Anda di halaman 1dari 12

DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM)

Diajukan sebagai tugas mata kuliah


Konservasi dan Manajemen Energi

Disusun Oleh:
1. Icah Nuraisyah (3332160001)
2. Tri Atmojo (3332160012)
3. Pandu Akbar M (3332160026)
4. Alvin Adam (3332160027)

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON
2019
Latar Belakang
Energi pada dasarnya bersifat konsumtif dan akan terus berkurang bahkan habis
jika tidak direncanakan dengan pasti. Terutama energi listrik yang setiap hari
digunakan dengan biaya pembangkitan yang tidaklah murah. Mengingat energi
fosil yang terbatas dan besarnya keutuhan energi listrik yang digunakan, maka
diperlukan berbagai macam cara yang dapat menunjang penyediaan energi secara
hemat dan efisien. Salah satu solusi dari permasalahan krisis energi lsitrik yang
terjadi adalah dengan melakukan pengelolaan pemakaian energi listrik pada sisi
produsen dan sisi konsumern melalui konsep manajemen energi.
Manajemen Energi merupakan suatu proses ilmu dibidang energi untuk
meningkatkan efektivitas pemakaian energi pada suatu perusahaan atau organisasi.
Manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari teknik cara pemakaian suatu
barang seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi.
Prinsip dari manajemen energi yaitu melaksanakan penggunaan energi secara lebih
efisien.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012, Manajemen energi adalah kegiatan
terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi
yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui
tindakan teknik secara terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi konsumsi
bahan baku dan pendukung.
Manajemen energi diantaranya bertujuan untuk:
- Meningkatkan efisiensi energi listrik dan mengurangi penggunaan energi
listrik yang tidak perlu sehingga akan mengurangi biaya pemakaian energi
listrik
- Menerapkan strategi yang aktif dalam melakukan pengelolaan pemanfaatan
energi listrik.
Untuk mengatasi permasalahan energi, perlu ditinjau dari beberapa aspek
diantaranya dari pihak pembangkit tenaga (Supply Side Management) dan dari
pihak beban atau konsumen (Demand Side Management).

ENERGY SAVING

SSM POLICY DSM POLICY


(Supply Side Management) (Demand Side Management)

POWER PURCHASE LOAD MANAGEMENT CONSERVATION

• CAPTIVE POWER • PEAK CLIPPING


 HOUSE KEEPING
 INDEPENDENT POWER  LOAD SHIFTING
 RETROFITTING

Gambar 1 Blok Diagram Managemen Energi

Demand Side Management (DSM)


”Demand Side Management” adalah penghematan yg dilakukan di sisi
konsumen tenaga listrik, yaitu metode untuk menurunkan atau mengubah kurva
beban tenaga listrik dengan tujuan untuk mengurangi laju permintaan energi
antara lain dilakukan dengan pemasyarakatan lampu hemat energi (LHE),
pembatasan sementara sambungan baru terutama di daerah krisis penyediaan tenaga
listrik dan melakukan langkah-langkah efisiensi lainnya di sisi konsumen.
Konsep Demand Side Management (DSM) dikemukakan pertama kali oleh
Clark W. Gellings dan John H. Chamberlin. DSM meliputi kegiatan sistematis yang
dilakukan oleh perusahaan listrik atau pemerintah yang dirancang untuk mengubah
jumlah dan / atau waktu penggunaan listrik di sisi pelanggan termasuk di dalamnya
penggunaan peralatan hemat energi.
Seperti diketahui, total biaya untuk pembangkit listrik terdiri dari :
- Biaya tetap (Fixed cost), yang terdiri dari :
Modal, Depresiasi, Pajak, Asuransi dan lain-lain
- Biaya operasioanal, terdiri dari :
Biaya perawatan, Biaya operasi, Ongkos pekerja, Biaya Bahan bakar, dan lain-
lain.
Apabila sumber / kapasitas terpasang listrik (Installed capacity) yang
dihasilkan jauh melebihi dari jumlah total konsumsi yang dibutuhkan, maka akan
terjadi over supply. Hal ini mengakibatkan biaya investasi, serta biaya operasional
akan semakin besar. Biasanya solusi atas kelebihan biaya ini adalah dibebankan
kepada konsumen sehingga harga jual per KWh menjadi lebih mahal dari yang
seharusnya, jika tidak maka akan berakibat kepada kerugian atau setidaknya
mengurangi margin keuntungan yang didapat. Kondisi tersebut akan berpengaruh
kepada kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Kegiatan DSM meliputi:
- Prorgram konservasi energi
- Program Load Management, dan
- Program untuk meningkatkan kebutuhan listrik konsumen
Program konservasi energi sudah jelas harus dilaksanakan mengingat jumlah
komsumsi bahan bakar yang semakin tidak terbendung lagi sedangkan jumlah
cadangan bahan bakar di bumi kita ini semakin menurun. Program ini juga
dikaitkan dengan isu polusi udara (Green environment). Berbagai cara dan skenario
terus dilakukan oleh Pemerintah dalam menghadapi permasalahan tersebut, apalagi
dampak komsumsi Bahan bakar tersebut juga akan berpengaruh pada Anggaran
Belanja Negara.
Pada program Load Management, PLN Mendorong kepada konsumen untuk
lebih berhemat dengan menerapkan insentif dan dis-insentif tarif listrik bagai
komsumen kelompok Rumah tangga, Bisnis dan Industri. Disamping itu juga
diperkenalkan program pemangkasan beban puncak melalui penggantian
penggunaan lampu pijar dengan lampu hemat energi.
Manfaat DSM
Demand Side Management (DSM) adalah solusi untuk mensinkronkan antara
kebutuhan (demand) dengan kemampuan kapasitas listrik yang mampu di supply
oleh pihak Generator. Manfaatnya adalah akan terjadi perhitungan kebutuhan listrik
yang lebih riil sesuai dengan kebutuhan, menghemat konsumsi listrik serta
mengurangi pembuatan pembangkit-pembangkit listrik yang baru. Pengaruh DSM
bagi PLN adalah akan terjadi perbaikan load faktor, peningkatan efisiensi dan
berkurangnya biaya investasi dan operasi karena terjadinya pengurangan beban
puncak. Sedangkan manfaat bagi pelanggan PLN adalah terjaminnya keandalan
suplai dan ketersediaan energi listrik serta penghematan daya dan rekening listrik
pelanggan PLN.
Berdasarkan golongan,konsumen pengguna kebutuhan listrik dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

Gambar 2 Grafik Kelompok Pengguna Jasa Listrik Secara Umum

Sasaran-sasaran Demand Side Management (DSM)


Sasaran DSM meliputi:
A. Sasaran-sasaran umum
Sasaran-sasaran ini secara garis besar meliputi tiga hal, yaitu:
1. Performansi Keuangan (Financial Performance)
Secara umum biaya untuk proyek listrik dapat dibagi dua bagian yaitu biaya
tetap seperti bunga atas investasi, depresiasi, asuransi, dll. Dan biaya
variabel yang tergantung dari keadaan operasional.
2. Hubungan ke Pelanggan
Misi utama dari perusahaan listrik adalah untuk memberikan pelayanan
listrik yang dibutuhkan pelanggan dengan biaya yang serendah mungkin
dengan menjadikan konsumen sebagai faktor yang utama. Program-
program perusahaan listrik untuk mengurangi biaya, mengurangi beban
puncak dan meningkatkan penjualan di luar beban puncak, yang pada
intinya adalah penghematan di sisi perusahaan listrik harus sesuai dengan
apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kata lain untuk kesuksesan
program ini, perusahaan harus melihat dari sudut pandang konsumen.
Sedangkan pelanggan memandang listrik bukan dari sisi listriknya,
melainkan dari sisi manfaatnya. Seperti membutuhkan cahaya, udara sejuk
(AC), dan berjalannya peralatan listrik mereka tanpa ada gangguan,
pelayanan yang memuaskan, dan sebagainya. Masalah tarif merupakan
sesuatu yang sangat penting di mata konsumen, tarif yang rendah adalah
salah satu segi pelayanan yang dianggap baik, di samping itu hal-hal seperti
keandalan dan kenyamanan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
karena memegang peranan penting sebagai wujud kualitas pelayanan.
Sehingga antara tarif yang murah dan keandalan merupakan faktor
pendukung yang harus diperhatikan.
3. Hubungan ke Pegawai
Adanya penekanan rasa tanggung jawab serta profesionalisme petugas akan
berhasilnya proyek DSM, penekanan terhadap adanya kesadaran bahwa
kepentingan perusahaan listrik adalah kepentingan petugas di samping itu
juga sebgai kepentingan nasional.
B. Sasaran-sasaran khusus
Sasaran-sasaran ini terdiri dari :
1. Peningkatan Utilisasi Sistem
Peningkatan dan pengembangan pembangunan dari peralatan-peralatan
listrik dan proses yang membarikan kinerja yang lebih baik dalam
pengoperasian dan utilisasi yang lebih efisien. Pada awalnya pelaksanaan
kegiatan ini membutuhkan tambahan biaya yang tinggi, tetapi dari hasil
penghematan yang diperoleh, eaktu pengembalian untuk tambahan biaya
dari peralatan hemat energi lebih baik dibanding perencanaan yang
konvensional.
2. Menunda pembangunan unit pembangkit listrik yang baru Dengan
dilaksanakannya program DSM maka akan mengurangi kebutuhan beban
puncak dengan berbagai cara sistematis. Hal ini berarti kapasitas cadangan
dengan sendirinya semakin besar, sehingga kebutuhan akan sebuah unit
pembangkit dapat ditunda yang berarti bahwa terjadi perlambatan
pengembangan modal.
3. Memperbaiki unjuk kerja (performance) sistem, yang meliputi :
a. Perbaikan Faktor Beban
Efektifitas pemakaian energi listrik biasanya dinyatakan dalam suatu
perbandingan yang disebut faktor beban. Faktor beban merupakan
perbandingan antara energi listrik yang benar-benar digunakan dengan
jumlah energi yang akan digunakan jika daya listrik digunakan terus
menerus pada kebutuhan maksimum.
b. Perbaikan efisiensi sistem
Dengan pengaturan pemakaian energi listrik sesuai dengan jenis
pembangkit yang ada atau dengan penggunaan peralatan hemat energi
akan dicapai tingkat efisiensi sistem yang lebih tinggi.
c. Perbaikan keandalan sistem Dengan mengurangi pemakaian daya listrik
pada periode beban puncak dengan tujuan mencegah daya listrik yang
melampaui kapasitas yang tersedia, berarti menghindari kemungkinan
terjadinya pemadaman atau memperbaiki keandalan suatu sistem.
C. Sasaran-sasaran Bentuk Pola Beban
DSM mempunyai 6 sasaran pola beban, yaitu:
1. Peak Clipping (Pemenggalan Beban Puncak)
Peak Clipping merupakan bentuk pola beban yang dicapai dengan jalan
mengurangi permintaan daya listrik pada periode beban puncak.
Pemenggalan beban puncak tidak mempengaruhi periode di luar beban
puncak. Dengan Peak Clipping kapasitas daya listrik yang dibutuhkan dan
biaya operasi dapat diturunkan. Yang dimaksud dengan penurunan biaya
operasi adalah berkurangnya pengoperasian PLTG karena mempunyai
biaya operasi cukup besar yang biasanya dioperasikan pada saat beban
puncak. Pemenggalan beban puncak ini dapat dibentuk dengan beberapa
cara, salah satunya adalah dengan mengontrol pemakaian peralatan listrik
pelanggan secara langsung seperti pengontrolan peralatan-peralatan listrik
konsumen. Contoh : Mematikan sebagian lampu pada waktu beban puncak
(Peak Clipping lampu) dilakukan dengan mematikan lampu garasi, lampu
dapur dan lampu kamar mandi pada pukul 17.30-22.00.
2. Valley Filling (Pengisian Beban di Luar Periode Beban Puncak)
Valley Filling dibentuk dengan meningkatkan permintaan pada periode luar
beban puncak. Pola beban ini dapat memperbaiki pemakaian kapasitas
pembangkit yang ada dan mengurangi biaya rata-rata penyediaan daya
listrik. Sehingga Valley Filling akan tepat dilaksanakan ketika biaya
pertumbuhan daya listrik lebih rendah dari biaya rata-rata, karena
meningkatkan beban pada harga yang tepat akan mengurangi biaya rata-rata
energi listrik. Valley Filling dapat dibentuk misalnya dengan menambah
kapasitas pekerjaan (pada sektor industri bermesin listrik) di luar periode
beban puncak.
3. Load Shifting (Pemindahan Beban)
Load Shifting merupakan kombinasi antara Valley Filling dan Peak
Clipping yang dicapai dengan pemindahan beban pada periode beban
puncak ke periode di luar beban puncak tanpa mengurangi kegiatan
pelanggan sehari-hari. Untuk membentuk pola beban ini, dapat digunakan
beberapa cara, salah satunya adalah digunakannya peralatan penyimpanan
energi (energy storage) yang umumnya digunakan pada gedung-gedung
perkantoran.
4. Strategic Conservation (Strategi Konservasi)
Strategic Conservation merupakan bentuk pola beban yang dapat dicapai
salah satunya dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat agar
menerapkan sikap hidup hemat energi, menciptakan iklim yang mendorong
upaya konservasi energi melalui pengkondisian iklim usaha yang hemat
energi, serta melalui kegiatan audit energi dan identifikasi potensi serta
metode pelaksanaan yang baik melalui kerjasama dengan pelaku industri
peralatan dalam upaya penetapan standar efisiensi peralatan, standar unjuk
kerja peralatan, pelabelan dan upaya penerapan peralatan.
5. Strategic Load Growth (Strategi Pertumbuhan Beban)
Strategic Load Growth merupakan bentuk pola beban yang dapat dicapai
antara lain melalui target peningkatan penjualan yang meliputi peningkatan
pangsa pasar beban yang dilayani dengan bahan bakar secara kompetitif,
merangsang konsumen dalam pembelian atau penggunaan listrik melalui
langkah-langkah seperti pemberian insentif secara langsung, pembangunan
jaringan yang efektif dan efisien serta kemungkinan jangka panjang yang
prospektif, dsb.
6. Flexible Load Shape (Bentuk Beban yang Fleksibel)
Pola beban ini dapat dicapai melalui upaya menjaga keandalan atau kegiatan
yang bisa menghasilkan pengurangan pemakaian energi listrik sebagai
tindakan prefentif terhadap kemungkinan bertambahnya beban yang tidak
terlayani sehingga keandalan dari pasokan tetap terjamin tanpa ada
gangguan.
Enam aktifitas DSM terkait dengan pembebanan listrik seperti diilustrasikan
pada Gambar 3.

Gambar 3 Sasaran DSM dalam Bentuk Pola Beban


Alternatif Demand Side Management
Untuk mencapai sasaran dari kegiatan DSM ada beberapa alternatif program
yang dapat dilaksanakan. Akan tetapi pelaksanaan kegiatan DSM tidak dapat
disamaratakan untuk semua konsumen. Pemilihan masingmasing kegiatan
tergantung dari pelanggan, baik sektor industri, komersil, publik, maupun rumah
tangga. Banyak faktor yang mempengaruhi agar program DSM ini dapat diterima
oleh konsumen. Untuk itu perusahaan listrik harus mempunyai pengetahuan akan
sejumlah karakteristik-karakteristik pelanggan yang meliputi:
- Demografi
- Pendapatan
- Pengetahuan
- Motivasi/Sikap
- Pengalaman Terdahulu
Di samping karakteristik pelanggan, kategori dari pihak pemasok juga perlu
diperhatikan. Secara umum hal ini dapat dibagi sebagai berikut:
1. Pilihan-pilihan Harga
Memberikan pelanggan pilihan-pilihan harga, sehingga diharapkan pelanggan
merubah proses maupun peralatan, agar pola pemakaian pelanggan dapat sesuai
yang diharapkan oleh perusahaan listrik.
2. Insentif Langsung
Memberikan konsumen insentif berupa pembayaran berupa rebate, bill credit,
untuk merangsang kegiatan-kegiatan yang secara ekonomi kurang menarik
tanpa insentif. Misalnya penggunaan peralatan yang efisien, peralatan
penyimpanan panas, dsb.
3. Kontak pelanggan secara langsung
Melakukan komunikasi secara langsung ke konsumen agar meningkatkan
kemauan dan keberanian konsumen untuk menjalankan program dan inisiatif
perusahaan listrik. Hal ini bisa dilakukan dengan cara misalnya tinjauan
lapangan, pelayanan audit energi.
4. Kerjasama usaha bersama
Meningkatkan kemapuan perusahaan listrik pada program pemasaran dan
penerapan melalui kerjasama dengan para ahli di bidang lain seperti arsitek,
konsultan, kontraktor, dan bidang terkait lainnya. Program kerjasama dirancang
dimana perusahaan listrik dan unit kegiatan yang berhubungan dapat bekerja
sama secara saling menguntungkan.
5. Iklan
Meningkatkan kepedulian masyarakat akan program-program dan dapat
mempengaruhi pelanggan dan perusahaan. Iklan ini bisa melalui berbagai
media seperti media elektronik, media cetak, dsb.
Pola penerapan DSM dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antara lain:
1. Mekanisme Pengaturan Tarif Listrik
Melakukan pengaturan tarif listrik yang sangat tajam disaat tarif WBP (Waktu
Beban Puncak) dan tarif di LWBP (Luar Waktu Beban Puncak), sehingga
mendorong sebagian konsumen menggunakan energi listrik disaat WLBP.
2. Mekanisme Kontrak
Melakukan pembatasan konsumsi listrik di saat WBP dengan melakukan
kontrak yang didukung dengan peralatan kontrol yang memadai sehingga saat
WBP konsumen tidak bisa menggunakan tenaga listrik yang ada.
3. Pengendalian Langsung
Dengan pengendalian langsung ada dua beban listrik yang interutible load dan
cutainable load. Interutible load merupakan beban yang sudah tertentu
pemakaiannya, sehingga disaat WBP, peralatan tersebut akan terhenti pasokan
listriknya. Cutainable load adalah beban atau pemakaian konsumen yang dapat
dimatikan pada kondisi tertentu dengan pemberitahuan terlebih dahulu dan
terencana.
4. Mekanisme Konservasi Energi
Pengaturan ini sangat tergantung dari kesadaran konsumen pada konservasi, hal
ini dapat dilakukan oleh konsumen dengan berbagai langkah, misalnya:
mematikan listrik bila tidak digunakan, pemilihan pemakaian peralatan listrik
yang lebih hemat, menggunakan lampu hemat energi, pemasangan kapasitor
pada peralatan industri/rumah tangga yang memiliki faktor kerja rendah,
pengaturan waktu pemakaian listrik, merancang rumah/gedung /bangunan yang
hemat listrik, dll.

Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi


Melalui upaya DSM dan SSM ini diharapkan keseimbangan antara sisi
penyedia dan sisi konsumen tetap terjaga. Di Indonesia, kebijakan pengelolaan
energi lebih diprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas
akses terhadap energi kepada masyarakat (SSM). Untuk itu, diperlukan perubahan
paradigma konservasi energi dari Supply Side Management (SSM) ke arah Demand
Side Management yang memfokuskan pada konservasi energi pada sektor
pengguna.

Gambar 4 Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi

Perubahan paradigma ini dimaksudkan agar para pengguna energi melakukan


konservasi energi, sehingga dapat mengefisiensikan kebutuhan energi. Selain itu
juga dapat memanfaatkan sumber energi terbarukan dan mengurangi energi fosil
dengan mengubah peran energi fosil sebagai faktor penyeimbang, dan bukan faktor
utama.

Anda mungkin juga menyukai