Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KIMIA FISIKA I : KIMIA KUANTUM

“5 MATERIAL SUPER MASA DEPAN”

oleh :
Imtikhana Nur Khofifah
17030194084
PKU 2017

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
2018

i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat dan hidayah-Nya serta keluasan ilmu-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan ini
dengan baik.
Makalah yang berjudul “5 MATERIAL SUPER MASA DEPAN” disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Fisika I, yang menurut saya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
mata kuliah guna menambah acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk
lebih baik di masa yang akan datang.
Besar harapan kami bahwa laporan ini bisa bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya, serta dapat menjadi sumber kontribusi penambahan pengetahuan
bagi para pembaca.

Surabaya, 10 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Aerogel...........................................................................................................3

2.2 Metamaterial.................................................................................................13

2.3 E-textile........................................................................................................14

2.4 Carbon Nanotube..........................................................................................16

2.5 D30 Gel........................................................................................................20

BAB III..................................................................................................................22

PENUTUP..............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan populasi manusia di dunia membuat kebutuhan akan teknologi
semakin meningkat. Peningkatan mutu teknologi terus dilakukan seiring
kebutuhan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan efektif dan
efisien.
Perkembangan infrasutruktur dan teknologi di dunia diawali dari peradaban
dunia mulai material kayu, logam, besi, dan baja. Sejumlah penelitian terus
dilakukan guna mendapatkan material yang super lebih canggih dan futuristik dari
pendahulunya. Material ini diciptakan untuk pembangunan infrastruktur masa
depan yang lebih baik.
Berbagai penelitian dan eksperimen telah menemukan material masa depan
yang super canggih, antara lain aerogel, metamaterial, e-textile, carbon nanotube
dan D3O gel. Kelima material ini memiliki keistimewaan yang dapat digunakan
dalam pembangunan masa depan yang super canggih. Dari mulai yang paling
ringan, tembus pandang, fleksibel, hingga ukurannya yang super kecil, namun
memiliki daya tahan yang sangat kuat serta kegunaannya dapat menggantikan
material yang awalnya berbentuk super besar dan berat diganti dengan material
kecil dan ringan namun daya tahannya lebih besar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pembuatan aerogel?
2. Bagaimana pembuatan metamaterial?
3. Bagaimana pembuatan e-textile?
4. Bagaimana pembuatan carbon nanotube?
5. Bagaimana pembuatan D3O gel?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui metode pembuatan aerogel;
2. Mengetahui metode pembuatan metamaterial;
3. Mengetahui metode pembuatan e-textile;
4. Mengetahui metode pembuatan carbon nanotube;

1
5. Mengetahui metode pembuatan D3O gel.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aerogel
Aerogel adalah material sintesis ultra ringan berpori yang didapatkan dari
gel yang cairannya dantelah digantikan dengan udara hasilnya material padat
dengan massa jenis rendah. Material ini pertama kali dibuat oleh Samuel stephens
kristler dan Charles learned pada tahun 1931 dengan mengubah gel menjadi gas.
Aerogel memiliki material yang tersusun dari berbagai komponen, yaitu silicon
dioxide (menyerupai dengan cermin dan gelas), hampir 98,2% kompononen
aerogel merupakan ruang kosong. Hal ini menyebabkan aerogel tidak dapat
diledakkan dan tahan panas mencapai 10000C. Material ini dibuat dengan cara
mengekstrak komponen cairan dari gel digantikan dengan gas yang hasilnya
adalah sebuah zat yang sangat solid yang mmemiliki tingkat kepadatan yang
rendah serta memiliki isolator panas yang baik.
Secara teoritis pembuatan aerogel sebagai berikut. Pengolahan gel silikat
yang khas adalah polikondensasi prekursor alkoksida tetanat monomerik
[Si(OR)4] dengan adanya asam mineral (misalnya, HCl) atau basa (misalnya,
NH3). Reaksi-reaksi penting yang dilakukan selama proses gelasi adalah proses
hidrolisis dan kondensasi prekursor. Reaksi hidrolisis menggantikan gugus
alkoksida (OR) dengan gugus hidroksil (OH). Reaksi kondensasi berikutnya yang
melibatkan gugus silanol menghasilkan ikatan siloksan (Si-O-Si) dan alkohol
(ROH) atau air. Selama gelasi, jumlah ikatan siloksan tumbuh dan akibatnya
jumlah silanol (Si-OH) dan gugus alkoksida berkurang.
Pengeringan super atau subkritis harus mengikuti gelasi untuk
menghilangkan cairan pori dan memperoleh aerogel. Dalam pengeringan
superkritis, cairan dapat dikeluarkan dari pori-pori dalam keadaan superkritis.
Tidak ada uap cair dan tidak ada tekanan kapiler. Dengan demikian proses
pengeringan superkritis dapat menghindari pengeringan susut. Dalam 20 tahun
terakhir, penggunaan karbon dioksida superkritis sebagai pelarut untuk
mengeringkan gel yang mengandung pelarut organik telah membuat proses lebih
aman dan lebih ekonomis.

3
Beberapa penelitian melaporkan keberhasilan pembuatan monolit silika oleh
water glass berdasarkan gel berbasis air gel larutan TEOS / EtOH sebelum
pertukaran pelarut dan proses modifikasi permukaan. Metode lain didasarkan pada
passivasi permukaan pori, di dalam gel. Passivasi seperti itu dapat diinduksi oleh
sililasi misalnya dengan trimethylchlorosilane atau hexamethyldisiloxane. Metode
persiapan terletak pada perawatan pertukaran ion sebelum pengeringan.
Cara lain untuk menghindari uap air adalah penerapan metode "freeze-
drying". Dalam teknik ini, cairan harus dibekukan terlebih dahulu dan kemudian
disublimasikan. Cairan pori dibekukan dan kemudian disublimasikan di bawah
vakum. Metode "freeze-drying" menghasilkan bahan berpori yang pada awalnya
dikenal sebagai cryogels, sekarang juga disebut aerogels. Untuk aplikasi
pengeringan beku, pelarut gel basah harus diganti dengan salah satu koefisien
ekspansi rendah dan tekanan sublimasi yang tinggi. Kerugian utama dari teknik
pengeringan beku adalah bahwa jaringan gel akhirnya dapat dihancurkan oleh
nukleasi dan pertumbuhan kristal pelarut, yang dapat menghasilkan partikel
kering kecil dan pori-pori yang sangat besar.
Dalam pembuatan aerogel memiliki metodologi sebagai berikut :
a) Membangun pengering superkritis
 Dapatkan tabung karbon dioksida seberat 20 lb (9 kg).
Silinder jenis ini akan memungkinkan Anda untuk mendapatkan karbon
dioksida cair dari wadah bukan hanya gas.

 Pelajari panduan perakitan

4
 Pasangkan pipa gas (sambungan pipa) dari baja tahan karat berukuran 316
atau 304 dan katupnya pada bagian utama pipa tahan baja yang tidak di las.
Tubuh pipa tee ini harus 3/4 inci (1,9 cm).

 Selesaikan perakitan bagian atas mesin. Sisa dari katup dan alat pengukur
akan disambungkan pada pipa silang kedua.

 Pahami jenis bahan yang bisa digunakan. Baja tahan karat lebih disukai
karena lebih bersih dan kuat.

5
 Hubungkan tangki karbondioksida pada pengering superkritis. Pastikan
semua tersambung sempurna agar karbondioksida mengalir pada
pengeringnya.

b) Mempersiapkan silica untuk Aerogel


 Encerkan amonium hidroksida pekat. Campurkan 4,86 g atau 5,4 ml
amonium hidroksida pekat dengan 1 L air dalam gelas atau botol plastik.

 Campur TMOS dan metanol. Campurkan 10.2 g atau 10 ml tetramethyl


orthosilicate (TMOS) dengan 7,82 g atau 10 ml metanol dalam gelas
kimia. Aduk sampai tercampur.

6
 Campurkan larutan amonium hidroksida dengan metanol. Campurkan 5 g
atau 5 ml larutan stok yang sebelumnya disiapkan dengan 7,92 g atau 10 ml
metanol dalam gelas gelas lain. Aduk sampai tercampur rata.

 Tuangkan larutan katalis ke dalam larutan alkoksida. Tuangkan dengan hati-


hati katalis (larutan B) ke dalam alkoksida (larutan A) lalu aduk dengan
batang pengaduk kaca hingga tercampur sempurna.

 Pindahkan sol ke dalam cetakan. Lapisi cetakan dengan kertas roti berlasis
silikon sebelum menuangkan sol cair ke dalamnya. Diamkan sol tersebut
sampai bentuk gel.

7
 Biarkan gel menua. Setelah gel mengeras, rendam dalam metanol dan
biarkan menua selama kurang lebih 24 jam.

 Menghilangkan air secara difusi. Ganti cairan metanol dengan cairan


metanol 100% atau aseton selama kurang lebih 4 kali dalam jangka waktu
seminggu.

 Keringkan gel yang didapat dalam pengering superkritis. Letakkankan gel di


dalam ruang pengering superkritis dan panaskan karbondioksida melewati
titik kritisnya, yakni 31,1°C (88,0°F) dan 72,9 bar, hingga 45 derajat dan
tekanan sekitar 100 bar.

8
c) Petunjuk alternatif pengeringan-pengeringan subkritis
 Siapkan aerogel mengikuti petunjuk diatas, campurkan dengan baha-bahan
kimia sehingga dihasilkan sol yang merupakan fase cair dari gel yang
diinginkan.

 Murnikan gel dengan metode tukar pelarut seperti biasa. Rendam dalam
etanol atau aseton, ganti larutannya empat kali selama seminggu.

 Siapkan larutan heksana dan etanol. Campurkan satu bagian heksana dengan
tiga bagian etanol untuk mendapatkan volume akhir pencampuran
setidaknya lima kali lebih besar daripada volume gel yang sedang diproses.

9
 Siapkan tambahan dua larutan heksana dan etanol. Untuk larutan kedua,
gunakan bagian yang sama dari heksana dan etanol. Untuk larutan ketiga,
gunakan tiga bagian heksana dan satu bagian etanol.

 Rendam gel dalam ketiga larutan selama 12 hingga 48 jam.

 Diamkan gel dalam larutan heksana. Ganti larutan heksana selama 3 kali
dalam jangka waktu 24 hingga 72 jam.

10
 Siapkan larutan trimetilklorosilan. Lalu masukkan ke dalam larutan
heksana.

 Rendam aerogel dalam larutan trimetilklorosilan. Tempatkan pada wadah


tertutup dan beri trimetilklorosilan sekitar 5-10 kali dan beri pelumas kedap
udara pada wadah.

 Panaskan lalu dinginkan wadah. Panaskan wadah selama 12 hingga 24 jam


pada suhu konstan 60°C (140°F), menggunakan hot plate atau oven. Biarkan
dingin hingga mencapai suhu kamar sebelum bertukar solusi TMCS dengan
larutan segar.

11
 Biarkan gel yang sudah dingin terendam dalam heksana murni.

 Keringkan gel secara subkritis. Tempatkan gel didalam botol kaca dengan
sedikit heksana dan biarkan tutup tidak menutup rapat. Biarkan selama 1-2
hari.

2.2 Metamaterial
Metamaterial merupakan bahan yang dapat membelokkan cahaya. Selama
ini cahaya tidak dapat di kontrol secara alamiah yang biasa ditemukan dialam.
Penyebabnya sifat optik materi tergantung pada struktur atom-atomnya.
Metamaterial adalah struktur yang dibuat secara artifisial, yang permitivitas
dan permeabilitasnya menyimpang dari lazimnya di alam. Dengan merangkai

12
material dari kristal fotonik menjadi jaringan, yang skalanya lebih kecil dari
panjang gelombang yang ingin dimanupulasi, secara teoritis, gelombang itu dapat
dibelokkan. Sehingga bahan baru tersebut dapat mengarahkan cahaya, suara, dan
(gelombang lainnya) dengan cara yang bermanfaat.
Metamaterial bisa meneruskan cahaya bukan memantulkan cahaya.
Metamaterial dirancang dapat mempengaruhi gelombang radiasi elektromagnetik
atau suara dengan cara tidak diamati dalam bahan massal. Bahan metamaterial
menunjukkan negatif indeks bias untuk panjang gelombang tertentu. Bahan-bahan
ini dikenal sebagai metamaterials indeks negatif.
Metamaterial yang merupakan bahan buatan yang effectively homogeneous
dengan sifat yang tidak khusus dan tidak tersedia di alam. Struktur effectively
homogeneous adalah struktur dimana rata-rata strukturnya lebih kecil dari guided
wavelength λg . Metamaterial pada umumnya dikenal dengan left-handed (LH)
metamaterial. Metatamaterial memiliki beberapa karakteristik yaitu indek bias
negatif dan nilai ɛ ,u negatif .
Metamaterial adalah material-material buatan yang tidak tersedia dalam
alam. David Stubbe dalam artikelnya pada Barkeley Science Review
menganalogikan material biasa sebagai bongkahan semen seukuran Manhattan
yang terbuat dari substansi-substansi yang kurang lebih sama. Lalu ia
membandingkan dengan Manhattan yang sebenarnya sebagai metamaterial,
dimana bongkahan semen tersebut disusun kembali menjadi bangunan dengan
struktur tata kotatertentu. Walaupun sama-sama terdiri dari semen, sebuah ota
dengan gedung pencakar langit memiliki substruktur yang lebih kompleks dari
bongkahan semen. Sebagai hasilnya, karakteristik keduanya juga berbeda.
Metodologi metamterial dilakukan dengan beberapa proses, antara lain :
1. Mengganti semen dengan tembaga dan bangunan dengan kumparan kawat;
2. Menyusutkannya menjadi sekitar sepermilyar;
3. Substruktur dari metamaterial (pengaturn dan ukuran kumparan dan
kawat).
Ketika gelombang cahaya atau gelombang suara melalui struktur tersusun
yang jauh lebih kecil daripada panjang gelombangnya (jarak antara satu
gelombang dengan lainnya), gelombang melewati struktur tersebut seolah-olah
struktur tersebut sama, tetapi dengan properties yang berbeda dari material

13
konstituen. Pada akhirnya, gelombang tidak mengetahui adanya substruktur yang
terpisah dan “melihat” material yang sama sekali baru.

2.3 E-textile
Potensi teksil dapat dipakai elektronik telah dirasakan oleh beberapa
perusahaan, seperti, Google, antara lain, yang mengembangkan tekstil sentuhan
kapasitif dalam proyeknya, yang diisebut Google Jacquard. Proyek ini
memungkinkan konsep komputasi wearable yang mulus dan dapat diandalkan
yang dapat membantu pelanggan untuk mellakukan tugas sehari-hari seperti
menjawab panggilan telepon tanpa menghentikan aktivitas yang sedang
berlangsung.
E-tekstil dapat dipakai utama telah tertanam sensor kapasitif, resistif, dan
optik memungkinkan tekstil unntuk merasakan sentuhan, tekanan, suhu dan
kelembaban. Sensor biasanya terhubung ke papan kontrol yang bertanggung
jawab unuk memproses informasi.
E-tekstil yang dapat dikenakan dapat dibuat dengan beberapa bahan
menggunakan metode fabrikasi yang berbeda. Bahan yang dipilih dan metode
fabrikasi selalu saling berhubungan dengan aplikasi akhir. Hal ini menunjukkan e-
tekstil bidang penelitian multidisiplin, dengan kebutuhan keahlian di beberapa
bidang, seperti tekstil, material, elektronik, mekanik, dan teknik komputer.
Metode fabrikasi e-textile
Selama dekade terakhir, telah terbukti bahwa metode fabrikasi tradisional
yang digunakan untuk memproduksi tekstil konvensional dapat digunakan dalam
produk e-tekstil juga. Pengembangan benang konduktif fleksibel dengan diameter
yang mirip dengan benang tekstil konvensional memungkinkan penggunaan
metode fabrikasi tradisional untuk menggabungkan benang konduktif dengan
benang non-konduktif. Proses penggabungan benang konduktif ke dalam benang
tekstil konvensional dapat dilakukan secara manual dengan menjahit benang
konduktif atau secara otomatis melalui mesin bordir, tenun, mesin rajut, dan
pemijahan.
Pelapisan benang non-konduktif dengan logam, zat galvanis atau garam
logam juga dapat digunakan untuk membuat benang konduktif listrik dari benang
tekstil murni, yang juga memungkinkan produksi e-tekstil. Proses pelapisan tekstil

14
umum termasuk plating tanpa listrik, deposisi uap kimia, sputtering, dan dengan
lapisan polimer konduktif.
Stamping tinta konduktif juga merupakan alternatif untuk menamkan garis
konduktif ke dalam tekstil. Ada beberapa teknologi yang dapat mencetak bahan
konduktif pada substrat tekstil, tetapi semuanya menggunakan tinta konduktif
dengan logam konduktif tinggi, seperti perak (Ag), tembaga (Cu), dan emas (Au.)
Tabel perbandingan kualitatif atribut fabrikasi e-tekstil.

E-Textile
Process Resistance to
Manufacturing Machinery Costs Material Costs
Complexity Wear
Technique

Embroidery High Low High High

Sewing Low Low Low High

Weaving Low High High High

Non-woven Low Low Low Low

Knitting Low High High Low

Spinning Low Low Low Low

Breading Low Low Low High

Coating High Low Low Low

Printing High High Low Low

Koneksi ke sistem akuisisi data dicapai dengan mekanisme mekanis atau


elektrik. Dengan cara ini, platform struktur tekstil seperti anyaman, rajutan, atau
jaring dapat digunakan untuk mekanisme. Dengan cara ini, platform struktur
tekstil seperti anyaman, rajutan, atau jaring dapat digunakan untuk memproduksi
tekstil.

2.4 Carbon Nanotube


Ilmuwan menemukan material yang sangat canggih. Material yang
berukuran nano 100-200 lebih kuat dari baja tetapi juga 10 kali lebih ringan
layaknya plastik serta memiliki penghantar listrik lebih baik daripada tembaga.
Dengan penemuan ini membuat impian masa depan dalam pembuatan mobil dan
pesawat lebih kuat namun lebih ringan serta irit bahan bakar. Begitu pula pada

15
saat diterapkan pada handphone dan komputer, handphone dan komputer serasa
akan lebih tahan panas dan lebih murah.
Carbon nanotube pada dasarnya adalah lembaran atom yang berbentuk
hexagonal yang dilipat dalam bentuk tabung. Salah satu varian komposisi pada
material ini adalah Bueky Fuller. Material ini ukurannya super ultra mega kecil
yaitu seper milyar cm. Untuk melihat ukuran yang sekecil itu hanya dapat dilihat
melalui mikroskop atom (Atomic force miscroscope). Kelemahan material ini
adalah baiay pembuatan yang masih sangat mahal namun jika penelitian
dilakukan secara intensif, material ini dapat di produksi secara massal dan
menjadi murah sehingga material ini mampu menjadi material masa depan yang
futuristik, tahan panas, ringan, super kuat, elastis dan fleksibel.
Material ini jika dihubungkan denga kimia kuantum terapan, khususnya,
hibridisasi orbital paling menggambarkan ikatan kimia dalam nanotube. Ikatan
kimia nanotube seluruhnya terdiri dari obligasi sp2 , mirip dengan grafit. Obligasi
ini yang lebih kuat dari ikatan sp3 ditemukan di alkana dan berlian, menyediakan
naotube dengan kekuatan unik mereka.
Terdapat beberapa cara dalam pembentukan nanotube, namun secara
umum yang banyak digunakan adalah metode pelepasan bunga api (arc
discharge), CVD (Chemical Vapour Deposition), dan laser ablation.
Metode Arc Discharge
Metode ini menggunakan 2 buah batang carbon yang diletakkan saling
berhadapan pada ujungnya dan dipisahkan sejarak kurang lebih 1 mm. Ruang
yang terpisah ini kemudian dialiri gas seperti Helium dan Argon pada tekanan
rendah (50-700 mbar). Kemudian arus listrik sebesar 50-100 A dan tegangan 20
volt diberikan sehingga menciptakan perubahan suhu yang tinggi di antara
ujung elektroda sehingga akan terjadi penguapan di ujung batang tersebut.
Kemudian proses ini akan dilanjutkan dengan pembentukkan lapisan oleh uap
dari penguapan batang tersebut pada ujung batang lainnya.

16
Proses Pembentukan Nanotube dengan Arc Discharge

Pada proses ini dapat terbentuk 2 buah struktur yaitu SWNT dan MWNT.
Bilamana diinginkan hasilnya SWNT maka pada anoda didoping dengan katalis
logam seperti Fe, Co, dan Ni. Kuantitas dan kualitas dari nanotube tergantung
dari beberapa parameter seperti konsentrasi logam yang digunakan, tekanan gas,
jenis gas, dan berbagai parameter lainnya.
Sedangkan pada MWNT tidak menggunakan doping seperti halnya proses
pembentukan SWNT. Namun dalam proses pembentukan MWNT akan terbentuk
berbagai bahan lain yang tidak diinginkan. Bila diusahakan benar-benar murni
maka akan MWNT yang terbentuk akan kehilangan strukturnya dan dinding
struktur yang tidak teratur.

Metode CVD (Chemical Vapour Deposition)


Metode ini telah ada sejak tahun 1959 namun baru dipakai sejak tahun 1993
untuk proses pembentukan nanotube. Pada proses ini carbon disiapkan dengan
lapisan partikel logam katalis, seperti nikel, kobalt, besi, atau kombinasinya dan
dikondisikan pada suhu sekitar 700 oC. Sementara itu 2 jenis gas, yaitu gas untuk
proses seperti ammonia, nitrogen, hydrogen dan sebagainya serta gas yang
mengandung carbon seperti acetylene, ethylene, ethanol, methane, dan sebagainya,
dialirkan ke dalam proses.

Metode Laser Ablation


Metode ini menggunakan laser untuk menguapkan grafit pada suhu 1200oC.
Ruangan tempat berlangsungnya proses ini akan diisi dengan gas helium atau
argon dan dijaga tetap pada tekanan 500 Torr. Pada keadaan ini maka akan
terbentuk uap yang kemudian dengan cepat akan kembali dingin. Keadaan ini
akan menyebabkan terbentuknya atom dan molekul carbon dan akan terbentuk

17
kelompok yang besar. Kelompok-kelompok ini kemudian akan tumbuh menjadi
single-wall carbon nanotube. Kondisi yang menggambarkan peristiwa ini
digambarkan pada gambar dibawah ini.

Metode Laser Ablation

Metodologi Carbon Nanotube


Pembuatan Carbon Nanotube dilakukan beberapa proses dan
digunakan sistem Catalytic Chemical Vapour Deposition (CCVD). Rangkaian
sistem CCVD terdiri dari furnace dengan dimensi, panjang 45 cm dan
diameter dalam 4 cm. Didalamnya diletakkan tabung stainless steel yang
berukuran diameter 3,5 cm dan panjang 75 cm dimana dalam tabung ini
diletakkan cawan kecil dengan dimensi panjang 7 cm, tinggi dan lebar cawan
1 cm. Selain furnace juga digunakan mixing gas yang berfungsi untuk
mencampur gas asetilen dan gas nitrogen yang dilengkapi dengan flowmeter
untuk mengatur laju alir gas. Untuk mengalirkan gas asetilen dan nitrogen ke
tabung stainless steel digunakan selang NCR. Setelah 20 menit 14operasi
dengan temperatur 700oC terbentuk CNT yang
15
berada dalam stainless steel.
CNT ini dianalisa menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM).

18

1 11 1
35 2 35
1 78 14
Pembuatan Katalis
Katalis yang digunakan dalam sintesis CNT ini dibuat dengan cara
impregnasi. Dimulai dengan mencampurkan Cobalt dengan Al2O3 dan Fe dengan
Al2O3 sehingga terbentuk larutan Co/Alumina dan larutan Fe/Alumina kemudian
diaduk sampai homogen ± sekitar 4 jam. Larutan yang terbentuk kemudian
dikeringkan dengan cara drying pada temperatur 110oC selama ± semalam, ini
bertujuan untuk menguapkan air. Pengeringan dilanjutkan dengan cara kalsinasi
pada suhu 500oC selama ± 1 jam.

Sintesis Carbon Nanotube (CNT)


Proses sintesis Carbon Nanotube (CNT) melibatkan beberapa
tahapan proses dari penyiapan bahan dan setting peralatan CCVD hingga
dihasilkan produk CNT yang kemudian dianalisa menggunakan Scanning
Electron Microscopy (SEM). Sintesis dilakukan dengan mengalirkan gas asetilen
dan gas nitrogen yang dicampur dalam mixing gas, kemudian dialirkan ke dalam
tabung stainless steel, dimana di dalam tabung telah diisikan katalis cobalt-
alumina (Co/Al2O3) atau Ferum-Alumina (Fe/Al2O3) dengan temperatur 700oC.
Proses sintesis dilakukan selama 20 menit untuk masing-masing jenis katalis
dengan berat 0,3 gr. Setelah sintesis dilakukan, selanjutnya dilakukan
penimbangan terhadap hasil CNT pada masing-masing variasi jenis katalis dan
dianalisa. Secara garis besar tahapan pembuatan atau sintesis CNT dapat
digambarkan dengan skema sebagai berikut :

19
Mulai

Setting peralatan CCVD

Pembuatan CNT dengan katalis

sebelum dan sesudah kalsinasi

Karakterisasi CNT

Hasil

Selesai

Dalam sintesis CNT dengan berat katalis dan kondisi operasi yang sama,
tetapi konsentrasi komponen aktif pada katalis yang berbeda memberikan
pengaruh terhadap diameter dan berat produk CNT yang dihasilkan. Semakin
besar konsentrasi komponen aktif katalis maka diameter CNT yang dihasilkan
semakin besar, sedangkan berat produk yang dihasilkan dalam sintesis CNT
berbanding terbalik dengan konsentrasi katalis yang digunakan, semakin tinggi
konsentrasi komponen aktif pada katalis yang digunakan, semakin sedikit berat
produk yang dihasilkan. Penggunaan katalis Co/Al2O3 dan katalis Fe/Al2O3
memberikan pengaruh yang berbeda pada sintesis Carbon Nanotube (CNT),
dimana pada CNT yang menggunakan katalis Fe/Al 2O3 mempunyai diameter yang
lebih besar dan berat produk yang lebih banyak dibanding dengan CNT yang
menggunakan katalis Co/Al2O3.

2.5 D30 Gel


Gel revolusioner ini mampu menyerap energi. Gel ini memiliki karakteristik
berwarna orange, sangat lembut dan mudah dibentuk ketika meremasnya dengan
tangan, tetapi pada saat diberi tekanan sangat kuat molekul ini langsung mengunci
dengan waktu seper seribu sekon. Di Amerika D30 Gel telah digunakan pada
bantalan baju sky sehingga ketika terkena hantaman dengan kecepatan 96 km/jam,
D30 Gel akan meredam hantaman.
Dalam keadaan mentah, senyawa mengalir dengan bebas ketika bergerak
perlahan. Tetapi pada saat terjadinya fisik tiba-tiba, ia terkunci bersama untuk

20
menyerap dan membubarkan energi, dan segera kembali ke keadaan
lenturnya. Ketika diperkenalkan ke segala bentuk dampak, cabang akan terkunci
bersama dan menjadi keras dalam waktu 1.000 detik untuk menyerap dan
menyebarkan kekuatan, secara signifikan mengurangi dampak benturan. Ia
mampu menahan sekitar 100 atau lebih dampak langsung dengan kekuatan penuh
sebelum merendahkan.
Transformasi ini dimungkinkan karena cara molekul bergerak satu sama
lain. Ketika material sedang dipindahkan pada kecepatan rendah itu lembut dan
fleksibel, karena ikatan antara molekul tidak kuat, sehingga mereka dapat lolos
melewati satu sama lain. Ketika materi bergerak cepat dengan kekuatan
mendadak, molekul menyusun kembali diri mereka dengan cara yang sangat
terstruktur dan menciptakan ikatan hidrogen yang tepat . Ketika Anda
mempengaruhi molekul, mereka tidak punya waktu untuk bergerak dan mereka
dengan cepat mengunci posisinya.

Sebuah ilustrasi tentang bagaimana D3O, cairan non-Newtonian, bekerja


saat terjadi tabrakan.
Cairan Newtonian (dinamakan menurut Sir Isaac Newton) adalah fluida
yang kurva tegangan versus regangannya linear dan melewati titik asal. Konstanta
proporsionalitas dikenal sebagai viskositas. Cairan non-Newtonian adalah cairan
yang viskositasnya bervariasi berdasarkan pada tegangan yang diberikan. Cairan
non-Newtonian yang paling dikenal adalah tepung maizena yang dilarutkan dalam
air . Dr. Richard Palmer dan sekelompok ilmuwan yang disewa mulai
mengembangkan polimer.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Aerogel dibuat dengan metode membangun pengering subrikitis,
mempersiapkan silica untuk aerogel, petunjuk alternatif
pengering~pengering subkritis.
2. Metamaterial adalah struktur yang dibuat secara artifisial, yang
permitivitas dan permeabilitasnya menyimpang dari lazimnya di alam.
Dengan merangkai material dari kristal fotonik menjadi jaringan, yang
skalanya lebih kecil dari panjang gelombang yang ingin dimanupulasi,
secara teoritis, gelombang itu dapat dibelokkan.
3. E-textile dibuat dengan metode fabrication e-textile. Metode fabrikasi
tradisional yang digunakan untuk memproduksi tekstil konvensional
dapat digunakan dalam produk e-tekstil juga. Pengembangan benang
konduktif fleksibel dengan diameter yang mirip dengan benang tekstil
konvensional memungkinkan penggunaan metode fabrikasi tradisional
untuk menggabungkan benang konduktif dengan benang non-konduktif.
Proses penggabungan benang konduktif ke dalam benang tekstil
konvensional dapat dilakukan secara manual dengan menjahit benang
konduktif atau secara otomatis melalui mesin bordir, tenun, mesin rajut,
dan pemijahan.
4. Carbon nanotube pada dasarnya adalah lembaran atom yang berbentuk
hexagonal yang dilipat dalam bentuk tabung. Material ini jika
dihubungkan denga kimia kuantum terapan, khususnya, hibridisasi orbital
paling menggambarkan ikatan kimia dalam nanotube. Ikatan kimia
nanotube seluruhnya terdiri dari obligasi sp2 , mirip dengan grafit. Obligasi
ini yang lebih kuat dari ikatan sp3 ditemukan di alkana dan berlian,
menyediakan naotube dengan kekuatan unik mereka. Terdapat beberapa
cara dalam pembentukan nanotube, namun secara umum yang banyak
digunakan adalah metode pelepasan bunga api (arc discharge), CVD
(Chemical Vapour Deposition), dan laser ablation.
5. D3O gel memliki kemampuan menyerap energi. Gel ini memiliki
karakteristik berwarna orange, sangat lembut dan mudah dibentuk ketika

22
meremasnya dengan tangan, tetapi pada saat diberi tekanan sangat kuat
molekul ini langsung mengunci dengan waktu seper seribu sekon.

23
DAFTAR PUSTAKA
Shridhar E. Mendhe, dkk. 2011. METAMATERIAL PROPERTIES AND
APPLICATIONS. India : Institute of Technology Changa, Gujrat

Anonim. 2009 . How to Make Aerogel. Diakses melalui


https://www.wikihow.com/Make-Aerogel

Hermansyah, Luis. 2016. Penelitian Metamaterial. Diakses melalui


http://9pendidikan.blogspot.com/2015/12/penelitian-metamaterial.html

Katalin, Sinko. 2010. Influence of Chemical Conditions on the Nanoporous


Structure of Silicate Aerogels. Budapest : University of Lorand Evotos

Carlos Gonzalves, dkk. 2018. Wearable E-textile Technologies: A Review on


Sensors, Actuators and Control Elements. Portugal : University of Minho

Maulana, Eka. 2014. Carbon Nanotube. Diakses melalui


http://maulana.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/CARBON-NANOTUBE.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai