Anda di halaman 1dari 34

i

STUDY PEMANFAATAN SAMPAH MENJADI ENERGI


LISTRIK DENGAN METODE ANAEROBIC DIGESTER DI TPA
CILOWONG KOTA SERANG-BANTEN

Disusun oleh

Masnan (3335160043)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016/2017
ii

PENGESAHAN USULAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul Kegiatan :”STUDY PEMANFAATAN SAMPAH


MENJADI ENERGI LISTRIK
DENGAN METODE ANAEROBIC
DIGESTER DI TPA CILOWONG
KOTA SERANG-BANTEN”

1. Bidang Kegiatan : TEKNOLOGI


2. Pelaksana Kegiatan
Nama Lengkap : MASNAN

NIM : 3335160043

Jurusan : Teknik Kimia

Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Alamat Rumah dan No Tel./HP : Kp. Pasir Kadu, RT 01/01,

Desa Sangiang, Kec Pamarayan, Kab


Serang Banten
089698133229

Alamat email :ananmasnan123@gmail.com

3. Narasumber I
Nama Lengkap : Hadiri Burhanudin

Jabatan : Kepala UPTD TPA Sampah Cilowong


Kota Serang-Banten

Institus : Dinas Kebersihan Dan Tatakota, Kota

ii
iii

Serang

No. Tel./HP : 085888145857

4. Narasumber II
Nama Lengkap : Joko Sutrisno

Jabatan : Kepala Badan Lingkungan Hidup


Daerah (BLHD) Kota Serang

Institusi : Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)


Kota Serang

No. Tel./HP :-

Serang, Desember 2016


Menyetujui,

: Kepala UPTD TPA Sampah Cilowong Kepala Badan Lingkungan Hidup


Daerah (BLHD)

Hadiri Burhanudin Joko Sutrisno

iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ‘Study
Pemanfaatan Sampah Menjadi Energi Listrik Dengan Metode Anaerobic Digester di
TPA Cilowong Kota Serang-Banten’ ini.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memberi pandangan
mengenai keadaan TPA Cilowong Kab Serang-Banten sebagai daerah yang memiliki
potensi cukup besar sehingga dapat dijadikan sebagai suatu rujukan mengenai
tindakan preventif sehingga dapat dimanfaatkan.
Tentunya penulis mendapat banyak kendala dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini. Dalam kesempatan ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dorongan,
dan bimbingan dari berbagai pihak karya tulis ilmiah ini tidak akan selesai dengan
baik dan sempurna. Oleh Karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan do’a dan dukungan.
2. Ibu Nina Gantina M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia.
3. Kepala UPTD TPAS Cilowong Kota Serang-Banten
4. Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD Kota Serang-Banten.
5. Keluaga Mahasiswa Bidikmisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam karya tulis
ilmiah ini. Maka dari itu penulis mohon maaf jika karya tulis ilmiah ini tidak
sempurna. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk studi lebih lanjut
untuk kemajuan Provinsi Banten.
Cilegon, Desember 2016

Penulis

iv
v

DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iv
DAFTAR ISI…………….……………………………………………………….v
ABSTRAK………………………………………………………………………..vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………1
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………….`2
1.3 Tujuan penelitian………………………………………………………2
1.4 Manfaat penelitian……………………………………………………..3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian sampah……………………………………………………..4
2.1.1 Jenis sampah………………………………………………………..5
2.1.2 Bentuk sampah……………………………………………………...7
2.2 Pengertian PLTSa……………………………………………………...8
2.2.1 Prinsip kerja PLTSa………………………………………………...8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Perancangan proses sampah menjadi energy listrik…………………...15
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Jumlah timbunan sampah………………………………………….…..19
4.2 Perhitungan potensi pemanfaatan sampah dengan metode konversi
biokimia………………………………………………………………..22
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….24
5.2 Saran…………………………………………………………………...25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
vi

ABSTRAK

Sampah di Indonesia akan terus menjadi persoalan selama tidak ada upaya
pengelolaan yang optimal untuk mengatasinya. Permasalahan sampah memberikan
dampak pada banyak aspek kehidupan tidak saja pada aspek lingkungan, tapi juga
estetika, kesehatan, sosial maupun dampak lanjutan lainnya dan Pemerintah pun telah
mengatur pengelolaan sampah di Indonesia melalui Undang Undang No. 18 Tahun
2008. Dalam mengelola sampah ada beberapa cara yang dapat dilakukan, salah
satunya adalah memanfaatkan sampah menjadi energy listrik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi potensi pemanfaatan sampah menjadi energy listrik dari
sampah yang masuk ke TPA Cilowong Kota Serang. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode observasi yaitu dengan melakukan survey langsung ke TPA
Cilowong, dan study literature yaitu dengan mngumpulkan data-data dari buku,
artikrl, jurnal dan lain sebagainnya.Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian
besar sampah yang ada di TPA Cilowong merupakan sampah organik yaitu 70,99%,
dengan jumlah sampah yang masuk ke TPA Cilowong Kota Serang sebanyak 120
ton/hari yang dapat menghasilkan listrik sebesar 1,09 MW dengan metode anaerobic
digester (konversi biokimia).

Kata kunci : Sampah, Cilowong, Listrik

vi
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemanfaatan sampah perkotaan merupakan salah satu dari prioritas nasional
bidang energi baru dan terbarukan yang tertuang dalam agenda riset nasional 2010-
2014, hal ini yang juga melatarbelakangi untuk menjadikan sampah sebagai objek
penelitian dalam konversi energi listrik. Sampah selalu menjadi permasalahan kota-
kota besar di Indonesia. Volume sampah yang kian meningkat namun tempat
pembuangan sampah akhir (TPA) yang terbatas tentunya menjadi suatu persoalan jika
tidak ditangani dengan seksama.
Pengelolaan sampah di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No 18
tahun 2008, dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dalam Undang-Undang
tersebut pengelolaan sampah didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Namun demikian cara sederhana kumpul-angkut-buang masih banyak
diterapkan di Indonesia. Banyak TPA di Indonesia yang seharusnya dikelola dengan
system sanitary landfill atau controlled landfill, seringkali dioperasikan secara open
dumping. Hal ini dikarenakan terbatasnya dana untuk menyediakan tanah penutup
serta untuk mengoperasikan alat-alat berat. Salah satu penyebab lainnya adalah
persepsi bahwa sampah adalah barang sisa yang tidak mempunyai manfaat lagi,
sehingga pengelolaan sampah selalu dianggap cost centre, sehingga ada anggapan
bahwa semakin banyak sampah yang dikelola, maka akan semakin banyak biaya yang
harus dikeluarkan untuk mengelolanya. Seperti halnya di banyak tempat di Indonesia,
pengelolaan sampah di Kota dan Kabupaten Serang masih bersifat kumpul-angkut-
buang.
2

Sampah yang terangkut di Kota Serang baru mencapai 41% dari seluruh timbulan
sampah, sedangkan di Kabupaten Serang, sampah yang terangkut dari kawasan
perkotaan baru mencapai 10%. Selain diakibatkan karena kurangnya sarana dan
prasarana pengumpulan dan pengangkutan, kurang intensifnya pengelolaan di TPA
juga dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat pengelolaan di dua daerah tersebut.
Jika sampah tersebut diolah menjadi sumber energi alternatif tentunya akan sangat
bermanfaat baik dalam penyediaan kebutuhan energi listrik maupun menambah
pasokan cadangan energi listrik di Indonesia.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
sebagai berikut:

1. Berapa jumlah timbunan sampah yang masuk ke TPA Cilowong Kota Serang?
2. Bagaimana prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah?
3. Bagaimana parameter teknis yang terkait dengan potensi pemanfaatan sampah
menjadi energi dari sampah yang masuk ke TPA Cilowong Kota Serang ?
4. Bagaimana hasil perhitungan potensi energi listrik dari pengolahan sampah di
TPA Cilowong Kota Serang?

1.3 Tujuan penelitian


Adapun tujuan nya adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui jumlah timbunan sampah yang masuk ke TPA Cilowong Kota
Serang?
2. Mengetahui prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah?
3. Mengetahui pengaruh gas metana terhadap potensi energi listrik ?
4. Mengetahui parameter teknis yang terkait dengan potensi pemanfaatan
sampah menjadi energi dari sampah yang masuk ke TPA Cilowong Kota
Serang ?
3

5. Mendapatkan hasil perhitungan potensi energi listrik dari pengolahan sampah


di TPA Cilowong Kota Serang.

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui apakah sampah dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik
2. Untuk mengetahui pengaruh gas metana terhadap potensi energi listrik
3. Untuk mengetahui potensi pemanfaatan sampah menjadi energi dari sampah
yang masuk ke TPA Cilowong Kota Serang
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah


Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber
hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai
ekonomi. Dalam Undang-Undang No. 18 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan
definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam
yang berbentuk padat.
Menurut Soemirat Slamet (2004), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk
dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang mudah membusuk terdiri
dari zat-zat organik seperti sayuran, sisa daging, daun dan lain sebagainya, sedangkan
yang tidak mudah membusuk berupa plastik, kertas, karet, logam, abu sisa
pembakaran dan lain sebagainya
Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang krusial bahkan sampah
dapat dinyatakan sebagai masalah kultural karena berdampak pada sisi kehidupan
terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, Medan,
dan kota besar lainnya. Sampah akan terus ada dan tidak akan berhenti diproduksi
oleh kehidupan manusia, jumlahnya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.
Permasalahan ini akan timbul ketika sampah menumpuk dan tidak dapat dikelola
dengan baik sehingga dapat menimbulkan dampak yang luas baik sosial, masyarakat,
kesehatan, maupun lingkungan.
Secara umum, konsep pemanfaatan sampah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
konsep pemanfaatan kembali (recycle), penggunaan kembali materi (re-use) dan
pemulihan energi (energi recovery) yang terkandung dalam sampah. [1]

1 Alex S, Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press), hlm. 41-46
5

1. Reuse
Reuse diartikan sebagai upaya memperpanjang penggunaan suatu produk baik
dalam bentuk semula maupun bentuk yang sudah dimodifikasi. Reuse dapat
dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah rusak atau habis masa
pakainya, misal vulkanisir ban. Reuse juga dapat dilakukan dengan
menggunakan kemasan suatu produk untuk digunakan menjadi kemasan produk
lain, misalnya botol air mineral yang dipakai untuk menjadi botol cat.
Pelaksanaan reuse tidak mengembalikan produk tersebut ke industri. Upaya
reuse lebih dekat pada upaya mengurangi jumlah sampah.

2. Recycle
Sampah yang tidak dapat dipakai lagi mulai masuk ke aliran pengelolaan
sampah. Beberapa jenis sampah seperti plastik dan kertas, dengan suatu teknologi
tertentu, dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku suatu produk. Proses
yang mengubah sampah tersebut menjadi bahan baku industri lain disebut recycle
atau daur ulang.

3. Recovery
Recovery (pemulihan kembali) material atau energi dapat dilakukan melalui
berbagai bentuk. Secara prinsip recycle dan recovery mempunyai kesamaan yaitu
mengembalikan kembali material ke suatu industri sedangkan perbedaannya
adalah recycle memerlukan pemisahan material yang akan didaur ulang dari
sampah, sedangkan recovery tidak memerlukan upaya pemisahan tersebut. Salah
satu bentuk konsep recovery adalah pemanfaatan sampah menjadi energy.

2.1.1 Jenis Sampah

Menurut Soemirat Slamet (2009:153) sampah dibedakan atas sifat biologisnya


sehingga memperoleh pengelolaan yakni, sampah yang dapat menbusuk, seperti
(sisa makan, daun, sampah kebun, pertanian, dan lainnya), sampah yang berupa
6

debu, sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampa-sampah yang


berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisik berbahaya.
Sedangkan menurut Amos Noelaka (2008:67) sampah dibagi menjadi 3 bagian
yakni:
1. Sampah Organik
Sampah Organik merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik / pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai, dikelola
dan dimanfaatkan dengan prosedur yang benar. Sampah ini dengan mudah dapat
diuraikan melalui proses alami. Sampah organik merupakan sampah yang mudah
membusuk seperti, sisa daging, sisa sayuran, daun-daun, sampah kebun dan
lainnya.

2. Sampah Non organik


Sampah nonorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah ini merupakan sampah yang tidak mudah
menbusuk seperti, kertas, plastik, logam, karet, abu gelas, bahan bangunan bekas
dan lainnya. Menurut Gelbert (1996) Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga
misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng.

3. Sampah B3 (Bahan berbahaya beracun)


Pada sampah berbahaya atau bahan beracun (B3), sampah ini terjadi dari zat
kimia organik dan nonorganik serta logam-logam berat, yang umunnya berasal
dari buangan industri. Pengelolaan sampah B3 tidak dapat dicampurkan dengan
sampah organik dan nonorganik. Biasanya ada badan khusus yang dibentuk
untuk mengelola sampah B3 sesuai peraturan berlaku.
7

2.1.2 Bentuk sampah


1. Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan
sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organic, seperti
sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah
tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan
sebagainya.[2]
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat
dibagi lagi menjadi:[3]

a). Biodegradable adalah sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa
hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
b). Non-biodegradable adalah sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi menjadi :
 Recyclable : sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali
karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas,
pakaian dan lain-lain.
 Non-recyclabel: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan
tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon
paper, thermo coal dan lain-lain.

2 Bambang Wintoko, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah (Keuntungan Ganda Lingkungan
Bersih dan Kemapanan Finansial, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press) hlm.,7
3 Bambang Wintoko, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah (Keuntungan Ganda Lingkungan

Bersih dan Kemapanan Finansial, hlm. 11-12


8

2. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
a). Limbah hitam sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung pathogen yang berbahaya.
b). Limbah rumah tangga sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung pathogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

2.2 Pengertian PLTSa


PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) merupakan pembangkit yang dapat
membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan
utamanya, baik dengan sampah organik maupun anorganik. Mekanisme
pembangkitan dapat dilakukan dengan metode secara pembakaran (thermal) dan
secara biologis yaitu dengan cara landfill gastification dan anaerobic digester.

2.2.1 Prinsip Kerja PLTSa


Berdasarkan metode yang dilakukan, prinsip kerja PLTSa dibedakan
menjadi tiga yaitu prinsip kerja dengan metode pembakaran (thermal) dan
dengan metode biologis (landfill gastification) dan metode anaerobic digester.
1. PLTSa Thermal
Proses kerjanya adalah sebagai berikut;
a) Sampah diturunkan kadar airnya dengan cara ditiriskan di dalam ruang
hampa udara selama kurang lebih lima hari.
b) Setelah kadar air tersisa ±45% sampah akan dimasukkan ke dalam tungku
pembakaran untuk dibakar pada suhu 850OC-900OC. Panas dari hasil
9

pembakaran ini akan memanaskan boiler dan mengubah air dalam boiler
menjadi uap.
c) Uap yang tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin akan
berputar. Karena turbin dihubungkan dengan generator maka ketika turbin
berputar generator juga akan berputar.
d) Generator yang berputar akan menghasilkan tenaga listrik yang nantinya
akan disalurkan ke jaringan listrik milik PLN sementara uap yang melewati
turbin akan kehilangan panas dan di salurkan ke boiler lagi untuk di
panaskan, demikian seterusnya.

Gambar 2.1 Proses Perubahan Sampah Menjadi Energi dengan Metode Thermal

Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa


(Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah
sebagai berikut.
a) Pemilahan Sampah
Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang.
Sisa sampah dimasukkan ke dalam tungku Insinerator untuk dibakar .
b) Pembakaran Sampah
10

Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkin


kan pembakaran berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran
dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (diatas 1300 0 C) . Asap
yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai dengan
standar baku mutu emisi gas buang.
c) Pemanfaatan Panas
Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan
untuk memanaskan boiler .Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk
memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator listrik
d) Pemanfaatan Abu Sisa Pembakaran
Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dari berat abu yang
dihasilkan diperkirakan hanya kurang dari 5% dari berat atau volume sampah
semula sebelum dibakar. Di negara-negara maju abu sisa pembakaran ini akan
dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya
setelah diproses.

Gambar 2.2 Alternatif Teknologi Pemanfaatan Sampah Menjadi Energi.

2. PLTSa Landfill Gastification


PLTSa Landfill Gastification adalah PLTSa yang memanfaatkan gas metana
(CH4) yang diperoleh dari hasil dekomposisi sampah organik pada landfill area
11

yang telah disediakan. Teknologi ini merupakan teknologi secara biologis dan
tidak menggunakan mekanisme pembakaran.

Gambar 2.3 Proses Landfill Gastification

Teknologi landfill gas untuk pembangkitan tenaga llistrik merupakan teknologi


yang berwawasan lingkungan dan dapat memperbaiki struktur dan mereklamsi
lahan TPA yang telah digunakan.

Gambar 2.4 Alternatif Teknologi Pemanfaatan Sampah Menjadi Energi


12

3. Anaerobic Digester
AD adalah proses biologis yang sering terjadi/dimanfaatkan pada pengolahan
air limbah untuk mendegradasi dan menstabilkan lumpur. Secara umum AD
sudah lama digunakan, khususnya di daerah perdesaan, untuk memproduksi
biogas yang hasilnya dipakai untuk memasak dan penerangan. DiChina dan India,
AD dengan skala kecil sudah banyak dipakai untuk mengolah limbah rumah
tangga sekaligus untuk mendapatkan biogasnya. Sedangkan untuk skala besar
(perkotaan), saat ini sudah banyak negaranegara maju di Eropa yang menerapkan
metoda ini untuk mengelola sampah perkotaannya sekaligus mendapatkan hasil
samping berupa biogas yang dimanfaatkan untuk penggerak generator listrik.
Biodegradasi unsur-unsur organik adalah hal yang umum terjadi di alam, proses
ini selalu melibatkan mikroorganisme. Jika material organik diuraikan oleh
bakteri aerob maka prosesnya disebut oksidasi dan menghasilkan CO2 dan H2O.
Apabila prosesnya dilakukan oleh mikroorganisme anaerob, dengan tanpa
kehadiran oksigen, maka bahan organic didegradasi oleh mikroba tersebut
menjadi CO2 dan Methan.
AD pada material organic dilakukan oleh sekumpulan mikroorganisma secara
sinergis. Proses digestion terdiri dari 4 tahapan, yaitu: Hydrolisys, Acidogenesis,
Acetogenesis, dan Methanogenesis.
1. Proses hydrolysis, protein makro molekul berukuran besar, seperti lemak dan
polimer karbohidrat (sukrosa dan tepung) dipecah melalui proses hidrolysis
menjadi asam amino, asam lemak, dan gula.
2. Berikutnya, zat/unsur hasil proses hydrolysis tersebut difermentasikan dalam
proses acidogenesis untuk membentuk tiga, empat dan lima carbon volatile fatty
acid, seperti lactic, butyric, propionis dan asam volaric.
3. Tahap selanjutnya adalah acetogenesis. Pada proses ini bakteri mengkonsumsi
hasil fermentasi dan menghasilkan asam asetat, karbon dioksisa, dan hidrogen.
4. Akhirnya, organisma methanogenetik mengkonsumsi asetat, hidrogen, dan
karbon dioksida untuk memproduksi methane.
13

Gambar 2.5 Proses dan Pola Anaerobic Digestion

Terdapat 3 pola biokimia yang terjadi pada tahapan methanogenesis ketika


memproduksi gas methan, pola tersebut adalah:
acetotrophic methanogenesis
4CH3 COOH → 4CO 2 + 4CH4 ………………………(2.1)
Hydrogenotrophic methanogenesis:
CO2 + 4H2 → CH4 + 2H2 O………………………..(2.2)
Methylotropicmethanogenesis:
4CH3 OH+ 6H2 → 3CH4 + 2H2 O………………………(2.3)
14

Gambar 2.6 Alternatif Teknologi Pemanfaatan Sampah Menjadi Energi


15

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan menggunakan metode observasi dan studi literatur.


Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan penelusuran studi literatur, pengumpulan
data dari media cetak dan pengolahan data, kajian teknis meliputi perhitungan total
kapasitas sampah di TPA Cilowong Kab Serang, Provinsi Banten yang akan diolah
sebagai bahan bakar pembangkit listrik Tenaga sampah kota (PLTSa), dan potensi
energy listrik yang mampu dibangkitkan, sebagai sumber energy listrik alternative
berbasis renewable energy ramah lingkungan, di tutup penyajian hasil akhir serta
kesimpulan. Pengambilan data dilakukan pada bulan desember 2016. Dalam hal ini
penulis melakukan pencarian data literatur baik melalui internet, textbook,
dokumentasi, jurnal ilmiah, dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah
sampah sebagai alternatif pembangkit listrik.

3.1 Perancangan Proses Sampah Menjadi Energy Listrik


Anaerobic digestion atau biasa dikenal dengan pengolahan anaerobik
merupakanproses suatu proses biologis dengan menggunakan mikroorganisme yang
bertujuan untukmenghasilkan biogas. Biogas ini biasanya terdiri dari gas metana
(CH4) dan karbon dioksida(CO2). Proses pengolahan ini disebut anaerobic karena
mikroorganisme yang digunakan tidak memerlukan oksigen dalam proses pengolahan
tersebut. Anaerobic digestion biasanya digunakan untuk mengolah limbah organic
seperti sampah. Berikut inimerupakan reaksi sederhana yang terjadi selama proses
pengolahan dengan menggunakan anaerobic digestion.

Komponen Kimia Utama pada Biogas


Komponen – komponen kimia utama yang terkandung dalam 1m3 biogas adalah
sebagai berikut :
16

Tabel 3.1. Tabel Komponen Utama Biogas[4]

Awalnya sampah organic seperti sisa makanan, tumbuhan dan sampah organic
lainnya di masukan kedalam sebuah penampung untuk di tambahkan air. Setelah
sampah organic tersebut di tambahkan air kemudian akan di masukan ke dalam
anaerobic diester.

Gambar 2.1. Fixed Dome Plant[5]

4 Ir.Widarto.L dan Fx. Sudarto.C.Ph. Membuat biogas. Penerbit Kanisius, 1997. Halaman 10
5 Farry B.Paimin. Alat Pembuat Biogas dari Batu Bata. Penebar Swadaya,1997. Halaman 34
17

Gambar 3.1 Perancangan Proses Sampah Dengan Metode Anaerobic Digester

Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan


menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material
orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri
pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan
asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai
panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana.
Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana. Setelah
material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari proses
anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri
pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium.
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4 ) dan karbon dioksida (CO 2 ),
dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2 S)
dan ammonia (NH3 ) serta hydrogen dan (H2 ), nitrogen yang kandungannya sangat
kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana
(CH4 ).
18

Endapan yang di dapatkan dari proses anaeribic digester tidak digunakan


sebagai sumber energy listrik melainkan di jadikan sebagai pupuk kompos. Gas bio
yang di hasilkan di distribusikan menuju boiler.

Gambar 3.2 Proses Lanjutan Pengolahan Gas Menjadi Energy Listrik

Biogas yang di hasilkan tidak hanya di manfaatkan sebagai bahan energy


listrik melainkan biasa digunakan sebagai bahan bakar kompor. Gas yang di alirkan
menuju motor akan melalui proses pemanasan agar gas tersebut memiliki tekanan.
Gas yang bertekanan akan meuju ke motor, motor akan bergerak karena aliran gas
yang memiliki tekanan akibat proses pemanasan. Motor yang bergerak akan
menggerakan generator yang kemudian akan menghasilkan daya listrik.
Energi panas dari uap air yang diproduksi oleh boiler diubah menjadi energi
mekanis berupa putaran poros pada turbin. Energi mekanis tersebut selanjutnya akan
diubah menjadi energi listrik oleh generator. Generator listrik menggunakan prinsip
dasar dari Hukum Faraday dimana apabila sebuah konduktor listrik dilewatkan ke
sebuah medan magnet, akan timbul tegangan listrik yang terinduksi pada konduktor
tersebut.
19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Timbulan Sampah


Berdasarkan Catatan Kantor UPTD TPSA Cilowong di dapat informasi
bahwa setelah pemekaran wilayah Kabupaten Serang dan Kota Serang
diperkirakan timbulan sampah yang masuk TPA Cilowong adalah 528 m3 /hari.
Timbulan sampah tersebut hampir ± 80% berasal dari wilayah Kota Serang dan
sisanya ± 20% berasal dari wilayah Kabupaten Serang.

Berdasarkan hasil pengambilan data di TPA Cilowong Kota Serang diperoleh


hasil seperti terlihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Komposisi Sampah TPA Cilowong


20

Pada saat pengamatan komposisi sampah, juga dilakukan pengamatan


terhadap berat jenis sampah, dan dihasilkan data bahwa berat jenis sampah yang
masuk ke TPA Cilowong rata rata adalah sebesar 227 kg/m3 sampah.

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Laboratorium oleh BLHD

Dari tabel tersebut dapat disampaikan bahwa ar (as received) merupakan kondisi
keadaan sampah ketika baru diambil (keadaan asal), adb (air dried): kondisi sampah
ke-hilangan air bebasnya (secara teknis, uji ana-lisis dilakukan dengan menggunakan
sampel uji yang telah dikeringkan pada udara terbuka).
21

Gross Calorific Value (adb): untuk kon-disi ini nilai cenderung tidak
menunjukkan be-saran kalor yang tepat karena free moisture tidak termasuk di
dalamnya. Gross Calorific Value (ar): analisis untuk kalori pada kondisi ini
memasukkan faktor kadar air total.

Untuk menghitung potensi listrik dari sampah kita akan mengunakan nilai kalor
NCV ar (Net Calorific Value) dengan menggunakan data hasil pengujian lab pada
Tabel 3. Rumus yang digunakan untuk menghitung NCV sebagai berikut:

NCV ar = GCV gros ar – 92,67 Btu/lb * H ar…(1)

Btu/lb = kcal/kg * 1,8

NCV ar = GCV gross ar –( (5,72* (9* H ar)) ....(2)

Nilai Har dihitung dengan rumus:

H ar = + 0,1119* M

M merupakan nilai moisture

Sehingga didapat Nilai NCV (ar) = 2.094,06 kcal/kg. Nilai kalor ini yang akan
digunakan dalam perhitungan potensi sampah menjadi listrik.

Berdasarkan hal tersebut, maka secara teoritis sampah yang masuk ke TPA
Cilowong Kota Serang dapat dimanfaatkan menjadi energi karena sebagian besar
parameter teknisnya sudah terlampaui.
22

4.2 Perhitungan Potensi Pemanfaatan Energi dengan metoda Konversi


Biokimia
Berdasarkan kajian literatur, perhitungan potensi pemulihan energi dari
sampah kota melalui konversi biokimia hanya material organik yang bisa
diuraikan (biodegradable) yang berpengaruh terhadap energi yang dihasilkan.
Jumlah biogas dapat diketahui melalui pendekatan berikut:

Jumlah total sampah = W ton

Total organik = TO %

Fraksi organik teruraikan (FO), berkisar 66% dari total organik [12] , sehingga

FO = 66% x TO % x W …………(6)

Efisiensi penguraian dalam digester berkisar 60% [12]

Biogas yang dihasilkan (Bm3 ) = 0,8 m3 /kg dari setiap organik = (0,80 x 0,60 x FO
x W x 1000)

Dengan pendekatan tersebut maka untuk kondisi sampah di TPA Cilowong adalah
sebagai berikut:

Sampah Organik yang akan diproses =


120 ton x 70% = 84 ton

Fraksi organik teruraikan (biodegradable) berkisar 66% dari total organic = 0,66 x
84 ton = 55,5 ton

Biogas yang dihasilkan

= 0,8 m3 /kg x efisiensi digester x fraksi organik (kg)

= 0,8 x 0,6 x 55.000 = 26.400 m3 /hari


23

Kisaran gas metan yang terkandung da-lam biogas hasil produksi anaerobic
digester adalah 53-70% selain itu biogas masih perlu dimurnikan sesuai dengan
pemanfaatan lanjutannya. Setelah melalui proses pemurnian (upgrading), jika
kadar metan dalam biogas tersebut diasumsikan sebanyak 60% volume, maka gas
metan dengan kadar 95% yang dihasilkan dari proses pemurnian adalah sebanyak
0,6 x 0,95 x 26.400 m3 /hari = 15.048 m3 /hari.

Nilai kalori biogas = 5000 kcal/m3 = 5,8 Kwh/ m3 (typical)

Potensi pemulihan energi (kWh) = 15.048 x 5,8 = 87.278 Kwh

Potensi daya listrik (kW) = 87.278 /24 = 3.636 kW

Efisiensi konversi = 30% Potensi daya listrik bersih


(kW)

= 1090 kW = 1,09 MW

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh potensi sampah menjadi listrik


dengan menggunakan anerobic digester untuk jumlah sampah 120 ton/hari
menghasilkan 1,09 MW.

Konversi biokimia (Anaerobic Digester) telah diterapkan di beberapa negara


sebagai pembanding di Australia pada tahun 2000 telah dibangun di New York
Wales yang mengolah sampah sebesar 187.000 ton/tahun (512 ton/ hari) yang
menghasilkan listrik 2,3 MW. Di Israel telah dibangun fasilitas Anaerobic
Digester pada tahun 2002 sampah yang diolah sebanyak 88.000 ton/tahun (241
ton/hari) menghasilkan 2-3 MW). Di India juga telah dibangun di Kota Lucknow
tahun 2005, sampah yang diolah sebanyak 165.000 ton/tahun (450 ton/hari) dan
menghasilkan 5 MW listrik.
24

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

1. Jumlah timbunan sampah yang masuk ke TPA Sampah Cilowong Kota


Serang berdasarkan informasi dari Catatan Kantor UPTD TPA Sampah
Kota Serang adalah sebanyak 528 m3/hari. Timbulan sampah tersebut
hampir ± 80% berasal dari wilayah Kota Serang dan sisanya ± 20%
berasal dari wilayah Kabupaten Serang.

2. Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dibedakan menjadi tiga


yaitu prinsip kerja dengan metode pembakaran (thermal) dan dengan
metode biologis (landfill gastification) dan metode konversi biokimia
anaerobic digester.

3. Dari hasil pengamatan lapangan dan hasil data dari Catatan Kantor
UPTD TPA Sampah CIlowong Kota Serang-Banten didapatkan fakta
bahwa sampah yang masuk ke TPA Cilowong memiliki potensi untuk
dimanfaatkan sebagai energi listrik, hal ini dibuktikan dengan adanya
beberapa parameter teknis pemulihan energi yang memenuhi kriteria.

4. Untuk dapat mewujudkan pemanfaatan energi dari pengelolaan sampah


di TPA Cilowong maka direkomendasikan untuk melakukan penelitian
lanjutan terkait dengan upaya untuk memperbaiki parameter yang belum
memenuhi syarat, seperti: upaya meningkatkan C/N Ratio jika akan
dilakukan pemanfaatan energi dengan metoda konversi biokimia.
25

5. Jumlah sampah yang masuk ke TPA Cilowong Kota Serang sebanyak


120 ton setiap harinya secara teoritis dapat di hasilkan listrik sebesar 1,09
MW melalui teknologi konversi biokimia (anaerobic digester).

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh penulis berdasarkan hasil
uraian penelitan dan pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Dinas Pengelola Pasar harus berperan lebih aktif lagi dan bekerjasama dengan
semua elemen masyarakat pasar untuk menciptakan kebersihan, dalam rangka
meningkatkan budaya hidup bersih, sehat, indah dan nyaman di Kota Serang -
Banten.
2. Paradigma penanganan sampah pada tahap akhir (TPSA) harus segera diubah
dengan pengelolaan sampah pasar mulai dari sumbernya yang dapat
mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan akan memberikan banyak
keuntungan bagi Pemerintah Kota Serang serta masyarakat.
3. TPA Sampah Cilowong Kab Serang-Banten sebagai daerah yang memiliki
potensi cukup besar sehingga dapat dijadikan sebagai suatu rujukan mengenai
tindakan preventif sehingga dapat dimanfaatkan.
26

DAFTAR PUSTAKA

Alex S, Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, (Yogyakarta:


Pustaka Baru Press), hlm. 3-4

Amos Noelaka (2008:67), Jenis, Sumber dan Karakteristik Sampah Rumah Tangga,
Engenering, London

Badan Lingkungan Hidup Kota Serang. 2016. kandungan sampah di TPA Sampah
Cilowong Kota Serang-Banten

Bambang Wintoko, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah (Keuntungan Ganda


Lingkungan Bersih dan Kemapanan Finansial, hlm. 11-12

El-Haggar, S., 2007. Sustainable Industrial Design and Waste Management, Elsevier
Science and Technology Books.

Farry B.Paimin. Alat Pembuat Biogas dari Batu Bata. Penebar Swadaya,1997.p.34.

Hasan Ashari Romadhoni dan Putu Wesen. Pembuatan Biogas Dari Sampah Pasar
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 6 No. 1

Ir.Widarto.L dan Fx. Sudarto.C.Ph. Membuat biogas. Penerbit Kanisius, 1997.p.10.

Lestari, Endang, dkk, 2009, Pemanfaatan gas dari sampah untuk pembangkit energy
listrik, M&E Volume 7 no. 3 hal 21

Maulana Arifin, dkk. 2011. Kajian Biogas Sebagai Sumber Pembangkit Tenaga
Listrik Di Pesantren Saung Balong Al-Barokah, Majalengka, Jawa Barat.
Journal of Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular Technology
Vol. 02, No 2, pp 73-78,

Monice dan Syafii. Operasi Ekonomis (Economic Dispatch) Pembangkit Listrik


Tenaga Sampah (Pltsa) Dan (Pltg) Dalam Melayani Beban Puncak
Kelistrikan Sumbar . Universitas Andalas

Safrizal. Distributed Generation Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Kota (Pltsa)


Type Incinerator Solusilistrik Alternatif Kota Medan Jepara : Unisnu

Sejati, Kucoro, 2009, pengelolaan Sampah Terpadu, Kanisius, Yogyakarta


27

Siwi Kuncoro Kukuh. 2011. Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga


Sampah Ditinjau dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan (Surabaya:
ITS,)

Soemirat Slamet, (2009:153). Jenis Dan Karakteristik Sampah. Jogjakarta

Suprihatin, Agung Dwi Prihanto dan Michel Gelbert. 1996. Sampah dan
Pengelolaannya. Malang : PPPGT / VEDC

Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008, tentang peneglolaan


sampah

Wintolo, Mahendro, 2007, Landfill Gas sebagai Energi Altenatif, M&E volume 5
no.2 hal 85-92
28

Biografi Penulis

Masnan, lahir di Serang, Banten 28 Desember 2016,


menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2010 di SDN
Damping, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Pamarayan selesai
pada tahun 2013, selanjutnya di terima di SMAN 1 Pamarayan
selesai pada tahun 2016. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas
penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa Program Study Teknik Kimia. Dan sekarang tercatat
sebagai mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Anda mungkin juga menyukai