Anda di halaman 1dari 31

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL

HISTORY FAIR

JUDUL KARYA TULIS

EFISIENSI TEKNOLOGI PIROLISIS UNTUK MENGONVERSI LIMBAH


PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK DAN PENGGUNAAN
BIODEGRADASI BAKTERI PSEUDOMONAS SP. UNTUK
MENGURANGI RESIDU PIROLISIS

SUBTEMA

SAINS DAN TEKNOLOGI

Diusulkan Oleh:

Imam Hafidz Imran D12115307 Angkatan 2015

Nur Annisa Irianto D12115302 Angkatan 2015

Muhammad Nurshiddiq D12115505 Angkatan 2015

UNIVERSITAS HASANUDDIN

KABUPATEN GOWA

2018
ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii

LEMBAR ORISINALITAS KARYA ...............................................................iii

DAFTAR ISI......................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................vi

ABSTRAK ........................................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik ................................................................................................4

2.2 Pirolisis..............................................................................................5

2.3 Kelemahan Pirolisis Berdasarkan Penelitian Sebelumnya ................6

2.4 Tungku Biomassa ..............................................................................8

2.5 Bakteri Pseudomonas sp. ..................................................................9

2.6 Mekanisme Degradasi Hidrokarbon Di Dalam Sel Bakteri


Pseudomonas sp. ..............................................................................11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan Penulisan...........................................................................13

3.2 Metode Pengumpulan Data .............................................................14

3.3 Metode Analisa ...............................................................................14

3.4 Kerangka Berfikir............................................................................14

iv
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Konsep Desain Teknologi Pirolisis .................................................16

4.2 Penggunaan Dan Kefektifan Bakteri Pseudomonas Sp. Dalam


Biodegradasi Residu Pirolisis Limbah Plastik. ..............................19

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan......................................................................................21

5.2 Saran................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................22

LAMPIRAN .....................................................................................................24

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Desain Model Pirolisis Tampak Atas Pada Sudut 45° ........................... 16

Gambar 4.2 Desain Model Pirolisis Tampak Samping.............................................. 17

Gambar 4.3 Skema Bagian-Bagian Komponen Pirolisis ........................................... 18

vi
EFISIENSI TEKNOLOGI PIROLISIS UNTUK
MENGONVERSI LIMBAH PLASTIK MENJADI BAHAN
BAKAR MINYAK DAN PENGGUNAAN BIODEGRADASI
BAKTERI PSEUDOMONAS SP. UNTUK MENGURANGI
RESIDU PIROLISIS
Imam Hafidz Imran1, Nurannisa Irianto2, Muhammad Nurshiddiq3
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin1
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin2
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin3
ABSTRAK :

Plastik merupakan senyawa polimer yang memiliki rantai panjang karbon dan
elemen lain yang mudah dibentuk. Sifat bahan plastik yang ringan dan kuat, tahan
korosi, transparan dan sifat insulasi yang cukup baik inilah yang menyebabkan
plastik sulit dipisahkan dari kehidupan manusia. Akan tetapi peningkatan
penggunaan bahan plastik ini diikuti juga dengan peningkatan limbah plastik.
Tidak seperti limbah organik yang dapat terurai oleh bakteri, limbah plastik
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terurai. Karena itu, limbah plastik
ini membutuhkan proses lebih lanjut untuk mengurangi kuantitasnya, salah
satunya dengan cara mengonversi limbah plastik menjadi produk yang bernilai.
Pirolisis plastik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
megurangi kuantitas limbah plastik dengan cara mengubah limbah plastik menjadi
bahan bakar, cara kerja pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui
proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya (kedap udara),
dimana material mentah dalam hal ini limbah plastik akan mengalami pemecahan
struktur kimia menjadi fase gas lalu kemudian dikondensasi untuk memperoleh
fase cair. Limbah plastik melalui proses pirolisis mampu diubah menjadi
feedstock petrokimia seperti nafta, liquid, dan wax seperti hidrokarbon dan gas
serta minyak dasar untuk pelumas. Proses pengolahan sampah plastik dengan
proses pirolisis memiliki kelemahan yaitu, tidak efisien pada pembuatan reaktor
dalam skala besar hal ini diakibatkan oleh terjadinya bubling, chanelling, dan
kurang ekonomis sehingga masih menyisakan residu. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengoptimalkan teknologi pirolisis utamanya untuk limbah
plastik skala besar tanpa menggunakan reaktor skala besar adalah dengan
memperbanyak jumlah reaktor dengan ukuran dan desain yang optimal untuk
meningkatkan efisiensi penggunakan teknologi pirolisis. Sementara residu yang
dihasilkan oleh Pirolisis dapat diatasi dengan cara menguranginya menggunakan
proses Biodegradasi menggunakan bakteri Pseudomonas sp. yang mampu
mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Dengan demikian masalah limbah
plastik yang jumlahnya terus meningkat dapat dikurangi kuantitasnya dengan cara
ini, yakni Pirolisis dan Biodegradasi.

Keywords : Limbah Plastik, Pirolisis, Energi Alternatif, Biodegradasi.

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1907, penggunaan plastik dan
barangbarang berbahan dasar plastik semakin meningkat. Peningkatan
penggunaan plastik ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi,
industri dan juga jumlah populasi penduduk. Menurut perhitungan Kementrian
Lingkungan Hidup (2008), jumlah sampah plastik penduduk Indonesia setiap
harinya sebesar 175.000 ton atau setara 64 juta ton/tahun dan saat ini sampah
plastik telah menumpuk hingga 6 juta ton atau setara degan berat 1 juta gajah
dewasa. Impor plastik dan barang dari plastik sepanjang Januari-Juli tahun 2011
melonjak 46% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010, karena
tingginya permintaan terhadap baha baku plastik di dalam negeri.
Plastik merupakan senyawa polimer yang memiliki rantai panjang karbon
dan elemen lain yang mudah dibentuk. Plastik merupakan komponen yang sulit
dipisahkan dari kegiatan sehari-hari manusia karena berbagai kelebihan yang
dimilikinya. Sifat bahan plastik yang ringan dan kuat, tahan korosi, transparan dan
sifat insulasi yang cukup baik inilah yang menyebabkan plastik sulit dipisahkan
dari kehidupan manusia. Bahan plastik dapat ditemui pada hampir semua benda
yang kita gunakan sehari-hari diantaranya kemasanan makanan, alat rumah
tangga, mainan anak, hingga alat elektronik.
Akan tetapi peningkatan penggunaan bahan plastik ini diikuti juga dengan
peningkatan limbah plastik. Tidak seperti limbah organik yang dapat terurai oleh
bakteri, limbah plastik ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai
sehingga terjadi penumpukan sampah plastik di tempat pembuangan sampah.
Penanganan sampah plastik yang banyak digunakan di negara berkembang adalah
menggunakan metode landfill tidak mempedulikan jenis sampahnya, baik itu
sampah organik maupun sampah anorganik seperti plastik. Selain itu cara
pengolahan sampah dengan pembakaran bukan metode yang aman bagi
lingkungan karena dapat meningkatkan emisi gas yang potensial menjadi polutan
dan beberapa partikulat pencemar lainnya.
2

Terdapat metode pemecahan rantai polimer yang sudah dikenal adalah


pirolisis, gasifikasi, degradasi termal maupun katalitik (Rodiansono et al. 2007).
Pirolisis merupakan proses degradasi termal dari material tanpa adanya oksigen
atau dalam keadaan kekurangan oksigen (Patni et al. 2013). Dengan menggunakan
metode ini limbah plastik dapat tereduksi hingga 90% (Siddiqui, Redwhi 2009).
Beberapa penelitian seputar konversi sampah plastik menjadi produk cair
berkualitas bahan bakar telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup
prospektif untuk dikembangkan (Mulyadi, 2004). Pada pirolisis plastik, hal yang
perlu diperhatikan adalah suhu pada reaktor. Alat pirolisis plastik memiliki
potensi yang sangat baik sebagai alat konversi energi, terutama untuk limbah
plastik yang sulit untuk ditangani.
Sudah banyak penelitian mengenai pirolisis plastik ini dan mempunyai
sumber panas yang berbeda-beda. Gabe (2015) meneliti mengenai pirolisis plastik
PE dimana sumber panas menggunakan listrik. Santoso (2010) meneliti mengenai
pirolisis plastik PP dan LDPE dimana sumber panas menggunakan gas LPG.
Akan tetapi penggunaan listrik sebagai sumber panas tergolong mahal, dan gas
LPG merupakan bahan bakar yang tidak terbarukan. Biomassa memiliki potensi
sebagai sumber energi terbarukan yang baik, oleh karena itu alat pirolisis yang
dirancang memiliki bahan bakar biomassa. Biomassa merupakan bahan-bahan
organik yang berasal dari tumbuhtumbuhan yang meliputi, dedaunan, rerumputan,
ranting, gulma, limbah pertanian, limbah peternakan, limbah kehutanan dan
gambut (Borman, 1998).
Penggunaan pirolisis dalam skala tempat pembuangan akhir (TPA) atau
dalam skala yang cukup besar dianggap masih kurang efisien, hal ini diakibatkan
oleh aliran udara panas yang mengangkut potongan hidrokarbon menjadi tidak
merata jika menggunakan reaktor yang skala besar. Perekahan atau reaksi
pemecahan senyawa hidrokarbon molekul besar pada temperatur tinggi, menjadi
tidak sempurna serta diperlukan proses pemanasan yang tinggi dengan waktu
yang lama dan juga dihasilkan jumlah residu yang cukup banyak, sehingga
metode pirolisis dianggap kurang efisien.
Untuk mengatasi kelemahan proses pirolisis maka diperlukan desain yang
tepat dan proses tambahan yang dapat mengatasi masalah sampah plastik. Proses
3

tambahan yang dapat dilakukan yaitu dengan proses biodegradasi menggunakan


bakteri Pseudomonas sp. yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Sehingga sampah plastik yang tidak terurai pada proses pirolisis dapat didegradasi
oleh bakteri Pseudomonas sp. Atas dasar inilah, kami membuat karya berjudul
“Efisiensi Teknologi Pirolisis Untuk Mengonversi Limbah Plastik Menjadi Bahan
Bakar Minyak Dan Penggunaan Biodegradasi Bakteri Pseudomonas Sp. Untuk
Mengurangi Residu Pirolisis”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan fokus permasalahan terebut, maka dapat
dirumuskan suatu masalah yakni :
1. Bagaimana konsep efisiensi teknologi pirolisis untuk mengonversi limbah
plastik menjadi bahan bakar?
2. Bagaimana cara penggunaan dan keefektifan bakteri Pseudomonas sp.
dalam biodegradasi residu pirolisis?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah yang diangkat tersebut, maka tujuan dari
pembuatan penulisan ini adalah :
1. Membuat konsep desain pirolisis yang mampu meningkatkan efisiensi
teknologi pirolisis dalam mengonversi limbah plastik menjadi bahan
bakar.
2. Memberikan gambaran penggunaan dan kefektifan penggunaan bakteri
Pseudomonas sp. dalam biodegradasi residu pirolisis.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan
memberi manfaat :
1. Memberi kontribusi bagi pembaca dan pengambil kebijakan untuk
menerapkan konsep desain pirolisis yang mampu meningkatkan efisiensi
teknologi pirolisis dalam mengonversi limbah plastik menjadi bahan bakar
dan pengunaan bakteri Pseudomonas sp. dalam biodegradasi residu
pirolisis.
2. Hasil penulisan ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yang
akan melakukan penelitian terapan tentang implementasi konsep diatas.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik
Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses
polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul
sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar
(makromolekul atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur
penyusun utamanya adalah karbon dan hidrogen. Untuk membuat plastik, salah
satu bahan yang sering digunakan adalah naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi atau gas alam. Sebagai gambaran, untuk membuat 1 kg
plastik memerlukan 1,75 kg minyak bumi, untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakunya maupun kebutuhan energi prosesnya (Kumar et al. 2011).
Penggunaan plastik di dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat
seiring dengan perkembangan ekonomi masyarakat. Hal ini di karenakan oleh
keunggulan plastik di bandingkan dengan bahan material lain, di antaranya seperti
kuat, ringan, tidak korosi, mudah di warnai dan murah (Syamsiro et al., 2016).
Peningkatan ini berdampak pada semakin banyaknya sampah yang dihasilkan dari
plastik.
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan
thermosetting (Mujiarto, 2005). Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika
dipanaskan sampai temperatur tertentu akan mencair dan dapat dibentuk kembali
menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah plastik yang
jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan
dipanaskan.
Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik di atas, thermoplastic adalah
jenis yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur
ulang diberi kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan
penggunaannya.
Sedangkan thermosetting plastik yang melunak bila dipanaskan dan dapat
dibentuk, tapi mengeras secara permanen, mereka hangus/hancur bila dipanaskan.
Kebanyakan material komposit modern menggunakan plastik thermosetting, yang
biasanya disebut resin. Plastik termosetting berwujud cair. Kelebihan dari plastik
5

jenis ini adalah ketahanan zat kimia yang baik meskipun berada dalam lingkungan
yang ekstrim.
2.2 Pirolisis
Pirolisis atau devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu.
Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 °C, ketika komponen yang
tidak stabil secara termal, dan volatile matters pada sampah akan pecah dan
menguap bersamaan dengan komponen lainnya. Produk cair yang menguap
mengandung tar dan polyaromatic hydrocarbon. Produk pirolisis umumnya terdiri
dari tiga jenis, yaitu gas (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar (pyrolitic oil), dan
arang. Parameter yang berpengaruh pada kecepatan reaksi pirolisis mempunyai
hubungan yang sangat kompleks, sehingga model matematis persamaan kecepatan
reaksi pirolisis yang diformulasikan oleh setiap peneliti selalu menunjukkan
rumusan empiris yang berbeda (Trianna dan Rochimoellah, 2002). Selain itu,
plastik merupakan polimer yang berat molekulnya tidak bisa ditentukan, ataupun
dihitung. Karena itu, kecepatan reaksi dekomposisi didasarkan pada perubahan
massa atau fraksi massa per satuan waktu. Produk pirolisis selain dipengruhi oleh
suhu dan waktu, juga oleh laju pemanasan. Rodiansono dkk.,(2007) melakukan
perengkahan sampah plastik jenis polipropilena dari kemasan air mineral dalam
reaktor pirolisis terbuat dari stainless steel, dilakukan pada temperatur 475C
dengan dialiri gas nitrogen (100 mL/menit).
Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur
ulang tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat
dilakukan dengan proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah
rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil
dari proses perekahan plastik ini dapat digunakan sebagai bahan kimia atau bahan
bakar. Ada tiga macam proses perekahan yaitu hidro cracking, thermal cracking
dan catalytic cracking (Panda, 2011).

1. Hydro cracking
Hydro cracking adalah proses perekahan dengan mereaksikan plastik
dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada
temperatur antara 423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 – 10 MPa. Dalam proses
hydro cracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencampuran dan
6

reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan decalin.
Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous silica
alumina, zeolite dan sulphate zirconia.
2. Thermal cracking
Thermal cracking adalah termasuk proses pirolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada
temperatur antara 350 °C sampai 900 °C. Dari proses ini akan dihasilkan arang,
minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan
aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
3. Catalytic cracking
Cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi pemecahan
molekul. Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi.
Osueke dan Ofundu (2011) melakukan penelitian konversi plastik low density
polyethylene (LDPE) menjadi minyak. Proses konversi dilakukan dengan dua
metode, yaitu dengan thermal cracking dan catalytic cracking. Pyrolisis dilakukan
di dalam tabung stainless steel yang dipanaskan dengan elemen pemanas listrik
dengan temperatur bervariasi antara 475 – 600 °C. Kondenser dengan temperatur
30 – 35 °C, digunakan untuk mengembunkan gas yang terbentuk setelah plastik
dipanaskan menjadi minyak. Katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah
silica alumina. Dari penelitian ini diketahui bahwa dengan temperatur pirolisis
550 °C dan perbandingan katalis/sampah plastik 1:4 dihasilkan minyak dengan
jumlah paling banyak.

2.3 Kelemahan Pirolisis Berdasarkan Penelitian Sebelumnya


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa, ahli proses
pirolisis memiliki prospek yang positif dalam menangani masalah sampah plastik
akan tetapi belum ada Negara yang telah menggunakan proses pirolisis sebagai
pengolahan sampah plastik dalam skala besar.
Proses perengkahan limbah plastik menjadi energi umunya menggunakan
reaktor kataltik terfluidisasi atau fluidized bed reaktor (FBR). Dalam reaktor,
terjadi kontak antar fluida gas dengan limbah plastik. Kontak ini akan
menyebabkan terbawanya material hidrokarbon yang telah mengalami cracking
7

atau perengkahan. Pada reaktor dengan skala besar proses kontak antara fluida gas
dengan limbah plastik, sering terjadi penyebaran fluida gas yang tidak merata saat
proses kontak berlangsung. Hal ini disebabkan karena adanya penggelembungan
(bubbling), penorakan (sluwing) dan saluran-saluran fluida yang terpisah
(channeling) (Satrio, 2008).
Channeling adalah tidak meratanya penyebaran fluida pada seluruh
permukaan limbah plastik, sehingga menyebabkan hanya sebagian dari limbah
plastik yang berkontak dengan fluida. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
kualitas yield yang diperoleh selama proses pirolisis limbah plastik. Selain ketiga
faktor tersebut, faktor lain yang berpengaruh adalah kecepatan minimum fluidisasi
yang didefinisikan sebagai kecepatan minimal yang dibutuhkan untuk proses
fluidisasi terjadi (Satrio, 2008).
Kecepatan fluidisasi mempengaruhi kontak antara fluida yang digunakan
dalam proses konversi dengan limbah plastik. Kontak yang terjadi menyebabkan
ikatan antara molekul fluida dengan molekul hidrokarbon dari hasil cracking
lirnbah plastik, yang selanjutnya diolah menjadi energi
Pada penelitian yang dilakukan Miller et al. (2005), bahan baku berupa
polyethylene dipanaskan hingga mencapai suhu 800°C sampai 1000°c sehingga
menyebabkan polyethylene mencair dan mengalami cracking menjadi komponen
hidrokarbon . Konversi yang diperoleh pada penelitian tersebut adalah 60 % yang
terdegradasi. Konversi yang diperolch belum optimal, hal ini dimungkinkan
karena terjadi channeling pada reaktor dan kecepatan minimum fluidisasi yang
digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan proses tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulakan beberapa penyebab
kelemahan dari sistem pirolisis dalam reaktor skala besar, yaitu:
1. Pada reaktor dengan skala besar proses pemanasan yang terjadi di dalam
reaktor menjadi tidak merata, hal ini disebabkan karena adanya
penggelembungan (bubbling), penorakan (sluwing) dan saluran-saluran
fluida yang terpisah (channeling) (Satrio, 2008). sehingga tidak semua
ikatan polimer hidrokarbon pada sampah plastik akan terputus, namun
hanya melemah (pada temperatur transisi) sehingga tidak semua sampah
plastik akan terurai.
8

2. Pada reaktor dengan skala besar aliran udara panas yang terjadi di dalam
reaktor unuk proses fluidisasi tidak merata, sehingga kecepatan minimum
fluidisasi yang di gunakan tidak sesuai dengan kebutuhan proses, hal ini
menyebabkan tidak semua potongan hidrokarbon akan terbawa oleh aliran
udara panas untuk di kondensasi menjadi minyak.
3. Pada reaktor dengan skala besar, untuk mendegradasi sampah plastik
menjadi minyak secara keseluruhan memerlukan suhu 800-1000°C
sehingga memerlukan energi yang besar untuk pemasan, hal ini dianggap
tidak efisien secara ekonomis untuk diterapakan dalam skala besar.

Untuk mengatasi permasahalan diatas di perlukan proses tambahan untuk


mendegradasi secara sempurna sampah plastik hasil sisa dari proses pirolisis.
Metode yang digunakan adalah dengan biodegradasi menggunakan bakteri
Pseudomonas sp. Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang
mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.

2.4 Tungku Biomassa


Tungku adalah tempat berlangsungnya proses pembakaran. Pada dasarnya,
proses pembakaran adalah proses kimiawi antara unsur-unsur pembentuk bahan
bakar dengan oksigen. Masing-masing unsur pembentuk bahan bakar mempunyai
temperatur pembakaran sendiri, dan secara keseluruhan dapat membentuk
temperatur pembakaran total di ruang bakar. Seberapa besar temperatur total yang
dihasilkan, sangat tergantung pada jenis dan berapa besar kandungan suatu bahan
bakar. Sebagai contoh, suatu jenis batubara yang banyak mengandung belerang
(sulfur), dapat menghasilkan temperatur pembakaran yang relatif rendah bila
dibandingkan dengan hasil pembakaran dari jenis batubara yang kandungan
belerangnya kecil. Selain komposisi unsur yang ada pada bahan bakar, temperatur
pembakaran dipengaruhi pula oleh jenis unsur yang membentuknya.
Biomasa merupakan bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang meliputi, dedaunan, rerumputan, ranting, gulma, limbah pertanian,
limbah peternakan, limbah kehutanan dan gambut (Borman 1998). Biomasa terdiri
dari bahan hidup atau yang baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
bakar, atau materi tumbuhan atau hewan yang dipelihara untuk dimanfaatkan
9

sebagai biofuel, tetapi dapat juga digunakan untuk produksi serat, bahan kimia
atau panas. Biomasa dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar, contoh biomasa antara lain adalah tanaman,
pepohonan, rumput, limbah pertanian dan limbah kehutanan, tinja dan kotoran
ternak. Pemanfaatan limbah biomasa sebagai sumber energi masih cukup
berperan di negara-negara berkembang terutama biomasa dalam bentuk kayu
bakar dan biomasa padat lainnya.
Proses pembakaran juga merupakan faktor penentu pada temperatur
pembakaran. Semakin sempurna suatu pembakaran, semakin tinggi temperatur
pembakaran yang dihasilkannya. Untuk dapat menghasilkan pembakaran yang
sempurna, diperlukan adanya jumlah oksigen yang memadai. Oleh karenanya,
sejumlah sistem pembakaran menggunakan pola udara yang berlebih (excess air)
untuk mendapatkan jumlah oksigen yang sesuai kebutuhan. Keberadaan udara
yang berlebih ini, selain dapat menjamin terjadinya proses pembakaran yang lebih
sempurna, juga dapat menurunkan temperatur total pembakaran. Hal ini dapat
terjadi karena komposisi udara yang tidak hanya mangandung oksigen (komposisi
oksigen di udara kurang lebih 21% volume), tetapi juga unsur-unsur yang lain
seperti nitrogen dan uap air. Oleh karena itu, untuk menjaga suhu pembakaran
yang tinggi dan konstan diperlukan jumlah oksigen yang tepat.

2.5 Bakteri Pseudomonas sp.


Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu
mendegradasi berbagai senyawa hidrokarbon. Keberhasilan bakteri Pseudomonas
dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon
membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri
Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon (Anonymous, 2010).
Baketri Pseudomonas yang sering digunakan dalam proses biodegradasi
senyawa hidrokarbon antara lain: Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas
stutzeri, dan Pseudomonas diminuta.

Klasifikasi ilmiah bakteri Pseudomonas sp.:


Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
10

Kelas : Gamma Proteobacteria


Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseedomonadaceae
Genus : Pseudomonas sp.

Pseudomonas dalam memproduksi biosurfaktan berkaitan dengan


keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam salah satu faktor yang sering
membatasi kemampuan bakteri Pseudomonas dalam mendegradasi senyawa
hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga sulit mencapai sel
bakteri. Oleh karena itu, untungnya, bakteri pseudomonas dapat memproduksi
biosurfaktan. Kemampuan bakteri sintesis biosurfaktan. Ada 2 macam
biosurfaktan yang dihasilkan bakteri Pseudomonas:
1. Surfaktan dengan berat molekul rendah (seperti glikolipid, soforolipid,
trehalosalipid, asam lemak dan fosfolipid) yang terdiri dari molekul
hidrofobik dan hidrofilik. Kelompok ini bersifat aktif permukaan, ditandai
dengan adanya penurunan tegangan permukaan medium cair.
2. Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal dengan bioemulsifier
polisakarida amfifatik. Dalam medium cair, bioemulsifier ini
mempengaruhi pembentukan emulsi serta kestabilannya dan tidak selalu
menunjukkan penurunan tegangan permukaan medium.

Biosurfaktan merupakan komponen mikroorganisme yang terdiri atas


molekul hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu mengikat molekul hidrokarbon
tidak larut air dan mampu menurunkan tegangan permukaan. Selain itu
biosurfaktan secara ekstraseluler menyebabkan emulsifikasi hidrokarbon sehingga
mudah untuk didegradasi oleh bakteri. Biosurfaktarn meningkatkan ketersediaan
substrat yang tidak larut melalui beberapa mekanisme. Dengan adanya
biosurfaktan, substrat yang berupa cairan akan teremulsi dibentuk menjadi misel-
misel, dan menyebarkannya ke permukaan sel bakteri. Substrat yang padat
dipecah oleh biosurfaktan, sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel
(Anonymous, 2010).
11

Tendapat tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri secara umum
yaitu :
1. Interaksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada kasus
ini, umumnya rata-rata kelarutan hidrokarbon olch proses fisika sangat
rendah schingga tidak dapat mendukung.
2. Kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan tetesan hidrokarbon
yang lebih besar daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini,
perlckatan dapat terjadi karena sel bakteri bersifat hidrofobik. Sl mikroba
melekat pada permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel
dan pengambilan substrat dilakukan dengan difusi atau transpor aktif.
Perlekatan ini terjadi karena adanya biosurfaktan pada membran sel
bakteri Pseudomonas.
3. Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau
tersolubilisasi olch bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan
partikel hidrokarbon yang lebih kecil daripada sel. Hidrokarbon dapat
teremulsi dan tersolubilisasi dengan adanya biosurfaktan yang dilepaskan
oleh bakteri pseudomonas kedalam medium (Anonymous, 2011).

2.6 Mekanisme Degradasi Hidrokarbon di Dalam Sel Bakteri Pseudomonas


sp.
Proses biodegradasi secara sempurna tidak mungkin dilakukan oleh satu
jenis mikroba, tetapi dilakukan oleh suatu kumpulan mikroba yang saling
berinteraksi secara sinergetik dalam bentuk konsorsium. Banyak mikroba yang
mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon alifatik maupun aromatik, tetapi
mereka tidak menggunakan hasil degradasinya sebagai sumber karbon atau nutrisi
esensial untuk pertumbuhannya. Fenomena kometabolisme seperti itu merupakan
peristiwa yang sering terjadi pada satu jenis mikroba dalam mendegradasi bahan
pencemar hidrokarbon alifatik dan aromatik. Akibatnya hasil degradasi senyawa
hidrokarbon yang tidak bisa terdegradasi lebih lanjut akan terakumulasi pada
media pertumbuhannya (Nugroho, 2006).
Mengenai fenomena kometabolisme, Leisinger et al, (1981) menjelaskan
dalam menangani limbah yang mengandung senyawa-senyawa sintetis yang sukar
diuraikan (senyawa xenobiotic), kemampuan kometabolisme mikroba sangat
12

dibutuhkan. Banyak senyawa xenobiotic membutuhkan substrat yang analog


dengan senyawa tersebut, sehingga senyawa tersebut yang semula sulit
didegradasi menjadi memungkinkan didegradasi oleh konsornium.
Kometabolisme didefinisikan sebagai proses penguraian suatu senyawa oleh
mikroba yang membutuhkan keberadaan senyawa lain (ko-substrat) karena tanpa
ko-substrat mikroba tersebut tidak dapat melakukan metabolisme dan
perbanyakan sel dengan baik.
Beberapa contoh interelasi spesies yang saling menguntungkan dijelaskan
oleh Bst et al. (1985 dalam Higgins et al. 1995) antara lain melalui:
1. Salah satu anggota komunitas tidak mampu menghasilkan salah satu faktor
tumbuh dan defisiensi ini diperoleh oleh aktifitas metabolik anggota yang
lain yang ditumbuhkan sikloheksan. Nocardia yang mampu mengoksidasi
senyawa itu tidak mampu tumbuh didalamnya sampai Pseudomonas
memberi faktor tumbuh biotin yang dibutuhkan.
2. Metabolit yang menghalangi pertumbuhan salah satu jenis dihilangkan
oleh anggota lainnya.
3. Meningkatkan metabolit kooperatif antar anggota dengan menghasilkan
berbagi enzim oleh berbagai anggota, contoh aktifitas lesitinase dari dua
Pseudomonas
4. Transfer plasmid antara beberapa spesies akan menghasilkan strain baru
(novel strain) yang mampu berhadapan dengan polutan baru (novel
pollutant) contohnya kultur campur Pseudomomnas sp.

Pada umumnya penelitian biodegradasi di laboratorium dititikberatkan


pada metabolisme senyawa tunggal oleh kultur murni. Penelitian yang
menggunakan kultur murni ini tidak dapat mengabaikan potensi sebenarnya
komunitas mikroba di alam dalam mendegradasi senyawa-senyawa hidrokarbon
(Nugroho, 2006).
13

BAB III
METODOLOGI
3.1 Tahapan Penulisan
Penyusunan karya tulis ini memiliki tahapan-tahapan dalam proses
penulisannya yang dilakukan sebagai landasan untuk pengembangan konsep dasar
dalam perumusan permasalahan yang diangkat. Tahapan-tahapan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap Perumusan Tema Dan Permasalahan


Tahapan ini merupakan suatu awal bagi perumusan keseluruhan isi karya
tulis. Penentuan tema dan penjabaran masalah-masalah yang diangkat merupakan
tujuan dalam tahap ini yang dapat dianalogikan sebagai suatu pijakan pertama
bagi keselanjutan proses dalam penyelesaian karya tulis.

2. Tahap Pengumpulan Landasan Teori dan Data


Tahap pengumpulan teori merupakan tahap lanjutan dari penjabaran
permasalahan. Tahap ini memiliki tujuan mencari beberapa teori dan data atau
informasi yang memiliki relevansi dengan penjabaran permasalahan dan studi
kasus yang diangkat dalam penyusunan karya tulis.

3. Tahap Analisis
Tahap penganalisaan data dan teori yang digunakan dalam penulisan,
dirumuskan dalam tahapan ini. Keduanya akan disintesa dan dihubungkan dengan
permasalahan yang diangkat sehingga hubungan keduanya jelas dan dapat
ditemukan beberapa alternatif solusinya. Tujuan utama dalam tahap ini adalah
mencapai tujuan yang telah dijabarkan dalam tahapan pendahuluan yang
dikemukakan pada bagian awal penulisan.

4. Tahapan Kesimpulan dan Rekomendasi


Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan keseluruhan isi penulisan
menjadi satu pemahaman yang utuh dan bersifat komprehensif. Berdasarkan
kesimpulan yang diambil dari keseluruhan isi penulisan akan ditemukan beberapa
alternatif solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang
dibahas.
14

3.2 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini
menggunakan beberapa metode-metode yaitu :

1. Studi Pustaka
Data-data yang diperoleh diambil dari reverensi buku dan beberapa jurnal
yang diperoleh dari perpustakaan maupun situs resmi yang memiliki relevansi
dengan pembahasan.

2. Tinjauan Media
Informasi-informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam penyusunan
makalah ini diperoleh dari internet, media cetak dan media elektronik Informasi
yang diperoleh dalam tinjauan ini merupakan tambahan dari teori-teori yang
menjadi acuan.

3. Data Sekunder
Data-data yang merupakan hasil dari penelitian terdahulu digunakan untuk
melakukan analisis dan tinjauan kembali.

3.3 Metode Analisa


Metode pendekatan pada proses analisa yang dilakukan dalam penulisan
karya tulis ini adalah :

1. Metode Analisa Deskriptif


Analisa untuk mengelola dan menafsirkan data yang diperoleh sehingga
dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada obyek yang dikaji.

2. Metode Analisa Komparatif


Berguna untuk melihat perbandingan gagasan yang ditawarkan dengan
beberapa teori yang relevan dengan gagasan.

3.4 Kerangka Berpikir


Tulisan ini memiliki kerangka berpikir dalan proses
penulisannya.Kerangka atau alur berpikir digunakan untuk mempermudah proses
penulisan. Adapun kerangka berpikir dalam tulisan ini akan dijelaskan pada
gambar berikut ini :
15

IDE TULISAN

 Limbah plastik yang menumpuk dan tidak diolah serta


mencemari lingkungan.
 Penggunaan Pirolisis dan Biodegradasi untuk mengurangi
limbah plastik
 Solusi desain Pirolisis yang efisien

TINJAUAN PUSTAKA

 Plastik
 Pirolisis
 Kelemahan Pirolisis
 Biomassa
 Biodegradasi oleh Pseudomonas sp.

EKSPLORASI PERMASALAHAN

 Masalah pirolisis dalam limbah plastik skala besar yang


kurang efisien
 Desain untuk meningkatkan efisiensi pirolisis dalam skala
limbah plastik yang cukup besar
 Pemanfaatan Biodegradasi untuk residu pirolisis

SOLUSI

Desain Pirolisis yang efisien dan menambah jumlah unit serta


Penggunaan Bakteri Psedomonas sp. untuk Biodegradasi residu

KESIMPULAN DAN SARAN


16

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Konsep Desain Teknologi Pirolisis


Masalah yang dihadapi pada penggunaan teknologi pirolisis dalam skala
limbah yang cukup besar adalah terjadinya bubling, chanelling, dan kurang
ekonomis sehingga masih menyisakan cukup bayak residu. Dari hal tersebut
menyebabkan kurang efisiennya penggunaan teknologi pirolisis dalam menangani
limbah plastik skala yang cukup besar. Maka dari itu kami mendesain konsep
desain teknologi pirolisis yang mampu mengatasi masalah tersebut. Berikut
adalah konsep desain yang kami buat.

Gambar 4.1. Desain Model Pirolisis Tampak Atas Pada Sudut 45o

Konsep yang kami buat yakni menggunakan beberapa reaktor pirolisis


yang diharapkan mampu mengatasi limbah plastik dalam skala yang cukup besar
dan mampu meningkatkan hasilkan bahan bakar minyak. Kami mendesain
beberapa reaktor untuk mengatasi kekurangan pirolisis jika menggunakan reaktor
yang besar untuk skala limbah yang cukup besar. Pembuatan reaktor yang besar
memiliki kekurangan akibat oleh aliran udara panas yang mengangkut pototngan
hidrokarbon menjadi tidak merata, perekahan polimer plastik menjadi tidak
17

sempurna serta diperlukan proses pemanasan yang tinggi dengan waktu yang
lama. Dengan demikian, jika membuat beberapa reaktor yang setara dengan satu
reaktor besar, maka hasil dari pirolisis akan lebih optimal dan lebih efisien untuk
menangani limbah plastik yang cukup banyak.
Bahan bakar yang digunakan adalah menggunakan biomassa sebagai
sumber energi terbarukan. Sementara tungku pembakaran kami buat dengan
desain yang berada didalam tanah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi panas
yang hilang ke lingkungan dan mencegah jilatan api dalam ruang pembakaran
yang keluar melalui celah dan merusak bagian lain. Berikut adalah gambaran
skema konsep desain secara lebih detail.

Gambar 4.2. Desain Model Pirolisis Tampak Samping


18

Gambar 4.3 Skema Bagian-Bagian Komponen Pirolisis


Keterangan :
→: Arah kondensat
→: Arah Fluida pendingin
→: Arah fluida panas
1. Kondensor
2. Penampung minyak
3. Reaktor
4. Lubang pemasukan bahan bakar dan udara
5. Cerobong
6. Ruang pembakaran
7. Penampung abu
8. Lubang kontrol
9. Tempat penampung air dingin

Berdasarkan model yang dirancang, bila diperhatikan secara visual, gas


yang dapat dikondensasi ini lebih berat dari udara sehingga gas ini cenderung
19

jatuh kebawah. Pada desain diatas aliran gas dalam kondensor mengarah keatas,
sehingga gas yang dapat dikondensasi tetapi belum terkondensasi ini akan jatuh
kembali ke dalam kondensor dan terkondensasi.

4.2 Penggunaan dan Kefektifan Bakteri Pseudomonas sp. dalam Biodegradasi


Residu Pirolisis Limbah Plastik.
Menurut Nugroho (2006) Pseudomonas sp. merupakan bakteri
hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai senyawa hidrokarbon
termasuk limbah tumpahan minyak bumi, plastik dan produk senyawa
hidrokarbon lainnya.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk melangsungkan
proses biodegradasi menggunakan bakteri dan mengoptimalkannya, salah satunya
adalah metode yang kami gunakan yakni metode kolom Winogradsky. Menurut
Rusdianto (2016), metode kolom Winogradsky diharapkan dapat
mengoptimalisasi biodegradasi, ditambah lagi limbah plastik telah melewati tahap
pirolisis yang mengakibatkan susunan rantai hidrokarbon limbah plastik menjadi
lebih rapuh dan lebih mudah didegradasi.
Penurunan massa residu pirolisis limbah plastik berdasarkan hasil penilitan
Rusdianto Hamid (2016) yakni penurunan massa rata-rata 0,0562 gram perminggu
dari massa awal 10,0253 gram. Hal ini membuktikan aktifitas bakteri
Pseudomonas sp. dalam mendegradasi residu pirolisis limbah plastik tergolong
baik dan cukup efektif.
Dalam penilitan Rusdianto Hamid (2016) Penurunan massa residu pirolisis
limbah plastik rata-rata sebesar 1,3992% perminggu dan mampu mendegradasi
hingga 2,2411% limbah plastik hanya dengan waktu satu bulan. Dilakukan juga
percobaan pada limbah plastik yang tanpa melalui proses pirolisis sebagai
pembanding. Diperoleh hasil penurunan massa rata-rata 0,0241 gram perminggu
dan penurunan massa hingga 0,8981% selama sebulan.
Berdasarkan hasil penelitian Rusdianto Hamid (2016) menunjukkan proses
pirolisis pada limbah plastik sangat berpengaruh terhadap kemampuan bakteri
Pseudomonas sp dalam mendegradasi limbah plastik. Menurut Hayama et al., 199
dalam Nugroho, 2006. Fraksi alifatik yang memiliki rantai bercabang hanya dapat
didegradasi oleh bakteri yang memiliki enzim-enzim oksidasi yang khusus
20

menangani percabangan itu. Kondisi rantai hidrokarbon pada limbah plastik


residu pirolisis menjadi lebih mudah untuk digunakan oleh bakteri Pseudomonas
sp. sebagai sumber karbonnya. Hal ini dikarenakan bakteri Pseudomonas sp.
merupakan bakteri hidrokarbonoklastik, yaitu bakteri yang mempunyai
kemampuan untuk menggunakan senyawa hidrokarbon sebagai sumber
karbonnya. Selain itu kemampuan bakteri Pseudomonas sp. dalam memproduksi
senyawa biosurfaktan mengakibatkan proses biodegradasi tidak hanya terjadi pada
dinding sel (ekstraseluler) tetapi juga terjadi biodegradasi didalam sel
(intraseluler) sehingga proses biodegradasi menjadi sangat optimum.
21

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah dibahas
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Desain yang kami tawarkan yakni membuat beberapa reaktor pirolisis
yang setara dengan reaktor besar untuk mengatasi limbah plastik dalam
skala besar tanpa memerlukan waktu yang lama untuk mengubahnya
menjadi bahan bakar minyak.
2. Efisiensi teknlogi pirolisis dapat tercapai dengan merubah konsepnya
utamanya skala besar dan juga sumber energi yang digunakan untuk
pemanasan merupakan sumber energi terbarukan berupa biomassa.
3. Hasil residu dari proses pirolisis dapat diatasi dengan melakukan proses
biodegradasi oleh bakteri Pseudomonas sp. yang dinilai cukup efektif
untuk mengurangi residu yang dihasilkan.

5.2 Saran
Karya yang kami buat masih belumlah sempurna maka perlu dilakukan
beberapa saran yang membangun salah satunya adalah agar uji biodegradasi
limbah plastik dilakukan dengan jenis bakteri hidrokarbonoklastik yang lebih
beragam. Selain itu dapat pula dicari sumber energi yang lebih efisien dalam
proses pembakarannya.
22

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. Pemanfaatan Bakteri Pemecah Minyak (Online).


http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:23592/q/pengarang:%20Dessy,
diakses pada tanggal 8 Agustus 2016 20:00 WITA.
Anonymous. 2011. Bakteri Pseudomonas sp. Untuk Bioremidiasi Akibat
Pencemaran Minyak Bumi (Online).
https://aguskrisnoblg.wordpress.com/2011/12/30/pemanfaatan-bakteri-
pseudomonas-untuk bioremediasi-akibat-pencemaran-minyak-bumi,
diakses tanggal 8 Agustus 2016 pukul 20.30 WITA.
Bajus M, Hájeková E. 2010. Thermal Cracking of the Model Seven Components
Mixed Plastics into Oil/Waxes. Petroleum & Coal. 52(3): 164-172, 2010.
ISSN 1337- 7027.
Borman GL, Ragland KW. 1998. “Combustion Engineering” pp 14.1-14.20. New
York. McGrawHill Publishing Co.
Borsodi N, Miskolczi N, Angyal A, Bartha L, Kohán J, Lengyel A. 2011.
Hydrocarbons Obtained by Pyrolysis of Contaminated Waste Plastics.
45th International Petroleum Conference. Bratislava. Slovak Republic.
Daryoso K, Wahyuni S, Saputro SH. 2012. Uji Aktivitas Katalis Ni-Mo/Zeolit
pada Reaksi Hidrorengkah Fraksi Sampah Plastik (Polietilen). Indonesian
Journal of Chemical Science 1 (1). Universitas Negeri Semarang.
Gabe FAPA. 2015. “Analisa Termal Pada Rancang Bangun Reaktor Pirolisis
Untuk Memproduksi Bahan Bakar Minyak dari Limbah Plastik”.
Rodiansono, Trisunaryanti W, Triyono. 2007. Pembuatan, Karakterisasi dan Uji
Aktivitas Katalis NiMo/Z Pada Reaksi Hidrorengka Menjadi Fraksi
Bensin. Berkala MIPA, 17, 2.
Hamid, Rusdianto. 2016. Penanganan Limbah Plastik dengan Teknologi Pirolisis
dan Biodegradasi dengan Bakteri Pseudomonas sp. Universitas
Hasanuddin : Makkassar.
Kumar S, Panda AK, Singh RK. 2011. A Review on Tertiary Recycling of
HighDensity Polyethylene to Fuel. Resources. Conservation and
Recycling Vol. 55 893– 910.
Lehninger, A. L. 1991. Microbial Degradation of Xenobiotic and Recalsitrant
Compound. Academici Press: London.
Mulya E. 2004. Termal Dekomposisi Sampah Plastik. Jurnal Rekayasa
Perencanaan, ISSN 1829-913x, Vol-1.
Mujiarto, Iman. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik Bahan Aditif.
Traksi. Vol. 3. No. 2.
23

Nurcahyo, IF. 2005. Uji Aktivitas dan Regenerasi Katalis NiPd (4:1)/Zeolit Alam
Aktif Untuk Hidrorengkah Sampah Plastik Polipropilena Menjadi Fraksi
Bensin Dengan Sistem Semi Alir. Thesis Ilmu Kimia Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Nugroho, Astri. 2006. Bioremidiasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Osueke, Ofundu. 2011. Conversion of Waste Plastiks (Polyethylene) to Fuel by
Means of Pyrolysis. (IJAEST) International Journal of Advanced
Engineering sciences and Technologies. Vol. No. 4, Issue No. 1, 021 –
024
Panda AK. 2011. Studies on Process Optimization for Production of Liquid Fuels
from Waste Plastiks. Thesis. Chemical Engineering Department National
Institute of Technology Rourkela.
Patni N, Shah P, Agarwal S, Singhal P. Alternate Strategies for Conversion of
Waste Plastik to Fuels. ISRN Renewable Energy; 2013. Vol 2013.
Nurcahyo.
Rafli, Ricki, Hudi Baitul Fajri, Ahmad Jalaludhin, Muhammad Aizi, Haris
Riswanto, Muhammad Syamsiro. 2017. Penerapan Teknologi Pirolisis
Untuk Konversi Limbah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak di
Kabupaten Bantul. Jurnal Mekanika Sistem Termal, Vol. 2(1), 1-5.
Santoso J. 2010. “Uji Sifat Minyak Pirolisis dan Uji Performansi Kompor
Berbahan Bakar Minyak Pirolisis dari sampah Plastik”.
Sarker M, Rashid MM, Rahman MS, Molla M. 2012. Environmentally Harmful
Low Density Waste Plastik Conversion into Kerosene Grade Fuel.
Journal of Environmental Protection. 2012, 3, 700 – 708.
Siddiqui MN, Redhwi HH. 2009. Pyrolysis of mixed plastic for the recovery of
useful products. Fuel Processing Technology. 90:545-552. doi:
10.1016/j.fuproc.2009.01.003.
Syamsiro, M., Hadiyanto, A.N., Mufrodi, Z. 2016. Rancang Bangun Mesin
Pencacah Plastik Sebagai Bahan Baku Mesin Pirolisis Skala Komunal. J.
Mek. Sist. Termal, Vol. 1 (2), pp. 43-48.
Tubnonghee R, Sanongraj S, Sanongraj W. 2010. Comparative Characteristics of
Derived Plastik Oil and Commercial Diesel Oil. The 8th Asian-Pacific
Regional Conference on Practical Environmental Technologies
(APRC2010). Ubon Atchathani University. Ubonratchathani. Thailand.
24

LAMPIRAN
Biodata Pembimbing

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Roslinda Ibrahim, S.P., M.T


2 Jenis Kelamin Wanita
3 Program Studi Teknik Lingkungan
4 NIDN 0023067502
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sengkang, 23 Juni 1975
6 E-mail Linda_ling09@yahoo.co.id
7 Nomor Telepon/HP 0812 4183 548
Biodata peserta
A. Ketua Kelompok

1 Nama Lengkap (dengan Imam Hafiz imran


gelar)
2 Jenis Kelamin pria
3 Program Studi Teknik Lingkungan
4 NIM /NIDN D121 15 307
5 Tempat dan Tanggal Lahir Pare-pare, 20 maret 1997
6 E-mail Hafiz.imamibologi@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 0822 9365 2176

B. Anggota 1

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Nur Annisa Irianto


2 Jenis Kelamin wanita
3 Program Studi Teknik Lingkungan
4 NIM /NIDN D121 15 302
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kotamobagu, 26 April 1997
6 E-mail nurannisairianto@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 0823 4664 3818

C. Anggota 2

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Muh nur shiddiq hamdan


2 Jenis Kelamin Pria
3 Program Studi Teknik Lingkungan
4 NIM /NIDN D121 15 505
5 Tempat dan Tanggal Lahir Ujung pandang, 25 Agustus 1997
6 E-mail hamdanshiddiq@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP nurannisairianto@gmail.com

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Anda mungkin juga menyukai