Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transformator arus merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk sebagai alat
ukur dan melindungi rele pada industri yang memakai tegangan tinggi di mana
trafo ini mempunyai fasilitas pengukuran yang aman dalam mengukur jumlah arus
yang besar begitu juga dengan tegangan yang tinggi. oleh karena itu diperlukan
perawatan secara terjadwal agar transformator arus bekerja dengan baik sesuai
dengan fungsinya dalam keadaan beroperasi. Perawatan dan pemeliharaan yang
baik dapat meminimalisasi gangguan dan kerusakan serta dapat memperpanjang
umur dari transformator arus.
Transformator arus merupakan salah satu peralatan listrik yang utama
yang terdapat pada Gardu Induk atau Gardu Induk Ekstra Tinggi dimana memiliki
fungsi sebagai pengukur dan juga sebagai sistem proteksi. Proteksi arus lebih
sangat dibutuhkan dalam hal menjaga keamanan dari suatu sistem tersebut.
Apabila sistem proteksi tersebut bagus maka akan tercipta keadaan yang aman.
Jika pada saat terjadi hubung singkat sehingga menyebabkan terjadinya kelebihan
arus. Fungsi proteksi dari trafo arus yaitu dapat diartikan bahwa trafo arus lebih
mampu untukmenahan gangguan, selain berfungsi sebagai proteksi trafo arus juga
berfungsi sebagai pengukuran, dimana trafo arus memiliki ketelitian yang tinggi
dan trafo arus juga memiliki karakteristik masing-masing.

Dalam trafo arus (currrent Transformer) atau lebih dikenal dengan CT,
arusnya akan mengalir dan memiliki faktor daya yang sesuai dengan sifat
bebannya. Perubahan faktor dayamengakibatkan perubahan rugi-rugi daya dalam
trafo.Bila kondisi ini terjadi pada trafo arus (CT), makadimungkinkan akan
mempengaruhi hasil pengukuranpada trafo tersebut. Unjuk kerja dari trafo arus
sangat menentukan validitas hasil yang terbaca pada alat ukur yang tersambung
pada CT tersebut

1
1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam makalah
ini adalah sebagai berikut.

a. Apakah trafo biasa dapat digunakan sebagai trafo instrumen?


b. Berikan spesifikasi data pada CT (Metering dan Relay) dan jelaskan
maksudnya?
c. Mengapa sekunder CT harus dalam keadaan short circuit?
d. Mengapa sekunder CT tidak diperkenankan dipasang MCB atau fuse ?
e. Apa yang dimaksud dengan burden dan apa pengaruhnya pada CT serta
beri contoh cara pemilihan CT dalam pengaplikasiannya ?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan masalah di atas, penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
menjelaskan tentang current transformer dan pengaplikasianya. Secara khusus,
dalam makalah ini akan dijelaskan

a. Perbandingan trafo biasa dengan trafo instrumen,


b. spesifikasi data pada CT dan maksudnya,
c. sekunder CT harus dalam keadaan short circuit,
d. sekunder CT tidak diperkenankan dipasang MCB atau fuse, dan
e. pengertian burden dan apa pengaruhnya pada CT serta contoh pemilihan
CT dalam pengaplikasiannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Dasar Teori

2.1.1. Definisi Current Transformator.


Trafo arus (Current Transformer – CT) adalah peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada instalasi tenaga listrik disisi primer
(TET,TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari
besaran arus yang besar mnjadi besaran arus yang yang kecil secara akurat dan
teliti untuk keperluan proteksi dan pengukuran.
(Sumber referensi : Dokumen Pelatihan O&M Relai Proteksi Gardu Induk
PT. PLN (Persero) P3B, Edisi 03, Hal 01)

2.1.2. Prinsip Kerja Current Trasformator.


Prinsip kerja trafo arus apabila pada kumparan primer dialiri arus I1, maka
akan menimbulkan gaya gerak magnet sebesar N1I1 pada kumparan sekunder.
Gaya gerak magnet tersebut membentuk fluks pada inti,kemudian
membangkitkan gaya gerak listrik pada kumpara sekunder. Apabila kumparan
sekunder trafo tertutup maka arus I2 akan mengalir pada kumparan sekunder,
arus tersebut akan menimbulkan gaya gerak magnet N1I1pada kumparan
sekunder.

Gambar 1.1.2 Rangkaian pada CT

Untuk trafo yang dihubung singkat maka berlaku persamaan sebagai berikut :

3
I1 . N1 = I2 . N2

Untuk trafo yang tidak berbeban maka berlaku persamaan sebagai berikut :

𝐸1 𝑁1
=
𝐸2 𝑁2

Dimana:

𝑁1
𝑎=
𝑁2

I1 > I2 Sehingga N1 < N2

N1 = Jumlah lilitan Primer

N2 = Jumlah lilitan sekunder

2.1.3. Fungsi Trafo arus

2.1.3.1.Fungsi umum fungsi dari trafo arus sebagai berikut ;


a. Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer
menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering
dan proteksi.
b. Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5 Amp
c. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai
pengaman terhadap manusia atau operator yang melakukan pengukuran.
2.1.3.2.Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi 2 :
a) Trafo arus pengukuran
- Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada
daerah kerja (daerah pengenalnya) 5%-120% arus nominalnya
tergantung darikelasnya dan tingkat kejenuhan yang relatif rendah
dibandingkan trafo arus untuk proteksi.
- Trafo arus digunakan pada Ampermeter, Watt-meter, VARh-meter,
cos ∅ meter.
b) Trafo arus proteksi

4
- Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi
gangguan dimana arus yang mengalir beberapa kali dari arus
pengenalnya dantingkat kejenuhan cukup tinggi.
- Trafo arus digunakna pada relai arus lebih (OCR DAN GFR), relai
beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
 Perbedaan trafo arus pengukuran dan trafo arus proteksi terletakpada tiitik
saturasinya dapat dilihat melalui grafik berikut ini :

Trafo arus untuk pengukuran dirancang untuk cepat jenuh dibandingkan


trafo trafo arus proteksi sehingga kontruksi untuk trafo arus pengukuran
memiliki luas penampang yang lebihkecil dibandingkan dengan luas
penampang trafo arus proteksi.

5
2.1.4. Jenis Trafo Arus
 Jenis-jenis Trafo Arus berdarkan tipe kontruksi dan pasangannya dibedakna
menjadi menjadi 2 :
1. Tipe Konstruksi
 Tipe Cincin
 Tipe Cor-coran cast resin
 Tipe Tangki Minyak
 Tipe trafo arus bushing
2. Tipe pasangan
 Pasangan dalam
 Pasangan luar
 Jenis – jenis trafo berdasarkan kontruksi belitan primer
 Sisi primer batang
 Sisi tipe lilitan
 Jenis trafo arus berdasarkan kontruksi jenis inti dibedakan menjadi 2 yaitu :
 Trafo arus dengan inti besi
Trafo arus dengan inti besimerupakan trafo arus yang umm igunakan
pada arus ynag kecil dan pada arus yang besar.
 Trafo arus tanpa inti besi
Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki satuasi dan rugi histerisis,
transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di
sleuruh jangkauanpengukuran, contohnya koil rogowski

 Jenis trafo arus berdasarkan jenis isolasi dibedakan menjadi 4 yaitu :


 Trafo arus kering
Trafo arus kering biasanya digunakan padategngan rendh, umumnya
digunakan pada pasangan dalam ruangan.
 Trafo arus cast resin
Trafo arus ini digunakan pada tegangan menengah,umumnya
digunakan pada pasangan dalam ruangan.
 Trafo arus isolasi minyak

6
Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus
tegangan tinggi, umumnya digunakanpada pasangandiluar ruangan.
 Trafo arus isolasi SF6/compound
Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan
tinggi, umumnya digunakan pada pasangan diluar ruangan.
 Jenis trafo arus berdasarkan pemasangan
berdasarkan pemasangannya trafo arus dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
 Trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor)
Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang
kokoh, isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk
rangkaianelektrik internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator
ekternal.
 Trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor)
Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang
lebihkecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan,
menggunakan isolatordari bahan resin.
 Jenis trafo arus berdasarkan jumlah inti pada sekunder dibedakan menjadi 2
yaitu :
 Trafo arus dengan inti tunggal
Contoh: 150 – 300 / 5 A, 200 – 400 / 5 A, atau 300 – 600 / 1 A.
 Trafo arus dengan inti banyak
Trafo arus dengan inti banyak dirancang untuk berbagai keperluan
yang
mempunyai sifat pengunaan yang berbeda dan untuk menghemat
tempat

 Jenis trafo arus berdasarkan pengenal


Trafo arus memiliki dua pengenal, yaitu pengenal primer dan sekunder.
Pengenal primer yang biasanya dipakai adalah 150, 200, 300, 400, 600, 800,
900, 1000,
1200, 1600, 1800, 2000, 2500, 3000 dan 3600.
Pengenal sekunder yang biasa dipakai adalah 1 dan 5 A.

7
Berdasarkan pengenalnya, trafo arus dapat dibagi menjadi:
– Trafo arus dengan dua pengenal primer
 Primer seri
Contoh: CT 800 – 1600 / 1 A
Untuk hubungan primer seri, maka didapat rasio CT800 / 1 A,

 Primer paralel
Contoh: CT dengan rasio 800 – 1600 / 1 A
Untuk hubungan primer paralel, maka didapat rasio CT 1600 A

- Trafo arus multi rasio/sekunder tap


Trafo arus multi rasio memiliki rasio tap yang merupakan kelipatan dari tap
yang terkecil, umumnya trafo arus memiliki dua rasio tap, namun ada juga
yang memiliki lebih dari dua tap.

8
2.2.Tugas dan Pertanyaan.
2.2.1. Apakah trafo biasa dapat digunakan sebagai trafo instrumen ?

Trafo biasa tidak bisa digunakan sebagai trafo instrumen hal ini
dikarenakan. Dari segi kegunaan trafo biasa didesain untuk menaikkan
dan menurunkan tegangan guna melayani beban pada dari suatu jaringan
distribusi sedangkan trafo arus berfungsi mentransformasikan dari arus
yang besar pada jaringan tegangan tinggi ke arus yang kecil atau
sebaliknya guna keperluan pengukuran . Pada trafo biasa tidak memiliki
rating arus yang dapat yang tertera pada trafo sehingga apabila
menggunakan trafo biasa sebagai trafo pengukuran akan sulit
memprediksi arus yang mengalir pada sisi primer jika sisi sekundernya
diketahui, sedangkan pada trafo arus rating arus tercantum pada name
plate trafo jadi mudah mengetahui berapa besar arus yang mengalir pada
sisi primernya. Pada trafo biasa tidak memiliki kelas akurasi seperti yang
tertera pada trafo arus, dimana kelas akurasi berfungsi untuk mengetahui
batas kesalahan trafo arus. Batasan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
– tingkat kesalahan trafo arus sehingga tidak memiliki range kesalahan
yang diperbolehkan pada trafo arus. Trafo biasa tidak memiliki ketelitian
dalam pengukuran arus yang akurat karena di dalam trafo biasa hanya di
ketahui nilai tegangan .
Sehingga apabila menggunakan trafo biasa sebagai trafo pengukuran,
maka hasil pengukuran dikhawatirkan akan tidak akurat dan menjadi tidak
efisien.
2.2.2. Berikan Spesifikasi data pada CT (Metering dan Relay) dan jelaskan
maksutnya.
Jawab :

Berikut spesifikasi data pada Current Transformer (Metering & Relay) dan
maksutnya :

2.2.2.1.Metering :

9
Berdasarkan spesifikasi Currrent Tansformer (metering) diatas, dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Spesification :

a. Current Ratio ( 50 : 0,1) = Apabila pada sisi primer trafo (CT)


Mengalir Arus sebesar ± 50A, maka pada sisi sekunder trafo(CT)
akan mengalir arus sebesar ± 0,1A. (Misalkan pada tabel ordering
information baris ke 1)

10
Misalkan jika pada sisi sekunder trafo terukur Arus Sebesar 1 A,
Maka berapakah nilai arus yang mengalir pada sisi primer sebenarnya
?
Diketahui :
Ip : 50A
Is : 0,1A
Is (Actual) : 1A
𝐼𝑝 50
Ip (Actual) : Is (Actual) x = 1 x 0,1 = 500A
𝐼𝑠

Dengan demikian arus sebenanya yang mengalir pada sisi primer


adalah sebesar 500A.
b. Accuracy @60Hz (± 5,0%) = kelas akurasi dengan batas akurasi
kesalahan arus pada sisi sekunder trafo CT maksimum sebesar 5%
untuk pengukuran pada frekuensi 60 Hz, (Misalkan pada tabel
ordering information baris ke 1)
Misalkan sisi primer mengalir arus sebesar 250A, Dengan
menggunakan ratio arus pada tabel baris pertama (50 :0,1 A)
berapakah besar arus yang terukur pada sisi sekunder jika frekuensi
tegangan yang digunakan adalah sebesar 60 Hz ?
Ip (Actual) : 250A
Ratio : 50/0,1A
f : 60Hz
𝐼𝑠
Is (Actual) : Ip (Actual) x 𝐼𝑝
0,1
: 250 x = 0,5 A
50
5
Accuracy ± 5% : 100 x 0,5 A : ±0,025A

Sehingga hasil pengukuran tegangan sekunder maksimum sebesar 0,5


+ 0,025A = 0,525A dan minimum sebesar 0,5 – 0,025 = 0,475A.

c. VA 60 Hz Burden 2,5 = Besar burden traffo CT maksimum


sebesar 2,5VA. (Misalkan pada tabel ordering information baris ke 1)
Misalkan pada sisi sekunder trafo CT akan dipasang beberapa alat
ukur, besarnya daya dari alat ukur yang akan dipasang tersebut tidak

11
boleh melebihi 2,5 VA. Sehingga apabila besar daya alat ukur
melebihi besar burden trafo CT, maka dianjurkan untuk memilih
rating burden yang lebih besar dari daya alat ukur tersebut. Apabila
nilai daya alat ukur yang dipasang pada sisi sekunder trafo CT
melebihi nilai rating burden maka hal ini dapat menyebabkan
gangguan pada hasil pengukuran.
d. Maximum ouput wire distance between CT and Meter : Jarak
Maksimum penghantar antara CT dengan Alat ukur.
 Apabila menggunakan penghantar dengan luas penampang 18
AWG (American Wire Gauge) dengan Current ratio (50 : 0,1)
jarak penghantar yang menghubungkan CT dengan Alat Ukur
tidak terjadi masalah jika dibuat panjang, karena arus yang
mengalir terlampau kecil. (Misalkan pada tabel ordering
information baris ke 1)
 Apabila menggunakan penghantar dengan luas penampang 18
AWG (American Wire Gauge) dengan Current ratio (50 : 5)
jarak penghantar yang menghubungkan CT dengan Alat Ukur
maksimum sejauh 5.0 ft. . (Misalkan pada tabel ordering
information baris ke 2)
e. Part Numbers (CT 005001) : No seri trafo dengan rating arus sebesar
50/0,1A.

12
2.2.2.2.Relaying :

Berdasarkan spesifikasi Currrent Tansformer (Relaying) diatas, dapat dijelaskan


sebagai berikut :

Misalkan spesifikasi Trafo PR-35-100/5A-2,5 :

a. Ratio range : Apabila pada sisi primer trafo (CT) Mengalir Arus sebesar
± 100A, maka pada sisi sekunder trafo(CT) akan mengalir arus sebesar ±
5A. Misalkan jika pada sisi sekunder trafo terukur Arus Sebesar 7 A,
Maka berapakah nilai arus yang mengalir pada sisi primer sebenarnya ?
Diketahui :
Ip : 100A
Is : 5A

13
Is (Actual) : 7A
𝐼𝑝 100
Ip (Actual) : Is (Actual) x =7x = 140A
𝐼𝑠 5

Dengan demikian arus sebenanya yang mengalir pada sisi primer


adalah sebesar 140A.
b. VA Burden 2,5 = Rating burden traffo CT maksimum sebesar 2,5
VA. Sehigga apabila pada sisi sekunder trafo CT akan dipasang peralatan
Relay proteksi maka besar daya maksimum yang terpasang sebesar 2,5A.
Apabila nilai daya yang terpasang melebihi batas maksimum rating burden
(VA) maka hasil pembacaan alat proteksi menjadi tidak akurat.
c. Accuracy Clas (10P10) :
10 : Kelas proteksi, kesalahan 10% pada rating batas akurasi.
P : Proteksi
10 : accuacy limit faktor, batas akurasi CT sampai dengan 20 kali arus
rating.
Misalkan diketahui suatu trafo dengan rating 100/10A, dalam name plate
trafo tertulis 10P/10. Dari CT tersebut dapat ditolelir maksimal kesalahan
10% pada saat dilalui arus 10xIn.
Ip : 100A, maka 10 x In = 1000A,
10
Kesalahan Maksimum 10% = x 100A = 10A
100

Sehingga apabila pada sisi primer trafo CT dilewati arus sebesar 1000A,
maka range tampilan pada relay yang di perrbolehkan antara 1000 + 10 A
= 1010A sampai dengan 1000-10 = 990 A. 990 <= Nilai <=1010A.
(Sumber referensi : Dokumen Pelatihan O&M Relai Proteksi Gardu Induk
PT. PLN (Persero) P3B, Edisi 03, Hal 17)

2.2.3. Mengapa Sekunder CT harus dalam keadaan Short Circuit ?

Berdasarkan prinsip kerja trafo arus apabila pada kumparan primer dialiri
arus I1, maka akan menimbulkan gaya gerak magnet sebesar N1I1 pada
kumparan sekunder. Gaya gerak magnet tersebut membentuk fluks pada
inti,kemudian membangkitkan gaya gerak listrik pada kumpara sekunder.
Apabila kumparan sekunder trafo tertutup maka arus I2 akan mengalir pada

14
kumparan sekunder, arus tersebut akan menimbulkan gaya gerak magnet
N1I1pada kumparan sekunder. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan
rumus dibawah ini :
𝑁1 𝑉1 𝐼2
= =
𝑁2 𝑉2 𝐼1
Dimana :
N1 : Jumlah belitan kumparan primer
N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder
V1 : Tegangan belitan primer
V2 : Tegangan belitan sekunder
I1 : Arus kumparan primer
I2 : Arus kumparan sekunder
Dari rumus diatas juga dapat diketahui apabila rangkaian CT terbuka yang
terjadi apabila pada kumparan primer dialiri arus sebesar 100A dan tegangan
primer sebesar 1000V. Karena rangkaian terbuka maka arus dari sisi prier
tidak dapat mengalir ke sisi sekunder sehingga mnyebabkan arus pada sisi
sekunder bernilai 0A. Maka tegangan yang ditimbulkan pada sisi sekunder
akan bernilai tak terhingga. Dapat dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
1000 0
=
𝑉2 100
(100 × 1000)
𝑉2 =
0
𝑉2 = 𝑡𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎

Sedangkan belitan berfungsi untuk mengalirkanarus yang besar dan media


isolasi CT digunakan pada saat tegangan yang kecil. Sehingga dapat
disimpulkan apabila rangkaian CT open circuit akan menyebabkan kegagalan
isolasi dikarenakan tegangan pada kumparan sekunder akan bernilai tak
terhingga yang akan menyebabkan kegagalan isolasi dari media isolasi antara
belitan kumparan primer dan sekunder.

2.2.4. Mengapa sekunder CT tidak diperkenankan dipasang dipasang MCB atau


fuse ?

15
Dalam suatu rangkaian listrik MCB atau fuse berfurngsi sebagai
pemutus rangkaian (Circuit Braker) saat terjadi gangguan arus.
Apabila MCB atau fuse dipasang pada sisi sekunder trafo, jika terjadi
gangguan pada sisi sekunder trafo hingga menyebabkan arus lebih.
Maka rangkaian pada sisi sekunder akan diputus oleh circuit breaker
maupun fuse itu sendiri. Sehingga rangkaian pada sisi sekunder akan
menjadi rangkaian open circuit. Apabila sisi sekunder terjadi open
circuit maka berdasarkan rumus :
𝑁1 𝑉1 𝐼2
= =
𝑁2 𝑉2 𝐼1
Apa bila diasumsikan besar arus yang mengalir pada sisi primer
sebesar 100A, dan tegangan pada sisi primer sebesar 220V, maka besar
arus yang mengalir pada sisi sekunder :
𝑉1 𝐼2
=
𝑉2 𝐼1
220 0
=
𝑉2 100
220 𝑥 100
V2 = 0

V2 = Tak hingga
Sehingga apabila dikhawatirkan besar tegangan menjadi tak hingga maka
dikhawatirkan, isolator penghantar tidak mampu menahan besarnya tegangan
yang mengalir dan berdampak pada efek kegagalan isolasi

2.2.5. Apa yang dimaksud burden dan apa pengaruhnya pada CT serta beri
contoh pemilihan CT dalam aplikasinya ?
Apakah yang dimaksud dengan burden ?

Burden merupakan beban sekunder yang berhubungan dengan


ketelitian. Burden menunjukkan kemampuan suatu trafo arus untuk
menerima sampai batas impedansi tertentu karena itu burden dapat
dinyatakan dalam impedansi Ohm dengan mengabaikan reaktansi, akan
tetapi burden lebih tepatnya ditulis dengan satuan VA. Selain itu dalam
standar IEC 60044-1 menjelaskan bahwa burden adalah “The impedance
of the sencondary in ohm and power factor, the burden is usually
expressed as the apparent power in voltamperes absorbed at a specified

16
power factor and at the rated secondary current” dengan demikian
berdasarkan definisi diatas, pengertian burden adalah impedansi dari
rangkaian sekunder didalam satuan ohm dan power faktor. Burden
biasanya ditulis dalam satuan VA dengan tambahan spesifikasi power
faktor dan rating arus pada sisi sekundernya. Bedasarkan standart IEC
menyebutkan bahwa standart burden CT yaitu 1,5 VA, 3VA, 5 VA dan
seterusnya. Burden sendiri berhubungan dengan penentuan besar kabel
dan jarak pengukuran. Apabila beban yang terpasang melebihi besar
burden CT maka akan diperoleh tegangan di daerah kejenuhan.

Bagaimanakah pengaruh burden pada CT ?

Dalam buku pedoman pemeliharaan trafo arus (CT), PT PLN (Persero),


Hal 13 disebutkan bahwa “rated burden merupakan pengenal dari beban
trafo arus dimana akurasi trafo arus masih bisa dicapai dan dinyatakan
dalam satuan VA”. Sehingga berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila besar beban yang terpasang pada sisi sekunder
current transformator (CT) tidak melebihi besar burden trafo maka akurasi
dari trafo arus masih bisa dicapai. Sehingg alat ukur dan alat proteksi yang
terpasang pada sisi sekunder trafo CT masih bisa bekerja dengan
keakuratan yang baik. Sedangkan apabila besar beban yang terpasang pada
sisi sekunder current transformator (CT) melebihi rated burden trafo CT
maka keakurasian dari trafo arus (CT) akan sulit dicapai. Hal ini dapat
berdampak pada hasil pengukuran alat ukur maupun alat yang terpasang
sehingga alat ukur dan alat proteksi tersebut tidak dapat bekerja dengan
baik, bahkan dapat berdampak pada tidak bekerjanya relay proteksi
sehingga tidak dapat mengirim sinyal ke CB maupun PMT untuk
mengamankan sistem instalasi pada saat terjadi gangguan.

Bagaimanakah cara menentukan CT dan pengaplikasiannya ?

Cara menentukan trafo ct dalam aplikasi

Untuk menentukan besaran nilai CT yang akan digunakan maka yang


harus diperhatikan diantaranya adalah :

17
- Pemilihan tegangan tinggi peralatan, tegangan peralatan tersebut
dinyatakan dalam bentuk V atau Kv.
- Pemilihan ratio transformer pengenal dapat diperhitungakna berdasarkan
rumus berikut ini :

SN = √3 × 𝑈 × 𝐼𝑛

Dimana :

SN = Daya dari pelanggan (kVA)

U = Tegangan fase-fase (kV)

In = Arus nominal (Amper)

Dalam pengaplikasiannya sebagai berikut :

Pelanggan memiliki daya sebesar 630 Kva tarifnya tegangan menengah


dan tegangan yang diperoleh sebesar 20 Kv, sehingga berdasakan rumus
diatas dapat ditentukan ratio yang digunakan sebagai berikut :

𝑆𝑁
In =
√3 ×𝑈

630
In =
√3 ×20

630
In = 34,64

In = 18,18 Amper

Sehingga diperoleh In sebesar 18,18 amper, maka ratio CT yang akan


digunakan pada sisi primer sebesar 20 Amper.

Apabila arus nominal pada sisi primer CT sudah diketahui, maka


selanjutnya yaitu pemilihan arus nominal pada sisi sekunder. Pemilihan
tersebut disesuaikan dengan kelas peratalatan yang akan digunakan.
Apabila peralatan menggunakan kelas input arus sebesar 5 A maka ratio
CT yang dipilih adalah 20/5A, demikian pula apabila peralatan yang

18
digunakna dengan kelas input arus 1A maka ratio yang digunakan yaitu
400/1A.

19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tugas dan pertanyaan yang telah diselesaikan, dapat


disimpukan bahwa .

1. Transformator biasa sulit kemungkinan jika digunakan sebagai trafo


instrumen, hal ini dikarenakan trafo biasa didesain untuk saluran distribusi
dan melayani beban bukan didesain sebagai trafo insrumen, sehingga tidak
memiliki kearasian serta batas batas ketentuan yang dimiliki oleh trafo
instrumen pada umumnya. Sehingga apabila digunakan sebagai trafo
instrumen maka akan sulit menentukan besar tegangan atau arus
sesungguhnya yang mengalir pada suatu jaringan tersebut.
2. Pada sisi sekunder CT tidak boleh dalam keadaan open circuit, hal ini
dikarenakan apabila sisi sekunder trafo CT dalam keadaan open circuit
maka tegangan pada sisi sekunder akan sangat besar sekali dan di
khawatirkan mengakibatkan kegagalan isolasi.
3. Sekunder CT tidak diperkenankan dipasang MCB karena apabila sekunder
CT terjadi gangguan (Arus lebih) maka MCB akan memutuskan
rangkaian, sehingga sisi sekunder menjadi open circuit dan menyebabkan
tegangan yang mengalir pada sisi sekunder menjadi sangat besar sekali.
4. Burden merupakan besar batasan beban yang terpasang pada sisi sekunder
trafo yang berhubungan dengan keakurasian. Apabila beban yang
terpasang pada sisi sekunder trafo melebihi rating burden trafo CT, maka
pembacaan alat ukur dan proteksi menjadi tidak akurat. Apabila besar
beban yang terpasang pada sisi sekunder trafo CT tidak melebihi rating
burden trafo CT maka pembacaan alat ukur dapat dikatakan akurat.

20

Anda mungkin juga menyukai