
digunakan memiliki kandungan hemiselulosa dan selulosa yang dapat
terdekomposisi pada temperatur atara 300°C-500°C. Pada perbandingan 100:0
sampah plastik yang digunakan sebesar 30 g dan 500 g. Pada tahap ini akan
dilakukan pirolisis pada jenis plastik.

Pirolisis sampah plastik khususnya sampah plastik polietilen menghasilkan


fraksi cair dengan kandungan senyawa hidrokarbon yang juga berpotensi sebagai
bahan bakar karena mengandung senyawa hidrokarbon dari C7 hingga C28 dan
C29 hingga C34 (Quesada et al., 2019). Campuran plastik (butadiena stirena,
poliester, etilen-vinil asetat, polietilen dan polipropilen) dapat juga didaur ulang
melalui pirolisis menjadi fraksi cair yang serupa dengan bahan bakar diesel dalam
hal kinerja pembakaran dan karakter emisi (Kalargaris et al., 2017). Setiap jenis
plastik memiliki sifat fisika, sifat kmia dan komposisi yang berbeda.

10
G. Biodegradasi Residu Pirolisis Limbah Plastik Menggunakan Bakteri
Pseudomonas sp dengan metode kolom Winogradsky
Plastik yang merupakan polimer rantai panjang dan berulang sulit untuk
didegradasi. Mikroorganisme berperan dalam degradasi biologis suatu polimer
Komponen molekul kompleks tersebut dipecah menjadi komponen yang lebih
sederhana akan digunakan dalam metabolisme menghasilkan sumber energi.
Terkait hal tersebut, metode Kolom Winogradsky diharapkan dapat
mengoptimalisasi biodegradasi, ditambah lagi limbah plastik telah melewati tahap
pirolisis yang mengakibatkan susunan rantai hidrokarbon limbah plastik menjadi
lebih rapuh dan lebih mudah didegradasi Sistem pengayaan ini akan membentuk
formasi pertumbuhan mikroorganisme dengan kemampuan berbeda dalam
menggunakan sumber karbon sederhana sebagai sumber energi. Pada wadah
kolom diisi tanah dari tempat pembuangan sampah warga yang berada di
pekarangan sebagai inokulum dan Tryticae Selective Broth (TSB) dan di susun
seperti pada gambar 4 adalah medium minim sumber karbon. Sebagai sumber
karbon dalam penelitian ini adalah limbah plastik yang dibenamkan dalam tanah
sampah terhadap kemampuan bakteri Pseudomonas sp dalam mendegradasi
limbah plastik. Menurut Harayama et al., 1999 dalam Nugroho, 2006. Fraksi
alifatik yang memiliki rantai bercabang hanya dapat didegradasi oleh bakteri yang
memiliki enzim-enzim oksidasi yang khusus menangani percabangan itu. Kondisi
rantai hidrokarbon pada limbah plastik residu pirolisis menjadi lebih mudah untuk

11
digunakan oleh bakteri Pseudomonas sp sebagai sumber karbonnya. Hal ini
dikarenakan bakteri Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik,
yaitu bakteri yang mempunyai kemampuan untuk menggunakan senyawa
hidrokarbon sebagai sumber karbonnya. Selain itu kemampuan bakteri
Pseudomonas sp dalam memproduksi senyawa biosurfaktan mengakibatkan
proses biodegradasi tidak hanya terjadi pada dinding sel (ekstarseluler) tetapi juga
terjadi biodegradasi didalam sel (intraseluler) sehingga proses biodegaradsi
menjadi sangat optimum. Selain itu grafik diatas menggambarkan bahwa plastik
dapat didegradasi dengan waktu yang relatif sangat singkat dengan menjaga
kondisi lingkungan dan populasi mikroba hidrokarbonoklastik seperti pada Kolom
Wonogradsky.

Menurut Beerstecher 1954, dalam Sharpley 1966 150.000 spsesies mikroba


yang dikenal, terdapat lebih dari 100 spesises mikroba yang mampu menggunakan
hidrokarbon sebagai sumber karbon dan energi, dan diantaranya terdapat
hubungan yang saling menguntungkan. Mikroba yang banyak hidup dan berperan
di lingkungan yang mengandung hidrokarbon adalah bakteri, sedangkan kehadiran
jenis yang lain tidak terlalu dominan tetapi cukup berperan yaitu fungi, ragi, alga
dan aktinomisetes. Sehingga penelitian ini yang hanya menggunkan satu jenis
mikroba hidrokarbonoklastik dapat mendegradasi limbah plastik secara efisien
sehingga dapat memberikan prospek bahwa limbah plastik dapat didegradasi
dengan sangat cepat secara alami dibandingkan dengan beberapa teori dan
tanggapan yang sudah ada.

H. Potensi Teknologi Pengolahan Berbasis Pirolisis dalam Penanganan Limbah Alat


Pelindung Diri yang Menumpuk
Menurut penelitian Bridges, T. (2020), teknologi pirolisis dapat dengan aman
membunuh bakteri yang stabil secara termal dan membatasi gas beracun dengan
baik dalam standar emisi. Sampai saat ini belum banyak industri atau masyarakat
yang menerapkan teknologi pirolisis dalam proses pengolahan limbah, terutama
limbah infeksius. Berdasarkan latar belakang di atas, maka upaya untuk
memanfaatkan teknologi pirolisis dalam pengolahan limbah APD perlu
dipertimbangkan sebagai salah satu langkah efektif untuk mengurangi
penumpukan limbah APD akibat pandemi dan dapat menjadi inovasi baru untuk

12
masyarakat apabila teknologi ini diterapkan dalam skala yang lebih kecil dan
mudah dijangkau.

Untuk itu peneliti, mencoba mengulas mengenai teknologi pirolisis yang


berpotensi untuk mengolah limbah APD yang menumpuk saat pendemi.

13
Pirolisis adalah suatu proses dekomposisi kimia bahan organik melalui proses
pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau bahan lain yang dikonsumsi saat terjadi
reaksi kimia tersebut, dimana material mentah akan mengalami pemecahan
struktur kimia menjadi fase gas, gas akan dialirkan pada pipa besi untuk
didinginkan sehingga terjadi perubahan wujud dari gas menjadi cair yang akan
menjadi minyak pirolisis. Konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak,
dimana proses ini dapat mengembalikan plastik ke bentuk asalnya . Sistem ini
memiliki 5 komponen utama yaitu tungku pembakaran, tabung reaktor,
kondensor, tabung filter dan tempat tabung penyimpanan gas yang ditunjukkan
dari kiri ke kanan. Mekanisme Sampel ditempatkan ke dalam reaktor yang dialiri
nitrogen. Pada saat proses pirolisis sampel dipanaskan sampai suhu 450°C dengan

14
waktu tinggal di dalam reaktor selama 30 menit. Pengambilan sampel dilakukan
setelah proses kondensasi, kemudian dianalisis senyawa hidrokarbon yang
dihasilkan. Akan terjadi kondensasi pada uap hasil pirolisis, dimana likuid hasil
kondensasi dikumpulkan dalam erlenmeyer, sementara uap yang tidak
terkondensasi akan dikumpulkan di dalam penampung gas.

Biomassa dimasukan ke dalam reaktor, kemudian biomassa tersebut dibakar,


setelah itu tutup reaktor. Hubungkan reaktor dan kondensor dengan pipa aliran.
Asap cair akan keluar pada ujung kondensor, tunggu hingga selesai yaitu asap cair
tidak menetes lagi. Setelah itu ukur bio-arang dan asap cair yang didapat.

Sistem pirolisis sampah plastik yang terintegrasi antara komponen alat


meliputi reaktor, kondensor, pipa air, burner, mesin pirolisis, dan bahan bakar
burner. Dilakukan pemanasan terhadap bahan, tanpa oksigen sehingga akan
dihasilkan uap dan gas yang kemudian akan didinginkan sehingga didapatkan fase
cair.

Sampah atau bahan baku yang telah dikumpulkan dipotong menjadi kecil
terlebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam reaktor. Dipastikan tidak ada material
arang sisa pirolisis atau material lainnya sebelum memasukkan bahan baku ke
dalam reaktor. Kemudian bahan baku dipanaskan, lalu hasil keluaran akan terus
mengalir melalui pipa pendingin (kondensor). Di dalam kondensor, gas akan
didinginkan dengan air yang mengalir sehingga terjadi kondensasi. Produk gas
akan terpisah menjadi dua, yaitu gas yang dapat terkondensasi akan menjadi
minyak dan mengendap di bagian bawah kondensor, serta gas yang tidak
terkondensasi akan mengalir ke tabung penyaring sehingga lebih bersih tanpa
adanya pengotor dari hasil pirolisis.

Bahan baku dimasukkan ke dalam tabung pirolisis, sementara bahan bakar


dimasukkan ke dalam tungku pembakaran. Tabung pirolisis dimasukkan ke dalam
tungku pembakaran dan dipasang pipa uap lalu proses pembakaran dilakukan.
Dilakukan pengamatan terhadap suhu dan tekanan di dalam tabung pirolisis, akan
terjadi penguapan bahan volatile dan penguraian bahan organik yang
menghasilkan uap dan arang. Uap akan mengalir menuju kondensor lalu

15
didinginkan agar terbentuk bio-oil, sisa gas yang tidak terkondensasi akan keluar
ke udara.

I. Komponen Pilorisis
Komponen utama yang digunakan untuk membuat alat pirolisis adalah
reaktor, kondensor, penampung tar, dan penampung bio-oil. Komponen lain yang
digunakan dalam pembuatan alat pirolisis meliputi pompa air, burner, tabung
destilat, tabung penyaring, tabung pirolisis, lubang udara, lubang bahan bakar,
termokopel, pengukur tekanan, blower, kompor, drum bekas, pipa galvanis,
tabung freon, botol kaca, tabung nitrogen, rotameter, elektrik furnace.

Reaktor berfungsi untuk menguraikan limbah dengan menggunakan suhu


tinggi dan kondisi hampa udara. Ruang reaktor terbuat dari pipa stainless steel
dengan diameter dalam adalah 254,0 mm, ketebalan dinding 13,0 mm, dan tinggi
500,0 mm. Pada bagian atas ruang reaktor dipasang penutup yang diikatkan

16
dengan baut untuk bisa membuka bagian atas dari reaktor dan harus ditutup
dengan rapat saat proses pirolisis berlangsung untuk menghindari dari kebocoran.

Kondensor digunakan untuk mengondensasi hasil pembakaran dari reaktor.


Uap hasil dari reaktor pirolisis dialirkan kerangkaian kondensor yang dialiri air
pendingin, kemudian likuid hasil kondensasi dikumpulkan dalam wadah.
Sedangkan uap yang tidak terkondensasi dikumpulkan di dalam penampung tar.
Penampung bio-oil berfungsi sebagai wadah untuk menampung hasil kondensasi,
sedangkan penampung tar berfungsi sebagai wadah penampung uap yang tidak
terkondensasi (tar).

Komponen alat berupa pompa air merupakan komponen dari kondensor,


pompa air berfungsi untuk memompa air ke dalam tabung kondensor kedua, guna
untuk mendinginkan gas hasil pembakaran menjadi minyak. Burner merupakan
penyuplai energi panas untuk memanaskan mesin pirolisis dengan suhu mencapai
400°C - 800°C, burner menggunakan blower sebagai media pemasok dan
pendorong udara agar api yang dihasilkan dalam proses pembakaran dapat
sempurna.

Tabung penyaring berfungsi untuk menyaring gas yang tidak dapat


terkondensasi, sehingga partikel-partikel pencemar akan ditangkap oleh penyaring
udara sehingga gas keluaran menjadi lebih bersih. Lubang bahan bakar berfungsi
untuk memasukkan bahan bakar yang digunakan pada proses pirolisis.
Termokopel berfungsi untuk pembacaan dan pengendalian suhu yang digunakan
pada proses pirolisis. Pengukur tekanan berfungsi untuk mengontrol dan deteksi
tekanan pada proses pirolisis.

Komponen alat blower sebagai media pemasok dan pendorong udara agar api
yang dihasilkan dalam proses pembakaran dapat sempurna Kompor untuk
memanaskan reaktor pirolisis. Pada pengembangan alat pirolisis yang
dikembangkan oleh peneliti Rahmanpiu, drum bekas berfungsi sebagai reaktor,
pipa galvanis sebagai kondensor, tabung Freon untuk memaksimalkan kondensor,
dan botol kaca untuk menampung destilat. Tabung nitrogen untuk menggantikan
udara yang ada di dalam reactor.Rotameter untuk mengatur keluarnya gas
nitrogen.

17
J. Pengaruh Jenis Biomassa Terhadap Karaktristik Pembakaran dan Hasil
Bioarang Asap Cair dari Proses Pirolisis
Biomass merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang banyak kita
jumpai disekitar kita, dengan berbagai jenis. Biomassa dapat dikonversi ke
berbagai bentuk energi salah satunya yaitu pembakaran pirolisis. Pirolisis
merupakan suatu dekomposisi kimia bahan organik (biomassa) melalui proses
pemanasan pada suhu tinggi yang terjadi tanpa atau sedikit oksigen. Hasil proses
pirolisis berupa produk bio-arang dan asap cair. Setiap biomassa memiliki
karaktristik dan komposisi bebeda-beda, sehingga jika dibakar tentunya akan
menghasilkan suhu dan produk pirolisis yang berbeda pula. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui pengaruh jenis biomassa terhadap karaktristik pembakaran,
nilai kalor dan jumlah bio-arang serta asap cair yang dihasilkan. Metode
penelitian ini yaitu dengan menggunakan limbah biomassa cangkang karet, kulit
kelapa muda dan sekan padi. Biomassa dibakar dengan proses prolisis slow di
dalam sebuah reaktor. Pembakaran pada ruang bakar reaktor dari tabung pirolisis
yang berisi biomassa dengan mengukur suhu, waktu, jumlah biomassa, bio-
arang dan asap cair serta nilai kalor pada bio-arang tersebut yang di lakukan di
laboratorium.

Proses pembakaran pirolisis dengan jenis biomassa dan karakteristik asap

18
Dari hasil penelitian nilai kalor biomassa cangkang karet sebesar 6661,549
cal/gr, dengan lama pembakaran 270 menit, hasil padatan di dalam tabung
pirolisis sebesar 47,6 %, untuk biomassa kulit kelapa muda di dapat nila kalor
5388,561 cal/gr, dengan lama pembakaran 225 menit hasil padatan di tabung
pirolisis sebesar 33,3 % , dan biomassa sekam padi di dapat nilai kalor
3626,482 cal/gr dengan lama waktu pembakaran 190 menit hasil padatan di
tabung pirolisis sebesar 40,0 %.

K. Metode Pirolisis Untuk Penanganan Sampah Perkotaan Sebagai Penghasil


Bahan Bakar Alternatif
Sampah dan energi merupakan hal krusial saat ini terutama untuk kota besar. Di
kota besar, kepadatan penduduk menyebabkan penumpukan volume sampah yang
tidak kecil. Disisi lain, kebutuhan akan energi sebagai penunjang kehidupan mereka
meningkat semakin tajam. Keterbatasan energi yang bergantung pada energi fosil
memaksa pencarian energi alternatif baru untuk mengganti energi fosil. Sampah yang
volumenya semakin menumpuk dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi
alternatif penghasil bahan bakar pengganti bahan bakar fosil melalui pirolisis.

19
Bila selama ini pengelolan sampah hanya melalui open dumping, sanitary landfill,
dan composting, maka pirolisis dirasa langkah yang paling tepat karena teknologi ini
merupakan teknologi yang relatif sederhana dan mudah pengoperasiannya serta secara
teknik maupun ekonomi adalah layak untuk dikembangkan. Teknologi pirolisis
sebagai precursor gasifikasi sebagai salah satu teknologi konversi energi saat ini
masih sangat terbatas perkembangannya di Indonesia. Penelitian mengenai gasifikasi
juga masih sangat sedikit dilakukan, padahal teknologi tersebut menghasilkan bahan
bakar gas yang sangat fleksibel penggunaannya. Di negara-negara maju, saat ini,
pirolisis dilakukan pada stasiun-stasiun pengelolaan tertentu. Padahal biaya
transportasi untuk mengangkut sampah menuju ke stasiun pengolahan tersebut sangat
mahal. menimbulkan polusi pun belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, perlu
penciptaan piroliser yang multi guna. Keuntungan penerapan metode pirolisis ini
adalah menhasilkan proses kimia yang ramah lingkungan dan dapat digunakan
dimanapun dan kapanpun. Adapun produk bahan bakar yang dihasilkan oleh piroliser
dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Pirolisis dapat mengkonversi sampah
menjadi bahan bakar dalam fase padat (arang), fase cair (tar), dan fase flammable gas
(CH4, CO2, dan H2) yang selanjutnya bahan bakar tersebut dapat dikonversikan lagi
menjadi energi listrik menjadi energi panas.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan piroliser portable dengan kualitas tinggi


yang dapat memenuhi beberapa kualifikasi; seperti volume input dan output yang
tepat, temperatur pemanasan yang cukup, serta waktu operasioanl yang tepat. Dengan
mengetahui parameter-parameter pada piroliser tersebut, bisa diciptakan piroliser
portable yang menghasilkan produk bahan bakar sesuai dengan kebutuhan dan
dimensi gasifier yang tepat pula, sehingga tidak memerlukan energy operasional yang
besar.

Proses Persiapan Spesimen/Proses Drying Untuk proses ini, mula-mula sampah


kita ambil sampelnya dari 10 KK selama 10 hari. Kemudian kita pisahkan anatar
sampah organik dan anorganik. Sampel yang kita gunakan kita batasi pada sampah
organik. Kemudian kita buat prosentase sampah yang sudah kita survey, kemudian
kita buat sendiri sampah untuk skala laboratorium berdasarkan perbandingan-
perbandingan unsur pada sampah tersebut. Setelah kita buat sampah dalam skala
laboratorium yang mempunyai komposisi sama seperti sampah rumah tangga, maka

20
sampah/specimen uji tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian kita
masukkan ke dalam oven. Suhu dalam oven kita pasang hingga 100°C selama kurang
lebih 10 menit. Kemudian mengambil beberapa gram sample untuk di uji kadar
airnya. Kadar air pada penelitian ini sebesar 80% setelah di uji dengan moisture
analyzer, sesuai dengan kadar air sampah di TPA. Setelah proses tersebut dilakukan,
specimen ditimbang sebesar 300 gram untuk tiap spesimen. Selain suhu pirolisis yang
divariasikan untuk penelitian ini, sampah tersebut kita perlakukan dengan
memvariasikan densitas sampah untuk mengetahui pengaruh penekanan sampah pada
saat masuk piroliser terhadap reduksi volume dan massa sampah yang dihasilkan dari
proses ini.

Sebelim melakukan percobaan pertama-tama disiapkan terlebih dahulu instalasi


penelitian. Kemudian persiapan spesimen, Spesimen tersebut kita timbang massanya
dan kita ukur volumenya Spesimen dimasukkan ke dalam glass beaker. Glass beaker
yang telah diisi dengan spesimen selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang pemanas
piroliser, dan piroliser ditutup. Kemudian katup N2 dibuka agar gas N2 dapat
mengalir masuk ke dalam ruang pemanas piroliser. Gas N2 dialirkan ke dalam ruang
pemanas sampai kadar O2 ± 2 % dari volume ruang pemanas.

Katup N2 ditutup saat kadar O2 mencapai ± 2 % dari volume ruang pemanas.


Agar piroliser dapat bekerja dan memberikan hasil sesuai yang diharapkan, terlebih
dahulu thermocontrol diatur untuk variasi pertama dengan temperatur 200oC dan laju
pemanasan 0,44 oC/detik. Selanjutnya piroliser dinyalakan dan juga katup keluar
dibuka sedikit supaya O2 dapat tedorong keluar karena gas N2 yang memenuhi
tabung. Proses pirolisis dibiarkan berjalan selama 2 jam. Apabila sudah menempuh
waktu selama 2 jam piroliser dimatikan dan padatan hasil pirolisis yang telah
terbentuk dikeluarkan. Kemudian berat dan volume padatan hasil piolisis tersebut
diukur.

Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk semua variasi. Namun sebelum


pengujian dengan variasi yang lainnya dilakukan, glass beaker dibersihkan terlebih
dahulu agar tidak ada sisa-sisa proses pirolisis yang ikut tercampur dengan spesimen
berikutnya. Untuk penelitian ini, temperatur dan waktu pirolisis disetting. Temperatur
divariasikan dari 200°C hingga 400°C. Kemudian proses pirolisis dimulai. Perubahan
temperatur diamati. Setelah proses pirolisis selesai, massa dan volume arang hasil
21
pirolisis ditimbang. Secara parallel pula, tar yang dihasilkan ditangkap dengan cara
dikondensasikan ke dalam air es yang didalamnya berisi tabung reaksi glass wool dan
CaCl2 untuk selesai, tabung-tabung tersebut ditimbang untuk mengetahui massa tar
yang dihasilkan.

Pengujian Nilai Kalor Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai
kalor bahan bakar padat yang dihasilkan. Setelah proses pirolisis selesai, char hasil
pirolisis diuji nilai kalornya dengan menggunakan alat bomb calorimeter.

L. Hubungan Antara Temperatur Pirolisis Dan Massa Sampah


Grafik hubungan antara temperatur pirolisis dan massa char dan tar yang
terbentuk selama proses pirlisis Temperatur pirolisis berdampak signifikan
terhadap hasil pirolisis. Semakin tinggi temperatur pirolisis maka semakin besar
pula pengurangan massa spesimennya. Sebaliknya, pada temperatur lebih rendah
pengurangan massanya lebih sedikit. Pada pirolisis sampah ini, perubahan massa
produk terjadi secara cepat meskipun temperatur pirolisis masih rendah. Bila pada
temperature 200oC perbahan massa terjadi secara cepat, setelah temperatur
300oC, pengurangan massa terjadi secara konstan. Pada titik ini proses pirolisis
mencapai kondisi equilibirium. Artinya, dekomposisi sampah terjadi hingga pada
temperatur 300oC.

Karena sampah bersifat sangat basah, saat temperatur pirolisis 200 oC,
pengurangan massa terjadi karena pada temperatur tersebut, panas menguapkan
kadar air yang terkandung dalam specimen tanpa mengalami dekomposisi pada
komponen-komponen spesimen. Sedangkan pada temperatur pirolisis 300 oC
mengalami pengurangan massa yang paling besar, karena komponen-komponen
spesimen mengalami dekomposisi termal menjadi bentuk cair, gas dan padat,
sehingga massa padatan yang tersisa tentunya lebih sedikit akibat dikurangi oleh
hasil pirolisis dalam bentuk cair dan gas.

Bila proses pirolisis sebelumnya (pirolisis kayu atau pun kotoran sapi) hanya
membentuk tar saja, pada proses pirolisis sampah ini, dihasilkan produk cair
dengan kandungan air yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan sampah mempunyai
kadar air yang cukup tinggi sebelum masuk piroliser dimana kadar airnya
mencapai 80% meskipun telah mnengalami proses pengeringan. Temperatur

22
optimal untuk proses ini yang menghasilkan produk tar dan air optimal juga
terjadi pada temperatur 300 berbentuk pada proses pirolisis.

M. Hubungan Antara Temperatur Pirolisis Dan Volume Sampah


Secara umum, semakin meningkatnya temperatur pirolisis maka pengurangan
volume sampah semakin besar. Hal tersebut terjadi karena semakin tinggi
temperatur maka semakin banyak komponen-komponen biomassa yang
terdekomposisi menjadi bentuk cair, padat, dan gas, sehingga volumenya juga
akan semakin berkurang. Pada saat temperatur pirolisis 200 oC pengurangan
volume yang terjadi sudash sangat signifikan. Panas dapat menguapkan kadar air
dan dekomposisi termal unsur sampah sudah terjadi Kecenderungan tersebut
berlanjut hingga temperatur 250 oC.

Pada temperatur pirolisis 300 oC, pengurangan volume mencapai kondisi


equilibirium, sehingga temperature optimal untuk proses pirolisis sampah ini
hanya memerlukan suhu sekitar 300 oC saja. Begitu juga, tempratur pirolisis 300
oC merupakan temperature optimal untuk memperoleh tar. Karena setelah
temperature ini, produk tar mengalami penurunan.Hal ini dikarenakan sampah
organic banyak mengandung cellulose yang dapat terdekomposisi hanya pada
temratur rendah (sekitar 250-300 oC) saja. Kemungkinan lain, karena produksi
gas yang idhasilkan tinggi.

N. Hubungan antara Temperatur Pirolisis dan Nilai Kalor Char (arang)


Hasil Pirolisis Grafik hubungan antara temperatur pirolisis dan nilai kalor
char hasil pirolisis dapat dilihat pada gambar 5. Pada grafik tersebut dapat dilihat
nilai kalor dari sampah dari sebelum dipirolisis hingga dipirolisis dengan
temperatur yang bervariasi. Secara umum, sampah yang dipirolisis dengan
temperatur 200-400 oC selama 2 jam memiliki nilai kalor yang meningkat.
Namun, nilai kalor tertinggi diperoleh char pada temperatur pirolisis 300-350 oC.

Peningkatan nilai kalor mengalami kenaikan sebesar 150% dibandingkan bila


sampah langsung dibakar secara konvensional. Hal tersebut terjadi karena saat
pirolisis, char yang merupakan hasil padatan pirolisis mengandung fixed carbon
yang nantinya akan menaikkan nilai kalornya. Semakin tinggi temperatur

23
pirolisisnya maka semakin sedikit char yang terbentuk. Namun demikian,
kandungan fixed carbonnya akan semakin tinggi pula. Hal ini yang akan
menyebabkan nilai kalor char menjadi lebih tinggi. Tetapi pada titik tertentu,
setelah temperatur 350 oC, terjadi penurunan nilai kalor. Penurunan tersebut
dikarenakan gas yang dihasilkan besar [4], sehingga flammable gas (seperti H2
dan CH4) yang terbentuk semakin besar pada fase gas, sehingga terlepas dari
fixed carbonnya.

24
O. Pengaruh Jenis Bahan terhadap Proses Pirolisis
Sampah organik berupa daun dan ranting tanaman bisa dikonversi menjadi bio-oil
sebagai bahan bakar alternatif menggunakan proses pirolisis. Rendemen bio-oil
terbesar dihasilkan dari proses pirolisis 100% ranting kering yaitu sebesar 24,3%,
lebih tinggi dibandingkan bahan baku daun 100% yaitu sebesar 15,5%. Pirolisis
ranting kering akan menghasilkan bio-oil dengan nilai kalori 5.175,35 J/g, lebih
besar daripada nilai kalori bio-oil dari daun kering yang sebesar 4.249,20 J/g

P. Kelebihan Filorisis
Kelebihan:

 Menggunakan teknologi sederhana dan bisa dikembangkan berbasis rumahan.


 Bahan baku plastik yang melimpah.
 Menghasilkan bahan bakar minyak alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Q. Kekurangan Filorisis

 Tidak semua jenis plastik bisa digunakan sebagai bahan bakunya.


 Perlu edukasi cukup intens dan Panjang dalam implementasinya.
 Peralatannya masih standar dengan harga yang masih terbilang mahal.
 Belum ada hitungan ekonominya secara detail.
 Cairan yang dihasilkan belum sepenuhnya murni dan cocok dimanfaatkan
untuk bahan bakar kendaraan.

25
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi yang
berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses dekomposisi pada
pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi.Pirolisis atau bisa di sebut
thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa
kehadiran oksigen.

Pirolisis merupakan teknologi dekomposisi kimia bahan organik melalui proses


pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya. Pirolisis dilakukan di
dalam sebuah reaktor pengurangan atmosfer (hampa udara) pada temperatur
hingga 800°C.

B. SARAN

Melakukan pencarian suhu optimum. Suhu optimum dapat dicari dengan


cara melakukan pirolisis dengan variasi suhu yang berbeda. Jika suhu
optimum didapatkan maka dapat meningkatkan hasil pirolisis yang didapat
nantinya. Menyesuaikan ukuran kolom katalis. Kolom katalis yang cukup luas
tidak akan menghambat tekanan gas pirolisis untuk menuju kondensor. Hal ini
juga mencegah terjadinya penumpukan sisa hasil pirolisis pada kolom katalis.
Meningkatkan debit air pada kondensor. Dengan meningkatnya debit pada
kondensor maka suhu pada kondensor akan lebih stabil dalam mendinginkan
gas hasil pirolisis. Hal tersebut bertujuan supaya perubahan gas menjadi cair di
dalam

26
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pertamina.com/id/news-room/energia-news/apa-itu-pirolisis-
bisa-ubah-sampah-plastik-jadi-bbm#:~:text=Pirolisis%20atau%20bisa
%20di%20sebut,tar%20dan%20beberapa%20zat%20lainnya

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pirolisis

https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/reswara/article/download/
1612/pdf#:~:text=Pirolisis%20merupakan%20penguraian%20plastik
%20melalui,et%20al.%2C%202016

27

Anda mungkin juga menyukai