Anda di halaman 1dari 13

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat hal ini juga berbanding lurus
kebutuhan akan energi yang besar pula. Ditambah lagi dengan semakin maju suatu bangsa maka
semakin besar pula kebutuhan akan energi terutama untuk kebutuhan industri. Cepat atau lambat
minyak bumi sebagai penghasil sumber energi saat ini akan habis maka dari itu disamping kita
menghemat penggunaan energi dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, kita juga
harus mencari sumber alternatif energi baru untuk memenuhi kebutuhan energi yang tidak dapat
dibendung lagi. Sehingga penulis ingin membuat makalah tentang salah satu energi terbarukan
yaitu dengan sampah, yang dikelola sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau biasa kita
sebut dengan PLTsa.
Sampah telah menjadi suatu masalah baru yang menyedot banyak perhatian terutama di
wilayah Bandung ini karena banyaknya jumlah sampah yang setiap hari kita hasilkan baik dari
rumah tangga ataupun dari limbah pabrik tidak diimbangi dengan pengolahan sampah yang
terpadu sehingga membuat sampah menggunung. Hal ini telah banyak menimbulkan akibat
mulai dari pemandangan yang tidak indah dipandang mata, pencemaran sungai Cikapundung,
Bau yang menyekat dari tumpukan sampah-sampah hingga banjir yang terjadi tiap tahun.
Padahal bila sampah ini dapat dikelola dengan baik tidak hanya lingkungan kita yang bersih dan
sehat bahkan sampah dapat mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Dengan sumberdaya yang mudah didapat karena sampah adalah barang yang dibuang tiap
harinya bahkan orang rela membayar uang sampah untuk membuang sampah agar tidak
mengotori rumah dan lingkungannya. Sehingga menjadikan sampah sebagai salah satu bahan
yang ideal untuk diolah menjadi energi terbarukan.
1.2 TUJUAN

Menjelaskan sampah merupaka solusi tepat sebagai penghasil sumber energi baru
Menjelaskan mekanisme proses sampah menjadi sumber energi berupa listrik di PLTsa

Mengetahui manfaat dan dampak dari pembangunan PLTsa

1.3 RUMUSAN MASALAH

Apakah sampah merupakan solusi tepat menghadapi krisis energi yang terjadi ?
Bagaimana mekanisme proses menjadikan sampah menjadi energi listrik di PLTsa ?

Apa manfaat dan dampak dari pembangunan PLTsa ?

1.4 BATASAN MASALAH

Pengolahan sampah sebagai sumber energi di wilayah Bandung Utara Gedebage


Pengolahan sampah dengan metode boiller (pembakaran)

Manfaat dan Dampak yang ditimbulkan dari pembangunan PLTsa

1.5 MANFAAT

Mengatasi masalah kebutuhan krisis energi yang terjadi dengan bahan yang paling dekat
dengan kita yaitu sampah
Mengurangi dampak sampah yang sudah sangat meresahkan

Mengurangi volume sampah dalam waktu yang relatif pendek

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 SAMPAH SEBAGAI SUMBER MASALAH


Pola Pengelolaan Sampah sampai saat ini masih menganut paradigma lama dimana sampah
masih dianggap sebagai sesuatu yang tak berguna, tak bernilai ekonomis dan sangat menjijikkan.
Masyarakat sebagai sumber sampah tak pernah menyadari bahwa tanggung jawab pengelolaan
sampah yang dihasilkan menjadi tanggung jawab dirinya sendiri.
Apabila sampah sampah yang luar biasa ini mulai menjadi masalah bagi manusia, barulah
manusia menyadari ketidak perduliannya selama ini terhadap sampah dan mulai menimbulkan
kepanikan dan menghantui di mana mana tanpa tahu apa yang harus dilakukan untuk
mengatasinya.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia, karena setiap aktifitas manusia
pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Sehari setiap warga kota
menghasilkan rata-rata 900 gram sampah, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30%
sampah anorganik. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada
volume sampah.
Sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampahsampah yang di buang ke tempat sampah walaupun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampahsampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri, tetapi merupakan sampah yang
selalu menjadi bahan pemikiran bagi manusia.

2.2 PENANGGULANGAN SAMPAH


Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian dalam menanggulangi sampah
misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R (WALHI, 2004) yaitu:

Reduce (Mengurangi), sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang
kita pergunakan.
Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan.
Reuse (Memakai kembali), sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini
dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

Recycle (Mendaur ulang), sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak
industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain.

Replace ( Mengganti), teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang
yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar
kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ganti
kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam
karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami. Daripada mengasumsikan
bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi
sampah harus dijadikan prioritas utama.

2.3 PENGOLAHAN SAMPAH


Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah,
yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Selama ini pengelolaan persampahan,
terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah
bersifat terpusat, di buang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur.
Seharusnya sebelum sampah dibuang dilakukan pengelompokkan sampah berdasarkan jenis dan
wujudnya sehingga mudah untuk didaurulang dan/atau dimanfaatkan (sampah basah, sampah
kering yang dipilah-pilah lagi menjadi botol gelas dan plastik, kaleng aluminium, dan kertas).
Untuk tiap bahan disediakan bak sampah tersendiri, ada bak sampah plastik, bak gelas, bak
logam, dan bak untuk kertas. Pemilahan sampah itu dimulai dari tingkat RT (Rumah tangga),
pasar dan aparteme. Bila kesulitan dalam memilih sampah tersebut minimal sampah dipisahkan
antara sampah basah (mudah membusuk) dan sampah kering (plastik,kaleng dan lain-lain)
Pemerintah sendiri menyediakan mobil-mobil pengumpul sampah yang sudah terpilah sesuai
dengan pengelompokkannya. Pemerintah bertanggung jawab mengorganisasi pengumpulan
sampah itu untuk diserahkan ke pabrik pendaur ulang. Sisa sampahnya bisa diolah dengan cara
penumpukan (dibiarkan membusuk), pengkomposan (dibuat pupuk), pembakaran. Dari ketiga
cara pengelolaan sampah basah yang biasa dilakukan dibutuhkan TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) yang cukup luas. Selain itu efek yang kurang baikpun sering terjadi seperti pencemaran
lingkungan, sumber bibit penyakit ataupun terjadinya longsor.

BAB III
ANALISIS
3.1 CARA KERJA PLTSa GEDEBAGE
Selain dengan cara pengelolaan tersebut di atas ada cara lain yang akan dilakukan oleh
Pemerintah Kota Bandung yaitu sampah dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik (Waste to
Energy) atau yang lebih dikenal dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).
Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik
Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai berikut :
1. Pemilahan sampah
Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang. Sisa sampah
dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.
1. Pembakaran sampah
Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif
dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang
tinggi (di atas 1300C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai
dengan standar baku mutu emisi gas buang.
1.

Pemanfaatan panas

Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk
memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan selanjutnya
menggerakkan generator listrik.
3.2 DAMPAK PLTSa
Namun, dalam pelaksanakaannya ada beberapa dampak negatif dari PLTsa ini yang
menimbulkan kontroversi di masyarakat khususnya warga Perumahan Griya Cempaka Arum
Gedebage yang letaknya tak jauh dari lokasi PLTsa karena tak semua pembakaran sampah terjadi
secara sempurna. Dari hasil oksidasi yang terjadi, terdapat abu terbakarnya (fly ash ) yang mudah
dihempas angin, bertebaran ke segala arah baik secara vertikal, horisontal dan horisontal frontal.
Asap yang sarat uap logam berat, dioksin, furan dan jelaganya kaya akan asam klorida dan
fluorida.
Zat-zat beracun tersebut akan terdegradasi dalam tubuh dan dalam jangka waktu panjang akan
menganggu pernapasan, ginjal, hipertensi, tulang, reduksi penglihatan, sensor pendengaran dan
koordinasi tubuh. Apalagi Timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan tidak berfungsinya sistem
hematologik dan syaraf pusat, menurunkan taraf kecerdasan dan menyebabkan perilaku

abnormal pada anak. Sedangkan Polycyclic aromatik compound, dioksin dan furan dapat
merusak paru-paru, perut, ginjal dan liver.
3.3 CARA PENANGGULANGAN LIMBAH
Maka dari itu untuk mengatasi limbah hasil PLTsa sehingga tidak membahayakan masyarakat
ataupun merusak lingkungan sekitarnya, sebagai berikut :

Limbah Padat

Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang dihasilkan
diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula sebelum di bakar. Abu ini
akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya setelah
diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan bahan bangunan.
Dikota-kota besar di Eropah, Amerika, Jepang dan Belanda, waste energy sudah dilakukan sejak
berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui lebih dapat menyelesaikan masalah sampah.
Pencemaran dari PLTSa yang selama ini dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah dapat
diantisipasi oleh negara yang telah menggunakan PLTSa terlebih dahulu. Pencemaranpencemaran tersebut seperti :

Residu

Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu bawah (bottom ash)
dan abu terbang (fly ash) yang termasuk limbah B3, namun hasil-hasil studi dan pengujian untuk
pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara lain. Di Singapura saat ini
digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029 Singapura akan memiliki sebuah pulau
baru seluas 350 Ha (Pasek, Ari Darmawan, 2007). PLTSa akan memanfaatkan abu tersebut
sebagai bahan baku batako atau bahan bangunan.

Limbah Gas

Sisa gas buang akan diproses melalui pengolahan yang terdiri dari Dioxin. Dioxin adalah
senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia pada proses
pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung unsur halogen pada
temperatur tinggi, misalnya plastic pada sampah, dapat menghasilkan dioksin pada temperatur
yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) (Shocib,
Rosita, 2005).
PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan yang
dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari
lingkungan.
Gas buang hasil pembakaran akan dilakukan pada squenching chamber. Dari sini gas buang
dissemprot dengan air untuk menurunkan temperatur gas dengan cepat guna mencegah dioxin
terbentuk lagi dan menangkap zat pencemar udara yang larut dalam air seperti NOx , SOx, HCL,

abu, debu dan partikulat. Kemudian gas-gas hasil produk sampingan dari pembakarana sampah
akan ditempatkan pada reaktor kemudian ditambah CaO sebanyak 12kg/ton sampah. Tujuannya
untuk menghilangkan gas-gas asam. Pada saat gas dikeluarkan dari reaktor, pada gas akan
disemburkan karbon aktif sebanyak 1 kg/ton sampah. Hal ini bertujuan untuk menyerap uap
merkuri, dioksin, CO. Kemudian gas akan dialirkan ke Bag Filler dengan tujuan menyaring
partikel.

Limbah Cair

Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap baik saat
pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu kenyamanan bagi masyarakat
umum.
Untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan tersendiri ke lokasi PLTSa
melalui jalan Tol, di sekeliling bagunan PLTSa akan ditanami pohon sehingga membentuk
greenbelt (sabuk hijau) seluas 7 hektar. Selain itu bau yang ditimbulkan berada dalam bunker
bertekanan negatif sehingga tidak akan keluar tetapu tersedot dalam pembakaran sehingga tidak
menimbulkan bau sampah di luar bangunan.

BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN

Sampah dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang efektif dan
efisien
PLTsa merupakan salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah sampah yang sudah
sangat meresahkan karena selain dapat mengurangi sampah juga dapat menghasilkan
listrik 7 Megawatt dari 500-700 ton sampah tiap harinya.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari PLTSa adalah meningkatnya kadar emisi CO2 dan
Metana yang berbahaya bagi tubuh dan lingkungan

3.2 SARAN

Pemerintah bersama warga sebaiknya segera membangun PLTSa ini karena begitu
banyak manfaatnya bahkan jika perlu kita dapat membuat PLTSa diseluruh provinsi di
Indonesia
Pengembangan dan penelitian harus tetap dilakukan secara kontinyu agar PLTSa dapat
lebih ramah lingkungan
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan kepedulian sampah terutama dalam hal
memisahkan antara sampah organik dan anorganik

Pengolahan limbah yang berwawasan lingkungan

DAPUS: http://desimulyanto.wordpress.com/category/makalah/ diakses 5 Oktober


2014 pukul 08:59
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil)
tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisanlapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir
sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air
dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui
penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air,
sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak
tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar
air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada
bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air)
dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di
permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut Pengelolaan sumber daya air
yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi
dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang
mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun
2004 tentang Sumber Daya Air.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana standar kualitas air murni?
2. Bagaimana proses pengolahan air bersih?
3. Teknik-teknik apa yang digunakan dalam proses penjernihan air?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui standar kualitas air murni.
2. Untuk mengetahui proses pengolahan air bersih
3. Untuk mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam proses penjernihan air.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Standar Kualitas Air Murni
Dalam pengolahan air limbah industri dikenal 3 parameter utama yaitu: (1) Oksigen
terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), (2) Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB)
atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan (3) Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK)
atau Chemical Oxygen Demand (COD).

1.Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO)


Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air.Sebagian besar
makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya,
baik tanaman maupun hewan air, bergantung kepada oksigen yang terlarut. Ikan
merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian
invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri.
Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi secara
bekesinambungan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air , untuk
pertumbuhannya membutuhkan sumber energi yaitu unsur karbon (C) yang dapat
diperoleh dari bahan organik yang berasal dari tanaman, ganggang yang mati,
maupun oksigen dari udara.
Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan duraikan menadi karbon dioksida
(CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman dalam air untuk
proses fotosintesis membentuk oksigen, dan seterusnya.
Oksigen yang dimanfaatkan untuk proses penguraian bahan organik tersebut akan
diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepat
habisnya oksigen terlarut yang digunakan oleh bakteri atau dengan kata lain
oksigen yang diambil oleh biota air selalu setimbang dengan oksigen yang masuk
dari udara maupun dari hasil fotosintesa tanaman air.
Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akibat
masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari industri), yang
berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan
mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati juga meningkatnya kebutuhan
oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi seperti
ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang dimanfaatkan
oleh biota air tidak setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen terlarut dalam air .
Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut hingga nol, biota air yang
membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan digantikan dengan tumbuhnya
mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik. Sama halnya
dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan karbon dari
bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana (CH4) disamping
terbentuk gas asam sulfida (H2S) yang berbau busuk.
2. BOD dan COD
Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari penurunan
kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan organik dari luar,
umumnya digunakan uji BOD dan atau COD.
Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB)
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup
untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air.
Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menujukkan jumlah atau
kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur secara relative jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi atau menguraikan
bahan-bahan organik tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air
tersebut tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya
mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang
tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu
dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.
BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran jumlah oksigen
yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme pengurai secara

aerobic dalam suatu volume air pada suhu 20 derajat Celcius.


BOD5 500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mgram oksigen akan dihabiskan oleh
mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu lima hari pada suhu 20
derajat Celcius.Beberapa dasar yang sering digunakan untuk menentukan kualitas
air dilihat dari kadar BOD adalah: Erat kaitannya dengan BOD adalah COD. Dalam
bahan buangan, tidak semua bahan kimia organik dapat diuraikan oleh
mikroorganisme secara cepat. Bahan organik dalam air bersifat:
a) Dapat diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari
b) Bahan organik yang tidak teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari
c) Bahan organik yang tidak mengalami biodegradasi
Uji COD ini meliputi semua bahan organik di atas, baik yang dapat diuraikan oleh
mikroorganisme maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh karena itu hasil uji COD
akan lebih tinggi dari hasil uji BOD.
Dari segi kualitas air minum harus memenuhi :
1. Syarat fisik seperti :
a) Tidak boleh berwarna, berasa dan berbau
b) Suhu air hendaknya pada suhu sejuk kurang dari 25oC
c) Harus jernih
2. Syarat kimia : air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau
zat- zat kimia tertentu dalam jumlah yang melampaui batas yang telah ditentukan.
B. Pengolahan Air Bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan
adsorbs. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan
kemungkinan juga mengandung zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah
detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah
tawas (aluminium sulfat), pasir, korin atau kaporit, kapur tahar, dan karbon aktif.
Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal, sehingga lebih mudah
disaring. Tawas juga membentuk koloidal Al(OH)3 yang dapat mengadsorpsi zat-zat
warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Apabila tingkat
kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka selain tawas digunakan karbon akiif.
Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporlt berfungsi sebagai pembasmi
hama (desinfektan), sedangkan kapur tohor berguna untuk menaikkan pH yaitu
untuk menetralkan keasaman yanq terjadi karena penggunaan tawas.
Sistem pengolahan air bersih dengan sumber air baku sungai, tanah dan air
pegunungan, dengan skala atau standar air minum, memerlukan beberapa prosses.
Mengenai prosses yang perlu diterapkan tergantung dari kwalitas air baku tersebut.
Proses yang diterapkan dalam system pengolahan air bersih antara lain:
Proses penampungan air dalam bak penampungan air yang bertujuan sebagai tolak
ukur dari debit air bersih yang dibutuhkan. Ukuran bak penampungan disesuaikan
dengan kebutuhan (debit air) yang mana ukuran bak 2 kali dari kebutuhan.
Proses oksidasi atau penambahan oksigen ke dalam air agar kadar-kadar logam
berat serta zat kimiawi lainnya yang terkandung dalam air mudah terurai.
Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan
menggunakan bahan koagulan (hipoklorit/ PAC) dengan rumus kimia juga. Proses ini
bisa dilakukan dengan menggunakan teknik lamella plate.
Proses filtrasi (karbon aktif), proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotorankotoran yang masih terkandung dalam air dan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas air agar air yang dihasilakan tidak mengandung bakteri (steril) dan rasa
serta aroma air.

Proses terakhir adalah proses pembunuhan bakteri, virus, jamur, makroba dan
bakteri lainnya yang bertujuan mengurangi pathogen yang ada, proses ini
menggunakan proses klorinator atau sterilisasi dengan menggunakan kaporit.
C. Penjernihan Air
1. Tujuan Penjernihan Air
Proses Penjernihan air bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor atau untuk
memperoleh air yang kualitasnya memenuhi standar persyaratan kualitas air
seperti :
a. Menghilangkan gas-gas terlarut
b. Menghilangkan rasa yang tidak enak
c. Membasmi bakteri patogen yang sangat berbahaya
d. Mengelolah agar air dapat digunakan untuk rumah tangga dan industri
e. Memperkecil sifat air yang menyebabkan terjadinya endapan dan korosif pada
pipa atau saluran air lainnya.
2. Teknik-teknik dalam penjernihan air
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
air bersih, dan cara yang paling mudah adalah dengan penyaringan dan
pengendapan.
a. Tekhnik Penyaringan
Berikut beberapa alternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan
cara penyaringan air :
1) Saringan Kain Katun.
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik
penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air keruh disaring dengan
menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari
kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan
tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan.
2). Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari teknik
sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan dengan
kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada
dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan
kapas yang digunakan.
3). Aerasi
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke dalam
air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida
serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat
dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air
seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk
lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi tau
filtrasi.
4). Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan
lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan
dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru

kemudian melewati lapisan kerikil.


5). Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir
pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air
terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas
(up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan
kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir.
.
6). Gravity-Fed Filtering System
Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir Cepat(SPC)
dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertamatama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan
tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir
Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih yang
dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil
penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa /
multi Saringan Pasir Lambat.
7). Saringan arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan tambahan
satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam menghilangkan bau
dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu
atau arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan arang aktif.
Untuk lebih jelasnya dapat lihat bentuk saringan arang yang direkomendasikan
UNICEF pada gambar di bawah ini.
8). Saringan air sederhana
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan pasir arang
dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini selain menggunakan pasir,
kerikil, batu dan arang juga ditambah satu buah lapisan injuk / ijuk yang berasal
dari sabut kelapa. Untuk bahasan lebih jauh dapat dilihat pada artikel saringan air
sederhana.
9). Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu
Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air disaring
dengan menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini umum digunakan oleh
masyarakat desa Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan untuk menyaring air
yang berasal dari sumur gali ataupun dari saluran irigasi sawah. Seperti halnya
saringan keramik, kecepatan air hasil saringan dari jempeng relatif rendah bila
dibandingkan dengan SPL terlebih lagi SPC.
10). Saringan Keramik
Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat
dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan darurat. Air bersih didapatkan dengan
jalan penyaringan melalui elemen filter keramik. Beberapa filter kramik
menggunakan campuran perak yang berfungsi sebagai disinfektan dan membunuh

bakteri. Ketika proses penyaringan, kotoran yang ada dalam air baku akan tertahan
dan lama kelamaan akan menumpuk dan menyumbat permukaan filter. Sehingga
untuk mencegah penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang dimasukkan
jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn keramik ini dapat
dilakukan dengan cara menyikat filter keramik tersebut pada air yang mengalir.

b. Tekhnik Pengendapan
1) Biji kelor
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzilisothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur
serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran
melayang di dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di
negeri Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan
ini di masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan
hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.Serbuk biji buah kelor ternyata cukup
ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup
tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air
bersih.
2) Tawas
Berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air. Lama
pengendapan berkisar selama 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk pengendapan,
tidak berfungsi untuk membunuh kuman dan menaikkan pH dalam air.
3) Kaporit
Berfungsi untuk membunuh bakteri, kuman dan virus dalam air. Dan juga
menaikkan pH dalam air. Membutuhkan proses yang lama untuk mengendap.
4) Kapur Gamping
Berfungsi untuk pengendapan namun membutuhkan waktu hingga 24 jam. Juga
berfungsi untuk menaikkan pH air tetepi tidak berfungsi untuk membunuh kuman,
virus dan bakteri.
5) Arang batok kelapa
Berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa tidak enak dalam air dan juga
menjernihkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengolahan air bersih memanfaatkan sifat koloid yaitu adsorps dan koagulasi.
2. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas (aluminium
sulfat), pasir, korin atau kaporit, kapur tahar, dan karbon aktif.
3. Cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan cara penyaringan dan
pengendapan koloidal yang terdapat dalam air yang berupa Saringan Kain Katun,
Saringan Kapas, Aerasi, Saringan Pasir Lambat (SPL), Saringan Pasir Cepat (SPC),
Gravity-Fed Filtering System, Saringan Arang, Saringan air sederhana / tradisional,
Saringan Keramik, Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu dan pengendapan

dengan biji kelor, tawas, kaporit, kapur gamping, arang batok kelapa.
Referensi:
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: penerbit ANDI
Anonim, 2010. Air Bersih Bebas Bakteri dan Kuman. http://www.mediaindo.co.id/. Di
akses tanggal 15 april 2010.
Anonim, 2010. Berbagai Tekhnik Penyaringan.http://aimyaya.com/id/teknologi-tepatguna/kumpulan-teknik-penyaringan-air/. Diakses tanggal 15 April 2010.
Anonim,2010.TekhnikPenjernihan Air dengan Biji Kelor.
http://www.smallcrab.com/jengkol/610-penjernihan-air-dengan-biji-kelor-moringaoleifera. Diakses tanggal 10 April 2010.
Anonim. 2009. Kumpulan Teknik Penyaringan Air. http://www.airnyaya.co.id/
Diakses tanggal 10 April 2010.

Anda mungkin juga menyukai