BAB I
PENDAHULUAN
Menjelaskan sampah merupaka solusi tepat sebagai penghasil sumber energi baru
Menjelaskan mekanisme proses sampah menjadi sumber energi berupa listrik di PLTsa
Apakah sampah merupakan solusi tepat menghadapi krisis energi yang terjadi ?
Bagaimana mekanisme proses menjadikan sampah menjadi energi listrik di PLTsa ?
1.5 MANFAAT
Mengatasi masalah kebutuhan krisis energi yang terjadi dengan bahan yang paling dekat
dengan kita yaitu sampah
Mengurangi dampak sampah yang sudah sangat meresahkan
BAB II
LANDASAN TEORI
Reduce (Mengurangi), sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang
kita pergunakan.
Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan.
Reuse (Memakai kembali), sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini
dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle (Mendaur ulang), sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak
industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain.
Replace ( Mengganti), teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang
yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar
kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ganti
kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam
karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami. Daripada mengasumsikan
bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi
sampah harus dijadikan prioritas utama.
BAB III
ANALISIS
3.1 CARA KERJA PLTSa GEDEBAGE
Selain dengan cara pengelolaan tersebut di atas ada cara lain yang akan dilakukan oleh
Pemerintah Kota Bandung yaitu sampah dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik (Waste to
Energy) atau yang lebih dikenal dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).
Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik
Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai berikut :
1. Pemilahan sampah
Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang. Sisa sampah
dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.
1. Pembakaran sampah
Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif
dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang
tinggi (di atas 1300C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai
dengan standar baku mutu emisi gas buang.
1.
Pemanfaatan panas
Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk
memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan selanjutnya
menggerakkan generator listrik.
3.2 DAMPAK PLTSa
Namun, dalam pelaksanakaannya ada beberapa dampak negatif dari PLTsa ini yang
menimbulkan kontroversi di masyarakat khususnya warga Perumahan Griya Cempaka Arum
Gedebage yang letaknya tak jauh dari lokasi PLTsa karena tak semua pembakaran sampah terjadi
secara sempurna. Dari hasil oksidasi yang terjadi, terdapat abu terbakarnya (fly ash ) yang mudah
dihempas angin, bertebaran ke segala arah baik secara vertikal, horisontal dan horisontal frontal.
Asap yang sarat uap logam berat, dioksin, furan dan jelaganya kaya akan asam klorida dan
fluorida.
Zat-zat beracun tersebut akan terdegradasi dalam tubuh dan dalam jangka waktu panjang akan
menganggu pernapasan, ginjal, hipertensi, tulang, reduksi penglihatan, sensor pendengaran dan
koordinasi tubuh. Apalagi Timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan tidak berfungsinya sistem
hematologik dan syaraf pusat, menurunkan taraf kecerdasan dan menyebabkan perilaku
abnormal pada anak. Sedangkan Polycyclic aromatik compound, dioksin dan furan dapat
merusak paru-paru, perut, ginjal dan liver.
3.3 CARA PENANGGULANGAN LIMBAH
Maka dari itu untuk mengatasi limbah hasil PLTsa sehingga tidak membahayakan masyarakat
ataupun merusak lingkungan sekitarnya, sebagai berikut :
Limbah Padat
Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang dihasilkan
diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula sebelum di bakar. Abu ini
akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya setelah
diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan bahan bangunan.
Dikota-kota besar di Eropah, Amerika, Jepang dan Belanda, waste energy sudah dilakukan sejak
berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui lebih dapat menyelesaikan masalah sampah.
Pencemaran dari PLTSa yang selama ini dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah dapat
diantisipasi oleh negara yang telah menggunakan PLTSa terlebih dahulu. Pencemaranpencemaran tersebut seperti :
Residu
Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu bawah (bottom ash)
dan abu terbang (fly ash) yang termasuk limbah B3, namun hasil-hasil studi dan pengujian untuk
pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara lain. Di Singapura saat ini
digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029 Singapura akan memiliki sebuah pulau
baru seluas 350 Ha (Pasek, Ari Darmawan, 2007). PLTSa akan memanfaatkan abu tersebut
sebagai bahan baku batako atau bahan bangunan.
Limbah Gas
Sisa gas buang akan diproses melalui pengolahan yang terdiri dari Dioxin. Dioxin adalah
senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia pada proses
pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung unsur halogen pada
temperatur tinggi, misalnya plastic pada sampah, dapat menghasilkan dioksin pada temperatur
yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) (Shocib,
Rosita, 2005).
PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan yang
dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari
lingkungan.
Gas buang hasil pembakaran akan dilakukan pada squenching chamber. Dari sini gas buang
dissemprot dengan air untuk menurunkan temperatur gas dengan cepat guna mencegah dioxin
terbentuk lagi dan menangkap zat pencemar udara yang larut dalam air seperti NOx , SOx, HCL,
abu, debu dan partikulat. Kemudian gas-gas hasil produk sampingan dari pembakarana sampah
akan ditempatkan pada reaktor kemudian ditambah CaO sebanyak 12kg/ton sampah. Tujuannya
untuk menghilangkan gas-gas asam. Pada saat gas dikeluarkan dari reaktor, pada gas akan
disemburkan karbon aktif sebanyak 1 kg/ton sampah. Hal ini bertujuan untuk menyerap uap
merkuri, dioksin, CO. Kemudian gas akan dialirkan ke Bag Filler dengan tujuan menyaring
partikel.
Limbah Cair
Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap baik saat
pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu kenyamanan bagi masyarakat
umum.
Untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan tersendiri ke lokasi PLTSa
melalui jalan Tol, di sekeliling bagunan PLTSa akan ditanami pohon sehingga membentuk
greenbelt (sabuk hijau) seluas 7 hektar. Selain itu bau yang ditimbulkan berada dalam bunker
bertekanan negatif sehingga tidak akan keluar tetapu tersedot dalam pembakaran sehingga tidak
menimbulkan bau sampah di luar bangunan.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Sampah dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang efektif dan
efisien
PLTsa merupakan salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah sampah yang sudah
sangat meresahkan karena selain dapat mengurangi sampah juga dapat menghasilkan
listrik 7 Megawatt dari 500-700 ton sampah tiap harinya.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari PLTSa adalah meningkatnya kadar emisi CO2 dan
Metana yang berbahaya bagi tubuh dan lingkungan
3.2 SARAN
Pemerintah bersama warga sebaiknya segera membangun PLTSa ini karena begitu
banyak manfaatnya bahkan jika perlu kita dapat membuat PLTSa diseluruh provinsi di
Indonesia
Pengembangan dan penelitian harus tetap dilakukan secara kontinyu agar PLTSa dapat
lebih ramah lingkungan
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan kepedulian sampah terutama dalam hal
memisahkan antara sampah organik dan anorganik
Proses terakhir adalah proses pembunuhan bakteri, virus, jamur, makroba dan
bakteri lainnya yang bertujuan mengurangi pathogen yang ada, proses ini
menggunakan proses klorinator atau sterilisasi dengan menggunakan kaporit.
C. Penjernihan Air
1. Tujuan Penjernihan Air
Proses Penjernihan air bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor atau untuk
memperoleh air yang kualitasnya memenuhi standar persyaratan kualitas air
seperti :
a. Menghilangkan gas-gas terlarut
b. Menghilangkan rasa yang tidak enak
c. Membasmi bakteri patogen yang sangat berbahaya
d. Mengelolah agar air dapat digunakan untuk rumah tangga dan industri
e. Memperkecil sifat air yang menyebabkan terjadinya endapan dan korosif pada
pipa atau saluran air lainnya.
2. Teknik-teknik dalam penjernihan air
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
air bersih, dan cara yang paling mudah adalah dengan penyaringan dan
pengendapan.
a. Tekhnik Penyaringan
Berikut beberapa alternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan
cara penyaringan air :
1) Saringan Kain Katun.
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik
penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air keruh disaring dengan
menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari
kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan
tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan.
2). Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari teknik
sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan dengan
kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada
dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan
kapas yang digunakan.
3). Aerasi
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke dalam
air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida
serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat
dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air
seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk
lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi tau
filtrasi.
4). Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan
lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan
dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru
bakteri. Ketika proses penyaringan, kotoran yang ada dalam air baku akan tertahan
dan lama kelamaan akan menumpuk dan menyumbat permukaan filter. Sehingga
untuk mencegah penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang dimasukkan
jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn keramik ini dapat
dilakukan dengan cara menyikat filter keramik tersebut pada air yang mengalir.
b. Tekhnik Pengendapan
1) Biji kelor
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzilisothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur
serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran
melayang di dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di
negeri Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan
ini di masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan
hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.Serbuk biji buah kelor ternyata cukup
ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup
tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air
bersih.
2) Tawas
Berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air. Lama
pengendapan berkisar selama 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk pengendapan,
tidak berfungsi untuk membunuh kuman dan menaikkan pH dalam air.
3) Kaporit
Berfungsi untuk membunuh bakteri, kuman dan virus dalam air. Dan juga
menaikkan pH dalam air. Membutuhkan proses yang lama untuk mengendap.
4) Kapur Gamping
Berfungsi untuk pengendapan namun membutuhkan waktu hingga 24 jam. Juga
berfungsi untuk menaikkan pH air tetepi tidak berfungsi untuk membunuh kuman,
virus dan bakteri.
5) Arang batok kelapa
Berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa tidak enak dalam air dan juga
menjernihkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengolahan air bersih memanfaatkan sifat koloid yaitu adsorps dan koagulasi.
2. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas (aluminium
sulfat), pasir, korin atau kaporit, kapur tahar, dan karbon aktif.
3. Cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan cara penyaringan dan
pengendapan koloidal yang terdapat dalam air yang berupa Saringan Kain Katun,
Saringan Kapas, Aerasi, Saringan Pasir Lambat (SPL), Saringan Pasir Cepat (SPC),
Gravity-Fed Filtering System, Saringan Arang, Saringan air sederhana / tradisional,
Saringan Keramik, Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu dan pengendapan
dengan biji kelor, tawas, kaporit, kapur gamping, arang batok kelapa.
Referensi:
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: penerbit ANDI
Anonim, 2010. Air Bersih Bebas Bakteri dan Kuman. http://www.mediaindo.co.id/. Di
akses tanggal 15 april 2010.
Anonim, 2010. Berbagai Tekhnik Penyaringan.http://aimyaya.com/id/teknologi-tepatguna/kumpulan-teknik-penyaringan-air/. Diakses tanggal 15 April 2010.
Anonim,2010.TekhnikPenjernihan Air dengan Biji Kelor.
http://www.smallcrab.com/jengkol/610-penjernihan-air-dengan-biji-kelor-moringaoleifera. Diakses tanggal 10 April 2010.
Anonim. 2009. Kumpulan Teknik Penyaringan Air. http://www.airnyaya.co.id/
Diakses tanggal 10 April 2010.