Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dengan Teknologi Incenerasi

Mata Kuliah : Pengelolaan Limbah Padat dan Gas

Dosen : Ir. Endang Kusumawati , M.T

Nama : Asri Nurdiana

NIM : 141424007

Kelas : 3A- TKPB

PRODI D-IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan izin dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Lingkungan pada semester enam
jurusan Teknik Kimia program studi D-IV Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik
Negeri Bandung. Adapun judul dari makalah ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah

Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bimbingan dari


berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Ir. Endang Kusumawati M.T selaku Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Limbah
Padat dan Gas Politeknik Negeri Bandung yang telah membimbing penulis dalam
penyusunan makalah ini.
2. Seluruh rekan di prodi D4 Teknik Kimia Produksi Bersih yang telah membantu
dan memberikan arahan untuk penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu, membimbing dan memberikan arahan dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga bantuan dan bimbingan serta dorongan dibalas oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak agar penulis
dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan diri di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
menambah pengetahuan umumnya bagi pembaca.

Bandung, 19 Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................................ 1

BAB II DASAR TEORI..................................................................................................................... 2

2.1 Tekologi Pembakaran Sampah ........................................................................................... 2

1. Incinerator .......................................................................................................................... 2

2. Pirolisis............................................................................................................................... 3

3. Gasifikasi............................................................................................................................ 4

BAB III Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dengan Teknologi Incenerasi ..................................... 5

3.1 Teknologi Pengolahan Sampah PLTSa Tipe Incinerator ................................................... 5

3.2 Prinsip Pengoperasian PLTSa ............................................................................................ 5

BAB IV SIMPULAN ......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Sampah memiliki persoalan sangat kompleks dari mencari lokasi penimbunan


sampah yang selalu menimbulkan penolakan dari masyarakat, hingga teknologi yang
akan digunakan untuk mengolah sampah tersebut. Pada dasarnya ada dua alternatif
proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan
gas-biogas dan proses thermal yang menghasilkan steam. Teknik pengelolaan
sampah di kota-kota di Indonesia masih dilakukan secara konvensional, yaitu
metode open dumping dan timbunan (sanitary landfill) pada prakteknya pengelolaan
sampah menimbulkan beberapa permasalahan.

Salah satu teknolodi pengolahan sampah yaitu teknologi incinerator yang


digunakan dalam sistem pembangkit listrik tenaga sampah kota (PLTSa), dapat
menimbulkan banyak permasalahan, seperti senyawa kimia sangat beracun
terbentuk pada proses pembakaran sampah yang tidak terkontrol, terlebih lagi
sampah heterogen. Hasil emisi yang paling berbahaya pada pembakaran sampah
heterogen ialah terbentuknya senyawa dioksin dan furan, senyawa ini sangat
berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Senyawa ini terbentuk pada pembakaran
yang menggunakan incinerator pada temperatur 850-9000C. Apabila proses
pembakaran sampah berlangsung sempurna maka tidak akan menghasilkan dioksin.
itu
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
a. Mengetahui proses Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
b. Mengetahui kondisi operasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Tekologi Pembakaran Sampah


Pada dasarnya, yang dimaksud dengan teknologi pembakaran
sampah adalah mengkonversi sampah menjadi energi dengan menggunakan proses termal.
Energi yang dihasilkan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Oleh
karena itu, teknologi pembakaran sampah yang menghasilkan listrik dikenal sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

Gambar 1. Rute Konversi Termal Biomassa


Sumber: Yulistiani, 2009

Menurut Hutagalong (2007), proses konversi termal pada proses pembakaran


sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni dengan insinerasi, pirolisis, dan
gasifikasi. Berikut penjelasan masing-masing teknologi konversi termal insinerasi,
pirolisis, dan gasifikasi:

1. Incinerator
Proses insinerasi pada dasarnya adalah reaksi oksidasi cepat bahan organik padat
(dalam hal ini sampah) menjadi bahan anorganik dengan menggunakan oksigen. Panas
yang dihasilkan proses insinerasi dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi materi menjadi
materi lain dan energi, seperti energi listrik dan air panas. Hasil dari proses insinerasi
adalah gas dan ash. Keunggulan dari proses ini antara lain mampu mereduksi volume
sampah hingga 70%, abu yang dihasilkan dari proses pembakaran dapat digunakan sebagai
2
bahan bangunan (walaupun memiliki nilai ekonomis yang rendah), serta dihasilkannya
energi listrik. Sedangkan kelemahan dari proses insinerasi adalah teknologi yang insinerasi
memerlukan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang tinggi serta adanya emisi
yang mengakibatkan berbagai polusi.

2. Pirolisis

Proses pirolisis adalah konversi organik melalui pemanasan dengan menggunakan


aplikasi termal, hampa udara, dan tanpa menggunakan oksigen. Dengan adanya proses
pemanasan dengan temperatur tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan
terurai menjadi molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisis dapat
berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char, arang, biooil dan syngas. Nilai
panas gas yang dari pembakaran sampah adalah 18 MJ/m3.

Gambar 1. PLTSa dengan Teknologi Pirolisis


Sumber:Ali Akbar, 2013

Keunggulan dari proses ini adalah dihasilkannya bio-oil dan syngas yang potensial
untuk pembangkit listrik yang sangat dibutuhkan oleh proses industri. Gas atau produk
yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pirolisis itu
sendiri. Sedangkan kelemahan dari proses ini adalah prosesnya yang tidak ramah
lingkungan, serta biaya produksi yang besar akibat bahan bakar eksternal yang secara terus
menerus diperlukan Gasifikasi

3
3. Gasifikasi

Gasifikasi merupakan proses termokimia padatan organik (sampah padat


perkotaanlimbah pertanian, perkebunan dan kehutanan atau batubara) menjadi gas. Pada
proses gasifikasi, diperlukan sedikit udara atau oksigen. Hasil proses gasifikasi berupa gas,
ash, dan tar. Temperatur pembakaran lebih tinggi dibandingkan kedua proses sebelumnya.
Kelemahan dari proses gasifikasi adalah nilaipanas yang dihasilkan yang lebih rendah
dibandingkan kedua proses lainnya, yakni sebesar 4 6 MJ/m3.

Keunggulan dari proses gasifikasi adalah: mereduksi sampah rata-rata sebanyak 75%;
biaya produksi yang lebih rendah; yakni biaya teknologi dan instalasi yang relatif lebih
murah serta bahan bakar yang lebih murah, karena menggunakan biomassa seperti sekam
padi, sampah dapur, daun kering, maupun batubara kualitas rendah; dianggap lebih ramah
lingkungan karena jika terjadi pembakaran sempurna, maka gas yang tersisa hanya gas
CO2 Gambar berikut menunjukkan perbedaan udara yang diperlukan serta produk yang diihasilkan
masing-masing teknologi.

Gambar 2. PLTsa dengan Teknologi Gasifikasi


Sumber : NEWS BBC, 2005

4
BAB III

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dengan Teknologi Incenerasi

3.1 Teknologi Pengolahan Sampah PLTSa Tipe Incinerator


Berdasarkan Seminar Teknologi Lingkungan yang diselenggarakan oleh
Steering Committee Akselerasi Pertukaran Teknologi Lingkungan, APEC, secara garis
besar terdapat2 macam teknologi pengolahan sampah yaitu teknologi pembakaran
(incineration) danteknologi fermentasi metana. Makalah ini hanya membahas
pengolahan sampah menggunakan teknologi pembakaran (incinerator).

Gambar 2. Skematik Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Sumber : Safrizal 2014

3.2 Prinsip Pengoperasian PLTSa


Terdapat lima prinsip dasar dalam pengoperasian PLTSa, diantaranya adalah :

1) Pengeringan Sampah
Sampah dari TPS diangkut oleh truk-truk pengangkut sampah ke PLTSa.
Truk yang tiba akan ditimbang terlebih dahulu sebelum membuang sampah ke
dalam bungker sampah. Truk kosong yang keluar dari PLTSa juga ditimbang
agar diketahui berat bersih sampah yang dibuang ke dalam bungker berdinding
beton.Ruang bongkar sampah ini merupakan ruangan tertutup, dan udara dalam
ruangan diisap oleh kipas udara sehingga bau sampah tidak menyebar keluar

5
ruangan tetapi terisap kipas udara dan selanjutnya disalurkan ke
tungkupembakaran. Hal ini akan membuat udara disekitar lokasi pemusnah
sampah tidak berbau. Dimensi bungker harus dapat menampung kebutuhan
sampah lima sampai 10 hari. Sampah di dalam bungker yang masih basah,
dibiarkan (ditiriskan) selama tiga sampai lima hari untuk mengurangi kadar air
permukaan, air lindi di salurkan ke IPAL supaya tidak mencemari lingkungan
sekitar. Selama didiamkan sampah secara rutin di pindah-pindahkan untuk
mengurangi kadar airnya. Sampah yang sudah didiamkan beberapa hari ini
mempunyai nilai kalor antara 800 sampai dengan 1400 kkal/kg dan kadar air 50
60 persen.

2) Pembakaran
Sampah yang sudah mengering ini kemudian diangkut ke tungku
pembakaran dengan grabber yang terpasang pada overhead traveling crane, dan
dikendalikan dari jarak jauh dari ruang kendali. Sampah dari grabber dijatuhkan
sedikit demi sedikit ke dalam hopper tungku, sampah kemudian memasuki
tungku pembakaran sedikit demi sedikit melalui mekanisme pemasukan sampah
pada tungku.Tungku pembakaran dirancang khusus agar sampah dapat terbakar
pada temperatur tinggi (antara 850oC900oC) dalam waktu yang cukup lama
sehingga seluruh sampah dapat terbakar sesempurna mungkin dan dapat
menghilangkan gas-gas beracun yang terbentuk seperti dioksin dan furan. Untuk
mencapai suhu pembakaran yang tinggi tersebut, pada saat awal (start)
diperlukan bahan bakar pembantu seperti minyak bakar, gas atau batu bara.
Setelah dicapai suhu yang diinginkan, sampah diharapkan dapat terbakar dengan
sendirinya. Sisa pembakaran berupa abu bawah (Bottom Ash) dikeluarkan secara
otomatik dan dikumpulkan sebelum diangkut untuk dimanfaatkan lebih lanjut,
Debu yang dihasilkan lima persen dari volume atau 20 persen dari berat sampah
awal.

3) Pemanfaatan Gas Hasil Pembakaran Untuk Pemanasan Boiler


Gas panas hasil pembakaran kemudian dimanfaatkan untuk menguapkan
air yang berada dalam pipa-pipa ketel (boiler). Saluran gas panas dari tungku
diatur sedemikian rupa sehingga temperatur gas panas ketika mengenai boiler
6
tidak terlalu tinggi.Demikian juga tekanan dan temperatur uap di dalam pipa
diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan temperatur antara gas panas dan uap
air tidak menyebabkan pengembunan gas di pipa-pipa boiler yang dapat
menyebabkan korosi.Untuk menghilangkan kerak biasanya pipa-pipa boiler ini
dilengkapi dengan penyemprot gas asitilen.

4) Pemanfaatan Uap Hasil Boiler Untuk Penggerakan Turbin


Uap bertemperatur dan bertekanan tinggi yang dihasilkan digunakan
untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator pembangkit listrik.
Jumlah air yang diperlukan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik ini
bergantung kepada karakteristik turbin yang digunakan.Namun demikian, uap
yang dihasilkan tidak langsung di buang tetapi diembunkan di kondensor, dan
dialirkan kembali ke ketel. Meskipun air disirkulasikan kembali, biasanya
diperlukan penambahan air ketel sebesar 1015 persen untuk mengkompensasi
kebocoran uap yang terjadi

5) Pengolahan Gas Buang


Setelah panasnya dimanfaatkan untuk membangkitkan uap gas hasil
pembakaran dialirkan ke pengolah gas buang untuk menghilangkan gas-gas asam
seperti SOx, HCl, NOx, logam berat, dioksin dll. Untuk keperluan tersebut pabrik
pemusnah sampah yang dibangun di Singapura dan Cina menggunakan wet
srubber yang dikombinasi dengan tambahan batu kapur, dan partikel karbon aktif.
Gas bertemperatur rendah yang keluar dari alat penghilang gas asam kemudian
dilewatkan penyaring debu.Penyaring debu dapat berupa penyaring biasa (fabric
filter atau airbag) saja atau dikombinasi dengan electrostatic precipitator
(EP).Pabrik pemusnah sampah di Eropa biasanya menggunakan EP, sedangkan
yang di China dan Singapura hanya menggunakan penyaring biasa.Abu yang
tertangkap oleh alat-alat ini biasa disebut sebagai abu terbang (fly ash). Abu
terbang ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang sama seperti abu bawah
(bottom ash). Di samping peralatan yang disebutkan sebelumnya system
pengolahan gas buangnya dilengkapi dengan katalis penghilang NOx dan
penghilang dioxin. Abu bawah (bottom ash), merupakan abu sisa pembakaran
sampah di tungku sedangkan Abu terbang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
7
yang sama seperti bottom ash. Abu terbang dari hasil pembakaran sampah baik
untuk digunakan sebagai penstabil tanah lunak, kekuatan lempung yang diberi
abu terbang ini naik 75 kali lipat.Disamping itu tanah juga mempunyai sifat-sifat
drainase yang lebih baik, indeks plastisitas dan kompresibilitas menurun masing-
masing 69 dan 23 persen.

8
BAB IV

SIMPULAN

Berdasarkan teori yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa :

1. Prinsip pengoperasian PTSa terdiri dari pengeringan sampah, pembakaran,


pemanfaatan gas hasil pembakaran untuk pemanasan boiler, pemanfaatan uap hail
boiler untuk penggerakan turbin, pengelolaan gas buang.
2. PLTSa tipe incinerator dinilai efektif dan aman apabila dirancang khusus agar
sampah dapat terbakar pada temperatur tinggi (antara 850oC900oC) dalam waktu
yang cukup lama sehingga seluruh sampah dapat terbakar sesempurna mungkin dan
dapat menghilangkan gas-gas beracun yang terbentuk seperti dioksin dan furan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih , Murni Rahayu . 2012. Analisis Biaya Manfaat Sosial Keberadaan


Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Gedebage Bagi Masyarakat Sekitar. Jakarta:
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Yulistiani, Fitria. Kajian Tekno Ekonomi Pabrik Konversi Biomassa Menjadi Bahan
Bakar Fischer-Tropsch Melalui Proses Gasifikasi, Desember 2009. Metodologi
dan Usulan Penelitian, Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung

Safrizal. 2014. Distributed Generation Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Kota


(PLTSa) Type Incinerator Solusilistrik Alternatif Kota Medan. Jepara :
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknolog Universitas Islam
Nahdlatul Ulama (UNISNU)

10

Anda mungkin juga menyukai