PROGRAM STUDI
TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
PROGRAM D–IV
2. TUJUAN PRAKTEK
3. TEORI DASAR
Komponen pada bidang teknik elektronika dibedakan menjadi dua bagian besar,
yaitu komponen pasif dan komponen aktif. Komponen pasif adalah komponen yang pada
keadaan kerja tidak diperlukan catu daya untuk mengaktifkan kompnen tersebut untuk
dapat bekerja semestinya. Sedang komponen aktif diperlukan catu daya/bias tegangan
untuk mengaktifkan komponen tersebut untuk dapat bekerja sebagaimana mestinya.
2
Komponen pasif teridiri dari komponen Resistor, Capasitor dan Induktor. Resistor
mempunyai sifat penghabat arus bilamana dipasangkan pada rangkaian listrik. Sedangkan
komponen Capasitor dan Induktor merupakan komponen reaktif yang bersifat menampung
muatan listrik dengan berbagai jenis karakterisitik khusus
Resistor terbuat dari bahan dasar karbon, karbon film atau nikelin. Komponen pasif ini
banyak digunakan dalam rangkaian elektronika sebagai penghambat arus, penyedia
tegangan tertentu pada terimina-terminalnya. Tegangan pada terminal resistor ini biasanya
dapat digunakan sebagai tegangan refernsi atau bias koponen aktif sebagai pembagi
tegangan (voltage devider).
Rangkaian resistor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total semakin besar. Di
bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara seri.
3
ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub
positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb =
6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor
akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat
muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q=CV .............................................. (2.3)
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farad)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas area plat
metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan
dielektrik. Dengan rumus dapat di tulis sebagai berikut :
C = (8.85 x 10) (k A/t) -12 ............................................ (2.4)
Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan.
Tabel 2.1 Konstanta bahan (k)
Udara vakum k=1
Aluminium oksida k=8
Keramik k = 100 - 1000
Gelas k=8
Polyethylene k=3
Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farad adalah sangat besar sekali. Umumnya
kapasitor yang ada di pasaran memiliki satuan : µF, nF dan pF.
1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)
1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
Rangkaian kapasitor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total semakin kecil.
Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara seri.
4
Gambar 2.3 Kapasitor dalam rangkaian seri
Ada tiga tipe dasar induktor: induktor dengan Inti udara, ¡nduktor dengan inti besi, dan
¡nduktor dengan inti ferrit. Induktor memiliki besaran yang disebut induktansi dengan
lambang L Satuannya adalah Henry. Satu Henry didefinisikan sebagai induktansi yang
dihasilkan oleh beda potensial 1V ketika terjadi perubahan arus sebesar 1A. Perubahan
arus yang melewati induktor bergantung pada besamya tegangan induktor tersebut.
5
Induktansi dari induktor tergantung pada konfigurasi fisik konduktor. Sebuah induktor
dengan banyak lilitan akan memiliki induktansi lebih besar dari induktor dengan sedikit
lilitan, jika kedua induktor tersebut secara fisik serupa. Energi yang tersimpan dalam
medan magnet sebuah induktor diberikan menurut persamaan :
6
5. GAMBAR KERJA DAN RANGKAIAN
7
Percobaan 1 : Karakteristik Resistor
(1). Rangkailah komponen seperti pada gambar 2.5
(2). Pastikan posisi tegangan catu daya searah pada batas minimal.
(3). Pastikan alat ukur sesuai dengan fungsi ukurnya ( Vatau A) dan rentang skala
besar batas ukurnya sesuai dengan pengukurannya.
(4). Hidupkan catu daya , naikan tegangan catu daya (E) dari 0 Volt sampai dengan 5 Volt
secara perlahan dengan penambahan langkah 0.2 volt. Ukur arus dan tegangan
rangkaian dan bebannya. Catat hasil pengkuran pada tabel 7.1 untuk setiap harga
kenaikan E tertentu
(5). Kembalikan pengatur tegangan pada posisi semula ( minimum).
8
2
3
Tabel 7.2
E V1 V2 A R C t
No [volt] [volt] [volt] [amp] [ohm] [micro F] [detik]
1 5 5
2 9 9
3 12 12
Tabel 7.3
E V1 V2 A R L C t
No [volt] [volt] [volt] [amp] [ohm] [mH] [micro F] [detik]
1 5 5
2 9 9
dst 12 12