Anda di halaman 1dari 56

Laporan Inspeksi JTM, dan GTT di

Indomaret Kalpataru – Perempatan


Cengger ayam Kota Malang

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah instalasi tegangan menengah


yang dibimbing oleh bapak Heri Sungkowo, S.ST, M.MT.

disusun oleh :
D4 SISTEM KELISTRIKAN 2A

1. Abdu Alimil Asror (1741150115)


2. Ikfi Asmaul Khusna (1741150003)
3. Jeri Penta Septia juanto (1741150031)
4. Ryan Setyo Widodo (1741150081)
5. Yanyang Alfin Alfendi (1741150028)

PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini tingkat kesadaran masyarakat untuk mendapatkan pelayanan atas hak-
nya akan kebutuhan akan tenaga listrik semakin meningkatmaka dapat dipastikan
bahwa tuntutan masyarakat pelanggan listrik untuk mendapatkan pelayanan listrik
yang cepat dan andal, sehingga PLN harus mampu menjawab tuntutan pelanggan
tersebut dengan meningkatkan profesionalisme di bidang ketenagalistrikan dengan
meningkatkan penguasaaan terhadap konstruksi jaringan distribusi dalam hal ini
jaringan tegangan menengah. Inspeksi ini bertujuan untuk mengamati secara
langsung Jaringan Distribusi Tegangan Menengah yaitu penyaluran beban di sistem 20
kV sebagai sarana latihan bagi Mahasiswa Politeknik Negeri Malang khususnya
Program Studi Sistem Kelistrikan.

1.2. Tujuan
Tujuan inspeksi jaringan distribusi ini adalah untuk memberikan keterampilan
kepada mahasiswa agar mampu berperan aktif dalam pelaksanaan inspeksi baik sebagai
pelaksana maupun pengawas serta agar didapatkan data data yang akurat untuk
dijadikan acuan dalam perencanaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem / jaringan ke
depan. Dengan pelaksanaan dinspeksi ini diharapkan mahasiswa memiliki kecakapan
dan siap mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap kinerja perusahaan ketika bekerja di PLN.

1.3. Metode dan Waktu Inspeksi


Metode yang dipakai dalam inspeksijaringan distribusi tegangan menengah ini
mencakup pembekalan materi berupa teori dikelas dan aplikasi praktek di lapangan.
Penjelasan teori telah dilaksanakan guna mengukur efektivitas pelaksanaan diklat maka
dibuat laporan yang berdasarkan hasil praktek lapangan. Inspeksi dilaksanakan mulai
tanggal 15 april 2019 dan tanggal 16 april 2019 di daerah UPT polinema sampai ujung
jalan remujung Sedangkan evaluasi dan penyelesaian laporan dilaksanakan pada
tanggal 20 april 2019..
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Inspeksi
Suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada
mahasiswa agar mampu berperan aktif dalam pelaksanaan inspeksi baik sebagai
pelaksana maupun pengawas serta agar didapatkan data data yang akurat untuk
dijadikan acuan dalam perencanaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem / jaringan ke
depan.

2.2. Pengertian Tiang SUTM


Tiang SUTM adalah tiang yang menopang penghantar tegangan menengah 20kV
yang akan disalurka ke gardu-gardu Trafo.
Komponen JTM :

 TIANG
Sebagai penyangga kawat agar berada di atas tiang dengan jarak aman sesuai
dengan ketetentuan..Terbuat dari bahan yang kuat menahan beban tarik maupun tekan
yang berasal dari kawat ataupun tekanan angin.
Menurut bahannya tiang terdiri dari :

 Tiang besi : dari bahan baja ( steel ) terdiri dari 2 atau 3 susun pipa dengan
ukuran berbeda bagian atas lebih kecil dari bagian di bawahnya, setiap pipa
disambung, bagian yang lebih kecil dimasukkan ke dalam bagian yang lebih
besar sepanjang 50 cm dipasang pen dan dilas.
 Tiang beton : dari bahan campuran semen, pasir dan batu split, dicor dengan
kerangka besi baja.
Bentuk tiang beton ada 2 ( dua ) macam, yaitu berbentuk profil H dan berbentuk bulat.
Tiang berbentuk profil H konstruksi kerangka besi yang diregangkan dengan kekuatan
tertentu sesuai dengan kekuatan tiang, dicor dengan bahan campuran beton
menggunakan cetakan. Bahan campuara beton di pres sampai padat pada cetakannya,
dipanasi beberapa saat sampai mengeras .

Kekuatan tiang berada pada 2 ( dua ) sisi yang tidak sama besarnya.

Tiang beton berbentuk bulat lebih banyak digunakan karena mempunyai kekuatan yang
sama di setiap sisinya. Dibuat dengan kerangka baja yang dibentuk bulat dan
diregangkan sesuai kekuatan tiang yang diinginkan, kemudian dicor dengan bahan
campuran beton pada cetakan berbentuk bulat. Untuk pengerasannya dengan cara
diputar dengan kecepatan tinggi selama beberapa waktu, sampai akhirnya membentuk
seperti pipa , dimana bagian tengahnya berupa lobang. Tiang beton dapat digunakan
setelah dipanaskan denga temperatur cukup tinggi selama beberapa menit dan
kemudian didinginkan kembali secara alami
 TRAVERS ( Cross – Arm )
Berfungsi untuk tempat pemasangan isolator. Beberapa konstruksi SUTM di Jawa
Tengah travers tidak diperlukan dikarenakan isolator langsung dipasang pada tiang.
Bahannya dari besi baja dilapisi galvanis berbentuk kanal U berukuran 10 x 5 x 5 cm
dengan ketebalan 5 mm atau berbentuk persegi panjang berukuran 7,5 x 7,5 x 7,5 x 7,5
cm dengan , ketebalan 5 mm.

Berdasarkan besarnya sudut tarikan kawat ukuran panjangnya dibedakan menjadi 3


yaitu

 Panjang 1800 mm untuk sudut tarikan dari 00 s/d 180


 Panjang 2662 mm untuk sudut tarikan dari 180 s/d 600
 Panjang 2500 mm untuk sudut tarikan dari 600 s/d 900

Pemasangan travers pada tiang diikat dengan klem dan mur-baut, tetapi pada tiang
beton tidak diperlukan klem, karena baut langsung bisa menembus tiang dan travers.
Untuk menjaga agar travers tidak miring setelah dibebani isolator dan kawat, maka
dipasang konstruksi berupa besi penyangga atau berupa plat simpul.

 ISOLATOR
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang
disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang berasal
dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat temperatur
dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan untuk menahan beban mekanis
yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah berarti mengandalkan
kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat isolator ke travers,
sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara penghantar satu dengan yang
dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu dengn lainnya dimana pada kondisi
suhu panas sampai batas maksimum dan angin yang meniup sekencang apapun dua
penghantar tidak akan saling bersentuhan.

Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur dan
gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas, dikarenakan
udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di Indonesia isolator dari
bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun. Warna isolator pada umumnya
coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening untuk bahan gelas.

Konstruksi Isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-lekukan yang


bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan maka ada
bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air hujan.

Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

 Isolator tumpu ( pin insulator )


Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika penghantar
dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan sudut maksimal 2 °
dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di bagian sisi ( leher ) isolator untuk
tarikan dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang tegak-lurus dii atas travers.

 Isolator tarik ( Strain insulator )


Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar ditambah dengan
beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar, seperti pada konstruksi tiang awal /
akhir, tiang sudut , tiang percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang di bagian
sisi Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar diikat dengan Strain
Clamp dengan pengencangan mur – bautnya. Isolator jenis ini pada sebagian konstruksi
SUTM di Jawa Barat dipakai juga untuk tarikan lurus atau sudut kecil yang dipasang
menggantung di bawah travers dan sebagai pengikat penghantarnya digunakan
suspension clamp seperti pada konstruksi SUTT

 PENGHANTAR / KONDUKTOR
Berfungsi untuk menghantarkan arus listrik. Penghantar untuk saluran udara
biasanya disebut kawat yaitu peghantar tanpa isolasi ( telanjang ), sedangkan
untuk saluran dalam tanah atau saluran udara berisolasi biasanya disebut dengan
kabel.
Penghantar yang baik harus mempunyai sifat :

 Konduktivitas / Daya Hantar Tinggi


 Kekuatan Tarik Tinggi
 Fleksibilitas Tinggi
 Ringan
 Tidak Rapuh
Untuk mendapatkan penghantar dengan persyaratan di atas dan ditijau dari segi
ekonomis masih menguntungkan, maka bahan penghantar yang bnyak digunakan
sebagai saluran tenaga listrik adalah logam aluminium dan tembaga. Untuk penghantar
ukuran kecil penghantar bisa terdiri hanya satu kawat, tetapi untuk ukuran yang besar
terdiri beberapa kawat yang dipilin menjadi satu.Hal itu selain untuk keperluan
kelenturan, maka kuat tarik dan daya hantar akan menjadi lebih besar dibandingkan
dengan penghantar yang hanya terdiri dari satu kawat.
Logam Murni
BCC : Bare Copper Conductor

AAC : All Aluminium Conductor

Logam Campuran
AAAC : All Aluminium Alloy Conductor

Logam Paduan
Copper Clad Steel : Kawat Baja Berlapis Tembaga

Aluminium Clad Steel : Kawat Baja Berlapis Aluminium.


Kawat Lilit Campuran
 Material Sambungan Penghantar

Joint Sleeve : Berfungsi untuk menyambung kawat


Repair Sleeve : Berfungsi untuk memperkuat kembali kawat yang sebagian
uratnya ada yang putus.
Parallel Groove Clamp : Berfungsi untuk menyambung kawat tetapi tidak ada
beban tarikan,misalnya sambungan pada tiang penegang,
sambungan percabangan.
Taping Clam :Berfungsi untuk penyadapan dari saluran ke peralatan listrik
lainya Joint dan repair sleeve pengencangannya dengan cara dipres
sedangkan parallel groove clamp diikat dengan mur baut.

Pengertian GTT

Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga
listrik yang terpasang di jaringan distribusi. Berfungsi sebagai trafo daya penurun
tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan
tersebut disalurkan ke konsumen.

Kompenen GTT:

Gardu Tiang Trafo(GTT) berlokasi dekat dengan konsumen, trafo dipasang pada
tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan trafo dan
sistemnya, GTT dilengkapi dengan unit-unit pengaman yang ditempatkan pada
Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) Trafo daya step down berfungsi
untuk menurunkan dari tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah 380/200
V(referensi tegangan trafo 400/231 V).
Komponen-komponen utama GTT:
1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan
menengah (20kV) menjadi tegangan rendah (380/200)Volt.
2. Fuse Cut Out (CO) : Sebagai pengaman penyulang, bila terjadi
gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan
tersebut tidak rusak. CO dipasang pada sisi tegangan menengah (20kV)
3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang
disebabkan oleh sambaran petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73)
4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang
pada sisi tegangan rendah (20kV), maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester : Untuk menyalurkan arus ketanah yang
disebabkan oleh tegangan lebih karena sambaran petir dan switching.
6. Grounding Trafo : Untuk menghindari tegangan lebih pada phasa yang
sehat bila terjadi gangguan satu phasa ke tanah maupun yang disebabkan oleh
beban tidak seimbang.
7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman apabila terjadi arus bocor
yang mengalir pada LV Panel.
8. Isolasi : sebagai penyekat antara bagian bertegangan dengan tidak
bertegangan. Digunakan sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat dengan
tiang.

Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah


(SUTM) 20kV.Karena tegangan masih tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu
beban secara langsung, kecuali pada beban yang didesain khusus. Ditribusi primer
merupakan saluran yang akan mensuplay ke Gardu Tiang Trafo(GTT), unit peralatan
yang termasuk sisi primer, sbb:
 Saluran sambungan (jamper) dari SUTM ke unit trafo (Primer Trafer (LA)
 Saluran masukan
Saluran Sambungan dari SUTM ke Unit Trafo
Besar arus sambungan SUTM menuju ke saluran trafo distribusi sisi primer dihitung
berdasarkan besar kapasitas daya trafo terpasang.

Cut Out
Cut Out berfungsi untuk opersai dan sebagai unit trafo, cara kerjanya sebagai
berikut:Besar kapasitas CO tergantung dari besar Fuse Link, dan besar Fuse Link harus
disesuaikan dengan daya trafo, dan berfungsi sebagai pengaman(seperti pada fuse atau
sekering). Apabila terjadi gangguan pada unit trafo maka fuse link akan putus, dan bisa
diganti. Besar fuse link dari PLN adalah 3, 6, 10 A., karena disuaikan dengan besar
kapasitas Trafo Distribusi milik PLN.

Ligthning Arrester (LA)


Lightning Arrester (LA) digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap gangguan
tegangan lebih surja petir, system pemasangan LA, sbb:
 LA dipasang antara SUTM dan CO
Apabila SUTM terkena gangguan surja petir, maka arus gangguan akan diamankan
LA dan selanjutnya disalurkan ketanah. LA dipasang setelah CO. Apabila SUTM
tersambar surja petir, maka arus gangguan akan diamankan CO lebih dan arus sisa
gangguan akan diamankan lebih lanjut oleh LA.
Keterangan :
 Jenis tiang ini adalah tipe TM 5, pada konstruksi tiang TM lurus dengan
belokan antara 120° - 180°, menggunakan doble traves dengan enam buah
isolator jenis suspension dan tiga buah isolator, dan memakai treck schoor.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang ini adalah tipe TM 8C.
 Tiang ini adalah tiang besi, kondisi tiang berkarat.
 Kondisi tiang secara umum perlu perawatan.

Keterangan :
 Jenis tiang ini adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan
untuk rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan
tiga buah isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang besi, kondisi tiang berkarat.
 Kondisi tiang secara umum perlu perawat.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe konstruksi trafo 1 tiang.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 5, pada konstruksi tiang TM lurus dengan belokan
antara 120° - 180°, menggunakan doble traves dengan enam buah isolator
jenis suspension dan tiga buah isolator, dan memakai treck schoor.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang ini adalah tipe konstruksi trafo 1 tiang
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe konstruksi trafo 1 tiang.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe konstruksi trafo 1 tiang.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan stu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 5, pada konstruksi tiang TM lurus dengan belokan
antara 120° - 180°, menggunakan doble traves dengan enam buah isolator
jenis suspension dan tiga buah isolator, dan memakai treck schoor.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe konstruksi trafo 1 tiang.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan stu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang ini adalah tipe TM 2, konstruksi TM 2 digunakan untuk tiang
tikungan dengan sudut 150° - 170°, menggunakan double traves dan double
isolator. Karena tiang sudut maka konstruksi TM 2mempunyai treck skoor.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe TM 1, merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk
rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah
isolator jenis pin isolator dan tidak memakai treck skoor (guy wire).
Penggunaan konstruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170° -
180°.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang adalah tipe konstruksi trafo 1 tiang.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
Keterangan :
 Jenis tiang ini adalah tipe TM 10, TM 10 terpasang pada konstruksi tiang
tikungan siku (60° - 90°). Masing – masing double traves disilang 4. Isolator
type suspension. Memakai treck skoor ganda.
 Tiang ini adalah tiang beton kondisi tiang secara umum bagus.
 Kondisi tiang secara umum perlu perawat.
2.3. Analisa Hasil Inspeksi

Berdasarkan data hasil inspeksi lapangan yang diperoleh, dapat dianalisa


sebagai berikut :
a. Masih terdapat tiang SUTM yang tidak ada nomor tiangnya karena tertutup
brosur dan hilang.
b. Perlu pemberian label bagi masing-masing fasa terutama untuk kabel
sambungan TR, sehingga diketahui sumber percabangan yang di ambil dari
tiang TM.
c. Ada beberapa jumperan yang kurang memenuhi kaidah instalasi listrik
d. Masih diperlukan peremajaan terhadap beberapa tiang
e. Kabel TR pada tiang JTM sebagian besar masih belum tersusun rapi, baik
jumperan TM, kurang kencang, juga potongan kabelnya, karena terlalu
beresiko ketika dilakukan maintenance
f. Ada beberapa tiang yang berkarat dan dikhawatirkan berdampak pada
fungsi jangka panjang
g. Penggunaan Konstruksi Tiang besi rata-rata berkarat, sehingga perlu di cat
ulang
h. Tiang beton rata-rata ditempeli dengan brosur dan pamphlet sehingga perlu
dibersihkan
i. Isolator, cut out switch, LA arrester, bolt & nut, arm tie, fuse link rata-rata
sudah terpasang dengan baik dan sesuai standar
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari inspeksi distribusi jaringan tegangan menengah ini dapat disimpulkan bahwa
pemasangan kabel (jumper) dan pelabelan khususnya kabel TR masih sembarangan, tidak
memperhatikan segi keamanan (tegangan sentuh maupun short circuit) dan nilai
estetika/keindahan sehingga terlihat berantakan. Tiang listrik baik tiang besi maupun
beton rata-rata perlu dibersihkan akibat pamphlet dan brosur yang di tempel
sembarangan.Sedangkan khusus tiang besi rata-rata berkarat sehingga perlu di cat
ulang.Travers dan penegang tiang juga beberapa perlu pengecekan rutin karena
dikhawatirkan bisa lepas/ roboh. Untuk komponen-komponen seperti isolator, cut out
switch, LA arrester, bolt & nut, arm tie, fuse link rata-rata sudah terpasang dengan baik
dan sesuai standar

3.2. Saran

 Sebaiknya diadakan pengecekan rutin/inspeksi tiang rutin oleh petugas PLN


 Petugas PLN yang bertugas memasang listrik ke pelanggan semestinya lebih
memperhatikan aspek keamanan dan keindahan
 Sebaiknya PLN juga mengeluarkan peraturan yang lebih tegas masalah pamphlet dan
brosur yang di tempel sembarangan.

Anda mungkin juga menyukai