NIM : 141424007
2017
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan izin dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Lingkungan pada semester enam
jurusan Teknik Kimia program studi D-IV Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik
Negeri Bandung. Adapun judul dari makalah ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1. Incinerator .......................................................................................................................... 2
2. Pirolisis............................................................................................................................... 3
3. Gasifikasi............................................................................................................................ 4
BAB III Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dengan Teknologi Incenerasi ..................................... 5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
1
BAB II
DASAR TEORI
1. Incinerator
Proses insinerasi pada dasarnya adalah reaksi oksidasi cepat bahan organik padat
(dalam hal ini sampah) menjadi bahan anorganik dengan menggunakan oksigen. Panas
yang dihasilkan proses insinerasi dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi materi menjadi
materi lain dan energi, seperti energi listrik dan air panas. Hasil dari proses insinerasi
adalah gas dan ash. Keunggulan dari proses ini antara lain mampu mereduksi volume
sampah hingga 70%, abu yang dihasilkan dari proses pembakaran dapat digunakan sebagai
2
bahan bangunan (walaupun memiliki nilai ekonomis yang rendah), serta dihasilkannya
energi listrik. Sedangkan kelemahan dari proses insinerasi adalah teknologi yang insinerasi
memerlukan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang tinggi serta adanya emisi
yang mengakibatkan berbagai polusi.
2. Pirolisis
Keunggulan dari proses ini adalah dihasilkannya bio-oil dan syngas yang potensial
untuk pembangkit listrik yang sangat dibutuhkan oleh proses industri. Gas atau produk
yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pirolisis itu
sendiri. Sedangkan kelemahan dari proses ini adalah prosesnya yang tidak ramah
lingkungan, serta biaya produksi yang besar akibat bahan bakar eksternal yang secara terus
menerus diperlukan Gasifikasi
3
3. Gasifikasi
Keunggulan dari proses gasifikasi adalah: mereduksi sampah rata-rata sebanyak 75%;
biaya produksi yang lebih rendah; yakni biaya teknologi dan instalasi yang relatif lebih
murah serta bahan bakar yang lebih murah, karena menggunakan biomassa seperti sekam
padi, sampah dapur, daun kering, maupun batubara kualitas rendah; dianggap lebih ramah
lingkungan karena jika terjadi pembakaran sempurna, maka gas yang tersisa hanya gas
CO2 Gambar berikut menunjukkan perbedaan udara yang diperlukan serta produk yang diihasilkan
masing-masing teknologi.
4
BAB III
1) Pengeringan Sampah
Sampah dari TPS diangkut oleh truk-truk pengangkut sampah ke PLTSa.
Truk yang tiba akan ditimbang terlebih dahulu sebelum membuang sampah ke
dalam bungker sampah. Truk kosong yang keluar dari PLTSa juga ditimbang
agar diketahui berat bersih sampah yang dibuang ke dalam bungker berdinding
beton.Ruang bongkar sampah ini merupakan ruangan tertutup, dan udara dalam
ruangan diisap oleh kipas udara sehingga bau sampah tidak menyebar keluar
5
ruangan tetapi terisap kipas udara dan selanjutnya disalurkan ke
tungkupembakaran. Hal ini akan membuat udara disekitar lokasi pemusnah
sampah tidak berbau. Dimensi bungker harus dapat menampung kebutuhan
sampah lima sampai 10 hari. Sampah di dalam bungker yang masih basah,
dibiarkan (ditiriskan) selama tiga sampai lima hari untuk mengurangi kadar air
permukaan, air lindi di salurkan ke IPAL supaya tidak mencemari lingkungan
sekitar. Selama didiamkan sampah secara rutin di pindah-pindahkan untuk
mengurangi kadar airnya. Sampah yang sudah didiamkan beberapa hari ini
mempunyai nilai kalor antara 800 sampai dengan 1400 kkal/kg dan kadar air 50
60 persen.
2) Pembakaran
Sampah yang sudah mengering ini kemudian diangkut ke tungku
pembakaran dengan grabber yang terpasang pada overhead traveling crane, dan
dikendalikan dari jarak jauh dari ruang kendali. Sampah dari grabber dijatuhkan
sedikit demi sedikit ke dalam hopper tungku, sampah kemudian memasuki
tungku pembakaran sedikit demi sedikit melalui mekanisme pemasukan sampah
pada tungku.Tungku pembakaran dirancang khusus agar sampah dapat terbakar
pada temperatur tinggi (antara 850oC900oC) dalam waktu yang cukup lama
sehingga seluruh sampah dapat terbakar sesempurna mungkin dan dapat
menghilangkan gas-gas beracun yang terbentuk seperti dioksin dan furan. Untuk
mencapai suhu pembakaran yang tinggi tersebut, pada saat awal (start)
diperlukan bahan bakar pembantu seperti minyak bakar, gas atau batu bara.
Setelah dicapai suhu yang diinginkan, sampah diharapkan dapat terbakar dengan
sendirinya. Sisa pembakaran berupa abu bawah (Bottom Ash) dikeluarkan secara
otomatik dan dikumpulkan sebelum diangkut untuk dimanfaatkan lebih lanjut,
Debu yang dihasilkan lima persen dari volume atau 20 persen dari berat sampah
awal.
8
BAB IV
SIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Yulistiani, Fitria. Kajian Tekno Ekonomi Pabrik Konversi Biomassa Menjadi Bahan
Bakar Fischer-Tropsch Melalui Proses Gasifikasi, Desember 2009. Metodologi
dan Usulan Penelitian, Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung
10