A. PENDAHULUAN
Sampah menjadi problematika di bidang kesehatan lingkungan.
Pengelolaan sampah yang buruk dapat menurunkan kualitas lingkungan yang
berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia. Bahkan, sampah dapat
menjadi sumber penyakit infektif selain menimbulkan polusi bau dan asap
hasil pembakaran. Berdasarkan asalnya, sumber sampah berasal dari
domestik rumah tangga, aktivitas produksi seperti pabrik maupun dari public
service seperti pasar, dll. Berdasarkan jenis, sampah dapat berupa organik
seperti sisa makanan, daun-daunan, dll maupun an-organik seperti plastik,
kaca, logam, dll.
Selama ini, pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan
3R, ”Reduce, Re-use, Recycle” yaitu penanganan sampah yang terdiri dari
tiga unsur yaitu, “Mengurangi”, “Menggunakan ulang” dan “Mendaur
ulang” sampah. Pendekatan ini dirasa kurang efektif pada masyarakat yang
belum mempunyai kesadaran dalam memilah sampah, sehingga
kecenderungannya sampah dijadikan satu. Hal ini sangat menyulitkan pada
upaya pengolahan sampah berikutnya seperti diolah menjadi pupuk baik
pupuk organik cair (POC) atau pupuk kompos. Ada juga pengelolaan sampah
dengan pendekatan bank sampah, dimana sampah-sampah seperti kertas,
kartus, dll dapat dijual untuk didaur ulang. Demikian juga dengan sampah
jenis logam, kaca atau plastik. Namun, kegiatan tersebut dianggap
memerlukan waktu dan tenaga yang cukup besar. Maka, dikembangkan
model OLAH SAMPAH BERKAH, yaitu suatu pendekatan pengolahan
sampah tanpa bau, tanpa asap dan tanpa memilah, yaitu sebuah teknologi
tepat guna dengan sistem incenerator berbasis thermal capacitor yang
disebut PREDATOR SAMPAH. Teknologi ini dikembangkan oleh seorang
lulusan Sarjana Teknik Lingkungan dari ITB, Bang Dono yang kemudian
dikolaborasikan dengan pakar herbal Indonesia, Dr. apt. Kintoko, M.Sc.
B. KEUNGGULAN TEKNOLOGI
Teknologi ini mempunyai keunggulan dimana sampah jenis apapun
dapat dibakar di dalam tungku yang dilengkapi Thermal Capacitor untuk
menyedot asap yang timbul akibat pembakaran sehingga asap tidak sampai
keluar dari sistem tungku. Akibatnya, panas dari tungku semakin tinggi hingga
dapat mencapai suhu 900 derajat celcius. Proses pembakaran dalam sistem
tunggu ini berjalan cepat karena adanya panas yang tinggi sehingga dari 1
ton sampah bisa dihasilkan abu lebih kurang 10 kg. Abu ini kemudian dapat
dimanfaatkan untuk membuat batu bata ringan atau dikembangkan sebagai
peng-alkali tanah dalam dunia pertanian. Dengan prosesnya yang cepat ini,
sampah tidak sampai menggunung yang dapat menimbulkan bau tidak sedap.
Teknologi tepat guna ini juga tidak membutuhkan suplai energi seperti
listrik, gas elpiji untuk operasionalnya. Cukup dipicu ditahap awal dengan
menggunakan minyak tanah atau bensin guna memanaskan piringan berpori
yang disebut Thermal Capacitor. Setelah bagian ini menyala penuh yaitu lebih
kurang 1.5 jam, seterusnya untuk menjaga bagian ini tetap berpijar butuh
diberi umban sampah terus menerus. Itulah yang kemudian disebut dengan
istilah predator. Gambar detailnya dapat dilihat berikut di bawah ini:
E. PENUTUP
Suatu masyarakat yang peduli kepada lingkungannya, adalah contoh
masyarakat yang mempunyai peradaban yang tinggi. Masyarakat yang saling
memperhatikan urusan sampah, bukti masyarakat yang mempunyai prinsip
bahwa KEBERSIHAN ITU SEBAGIAN DARIPADA IMAN. Untuk
korespondensi bisa langsung di HP. 082220709977 (Dr Kintoko).