Anda di halaman 1dari 32

PT.

NEWMONT NUSA TENGGARA,


KABUPATEN SUMBAWA BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INFORMASI UMUM

PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), perusahaan pertambangan batubara di


Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, beroperasi berdasarkan
persetujuan dari Menteri Lingkungan Hidup dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-41/MENLH/10/1996 Tentang ANDAL, RKL dan
RPL Terpadu Pertambangan Tembaga-Emas di batu Hijau dan Fasilitas Penunjangnya
PT. Newmont Nusa Tenggara tanggal 2 Oktober 1996 dan Persetujuan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor: 3126/0115/SJ.T/1997 Tentang ANDAL, RKL dan RPL
PLTU, PLTD dan SUTT di Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa, Propinsi NTB tanggal
20 Agustus 1997. PT. Newmont Nusa Tenggara adalah perusahaan pertambangan
umum dengan status permodalan campuran, Asing (56%) dan Dalam Negeri (44%).

Luas areal lokasi kegiatan adalah 37.730 Ha (area proyek) dan 87.540 Ha (area
Kontrak Karya) dengan kapasitas produksi/pengolahan terpasang 120.000 ton/hari
(SAG Mills) dan 92.000 ton/hari (Q1-2013) atau 88.000/hari (tahun 2012).
Penambangan dimulai dengan pemboran dan peledakan batuan di lubang Pit. Batuan
bijih kemudian diangkut menggunakan Haul Truck ke Primary Crusher dan Stockpile
yang terletak di pinggir Pit. Penghancuran di Primary Crusher menghasilkan batuan
dengan ukuran maks. 15 cm. Dari sini batuan dikirim ke pabrik pengolahan
(Concentrator) dengan menggunakan conveyor sepanjang 5,4 km. Di Concentrator
batuan bijih digiling menggunakan SAG Mills dan Ball Mills dengan campuran air
laut/tawar untuk memperoleh batuan dengan ukuran 200 micron. Bijih halus ini
kemudian dikirim ke tangki flotasi untuk proses pemisahan konsentrat dengan tailing
melalui proses fisika dengan bantuan reagents. Tailing dikirim ke teluk senunu
melalui jaringan pipa untuk penempatan bawah laut pada kedalaman 120 m.
Konsentrat slurry kemudian dialirkan ke tangki CCD untuk pembersihan akibat
campuran air laut. Setelah itu konsentrat ini dikirim ke benete melalui pipa sepanjang
17.6 km untuk pengeringan hingga 90% di Filter Plant sebelum ditempatkan di
gudang pengapalan.

Setiap kegiatan reklamasi dan revegetasi memiliki perencanaan, pelaksanaan,


pemantauan, evaluasi keberhasilan dan pelaporan sesuai dengan dokumen RKTTL
(Rencana Kerja Tahunan Teknik dan Lingkungan).

Dalam operasionalnya PT. Newmont Nusa Tenggara dapat membuktikan bahwa


kegiatan yang dilakukan telah memenuhi kaedah-kaedah penambangan yang baik dan
benar. PT. Newmont Nusa Tenggara berhasil membangun citra perusahaan tambang
ramah lingkungan dengan mendapatkan predikat terbaik dalam evaluasi lingkungan,
dua tahun berturut-turut mendapat predikat HIJAU dalam evaluasi PROPER KLH.
STATUS PENAATAN PERIODE 2012-2013

A. Dokumen Lingkungan/Izin Lingkungan


Kegiatan operasi penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara didukung dokumen
analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan
lingkungan kegiatan terpadu pertambangan tembaga – emas di batu hijau dan fasilitas
penunjangnya, Berdasarkan KepMen LH Nomor : Kep – 41 / MENLH/10/1996 oleh Menteri
Negara Lingkungan Hidup, Tanggal 2 Oktober 1996., serta memiliki dokumen perijinan
lingkungan lainnya meliputi izin pembuangan air limbah, izin TPS limbah B3 dan izin
pengoperasian incinerator.

No. Kewajiban penanggungjawab Penaatan Temuan


usaha sesuai PP 27/2012
1. Memiliki dokumen lingkungan/Izin Taat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan. Lingkungan Hidup Nomor :
KEP-41/MENLH/10/1996
Tentang ANDAL, RKL dan
RPL Terpadu Pertambangan
Tembaga-Emas di batu Hijau
dan Fasilitas Penunjangnya
PTNNT disetujui oleh KLH
2. Melaksanakan ketentuan dalam Taat Perusahaan telah melakukan
dokumen lingkungan/izin ketentuan izin lingkungan dan
lingkungan: tertera dalam dokumen RKL dan
A. Deskripsi kegiatan (luas area RPL.
dan kapasitas produksi)
B. Pengelolaan lingkungan
terutama terutama aspek
pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran
udara, dan Pengelolaan LB3
3. Melaporkan pelaksanaan dokumen Taat Perusahaan telah melakukan
lingkungan/izin lingkungan pelaporan Triwulan III dan IV
(terutama aspek pengendalian Tahun 2012, Triwulan I Tahun
pencemaran air, pengendalian 2013 ke Badan Lingkungan
pencemaran udara, dan Pengelolaan Hidup.
LB3)

B. Pengendalian Pencemaran Air


Pengelolaan air limbah dari areal pertambangan sudah dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Tahapan awal adalah melakukan kajian pola aliran
permukaan yang masuk ke areal tambang. Kajian dimaksudkan untuk menetapkan
titik penaatan-titik penaatan air limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Saat ini
PLTU memliki sistem pendingin yang sudah memiliki izin pembuangan air limbah ke laut
No. 479 Tahun 2008 yang akan berakhir pada tanggal 28 Juli 2013 dan Izin pembuangan air
limbah IPAL D No. 22,23,24,25 dan 43 Tahun 2012 yang diterbitkan oleh Bupati Sumbawa
Barat untuk lokasi Townsite, Landfill, Trakindo, Benete dan MMA. Air limbah yang di
buang melalui semua lokasi titik penaatan sudah dilakukan pengujian laboratorium
eksternal setiap 1 (satu) bulan sekali. Hasil analisasi menunjukkan bahwa air limbah
yang dibuang tersebut telah memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan.

Kebijakan yang diambil oleh perusahaan saat ini adalah mempersiapkan dahulu
fasilitas pengelolaan air limbah dan kemudian memintakan izin pembuangan air
limbah ke Menteri Lingkungan Hidup dan Bupati. Setelah semua fasilitas dan izin
diperoleh baru fasilitas tersebut dioperasikan sebagai sarana pengolahan air limpah
(IPAL).

Foto salah satu outlet air limbah yang dibuang ke lingkungan.

Pembangunan fasilitas IPAL ini telah melalui perencanaan pembangunan IPAL


dengan mempertimbangkan kualitas dan volume air limbah (curah hujan tertinggi)
yang akan diolah.

Kebijakan managemen PT. Newmont Nusa Tenggara terhadap pelaksanaan


konservasi air juga termasuk sebagai salah satu bagian dalam efisiensi sumber daya.
Beberapa aktivitas terkait konservasi air adalah sebagai berikut: Pengaspalan jalan
mampu menghemat air untuk penyiraman, fasilitas pencucian alat berat dan angkutan
karyawan yang menggunakan sistem sirkulasi tertutup. Sedang dalam perencanaan
adalah pembuatan dan pemanfaatan Settling Pond dan Cachtment Dam sebagai
sumber air yang akan dimanfaatkan.

Hasil kinerja pengelolalaan air limbah termasuk konservasi air diatas PT. Newmont
Nusa Tenggara dapat menurunkan beban pencemaran air limbah yang dibuang ke
lingkungan sebagaimana disajikan dalam tabel dibawah.

No Lokasi Parameter Beban Outlet


Jul ’12 – Jun ’13
1. WWTPDBB03 TSS 411330
WWTPDBB03 BOD 1777447.2
WWTPDBB03 COD 4506907
WWTPDBB03 Oil and grease 1520940
2. WWTPDBEN01 TSS 7942.5
WWTPDBEN01 BOD 20885.5
WWTPDBEN01 COD 41342
WWTPDBEN01 Oil and grease 23680
3. WWTPDLF01 TSS 254756
WWTPDLF01 BOD 115538
WWTPDLF01 COD 448181
WWTPDLF01 Oil and grease 157895
No Lokasi Parameter Beban Outlet
Jul ’12 – Jun ’13
4. WWTPDMMA01 TSS 5403.2
WWTPDMMA01 BOD 48392
WWTPDMMA01 COD 132541
WWTPDMMA01 Oil and grease 51875
5. WWTPDTR01 TSS 1408
WWTPDTR01 BOD 25155.1
WWTPDTR01 COD 62740
WWTPDTR01 Oil and grease 14080
6. FASH01 TDS Grav 24996053055
FASH01 TSS 294340408
FASH01 As-D 162546.9356
FASH01 Ba-D 3559626.05
FASH01 Cd-D 4612.0142
FASH01 Cr-D 513992.569
FASH01 Cu-D 228202.465
FASH01 Fe-D 2306007.1
FASH01 Mn-D 43670.06897
FASH01 Hg-D 2183.503448
FASH01 Zn-D 218350.3448
FASH01 Cr6-D 873401.3793
FASH01 H2S 873401.3793

Status Penaatan:
No. Pengelolaan Limbah Cair Penaatan Temuan
1. Ketaatan terhadap Izin Taat - Izin penetapan lokasi titik penaatan
air limbah kegiatan penambangan No.
5784 Tahun 2011 untuk lokasi
SWTON – 35 dan SWSEJ-24 dan
No.2 Tahun 2013 untuk lokasi
SWTON-24 yang diterbitkan oleh
Bupati Sumbawa Barat.
- Izin pembuangan air limbah ke laut
No. 479 Tahun 2008 yang diterbitkan
oleh Menteri Lingkungan Hidup.
- Izin pembuangan air limbah IPAL D
No. 22,23,24,25 dan 43 Tahun 2012
yang diterbitkan oleh Bupati
Sumbawa Barat untuk lokasi
Townsite, Landfill, Trakindo, Benete
dan MMA .
2. Ketaatan terhadap titik 100% Perusahaan mempunyai 2(dua) titik
penaatan pemantauan outlet di PLTU Power Plant dan 5
(lima) outlet limbah domestik dan
seluruhnya sudah dilakukan
pemantauan.
3. Ketaatan terhadap parameter 100% Parameter yang dipantau sudah lengkap
Baku Mutu sesuai telah memenuhi baku mutu
sesuai peraturan yang berlaku.
4. Ketaatan terhadap pelaporan 100% Perusahaan telah melaporkan hasil uji
kualitas air limbah bulan Juli 2012 -
Juni 2013.
No. Pengelolaan Limbah Cair Penaatan Temuan
5. a. Ketaatan terhadap 100% Pada saat verifikasi parameter
pemenuhan Baku Mutu konduktivity melebihi bakumutu.
b. Pemenuhan Baku Mutu ------ - Dilakukan pengambilan sampel air
berdasarkan Pemantauan limbah di Tail Box dan air limbah
Tim PROPER domestik IPAL D Townsite.
- Parameter yang diuji pH, DO,
conductivity, TDS, TSS, Turbidity,
BOD,Cl, COD dan Minyak &
Lemak.
- Menunggu hasil laboratorium.
6. Ketaatan terhadap Ketentuan Taat Tidak ada bypass dari saluran sebelum
Teknis masuk ke kolam IPAL dan sudah
memasang alat ukur debit.

C. Pengendalian Pencemaran Udara


Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan untuk mengurangi pencemaran dari
aktivitas penambangan maupun aktivitas penunjang kegiatan penambangan.
Dilakukan penyiraman jalan-jalan tambang untuk mengurangi polusi debu. Hasil
pengukuran udara ambient setiap 6 bulan sekali masih memenuhi baku mutu kualitas
udara yang ditetapkan. Sedangkan untuk kegiatan penunjang operasional seperti
pembangkit listrik telah dilakukan pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku.

Status Penaatan:
No. Pengendalian Pencemaran Udara Penaatan Temuan
1. Ketaatan terhadap titik penaatan 100%  Sumber Emisi : 4 Genset, 4
pemantauan PLTGU, 1 incinerator
2. Ketaatan terhadap pelaporan 100% Semua parameter dari hasil
pemantauan semua sumber
emisi sudah dilaporkan sesuai
peraturan
3. Ketaatan terhadap parameter Baku 100% Parameter yang dipantau dari
Mutu Emisi semua sumber emisi sudah
sesuai peraturan
4. Ketaatan terhadap pemenuhan Baku 100% Hasil pemantauan emisi
Mutu Emisi seluruh sumber emisi telah
memenuhi baku mutu emisi
5. Ketaatan terhadap ketentuan Teknis Semua cerobong sudah
yang dipersyaratkan Taat dilengkapi dengan sarana dan
prasarana sampling

D. Pengelolaan Limbah B3

PT. Newmont Nusa tenggara merupakan salah satu perusahaan pertambangan


tembaga dan emas yang beroperasi di Indonesia. Dalam operasionalnya perusahaan
menghasilkan beberapa jenis limbah baik itu limbah domestik maupun yang termasuk
kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah B3 dominan yang
dihasilkan diantaranya adalah tailing, pelumas bekas, fly ash dan bottom ash. Khusus
untuk tailing perusahaan melakukan pengelolaan dengan metode
dumping/penempatan tailing di dasar laut teluk senunu. Kegiatan ini telah memiliki
izin dari Kementerian Lingkungan Hidup berupa KepMen LH No. 92 Tahun 2011.
Sebagai sebuah perusahaan tambang terintergrasi PT.NNT melakukan beberapa
kegiatan pengelolaan limbah B3:
1. Penyimpanan sementara limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan disimpan terlebih dahulu sebelum dilakukan
pengelolaan lanjutan, terdapat 18 shelter penyimpanan sementara limbah B3
sebagai titik awal limbah dihasilkan sebelum limbah ditransfer ke Gudang
penyimpanan utama yang berlokasi di Benete dengan izin Keputusan Bupati
Sumbawa Barat No. 171 Tahun 2013
2. Pemanfaatan minyak pelumas bekas dan abu batubara
PT. NNT melakukan pemanfaatan limbah B3sebagai perwujudan dari metode
3R (reuse recycle rcovery). Limbah yang dimanfaatkan antara lain minyak
pelumas bekas sebagai bahan substitusi solar dalam peledakan (ANFO) serta
sebagai bahan bakar di PLTU. Sebagian abu batubara (fly ash dan bottom ash)
dari PLTU juga dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan beton dan
paving block. Kegiatan pemanfaataan tersebut telah dilengkapi dengan izin :
KepMen LH No. 489 Tahun 2009 (izin ANFO), Kep Men LH No. 36 Tahun
2011 (Izin Pemanfaatan pelumas bekas di PLTU Benete) Kep Men LH No. 179
Tahun 2010 (izin pemanfaatan abu batubara). Dalam upaya melakukan 3R
PT.NNT juga melakukan inovasi untuk memperpanjang masa pakai pelumas
bekas dengan melakukan penyaringan menggunakan alat bernama kidney loop
3. Penimbunan abu batubara
Fly ash dan bottom ash yang dihasilkan dari PLTU ditimbun di area
penimbunan khusus kategori II (Secure Landfill Single Liner) yang memiliki
izin dari KLH Kep Men LH No. 110 Tahun 2010
4. Pengolahan limbah B3 medical di insinerator
PT.NNT dalam operasional di site memiliki rumah sakit yang menghasilkan
limbah medis yang dikelola dengan metode thermal menggunakan insinerator
yang juga memiliki izin Kep Men LH No. 127 Tahun 2009
5. Pembuangan/dumping tailing
Tailing merupakan limbah dari pengolahan bijih di pabrik pengolahan. Tailing
tersebut dialirkan dari pabrik dengan menggunakan pipa khusus (pipa darat)
sepanjang 7 km ke bibir pantai dan selanjutnya disambung dengan pipa laut
sepanjang 2 km ke teluk senunu.

Berdasarkan data sampai periode Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 limbah B3
yang dihasilkan dan dikelola dapt dilihat pada tabel berikut :

Limbah
Satua Limbah Limbah
Jenis Limbah Belum Perlakuan
n Dihasilkan Dikelola
Dikelola
A. Sumber Dari Proses Produksi
Tailing Ton 33310528 33310528 -- Ditempatkan (dumping) di
dasar laut teluk Senunu
B. Sumber Dari Luar Proses Produksi
Oli Bekas Ton 1663.7 1663.7 0 Diserahkan ke PT. Logam
Jaya Abadi, pengangkut PT.
Logam Jaya Abadi kode
manifest AE, PT. Multazam
kode manifest JM
Material Ton 1244.76 1244.76 0 Diserahkan ke PT. PPLI &
terkontaminasi PT. Andhika Makmur
Persada,pengangkut PT.
PPLI & PT. Andhika
Makmur Persada kode
manifest AA & XN
Elektronik (listrik Ton 47.33 47.33 Diserahkan ke PT.PPLI,
dan computer) Pengangkut PT.PPLI kode
manifest AA
Bahan kimia Ton 147.16 147.16 0 Diserahkan ke PT.PPLI,
kedaluarsa cair Pengangkut PT.PPLI kode
manifest AA
Fire Assay Ton 104.40 104.40 0 Diserahkan ke PT.PPLI,
Pengangkut PT.PPLI kode
manifest AA
Limbah Medis Ton 1.55 1.55 0 Dibakar di insinerator

Abu Insenerasi 0 Diserahkan ke PT.PPLI,


Ton 2.10 2.10 Pengangkut PT.PPLI kode
manifest AA
Baterai Aki Ton 59.35 59.35 0 Diserahkan ke PT.
Muhtomas, pengangkut
PT.Muhtomas Kode
manifest EY, PT. Meratus
Line kode manifest DJ
Pelumas grease Ton 127.17 127.17 0 Diserahkan ke PT.PPLI,
Pengangkut PT.PPLI kode
manifest AA
Abu batubara Ton 11562.5 11562.5 0 Ditimbun di ash landfill dan
diserahkan ke PT.Jaya
Ready Mix, pengangkut PT.
Meratus Line kode manifest
DJ PT. Jaya Ready Mix
kode manifest EC

TOTAL Ton 33325340.18 33325340.1 0


8
Persentase % 100 0

Status penaatan PT. NNT berdasarkan kriteria penilaian PROPER sebagai berikut :

No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 Taat Belum Keterangan


Taat
1. a. Pendataan jenis dan volume limbah yang Telah melakukan
dihasilkan pendataan jenis dan
√ -
volume semua limbah
yang dihasilkan
b. Pelaporan Telah melakukan
√ -
pelaporan secara rutin
2. Status perizinan pengelolaan limbah B3 Memiliki izin
√ -
pengelolaan limbah B3
3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin
a. Pemenuhan Ketentuan Teknis √ Memenuhi 100%
-
ketentuan teknis
b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi √ Memenuhi bakumutu
-
insinerator
c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah √ Memenuhi bakumutu
-
air lindi landfill
d. Pemenuhan Pemanfaatan √ Memenuhi persyaratan
-
pemanfataan
4. Penanganan open dumping, pengelolaan
tumpahan, dan penanganan media terkontaminasi
LB3
a. Rencana pengelolaan -
b. Pelaksanaan pengelolaan -
c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola -
d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT -
5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan Semua limbah B3

peraturan terkelola
6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 dan Pihak ketiga pengelola
pengangkutan limbah B3 √ limbah memenuhi
persyaratan
7. Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu

(antara lain : Dumping, Re-injeksi, dll)
Kesimpulan PLB3 √

E. Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Rekapitulasi Penilaian
KRITERIA PENILIAI
Tidak Potensi Potensi
Nilai Potensi Rusak Rusak
No. Tahapan Lokasi Rusak Ringan Berat Keterangan
Total
(X ≥ 80) (55 < X < (X < 55)
80)x

1. Pembersihan East 100 √ Sudah memenuhi semua


lahan, Dump ketentuan kriteria
pengupasan (545 - pengendalian kerusakan
tanah pucuk dan 585 RL) lingkungan
penggalian tanah
penutup
KRITERIA PENILIAI
Tidak Potensi Potensi
Nilai Potensi Rusak Rusak
No. Tahapan Lokasi Rusak Ringan Berat Keterangan
Total
(X ≥ 80) (55 < X < (X < 55)
80)x

2. Pembersihan Kanloka 98 √ Sudah memenuhi semua


lahan, (330-375 ketentuan kriteria
pengupasan RL) pengendalian kerusakan
tanah pucuk dan lingkungan
penggalian tanah
penutup
3. Pembersihan Ujat (315 98 √ Sudah memenuhi semua
lahan, - 360 ketentuan kriteria
pengupasan RL) pengendalian kerusakan
tanah pucuk dan lingkungan
penggalian tanah
penutup
4. Pembersihan Phase 7 94 √ Sudah memenuhi semua
lahan, (530 - ketentuan kriteria
pengupasan 675 RL) pengendalian kerusakan
tanah pucuk dan lingkungan
penggalian tanah
penutup.
5. Pembersihan East 82 √ Sudah memenuhi semua
lahan, Dump ketentuan kriteria
pengupasan (555- pengendalian kerusakan
tanah pucuk dan 585RL) lingkungan
penggalian tanah
penutup.
6. Pembersihan Katala 82 √ Sudah memenuhi semua
lahan, (260-300 ketentuan kriteria
pengupasan RL) pengendalian kerusakan
tanah pucuk dan lingkungan
penggalian tanah
penutup.
7. Pembersihan Kanloka 82 √ Sudah memenuhi semua
lahan, (375-450 ketentuan kriteria
pengupasan RL) pengendalian kerusakan
tanah pucuk dan lingkungan
penggalian tanah
penutup.

8. Pembersihan Ujat 82 √ Sudah memenuhi semua


lahan, (360-405 ketentuan kriteria
pengupasan RL) pengendalian kerusakan
tanah pucuk dan lingkungan
penggalian tanah
penutup.
9. Penambangan PIT 93 √ Sudah memenuhi semua
Tambang ketentuan kriteria
Batu pengendalian kerusakan
Hijau lingkungan
Fase 6
10. Penimbunan Tongolo 93 √  aspek manajemen telah
waste rock ka memenuhi semua
(405RL) ketentuan kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
KRITERIA PENILIAI
Tidak Potensi Potensi
Nilai Potensi Rusak Rusak
No. Tahapan Lokasi Rusak Ringan Berat Keterangan
Total
(X ≥ 80) (55 < X < (X < 55)
80)x

 Agar membuat fasilitas


pengendali erosi sebelum
memasuki musim hujan.

11. Penimbunan Ujat (375 93 √  aspek manajemen telah


waste rock RL) memenuhi semua
ketentuan kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
 Agar membuat fasilitas
pengendali erosi sebelum
memasuki musim hujan.

12. Penimbunan Ore 93 √  aspek manajemen telah


stockpile memenuhi semua
Sejorong ketentuan kriteria
(555 RL) pengendalian kerusakan
lingkungan
 Agar membuat fasilitas
pengendali erosi sebelum
memasuki musim hujan.

13. Penimbunan Ore 93 √  aspek manajemen telah


stockpile memenuhi semua
East ketentuan kriteria
Dump pengendalian kerusakan
(585). lingkungan
 Agar membuat fasilitas
pengendali erosi sebelum
memasuki musim hujan.

14. Reklamasi Tongolo 100 √ Sudah memenuhi semua


ka (270 - ketentuan kriteria
315 RL) pengendalian kerusakan
lingkungan
15. Reklamasi Ujat (150 100 √ Sudah memenuhi semua
-300 RL) ketentuan kriteria
pengendalian kerusakan
lingkungan
16. Reklamasi Kanloka 100 √ Sudah memenuhi semua
(270 - ketentuan kriteria
345 RL) pengendalian kerusakan
lingkungan
JUMLAH DATA 16 16 0 0 TAAT

F. Community Development/Coorporate Social Responsibility

PT Newmont Nusa Tenggara atau yang disingkat PTNNT merupakan


perusahaan pertambangan yang berkantor pusat di Amerika Serikat. PTNNT telah
beroperasi di Indonesia sejak tahun 2000. Kegiatan produksi ini merupakan
tindaklanjut dari Kontrak Karya yang ditandatangani pada tahun 1986. Pada tahun
1990, tim peneliti dari PT NNT menemukan cebakan tembaga porfiri di wilayah yang
saat ini dikenal dengan Batu Hijau. Batu hijau terletak di Kecamatan Jereweh dan
Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari
Kabupaten Sumbawa.
Sejak penemuan tersebut, PT NNT melakukan serangkaian kajian teknis untuk
memastikan tingkat kekonomian dan juga pemenuhan standar lingkungan dan sosial.
Berdasarka kajian-kajian ini pembangunan proyek yang menelan biaya US$ 1,8
Milyar dimulai pada tahun 1997. Proses konstruksi membuka lapangan pekerjaan
hingga 7.100 tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja pada saat konstruksi ini
memberikan keuntungan ekonomi lokal yang cukup signifikan. Pada tahun 1999
konstruksi pabrik PTNNT Batu hijau selesai sehingga kegiatan produksi dapat mulai
pada tahun 2000.
Karakteristik geologi Batu Hijau merupakan cebakan tembaga porfiri yang
memiliki kandungan tembaga dan emas relatif kecil. Setiap ton bijih yang diolah
hanya menghasilkan 4,87 kg tembaga. Sedangkan untuk kandungan emas sebesar 0.3
g untuk setiap ton bijih yang diolah. Proses pengolahan bijih menggunakan teknik sel
Flotasi yang meminimalisir penggunaan bahan kimia. Oleh sebab itu dampak terhadap
lingkungan hidup dapat diminamilir. Komitmen PT NNT tidak hanya dalam proses
produksi yang meminimalisir dampak lingkungan, melainkan juga dampak sosial.

Arah Kebijakan Community Development


Membangun hubungan yang berbasis kepercayaan dan memberikan nilai
tambah bagi masyarakat lokal tersurat dalam kebijakan tanggungjawab sosial
PTNNT. PTNNT menempatkan tanggungjawab sosial sebagai bagian integral dalam
tata kelola bisnis. Hal ini terlihat ketika masuk pertama kali di pabrik Batu Hijau.
Setiap orang yang masuk ke wilayah kerja PTNNT wajib mengikuti “safety
induction”. Proses ini lazim di semua perusahaan-perusahaan. Namun secara
substansi ada yang berbeda dibanding perusahaan-perusahaan lainnya. Safety
induction di PTNNT tidak hanya terkait tatacara penanganan darurat dan sistem
keamanan, melainkan juga tata cara menjadi tetangga yang baik (good neigbourhood)
bagi masyarakat sekitar. Secara jelas disampaikan bahwa setiap karyawan dan tamu
PTNNT wajib menghargai nilai dan kebudayaan masyarakat lokal.
Dalam rangka menjalankan komitmen tanggungjawab sosial PTNNT
merumuskan enam prinsip dasar program pengembangan masyarakat.
 Berkelanjutan
Mewujudkan masyarakat mandiri dan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat
meskipun masa operasi tambang telah berakhir. Prinsip ini sejalan dengan
paradigm sustainable livelihood dimana program-program pengembangan
masyarakat tidak hanya mengoptimalkan kebermanfaatan perusahaan pada
saat operasi, melainkan juga memastikan penghidupan berkelanjutan pasca
operasi.
 Kemitraan
Masing-masing actor memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan peran seluruh stakholders dibutuhkan
kerangka kemitraan dalam program pengembangan masyarakat. PTNNT
mengutamakan konsultasi aktif, kerja sama, kemitraan dengan masyarakat,
pemerintah, LSM, dan organisasi lokal lainnya.
 Teknologi tepat guna
PTNNT mendorong adanya inovasi kelembagaan dan teknologi tepat guna
untuk melahirkan solusi terbaik bagi masyarakat. Berbagai riset dan kerjasama
telah dilakukan untuk menghasilkan teknologi yang tepat untuk masyarakat
local baik secara lingkungan maupun social. Adanya teknologi tepat guna
lebih memastikan keberlanjutan karena masyarakat mampu mengoperasikan
serta mengelola secara sendiri.
 Penggalangan dana
Pemberdayaan sebagai on going proses membutuhkan ketekunan dan
konsistensi pendampingan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, program
pengembangan masyarakat yang berkelanjutan membutuhkan dukungan
pendanaan yang cukup banyak. Sinergi pendanaan yang berasal dari sumber
daya PTNNT, lembaga donor, LSM, lembaga multilateral, dan investasi atau
kontribusi sektor swasta lainnya mutlak dibutuhkan.
 Praktik Terbaik
Menciptakan perubahan social di masyarakat merupakan proses yang tidak
mudah. Pengalaman di berbagai tempat menunjukkan bahwa perubahan social
dimulai dari simpul-simpul percontohan. Best practice menjadi media untuk
melahirkan perubahan secara menyeluruh.
 Kontribusi Masyarakat
Pengembangan masyarakat sebagai sebuah proses memutuhkan waktu yang
relative lama atau bertahap. Rancangan program tidak akan mencapai tujuan
tanpa peran aktif masyarakat. Masyarakat tidak hanya sekedar objek program,
melainkan actor terdepan dalam program itu sendiri. PTNNT, pemerintah dan
LSM hanya sebagai fasilitator yang mengiringi langkah perubahan
masyarakat.

Struktur Organisasi; Etalase Komitmen terhadap CSR.


Corporate social responsibility telah menjadi bagian dari pengelolaan bisnis
modern. Perusahaan yang berskala UMKM hingga multinasional
mengimplementasikan CSR sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Melaksanakan program pengembangan masyarakat bukan satu-satunya indicator
melihat komitmen perusahaan terhadap CSR. Perspektif institusional
merekomendasikan bahwa melihat komitmen perusahaan terhadap CSR lebih jelas
melalui indicator struktur kelembagaan. Struktur kelembagaan merupakan etalase
komitmen perusahaan terhadap CSR.
Secara umum struktur kelembagaan CSR dapat dikategorisasikan dalam
beberapa model yakni; kewilayaan, isu (sector), dan siklus program. Model
kewilayahaan merupakan bentuk kelembagaan yang menempatkan community
development officer (CDO) di wilayah-wilayah binaan. Masing-masing CDO
bertanggungjawab di masing-masing wilayah. Sedangkan model isu adalah
kelembagaan yang membagi CDO dalam bidang-bidang program misalnya,
kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan dan social budaya. Model siklus bentuk
kelembagaan yang membagi CDO dalam siklus program misalnya, planning dan
development, implementasi, serta monitoring dan evaluasi. Masing-masing model
kelembagaan memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda.
Pengelolaan program CSR di PT NNT ditangani oleh departemen Social
Responsibility and Government Relation. Departemen ini dipimpin oleh seorang
General Manager. Pada saat dilakukan kegiatan evaluasi ini, PT NNT sedang
melakukan penataan organisasi pengelola CSR. Penataan organisasi ini dalam rangka
meningkatkan dan mempermudah koordinasi kerja antara fungsi community
development dan community relation. Pengalaman selama ini memberi pelajaran
bahwa pemisahan kedua fungsi tersebut belum mampu mengoptimalkan kerja
lembaga secara menyeluruh.
Keputusan reorganisasi kelembagaan CSR di PTNNT menghasilkan sebuah
model baru yang menggabungkan antara model wilayah, isu dan proses. Jabatan
tertinggi yang mengelola CSR adalah General Manager. Jabatan tersebut meningkat
dari yang sebelumnya pada tingkat manager. Peningkatan jabatan ini merupakan bukti
komitmen perusahaan. Sampai saat ini masih banyak perusahaan yang menempatkan
fungsi CSR sebagai additional job. GM Social Responsibility and Government di
PTNNT membawai empat manager yakni Manager Social Responsibility Planing and
Development, Manager Social Responsibility Lombok, Manager Social
Responsibility Kabupaten Sumbawa Barat, Manager Social Responsibility Sumbawa
Besar. Selain empat manager tersebut, GM juga langsung membawai bagian business
development, budget and cost dan support.
Manager Planning and development memiliki beberapa bagian yakni donation,
infrastructure, capacity building, project control, research, support. Masing-masing
bagian memiliki sumberdayan manusia antara 1 hingga 4 orang. (lihat gambar).

Struktur Organisasi Social Responsibility and Government Relation

Presiden Direktur

General Manager SRG

Manager Manager Manager Manager Business Budget and Budget and


SR SR SR SR development Cost Cost
P&D

Bagian Donation Lombok Sumbawa Wilayah Taliwang


Bagian Infrastructure Besar Wilayaj Jareweh & maluk
Bagian Cap Building Wilayah Sekongkang
Bagian Project Control Spec Project
Research and rep Support
Support
Struktur departemen Social Responsibility and Government di PTNNT
membuktikan komitmen PTNNT terhadap isu social. Namun demikian untuk
meningkatkan kinerja lembaga dibutuhkan kerangka sumberdaya manusia yang
kompeten dibidangnya.
Tabel. Komposisi SDM menurut pengalaman kerja

Dari sisi pengalaman, staff memiliki pengalaman yang bervareasi di bidang


community development dan juga government relation. Sebagian besar memiliki
pengalaman antara 10-15 tahun. Semakin lama bekerja tidak secara otomatis memiliki
kompetensi yang lebih. Ada istilah bekerja menurut “rutinitas”. Pengalaman perlu
ditunjang peningkatan SDM melalui serangkaian pelatihan kompetensi sebagai
fasilitator pemberdayaan masyarakat.
Pada konteks inilah, PTNNT belum memiliki roadmap pengembangan
sumberdaya manusia. Dari aspek pendidikan formal, latar belakang SDM di
departemen SRG terdiri dari 46% sarjana, 31% SMA, 14% D3, 4% S2, SD3% dan
masing-masing 1% D1, dan D2.
Tabel. Komposisi SDM departemen SRG menurut pendidikan

Sebagai bagian dari komitmen terhadap kesetaraan, PTNNT juga memberikan


kesempatan kepada wanita untuk berkarir di sector pertambangan. Dari 137 staf di
Departemen SRG, 20 orang atau 15 persenya adalah wanita. Komposisi ini cukup
besar karena tambang tergolong pekerjaan yang maskulin.
Indicator kapasitas kelembagaan yang merupakan etalase komitmen terhadap
isu social adalah dukungan pendanaan. Dalam kebijakan perusahaan, PTNNT secara
jelas menyatakan bahwa pendanaan CSR merupakan bagian integral dari pengelolaan
bisnis. Oleh sebab itu dianggarkan bukan dari prosentase laba. “baik laba maupun rugi
perusahaan tetap akan menganggarkan CSR sebagai komitmen perusahaan terhadap
masyarakat local”.
Tabel. Perbandingan dana CSR dan Laba

Tabel di atas membuktikan bahwa komitmen CSR sebagai bagian dari


pengelolaan bisnis secara menyeluruh terimplementasi dengan baik. Hal tersebut
terbukti pada tahun 2012 anggaran CSR sebesar 382,078 Milyar sedangkan laba
hanya 61 Milyar. Komitmen yang sama juga diterapkan pada anggaran 2013. Pada
tahun 2013 diprediksikan bahwa PTNNT mengalami kerugian sebesar 19 milyar.
Namun demikian budget CSR pada tahun 2013 ditetapkan sebesar 267 milyar.
Komposisi anggaran CSR terdiri dari 84 % program dan 16% operasional/overheat.
Table. Anggaran CSR 2009-2013

Sumber anggaran CSR selama lima tahun berasal dari dua pos yakni anggaran
rutin dan additional fund. PTNNT memberikan alokasi anggaran senilai US$ 38 juta
untuk akselerasi pengembangan masyarakat di wilayah Provinsi, Kabupaten
Sumbawa, dan Kabupaten Sumbawa Barat.
Secara umum, alokasi penganggaran CSR dibagi dalam tiga karegori yakni,
charity/donasi, infrastruktur serta capacity building dan empowerment. Akumulasi
selama lima tahun terakhir 2009-2013, infrastruktur masih menyedot anggaran
terbesar yakni 60%. Sedangkan empowerment sebesar 25%, dan charity sebesar 15%.
Dalam perspektif pemberdayaan, distribusi anggaran ini belum ideal. Dominasi masih
dalam pembangunan infrastruktur. Padahal makna pemberdayaan tidak sekedar
monument fisik, melainkan lebih ditekankan pada monument social.
Grafik. Distribusi Anggaran CSR 2009-2013

Prinsip pemberdayaan sebagai monument social ini penting untuk


keberlanjutan pengidupan masyarakat di masa mendatang. PTNNT melakukan
kegiatan eksplorasi sumberdaya alam yang tidak terbaharukan. Oleh sebab itu, untuk
memastikan keberlanjutan pengidupan masyarakat dibutuhkan program-program yang
menumbuhkan aktivitas ekonomi yang berkelanjutan.
PTNNT menyadari bahwa distribusi anggaran ini belum mendukung prinsip
keberlanjutan yang menjadi arah kebijakan pengembangan masyarakat. Hal ini terjadi
karena masyarakat masih cenderung melihat program yang terlihat/fisik. Selain itu,
hal ini juga terjadi karena situasi politik local. Kabupaten Sumbawa Barat merupakan
salah satu kabupaten pemekaran. Oleh sebab itu, kebutuhan infrastruktur public masih
dominan.
Faktor-faktor eksternal tersebut akan terus dikelola untuk mendukung program
pengembangan masyarakat yang sesuai dengan prinsip pengidupan berkelanjutan. Hal
ini terbukti dengan menurunya trend program infrastruktur dan charity. Di sisi lain
meningkatnya program-program yang bersifat capacity building dan empowerment.

Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian dari siklus program yang penting.
Perencanaan yang baik berkontribusi 50 % terhadap keberhasilan program. Namun
perencanaan yang gagal merupakan awal dari kegagalan program. Dalam konteks
pemberdayaan masyarakat, kualitas perencanaan tidak hanya terkait dengan substansi
program, melainkan juga proses. Dari aspek proses ada top down planning dan bottom
up planning. Top down planning merupakan mekanisme perencanaan yang
menempatkan masyarakat sebagai penerima program (objek). Sedangkan bottom up
planning merupakan proses perencanaan yang melibatkan masyarakat sebagai subjek
perencana. Msyarakat difasilitasi untuk mampu memahami potensi dan masalah, serta
merumuskan alternative solusi untuk mengoptimalkan potensi dan meminimalisi
masalah.
PTNNT menetapkan kemitraan dan partisipasi masyarakat sebagai salah satu
prinsip dalam pengembangan masyarakat. Kemitraan dan partisipasi tidak hanya pada
implementasi program, melainkan juga sejak perencanaan program. “Partisipasi”
menjadi metode utama dalam proses perencanaan program. Pada tahun 2001 dan
2008, PTNNT melakukan perencanaan dengan metode participatory rural appraisal di
seluruh desa mitra. Melalui model membuka peluang masyarakat untuk berpartisipasi
dalam merumuskan masa depan desa secara bersama-sama. Selain peningkatan
kapasitas, PRA juga mengikat masyarakat untuk menjaga keberlanjutan progam.
Foto. PRA di Desa Benette

Sumber: laporan PRA

Selain substansi program, kualitas perencanaan juga dilihat dari ketepatan


sasaran serta partisipasi kelompok rentan. Dalam konteks penentuan ketepatan
sasaran, PTNNT melakukan perencanaan dengan pendekatan Participatory Wealth
Rangking (PWR). Metode ini merupakan cara untuk memetakan kemiskinan secara
partisipatif. Hal ini penting karena pengukuran kemiskinan yang berdasarkan BPS (14
kriteria) tidak sulit untuk diimplementasikan. Dalam PWR masyarakat merumuskan
indicator kemiskinan local dan menentukan siapa yang termasuk dalam indicator
tersebut. PWR menghasilkan peta kemiskinan berbasis nama dan alamat yang sudah
disepakati bersama. Model ini meminimalisir konflik horizontal antar masyarakat
terkait penentuan program-program pengembangan masyarakat.
Pada tahun 2003, PTNNT juga melaksanakan kegiatan Future Search Dialog
(FSD). Kegiatan ini dilakukan untuk mengajak masyarakat memikirkan masa depan.
Selain itu juga merumuskan mekanisme hubungan antara perusahaan dan masyarakat.
Hasil yang dicapai dalam FSD diolah kembali dalam kerangka tata kelola program
berdasarkan logical framework approach (LFA).
Perencanaan secara bottom up dilakukan secara berjenjang. Tahap pertama
dimasing-masing desa. Hasil di masing-masing desa akan dirumuskan kembali pada
forum tingkat kecamatan. Forum kecamatan dihadiri oleh perwakilan masing-masing
desa. Hasil forum kecamatan menjadi bahan dalam perumusan di forum kabupaten.
Model berjenjang ini mengadopsi musrenbang yang rutin dilakukan oleh pemerintah.
Foto. Pleno Hasil PRA perwakilan Desa dan Kecamatan

Sumber: Laporan PRA

PTNNT telah mengimplementasikan komitmen perencanaan berbasis


masyarakat. Berbagai metode telah diterapkan misalnya participatory rural appraisal,
participatory wealth ranking dan future search dialog. Namun demikian, aplikasi
berbagai metode tersebut masih sebatas try and error. Dalam proses pemberdayaan,
uji coba metode memang lazim dilakukan. Namun demikian, yang juga perlu
dilakukan PTNNT adalah merumuskan prosedur yang berkelanjutan. Hal ini penting
untuk menghindari “latah” metode yang digunakan oleh lembaga mitra.
Aspek lain yang juga perlu diperhatikan oleh PTNNT adalah adanya program
donasi. Sampai saat ini sebagian program pemberdayaan masih ditentukan
berdasarkan proposal dari masyarakat. Mekanisme program berbasis proposal ini
rentan terhadap dominasi kepentingan elit local. Oleh sebab itu, prosedur penentuan
program berbasis proposal perlu digabung dengan forum public. Misalnya, periode
pengiriman proposal hanya bulan September-desember. Semua proposal yang masuk
menjadi agenda pembicaraan dalam forum public bersama masyarakat. Mekanisme
ini akan menekan kepentingan kelompok-kelompok tertentu dalam usulan program.
Arah program pengembangan masyarakat PTNNT telah dirumuskan dalam
Rencana Strategis (Renstra). Renstra menjadi acuan program selama lima tahun.
Renstra yang menjadi acuan saat ini adalah renstra tahun 2009-2013. Dalam renstra
tersebut ditetapkan Visi dan Misi pengembangan masyarakat.
Visi
Masyarakat yang sehat, cerdas, mandiri, sejahtera dan religius
Misi
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang cerdas dan produktf
3. Mendorong dan memfasilitasi terciptanya peluang usaha dan kegiatan
ekonomi masyarakat
4. Mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal, berdaya saing dan
berkelanjutan
5. Menumbuhkembangkan nilai-nilai, budaya dan agama dalam mewujudkan
harmonisasi kehidupan bermasyarakat yang madani
(Dokumen Resntra PTNNT 2009-2013)

Catatan Renstra.
Secara umum resntra yang dimiliki
PTNNT telah memenuhi syarat
minimal sebuah renstra. Metode
penyusunanya juga sudah
menggunakan logical framework
approach. Namun demikian ada
beberapa hal yang perlu dievaluasi
kembali.

Pertama, visi yang ditetapkan dalam rensta 2009-2013 terlalu luas. Visi
tersebut lebih cocok untuk menjadi visi Kabupaten/Provinsi. PTNNT perlu
merumuskan visi yang lebih spesifik. Hal ini mendesak untuk dilakukan karena
fungsi perusahaan (PTNNT) tidak untuk menggantikan pemerintah dalam
pembangunan daerah, melainkan sebagai pelengkap Negara. Tugas utama
membangun daerah menjadi tanggungjawab Negara.
Pelaksanaan

Pelaksanaan program pengembangan masyarakat PTNNT dilakukan sesuai


dengan kategori yang sudah ditetapkan yakni; donasi/chaity, infrastruktur, capacity
building dan pemberdayaan. Seperti disampaikan pada bagian sebelumnya bahwa
kategori infrastruktur masih lebih besar daripada charity dan pemberdayaan. Secara
umum, pelaksanaan program pengembangan masyarakat PTNNT mengedepankan
prinsip kemitraan dengan Community Based Organization (CBO), Instansi
Pemerintah dan masyarakat. Masing-masing stakeholders memiliki peran yang
berbeda-beda.
Gambar. Bagan kemiraan dengan stakeholders

Dalam hal program infrastruktur, PTNNT menggunakan system kontrak


dengan vendor local. Pembangunan sarana dan prasarana dilakukan secara lelang.
PTNNT memberikan afirmatif positif terhadap vendor yang berasal dari wilayah ring
1 perusahaan. Ada beberapa vendor yang sukses menjadi pebisnis yang handal,
namun demikian ada juga yang bermodal sebagai warga ring 1. Dalam rangka
mendorong local vendor menjadi pebisnis yang handal, PTNNT melaksanakan
program “Local Business Initiative”. LBI ini merupakan program yang ditujukan
untuk membina masyarakat menjadi vendor yang memenuhi syarat procurement di
PTNNT. Keterpenuhan syarat ini mutlak untuk terdaftar menjadi vendor PTNNT.
Program LBI positif untuk mewujudkan perusahaan inkulsif. Perusahaan
inklusif merupakan perusahaan yang memberikan kesempatan masyarakat sekitar
untuk terlibat dalam sikuls bisnis (value chain). Konsep Creating Shared Values
(CSV) mendorong perusahaan untuk semakin membuka peluang peran serta
masyarakat. Untuk itu perusahaan perlu melakukan pemetaan kesempatan masyarakat
(mapping social opportunities) dalam siklus bisnis. Hasil kajian ini adalah rantai
produksi mana yang memungkinkan melibatkan masyarakat secara optimal.
Konsep CSV bagus untuk mewujudkan bisnis yang inklusif. Namun demikian,
bagi perusahaan-perusahaan yang system produksinya menggunkan sumberdaya alam
yang tidak terbaharukan perlu memikirkan keberlanjutan pasca operasi. Oleh sebab
itu, LBI diarahkan untuk mendorong vendor local tidak hanya tertuju pada PTNNT
(PTNNT oriented). Mereka diarahkan untuk menjadi vendor bagi perusahaan lainnya
dan atau pemerintah. PTNNT hanya menjadi batu loncatan untuk sukses menjadi
vendor yang handal tidak hanya di Kabupaten Sumbawa Barat, melainkan juga
Sumbawa maupun Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Selain LBI, PTNNT juga melaksanakan beberapa program yang tergolong best
practices dalam upaya pengembangan masyarakat. Program-program tersebut
misalnya;
a) Program Bank Sampah
“From trash to cash” label inilah yang diusahakan untuk menjadi gerakan
masyarakat di sekitar tambang. Bank Sampah Lakmus menempati rumah
“kontrakan” di Desa Maluk Loka, Kecamatan Maluk. Rumah tersebut menjadi
sumber gerakan pengelolaan sampah. Ketika masuk dari pintu depan akan disamput
front office layaknya sebuah bank. Ada teller yang berfungsi mencatat dan
memberikan uang kepada para nasabah (penabung sampah).
Gerakan lingkungan ini merupakan sebagai sarana untuk mempengaruhi
perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS) masyarakat sekitar tambang. Selain perliaku
hidup sehat pada tingkat individu, kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Sampah menjadi masalah utama yang dihadapai masyarakat.
Setiap rumah tangga adalah penghasil sampah. Oleh sebab itu, menyelesaikan sampah
harus bermula dari sumbernya, yakni rumah tangga.
Foto. Logo Bank Sampah Lakmus
Gerakan kesehatan dan lingkungan ini
mulai diterima oleh masyarakat.
Perlahan-lahan perubahan muncul di
tingkat masyarakat.

Sampai maret 2013 jumlah nasabah pada tingkat individu sejumlah 300 orang,
nasabah kelompok 11 dimana masing-masing kelompok anggotanya 25-30 orang, dan
penjual langsung sejumlah 521 orang. Dengan demikian, Bank Sampah Lakmus
mampu mendorong sejumlah 1.096 orang untuk mulai mengelola sampah dengan
baik.
Dalam aspek skills, gerakan lingkungan ini memfasilitasi kreatifitas kelompok
ibu-ibu. Koperasi wanita sekongkang telah memproduksi barang dari daur ulang
sampah. Kreatifitas ini mulai juga diminati kelompok ibu-ibu dari wilayah lain.
Indikator keberhasilan lainnya adalah kesadaran ekonomis dari sampah. Pada
umumnya sampah dianggap barang yang tidak bernilai. Namun demikian, saat ini
mulai muncul kesadaran untuk melihat nilai ekonomi sampah. Sampai maret 2013,
total tabungan nasabah di Bank Sampah Lakmus sejumlah 34,5 juta. Sedangkan nilai
penjualan sampah langsung sebesar 8,5 juta rupiah. Data ini membuktikan bahwa
slogan “from trash to cash” mulai menampakan hasil di masyarakat.
Di antara catatan-catatan positif Bank Sampah Lakmus, ada beberapa hal yang
perlu dijadikan sebagai bagian dari kerangka evaluasi. Sebagai sebuah bisnis social,
Bank Sampah Lakmus belum memiliki skema atau model bisnis yang berkelanjutan.
Sampai saat ini pembiayaan masih menggantungkan bantuan dari PTNNT. Model
pengelolaan seperti ini tidak akan berkelanjutan. Oleh sebab itu, Bank Sampah
Lakmus perlu menyusun model bisnis sebagai peta jalan exit dari program PTNNT.
b) Usaha Produksi Pupuk Organik Lingkar Tambang
Pertanian sudah menjadi kebudayaan masyarakat sekitar tambang. Namun
demikian, arus modernisasi membawa petani pada system pertanian yang berbasis
pupuk kimia. Tanpa disadari, system ini menimbulkan menurunnya kesuburan tanah.
Padahal tanah merupakan asset dasar petani. Fenomena inilah yang mendorong
PTNNT untuk turut menggembalikan kesuburan tanah melalui program produksi
pupuk organic.
Foto. Hasil Produksi Pupuk Organik
Pupuk organic ini memiliki kelebihan
dibandingkan metode yang selama ini
digunakan petani. Untuk
menggembalikan kesuburan tanah,
petani menggunakan cara
menggembalikan jerami ke dalam
tanah sebagai pupuk organic. Metode ini membutuhkan waktu sekitar 1-2 bulan.
Dengan metode baru ini, pupuk siap digunakan hanya dalam waktu 2-3 minggu saja.
Modernisi produksi pupuk organic ini tidak hanya memangkas waktu
produksi, melainkan juga meningkatkan hasil produksi secara signifikan.Sebelum
tahun 2012, pupuk organik yang diproduksi oleh Rumah Kompos Benete tidak lebih
dari 20 ton per tahunnya. Awal tahun 2012, pengurus kompos mulai dilatih tentang
trik-trik pembuatan kompos yang baik dan benar, sehingga proses dekomposisi
menjadi cepat. Pemilihan bahan organik sebagai bahan baku kompos juga dipilih
dengan selektif. Tahapan-tahapan selama pembuatan pupuk organik selalu dipantau
dari hari ke hari agar semua langkah-langkah pembuatan kompos dilaksanakan sesuai
dengan anjuran. Tumpukan bahan organik yang semula lama berproses, dengan tehnik
dekomposisi yang baik menjadi lebih cepat terdekomposisi menjadi kompos. Pada
awal bulan Maret 2012, produksi kompos meningkat drastis menjadi 5 ton perbulan,
disusul pada bulan-bulan berikutnya menjadi 12 ton perbulan, 25 ton perbulan dan
bahkan pernah dalam 1 bulannya produksi kompos mencapai 45 ton lebih. Hasil
Produksi pupuk organik benete selama tahun 2012 sampai dengan bulan April 2013
dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2012, produksi Kompos
di Rumah Kompos Benete sebesar 214.355 kg (214,3 ton). Produksi sebanyak itu
habis terdistribusi semua ke petani sampai dengan awal bulan januari 2013. Adapun
tahun 2013 ini ( Januari – April 2013) produksi kompos sebesar 100.000 kg (100 ton)
dan telah terdistribusi ke petani sebesar 9.250 kg (9,25 ton). Sehingga total produksi
kompos sejak bulan Maret 2012 sampai dengan bulan April 2013, sebesar 314.355 kg
(314,4 ton) dan telah terdistribusi ke masyarakat sebesar 223.605 kg (223,6 ton).
Dari sisi indicator produksi, program pupuk organic masyarakat lingkar
tambang ini sukses. Namun demikian, keberhasilan program tidak hanya dari sisi
produksi, melainkan juga kapasitas kelembagaan. Pelembagaan program ditingkat
masyarakat merupakan pra syarat untuk menjamin keberlanjutan program. Dari sisi
kapasitas kelembagaan belum terlihat system yang jelas. Misalnya, kelompok P3A
yang mengelola produksi belum memiliki catatan jumlah anggota secara baik.
Pengelolaan system keuangan belum dibakukan dalam kerangka kelembagaan.
Seharusnya P3A menyusun system keuangan dengan kategori biaya produksi, kas
untuk lembaga dan sisa hasil usaha yang akan dibagikan ke anggota. Selain itu,
system transparansi pelaporan status keuangan juga belum dibicarakan dalam
kelompok. Ketidakjelasan system pengelolaan dan pelaporan keuangan ini berpotensi
menimbulkan konflik antar anggota. Oleh sebab itu, PTNNT perlu segera
menginisiasi penguatan kelembagaan untuk menjamin keberlanjutan produksi pupuk
organic lingkar tambang.
c) Program Agrobisnis Beras
PTNNT sangat menyadari bahwa kegiatan bisnisnya tidak berlangsung
sepanjang zaman. Pada suatu saat pasti harus berhenti karena deposit sumberdaya
alam sudah tidak mencukupi lagi. Kehadiran PTNNT pada saat konstruksi dan operasi
sudah mengakselerasi perkembangan social ekonomi masyarakat sekitar tambang.
Geliat ekonomi tambang ini perlu didukung sumber-sumber penghidupan lainnya
untuk menjaga keberlanjutan penghidupan masyarakat pasca tambang. Salah satu
potensi yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan adalah sector pertanian.
Pertanian merupakan sumber penghidupan yang berkelanjutan. Pertanian juga
merupakan mata perncaharian sebagian besar warga lingkar tambang. Data BPS KSB
tahun 2011 menginformasikan bahwa luas lahan padi produktif di Kecamatan
Sekongkang mencapai 903 ha. Rata-rata produksi per hektarnya 3.5 ton. Pada
umumnya petani mengalami permasalahan mendasar yakni; kurangnya akses pada
sumber permodalan, pasar dan teknologi serta kurangnya pengetahuan tentang
budidaya pertanian yang baik, menyebabkan. Keterbatasan akses sarana produksi
menyebabkan sebagian petani tidak dapat keluar dari tengkulak local. Ijon lazim
dilakukan oleh petani untuk melangsungkan produksi. Selain itu, keterbatasan alat dan
kemampuan juga membuat posisi tawar petani rendah. Petani menjual dalam bentuk
gabah yang harganya di bawah ketentuan pemerintah.
Permasalahan di atas inilah yang menggugah PTNNT untuk turut
menyelesaikan masalah yang dialami petani. PTNNT membentuk Yayasan
Pembangunan Ekonomi Sumbawa Barat sebagai motor pergerakan perubahan
kehidupan pertanian di Kecamatan Sekongkang. Melalui yayasan ini, PTNNT
melaksanakan program agrobisnis yang terintegrasi dari “hulu ke hilir”. Adapun
program-program yang dilakukan adalah;
1. Penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan.
2. Menyediakan saprodi kebutuhan petani.
3. Memastikan pembelian gabah sesuai harga pemerintah.
4. Menciptakan tatakelolah usaha gabah/beras yang efisien.
Hasil program-program tersebut mulai tambah di masyarakat. Produktifitas
meningkat dari yang biasanya mereka hasilkan. Pada saat kunjungan lapangan,
gudang yayasan tidak mampu menampung hasil panen masyarakat mitra binaan.
Penggunaan pupuk organic dengan teknik tanam jajar legowo merubah pola pertanian
yang biasanya dilakukan masyarakat.
Tabel. Hasil Panen Petani Mitra Binaan YPSB
H a s i l P a n e n d i j u a l k e Y P E S B (k g )
No N am a
G ab ah B eras M erah G a b a h B e r a s P u ti h
1 B lo k A 1 8 .2 2 3 3 3 .8 9 4
2 B lo k B 1 7 .1 2 7 2 4 .5 1 6
3 B lo k C 7 .4 4 3 2 0 .0 4 6
4 B lo k D 9 .7 9 0 6 5 .9 1 3
5 B lo k E 729 2 1 .5 2 5
6 Sekongkang - 1 2 .4 3 2
T o ta l 5 3 .3 1 2 1 7 8 .3 2 6

Intervensi program YSESB tidak hanya pada sisi produktifitas saja.


Pengalaman memberi pelajaran bahwa intervensi produktifitas semakin
mengguntungkan tengkulak yang selama ini menampung gabah dari petani. Evaluasi
inilah yang menghasilkan program pendirian penggilingan padi masyarakat. Beras
yang dihasilkan dari penggilingan langsung dalam bentuk kemasan yang nilai jualnya
lebih menguntungkan. Beras merk “Oriva” memasok kebutuhan masyarakat di
Kecamatan Sekongkang hingga Ibu Kota Kabupaten Sumbawa Barat.
Foto. Mesin Rice Mill dan Produk Oriva

Manfaat lain dari program agrobisnis beras adalah tumbuhnya system


ketahanan pangan local. YPESB tidak hanya melatih pola tanam baru melainkan juga
memberikan pelayanan “pinjam beras” bagi anggota yang tidak memiliki beras.
Pinjaman beras ini akan dikembalikan pada saat panen dan tanpa biaya tambahan
apapun. “pinjam beras kembali beras”. Sistem ketahanan pangan ini sangat
membantu anggota dalam memenuhi kebutuhan pangan di masa-masa sulit.

Evaluasi
PTNNT telah memiliki system dalam evaluasi program pengembangan
masyarakat. Masing-masing program telah dilakukan evaluasi berdasarkan basis
perencanaan yang ditetapkan. PTNNT melakukan evaluasi secara internal dan juga
bekerja sama dengan pihak eksternal. Sampai tahun 2013, PTNNT telah bekerjasama
dengan beberapa lembaga baik universitas maupun LSM dalam melakukan evaluasi
program pengembangan masyarakat.
Gambar. Siklus Evaluasi Program PTNNT

Beberapa lembaga eksternal yang pernah menjadi mitra PTNNT antara lain;
LP3ES, Dampak Sosial Ekonomi dan Perikanan oleh PPLH, P3L Unram dan LPEM-
FEUI, Implementasi Program oleh Gemilang dan Transform NTB, INDEF Jakarta,
Mitra Samya Mataram, Five Star Team, ISO14001, ICSD Jakarta, PSP3-IPB, PSPK
UGM, A+CSR Indonesia, Amec Geomatrix.
Dari sisi dokumen evaluasi, PTNNT telah memiliki banyak studi evaluasi.
Namun diantara studi-studi yang ada belum ada benang merah yang menghubungkan
masing-masing studi. Selain itu, banyak studi evaluasi yang hanya berhenti pada
tingkat laporan. Ada permasalahan instumentasi hasil evaluasi program.
Sebagai perusahaan multinasional, PTNNT harus dapat membuktikan
kontribusinya untuk menyelesaikan masalah global, misalnya agenda Millenium
Development Goals (MDGs). Oleh sebab itu, perlu studi evaluasi yang menunjukkan
kontribusi PTNNT terhadap agenda MDGs.
Most Significant Change
Di front office Bank Sampah Lakmus ada dua orang anak yang membawa
sampah. Dengan bangganya dua anak tersebut memberikan sampah kepada
petugas. Ketika sampah ditimbang hanya menghasilkan uang sebesar 90 rupiah.
Namun demikian, petugas memberikan uang Rp. 1000, rupiah. Dua anak
langsung teriak uang jajan dari sampah. Peristiwa ini merupakan embrio untuk
menghargai sampah secara ekonomis. Bank Sampah memberikan subsidi 910
rupiah sebagai insentif perubahan paradigm pengelolaan sampah sejak dini.
Prosedur penanganan konflik
Konfik merupakan kondisi yang tidak mungkin dihindarkan dalam hubungan
antara perusahaan dan masyarakat. Masing-masing perusahaan memiliki kerentanan
konflik yang berbeda-beda tergantung karakteristik bisnisnya. Perusahaan-perusahaan
ekstraktif seperti PTNNT memiliki tingkat kerentanan yang tinggi untuk berkonflik
dengan masyarakat.
Tabel. Jumlah Konflik tahun 2009-2012

PTNNT merumuskan tata kelola konflik dengan masyarakat yang dikenal


dengan Community Grievance Mechanism. Secara umum CGM dibagi dalam tiga
tingkatan. Tingkat pertama merupakan tata kelola konflik yang dapat diselesaikan
secara internal oleh PTNNT. Namun demikian, ada beberapa jenis konflik yang
membutuhkan peran pihak ketiga. Mekanisme pelibatan pihak ketiga dalam resolusi
konflik inilah yang diatur dalam tata kelola konflik tingkat kedua. Tingkat ketiga
adalah tata kelola konflik yang diselesaikan melalui skema jalur hukum.
Tabel. Kategorisasi Konflik

PTNNT juga telah memiliki skema untuk mengkategorisasi konflik yang ada.
Ada dua factor yang menjadi ukuran penilaian konflik yakni frekuensi dan
konsekuensi yang ditimbulkkannya. Penilaian konsekuensi diuraikan kembali
berdasarkan beberapa indicator yakni; dampak terhadap system keamanan, dampak
terhadap lingkungan, dampak terhadap masyarakat dan dampak terhadap penaatan
hukum positif.
Sinergi dengan pemda
Kemiraan menjadi salah satu prinsip yang menentukan arah pengembangan
masyarakat PTNNT. Salah institusi yang selalu menjadi mitra PTNNT dalam
melaksanakan kegiatan adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.
Kemitraan yang dimaksud mencakup kewilayahan, berbagi sumberdaya manusia, dan
berbagai pendanaan program pengembangan masyarakat.
Skema kemitraan antara PTNNT dengan Pemda KSB terwujud dalam kegiatan
yang dikenal dengan ABCG konsep. A mewakili akademisi, B adalah bisnis, C adalah
community dan G adalah Government. Untuk menginstrumentasikan gagasan besar
tersebut, dibentuk sekertariat ABCG di Bappeda Kabupaten Sumbawa Barat.
Secara konsep ABCG sangat bagus untuk menjadi ruang kemitraan antar
pihak. Namun demikian, konsep ini masih sangat personal karena pimpinan Bappeda
yang berasal dari akademisi. Pengalaman di berbagai Pemda, karakteristik birokrasi
yang berasal dari akademik memiliki pemikiran masa depan yang bagus, namun
cenderung tidak mampu menginstrumentasikan gagasan pada tingkat implementasi.
Hal ini karena sebagai pendatang memiliki keterbatasan hubungan dengan birokrat-
birokrat di SKPD teknis.
Program lain yang juga dilakukan secara kemitraan dengan pemda adalah
program hibah 38 juta dolar. Untuk program infrastruktur, proses perencanaan dan
usulan program dilakukan oleh pemerintah. Namun yang melakukan seleksi dan
pembiayaan adalah PTNNT.

Rencana Penutupan Tambang (social mine closure)


Sebagai perusahaan yang berbasis sumberdaya alam yang tidak terbaharukan,
PTNNT telah memikirkan skema rencana penutupan tambang. Dokumen rencana
penutupan tambang yang disusun pada tahun 2011 ini disusun sesuai dengan
peraturan menteri ESDM nomor 18 tahun 2008. Rencana penutupan tambang ini
mencakup ruang lingkup utama sebagai berikut;
1. Area tambang,
2. Pabrik pengolahan bijih tembaga,
3. Infrastruktur tambang dan pengolahan (fasilitas peremukan, ban berjalan,
kolam pengendali air tambang, bengkel, timbunan bijih, instalasi pipa
konsentrat dan tailing,dll),
4. Infrastruktur penunjang (PLTU, dermaga, penyimpanan konsentrat, gudang,
tangki penyimpanan bahan bakar, dll),
5. Pemukiman dan perkantoran.
Sedangkan ruang lingkup tambahan mencakup social, ekonomi dan budaya.
Dalam dokumen PTNNT isu social masih ditempatkan sebagai substansi yang minor.
Secara social, dokumen RPT PTNNT belum mampu menjadi acuan dalam
pengelolaan isu social. Masih diperlukan studi yang lebih detail sehingga pengelolaan
isu social mampu terinstrumentasi dengan baik sehingga memastikan penghidupan
berkelanjutan pasca tambang.

Anda mungkin juga menyukai