Oleh :
i
PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
Usulan Penelitian ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk
penyelesaian program S1 pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Ichsan Gorontalo.
JUDUL : STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA
SISI 20 KV PADA PERENCANAAN MASUKNYA
GARDU INDUK BARU DI GORONTALO
DISUSUN OLEH : FIRMAN JUMANSYAH DJ MAKU
NIM : T2114033
PERIODE : 2018
DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Oleh :
FIRMAN JUMANSYAH DJ MAKU
T2114033
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana program studi Teknik Elektro di Fakultas Teknik, skripsi ini telah disetujui
oleh Tim pembimbing pada tanggal seperti yang tertera dibawah ini :
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV
PADA PERENCANAAN MASUKNYA GARDU INDUK BARU DI GORONTALO.
Proposal ini ditulis dalam rangka penyusunan Skripsi guna mendapatkan gelar
Sarjana Teknik di Universitas Icshan Gorontalo.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga
proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Ibu Dr. Dra. Hj. Djuriko Abdussamad, M.Si , selaku Ketua Yayasan Pengembangan
Ilmu Pengetahuan Teknologi (YPIPT) Ichsan Gorontalo.
2. Bapak Dr. Abd.Gaffar Latjokke, M.Si, selaku Rektor Universitas Ichsan Gorontalo.
3. Kedua Orang Tua yang senantiasa memberikan dorongan, motivasi dan bantuan
materil selama proses perkuliahan sampai saat sekarang
4. Bapak Umar, ST, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik UNISAN Gorontalo
5. Bapak Muammar Zainuddin, ST, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro
UNISAN Gorontalo dan juga selaku Pembimbing
6. Bapak Frengki Eka Putra Surusa ST., MT, selaku Pembimbing
7. Bapak Ibu Dosen se-lingkup UNISAN Gorontalo
Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kemsempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amin.
iii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ......................................................................................................................... i
PROPOSAL SKRIPSI ............................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................................... vii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 3
BAB II....................................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 4
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 4
2.2 Dasar Teori................................................................................................................ 6
2.2.1 PMT (Pemutus Tenaga) .................................................................................... 6
2.2.2 Persyaratan Pemutus Tenaga ............................................................................ 6
2.2.3 Klasifikasi PMT ................................................................................................ 7
2.2.4 PMT Jenis Tekanan Tunggal ............................................................................ 8
2.2.5 PMT Jenis Tekanan Ganda ............................................................................... 9
2.3 Gardu Induk Sisi 20 Kv .................................................................................. 10
2.3.1 Type Cell Gardu Induk Sisi 20 Kv.................................................................. 10
2.4 Sistem Tena ga Listrik Tiga Fasa .................................................................... 11
2.4.1 Rangkaian Listrik Tiga Fasa ........................................................................... 12
2.4.2 Hubungan Bintang (Y, wye) ........................................................................... 14
2.4.3 Hubungan Segitiga .......................................................................................... 15
iv
2.4.4 Daya Pada Rangkaian Listrik 3 Fasa .............................................................. 17
2.4.5 Komponen Simetris......................................................................................... 20
2.5 Gangguan Hubung Singkat ............................................................................. 24
2.5.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat .................................................................... 24
2.5.2 Gangguan Tiga Fasa Seimbang....................................................................... 24
2.5.3 Gangguan Satu Fasa Ke Tanah ....................................................................... 25
2.5.4 Gangguan Hubung Singkat Fasa ke Fasa ........................................................ 24
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan utama dari suatu sistem tenaga listrik adalah untuk memberikan tingkat kontinuitas
pelayanan yang tinggi apabila terjadi keadaaan yang tidak dapat di tolerir, maka sistem harus
mampu meminimalisai waktu gangguan. Kehilangan daya dan tegangan lebih (over load) yang
dapat terjadi oleh beberapa sebab, seperti kegagalan peralatan, gangguan alam, kesalahan operasi,
Karena adanya kemungkinan timbul gangguan pada jaringan tenaga listrik tersebut, maka
timbul suatu pemikiran bagaimana memproteksi suatu jaringan yang ada sehingga apabila terjadi
gangguan dapat diatasi. Adapun cara pencegahannya yaitu dengan pemasangan suatu alat proteksi
yang merupakan cara-cara mengamankan suatu jaringan tenaga listrik terhadap gangguan yang
akan terjadi. Oleh karena itu, peranan suatu proteksi sangatlah penting, dimana faktor keandalan
dalam memperbaiki dengan pengaturan pengaman yang tepat, jika terjadi suatu gangguan proteksi
tersebut dapat mencegah atau membatasi kerusakan dan memperkecil efek-efeknya terhadap
pada masing-masing gardu induk 2x60 Mega Volt Ampere (MVA) atau total 120 MVA di
Sulawesi Utara dan Gorontalo. Proyek ini ditargetkan beroperasi pada akhir 2017. PLN berserta
perusahaan pembangun telah menandatangani kontrak pembangunan pada dua gardu 150 kv
extention, yaotu gardu Otam yang berlokasi di Kabupaten Bolaang Mongondouw, Sulawesi Utara
1
Kebutuhan listrik di Sulawesi Utara & Gorontalo terus tumbuh, rata-rata antara 8% hingga
10% setiap tahunnya. Triwulan I tahun 2017 ini pertumbuhannya mencapai 7,44%."Oleh
karenanya, tambahan kapasitas trafo 120 MVA diharapkan dapat segera beroperasi pada akhir
Kapasitas trafo di Gardu Induk Isimu yang dioperasikan PLN memiliki daya sebesar 30
MVA,. Dengan tambahan masing-masing 1 unit trafo berkapasitas 60 MVA, maka nantinya
kapasitas trafo pada Gardu Induk tersebut akan bertambah menjadi masing-masing 90 MVA.
Saat ini, beban puncak listrik di sistem Sulutgo sebesar 356 MW dengan sistem kelistrikan
interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV. Sesuai RUPTL 2016-2025, PLN UIP Sulbagut
Gorontalo dan Sulawesi Tengah sebagai berikut : Pembangkit dengan kapasitas 2.259,2
MW,Gardu Induk dengan kapasitas 2,520 MVA dan Transmisi sebesar 965 kms.
Dalam sistem tenaga listrik khususnya jaringan 20 kv, merupakan jaringan yang
menyalurkan listrik dari Gardu Induk ke konsumen. Namun, dalam operasinya kerjanya, sering
terjadi gangguan terutama gangguan hubung singkat. Salah satu alat proteksi jaringan listrik
adalah Pemutus Tenaga (PMT). Sehingga rumusan masalah yang akan di bahas pada proposal
a. Ganguan yang dianalisis adalah gangguan tiga fasa, dua fasa dan satu fasa.
a. Sebagai sarana untuk mempermudah dalam menganalisis gangguan hubung singkat yang
b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya tentang studi penentuan kapasitas pemutus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Hendra et al, 2015) “Studi Penentuan Kapasitas Pemutus Tenaga Sisi 20 kV Pada Gardu
Induk Sekayu” yang terletak di Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai Dari hasil penelitian
diperoleh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas pemutus tenaga PMT pada
jaringan distribusi 20 kv. Dalam penelitian ini di ketahui bahwa kapasitas pemutusan untuk PMT
Transformator pada 5% dari total Impedansi Transformator. Besar kapasitas pemutusan PMT
Busbar 20 kV adalah 8,923 kA dengan perkiraan gangguan terjadi pada Busbar 20 kV, besar
kapasitas pemutusan PMT Penyulang 1 dan Penyulang 2 adalah 8,923 kA dengan perkiraan
terjadinya gangguan pada sambungan kabel XLPE atau 0% dari total Impedansi Penyulang.
Untuk rating PMT Transformator dan diambil 40 kA dan Busbar 20 kV, Penyulang 1 dan
(Gusti et al, 2016) “Analisis Arus Gangguan Hubung Singkat Pada Penyulang 20 Kv
Dengan Over Current Relay (OCR) Dan Ground Fault Relay (GFR)” penelitian ini membahas
tentang pengaruh pemasangan OCR dan GFR terhadap arus hubung singkat, dalam hasil
penelitianya diperoleh Besar arus gangguan satu fasa ke tanah yang terjadi pada saluran kabel 20
kV menuju incoming 20 kV sebesar 13.390 Ampere dan gangguan fasa-fasa sebesar 11.640
Ampere. Setting relai arus lebih (OCR) sisi 150 kV sebesar 300 Ampere untuk sisi primer, 5
ampere untuk sisi sekunder. Ground fault relay (GFR) sebesar 120 Ampere untuk sisi primer, sisi
4
sekunder sebesar 2 Ampere. Setting relai arus lebih (OCR) sisi 20 kV sebesar 2000 Ampere untuk
sisi primer, 5 ampere untuk sisi sekunder. Ground fault relay (GFR) sisi 20 kV sebesar 400
Ampere.
(Chandra et al, 2016) “Penentuan Kapasitas Pemutus Tenaga Sisi 20 kv pada gardu induk
Sei. Raya ”. Hasil penelitian ini yang di temukan adalah Berdasarkan arus gangguan hubung
singkat 3 fasa maksimum pada busbar 20 kV, kapasitas pemutus tenaga PMT 20 kV pada
transformator 1 sebesar 9.658193 kA dengan pemilihan PMT yang tersedia dipasaran sebesar
12,5 kA, kapasitas pemutus tenaga PMT 20 kV pada transformator 2 sebesar 17,126147 kA
dengan pemilihan PMT yang tersedia dipasaran sebesar 20 kA, dan kapasitas pemutus tenaga
PMT 20 kV pada transformator 3 sebesar 9.658193 kA dengan pemilihan PMT yang tersedia
dipasaran sebesar 12,5 kA. Perbandingan rating pemutus tenaga (PMT) yang terpasang (existing)
lebih besar terhadap hasil pemilihan rating pemutus tenaga (PMT) berdasarkan perhitungan,
sehingga dapat disimpulkan pemutus tenaga penyulang Gardu Induk Sei. Raya (Existing) masih
5
2.2 Dasar Teori
bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar / switching
mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal
serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban
dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short circuit / hubung singkat. Fungsi
utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi
berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan ( hubung singkat )
Pada waktu pemutusan atau menghubungkanarus listrik akan terjadi busur api listrik.
Pemadaman busur api listrik pada waktu pemutusan dapat dilakukan oleh beberapa macam media,
seperti : minyak, udara atau gas. Permasalahan pada pemutus tenaga adalah kemampuannya untuk
mengendalikan arus yang mengalir didalam rangkaian yang menyangkut bagian dari system
6
konduktor, dibawah kondisi normal dan tidak normal. Fungsi pemutus tenaga adalah memiliki
dua kondisi stabil, yaitu penutupan dalam praktek impedansinya sangat kecil, dan pembukaan
yang idealnya mempunyai impedansi tinggi. Pemutus tenaga harus mampu mengatasi perubahan
kondisi dengan cepat bila diperlukan. Pada saat ini pemadam busur api listrik pada umumnya
menggunakan media gas SF6. Karena dengan menggunakan media ini pada pemutus tenaga akan
diantaranya yaitu :
a. pemutus tenaga harus mampu mengalirkan arus nominal secara kontinyu untuk waktu
b. Pemutus tenaga harus cepat dalam memutuskan arus hubung singkat yang terjadi, dan
c. Pemutus tenaga harus mampu memutuskan dengan aman pada situasi kerja arus nominal,
dan terbuka secara otomatis pada kondisi arus hubung singkat atau pada beban lebih.
d. Pemutus tenaga harus mampu menahan akibat yang ditimbulkan aloeh busur api listrik
e. Kontak-kontak dari suatu pemutus tenaga harus mampu membuka, apabila didalam
f. Pemutus tenaga harus mampu tidak beroperasi dalam kondisi yang dapat merusak alat
tersebut.
g. Pemutus tenaga harus dapat memutuskan arus yang sangat kecil, misalnya arus
7
2.2.3 Klasifikasi PMT
Klasifikasi Pemutus Tenaga dapat dibagi atas beberapa jenis, antara lain berdasarkan
tegangan rating/nominal, jumlah mekanik penggerak, media isolasi, dan proses pemadaman busur
Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kVAC ( SPLN 1.1995 – 3.6 ).
PMT type ini mempunyai mekanik penggerak pada masing-masing pole, umumnya
PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.
8
Keterangan .
1. Pondasi
2. Kerangka (Struckture)
3. Mekanik penggerak
4. Isolator suport.
5. Ruang pemutus
6a. Terminal Utama atas
6b. Terminal Utama bawah
7. Lemari control lokal
• PMT Minyak
PMT terisi gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg / cm2, selama terjadi proses pemisahan
kontak – kontak, gas SF6 ditekan (fenomena thermal overpressure) ke dalam suatu
tabung/cylinder yang menempel pada kontak bergerak selanjutnya saat terjadi pemutusan, gas
9
SF6 ditekan melalui nozzle yang menimbulkan tenaga hembus/tiupan dan tiupan ini yang
Gambar2.3. Interupting chamber PMT SF6 saat proses pemutusan arus llistrik
2. Valve ( katup )
4. Insulating Nozle
PMT terisi gas SF6 dengan sistim tekanan tinggi kira-kira 12 Kg / cm2 dan sistim tekanan
rendah kira-kira 2 Kg / cm2, pada waktu pemutusan busur api gas SF6 dari sistim tekanan tinggi
dialirkan melalui nozzle ke sistim tekanan rendah. Gas pada sistim tekanan rendah kemudian
dipompakan kembali ke sistim tekanan tinggi, saat ini PMT SF6 tipe ini sudah tidak diproduksi
lagi.
10
2.3 Gardu Induk Sisi 20kv
Gardu Induk sisi 20KV merupakan instalasi sistem penyaluran tenaga listrik dengan
tegangan menengah (20.000 Volt) ke pusat - pusat beban. Di dalamnya terdapat cubicle/panel
bagi yaitu panel In comming, Out going, Kopel, Panel Pengukuran dan panel Trafo Pemakaian
Sendiri. Panel In comming disuplay dari out put Trafo Tenaga (sisi Sekunder) yang berfungsi
Induk dari Out Going. Panel Kopel berfungsi untuk memaralel/menghubungkan dua sumber atau
trafo yang berbeda. Panel Out Going yang berfungsi menghubung dan memutus sumber ke gardu
distribusi/pelanggan. Panel pengukuran berfungsi untuk mengukur energi listrik yang berisi
peralatan ukur serta suplay trafo tegangan (VT). Panel Trafo Pemakaian Sendiri (PS) biasanya
menggunakan LBS/Load Breaker Swicth yang berfungsi untuk menghubung dan memutus
a. Open type/konvensional
Cel kubikel terbuka, konstruksi busbar rell terlihat dan biasa terpasang di atas.
Menggunakan sekat tembok sebagi pembatas cel yang satu dengan cel lainnya. Cel kubikel
11
terbuka memungkinkan binatang masuk sehingga menyebabkan gangguan yang mengganggu
system.
b. Close type
Cel kubikel tertutup plat panel, busbar rell tidak terlihat dan pemasangannya ada yang di
atas dan ada yang dibawah. Sekat plat sebagai pembatas cel yang satu dengan cel lainnya. Karena
semuannya tertutup sehingga binatang tidak bisa masuk dalam cel kubikel sehingga aman. Namun
tidak menutup kemungkinan binatang dapat masuk dalam cel bila lalai menutup lobang lobang
cable in door.
kerusakan pada trafo yang berada disebelah hulunya, oleh karena itu gangguan tersebut harus
dapat diatasi agar tidak merusak peralatan. Gangguan-gangguan pada sistem tenaga listrik pada
umumnya merupakan gangguan hubung singkat yang tidak simetris, terutama gangguan satu fasa
ke tanah. Pada umumnya gangguan tiga fasa akan menghasilkan arus gangguan yang paling besar,
tetapi ada kalanya gangguan satu fasa tanah akan menghasilkan arus gangguan yang besar.
2. Gangguan simultan (simultaneous faults) atau mempunyai lebih dari satu gangguan yang
Pada umumnya gangguan satu fasa ke tanah terjadi karena satu penghantar fasanya
terhubung singkat ke tanah baik secara langsung atau terhubung dengan kawat tanah. Gambar 2.4
(a) berikut akan memperlihatkan gambaran umum dari gangguan satu fasa ke tanah pada titik F
12
dengan impedansi gangguan Zf, gambar 2.4 (b) memperlihatkan rangkaian ekivalen jaringan
urutan.
Gambar 2.4 Gangguan Satu Fasa Ke Tanah : (a) Gambaran Umum (b) Rangkaian Ekivalen
Jaringan Urutan
Gangguan fasa ke tanah yang terjadi dimisalkan pada fasa a dengan Vf adalah tegangan
Dimana :
Atau
13
2.6.2 Gangguan Fasa – Fasa langsung
Pada umumnya, gangguan antar fasa pada sistem tenaga listrik ketika dua penghantar
terhubung singkat. Gambar 2.5 (a) menunjukkan gambaran umum dari gangguan antar fasa pada
titik gangguan F dengan impedansi gangguan Zf.Gambar 2.5 (b) menunjukan rangkaian ekivalen
jaringan urutan, dengan Vf adalah tegangan sebelum terjadi gangguan (Vf = 1,0Ð 0º p.u).
(a) (b)
Gambar 2.5 Gangguan Fasa-Fasa : (a) Gambaran Umum
(b) Rangkaian Ekivalen Jaringan Urutan
14
Dengan mensubsitusikan persamaan (2.15) dan (2.16) maka diperoleh
arus gangguan untuk fasa b dan c adalah
Pada umumnya, gangguan dua fasa ke tanah pada sistem transmisi terjadi ketika konduktor
berhubungan langsung dengan netral dari system pentanahan tiga fasa. Gambar 2.6 (a)
menunjukan gambaran umum dari gangguan dua fasa ke tanah pada titik gangguan F dengan
impedansi gangguan Zf dan dengan impedansi dari saluran ke tanah Zg (yang mana nilainya sama
dengan nol atau tak terhingga). Gambar 2.6 (b) menunjukan hubungan dari rangkaian ekivalen
jaringan urutan resultan, dengan Vf adalah tegangan sebelum terjadi gangguan (Vf = 1,00º p.u).
(a) (b)
Gambar 2.6 Gangguan Fasa-Fasa ke Tanah : (a) Gambaran Umum
(b) Rangkaian ekivalen Jaringan Urutan
Untuk analisa gangguan fasa-fasa ke tanah dimisalkan fasa yang
terganggu adalah pada fasa b dan c.
Iaf = 0 ........................................... (2.18)
Vbf = (Zf + Zg)Ibf + Zg Icf ........................................... (2.19)
15
Vcf = (Zf + Zg)Icf + Zg Ibf ........................................... (2.20)
Dari gambar 2.6 (b) arus urutan positif dapat digambarkan :
Arus urutan negatif dan nol dapat terbentuk dengan menggunakan aturan
pembagian arus, yaitu :
Dan
Pada umumnya gangguan tiga fasa merupakan gangguan yang seimbang (symmetrical), tetapi
juga bisa di analisa dengan menggunakan komponen simetris. Gambar 2.7 (a) memperlihatkan
gambaran umum dari gangguan tiga fasa seimbang pada gangguan di titik F dengan impedansi Zf
dan Zg. Gambar 2.7 (b) memperlihatkan rangkaian ekivalen jaringan urutan, dengan Vf adalah
16
(a) (b)
Gambar 2.7 Gangguan Tiga Fasa : (a) Gambaran Umum
(b) Rangkaian Ekivalen Jaringan Urutan
Arus urutan positif, negatif dan nol dapat digambarkan seperti :
Ia0 = 0 ........................................... (2.26)
Ia2 = 0 ........................................... (2.27)
Dari persamaan diatas maka didapat rumus arus gangguan masing-masing fasa
adalah sebagai berikut:
17
2.4 Sistem Tenaga Listrik Tiga Fasa
Sistem jaringan listrik yang terpasang di Indonesia merupakan jaringan listrik tiga fasa
yang disalurkan oleh produsen listrik, dalam hal ini PLN, ke konsumen listrik yakni rumah
tangga dan industri. Secara umum sistem tenaga listrik terbagi ke dalam beberapa bagian yakni
dibangkitkan adalah daya listrik tiga fasa. Pada sistem transmisi dibutuhkan daya yang besar,
karena pada sistem transmisi ada kerugian daya yang disebabkan oleh faktor jarak. Karena itu,
untuk mengurangi kerugian daya tersebut, tegangan akan dinaikkan menggunakan trafo step-
up menjadi tegangan tinggi atau tegangan extra tinggi. Agar dapat digunakan oleh
menggunakan trafo step-down. Daya yang diterima oleh konsumen adalah daya listrik arus bolak-
balik tiga fasa. Untuk industri, daya yang digunakan adalah daya listrik tiga fasa, sedangkan
untuk rumah tangga daya yang digunakan adalah daya listrik satu fasa.
Rangkaian listrik 3 fasa merupakan rangkaian listrik yang memiliki tiga buah keluaran
Dari gambar diatas terlihat bahwa setiap fasa memiliki perbedaan sudut dan
19
Berikut diagram fasor dari tegangan 3 fasa :
20
Pada rangkaian 3 fasa terdapat dua jenis hubungan yakni hubung bintang dan hubung
delta. Rangkaian 3 fasa hubung delta menggunakan 3 kawat yakni kawat 3 fasa sedangkan
pada rangkaian 3 fasa hubung bintang menggunakan 4 kawat, 3 kawat untuk fasa dan 1 kawat
untuk netral. Arus netral pada rangkaian hubung bintang merupakan titik hubung antar ketiga
fasanya. Arus netral (IN) merupakan penjumlahan arus ketiga fasanya karena jalur netral
Persamaan (2.4) di atas menunjukkan jika beban yang diaplikasikan dalam suatu
tegangan tiga fasa seimbang, maka arus netralnya sama dengan nol karena simetris dan
saling meniadakan. Arus netral muncul akibat pembebanan yang tidak seimbang.
Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu dan
menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a – b – c
21
mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan tiap terminal
terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan “fase” atau Vf.
Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap
saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang dengan
magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase). Vline = akar 3 Vfase = 1,73Vfase
Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang sama,
ILine = Ifase
Ia = Ib = Ic
Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D) ketiga fase saling dihubungkan sehingga membentuk
22
Gambar 2.10 Hubungan Segitiga (delta, Δ, D).
Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar fase,
karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude yang sama, maka:
Vline = Vfase
Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus tersebut
3 Ifase = 1,73Ifase
23
2.4.4 Daya Pada Rangkaian Listrik 3 Fasa
24
Dengan menggunakan persamaan identitas trigonometri :
Daya yang disalurkan pada rangkaian tiga fasa sama dengan jumlah daya pada ketiga
fasanya. Dari persamaan (2.10), didapat daya masing-masing fasa terdiri dari komponen konstan
dan komponen pulsa (yang berosilasi). Komponen pulsa masing-masing fasa berbeda 120o ,
sehingga penjumlahan daya ketiga fasa ini akan menghilangkan komponen pulsa dan didapat
Dalam hubungan :
25
Dengan :
26
a. Beban resistif murni
b. Beban induktif murni
c. Beban kapasitif murni
d. Beban induktif resistif
e. Beban kapasitif resistif
Pada kenyataannya sistem 3 fasa yang ada diberikan beban tidak seimbang.
Sistem tiga fasa yang tidak seimbang ini dapat diuraikan menjadi tiga buah komponen
3. Komponen urutan positif (positive sequence), yang fasornya sama besar dan
mempunyai beda fasa 120o , serta urutan fasanya sama dengan urutan fasa
aslinya.
5. Komponen urutan nol (zero sequence) yang fasornya sama besar dan dengan
pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.
Gambar 2.13 Komponen simetris tegangan dari sistem 3 fasa yang tidak seimbang
27
Notasi yang digunakan untuk komponen urutan tersebut biasanya diberikan subskrip
1, 2 dan 0 pada komponen arus dan tegangannya. Jadi, komponen urutan positif dari
tegangan Va, Vb dan Vc adalah Va1, Vb1 dan Vc1; komponen urutan negatifnya Va2,
Vb2 dan Vc2; serta komponen urutan nolnya Va0, Vb0 dan Vc0. Persamaan tegangan
28
Dari gambar 2.14 di atas, didapatkan hubungan antara komponen-komponen
simetrisnya, yaitu :
29
Komponen urutan nol tidak terdapat dalam sistem tenaga listrik apabila sistem
siembang. Pada sistem tiga fasa yang tidak seimbang, pada kabel netralnya dapat
Arus netral yang mengalir adalah jumlah arus yang mengalir pada tiap fasanya.
dituliskan menjadi :
30
2.5 Gangguan Hubung Singkat
Tipe gangguan ini didefinisikan sebagai gangguan hubung singkat tiga fasa, dimana
gangguan itu jarang terjadi, tetapi merupakan tipe gangguan yang palih parah karena pada
setiap saluran arus gangguan sama besarnya. Gambar 2.17 menunjukkan generator sinkron
tiga fasa dengan netral diketanahkan melalui impedansi Zn Generator menyuplai beban tiga
fasa seimbang.
Gambar 2.16 Sumber dan Impedansi Tiga Fasa Seimbang Sumber : Saadat (1999 : 418)
31
2.5.3 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah
melalui impedansi Zn .
Gambar 2.17 Gangguan Saluran Ke Netral Pada Fasa .Sumber : Saadat (1999 : 421)
Gambar 2.18 Gangguan Hubung Singkat Fasa b dan Fasa c Sumber : Saadat (1999 : 423)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
berlangsung secara continue. Tetapi, terkadang sistem tenaga listrik dapat mengalami
gangguan yang dapat mempengaruhi penyaluran tenaga listrik ke beban. Untuk itu
diperlukan peralatan pengaman yang dapat memproteksi jaringan dan perlatan tenaga
listrik terutama di Gardu Induk. Setiap sistem proteksi minimum terdiri dari
(CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar (switching) mekanis,
yang mampu menutup,mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal
serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus
beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi hubung singkat
(short circuit). Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat
terjadi arus gangguan (hubung singkat ) pada jaringan atau peralatan lain. Penentuan
kapasitas Pemutus Tenaga (PMT) dapat ditentukan dengan cara menghitung nilai arus
33
3.2 Objek penelitian/Alat dan bahan
3.2.1 Objek
Penelitian ini akan dilakukan pada kapasitas pemutus tenaga sisi 20 kv.
- PC/Laptop
Boalemo.
Bulan
No. Kegiatan
januari februari maret april mei
1 Penyusunan
proposal
2
Seminar proposal
3 Pengumpulan
data
4 Pengolahan dan
analisis data
5 Penyusunan hasil
penelitian
6
Seminar skripsi
34
3.4 Tahapan alur penelitian
Langkah – langkah yang akan diambil dalam melakukan penelitian ini adalah :
a. Buku teks terbitan yang digunakan sebagai acuan yang berkaitan secara
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa data –
dihitung dulu impedansi sumber di Busbar 150 kV. Menurut Kersting (2002 : 291),
35
dengan menggunakan MVA hubung singkat tiga fasa, impedansi ekivalen sistem
resistansi sumber diabaikan sehingga impedansi ekivalen sumber urutan positif dan
36
3.5.2 Menentukan Impedansi Transformator
Untuk mencari nilai reaktansi urutan positif dan negatif transformator dalam
menggunakan nilai persentase. Reaktansi transformator daya dengan daya dasar baru
37
2. Reaktansi Transformator Urutan Nol
diketahui data transformator daya itu sendiri yaitu data dari kapasitas belitan delta yang
belitan delta (d) biasanya adalah sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang
dipakai untuk menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada didalam
maka nilai
antara 9 s/d 14 x
38
3.5.3 Menentukan Impedansi Penyulang
besarnya impedansi per km dari penyulang yang akan dihitung, dimana besar nilainya
tergantung pada jenis penghantarnya, yaitu dari bahan apa penghantar tersebut dibuat
dan juga tergantung dari besar-kecilnya penampang dan panjang penghantar nya.
impedansi ekivalen urutan positif. Karena dari sejak sumber ketitik gangguan
ekivalen urutan positif (Z1) dapat langsung dengan cara menjumlahkan impedansi
tersebut. Sehingga untuk impedansi ekivalen urutan positif dan negatif penyulang
39
3.5.5 Arus Gangguan
sebesar 1,0 pu, sehinggga arus gangguan hubung – singkat dapat dihitung
40
3. Arus Gangguan Hubung Singkat Fasa ke Tanah :
Yang di maksudkan dengan rating arus yang dapat di putuskan adalah arus total
terbesar (AC dan DC) yang dapat di putuskan dengan baik. Besar arus ini tergantung
dari waktu membuka nya alat pemutus daya itu. Pada umum nya komponen DC
tersebut sulit dihitung, jadi untuk mengikut sertakan komponen DC, arus simetris yang
diperoleh dikalikan dengan factor pengali. Faktor pengali tersebut besarnya tergantung
dari waktu membukanya alat pemutus tenaga. Faktor pengali dan lamanya waktu
membuka alat pemutus tenaga (PMT) ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
sesaat 1,6
41
Menurut Gonen (1988 : 159), untuk penentuan kapasitas pemutus tenaga PMT
dengan persamaan :
42
3.7 Flowchart alur penelitian
Mulai
Studi literatur
Pengumpulan Data :
Menentukan :
Menghitung :
Impedansi dasar Z
Impedansi Sumber X
Reaktansi Urutan Positif Transformator
Impedansi Penyulang Z
Impedansi Eqivalent Urutan Positif
Arus Gangguan Hubung Singkat 3 Fase
Selesai
43
Daftar pustaka
Hendra, dkk, 2015, “Studi Penentuan Kapasitas Pemutus Tenaga Sisi 20 KV Pada
Masykur, SJ, 2005, “Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa Pada Sistem
Furqan, Harry, 2015, “Untuk Kerja Sistem Proteksi Arus Lebih Gardu Induk 150 KV
Gonen, Turan, 1988, “Modern Power System Analysis”, John Wiley & Sons Inc, USA,
1988.
Saadat, Hadi, 1999, “Power System Analysis”, New York : McGraw-Hill Book
Company.
Sirait, Bonar, 2012, “Diktat Kuliah Sistem Distribusi”, Pontianak : Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura.
Stevenson, Jr, W.D, 1983, “Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Edisi ke (4) empat,
PLN, 2014, “Buku Pedoman Pemeliharaan Pemutus Tenaga”, Jakarta : PT. PLN
(Persero).
SPLN 59, 1985, “Keandalan Pada Sistem Distribusi 20kV dan 6kV”. Jakarta :
44