Teknologi Pirolosis
Disusun Oleh
Putri
211110019
Dosen Pembimbing :
Mukhlis, MT
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami ucapkan atas kehadiran Allah yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya Kami bisa menyelesaikan makalah
“Pengelolaan Sampah”
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengelolaan Sampah “teknologi pirolisis” Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian Pirolisis..........................................................................................................3
B. Pengertian pirolisis menurut para ahli.............................................................................4
C. Manfaat dan Tujuan pirolisis...........................................................................................4
D. PROSES PIROLISIS......................................................................................................4
E. TAHAP PIROLISIS........................................................................................................6
F. Pengolahan Sampah Secara Pirolisis..............................................................................7
G. Biodegradasi Residu Pirolisis Limbah Plastik Menggunakan Bakteri Pseudomonas
sp dengan metode kolom Winogradsky..................................................................................9
H. Potensi Teknologi Pengolahan Berbasis Pirolisis dalam Penanganan Limbah Alat
Pelindung Diri yang Menumpuk..........................................................................................10
I. Komponen Pilorisis.......................................................................................................13
J. Pengaruh Jenis Biomassa Terhadap Karaktristik Pembakaran dan Hasil Bioarang Asap
Cair dari Proses Pirolisis......................................................................................................15
K. Metode Pirolisis Untuk Penanganan Sampah Perkotaan Sebagai Penghasil Bahan
Bakar Alternatif....................................................................................................................16
L. Hubungan Antara Temperatur Pirolisis Dan Massa Sampah........................................19
M. Hubungan Antara Temperatur Pirolisis Dan Volume Sampah......................................20
N. Hubungan antara Temperatur Pirolisis dan Nilai Kalor Char (arang)...........................20
O. Pengaruh Jenis Bahan terhadap Proses Pirolisis...........................................................22
P. Kelebihan Filorisis........................................................................................................22
Q. Kekurangan Filorisis.....................................................................................................22
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................23
A. KESIMPULAN............................................................................................................23
B. SARAN.........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................24
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan
senyawa hidrokarbon.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian teknologi pirolisis
2. Tujuan dan manfaat metode pirolisis
3. Proses pirolisis
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian teknologi pirolisis
2. Mengetahui proses teknologi pirolisis dalam pengelolaan sampah
3. Mengetahui manfaat dan tujuan teknologi pirolisis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pirolisis
Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi yang
berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses dekomposisi
pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi.Pirolisis atau bisa di
sebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan
pemanasan tanpa kehadiran oksigen.
Proses pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon,
cairan berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk lain adalah gas
berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki
kandungan kecil. Hasil pirolisis berupa tiga jenis produk yaitu padatan
(charcoal/arang), gas (fuel gas) dan cairan (bio-oil).
Umumnya proses pirolisis berlangsung pada suhu di atas 300°C dalam waktu
4-7 jam. Namun keadaan ini sangat bergantung pada bahan baku dan cara
pembuatannya, Demirbas (2005). Temperatur pirolisis untuk mereduksi sampah
dicapai secara optimal.
3
pirolisis. Metode yang digunakan adalah dengan biodegradasi menggunakan
bakteri Pseudomonas sp. Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik
yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Hasil percobaan pirolisis
pada suhu 300oC dan 400oC penurunan massa yang paling tinggi berada pada
waktu operasi 60 menit dan suhu 400oC dengan penurunan massa sebesar
82,3651%. Untuk mendegradasi residu pirolisis dilakukan dengan bakteri
pseudomonas sp yang telah diisolasi dari lingkungan tercemar hidrokarbon.
Berdasarkan hasil biodegradasi dengan metode kolom Winogradsky, penurunan
massa residu pirolisis sebanyak 2,2411% selama satu bulan. Sehingga penurunan
massa limbah plastik hasil kombinasi teknologi pirolisis dan biodegradasi adalah
sebesar 82,3651%.
Proses pirolisis membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam. Per kilogram sampah
plastik dapat menghasilkan setengah liter cairan minyak. Dalam proses ini,
sampah plastik dipanaskan pada suhu sekitar 500 derajat celcius sehingga fasenya
berubah menjadi gas dan kemudian akan terjadi proses perengkahan (cracking).
Tujuan teknologi pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu
tinggi yang berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses
dekomposisi pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi.
D. PROSES PIROLISIS
Pirolisis adalah kasus khusus dari thermolysis terkait dengan proses kimia
charring dan yang paling sering digunakan yaitu bahan organik. Proses pirolisis
dikategorikan menjadi 4 tipe yaitu:
4
1) Pirolisis lambat (slow pyrolysis). Pirolisis yang dilakukan pada pemanasan
rata–rata lambat (5-7 K/menit). Pirolisis ini menghasilkan cairan yang sedikit
sedangkan gas dan arang lebih banyak dihasilkan.
2) Pirolisis cepat (fast pyrolysis). Pirolisis ini dilakukan pada lama pemanasan
0,5-2 detik, suhu 400-600 oC dan proses pemadaman yang cepat pada akhir
proses. Pemadaman yang cepat sangat penting untuk memperoleh produk dengan
berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang
memiliki berat molekul rendah. Dengan cara ini dapat dihasilkan produk minyak
pirolisis yang hingga 75 % lebih tinggi dibandingkan dengan pirolisis
konvensional.
3) Pirolisis Kilat (flash pyrolysis). Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa
detik saja dengan pemanasan yang sangat tinggi. Flash pyrolysis pada biomassa
membutuhkan pemanasan yang cepat dan ukuran partikel yang kecil sekitar 105 -
250 μm.
5
telah diambil sebelumnya. Pada lapisan kedua ditambahkan Mineral Salt Medium
(MSM) atau media minimal steril sebanyak 100 ml. Kemudian dimasukkan
potongan plastik dengan pisau steril hingga tercelup pada substrat tanah
sepenuhnya. Proses degradasi menggunakan metode ini dilakukan selama satu
bulan dan dihitung berat kering plastik tiap Satu minggu. Pengukuran kehilangan
berat plastik dilakukan dengan cara menghitung selisih berat potongan plastik
sebelum didegradasi dan setelah proses degradasi. Potongan plastik yang sudah
terpisah dengan biofilm disterilisasi dengan alkohol 90% dan dikeringanginkan.
Setelah kering, potongan plastik dimasukkan kedalam oven selama 40 menit pada
suhu 150 °C. Potongan plastik yang telah dioven ditimbang berat keringnya.
Cara kerja pada reaktor pirolisis plastik ini adalah dengan cara memanaskan
ruang tungku menggunakan burner terlebih dahulu, memasukan plastik melalui
saluran masuk (hopper) kemudia plastik akan dipanaskan didalam tungku reaktor
yang memiliki suhu sekitar 350ºC - 480 ºC, dan akan terjadi perubahan pada
plastik menjadi uap. Metode yang digunakan dalam proses pembuatan adalah
dengan metode DFMA (Design For Manufacturing and Assembly) yang dimana
dalam metode ini dibagi menjadi dua bagian yaitu DFM (Design For
Manufacturing) dan DFA (Design For Assembly). Untuk setiap kali proses
manufaktur yang dilakukan mengacu pada SOP (Standard operation Procedure)
yang telah dibuat. dalam pembuatan reaktor pirolisis ini terdapat 16 SOP dengan
estimasi waktu pengerjaan 27,6 sama dengan 3,5 hari dan proses perakitan
dikerjakan secara pa allel, sedangkan estimasi waktu pengerjaan berdasarkan OPC
(Operation Procedure Chart) adalah 23 jam sama dengan 3 hari.
6
7
E. TAHAP PIROLISIS
Jenis limbah plastik yang akan dipirolisis adalah plastik dengan jenis PP
(PolyPropylene) sebanyak 200 gram, LDPE (Low Density Poly Ethelene)
sebanyak 200 gram dan PET (PolyEthelene Terephtalate) sebanyak 600 gram.
Sebelum diproses, plastik terlebih dahulu di keringkan dan dibersihkan dari bahan
pengotor, sampah plastik yang telah dikeringkan selanjutnya dipotong-potong
dalam ukuran rata-rata 1-2 cm2 . Kemudian ditimbang dengan berat awal (𝑚0)
8
1000 gram, kemudian masukkan sampah kering plastik kedalam reaktor.
Kemuadian proses pemanasan reaktor dijalankan dan ditunggu hingga suhu yang
ingin dipelajari. Setelah mencapai suhu yang ditentukan, maka pada saat itu waktu
dihitung sebagai waktu awal (to), setelah itu pemanasan dilanjutkan dan dilakukan
penimbangan pada neraca sebagai massa residu padat (𝑚𝑡). Selanjutnya dilakukan
proses pirolisis dengan jenis sampel sama seperti proses sebeumnya, akan tetapi
pada proses ini hanya mengambil data tambahan untuk mencarari massa residu
padat saat mencapai konstan (𝑚∞) pada waktu dan suhu yang akan di pelajari,
kemudian proses dihentikan dan waktu dihitung sebagai waktu maximum (τ).
Penentuan nilai konversi volatile matter (𝑋𝑠) atau devolatilization degree dihitung
berdasarkan persamaan (3). 𝑿𝒔 = [𝒎𝟎 − 𝒎𝒕 ]/[𝒎𝟎 − 𝒎∞] Dengan : 𝑚0 = massa
awal pada saat pemanasan (gram) 𝑚𝑡= massa residu padat saat suhu yang
dinginkan (gram) 𝑚∞= massa residu padat t=τ pada suhun isothermal (gram).
9
F. Pengolahan Sampah Secara Pirolisis
Pirolisis Jenis Plastik akan digunakan variabel yaitu jenis sampah plastik dan
sampah ranting yang akan digunakan, yaitu:
b. Sampah kebun yang digunakan berupa sampah ranting. Sampah plastik yang
digunakan memiliki kandungan hemiselulosa dan selulosa yang dapat
terdekomposisi pada temperatur atara 300°C-500°C. Pada perbandingan 100:0
sampah plastik yang digunakan sebesar 30 g dan 500 g. Pada tahap ini akan
dilakukan pirolisis pada jenis plastik.
10
G. Biodegradasi Residu Pirolisis Limbah Plastik Menggunakan Bakteri
Pseudomonas sp dengan metode kolom Winogradsky
Plastik yang merupakan polimer rantai panjang dan berulang sulit untuk
didegradasi. Mikroorganisme berperan dalam degradasi biologis suatu polimer
Komponen molekul kompleks tersebut dipecah menjadi komponen yang lebih
sederhana akan digunakan dalam metabolisme menghasilkan sumber energi.
Terkait hal tersebut, metode Kolom Winogradsky diharapkan dapat
mengoptimalisasi biodegradasi, ditambah lagi limbah plastik telah melewati tahap
pirolisis yang mengakibatkan susunan rantai hidrokarbon limbah plastik menjadi
lebih rapuh dan lebih mudah didegradasi Sistem pengayaan ini akan membentuk
formasi pertumbuhan mikroorganisme dengan kemampuan berbeda dalam
menggunakan sumber karbon sederhana sebagai sumber energi. Pada wadah
kolom diisi tanah dari tempat pembuangan sampah warga yang berada di
pekarangan sebagai inokulum dan Tryticae Selective Broth (TSB) dan di susun
seperti pada gambar 4 adalah medium minim sumber karbon. Sebagai sumber
karbon dalam penelitian ini adalah limbah plastik yang dibenamkan dalam tanah
sampah terhadap kemampuan bakteri Pseudomonas sp dalam mendegradasi
limbah plastik. Menurut Harayama et al., 1999 dalam Nugroho, 2006. Fraksi
alifatik yang memiliki rantai bercabang hanya dapat didegradasi oleh bakteri yang
memiliki enzim-enzim oksidasi yang khusus menangani percabangan itu. Kondisi
rantai hidrokarbon pada limbah plastik residu pirolisis menjadi lebih mudah untuk
11
digunakan oleh bakteri Pseudomonas sp sebagai sumber karbonnya. Hal ini
dikarenakan bakteri Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik,
yaitu bakteri yang mempunyai kemampuan untuk menggunakan senyawa
hidrokarbon sebagai sumber karbonnya. Selain itu kemampuan bakteri
Pseudomonas sp dalam memproduksi senyawa biosurfaktan mengakibatkan
proses biodegradasi tidak hanya terjadi pada dinding sel (ekstarseluler) tetapi juga
terjadi biodegradasi didalam sel (intraseluler) sehingga proses biodegaradsi
menjadi sangat optimum. Selain itu grafik diatas menggambarkan bahwa plastik
dapat didegradasi dengan waktu yang relatif sangat singkat dengan menjaga
kondisi lingkungan dan populasi mikroba hidrokarbonoklastik seperti pada Kolom
Wonogradsky.
12
masyarakat apabila teknologi ini diterapkan dalam skala yang lebih kecil dan
mudah dijangkau.
13
Pirolisis adalah suatu proses dekomposisi kimia bahan organik melalui proses
pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau bahan lain yang dikonsumsi saat terjadi
reaksi kimia tersebut, dimana material mentah akan mengalami pemecahan
struktur kimia menjadi fase gas, gas akan dialirkan pada pipa besi untuk
didinginkan sehingga terjadi perubahan wujud dari gas menjadi cair yang akan
menjadi minyak pirolisis. Konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak,
dimana proses ini dapat mengembalikan plastik ke bentuk asalnya . Sistem ini
memiliki 5 komponen utama yaitu tungku pembakaran, tabung reaktor,
kondensor, tabung filter dan tempat tabung penyimpanan gas yang ditunjukkan
dari kiri ke kanan. Mekanisme Sampel ditempatkan ke dalam reaktor yang dialiri
nitrogen. Pada saat proses pirolisis sampel dipanaskan sampai suhu 450°C dengan
14
waktu tinggal di dalam reaktor selama 30 menit. Pengambilan sampel dilakukan
setelah proses kondensasi, kemudian dianalisis senyawa hidrokarbon yang
dihasilkan. Akan terjadi kondensasi pada uap hasil pirolisis, dimana likuid hasil
kondensasi dikumpulkan dalam erlenmeyer, sementara uap yang tidak
terkondensasi akan dikumpulkan di dalam penampung gas.
Sampah atau bahan baku yang telah dikumpulkan dipotong menjadi kecil
terlebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam reaktor. Dipastikan tidak ada material
arang sisa pirolisis atau material lainnya sebelum memasukkan bahan baku ke
dalam reaktor. Kemudian bahan baku dipanaskan, lalu hasil keluaran akan terus
mengalir melalui pipa pendingin (kondensor). Di dalam kondensor, gas akan
didinginkan dengan air yang mengalir sehingga terjadi kondensasi. Produk gas
akan terpisah menjadi dua, yaitu gas yang dapat terkondensasi akan menjadi
minyak dan mengendap di bagian bawah kondensor, serta gas yang tidak
terkondensasi akan mengalir ke tabung penyaring sehingga lebih bersih tanpa
adanya pengotor dari hasil pirolisis.
15
didinginkan agar terbentuk bio-oil, sisa gas yang tidak terkondensasi akan keluar
ke udara.
I. Komponen Pilorisis
Komponen utama yang digunakan untuk membuat alat pirolisis adalah
reaktor, kondensor, penampung tar, dan penampung bio-oil. Komponen lain yang
digunakan dalam pembuatan alat pirolisis meliputi pompa air, burner, tabung
destilat, tabung penyaring, tabung pirolisis, lubang udara, lubang bahan bakar,
termokopel, pengukur tekanan, blower, kompor, drum bekas, pipa galvanis,
tabung freon, botol kaca, tabung nitrogen, rotameter, elektrik furnace.
16
dengan baut untuk bisa membuka bagian atas dari reaktor dan harus ditutup
dengan rapat saat proses pirolisis berlangsung untuk menghindari dari kebocoran.
Komponen alat blower sebagai media pemasok dan pendorong udara agar api
yang dihasilkan dalam proses pembakaran dapat sempurna Kompor untuk
memanaskan reaktor pirolisis. Pada pengembangan alat pirolisis yang
dikembangkan oleh peneliti Rahmanpiu, drum bekas berfungsi sebagai reaktor,
pipa galvanis sebagai kondensor, tabung Freon untuk memaksimalkan kondensor,
dan botol kaca untuk menampung destilat. Tabung nitrogen untuk menggantikan
udara yang ada di dalam reactor.Rotameter untuk mengatur keluarnya gas
nitrogen.
17
J. Pengaruh Jenis Biomassa Terhadap Karaktristik Pembakaran dan Hasil
Bioarang Asap Cair dari Proses Pirolisis
Biomass merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang banyak kita
jumpai disekitar kita, dengan berbagai jenis. Biomassa dapat dikonversi ke
berbagai bentuk energi salah satunya yaitu pembakaran pirolisis. Pirolisis
merupakan suatu dekomposisi kimia bahan organik (biomassa) melalui proses
pemanasan pada suhu tinggi yang terjadi tanpa atau sedikit oksigen. Hasil proses
pirolisis berupa produk bio-arang dan asap cair. Setiap biomassa memiliki
karaktristik dan komposisi bebeda-beda, sehingga jika dibakar tentunya akan
menghasilkan suhu dan produk pirolisis yang berbeda pula. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui pengaruh jenis biomassa terhadap karaktristik pembakaran,
nilai kalor dan jumlah bio-arang serta asap cair yang dihasilkan. Metode
penelitian ini yaitu dengan menggunakan limbah biomassa cangkang karet, kulit
kelapa muda dan sekan padi. Biomassa dibakar dengan proses prolisis slow di
dalam sebuah reaktor. Pembakaran pada ruang bakar reaktor dari tabung pirolisis
yang berisi biomassa dengan mengukur suhu, waktu, jumlah biomassa, bio-
arang dan asap cair serta nilai kalor pada bio-arang tersebut yang di lakukan di
laboratorium.
18
Dari hasil penelitian nilai kalor biomassa cangkang karet sebesar 6661,549
cal/gr, dengan lama pembakaran 270 menit, hasil padatan di dalam tabung
pirolisis sebesar 47,6 %, untuk biomassa kulit kelapa muda di dapat nila kalor
5388,561 cal/gr, dengan lama pembakaran 225 menit hasil padatan di tabung
pirolisis sebesar 33,3 % , dan biomassa sekam padi di dapat nilai kalor
3626,482 cal/gr dengan lama waktu pembakaran 190 menit hasil padatan di
tabung pirolisis sebesar 40,0 %.
19
Bila selama ini pengelolan sampah hanya melalui open dumping, sanitary landfill,
dan composting, maka pirolisis dirasa langkah yang paling tepat karena teknologi ini
merupakan teknologi yang relatif sederhana dan mudah pengoperasiannya serta secara
teknik maupun ekonomi adalah layak untuk dikembangkan. Teknologi pirolisis
sebagai precursor gasifikasi sebagai salah satu teknologi konversi energi saat ini
masih sangat terbatas perkembangannya di Indonesia. Penelitian mengenai gasifikasi
juga masih sangat sedikit dilakukan, padahal teknologi tersebut menghasilkan bahan
bakar gas yang sangat fleksibel penggunaannya. Di negara-negara maju, saat ini,
pirolisis dilakukan pada stasiun-stasiun pengelolaan tertentu. Padahal biaya
transportasi untuk mengangkut sampah menuju ke stasiun pengolahan tersebut sangat
mahal. menimbulkan polusi pun belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, perlu
penciptaan piroliser yang multi guna. Keuntungan penerapan metode pirolisis ini
adalah menhasilkan proses kimia yang ramah lingkungan dan dapat digunakan
dimanapun dan kapanpun. Adapun produk bahan bakar yang dihasilkan oleh piroliser
dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Pirolisis dapat mengkonversi sampah
menjadi bahan bakar dalam fase padat (arang), fase cair (tar), dan fase flammable gas
(CH4, CO2, dan H2) yang selanjutnya bahan bakar tersebut dapat dikonversikan lagi
menjadi energi listrik menjadi energi panas.
20
sampah/specimen uji tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian kita
masukkan ke dalam oven. Suhu dalam oven kita pasang hingga 100°C selama kurang
lebih 10 menit. Kemudian mengambil beberapa gram sample untuk di uji kadar
airnya. Kadar air pada penelitian ini sebesar 80% setelah di uji dengan moisture
analyzer, sesuai dengan kadar air sampah di TPA. Setelah proses tersebut dilakukan,
specimen ditimbang sebesar 300 gram untuk tiap spesimen. Selain suhu pirolisis yang
divariasikan untuk penelitian ini, sampah tersebut kita perlakukan dengan
memvariasikan densitas sampah untuk mengetahui pengaruh penekanan sampah pada
saat masuk piroliser terhadap reduksi volume dan massa sampah yang dihasilkan dari
proses ini.
Pengujian Nilai Kalor Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai
kalor bahan bakar padat yang dihasilkan. Setelah proses pirolisis selesai, char hasil
pirolisis diuji nilai kalornya dengan menggunakan alat bomb calorimeter.
Karena sampah bersifat sangat basah, saat temperatur pirolisis 200 oC,
pengurangan massa terjadi karena pada temperatur tersebut, panas menguapkan
kadar air yang terkandung dalam specimen tanpa mengalami dekomposisi pada
komponen-komponen spesimen. Sedangkan pada temperatur pirolisis 300 oC
mengalami pengurangan massa yang paling besar, karena komponen-komponen
spesimen mengalami dekomposisi termal menjadi bentuk cair, gas dan padat,
sehingga massa padatan yang tersisa tentunya lebih sedikit akibat dikurangi oleh
hasil pirolisis dalam bentuk cair dan gas.
Bila proses pirolisis sebelumnya (pirolisis kayu atau pun kotoran sapi) hanya
membentuk tar saja, pada proses pirolisis sampah ini, dihasilkan produk cair
dengan kandungan air yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan sampah mempunyai
kadar air yang cukup tinggi sebelum masuk piroliser dimana kadar airnya
mencapai 80% meskipun telah mnengalami proses pengeringan. Temperatur
22
optimal untuk proses ini yang menghasilkan produk tar dan air optimal juga
terjadi pada temperatur 300 berbentuk pada proses pirolisis.
23
pirolisisnya maka semakin sedikit char yang terbentuk. Namun demikian,
kandungan fixed carbonnya akan semakin tinggi pula. Hal ini yang akan
menyebabkan nilai kalor char menjadi lebih tinggi. Tetapi pada titik tertentu,
setelah temperatur 350 oC, terjadi penurunan nilai kalor. Penurunan tersebut
dikarenakan gas yang dihasilkan besar [4], sehingga flammable gas (seperti H2
dan CH4) yang terbentuk semakin besar pada fase gas, sehingga terlepas dari
fixed carbonnya.
24
O. Pengaruh Jenis Bahan terhadap Proses Pirolisis
Sampah organik berupa daun dan ranting tanaman bisa dikonversi menjadi bio-oil
sebagai bahan bakar alternatif menggunakan proses pirolisis. Rendemen bio-oil
terbesar dihasilkan dari proses pirolisis 100% ranting kering yaitu sebesar 24,3%,
lebih tinggi dibandingkan bahan baku daun 100% yaitu sebesar 15,5%. Pirolisis
ranting kering akan menghasilkan bio-oil dengan nilai kalori 5.175,35 J/g, lebih
besar daripada nilai kalori bio-oil dari daun kering yang sebesar 4.249,20 J/g
P. Kelebihan Filorisis
Kelebihan:
Q. Kekurangan Filorisis
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi yang
berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses dekomposisi pada
pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi.Pirolisis atau bisa di sebut
thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa
kehadiran oksigen.
B. SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pertamina.com/id/news-room/energia-news/apa-itu-pirolisis-
bisa-ubah-sampah-plastik-jadi-bbm#:~:text=Pirolisis%20atau%20bisa
%20di%20sebut,tar%20dan%20beberapa%20zat%20lainnya
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pirolisis
https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/reswara/article/download/
1612/pdf#:~:text=Pirolisis%20merupakan%20penguraian%20plastik
%20melalui,et%20al.%2C%202016
27