Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MENARA FRAKSIONASI

Disusun oleh:

Muhammad Rijalulhaqq (218411018)

JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR

PRODI TEKNOLOGI REKAYASA MANUFAKTUR

POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah teknik
material (plastik) tahun ajaran 2019/2020. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih dan
memberikan penghargaan serta memohon maaf atas kesalahan yang telah saya lakukan.

Makalah ini diperuntukkan bagi mahasiswa/i ataupun dosen dalam kegiatan belajar –
mengajar di kampus Politeknik Manufaktur Bandung, sehingga dalam pembelajaran mata
kuliah teknik material (plastik) bisa diakses dengan mudah dan untuk mengembangkan ilmu
tersebut.

Dengan cakupan informasi yang berhasil saya kumpulkan, saya berusaha untuk
menyajikan materi ini dengan bahasa yang mudah untuk dimengerti sehingga bisa mudah untuk
dipelajari.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik
materi maupun teknik penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat saya harapkan.

Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat agar dapat memenuhi tugas mata
kuliah teknik material (plastik).

Bandung, 16 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah .............................................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................................ 2

BAB II ........................................................................................................................................ 2

A. Pengertian .......................................................................................................................... 2

B. Sejarah minyak bumi ......................................................................................................... 3

C. Industri minyak bumi ......................................................................................................... 4

D. Fraksi – fraksi pemisahan minyak bumi ............................................................................ 5

a. Destilasi ................................................................................................................... 6

b. Cracking................................................................................................................... 7

c. Reforming .................................................................................................................... 8

d. Alkasi dan polimerisasi .......................................................................................... 8

e. Treating ....................................................................................................................... 8

f. Blending .................................................................................................................... 10

E. Bagan penyulingan minyak bumi .................................................................................... 10

F. Produk yang dapat dihasilkan dari minyak bumi ............................................................. 11

G. Plastik .............................................................................................................................. 11

BAB III .................................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSAKA ................................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Minyak bumi biasanya berada 3 – 4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi


diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung dalam kapal
tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak.

Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap.
Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya,
tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon
dengan jumlah atom C-1 sampai C-50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring
bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan
minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke
dalam kelompok – kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.

Minyak mentah (crude oil) sebagian besar tersusun dari senyawa – senyawa
hidrokarbon jenuh (alkana). Adapun hidrokarbon tak jenuh (alkena, alkuna, dan alkadiena)
sangat sedikit dikandung oleh minyak bumi, sebab mudah mengalami adisi menjadi alkana.
Oleh karena minyak bumi berasal dari fosil organisme, maka minyak bumi mengandung
senyawa – senyawa belerang (0,1 sampai 7%), nitrogen (0,01 sampai 0,9%), oksigen (0,6
sampai 0,4%) dan senyawa logam dalam jumlah yang sangat kecil.

Minyak mentah dipisahkan menjadi sejumlah fraksi – fraksi melalui proses destilasi
(penyulingan). Setelah proses – proses tersebut selesai, maka akan menghasilkan produk –
produk yang bermanfaat.

1
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana teknik pemisahan – pemisahan fraksi minyak bumi?


2. Bagaimana sejarah dari pengolahan minyak bumi?
3. Bagaimana bagan penyulingan minyak bumi?
4. Apa saja produk dari pengolahan minyak bumi?
5. Bagaimana peran plastik pada produk dari pengolahan minyak bumi?

C. Tujuan
1. Mengetahui teknik pemisahan fraksi minyak bumi.
2. Mengetahui sejarah pengolahan minyak bumi.
3. Mengetahui bagan penyulingan minyak bumi.
4. Mengetahui produk – produk yang bisa diciptakan dari pengolahan minyak bumi.
5. Mengetahui peran plastik pada hasil pengolahan minyak bumi.

BAB II

ISI

A. Pengertian

Fraksionasi adalah proses pemisahan dimana sejumlah tertentu campuran (gas, padatan,
cairan, suspensi, atau isotop) dipisahkan selama transisi fasa menjadi sejumlah kecil bagian
(fraksi - fraksi), yang mana komposisinya bervariasi sesuai gradiennya. Fraksi – fraksi
dikumpulkan berdasarkan perbedaan sifat khusus masing – masing komponen. Ciri khas dalam
fraksionasi adalah kebutuhan untuk menentukan titik optimum antara jumlah fraksi yang
dikumpulkan dan kemurnian yang diperlukan dalam masing – masing fraksi. Fraksionasi
memungkinkan untuk mengisolasi lebih dari dua komponen dalam satu campuran hanya dalam
sekali jalan. Ciri ini yang membedakan dari teknik pemisahan lainnya.

2
Fraksionasi banyak digunakan dalam banyak cabang ilmu dan teknologi. Campuran
cairan dan gas dipisahkan menggunakan distilasi fraksi berdasarkan perbedaan titik didih.
Fraksionasi komponen juga dilakukan dalam kromatografi kolom berdasarkan perbedaan
afinitas antara fasa diam dan fasa gerak. Dalam kristalisasi fraksional dan pembekuan
fraksional, bahan kimia difraksionasi berdasarkan perbedaan kelarutan pada temperatur
tertentu. Dalam fraksionasi sel, komponen sel dipisahkan berdasarkan perbedaan massa.

B. Sejarah minyak bumi

Minyak bumi telah digunakan oleh manusia sejak zaman kuno, dan sampai saat ini
masih merupakan komoditas yang penting. Minyak bumi menjadi bahan bakar utama setelah
ditemukannya mesin pembakaran dalam, semakin majunya penerbangan komersial, dan
meningkatnya penggunaan plastik.

Lebih dari 4000 tahun yang lalu, menurut Herodotus dan Diodorus Siculus, aspal telah
digunakan sebagai konstruksi dari tembok dan menara Babylon; ada banyak lubang – lubang
minyak di dekat Ardericca (dekat Babylon). Jumlah minyak yang besar ditemukan di tepi
Sungai Issus, salah satu anak sungai dari Sungai Eufrat. Tablet – tablet dari Kerajaan Persia
Kuno menunjukkan bahwa kebutuhan obat – obatan dan penerangan untuk kalangan menengah
– atas menggunakan minyak bumi. Pada tahun 347, minyak diproduksi dari sumur yang digali
dengan bambu di Tiongkok.

Pada tahun 1850–an, Ignacy Łukasiewicz menemukan bagaimana proses untuk


mendistilasi minyak tanah dari minyak bumi, sehingga memberikan alternatif yang lebih murah
daripada harus menggunakan minyak paus. Maka, dengan segera, pemakaian minyak bumi
untuk keperluan penerangan melonjak drastis di Amerika Utara. Sumur minyak komersial
pertama di dunia yang digali terletak di Polandia pada tahun 1853. Pengeboran minyak
kemudian berkembang sangat cepat di banyak belahan dunia lainnya, terutama saat Kerajaan
Russia berkuasa. Perusahaan Branobel yang berpusat di Azerbaijan menguasai produksi
minyak dunia pada akhir abad ke-19.

3
C. Industri minyak bumi

Hal–hal yang termasuk di dalam industri minyak mentah adalah


proses eksplorasi, ekstraksi, pengilangan, dan transportasi (yang biasanya diangkut dengan
kapal tanker dan jalur pipa). Volume terbesar dari industri ini adalah bahan bakar
minyak dan bensin. Minyak bumi juga merupakan bahan bakar utama dalam pembuatan produk
kimia lainnya, termasuk obat – obatan, pelarut, pupuk, pestisida, dan plastik. Industri ini
biasanya terbagi menjadi 3 komponen besar, yaitu upstream, midstream, dan downstream.

Minyak bumi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi banyak industri, dan
sangat penting untuk menjaga peradaban manusia di zaman industrialisasi ini, sehingga minyak
bumi ini menjadi perhatian serius bagi banyak pemerintahan di banyak negara. Saat ini minyak
bumi masih menjadi sumber energi terbesar di banyak kawasan di dunia, dengan persentase
bervariasi mulai dari yang terendah 32% di Eropa dan Asia, sampai yang paling tertinggi
di Timur Tengah, yaitu mencapai 53%. Di kawasan lainnya, persentase pemakaian minyak
bumi sebagai sumber energi untuk Amerika Selatan dan Amerika Tengah mencapai
44%, Afrika 41%, dan Amerika Utara 40%. Saat ini dunia mengkonsumsi 30 juta barrel
(4.8 km³) minyak pertahunnya, dan pengonsumsi minyak terbesar tetaplah negara – negara
maju. Menurut data, Amerika Serikat saja mengonsumsi 24% konsumsi minyak dunia pada
tahun 2004, meskipun pada tahun 2007 persentasenya turun menjadi 21%.

4
D. Fraksi – fraksi pemisahan minyak bumi

Minyak mentah (crude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap,
serta belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus
diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan
jumlah atom C–1 hingga C–50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah atom C dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan (pemurnian =
refining) minyak bumi dilakukan melalui distilasi bertingkat, dimana minyak mentah
dipisahkan ke dalam kelompok – kelompok (fraksi) dengan rentang titik didih tertentu.
Pengolahan minyak bumi dimulai dengan memanaskan minyak mentah pada suhu sekitar
4000°C, kemudian dialirkan ke dalam menara fraksionasi dimana akan terjadi pemisahan
berdasarkan perbedaan titik didih. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa
cairan dan turun kebawah, sedangkan yang titik didihnya rendah akan menguap dan naik ke
bagian atas melalui sungkup – sungkup yang disebut sungkup gelembung. Sementara itu,
semakin keatas, suhu semakin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih
tinggi naik, akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan terus naik kebagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya, sehingga
komponen yang mencapai menara adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas.

Gambar 2.1 Bagan menara fraksionasi

(Sumber: https://www.google.com)

5
a. Destilasi
Destilasi adalah pemisahan fraksi – fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula – mula minyak mentah dipanaskan
dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang
sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash
chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu
dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan
tinggi).

Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan
selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda – beda. Komponen yang titik didihnya lebih
tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup – sungkup yang disebut sungkup
gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah,
sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan
komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian
selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu
kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan
dan disebut LPG (liquified petroleum gas). Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi
residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu – residu ini memiliki
rantai karbon sejumlah lebih dari 20. Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang
titik didihnya antara lain:

i) Gas

Rentang rantai karbon: C1 sampai C5.

Trayek didih: 0° sampai 50° C.

ii) Gasolin (bensin)

Rentang rantai karbon: C6 sampai C11.

Trayek didih: 50° sampai 85° C.

iii) Kerosin (minyak tanah)

Rentang rantai karbon: C12 sampai C20.

6
Trayek didih: 85° sampai 105° C.

iv) Solar

Rentang rantai karbon: C21 sampai C30.

Trayek didih: 105° sampai 135° C.

v) Minyak berat

Rentang rantai karbon: C31 sampai C40.

Trayek didih: 135° sampai 300° C.

vi) Residu

Rentang rantai karbon: di atas C40

Trayek didih: di atas 300° C.

b. Cracking
Cracking adalah penguraian molekul – molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi
molekul – molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh cracking ini adalah pengolahan
minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin. Proses ini terutama ditujukan untuk
memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasoline (bensin). Kualitas gasolin sangat
ditentukan oleh sifat anti knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan.

Bilangan oktan 100 diberikan pada isooktan (2,2,4–trimetil pentana) yang mempunyai sifat
anti knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai
sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana
dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.

Terdapat 3 cara untuk melakukan proses cracking, antara lain:

i) Cara panas (thermal cracking), dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan yang
rendah.

ii) Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang
digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik
melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula–mula katalis karena bersifat
asam menambahkan proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana
sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium.

7
iii) Hidrocracking, merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk
menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi.
Keuntungan lain dari hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung
dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.

c. Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai
karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). Kedua jenis
bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena
itu, proses ini juga disebut isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan
pemanasan.

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon parafin
menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini digunakan katalis
molibdenum oksida dalam Al2O3 atau platina dalam lempung.

d. Alkasi dan polimerisasi


Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul yang lebih
panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl,
dan AlCl3 (suatu asam kuat Lewis).

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul – molekul kecil menjadi molekul besar.
Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa isobutana
menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.

e. Treating
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor–
pengotornya. Cara memproses treating adalah sebagai berikut

 Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor


yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.

 Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.

 Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (parafin) dengan berat molekul


tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas
dengan pour point yang rendah.

8
 Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk
minyak pelumas

 Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.

Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau gas,
namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk
diantaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang
kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur
dioksida, SO2), dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan
untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi, antara lain menggunakan proses
oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi, hydrotreating, dan lain–lain. Sulfur yang disingkirkan dari
minyak bumi ini kemudian diambil kembali sebagai sulfur elemental.

Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa sulfur


dari minyak bumi. Pada dasarnya, ada dua cara untuk melakukan desulfurisasi, antara lain:

 Ekstraksi menggunakan pelarut

 Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi dalam


bentuk senyawa merkaptan, sulfida, dan disulfida) secara katalitik dengan proses
hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon
asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari
dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan cara
fraksinasi atau pencucian/pelucutan.

 Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara selektif dari minyak


bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu dengan
mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis oleh enzim
hasil metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa mengubah
senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
aerobik, dan dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses
ini adalah dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan,
misalnya alkylated dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan
untuk proses bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun
penelitian lebih lanjut juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme
dari jenis lain. Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk
menyingkirkan kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang
terlalu sedikit jika disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak
untuk disingkirkan menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan
hidrokarbon, bio-desulfurisasi juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari
batubara.

9
f. Blending
Blending adalah penambahan bahan–bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi dalam
rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang memiliki berbagai
persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang paling banyak digunakan di
barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik,
terdapat sekitar 22 bahan pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.
Diantara bahan–bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL berfungsi
menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan pelumas, agar diperoleh
kualitas yang baik, maka pada proses pengolahan diperlukan penambahan zat aditif.
Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi dapat menimbulkan pencemaran
udara.

E. Bagan penyulingan minyak bumi

Gambar 2.1 Bagan penyulingan minyak bumi

(Sumber: https://www.google.com)

10
F. Produk yang dapat dihasilkan dari minyak bumi

Keberadaan minyak bumi dan berbagai macam produk olahannya memiliki manfaat
yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari–hari, sebagai contoh penggunaan minyak
tanah, gas, plastic, dan bensin. Tanpa keempat produk hasil olahan minyak bumi tersebut
mungkin kegiatan pendidikan, perekonomian, pertanian, dan aspek–aspek lainnya tidak akan
dapat berjalan lancar. Contoh produk hasil dari pengolahan minyak bumi adalah sebagai
berikut:

 Bahan bakar gas. Liquified natural gas (LNG) dan liquified petroleum gas
(LPG) biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga sehari – hari.

 Petroleum ether atau naptha. Biasa digunakan untuk pelarut di industri.

 Gasoline (bensin). Berfungsi untuk bahan bakar suatu mesin.

 Kerosin (minyak tanah). Berfungsi untuk kebutuhan rumah tangga.

 Minyak solar. Berguna untuk bahan bakar mesin diesel.

 Minyak pelumas. Berfungsi untuk lubrikasi mesin – mesin.

 Residu yang tediri dari parafin, aspal, dan lain – lain.

 Plastik. Terdapat 3 macam plastik, antara lain: PP (polypropylene), PS (polystyrene),


dan PE (polyethylene).

G. Plastik

Plastik merupakan salah satu produk yang dapat dihasilkan dari pengolahan minyak
bumi. Ada 3 macam plastik, yaitu PP (polypropylene), PS (polystyrene), dan PE (polyethylene).
Plastik yang dihasilkan dari pengolahan minyak bumi hanya sekitar 4% dari total keseluruhan
pengolahan minyak bumi, karena sebagian besarnya menuju ke bahan bakar. Plastik memiliki
ikatan karbon yang sangat panjang dan terikat satu sama lainnya. Hal itu membuat plastik
menjadi sulit untuk teruai di alam dan kira – kira membutuhkan waktu hingga puluhan tahun
lamanya.

Dalam kehidupan sehari–hari, perlengkapan rumah tangga berbahan dasar plastik tentu
sering sekali kita jumpai. Contohnya tupperware, botol minyak goreng, wadah CD/DVD,
styrofoam, hingga mainan anak–anak. Plastik sendiri dikonsumsi sekitar 100 juta ton/tahun di

11
seluruh dunia. Namun, seiring dengan pertumbuhan konsumsi plastik, banyak pula masalah
yang ditimbulkan.

Salah satunya adalah permasalahan sampah yang tidak hanya membuat kelabakan
negara berkembang, tetapi juga negara maju seperti Jepang. Di Jepang, 60% lebih dari sampah
rumah tangga adalah sampah plastik. Selama ini, sampah plastik berakhir di tempat
pembuangan landfill akibat kurangnya ketegasan dalam mendaur ulang plastik. Khusus di
Tokyo, akibat terbatasnya lahan pembuangan sampah, mulai tahun 2007 sampah organik dan
plastik disatukan menjadi sampah terbakar. Namun, cara pengolahan sampah ini dikhawatirkan
menghasilkan dioksin dan gas karbon dioksida dalam jumlah besar yang berdampak negatif
bagi lingkungan.

Seperti kita ketahui, sebagian besar bahan baku plastik berasal dari minyak bumi
(naphtha). Sekitar 4% dari minyak bumi di dunia digunakan untuk membuat plastik.
Diperkirakan persentase penggunaannya akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
jumlah penduduk dunia. Tentunya sulit dibayangkan, apa jadinya hidup manusia seandainya
minyak bumi di dunia itu habis.

Plastik dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan sifatnya bila dipanaskan, yaitu
tipe cokelat (nama ilmiahnya: thermoplastic) dan tipe biskuit (nama ilmiahnya: thermosetting).
Makna dari nama tipe cokelat adalah plastik yang melunak bila dipanaskan. Sementar itu, tipe
biskuit adalah plastik yang setelah mengeras akan tetap keras walaupun terus dipanaskan, mirip
dengan biskuit.

Plastik yang berbahan baku minyak termasuk tipe cokelat. Oleh karena sifatnya yang
melunak saat dipanaskan, plastik tipe cokelat dapat diolah kembali menjadi bahan baku
awal/monomer. Selain itu, ada pengolahan sampah plastik dengan mengubahnya menjadi gas
atau sebagai bahan reduktan pada industri besi. Namun, belakangan ini telah dikembangkan
teknologi mengubah plastik menjadi minyak kembali sebagai alternatif memecahkan masalah
sampah plastik.

Dari pemikiran sederhana bahwa plastik berasal dari minyak pasti bisa diolah kembali
menjadi minyak, Akinori Ito berhasil mengembangkan teknologi ini dan bahkan
menerapkannya untuk skala rumah tangga. Sampah plastik yang dapat diolah menjadi minyak
sering disebut dengan 3P yang merupakan singkatan dari PP (polypropylene), PE
(polyethylene), dan PS (polystyrene). Contohnya seperti berikut ini:

12
 PP: bungkus snack, tupperware, wadah CD/DVD, cap botol.

 PE: plastik “kresek”, botol minyak goreng, dan botol shampoo.

 PS: styrofoam dan wadah cup noodles.

Prinsip kerja dari teknologi yang dikembangkan oleh Akinori Ito ini ternyata cukup
sederhana. Pertama, sampah plastik dibersihkan dan dipotong menjadi ukuran kecil.
Selanjutnya, plastik dipanaskan pada suhu 450° C. Pada suhu ini, plastik akan meleleh dan
kemudian menjadi gas. Gas yang telah terbentuk lalu dipisahkan serta didinginkan. Dari proses
ini akan dihasilkan tetesan minyak. Proses ini hanya memakan waktu 1 jam dan persentase
minyak yang dihasilkan mencapai 70-90%. Misalnya, dari 500 gram plastik dapat dihasilkan
350 – 450 gram minyak. Apabila minyak yang dihasilkan disuling lebih lanjut, kita bisa
memperoleh minyak tanah, bensin, dan naphtha.

Uniknya, teknologi ini diterapkan terlebih dahulu bukan di Jepang, melainkan di


kepulauan Marshall, sebuah kepulauan yang terletak diantara Guam dan Hawaii. Dahulu, di
kepulauan ini sampah plastik menjadi permasalahan serius bagi pemerintah setempat karena
selain kesulitan dalam mengolah sampah plastik, sering juga ditemukan tumpukan sampah di
pinggir – pingir pantai yang membahayakan masyarakat sekitar.

Untuk memecahkan masalah sampah, Presiden Kepulauan Marshall mengundang Akinori


Ito untuk datang ke sana. Akinori Ito memulainya dengan membuat tempat sampah khusus
plastik. Kemudian, Akinori Ito mengunjungi sekolah di sana dan mengenalkan proses
pengolahan sampah plastik menjadi minyak secara langsung kepada anak – anak di sana hingga
masyarakat terdorong untuk memulai memilah sampah, yang merupakan hal baru bagi mereka.
Sampah yang terkumpul selanjutnya diolah menjadi minyak. Sekarang, permasalahan sampah
plastik di kepulauan Marshall dapat terpecahkan dengan penggunaan teknologi ini.

Nilai positif dari teknologi ini adalah adanya nilai tambah dari sampah plastik. Saat ini
mungkin kita tidak berpikir panjang ketika membuang plastik yang tidak terpakai. Akan tetapi,
kelak kita akan berpikir berkali – kali sebelum membuangnya. Apalagi dengan mahalnya harga
minyak bumi yang pernah mencapai 140 dolar/barel. Bagi Jepang, negara yang miskin sumber
daya alam, sampah plastik ini akan menjadi barang yang sangat berharga. Lebih – lebih, 60%
dari sampah plastik di Jepang berbahan baku minyak.

13
Teknologi ini juga sangat ramah lingkungan. Jika 1 kg sampah plastik dibakar begitu saja,
akan mengeluarkan sekitar 3 kg karbon dioksida, tetapi jika diolah kembali menjadi minyak,
hanya mengeluarkan 0,38 kg karbon dioksida. Dengan demikian, teknologi ini dapat
mengurangi emisi gas karbon dioksida sebesar 87%.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Agar dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, pengolahan
(pemurnian = refining) minyak bumi harus dilakukan melalui distilasi bertingkat, dimana
minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok – kelompok (fraksi) dengan rentang titik didih
tertentu, barulah setelah proses – peroses tersebut selesai, maka akan menghasilkan produk
produk yang bermanfaat.

2. Cara pemisahan/pengolahan minyak bumi melalui beberapa tahap:

a. Destilasi, pemisahan fraksi – fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya.

b. Cracking, perengkahan penguraian molekul – molekul senyawa hidrokarbon yang besar


menjadi molekul – molekul senyawa hidrokarbon yang kecil.

c. Reforming, perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai karbon
lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang).

d. Alkasi, penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul yang lebih panjang dan
bercabang.

e. Polimerisasi, proses penggabungan molekul – molekul kecil menjadi molekul besar.

f. Treating, adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor –


pengotornya.

g. Blending, penambahan bahan – bahan aditif ke dalam fraksi minyak bumi dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas produk tersebut.

14
B. Saran

1. Masyarakat harus mulai mengerti dengan keadaan sumber daya alam di Indonesia.
2. Masyarakat harus mulai sadar akan kelestarian lingkungan dengan cara, mengurangi
penggunaan bahan dasar plastic karena plastik merupakan barang yang sulit teruai.
3. Lebih bijak lagi dalam memakai suatu barang.
4. Mulailah mencari peluang bisnis menggunakan bahan dasar plastik karena mudah untuk
dibuat.

15
DAFTAR PUSAKA
http://majalah1000guru.net/2011/11/plastik-minyak/

https://id.wikipedia.org/wiki/Produk_minyak_bumi

https://id.wikipedia.org/wiki/Fraksionasi

http://emalovetasari.blogspot.com/2013/05/destilasi-fraksionasi.html

16

Anda mungkin juga menyukai