Anda di halaman 1dari 81

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN

R
Nomor 101 K/TUN/2013

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG

Memeriksa perkara tata usaha negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan

do
gu sebagai berikut dalam perkara:
I. YAYASAN WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA

In
A
(WALHI), berkedudukan di jalan Tegal Arang utara No. 14,
mampang, Jakarta Selatan, dalam hal ini diwakili oleh
ah

lik
1. Abetnego Panca Tarigan, kewarganegaraan Indonesia
selaku Ketua Badan Pengurus, beralamat di Depok, Jalan
Naskah Nomor 2 Perumahan Wartawan Puri Mulya, RT
am

ub
003/RW008, Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong,
Kota Depok, Propinsi Jawa Barat 2. Kholisoh,
ep
kewarganegaraan Indonesia, selaku Sekretaris Pengurus
k

Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, beralamat di


ah

Jalan Pangeran Al-Mustaqim Mampang Praptan II, RT.


R

si
003/RW. 02, Kelurahan Mampang Prapatan, Kotamadya
Jakarta Selatan, Propinsi Daerah Ibukota Jakarta dan 3.

ne
ng

Ahmad Syamsul Hadi, kewarganegaraan Indonesia, selaku


Bendahara Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia,

do
gu

beralamat di Desa Pengadang, Kecamatan Praya Tengah,


Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat;
II. GERAKAN MASYARAKAT CINTA ALAM “GEMA ALAM”
In
A

beralamat di Jalan Pejanggik Nomor : 64 Pancor 83611


Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dalam hal ini diwakili
ah

lik

oleh MUHAMMAD JUAINI, Warganegara Indonesia selaku


Ketua Gerakan Masyarakat Cinta Alam “ Gema Alam“,
m

ub

beralamat di Lingkungan Lauq Masjid, Kelurahan pancor,


Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, selanjutnya
ka

keduanya memberi kuasa kepada : 1. Febi yonesta, S.H., 2.


ep

Iki Dulagin, S.H.,M.H., 3. Edy Halomoan Gurning, S.H., 4.


ah

Wahyu Wagiman, S.H., 5. Judianto Simanjuntak, S.H., 6.


R

Muhamad Isnur, S.Hi., 7. Muhnur, S.H., 8. Andi Muttaqien,


es

S.H., Kesemuanya adalah Advokat dan pembela Hukum


M

ng

Publik, berkewarganegaraan Indonesia yang memilih domisili


on

Halaman 1 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hukum di kantor Yayasan Wahana Lingkungan Hidup

si
Indonesia (WALHI), yang beralamat di Jl. Tegal Parang
Utara No. 14 Mampang, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat

ne
ng
Kuasa Khusus tanggal 3 November 2012;
Para Pemohon Kasasi dahulu sebagai Para
Pembanding/Para Penggugat;

do
gu melawan:

In
A
I. MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jalan DI
ah

lik
Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas, Jakarta Timur,
Selanjutnya memberi kuasa kepada:
1. Nama : A. Patra M Zein, S.H., LL.M
am

ub
Jabatan : Advokat
2. Nama : Fauzul Abrar, S.H.;
ep
Jabatan : Advokat;
k

3. Nama : Cicilia Sulastri, S.H., M.Si.;


ah

Jabatan : Asisten Deputi Penyelesaian Sengketa


R

si
Lingkungan kementerian Lingkungan
Hidup;

ne
ng

4. Nama : Umar Syudi, S.H., M.M.;


Jabatan : Kepala Bidang Penyelesaian Sengketa

do
gu

Lingkungan Melalui Pengadilan,


Kementerian Lingkungan Hidup;
In
Kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia, beralamat di
A

Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik


Indonesia, Jalan DI Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas,
ah

lik

Jakarta Timur, Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :


02/MENLH/09/2011 tanggal 7 September 2011, dan
m

ub

berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :


01/MENLH/08/2011, tanggal 26 Agustus 2011 juga
ka

memberikan Kuasa kepada BASRIEF ARIEF, S.H.M.H,


ep

Jaksa Agung Republik Indonesia, dan berdasarkan Surat


ah

Kuasa Substitusi Nomor : SK-095/A/JA/09/ 2011, tanggal 9


R

September 2011, Jaksa Agung memberikan kuasa Substitusi


es

kepada :
M

ng

- SUWARSONO, S.H.;
on

Halaman 2 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- SUSDIYARTO AGUS PRAPTONO, S.H.M.H.;

si
- HENNY ROSANA, S.H.;
- B. MARIA ERNA E, S.H., M.H. ;

ne
ng
- AYU AGUNG, S.Sos, S.H., M.H.;
- ANTONIUS BUDI SATRIA, S.H., M.H.;
- ARIE EKO YULIEARTI, S.H., M.H;

do
gu Kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Jaksa
Pengacara Negara pada Kejaksaan Agung

In
A
Republik Indonesia, beralamat di Jalan Sultan Hasanuddin
No. 1, Kebayoran Baru;
ah

lik
II. PT. NEWMONT NUSA TENGGARA, dalam hal ini diwakili
oleh MARTIONO HADIANTO, Selaku Presiden Direktur,
beralamat di Menara Rajawali lantai 26, Mega Kuningan Lot
am

ub
# 5.1, Kawasan Mega Kuningan, Selanjutnya memberi kuasa
kepada: 1. Hafzan Taher, S.H., 2. Nira Sari Nazarudin,
ep
S.H.,LL.M., 3. Ahmad Djosan, S.H., 4. Romi Emirat, S.H., 5.
k

Erie Hotman Tobing, S.H.,LL..M., Kesemuanya Advokat yang


ah

berkantor di Advokat Soemadipradia & Taher, beralamat di


R

si
Wisma GKBI, lantai 9, Jl. Jenderal Sudirman, No. 28, Jakarta
Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 1220/PD-

ne
ng

MH/NNT/XII/2012, Tanggal 10 Desember 2012;


III. PEMERINTAH DAERAH KABUPETAN SUMBAWA

do
gu

BARAT, yang diwakili oleh Dr. K.H. Zulkifli Muhadli, S.H.,


M.M., Bupati Sumbawa Barat, beralamat di Jalan Bung Karno
In
No. 3, Kompleks Kemutar Telu Center (KTC) Taliwang,
A

Kabupaten Sumbawa Barat;


Para Termohon Kasasi dahulu sebagai Terbanding/
ah

lik

Tergugat-Tergugat II Intervensi-Penggugat II Intervensi;


Mahkamah Agung tersebut;
m

ub

Membaca surat-surat yang bersangkutan;


Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata bahwa
ka

sekarang para Pemohon Kasasi dahulu sebagai Para Pembanding/Para


ep

Penggugat telah menggugat sekarang para Termohon Kasasi dahulu sebagai


ah

para Terbanding/Tergugat-Tergugat II Intervensi-Penggugat II Intervensi di


R

muka persidangan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada pokoknya atas
es

dalil-dalil sebagai berikut:


M

ng

I. OBYEK SENGKETA:
on

Halaman 3 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan Menteri Negara

si
Lingkungan Hidup Nomor 92 Tahun 2011 tentang lzin Dumping Tailing di
Dasar Laut PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau tanggal 5 Mei

ne
ng
2011 ;
1. Bahwa yang menjadi obyek gugatan sengketa a quo sesuai dengan
Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas

do
gu UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;
2. Bahwa yang menjadi obyek gugatan ialah Keputusan Tata Usaha

In
A
Negara yang dikeluarkan Tergugat selaku Pejabat TUN yaitu
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 92 Tahun 2011
ah

lik
tentang lzin Dumping Tailing di Dasar Laut PT. Newmont Nusa
Tenggara Proyek Batu Hijau (untuk selanjutnya disebut KTUN OBYEK
SENGKETA) ;
am

ub
3. Bahwa KTUN OBYEK SENGKETA tersebut pada pokoknya
menyatakan sebagai berikut :
ep
Kedua :
k

Memberikan izin dumping tailing di dasar laut kepada penanggung


ah

jawab usaha dan/atau kegiatan :


R

si
1. Nama perusahaan : PT. Newmont Nusa Tenggara ;
2. Penanggung jawab usaha : Presiden Direktur PT. Newmont Nusa

ne
ng

dan/atau kegiatan Tenggara ;


3. Alamat Kantor : Menara Rajawali Lantai 26, Kawasan

do
gu

Mega Kuningan, Jakarta 12950 ;


4. Lokasi Kegiatan : Kecamatan Jereweh dan
In
Sekongkong Kabupaten Sumbawa
A

Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat;


5. Bidang Usaha : Pertambangan Umum ;
ah

lik

II. KEDUDUKAN DAN KEPENTINGAN HUKUM Para Penggugat;


1. Bahwa kedudukan dan kepentingan hukum Para Penggugat lembaga
m

ub

diatur secara tegas hak gugatnya dalam Pasal 92 UU No.32 Tahun


2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
ka

(selanjutnya disebut UU PPLH), sebagai berikut :


ep

(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan


ah

pengelolaan Iingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak


R

mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi


es

lingkungan hidup ;
M

ng

on

Halaman 4 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(2) Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan

si
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya
atau pengeluaran riil ;

ne
ng
(3) Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila
memenuhi persyaratan :
a. berbentuk badan hukum ;

do
gu b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi
tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi

In
A
lingkungan hidup; dan ;
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran
ah

lik
dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun ;
2. Bahwa berdasarkan Pasal 53 ayat [1) undang-undang No. 9 Tahun
2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
am

ub
tentang Peradilan Tata Usaha, dinyatakan bahwa "seseorang atau
badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
ep
suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan
k

tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar


ah

Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan


R

si
batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan gati rugi
dan/atau rehabilitasi” ;

ne
ng

3. Bahwa Para Penggugat lembaga adalah Lembaga Swadaya


Masyarakat (LSM) yang berbentuk badan hukum. Penggugat I sebagai

do
gu

yayasan telah didaftarkan di Kementrian Hukum dan HAM Republik


lndonesia dengan Kepmenhukham Nomor : C-2898.HT.01.02.TH.2007
In
tanggal 10 September 2007. Penggugat II sebagai organisasi
A

kemasyarakatan telah terdaftar di Badan Kesbang Linmas Pemkab


Lombok Timur dengan Nomor Inventarisasi 016/ BKL/LSM/VI/2005
ah

lik

tanggal 14 Juni 2005 ;


4. Bahwa Para Penggugat telah menegaskan di dalam Anggaran Dasar
m

ub

dan/atau Anggaran Rumah Tangga (selanjutnya disebut AD/ART)


bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk
ka

kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup, sebagaimana


ep

berikut:
ah

a. bahwa dalam Pasal 5 angka 2 AD/ART dari Penggugat I secara


R

jelas menyebutkan bahwa salah satu maksud dan tujuan dari


es

yayasan adalah “Meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai


M

ng

on

Halaman 5 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pembina lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumberdaya

R
secara bijaksana” ;

si
b. bahwa dalam Pasal 5 AD Penggugat II menyebutkan bahwa tujuan

ne
ng
lembaga diantaranya adalah melakukan kegiatan advokasi
lingkungan dan meningkatkan mutu atau kualitas lingkungan hidup;
5. Bahwa dalam menjalankan peranannya, Para Penggugat lembaga

do
gu telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya
paling singkat 2 (dua) tahun. Bahwa apa yang menjadi fungsi Para

In
A
Penggugat untuk memberdayakan masyarakat dan turut serta dalam
usaha-usaha pelestarian lingkungan dan hak asasi manusia telah
ah

lik
direalisasikan dalam bentuk kegiatan nyata yang menunjukkan
kepedulian Para Penggugat terhadap masyarakat dan lingkungan
hidup, yang antara lain :
am

ub
a. Penggugat I sejak 1980 telah aktif melakukan advokasi lingkungan
termasuk dalam permasalahan pertambangan dan perlindungan
ep
pesisir dan laut, di antaranya dengan mendampingi masyarakat
k

Buyat, Sulawesi Utara dalam persoalan kesehatan dan pencemaran


ah

serta melakukan gugatan terhadap pembuangan tailing ke laut yang


R

si
dilakukan oleh PT. Newmont Minahasa Raya. Aktivitas ini terekam
dalam website www.walhi.or.id ;

ne
ng

b. Penggugat II sejak berdirinya di tahun 2004 telah aktif melakukan


kegiatan pelestarian lingkungan di propinsi Nusa Tenggara Barat, di

do
gu

antaranya dengan perlindungan mata air di kawasan hutan Lemor,


sejak 2008 aktif memfasilitasi legalitas hak kelola hutan
In
kemasyarakatan di Kabupaten Lombok Timur di antaranya di
A

Gunung Walang, serta melakukan berbagai aktivitas kampanye


lingkungan seperti lomba lintas alam. Bahwa untuk aktivis Gema
ah

lik

Alam ini dibuktikan melalui berbagai foto, laporan dan tulisan di


berbagai media yang dapat dibuktikan ;
m

ub

6. Bahwa keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat yang memiliki


kepentingan dalam mengajukan gugatan bagi kepentingan fungsi
ka

pelestarian lingkungan merupakan perwujudan pelaksanaan tanggung


ep

jawab pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal


ah

92 UU PPLH, diakui pula dalam praktek pengadilan di mana Para


R

Penggugat lembaga menjadi pihak, antara lain :


es

a. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 548/Pdt.G/ 2007/


M

ng

PN.Jaksel, WALHI dkk. Melawan PT. Newmont Mihahasa Raya ;


on

Halaman 6 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang No. 04/G/2009/

si
PTUN.SMG, Yayasan Walhi melawan Kepala Kantor Perijinan
Terpadu Kabupaten Pati dalam kasus Semen Gresik ;

ne
ng
c. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 459/PDT.G/ 2000/
PN.Jak.Sel., Yayasan WALHI melawan PT. Freeport Indonesia ;
d. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 060/PUU-ll/2005 tentang

do
gu Pengujian UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air terhadap
UUD 1945 ;

In
A
e. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 003/PUU-lll/2005 tentang
Pengujian UU No. 19 tahun 2004 tentang Perubahan UU No. 41
ah

lik
tahun 1999 tentang Kehutanan terhadap UUD 1945 ;
f. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 21.-22/PUU-V/2007 tentang
Pengujian UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ;
am

ub
7. Bahwa berdasarkan dalil-dalil di atas Para Penggugat lembaga telah
memenuhi kriteria untuk mengajukan gugatan berdasarkan legal
ep
standing sesuai dengan Pasal 92 UU PPLH dan sebagai badan hukum
k

perdata sesuai dengan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No. 9 Tahun


ah

2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986


R

si
tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;
8. Bahwa dengan demikian maka Para Penggugat telah memenuhi

ne
ng

ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 92 UU PPLH dan Pasal 53


ayat (1) Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

do
gu

Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha.


Oleh karena itu Para Penggugat memiliki hak untuk mengajukan
In
gugatan ini ;
A

III. DASAR HUKUM gugatan;


Bahwa dasar hukum diajukannya gugatan ini adalah sebagai berikut :
ah

lik

1. Bahwa Tergugat selaku Pejabat Tata Usaha Negara (selanjutnya


disebut TUN) telah menerbitkan atau mengeluarkan Keputusan Menteri
m

ub

Lingkungan Hidup No. 92 Tahun 2011 tentang Izin Dumping Tailing di


Dasar Laut PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau tanggal 5
ka

Mei 2011 (selanjutnya disebut KTUN OBYEK SENGKETA) (Bukti P-1) ;


ep

2. Bahwa KTUN OBYEK SENGKETA yang diterbitkan oleh Tergugat


ah

tersebut, adalah obyek gugatan dalam perkara atau sengketa TUN,


R

sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang


es

No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang


M

ng

on

Halaman 7 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya

si
disebut UU 51/2009), yaitu sebagai berikut :
a. Tergugat, adalah Badan atau Pejabat TUN yang

ne
ng
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga
Tergugat, merupakan Badan atau Pejabat Tata Usaha

do
gu Negara sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka (8) Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

In
A
undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;
b. Keputusan yang dikeluarkan Tergugat tersebut merupakan suatu
ah

lik
putusan Tata Usaha Negara yang memenuhi syarat-syarat
sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka (9) UU No. 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 5 Tahun
am

ub
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Yang mana syarat-
syaratnya adalah :
ep
a) Konkret, karena KTUN OBYEK SENGKETA tersebut nyata-nyata
k

dibuat oleh Tergugat, tidak abstrak tetapi berwujud tertentu dan


ah

dapat ditentukan apa yang harus dilakukan yaitu izin


R

si
pembuangan tailing di dasar laut oleh PT NTT di teluk Senunu ;
b) Individual, bahwa keputusan tersebut ditujukan dan berlaku

ne
ng

khusus bagi PT. NNT untuk melakukan pembuangan limbah


tailing di laut ;

do
gu

c) Final, karena Keputusan tersebut sudah definitif dan


menimbulkan suatu akibat hukum dimana berdasarkan KTUN
In
OBYEK SENGKETA sudah dapat melakukan perbuatan hukum
A

yang berkaitan dengan pembuangan tailing ;


3. Bahwa Para Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat yang
ah

lik

telah mengeluarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.


92 Tahun 2011tentang Izin Dumping Tailing di Dasar Laut PT. Newmont
m

ub

Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau (PT. NNT) tertanggal 5 Mei 2011
yang mengakibatkan kepentingan Para Penggugat dirugikan
ka

berdasarkan Pasal 53 (1) Undang-Undang No. 9 tahun 2004 tentang


ep

Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan


ah

Tata Usaha Negara yang berbunyi sebagai berikut : Orang atau badan
R

hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu


es

Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis


M

ng

kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar


on

Halaman 8 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal

si
atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan Ganti Rugi dan/atau
direhabilitasi ;

ne
ng
4. Bahwa pasal 93 UU PPLH menyatakan bahwa :

(1) Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata

do
gu usaha negara apabila :
a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin

In
A
lingkungan kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal
tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen amdal ;
ah

lik
b. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin
lingkungan kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen UKLUPL; dan/atau ;
am

ub
c. badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin
usaha dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin
ep
lingkungan ;
k

(2) Tata cara pengajuan gugatan terhadap keputusan tata usaha


ah

negara mengacu pada Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara;


R

si
Bahwa pasal 53 ayat (2) UU No. 9 Tahun 2004 UU No. 9 Tahun 2004
tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN, yaitu :

ne
ng

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan


dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

do
gu

b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan


dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik ;
In
Pasal ini seharusnya tidak dipahami sebagai pembatasan terhadap hak
A

gugat organisasi dan masyarakat terhadap keputusan tata usaha


negara terkait lingkungan, akan tetapi penekanan terhadap sejumlah
ah

lik

keputusan TUN yang diatur dalam UU PPLH. Pasal ini tidak dapat
mengesampingkan kriteria Keputusan TUN yang dapat digugat
m

ub

sebagaimana pasal 1 angka 9 jo. angka 7 dan angka 8 Undang-undang


Nomor 51 Tahun 2009 maupun alasan gugatan berdasarkan Pasal 53
ka

Ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004, sehingga Keputusan


ep

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 92 Tahun 2011 tentang Izin


ah

Dumping Tailing di Dasar Laut PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek


R

Batu Hijau (PT. NNT) tetap dapat digugat ke PTUN meskipun tidak
es

termasuk dalam kriteria pasal 93 UU PPLH ;


M

ng

on

Halaman 9 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
5. Bahwa dalam pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN

si
menyatakan bahwa :
a. Dalam hal suatu badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi

ne
ng
wewenang oleh berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
menyelesaikan secara administrasi sengketa Tata Usaha Negara
tertentu, maka sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus

do
gu diselesaikan melalui upaya administrasi yang tersedia ;
b. Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan

In
A
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) jika upaya adminisitrasi yang
ah

lik
bersangkutan telah dilakukan ;
6. Bahwa sehubungan dengan Keputusan a quo yang telah dikeluarkan
oleh Tergugat, Penggugat I telah melakukan upaya administrasi dalam
am

ub
bentuk mengirimkan somasi tentang keberatan terhadap Keputusan
yang telah dikeluarkan Tergugat melalui surat tertanggal 10 Mei 2011
ep
(Bukti P-2) yang merupakan surat terbuka yang diketahui oleh
k

Penggugat lainnya dan media massa, yang pada intinya meminta


ah

Tergugat membatalkan KTUN OBYEK SENGKETA karena dibuat tanpa


R

si
mempertimbangkan kondisi lingkungan dan melibatkan masyarakat
termasuk pandangan pemerintah daerah ;

ne
ng

Somasi ini kemudian direspon oleh Tergugat pada 30 Mei 2011 (Bukti P-
3) yang pada pokoknya menyatakan bahwa KTUN OBYEK SENGKETA

do
gu

adalah wewenang Tergugat dan pengumuman sebagai bentuk pelibatan


masyarakat bukan merupakan sesuatu yang imperatif. Respon Tergugat
In
ini kemudian disampaikan oleh Pengugat I kepada para Penggugat
A

lainnya melalui e-mail pada 5 Juni 2011. Bahwa dengan demikian


gugatan ini diajukan pada tanggal 29 Juli 2011, sehingga masih dalam
ah

lik

tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari, sesuai dengan ketentuan


Pasal 55 Undang-Undang No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata
m

ub

Usaha Negara ;
IV. ALASAN gugatan;
ka

Bahwa alasan-alasan Penggugat mengajukan gugatan pembatalan


ep

Keputusan adalah sebagai berikut :


ah

▪ Bahwa Tergugat telah mengeluarkan Keputusan Menteri Negara


R

Lingkungan Hidup No. 92 Tahun 2011 tentang lzin Dumping Tailing di


es

Dasar Laut PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau (PT. NNT)
M

ng

yang memberikan izin pada PT. NNT membuang tailing maksimum


on

Halaman 10 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
140.000 ton perhari atau maksimum 148.000 ton perhari, apabila terjadi

si
peningkatan produksi ke Teluk Senunu hingga tahun 2016 ;
▪ Bahwa Keputusan a quo yang dikeluarkan oleh Tergugat tersebut, yang

ne
ng
berisi izin pembuangan tailing ke laut bagi PT NNT sesuai dengan
ketentuan Pasal 53 ayat 2 huruf (a) dan (b) Undang-Undang No. 9 tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986

do
gu tentang Peradilan Tata Usaha Negara,yang menyebutkan bahwa :
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan

In
A
peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
ah

lik
asas-asas pemerintahan yang baik ;
Adapun uraian mengenai alasan Penggugat mengajukan gugatan ini adalah
sebagai berikut :
am

ub
A. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat tersebut bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku :
ep
1) Bertentangan dengan semangat perlindungan lingkungan laut yang
k

dianut oleh masyarakat internasional dalam UU No. 17 Tahun 1985


ah

tentang Pengesahan UNCLOS dan turunannya ;


R

si
Bahwa pemberian izin pembuangan tailing di laut (submarine tailing
disposal) pada dasarnya merupakan tindakan yang tidak

ne
ng

sejalan dengan kewajiban Pemerintah dalam melakukan


perlindungan ekosistem laut, seperti diamanatkan di dalam berbagai

do
gu

konvensi atau deklarasi perlindungan laut, baik pada tingkat global


maupun regional ;
In
Indonesia melalui UU No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan
A

United Nations Convention On The Law Of The Sea (UNCLOS atau


Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut) telah
ah

lik

menyatakan tunduk pada kesepakatan internasional mengenai


perlindungan ekosistem laut pada tingkat global. Dalam hal ini,
m

ub

Pasal 194 ayat 1 UNCLOS menyatakan :


States shall take, individually or jointly as appropriate, all measures
ka

consistent with this Convention that are necessary to prevent,


ep

reduce and control pollution of the marine environment from any


ah

source, using for this purpose the best practicable means at their
R

disposal and in accordance with their capabilities.... [terjemahan


es

bebas : negara, secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, akan


M

ng

mengambil segala langkah yang sesuai dengan Konvensi ini, yang


on

Halaman 11 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
merupakan langkah yang penting untuk mencegah, mengurangi,

si
dan mengontrol pencemaran lingkungan laut dari segala bentuk
sumber pencemaran, dengan menerapkan cara-cara terbaik yang

ne
ng
dapat dijalankan (best practicable means) sesuai dengan kapabilitas
tiap negara...] ;
Dari kutipan di atas terlihat bahwa setiap negara anggota wajib

do
gu untuk senantiasa melakukan pencegahan, pengurangan, dan
kontrol atas pencemaran laut dengan jalan menerapkan best

In
A
practible means ;
Selanjutnya Pasal 194 ayat 3 UNCLOS menyatakan bahwa :
ah

lik
The measures taken pursuant to this Part shall deal with all
sources of pollution of the marine environment. These measures
shall include, inter alia, those designed to minimize to the fullest
am

ub
possible extent : -
(a) the release of toxic, harmful or noxious substances,
ep
especially those which are persistent, from land-based
k

sources, from or through the atmosphere or by dumping ;


ah

[terjemahan bebas : langkah-langkah yang diambil harus


R

si
ditujukan pada seluruh sumber pencemaran laut. Langkah-
langkah tersebut antara lain, meliputi upaya untuk sejauh

ne
ng

mungkin meminimasi a). Pelepasan bahan-bahan beracun dan


berbahaya, terutama bahan-bahan yang bersifat persisten, dari

do
gu

sumber pencemaran di darat (land-based sources), dari atau


melalui atmosfir atau dengan jalan dumping] ;
In
Bahwa khusus terkait sumber pencemaran dari darat, Pasal 207
A

ayat 1- dan 2 UNCLOS mewajibkan negara anggota untuk "adopt


laws and regulations to prevent, reduce and control pallution of the
ah

lik

marine environment from land-based sources" [mengadopsi hukum


dan peraturan untuk mencegah, mengurangi, dan mengontrol
m

ub

pencemaran lingkungan laut dari sumber pencemaran di darat]


serta untuk "take other measures as may be necessary to prevent,
ka

reduce and control such pollution" [mengambil langkah-langkah


ep

yang dianggap penting guna mencegah, mengurangi, dan


ah

mengontrol pencemaran tersebut] ;


R

Bahwa ketentuan UNCLOS terkait pencegahan pencemaran laut


es

dari sumber pencemar di darat kemudian ditindaklanjuti melalui


M

ng

1985 Montreal Guidelines for the Protection of the Marine


on

Halaman 12 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Environment from Land-Based Sources (selanjutnya disebut

si
Montreal Guidelines). Paragraf 2 dari Montreal Guidelines
menyatakan bahwa "State have the obligatian to protect and

ne
ng
preserve the marine environment. In exercising their sovereign right
to exploit their natural resources, all States have the duty ta preven,
reduce and control pollution of the marine environment."

do
gu [terjemahan bebas: "setiap negara memiliki kewajiban untuk
melindungi dan menjaga lingkungan laut Dalam menjalankan

In
A
kedaulatan untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya, semua
Negara memiliki kewajiban untuk mencegah, mengurangi, dan
ah

lik
mengontrol pencemaran pada lingkungan laut". Dari kutipan ini jelas
terlihat bahwa meskipun kedaulatan negara atas sumber daya
alamnya tetaplah diakui, tetapi dalam menjalankan hak atas sumber
am

ub
daya alam ini setiap negara juga memiliki kewajiban untuk selalu
mencegah, mengurangi, dan mengontrol terjadinya pencemaran
ep
pada lingkungan laut ;
k

Bahwa di samping itu, Montreal Guidelines pada Paragraf 4 juga


ah

meminta negara untuk sedapat mungkin mengurangi pelepasan


R

si
bahan-bahan beracun dan berbahaya ke dalam media lingkungan
laut. Bahwa Montreal Guidelines pada Paragraf 13 dan 16 meminta

ne
ng

setiap negara untuk menerapkan, mengembangkan, dan


mengadopsi berbagai program, langkah, strategi, hukum serta

do
gu

regulasi untuk mencegah, mengurangi, dan mengontrol


pencemaran laut dari sumber pencemaran di darat ;
In
Bahwa pada tahun 1992, KTT Bumi di Rio de Janeiro telah
A

menghasilkan, salah satunya, sebuah dokumen pengelelolaan


lingkungan yang diberi nama Agenda 21. Bahwa khusus terkait
ah

lik

pencemaran laut oleh kegiatan / sumber pencernar di darat, Agenda


21 Bab 1.7.24 menyatakan bahwa :
m

ub

"ln carrying out their commitment to deal with degradation of


the marine environment from land-based activities, States
ka

should take action at the national level and, where appropriate,


ep

at the regional and subregional levels, ..., and take account of


ah

the Montreal Guidelines for the Protection of the Marine


R

Environment from Land-Based Sources." [terjemahan bebas:


es

"dalam menjalankan komitmennya untuk mengatasi degradasi


M

ng

lingkungan laut dari kegiatan di darat, setiap negara harus


on

Halaman 13 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mengambil langkah pada tingkat nasional, dan jika

si
dimungkinkan pada tingkat regional dan subregional, serta
harus memperhatikan the Montreal Guidelines for the

ne
ng
Pratection of the Marine Environment from Land - Based
Sources"] ;
Bahwa pada tingkat regional, telah dihasilkan pula beberapa

do
gu konvensi atau protocol untuk mencegah terjadinya pencemaran laut
karena kegiatan di darat. Konvensi atau protocol tersebut antara lain

In
A
adalah 1974 Paris Convention for the Prevention of Marine Pollution
from Land-Based Sources, 1983 Quito Protocol for the Protection of
ah

lik
the South-East Pacific against Pollution from Land-Based Sources,
1992 Protocol on Protection of the Black Sea Marine Environment
Against Pollution from Land-Based Sources, 1996 Protocol for the
am

ub
Protection of the Mediterranean Sea Against Pollution from Land-
Based Sources and Activities, dan 1999 Aruba Protocol concerning
ep
Pollution from Land-Based Sources and Activities to the
k

Conventionfor the Protection and Development of the Marine


ah

Environment of the Wider Caribbean Region ;


R

si
Bahwa konvensi dan protokol tersebut di atas pada prinsipnya
menyatakan:

ne
ng

- Bahwa setiap negara memikul kewajiban untuk mengambil


segala langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya

do
gu

pencemaran di laut yang diakibatkan oleh dimasukannya ke


media laut, secara langsung atau tidak langsung, bahan-bahan
In
yang berbahaya (deleterious effects) bagi kesehatan manusia,
A

bahan yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi makhluk hidup


dan ekosistem laut, serta bahan yang dapat mengganggu
ah

lik

pemanfaatan laut (legitimate uses of the sea) ;


- Bahwa negara memiliki kewajiban untuk menghapuskan
m

ub

(eliminate) pencemaran laut dari sumber pencemaran di darat


yang diakibatkan oleh bahan-bahan, antara lain, senyawa
ka

organohalogen; merkuri dan senyawa merkuri; cadmium dan


ep

senyawa cadmium; bahan sintetik yang bersifat persisten; serta


ah

minyak dan hidrokarbon minyak yang bersifat persisten ;


R

- Bahwa negara memiliki kewajiban untuk secara progresif


es

mengurangi kemungkinan terjadinya pencemaran laut dari


M

ng

sumber pencemar di darat yang diakibatkan oleh unsure/bahan


on

Halaman 14 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan senyawa, antara lain, zinc, selenium, timah (Tin), vanadium,

si
tembaga (copper), arsenic, barium, cobalt, nikel (nickel), berilium
(beryllium), thallium, krom (chromium), molybdenum, boron,

ne
ng
tellurium, titanium, uranium, silver, sianida (Cyanides), dan timbal
(lead) ;
Bahwa dengan demikian, izin pembuangan limbah tailing di laut

do
gu dengan demikian bisa dikatakan sebagai tindakan yang tidak
sejalan dengan semangat perlindungan laut yang diamanatkan oleh

In
A
berbagai dokumen hukum pada tingkat global atau regional ;
(2) Bertentangan dengan asas kelestarian dan keberlaniutan; kehati-
ah

lik
hatian; keanekaragaman hayati; partisipatif; tata kelola
pemerintahan yang baik; dan otonomi daerah sebagaimana pasal 2
huruf a, b, f, i, k, m, n UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
am

ub
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ;
Bahwa UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
ep
Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan payung bagi semua
k

kebijakan terkait lingkungan yang lahir setelahnya. UU ini memuat


ah

serangkaian prinsip yang harus ada dalam setiap kebijakan


R

si
lingkungan ;
Pasal 2 UU No. 32 Tahun 2009 (UU PPLH) :

ne
ng

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan


berdasarkan asas :

do
gu

a. tanggung jawab Negara ;


b. kelestarian dan keberlanjutan ;
In
c. keserasian dan keseimbangan ;
A

d. keterpaduan ;
e. manfaat ;
ah

lik

f. kehati-hatian ;
g. keadilan ;
m

ub

h. ekoregion;
i. keanekaragamanhayati ;
ka

j. pencemar membayar ;
ep

k. partisipatif ;
ah

l. kearifan lokal ;
R

m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan ;


es

n. otonomi daerah ;
M

ng

on

Halaman 15 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan Tergugat

si
Bertentangan dengan Asas Tanggungjawab Negara (Pasal 2 huruf
a UU No. 32 Tahun 2009) ;

ne
ng
Bahwa dalam menetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 92 Tahun 2011 tanggal 5 Mei 2011 tentang lzin
dumping tailing di dasar laut PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek

do
gu Batu Hijau, Tergugat tidak melaksanakan dan / atau
mempertimbangkan Asas Tanggung Jawab Negara dalam

In
A
penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
yaitu dengan tidak adanya jaminan dari negara bahwa kegiatan
ah

lik
dumping tailing di dasar laut oleh PT. NNT Proyek Batu Hijau tidak
akan menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup ;
am

ub
Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU PPLH dijelaskan bahwa
"Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
ep
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
k

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau


ah

kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,


R

si
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum" ;

ne
ng

Sedangkan berdasarkan penjelasan Pasal 2 UU PPLH yaitu: Yang


dimaksud dengan "asas tanggung jawab negara" adalah :

do
gu

a. negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan


memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
In
dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi
A

masa depan ;
b. negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang
ah

lik

baik dan sehat ;


c. negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber
m

ub

daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup ;
ka

Selain itu, dalam Penjelasan atas UU PPLH juga dijelaskan bahwa


ep

lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan


ah

baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan,


R

dan asas keadilan ;


es

Diketahui bahwa di dalam bagian konsideran, batang tubuh maupun


M

ng

penutup dalam KTUN OBYEK SENGKETA tidak ada satupun


on

Halaman 16 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
redaksional/substansi yang menyatakan bahwa sebelum

si
menetapkan Kepmen tersebut Menteri melakukan kajian-kajian
yang dapat memastikan bahwa kegiatan dumping tailing di dasar

ne
ng
laut oleh PT. NNT proyek Batu Hijau tidak akan menimbulkan
pencemaran dan / atau kerusakan lingkungan hidup ;
Bahwa pengabaian terhadap sebagai asas tanggung jawab negara

do
gu sebagaimna dimaksud di atas merupakan pengabaian terhadap
kewajiban pokoknya dalam bidang Hak Asasi warga negara yaitu

In
A
melindungi (to protect), menghormati (to respect), dan memenuhi (to
fulfill) khususnya hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
ah

lik
Adapun hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat ini diakui
eksistensinya dalam pasal 28H ayat (1) dan pasal 9 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
am

ub
Manusia sebagaimana disebut dalam uraian di atas dan diafirmasi
oleh UU No. 32 Tahun 2009 ;
ep
Pasal 28H ayat (1) UUD 1945, menyatakan :
k

" Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
ah

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat


R

si
serta berhak mendapat pelayanan kesehatan..." ;
Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang

ne
ng

Hak Asasi Manusia, menyatakan: "Setiap orang berhak atas


lingkungan hidup yang baik dan sehat...." ;

do
gu

Bahwa selain itu juga bahwa Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup tersebut bertentangan dengan tujuan
In
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
A

dimaksud dalam Pasal 3 UU. No. 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
ah

lik

menyatakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


bertujuan :
m

ub

a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari


pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup ;
ka

b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia ;


ep

c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan


ah

kelestarian ekosistem ;
R

d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup ;


es

e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan


M

ng

lingkungan hidup ;
on

Halaman 17 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi

si
masa depan ;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan

ne
ng
hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia ;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana;

do
gu i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan ;
j. mengantisipasi isu lingkungan global ;

In
A
Bahwa konsep tujuan negara yang diusung oleh John Locke
menyatakan bahwa negara ada dan dibentuk oleh manusia semata
ah

lik
untuk menjamin perlindungan hak-hak milik manusia yakni
kehidupannya, kebebasannya dan hak miliknya. Hak-hak milik yang
melekat pada manusia inilah yang kemudian diartikan sebagai hak
am

ub
asasi manusia, karena hak tersebut memang dimiliki oleh manusia
sejak lahir. Inilah yang menjadi pokok utama pemikiran Locke
ep
mengenai kaitan antara hak-hak manusia dengan negara. Negara
k

ada, melalui perjanjian di antara manusia untuk menjaga hak-


ah

hak manusia itu. Selain menjadi tujuan, hal ini juga menjadi dasar
R

si
dari adanya negara. Oleh sebab itu, the preservation of human's
prapety ini merupakan roison d’etre dari Negara ;

ne
ng

2. Bertentangan dengan asas kelestarian dan keberlanjutan (Pasal 2


huruf b UU No. 32 Tahun 2009);

do
gu

Bahwa penjelasan pasal 2 huruf b menyatakan :


Yang dimaksud dengan "asas kelestarian dan keberlanjutan" adalah
In
bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab
A

terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu


generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung
ah

lik

ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup ;


Bahwa masyarakat sekitar Teluk Senunu, NTB dimana dumping
m

ub

tailing dilakukan selama ini mengeluhkan tangkapan ikan yang


menurun akibat kualitas lingkungan laut memburuk. Hal ini pernah
ka

ditemukan dalam survey WALHI pada tahun 2006 lalu dan


ep

diperbaharui dengan wawancara lapangan pada tahun 2011 kepada


ah

sejumlah nelayan ;
R

Data Pemerintah Daerah Sumbawa Barat (2010) juga menunjukkan


es

bahwa penurunan tangkapan ikan telah terjadi. Bahkan, di perairan


M

ng

Kecamatan Sekongkang, Lereweh, Maluk Taliwang, Poto Tano


on

Halaman 18 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
beberapa jenis ikan tidak lagi ditemukan di antaranya: Layur, Tuna,

si
Cumi-Cumi, Kakap Putih, Kwee, Bawal, dan Baronang. Selain
perikanan tangkap, potensi yang serta merta mengalami penurunan

ne
ng
adalah perikanan budidaya, sawah dan tambak. Di Kecamatan
Sengkongkang yang tersisa hanya kolam ikan seluas 10 ha ;
Keluhan penurunan tangkapan ini juga termuat dalam media massa

do
gu terbaru, Majalah Tempo 2 Mei 2011 dalam rubrik Lingkungan,
berjudul “Jalan Tol ke Senunu”. Pernyataan keluhan warga tentang

In
A
penurunan tangkapan ikan dalam tulisan tersebut adalah sebagai
berikut :
ah

“ Dulu, kalau mendapatkan ikan segitu, diketain orang," kata Nalam,

lik
20 tahun, nelayan dari Desa Tongo, Kecamatan Sekongkang, tak
jauh dari Pantai Swis, pekan lalu. Dulu yang dimaksad Nalam
am

ub
adalah waktu sebelum PT Newmont Nusa Tenggara membuang
tailing alias sampah sisa-sisa penambangan tembaga dan emas ke
ep
Teluk Senunu. Tak jauh dari posisi dia berdiri, bak tubuh anakonda,
k

pipa hitam raksasa menjulur ke dalam laut mengalirkan beribu-ribu


ah

ton tailing setiap hari ;


R

si
Satu setengah kilometer ke arah timur, nelayan lain mengeluhkan
kondisi serupa. “Kalau mau cari ikan, sekarang harus ke perairan

ne
ng

Labangka," ujar Indar Dinata, 30 tahun, nelayan di Dusun Senutuk.


Sekali berangkat melaut ke Labangka selama tiga-empat malam,

do
gu

dia harus mengeluarkan ongkos Rp. 600 ribu untuk membeli solar
dan kebutuhan makan. Padahal dulu, sebelum sampah tambang
In
dibuang ke laut kata dia, begitu gampang menjaring ikan kakap
A

merah di Senunu. “Sampai susah mengangkutnya ke darat” ;


Pasca penerbitan KTUN OBYEK SENGKETA, Dinas Kelautan
ah

lik

Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumbawa Barat pada 26-31


Mei 2011 melakukan penelitian melalui kuesioner terbuka untuk
m

ub

identifikasi kondisi perairan laut di Kabupaten Sumbawa Barat.


Penelitian dilakukan terhadap 70 orang representasi nelayan Poto
ka

Tano, Taliwang, Jereweh, Maluk dan Sekongkang. Penelitian


ep

tersebut menyimpulkan bahwa penangkapan ikan mengalami


ah

penurunan dari tahun ke tahun dan masyarakat menghendaki


R

penghentian pembuangan tailing ;


es

Bahwa menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


M

ng

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) “Daya


on

Halaman 19 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup

si
untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya” ;

ne
ng
Bahwa berdasarkan keluhan penurunan tangkapan ikan oleh
nelayan telah terjadi penurunan kualitas laut kerusakan lingkungan
hidup di Teluk Senunu menurunkan daya dukung terhadap peri

do
gu kehidupan manusia dan mahluk hidup lain. Sementara berdasarkan
Pasal 17 ayat 2 huruf b UU PPLH, “Segala usaha dan/atau kegiatan

In
A
yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup tidak diperbolehkan lagi” ;
ah

lik
Dengan demikian, Menteri Lingkungan Hidup, Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
seharusnya tidak memperbolehkan lagi kegiatan pembuangan
am

ub
limbah tambang (tailing) ke Teluk Senunu ;
Bahwa jika Keputusan tersebut tetap berlaku dan dipertahankan,
ep
maka akan mengakibatkan kerusakan lingkungan di Perairan Teluk
k

Senunu, Kabupaten Sumbawa Barat. Karena itu Keputusan Menteri


ah

Negara Lingkungan Hidup tersebut merupakan pelanggaran


R

si
dan pengingkaran terhadap hak-hak warga negara atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat sebagai mana dijamin eksistensinya

ne
ng

dalam Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ;

do
gu

3. Bertentangan dengan asas kehati-hatian (Pasal2 huruf f UU No. 32


Tahun 2009) ;
In
Bahwa penjelasan Pasal 2 huruf f menyatakan :
A

Yang dimaksud dengan “asas kehati-hatian” adalah bahwa ketidak


pastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena
ah

lik

keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan


merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi
m

ub

atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan / atau


kerusakan lingkugan hidup ;
ka

Bahwa Indonesia merupakan satu dari hanya beberapa negara


ep

yang masih mempertahankan sistem pembuangan tailing ke dasar


ah

laut atau submarine tailing disposol (STD). Sistem pembuangan


R

tailing ini dianggap lebih beresiko bagi lingkungan, akan tetapi


es

masih dipilih karena biayanya hanya 17 % dari biaya pembuangan


M

ng

tailing di darat atau tailing dam ;


on

Halaman 20 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Di Kanada, Undang-undang Perikanannya memuat larangan

si
penghancuran ikan dalam Bab 35, sementara Bab 36 memuat
larangan pembuangan "zat yang merusak" kedalam perairan yang

ne
ng
didiami oleh ikan" (berarti di mana ikan tinggal). Pembuangan tailing
ke laut dilarang secara efektif sejak tahun 1977 melalui aturan
Pemerintah Federal Kanada mengenai limbah cair tambang logam

do
gu (Metal Mining Liquid Effluent Regulations (MMLER). Regulasi ini
juga memandatkan jumlah Total Padatan Tersuspensi Total

In
A
Suspended Solids --TSS) yang dikeluarkan dalam effluent tambang
setiap bulan tidak melebihi 25 miligram per liter yang kemudian
ah

lik
diperbaharui di tahun 2005 menjadi hanya 15 miligram per liter.
Aturan ini secara efektif melarang pembuangan tailing ke dalam
perairan " yang dihuni oleh ikan" karena tailing biasanya mencapai
am

ub
200.000 hingga 600.000 mg / I ;
Pembuangan tailing ke laut juga dilarang di Amerika Serikat, dimana
ep
PT. Newmont Nusa Tenggara berasal, Clean Water Act secara
k

efektif tidak memungkinkan pilihan pembuangan tailing ke laut.


ah

Badan Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency


R

si
-EPA) menyatakan bahwa pemohon terhadap provisions of the
Clean Water Act (CWA), membuang polutan ke perairan di Amerika

ne
ng

Serikat mensyaratkan ijin dari Sistem Penghapusan Pembuangan


Polutan Nasional (National Pallutant Discharge Elimination System -

do
gu

NPDES). Arah pembatasan effluent (limbah cair) ditetapkan


dibawah CWA melarang pembuangan air proses dari kilang-kilang
In
baru ke perairan Amerika Serikat (termasuk air pemrosesan dalam
A

tailing). Arahan pembatasan "tidak boleh ada pembuangan" limbah


cair (effluenf) secara efektif melarang penggunaan pembuangan
ah

lik

tailing ke laut ;
Bahwa asas kehati-hatian sebagaimana dirumuskan dalam Prinsip
m

ub

15 Deklarasi Rio berbunyi sebagai berikut :


“ In order to protect the environment, the precautionary approoch
ka

shall be widely applied by States according to their capabilities.


ep

Where there are threats of serious or irreversible damage, Iack of


ah

full scientific certainty shall not be used as a reason for postponing


R

cost-effective measures to prevent environmental degradation” ;


es

(terjemahan bebas : dalam rangka perlindungan lingkungan,


M

ng

pendekatan kehati-hatian harus diterapkan oleh negara-negara


on

Halaman 21 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sesuai kemampuannya. Apabila terdapat ancaman kerusakan

si
lingkungan yang serius dan tidak bisa dipulihkan, kurangnya
kepastian ilmiah tidak bisa dijadikan alasan untuk menunda

ne
ng
langkah-langkah yang cost- effective untuk mencegah degradasi
lingkungan);
Bahwa di Indonesia, asas kehati-hatian diakui di dalam Pasal 2 UU

do
gu No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Bahwa di dalam Penjelasan Pasal 2 UU No. 32

In
A
tahun 2009 dinyatakan :
Yang dimaksud dengan “asas kehati-hatian” adalah bahwa ketidak
ah

lik
pastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena
keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi
am

ub
atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerus
akan lingkungan hidup” ;
ep
Bahwa sebelum diakui di dalam UU No. 32 tahun 2009, Pengadilan
k

Indonesia telah mengakui keberlakuan asas kehati-hatian di dalam


ah

Putusan Mahkamah Agung tahun 2007 dalam kasus Mandalawangi


R

si
(No. 1794 K/Pdt/2009). Dalam putusan ini, Majelis Hakim
membenarkan pernyataan Majelis Hakim PN Bandung yang

ne
ng

menyatakan bahwa :
“ dalam keadaan kurangnya ilmu pengetahuan termasuk adanya

do
gu

pertentangan pendapat yang saling mengecualikan sementara


keadaan lingkungan sudah sangat rusak, maka Pengadilan dalam
In
kasus ini harus memilih dan berpedoman kepada prinsip hukum
A

lingkungan yang dikenal dengan pencegahan dini “Precautionary


Principle”, prinsip ke 15 yang terkandung dalam asas Pembangunan
ah

lik

Berkelanjutan pada Konperensi Rio tanggal 12 Juni 1992 (United


Nation Conference on Evironment and Development) walaupun
m

ub

prinsip ini belum masuk kedalam perundang-undangan Indonesia,


tetapi karena Indonesia sebagai anggota dalam konperensi tersebut
ka

maka semangat dari prinsip ini dapat dipedomani dan diperkuat


ep

dalam mengisi kekosongan hukum dalam praktek" (Putusan PN


ah

Bandung No. 49/P.dtG/2003/PN.BDG, hal. 1-01) ;


R

Bahwa Majelis Hakim dalam Putusan MA di samping membenarkan


es

pendapat Hakim PN Bandung di atas, juga berpendapat bahwa


M

ng

on

Halaman 22 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
asas kehati-hatian telah memiliki status sebagai jus cogens. Hal ini

si
dapat dilihat dari pernyataan berikut :
“ bahwa Hakim tidak salah menerapkan hukum apabila ia

ne
ng
mengadopsi ketentuan hukum Internasional. Penerapan
precautionary principle didalam hukum lingkungan hidup adalah
untuk mengisi kekosongan hukum (Rechts vinding), pendapat para

do
gu Pemohon Kasasi yang berpendapat bahwa Pasal 1365 BW dapat
diterapkan dalam kasus ini tidak dapat dibenarkan, karena

In
A
penegakkan hukum lingkungan hidup dilakuksn dengan standar
hukum Internasional. Bahwa suatu ketentuan hukum Internasional
ah

lik
dapat digunakan oleh hakim nasional, apabila telah dipandang
sebagai "ius cogen"(sicl)" (Putusan MA No. 1794 K/Pdt/2004,
hal. 84) ;
am

ub
Bahwa menurut Pasal 53 Vienna Convention on the Law of Treaties
tahun 1969, status jus cogens atau preemptory norm of general
ep
international law adalah asas yang memiliki tingkat validitas tertinggi,
k

yang tidak bisa dilanggar oleh perjanjian yang dibuat sebelum atau
ah

setelah munculnya asas tersebut. Asas ini hanya bisa dilanggar oleh
R

si
asas lain yang bertentangan yang juga memiliki status jus cogens.
Pasal 53 dari Konvensi Vienna tersebut menyatakan :

ne
ng

“A treaty is void if, at the time of its conclusion, it conflicts with a


peremptory norm of general international law. For the purposes of the

do
gu

present Convention, a peremptory norm of general international law is


a norm accepted and recagnized by the international community of
In
States as a whole as a norm from which no derogation is permitted
A

and which can be modified only by a subsequent norm of general


international law having the same character” ;
ah

lik

Bahwa meskipun kedudukan hukum dari asas kehati-hatian sudah


jelas, makna, arti penting, dan implementasi dari asas tersebut
m

ub

kiranya masih perlu dijelaskan. Penjelasan ini dapat kita lihat dari
sejarah perkembangan asas kehati-hatian, arti pentingnya bagi
ka

pencegahan pencemaran laut, dan hal-hal apa saja yang menjadi ciri
ep

dari asas kehati-hatian, sebagaimana diterangkan berikut ini ;


ah

Bahwa asas kehati-hatian pertama kali muncul sebagai sebuah asas


R

pengelolaan lingkungan di dalam hukum lingkungan Jerman, dengan


es

istilah Vorsorgeprinzip, yang berarti foresight (tinjauan ke masa


M

ng

on

Halaman 23 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
depan) dan taking care (berhati-hati). vorsorgeprinzip mewajibkan

si
negara untuk menghindari terjadinya kerusakan/pencemaran
lingkungan dengan melakukan perencanaan secara hati-hati. Prinsip

ne
ng
ini juga menjadi pembenaran bagi program pencegahan dan
penanggulangan pencemaran secara besar-besaran, melalui
pemberlakuan teknologi terbaik (best available technology) untuk

do
gu meminimasi pencemaran (A. Jordan dan T. O'Riordan: 1999, hal. 19-
20; E. Fisher J. Jones, dan R. Von Schomberg: 2006, hal. 2-3) ;

In
A
Bahwa selanjutnya, asas kehati-hatian diadopsi pertama kali dalam
berbagai deklarasi atau perjanjian tentang perlindungan laut di Eropa.
ah

lik
Dalam hal ini, formulasi asas kehati-hatian pada level internasional
pertama kali muncul dalam the 1984 Bremen Declaration yang
diadopsi pada the First International Conference on the Protection of
am

ub
the North Sea. Deklarasi ini menyatakan bahwa “……damage to the
marine environment can be irreversible or remediable only at
ep
considerable expense and over long periods and... therefore, coastal
k

states...must not wait for proof of harmful effects before taking


ah

action" [terjemahan bebas: ... pencemaran terhadap lingungan laut


R

si
dapat bersifat tidak bisa dipulihkan (irreversible) atau hanya dapat
dipulihkan dengan biaya yang sangat besar dan dalam periode yang

ne
ng

sangat lama, dan ... karenanya, Negara pantai (coastal states) harus
mengambil tindakan (pencegahan) dan tidak boleh menunggu

do
gu

adanya bukti kerusakan] ;


Pengakuan atas asas kehati-hatian kemudian dinyatakan kembali
In
dan diperjelas di dalam 1987 London Declaration yang diadopsi pada
A

the Second International Conference on the Protection of the North


Sea, 1990 Hague Declaration yang diadopsi pada the Third
ah

lik

International Conference on the Protection ofthe North Sea, 1995


Esiberg Declaration yang diadopsi pada the Fourth nternational
m

ub

Conference on the Protection of the North Sea, serta 2002 Bergen


Declaration the Fifth International Conference on the Protection ofthe
ka

North Sea ;
ep

Bertitik tolak dari deklarasi-deklarasi tersebut asas kehati-hatian


ah

kemudian diadopsi di dalam 1992 Convention on the Protection of the


R

Marine Environment of the Baltic Sea Area, 1992 Convention for the
es

Protection of the Marine Environment of the North-East Atlantic


M

ng

(OSPAR Convention), 1995 Barcelona Convention for the Protection


on

Halaman 24 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
of the Marine Environment and the Coastal Region of the

si
Mediterranean (The 1995 Barcelona Convention), 1996 lzmir Protocol
on the Prevention of Pollution of the Mediterranean Sea by

ne
ng
Transboundary Movements of Hazardous Wastes and their Disposal,
2002 Valletta Protocol Concerning Cooperation in Preventing
Pollution from Ships, and in cases of Emergency ;

do
gu Bahwa berdasarkan rangkaian sejarah perkembangan asas kehati-
hatian, para ahli hukum menyimpulkan bahwa asas kehati-hatian

In
A
pertama kali diakui, diadopsi, dan diterapkan dalam berbagai
pertemuan dan perjanjian internasional atau regional terkait
ah

lik
perlindungan laut. Dari isu perlindungan laut inilah kemudian asas
kehati-hatian mendapat pengakuan yang lebih luas, sebagai salah
satu asas pengelolaan lingkungan yang diakui di dalam Deklarasi Rio
am

ub
tahun 1992, untuk selanjutnya diadopsi di hampir semua perjanjian
internasional terkait perlindungan lingkungan yang muncul setelah
ep
Deklarasi Rio tersebut (D. Freestone and E. Hey : 1996, ha1.4) ;
k

Bahwa asas kehati-hatian sebagaimana dirumuskan dalam World


ah

Charter of Nature yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun
R

si
1982 berbunyi sebagai berikut :
a) “Activities which are likely to cause irreversible damage to nature

ne
ng

shall be avoided” [terjemahan bebas : kegiatan yang mungkin


menimbulkan dampakyang tidak bisa dipulihkan (irreversible)

do
gu

harus dihindari) ;
b) “Activities which are likely to pose a significant risk to nature shall
In
be preceded by an exhaustive examination; their proponents shall
A

demonstrate that expected benefits outweigh potential damage to


nature, and where potential adverse effects are not fully
ah

lik

understood, the activities sltould not proceed...” [kegiatan yang


dapat menimbulkan resiko yang signifikan bagi alam harus
m

ub

didahului dengan pengujian mendalam dan menyeluruh untuk


mencari alternatif lain (exhaustive examination); pemrakarsa
ka

kegiatan harus menunjukkan bahwa manfaat dari kegiatannya


ep

akan lebih besar dari kerusakan yang ditimbulkan, dan jika potensi
ah

dampak buruk ternyata tidak sepenuhnya dapat diketahui, maka


R

kegiatan tersebut tidak bisa dilanjutkan] ;


es

Bahwa dari kutipan tersebut terlihat bahwa kegiatan yang akan


M

ng

menyebabkan dampak yang tidak bisa dipulihkan (irreversible) harus


on

Halaman 25 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tidak diizinkan untuk dilakukan. Pada sisi lain, asas kehati-hatian pun

si
memberikan beban kepada pemrakarsa untuk menjelaskan bahwa
manfaat dari kegiatannya lebih besar dari bahaya yang mungkin

ne
ng
terjadi, dan bahwa pemrakarsa mampu menunjukkan seluruh potensi
dampak buruk yang mungkin timbul, sebab seandainya potensi
dampak buruk tersebut tidak sepenuhnya mampu diketahui, maka

do
gu kegiatannya harus dilarang ;
Bahwa di samping itu, asas kehati-hatian juga berfungsi sebagai

In
A
arahan dalam proses pembuatan keputusan agar proses tersebut
lebih terbuka terhadap ketidakpastian ilmiah (uncertainty) dan mampu
ah

lik
melibatkan serta mempertimbangkan setiap pendapat.;
Dalam hal ini, asas kehati-hatian pada satu sisi menuntut kejujuran
untuk mengakui adanya ketidakpastian (uncertainty), dan pada sisi
am

ub
lain menuntut adanya pengambilan keputusan yang partisipatif dan
demokratis (P. Van Zanenberg dan A. Stirling: 2003, hal. 47;
ep
D. Santilo, et al: 1998, hal. 948; dan T. O'Riordan and J. Cameron:
k

1994,hal. 26) ;
ah

Bahwa dengan demikian, dapat dikatakan bahwa asas kehati-hatian


R

si
bukanlah sekedar arahan bagi pengambilan keputusan dalam kondisi
ketidakpastian ilmiah, tetapi lebih merupakan pengambilan keputusan

ne
ng

yang sesuai dengan good governance (E.C. Fisher: 1999, hal. 297),
sehingga dapat pula berarti pula bahwa pengambilan keputusan yang

do
gu

demokratis dan partisipatif merupakan komponen penting di dalam


asas kehati-hatian (J.A. Tickner: 1999, hal. 175). ; --
In
Bahwa berdasarkan beberapa dokumen dan pendapat para ahli,
A

Dovers menyimpulkan bahwa asas kehati-hatian menuntut adanya : -


- Pengakuan eksplisit terhadap ketidakpastian ilmiah (explicit
ah

lik

recognition of uncertainty) ;
- Pengakuan adanya ketidakpastian dalam bentuk kualitatif dan
m

ub

variable (recognition of qualitative and variable forms of


uncertainty), di mana dampak tidak hanya dinilai berdasarkan
ka

secara kuantitatif dan probabilistik belaka, tetapi juga dengan


ep

memperhatikan pandangan masyarakat ;


ah

- Pengakuan terhadap dampak yang serius dan tidak bisa


R

dipulihkan (recognition of ‘serious or irreversible' impacts),


es

termasuk di dalamnya berkurangnya kemampuan lingkungan


M

ng

untuk memulihkan kondisinya dalam waktu yang singkat ;


on

Halaman 26 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Perubahan kebijakan dari pendekatan reaktif menuju pendekatan

si
proaktif dan preventif (refocusing policy attention from reactive to
proactive or preventative measures) ;

ne
ng
- Pembalikkan beban pembuktian (shifting the onus of proof from
opponents to proponents of development), di mana para
pemrakarsa kegiatan memiliki beban untuk membuktikan bahwa

do
gu kegiatannya tidak mengganggu keberlanjutan lingkungan ;
- Eksplorasi terhadap berbagai alternative kebijakan (exploration of

In
A
alternatives), di mana proses pengambilan keputusan diarahkan
pada alternatif yang dapat lebih baik mencapai tujuan
ah

lik
pembangunan berkelanjutan (S. Dovers: 2006, hal. 91-92) ;
Bahwa dengan demikian, asas kehatian-hatian bukan dibuktikan
dengan menunjukkan adanya izin, Amdal atau environmental risk
am

ub
assessment (ERA), tetapi dengan membuktikan bahwa pengambilan
keputusan telah mempertimbangkan semua potensi dampak
ep
(termasuk dampak jangka panjang), telah mempertimbangkan
k

ketidakpastian ilmiah, telah memperhatikan berbagai alternatif


ah

kegiatan yang lebih baik berdasarkan best available technology, serta


R

si
telah dengan sangat seksama memperhatikan pendapat dari
berbagai kalangan, termasuk mereka yang tidak menyetujui kegiatan

ne
ng

yang diusulkan dan mereka yang berpotensi akan terkena dampak


dari kegiatan tersebut ;

do
gu

Bahwa karena pemberian izin pembuangan tailing telah diberikan


tanpa memperhatikan dengan seksama pendapat masyarakat dan
In
pemerintah setempat, maka dapat dikatakan bahwa keputusan
A

pemberian izin tersebut telah bertentangan dengan asas kehati-


hatian ;
ah

lik

Bahwa Tergugat untuk ke (empat) kalinya mengeluarkan


perpanjangan izin untuk PT. NNT. Untuk yang terakhir ini Tergugat
m

ub

tidak hanya meningkatkan kuota pembuangan tailing hingga 148.000


ton per hari atau maksimum 51.100.000 metrik ton kering per tahun
ka

atau 54.020.000 ton jika ada peningkatan produksi dari sebelumnya


ep

50.400.000 metrik ton kering per hari, KTUN OBYEK SENGKETA


ah

juga meningkatkan jangka waktu hingga 5 (lima) tahun, dari


R

sebelumnya selama 4 (empat) tahun. Padahal Keputusan MENLH


es

No. 236 tahun 2007 ini bahkan menerapkan prinsip kehati-hatian


M

ng

on

Halaman 27 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan mengurangi kuota sebelumnya sebanyak 8 (delapan) juta ton

si
;
Bahwa secara rasional daya dukung dan daya tampung lingkungan

ne
ng
yang telah terpapar limbah termasuk tailing di laut teluk Senunu akan
terus berkurang dengan berjalannya waktu. Hal ini juga didukung
dengan adanya berbagai penelitian,laporan nelayan tentang

do
gu berkurangnya tangkapan ikan sebagaimana dalam penelitian WALHI
dan Pemkab Sumbawa Barat, termasuk surat Bupati tertanggal 27

In
A
April2011 kepada Menteri Lingkungan Hidup mengenai penolakan
perpanjangan izin pembuangan tailing. Karenanya, Para Penggugat
ah

lik
beranggapan bahwa Tergugat telah melanggar asas kehati-hatian
dengan tetap mengeluarkan KTUN OBYEK SENGKETA bahkan
dengan kuota yang jauh lebih besar dan jangka waktu yang jauh lebih
am

ub
lama ;
4. Bertentangan dengan asas keanekaragaman hayati (Pasal 2 huruf i
ep
UU No.32 Tahun 2009;
k

Bahwa penjelasan pasal 2 huruf i menyatakan :


ah

Yang dimaksud dengan “asas keanekaragaman hayati” adalah


R

si
bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan upaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan,

ne
ng

keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri


atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang

do
gu

bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan


membentuk ekosistem ;
In
Data Pemerintah Daerah Sumbawa Barat (2010) menunjukkan
A

bahwa di perairan kecamatan Sekongkang, Jereweh, Maluk,


Taliwang, Poto Tano beberapa jenis ikan tidak lagi ditemukan di
ah

lik

antaranya: Layur, Tuna, Cumi-Cumi, Kakap Putih, Kwee, Bawal, dan


Baronang. Hilangnya keanekaragaman hayati ini ternyata tidak
m

ub

dipertimbangkan oleh Tergugat ketika mengeluarkan KTUN OBYEK


SENGKETA ;
ka

Bahwa jauh sebelum termuat dalam UU No. 32 Tahun 2009, asas


ep

keanekaragaman hayati ini sudah tercermin dan dijabarkan dalam


ah

Dokumen Nasional Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman


R

Hayati atau Indonesian Biodiversity Strategy an Action Plan


es

(selanjutnya disebut Dokumen Nasional IBSAP) ;


M

ng

on

Halaman 28 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa apabila dicermati secara mendalam, Dokumen Nasional

si
IBSAP tersebut memuat rencana aksi pengelolaan keanekaragaman
hayati nasional yang kemudian dijabarkan dalam lima tabel yang

ne
ng
salah satunya adalah tabel rencana aksi peningkatan konservasi
keanekaragaman hayati 2003 -2020 yang menyatakan :
Indikasi Instansi/

do
gu Program Waktu Indikator Kinerja
Wilayah
13.Program 2003/05 Pelarangan Departemen Energi

In
A
pencegahan teknologi dan Sumber Daya
pencemaran submariner Mineral,
ah

lik
ekosistem laut tailing disposal Departemen
akibat (pembuangan Kelautan dan
pembuangan limbah Perikanan,
am

ub
tailing dari pertambangan Kementerian
pertambangan ke bawah Lingkungan Hidup,
ep
baik secara permukaan laut) organisasi non-
k

langsung tahun 2004; pemerintah,


ah

maupun lewat Pencabutan ijin Perusahaan


R

si
system sungai pertambangan Tambang
setempat yang

ne
ng

membuang
tailing ke sungai

do
gu

setempat paling
lambat akhir
In
2003; dan yang
A

sekarang
menggunakan
ah

lik

STD pada tahun


2004
m

ub

Bahwa dengan demikian, semenjak dikeluarkannya Dokumen


ka

Nasional IBSAP memiliki kebijakan untuk tidak lagi melakukan


ep

pemberian izin dumping tailing semenjak tahun 2004 dan mencabut


ah

semua izin dumping tailing yang dimiliki oleh perusahaan


R

pertambangan paling lambat pada akhir tahun 2003. Sehingga


es
M

sudah selayaknya bahwa KTUN OBYEK SENGKETA tidak


ng

diperpanjang lagi oleh Tergugat ;


on

Halaman 29 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
5. Bertentangan dengan asas partisipatif (Pasal 2 huruf k UU No. 32

si
Tahun 2009) ;
Bahwa pasal 2 huruf k menyatakan :

ne
ng
Yang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah bahwa setiap
anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses
pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan

do
gu pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak
langsung ;

In
A
Dalam balasan terhadap somasi yang dikirimkan Penggugat I, KLH
mengakui bahwa pihaknya tidak melakukan pengumuman atas
ah

lik
proses penerbitan KTUN OBYEK SENGKETA. Terhadap pengabaian
kewajiban ini yang merupakan pemenuhan aspek pelibatan
masyarakat, KLH menjawab bahwa hal tersebut dianggap tidak wajib
am

ub
(imperative) karena masih mengacu pada dokumen kelayakan
lingkungan yang lama (Kep.Men.LH No.41/MENLH/ 70/1996) ;
ep
Padahal AMDAL Kegiatan Pertambangan Tembaga-Emas di Batu
k

Hijau Kecamatan Jereweh - Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa


ah

Tenggara Barat mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun


R

si
1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, sedangkan
dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999

ne
ng

tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, maka


Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis

do
gu

Mengenai Dampak Lingkungan (lembaran Negara Tahun 1993


Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538) dinyatakan
In
tidak berlaku lagi) ;
A

Peraturan perundang-undangan yang dijadikan acuan dalam


Dokumen AMDAL tersebut, sebagaimana dicantumkan dalam tabel
ah

lik

1.1 (selain PP No. 51 Tahun 1993) juga sudah tidak berlaku lagi,
misalnya Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Pertambangan
m

ub

sudah diganti dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang


Pertambangan Mineral dan Batubara (yang selanjutnya disebut
ka

dengan UU MINERBA, sebagaimana dalam Pasal 173 ayat (1) UU


ep

MINERBA menyatakan “Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,


ah

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-


R

Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik


es

Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara


M

ng

on

Halaman 30 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Republik Indonesia Nomor 2831) dicabut dan dinyatakan tidak

R
berlaku” ;

si
Dokumen AMDAL harus diperbaharui apabila akan melakukan

ne
ng
pengembangan lokasi penambangan, baik area maupun kapasitas
produksinya. Berdasarkan berbagai ketentuan dan uraian di atas,
dapat diketahui bahwa Dokumen AMDAL Kegiatan Pertambangan

do
gu Tembaga-Emas di Batu Hijau Kecamatan jereweh - Kabupaten
Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat harus dilakukan revisi,

In
A
karena peraturan perundang-undangan yang dijadikan acuan sudah
tidak berlaku lagi serta adanya pengembangan lokasi penambangan
ah

lik
PT. NNT, baik area maupun kapasitas produksinya ;
Penjelasan pasal 39 (1) UU PPLH menyatakan bahwa tujuan
“mengumumkan permohonan izin dengan cara yang yang mudah
am

ub
diketahui masyarakat” adalah memungkinkan peran serta
masyarakat, khususnya yang belum menggunakan kesempatan
ep
dalam prosedur keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam
k

proses pengambilan keputusan izin. Permasalahannya adalah dalam


ah

kasus ini dengar pendapat tidak dilakukan, pengumuman tidak


R

si
dilakukan, keberatan masyarakat yang ditunjukan melalui
serangkaian protes dan debat di media massa, bahkan keberatan

ne
ng

resmi yang diajukan oleh Bupati Sumbawa Barat tidak menjadi


pertimbangan bagi MenLH untuk mengeluarkan izin ;

do
gu

Bahwa oleh karena pembuangan tailing ke laut (perairan teluk


Senunu) bermasalah, maka Bupati Sumbawa Barat mengajukan
In
surat yang ditujukan kepada Presiden Direktur PT. Newmont Nusa
A

Tenggara, tertanggal Taliwang, 27 April 2011 (Bukti P-7), mengenai


Pemberhentian Penempatan Tailing di Perairan Teluk Senunu
ah

lik

Kabupaten Sumbawa Barat, dengan alasan sebagai berikut :


1. Adanya aspirasi masyarakat Sumbawa Barat dan berbagai elemen
m

ub

pemerhati lingkungan lainnya yang menolak penempatan tailing


PT. NNT di perairan Teluk Senunu Kabupaten Sumbawa Barat ;
ka

2. Bahwa penempatan tailing di perairan teluk Senunu Kabupaten


ep

Sumbawa Barat sangat merugikan masyarakat dan pemerintah


ah

Kabupaten Sumbawa Barat ;


R

6. Bertentangan dengan asas tata kelola pemerintahan yang baik (Pasal


es

2 huruf m UU No. 32 Tahun 2009) ;


M

ng

Bahwa penjelasan pasal 2 huruf m menyatakan :


on

Halaman 31 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Yang dimaksud dengan “asas tata kelola pemerintahan yang baik”

si
adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai
oleh prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan

ne
ng
keadilan ;
Bahwa asas-asas ini sama dengan yang selama ini dikenal dalam
hukum tata usaha negara sebagai asas-asas umum pemerintahan

do
gu yang baik (AAUPB), yang akan dibahas lebih lanjut dalam poin B di
bawah ;

In
A
7. Bertentangan dengan asas otonomi daerah (Pasal 2 huruf n UU
No.32 Tahun 2009);
ah

lik
Bahwa penjelasan pasal 2 huruf n menyatakan :
Yang dimaksud dengan “asas otonomi daerah” adalah bahwa
Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri
am

ub
urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan dan
ep
keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
k

Indonesia ;
ah

Bahwa pada tahun 1999, pembaharuan dalam pemerintahan lokal di


R

si
Indonesia dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah. UU ini merupakan koreksi atas

ne
ng

penyelenggaraan pemerintahan pada masa orde baru di mana


sentralisasi kekuasaan di tangan pemerintah pusat dengan dominasi

do
gu

pusat yang dilegalisasi melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1974


Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah ;
In
Dari segi kedudukan Kepala Daerah sebagaimana dikemukakan
A

Moh. Mahfud MD, bahwa disamping sebagai organ daerah otonom,


Kepala Daerah berkedudukan juga sebagai alat atau perpanjangan
ah

lik

tangan pemerintah pusat di daerah dengan sebutan kepala wilayah.


Dalam kedudukannya sebagai alat pusat itu, Kepala Wilayah
m

ub

merupakan penguasa tunggal di daerah. Kontrol pusat atas daerah


dilakukan melalui mekanisme pengawasan preventif, pengawasan
ka

represif dan pengawasan umum ;


ep

Bahwa lahirnya Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang


ah

Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan kepada daerah


R

dalam mengatur dan mengurus daerahnya. Dalam perjalanan


es

otonomi Daerah, UU. No. 22 Tahun 1999 mengalami perubahan


M

ng

on

Halaman 32 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan lahirnya UU. No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah

si
Daerah;
Bahwa dengan demikian, Undang-Undang No. 22 Tahun 1999

ne
ng
tentang Pemerintahan Daerah jo. Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan dasar legalitas bagi
pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus daerahnya

do
gu sendiri. Hal inilah yang dinamakan dengan Otonomi Daerah, yaitu
“Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

In
A
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan” (vide:
ah

lik
Pasal 1 angka 5 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah). Sejalan dengan itu, S.H Sarundajang mengatakan bahwa
Otonomi Daerah, sebagai salah satu bentuk 'desentralisasi'
am

ub
pemerintahan, pada hakikatnya ditujukan untuk memenuhi
kepentingan bangsa secara keseluruhan, yaitu upaya untuk lebih
ep
mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan pemerintahan untuk
k

mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan lebih makmur ;


ah

Bahwa kewenangan daerah yang dimaksud adalah mencakup


R

si
kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali
kewenangan dalam politik luar negeri, pertahanan, keamananan,

ne
ng

yustisi (peradilan), moneter dan fiskal nasional, dan agama (vide:


pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang

do
gu

Pemerintah Daerah Jo. pasal 10 ayat 3 Undang-Undang No. 32


Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah) ;
In
Bahwa kemudian hal ini dipertegas dalam pasal 21 Undang-Undang
A

Nomor 32 Tahun 2004 khususnya di huruf a yang menyatakan bahwa


dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak mengatur
ah

lik

dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya ;


Bahwa selanjutnya mengenai kewajiban daerah ditentukan dalam
m

ub

pasal 22 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, khususnya pada huruf


k yang menyatakan bahwa: dalam menyelenggarakan otonomi
ka

daerah, daerah mempunyai kewajiban melestarikan lingkungan


ep

hidup;
ah

Bahwa dalam pasal 14 huruf j Undang-Undang No. 32 Tahun 2004


R

disebutkan bahwa : Urusan wajib yang menjadi kewenangan


es

pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang


M

ng

on

Halaman 33 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
berskala kabupaten/kota meliputi di antaranya pengendalian

si
lingkungan hidup ;
Bahwa jika melihat hal-hal yang diuraikan di atas, pada hakekatnya

ne
ng
pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam mengurus dan
mengatur mengenai pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup di
daerahnya sebagaimana disebutkan dalam pasal 14 jo. Pasal 22

do
gu Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ;
Bahwa dengan demikian pemerintah daerah dalam hal ini Bupati

In
A
Kabupaten Sumbawa Barat juga seharusnya dilibatkan dalam
pemberian izin dumping tailing kepada PT. Newmont Nusa Tenggara,
ah

lik
sebab Objek Sengketa KTUN bukan sepenuhnya kewenangan
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI karena berskala daerah / lokal,
sebab lokasi operasi kegiatan tambang PT. Newmont Nusa Tenggara
am

ub
berada di Kecamatan Jereweh dan Sekongkang, Kabupaten
Sumbawa Barat, serta pembuangan tailing di lakukan ke laut sejauh
ep
3,4 kilometer dari pantai, atau sama dengan 2,11 miI ;
k

Hal ini juga ditegaskan dalam pasal 61 ayat (1) Undang-Undang


ah

Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan


R

si
Lingkungan Hidup (UU PPLH) yang menyebutkan bahwa “Dumping
sebagaimana disebutkan pasal 60 hanya dapat dilakukan dengan izin

ne
ng

dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/ Walikota sesuai dengan


kewenangannya” ;

do
gu

Lebih lanjut, Pasal 63 ayat 3 huruf o UU PPLH menetapkan bahwa


wewenang Bupati/Walikota salah satunya adalah penerbitan “izin
lingkungan” pada tingkat Kabupaten/Kota. Kemudian di Pasal 123
In
A

dan penjelasannya menyatakan bahwa izin pembuangan limbah ke


laut seharusnya diintegrasikan dalam izin lingkungan dalam waktu 1
ah

lik

(satu) tahun sejak diundangkan UU PPLH, yaitu Oktober 2010. Akan


tetapi hingga saat gugatan ini dilayangkan (Juli 2011) rancangan
m

ub

peraturan pemerintah tentang izin lingkungan belum juga


diselesaikan oleh Tergugat, sehingga menimbulkan kekosongan
ka

hukum ;
ep

Selain itu tailing juga termasuk dalam bahan beracun dan berbahaya
ah

(B3), dibuktikan setidaknya dengan dimuatnya status perizinan


R

pembuangan tailing PT. NNT dalam daftar status dumping limbah B3


es

di situs Kementrian Lingkungan Hidup. Sebelum diterbitkannya UU


M

ng

PPLH, untuk melaksanakan prinsip otonomi daerah Menteri Dalam


on

Halaman 34 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Negeri telah mengeluarkan Surat Edaran No. 66.0.2/2176/SJ tanggal

si
28 Juli 2008 yang memerintahkan pemerintah lokal (Gubernur dan
Bupati/Walikota) untuk bertanggungjawab dalam pengelolaan limbah

ne
ng
B3 di jurisdiksinya, termasuk melakukan pengawasan monitoring,
perizinan, dan pengawasan terhadap izin lokasi dan sistem tanggap
darurat ;

do
gu Bahwa dalam balasannya terhadap somasi dari Pengugat I, KLH
menganggap institusinya berwenang menerbitkan izin karena IUP

In
A
PT. NNT dikeluarkan oleh Menteri ESDM. Terhadap Pasal 61 UU
PPLH tentang penerbitan izin sesuai kewenangan, KLH mengutip
ah

lik
Pasal 18 (1) PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan / atau
Perusakan Laut yang menyatakan kewenangan pemberian izin
dumping ke laut mutlak berada pada MenLH ;
am

ub
Terhadap hal ini seharusnya berlaku asas “lex posteriori derogat legi
priori” (peraturan yang lebih baru mengesampingkan peraturan yang
ep
lebih lama) dan “lex superiori derogat lex inferiori”, yaitu peraturan
k

yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah.


ah

Bahwa UU yang lahir di era otonomi daerah seperti UU No. 4 Tahun


R

si
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

ne
ng

Hidup menghendaki wewenang yang lebih besar pada pemerintah


daerah untuk menentukan kebijakan di wilayahnya, atau setidak-

do
gu

tidaknya mendapat bagian untuk dipertimbangkan dalam


pengambilan keputusan ;
In
Terhadap pernyataan KLH bahwa surat Bupati Sumbawa Barat
A

kepada KLH dan Direktur PT. Newmont Nusa Tenggara, tertanggal


Taliwang, 27 Aprll 2001 yang berisi penolakan terhadap pembuangan
ah

lik

tailing ke laut Teluk Senunu dianggap telah dikesampingkan dengan


KTUN OBYEK SENGKETA yang tingkatannya lebih tinggi,
m

ub

seharusnya KLH menanggapi secara positif penolakan tersebut


dalam kajian lapangan dan diskusi dengan pemangku kepentingan
ka

terkait di lokasi. Bahwa paska penerbitan KTUN OBYEK SENGKETA,


ep

Bupati Sumbawa Barat telah pula mengirimkan somasi pada Menteri


ah

Lingkungan Hidup pada 19 Mei 2011 (Bukti P8), akan tetapi hingga
R

saat gugatan ini dituliskan, tidak mendapatkan respon ;


es

Bahwa dengan demikian, kebijakan Menteri Negara Lingkungan


M

ng

Hidup Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 92


on

Halaman 35 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tahun 2011 Tentang lzin Dumping Tailing di Dasar Laut di PT.

si
Newmont Nusatenggara Proyek Batu Hijau merupakan suatu
kekeliruan dan bertentangan dengan prinsip-prinsip otonomi daerah

ne
ng
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Tentang Pemerintah Daerah Jo. Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintah Daerah, selain itu juga bertentangan

do
gu dengan Pasal 61 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ;

In
A
Bahwa dengan demikian KTUN OBYEK SENGKETA bertentangan
dengan asas kelestarian dan keberlanjutan; kehati-hatian;
ah

lik
keanekaragaman hayati; partisipatif; tata kelola pemerintahan yang
baik; dan otonomi daerah sebagaimana pasal 2 huruf a, b, f, i, k, m, n
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
am

ub
Lingkungan Hidup ;
B. Bahwa Keputusan a quo yang dikeluarkan Tergugat juga bertentangan
ep
dengan ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK;
k

1. Bahwa sebagaimana bunyi Pasal 1 angka 6 UU Nomor 28 tahun


ah

1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari


R

si
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Asas Umum Pemerintahan Negara
Yang Baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan,

ne
ng

kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan Penyelenggara


Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme ;

do
gu

2. Bahwa dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b UU No 5 tahun 1986 tentang


PTUN menyatakan bahwa “Keputusan Tata Usaha Negara yang
In
digugat bertentang dengan asas-asas umum pemerintahan yang
A

baik”. Berdasarkan penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf b tersebut


dinyatakan “yang dimaksud dengan "asas-asas umum pemerintahan
ah

lik

yang baik” adalah meliputi asas :


- kepastian hukum ;
m

ub

- tertib penyelenggeraan negara- keterbukaan- proparsionalitas-


profesionalitas- akuntabilitas ;
ka

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No 28 tahun 1999


ep

tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari


ah

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme” ;


R

2. Menurut penjelasan Pasal 3 UU Nomor 28 tahun 1999 tentang


es

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, kolusi


M

ng

on

Halaman 36 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan nepotisme, yang dimaksud dengan asas-asas dalam

si
penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah :
a. Asas Kepastian Hukum ;

ne
ng
Yang dimaksud Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara
hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan

do
gu Penyelenggara Negara. Bahwa Keputusan Tergugat yang
memberikan izin dumping tailing ke laut kepada PT. NNT dibuat

In
A
oleh Tergugat tanpa memperhatikan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku ;
ah

lik
b. Asas Tertib Penyelenggara Negara ;
Yang dimaksud dengan Asas Tertib Penyelenggara Negara adalah
asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan
am

ub
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.
Tidak adanya koordinasi antara pemerintah pusat (dalam hal ini
ep
Tergugat) dengan pemerintah lokal (dalam hal ini pemerintah
k

Kabupaten Sumbawa Barat) menunjukkan terlanggarnya asas ini ;


ah

c. Asas Kepentingan Umum ;


R

si
Yang dimaksud dengan “Asas Kepentingan Umum” adalah asas
yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang

ne
ng

aspiratif, akomodatif, dan selektif. Diabaikannya aspirasi


masyarakat lokal termasuk pandangan pemerintah kabupaten

do
gu

Sumbawa Barat menunjukkan minimnya perhatian Tergugat untuk


pemenuhan asas ini ;
In
d. Asas Keterbukaan ;
A

Yang dimaksud dengan Asas Keterbukaan adalah asas yang


membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
ah

lik

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang


penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan
m

ub

perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia


Negara ;
ka

e. Asas Proporsionalitas ;
ep

Yang dimaksud dengan Asas Proporsionalitas adalah asas yang


ah

mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban


R

Penyelenggara Negara ;
es

f. Asas Profesionalitas ;
M

ng

on

Halaman 37 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Yang dimaksud dengan Asas Profesionalitas adalah asas yang

si
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

ne
ng
g. Asas Akuntabilitas ;
Yang dimaksud dengan Asas Akuntabilitas adalah asas yang
menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan

do
gu Penyelenggara Negara harus dapat diperlanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan

In
A
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku ;
ah

lik
3. Berkaitan dengan asas-asas tersebut di atas, seharusnya Tergugat
dalam mengeluarkan KTUN yang menjadi obyek sengketa selalu
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan,
am

ub
dan keadilan dalam setiap kebijakan yang dikeluarkannya, dengan
tetap menjaga keteraturan, keserasian, dan
ep
keseimbangan, mendahulukan kesejahteraan umum, membuka
k

diskusi dan dialog dengan masyarakat (dalam hal ini Penggugat),


ah

mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban,


R

si
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan yang paling utama, harus dapat

ne
ng

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai


pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan

do
gu

peraturan perundang-undangan yang berlaku ;


4. Bahwa tindakan Tergugat yang mengizinkan PT. Newmont Nusa
In
Tenggara Proyek Batu Hijau untuk membuang tailing melalui
A

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 92 Tahun 2011


tentang lzin Dumping Tailing di Dasar Laut PT. Newmont Nusa
ah

lik

Tenggara Proyek Batu Hijau, yang dilakukan Tergugat, nyata-nyata


tidak memperhatikan, mempertimbangkan atau bersesuaian dengan
m

ub

asas-asas umum pemerintahan yang baik ;


5. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
ka

Pemerintah Daerah jo. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


ep

tentang Pemerintah Daerah jo. Pasal 61 ayat (1) Undang-Undang


ah

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


R

Lingkungan Hidup jo. Pasal 8 ayat (1) huruf b Undang-Undang


es

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,


M

ng

kewenangan untuk menerbitkan izin pembuangan tailing merupakan


on

Halaman 38 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kewenangan yang diberikan pada Pemerintah Kabupaten/Kota,

si
sehingga dengan keberadaan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 92 Tahun 2011 tentang lzin Dumping Tailing di Dasar

ne
ng
Laut PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau menegaskan
prinsip kepastian hukum yang diwajibkan Undang-Undang terhadap
setiap Keputusan yang dikeluarkan seluruh Pejabat TUN ;

do
gu 6. Bahwa sejak adanya rencana perpanjangan izin pembuangan tailing
PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau, telah ada

In
A
penolakan dari Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat yang dibuat
dalam surat Nomor 660/115/BLH-KSB/lV/2011, tertanggal Taliwang,
ah

lik
27 April 2011 ditujukan kepada Menteri Lingkungan Hidup RI (Bukti
P-5), dengan alasan sebagai berikut :
1. Bahwa keberadaan dan penempatan tailing PT. NNT di perairan
am

ub
Teluk Senunu Kabupaten Sumbawa Barat sangat meresahkan dan
merisaukan masyarakat luas serta berbagai elemen pemerhati
ep
lingkungan ;
k

2. Bahwa penempatan dan pembuangan tailing PT. NNT di perairan


ah

Teluk Senunu telah mengakibatkan menurunnya produktivitas


R

si
kawasan yang dapat menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan
kesehatan terhadap nelayan dan masyarakat sekitar dan regional;

ne
ng

Namun kemudian surat penolakan ini sama sekali tidak ditanggapi


oleh Tergugat, bahkan justru Tergugat akhirnya menerbitkan KTUN

do
gu

yang menjadi objek Gugatan Para Penggugat ;


7. Bahwa Bupati Sumbawa Barat, selain mengirimkan surat kepada
In
kepada Menteri Lingkungan Hidup, juga mengirimkan surat kepada
A

Bupati Sumbawa Barat, dengan Nomor 660/114/BLH-KSB/IV/2011,


tertanggal Taliwang, 27 April 2011, Hal : Pemberhentian Penempatan
ah

lik

Tailing di Perairan Teluk Senunu Kabuapaten Sumbawa Barat


dengan alasan sebagai berikut :
m

ub

1. Adanya aspirasi masyarakat Sumbawa Barat dan berbagai elemen


pemerhati lingkungan lainnya yang menolak penempatan tailing
ka

PT. NNT di perairan Teluk Senunu Kabupaten Sumbawa Barat ;


ep

2. Bahwa penempatan tailing di perairan teluk Senunu Kabupaten


ah

Sumbawa Barat sangat merugikan masyarakat dan pemerintah


R

Kabupaten Sumbawa Barat ;


es

Surat Bupati Sumbawa Barat ini pun tidak ditanggapi atau direspon
M

ng

oleh PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau ;


on

Halaman 39 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
8. Bahwa pengabaian akan adanya penolakan masyarakat yang diwakili

si
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat melalui surat yang dikirim
kepada Menteri Lingkungan Hidup merupakan tindakan yang

ne
ng
melanggar asas kepentingan umum, dimana dalam setiap kebijakan
dan keputusan yang dibuat wajib mengutamakan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif ;

do
gu 9. Bahwa asas kepentingan umum erat kaitannya dengan larangan
kesewenag-wenangan. Asas ini berperan dalam membatasi

In
A
penyelenggara pemerintahan yang memiliki kebebasan dalam
membuat kebijakan. Artinya kebijakan yang diterbitkan tersebut harus
ah

lik
selalu menimbang-nimbang semua kepentingan yang tersangkut
secara obyektif. Dalam perkara in casu, KTUN OBYEK SENGKETA
yang diterbitkan oleh Tergugat dengan telah secara nyata
am

ub
mengabaikan protes warga atau bahkan penolakan yang dilakukan
oleh Bupati, sehingga hal ini merupakan pengingkaran dari asas
ep
kepentingan umum ;
k

10. Bahwa dengan demikian KTUN OBYEK SENGKETA telah secara


ah

nyata bertentangan dengan Konstitusi dan peraturan perundang-


R

si
undangan yang berlaku, yaitu : UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi,

ne
ng

Kolusi dan Nepotisme ;


11. Bahwa berdasarkan uraian dan argumentasi sebagaimana diuraikan

do
gu

di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan Tergugat menerbitkan


KTUN OBYEK SENGKETA telah memenuhi ketentuan Pasal 53 ayat
In
(2) UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;
A

Untuk Alasan Permohonan Penundaan :


Pembuangan limbah sebanyak 120.000 ton per hari ke Teluk Senunu telah
ah

lik

menyebabkan penurunan kualitas laut, dibuktikan dengan pengakuan warga


nelayan setempat tentang penurunan tangkapan ikan yang mereka alami dan
m

ub

dari hasil survey yang dilakukan oleh DPRD Sumbawa Barat tentang penurunan
tangkapan ikan masyarakat. Agar kerusakan lingkungan laut ini tidak makin
ka

parah dengan pembuangan limbah tambang yang jumlah beratnya 22 kali lipat
ep

sampah harian kota Jakarta, maka kami minta Majelis Hakim untuk
ah

menunda/menangguhkan pelaksanaan OBYEK SENGKETA a quo sampai


R

dengan adanya putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap ;


es
M

ng

on

Halaman 40 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Penggugat mohon kepada

si
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta agar memberikan putusan sebagai
berikut:

ne
ng
A. Dalam Putusan Sela :
Menetapkan bahwa Keputusan a quo yang dikeluarkan Tergugat
ditangguhkan / ditunda pelaksanaannya sampai dengan adanya putusan

do
gu Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap ;
A. Dalam Pokok Perkara :

In
A
1. Menerima dan mengabulkan Gugatan Para Penggugat untuk
seluruhnya ;
ah

lik
2. Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 92 Tahun 2011 tentang lzin Dumping
Tailing di Dasar Laut PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau
am

ub
(PT. NNT) ;
3. Memerintahkan Tergugat untuk mencabut Keputusan Menteri Negara
ep
Lingkungan Hidup Nomor 92 Tahun 2011 tentang lzin Dumping
k

Tailing di Dasar Laut PT. Newmont Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau
ah

(PT. NNT) ;
R

si
4. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini ;

ne
ng

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-


adilnya (et aequo et bono) ;

do
gu

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat mengajukan


eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:
In
I. DALAM EKSEPSl
A

A. Obyek Sengketa tidak memenuhi kualifikasi Keputusan Tata Usaha


Negara yang menimbulkan akibat hukum bagi Para Penggugat ;
ah

lik

1. Bahwa Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986


tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang sudah diubah dengan
m

ub

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan sudah diubah menjadi


Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
ka

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986


ep

tentang Peradilan Tata Usaha Negara, selanjutnya disebut UUPTUN


ah

mendefinisikan Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat menjadi


R

obyek sengketa yakni :


es

“ suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat


M

ng

Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
on

Halaman 41 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

si
yang bersifat konkrit, individual, dan final, yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata” ;

ne
ng
2. Bahwa Pasal a quo merumuskan secara kumulatif syarat obyek
sengketa yang dapat digugat oleh Para Penggugat. Namun demikian,
Para Penggugat tidak dapat membuktikan bahwa Para Penggugat

do
gu adalah orang atau badan hukum perdata yang mengalami akibat
hukum dari obyek sengketa ;

In
A
3. Bahwa Pasal 53 ayat 1 UU PTUN mensyaratkan adanya akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata yang dibuktikan
ah

lik
dengan adanya kerugian langsung dan nyata nyata yang diderita
sebagai akibat diterbitkannya suatu Obyek Sengketa ;
4. Bahwa jika dicermati dalam Gugatannya, Para Penggugat tidak dapat
am

ub
menguraikan apalagi membuktikan bahwa Para Penggugat
mengalami kerugian akibat diterbitkannya Obyek Sengketa. Hal ini
ep
karena secara faktual memang Para Penggugat tidak pernah
k

mengalami kerugian sampai hari ini akibat diterbitkannya Obyek


ah

Sengketa ;
R

si
B. Obyek Sengketa tidak memenuhi kualifikasi Keputusan TUN dibidang
lingkungan hidup;

ne
ng

1. Bahwa sesuai asas lex specialis derogat legi generali (aturan hukum
yang khusus mengesampingkan aturan hukum yang umum), setiap

do
gu

orang wajib berpedoman pada ketentuan hukum yang secara khusus


mengatur obyek sengketa administrasi dibidang lingkungan hidup
In
yakni dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
A

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya


disebut “UU PPLH” khususnya Pasal 93 ayat (1), yang menyatakan : -
ah

lik

" setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata


usaha negara apabila :
m

ub

a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan


kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak
ka

dilengkapi dengan dokumen amdal ;


ep

b. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan


ah

kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi


R

dengan dokumen UKL-UPL; dan/atau ;


es
M

ng

on

Halaman 42 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin

si
usaha dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin
lingkungan” ;

ne
ng
2. Bahwa sesuai dengan teori sistem hukum, asas a quo termasuk
kategori rule of recognition, yang mempunyai makna asas yang
mengatur aturan hukum mana yang diakui keabsahannya. Perumusan

do
gu Pasal 93 ayat (1) UU PPLH mengadopsi Doktrin Kekhususan yang
Sistematis yakni bersifat mengatur (pembatasan) dan/atau penerapan

In
A
aturan main dalam pengajuan gugatan administratif dibidang
lingkungan hidup ;
ah

lik
3. Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara yang diterbitkan Tergugat
(beschikking) tidak dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara
karena tidak masuk sebagai salah satu keputusan TUN dalam batasan
am

ub
ketentuan Pasal 93 ayat (1) a quo ;
4. Bahwa Obyek Sengketa dalam Perkara a quo adalah izin lingkungan
ep
kepada usaha dan/atau kegiatan yang sudah dilengkapi dengan
k

dokumen AMDAL (Analisa mengenai Dampak Lingkungan)


ah

sebagaimana dimuat dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan


R

si
Hidup Nomor KEP-41/MENLH/10/1996 tentang Persetujuan Analisis
Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana

ne
ng

Pemantauan Lingkungan Pertambangan Tembaga-Emas di Batu Hijau


dan Fasilitas Penunjang PT Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten

do
gu

Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat ;


5. Dengan demikian Surat Keputusan Keputusan Tata Usaha Negara
In
yang dikeluarkan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 92 Tahun
A

2011 tidak dapat diajukan sebagai Obyek Sengketa dalam Gugatan


yang diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara. Dengan kata lain,
ah

lik

tidak ada dasar hukum bagi Para Penggugat untuk mempersoalkan


Obyek Sengketa ;
m

ub

6. Bahwa Para Penggugat pada dasarnya juga mengakui dalam


Gugatannya bahwa Obyek Sengketa bukanlah masuk dalam
ka

kualifikasi obyek sengketa yang diatur dalam UUPPLH (Dalil Gugatan,


ep

halaman 5), karena Para Penggugat tidak dapat membuktikan unsur


ah

yang disyaratkan dalam Pasal 93 ayat 1 UUPPLH ;


R

7. Bahwa lebih lanjut, dalam praktik peradilan yang menyangkut


es

sengketa lingkungan, Putusan Majelis Hakim TUN No. 187/G/2009/


M

ng

PTUN-JKT yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap (in kracht
on

Halaman 43 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
van gewijsde) menyatakan dalam amarnya, gugatan yang diajukan

si
Penggugat dinyatakan tidak diterima karena tidak terpenuhinya unsur-
unsur obyek keputusan yang diatur dalam Pasal 93 Ayat (1) UUPPLH;

ne
ng
8. Bahwa sebaliknya, berdasarkan kaidah hukum yang dimuat dalam
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 316 K/TUN/1998
bertanggal 3 Mei 2011, dengan tegas mengatur, “Badan atau Pejabat

do
gu Tata Usaha Negara yang tidak menerbitkan keputusan yang
dimohonkan sedangkan syarat dan prosedur telah dipenuhi oleh

In
A
pemohon, merupakan tindakan sewenang-wenang” ;
9. Atas dasar alasan-alasan tersebut, gugatan dalam perkara a quo
ah

lik
sudah selayaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankeliike
verklaard) ;
C. Gugatan Tidak Jelas, Tidak Lengkap dan Kabur (Obscuur libel) ;
am

ub
1. Bahwa Gugatan yang diajukan Para Penggugat tidak jelas, tidak
lengkap dan kabur (obscuur libel) ;
ep
2. Bahwa Gugatan memiliki kelemahan yang nyata karena Para
k

Penggugat tidak mampu menggunakan dasar hukum yang konsisten


ah

dalam mengajukan Gugatan ;


R

si
3. Bahwa untuk obyek sengketa di bidang lingkungan, hak gugat
organisasasi lingkungan hidup sebagaimana digunakan Para

ne
ng

Penggugat didasarkan pada UU PPLH, tidak pada UU PTUN,


sehingga dengan demikian substansi obyek Sengketa pun, secara

do
gu

khusus, harus juga mengacu pada UU PPLH ;


4. Bahwa dalam Gugatan, Para Penggugat telah menggunakan Pasal 92
In
UU PPLH sebagai dasar hak gugat organisasi (Iegal standing) dalam
A

mengajukan Gugatan (vide dalil Gugatan, halaman 4 dan 5), sehingga


secara hukum seharusnya Para Penggugat juga menggunakan
ah

lik

UUPPLH, yang diatur selanjutnya yakni Pasal 93 ayat (1) dalam


menentukan kualifikasi Obyek Sengketa. Namun, Para Penggugat
m

ub

telah mengacu pada ketentuan Pasal 1 Angka 9 UU PTUN dalam


menentukan Obyek Sengketa, padahal Pasal 1 Angka 9 UU PTUN
ka

tersebut tidak dapat digunakan dalam (i) gugatan legal standing


ep

organisasi; dan (ii) berkaitan dengan lingkungan hidup. Dengan


ah

demikian, Para Penggugat telah jelas-jelas mengabaikan asas lex


R

specialis derogat legi generali yang terkandung dalam UU PPLH


es

terhadap UU PTUN ;
M

ng

on

Halaman 44 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
5. Bahwa Para Penggugat tidak memuat uraian peristiwa dan dasar

si
hukum gugatan secara jelas dan lengkap, bahkan uraian peristiwa
yang dimuat dalam gugatan tidak dapat dan/atau tidak mampu

ne
ng
menguraikan alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan
yang dimuat dalam Pasal 53 ayat (2) UUPTUN, sebagai syarat dapat
dibatalkannya keputusan tata usaha Negara. Dengan demikian,

do
gu fundamentum petendi yang disusun Para Penggugat tidak
berkesesuaian dengan bagian petitum atau apa yang dituntut oleh

In
A
Para Penggugat ;
6. Bahwa selain itu, alasan permohonan penundaan yang diajukan Para
ah

lik
Penggugat yang meminta menunda/menangguhkan pelaksanaan
Obyek Sengketa tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan tidak
berdasar hukum ;
am

ub
7. Bahwa lebih lanjut Para Penggugat tidak dapat membuktikan adanya
kerugian yang bersifat langsung dan nyata sebagai akibat
ep
diterbitkannya Sengketa, sehingga dengan demikian Para Penggugat
k

juga tidak memiliki dasar hukum dalam memohon penundaan atau


ah

penangguhan Obyek Sengketa ;


R

si
8. Dalam Tuntutan yang diajukan Para Penggugat di halaman 25, Para
Penggugat menyatakan :

ne
ng

“ Bahwa Perbuatan Tergugat menerbitkan OBYEK SENGKETA telah


menimbulkan akibat kerugian bagi Penggugat…” ;

do
gu

9. Bahwa Obyek Sengketa merupakan pembaruan (perpanjangan) izin


sebelumnya yakni Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 236
In
Tahun 2007 tentang Izin Penempatan Tailing Di Dasar Laut kepada
A

PT Newmont Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau, dan bukan


merupakan izin baru, yang diterbitkan berdasarkan Dokumen AMDAL
ah

lik

Proyek Tembaga-Emas Batu Hijau yang dimuat dalam Keputusan


Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-41/MENLH/10/1996 bertanggal
m

ub

2 0ktober 1996 ;
10. Bahwa sampai pengajuan gugatan oleh Para Penggugat tidak ada
ka

akibat hukum dan/atau fakta-fakta hukum menyangkut kerugian yang


ep

telah ditimbulkan dari penerbitan Obyek Sengketa ;


ah

11. Bahwa dengan demikian Gugatan yang diajukan oleh Para


R

Penggugat tidak jelas, dan kabur dan/atau tidak terang isinya gelap
es

(ounduidelijk). Demikian juga, Tuntutan yang diajukan oleh Para


M

ng

on

Halaman 45 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Penggugat sudah selayaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet

si
onvankelijke verklaard) ;
D. Eksepsi Diskualifikatoir (Disqualificatoire exceptie) ;

ne
ng
1. Bahwa Orang yang namanya tercantum dalam Gugatan tidak dapat
bertindak untuk dan atas nama Penggugat I dan Penggugat II tidak
mempunyai hak gugat organisasi lingkungan hidup dan tidak

do
gu berbentuk Badan Hukum ;
D. 1. Penggugat I Tidak Diwakili oleh Orang Yang Berhak ;

In
A
2. Bahwa Tergugat tidak mempermasalahkan dan bahkan mendukung
penuh ketentuan UU PPLH yang menyatakan, dalam rangka
ah

lik
pelaksanaan tanggungjawab perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan
gugatan untuk kepentingan pelestarian lingkungan hidup (vide pasal
am

ub
92 ayat (1)). Namun, Penggugat I tidak diwakili oleh orang yang
berhak dan Penggugat II tidak memenuhi ketentuan Pasal 92 ayat (3)
ep
huruf a yang menyatakan, “Organisasi lingkungan hidup dapat
k

mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan berbentuk badan


ah

hukum” ;
R

si
3. Bahwa Penggugat I menyatakan adalah Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang berbentuk badan hukum yang sudah

ne
ng

didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia


dengan Kepmenhukham Nomor : CC-289.HT.01.02TH.2007 tanggal

do
gu

10 September 2007 (vide Dalil II Kedudukan dan Kepentingan Hukum


Para Penggugat Nomor 3, Halaman 2) ;
In
4. Bahwa Berry Nahdian Furqan yang bertindak untuk dan atas nama
A

Penggugat I namanya tidak tercantum dalam Kepmenhukham a quo.


Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa yang bersangkutan baru menjadi
ah

lik

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia pada periode


2008 - 2011 sebagaimana dimuat dalam website Penggugat I yakni
m

ub

http://www.walhi.or/id/hom/sejarah-kami ;
5. Bahwa ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang sudah
ka

diubah melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang


ep

Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Yayasan,


ah

menyatakan Perubahan Anggaran Dasar harus diberitahukan kepada


R

Menteri (vide Pasal 21) dan dalam hal terjadi pergantian Pengurus,
es

Pengurus yang menggantikan menyampaikan pemberitahuan secara


M

ng

tertulis kepada Menteri (vide Pasal 33 ayat (1)) dan wajib disampaikan
on

Halaman 46 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

si
tanggal penggantian Pengurus (vide Pasal 33 ayat (2)) ;
6. Dengan kata lain, Berry Nahdian Furqan, WNI, beralamat di

ne
ng
Jl. Srikandi II No. 51 Rt. 003 Rw. 015 Bantarjati Bogor Utara Jawa
Barat tidak tercantum sebagai Ketua Badan Pengurus dalam
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor :

do
gu C-2898.HT.01.02. TH.2007 bertanggal 10 September 2007 dan/atau
tidak menenuhi ketentuan Pasal 21 jo. Pasal 33 Undang-Undang

In
A
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan ;
ah

lik
7. Dengan demikian, yang bersangkutan bukanlah orang yang berhak
(gemis aanhoedanigheid) bertindak untuk dan atas nama Penggugat I
untuk mengajukan Gugatan ;
am

ub
D.2. Penggugat II Tidak Mempunyai Hak Gugat Organisasi Lingkungan
Hidup dan Tidak Berbentuk Badan Hukum;
ep
8. Bahwa Penggugat II tidak mempunyai kedudukan hukum (standi in
k

judicio) dan hak gugat organisasi lingkungan hidup untuk mengajukan


ah

Gugatan. Hal mana juga diperkuat oleh dalil Para Penggugat yang
R

si
menguraikan praktik pengadilan dimana Para Penggugat menjadi
Pihak dalam Perkara ;

ne
ng

9. Bahwa dalam Dalil KEDUDUKAN DAN KEPENTINGAN HUKUM Para


Penggugat No.6, halaman 3 - 4, dinyatakan :

do
gu

“ Bahwa keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat yang memiliki


kepentingan dalam mengajukan gugatan bagi kepentingan fungsi
In
pelestarian lingkungan merupakan perwujudan pelaksanaan
A

tanggungjawab pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana diatur


dalam Pasal 92 UU PPLH, diakui pula dalam praktek pengadilan
ah

lik

dimana Para Penggugat lembaga menjadi pihak, antara lain...” ;


10. Bahwa dalam uraian dalil a quo tidak ditemukan praktik pengadilan
m

ub

dimana Penggugat II telah menjadi PIHAK yang berperkara dengan


menggunakan legal standing sebagai badan hukum sebagaimana
ka

yang dipersyaratkan dalam Pasal 92 UU PPLH ;


ep

11. Bahwa Penggugat II bukanlah perkumpulan yang berbentuk badan


ah

hukum sebagaimana dipersyaratkan dalam Staatsblad 1870 No. 64


R

(“Stb. 1870-64”) dan KUHPerdata (KUHPer) Buku III Bab IX ;


es

12. Bahwa berdasarkan Staatsblad 1870-64, perkumpulan menjadi badan


M

ng

hukum setelah mendapat pengesahan dari penguasa. Pengesahan itu


on

Halaman 47 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dilakukan dengan menyetujui anggaran dasar perkumpulan yang berisi

si
tujuan, dasar-dasar, lingkungan kerja dan ketentuan lain mengenai
perkumpulan tersebut. Dalam hal ini pengesahan badan hukum

ne
ng
merupakan kewenangan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ;
13. Bahwa selanjutnya berdasarkan Staatsblad 1939 No. 570 mengenai
Perkumpulan Indonesia (lnlandsche Vereniging) jo.staatsblad 1942

do
gu No. 13 jo No. 14, untuk memperoleh status sebagai badan hukum,
Perkumpulan harus mengajukan permohonan terlebih dahulu baik

In
A
lisan atau tertulis kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat di mana
perkumpulan itu berada. Kedudukan badan hukum diperoleh setelah
ah

lik
diadakan pendaftaran penandatanganan anggaran dasar (Vide Pasal
16 Stb. 1942-13 jo 14) dan setelah anggaran dasar memenuhi
prosedur yang disyaratkan dalam Pasal 13-14, Pasal 16 Stb. 1942-13
am

ub
jo 14, perkumpulan juga harus diumumkan dalam Berita Negara ;
14. Bahwa meskipun Penggugat II telah terdaftar sebagai organisasi
ep
kemasyarakatan pada Badan Kesbang Linmas Pemerintah Kabupaten
k

Lombok Timur dengan Nomor Inventarisasi 016/BKL/LSM/VI/2005


ah

tanggal 14 Juni 2005, hal tersebut tidak dapat dijadikan dasar bahwa
R

si
Penggugat II adalah Perkumpulan yang berbentuk badan hukum
sebagaimana disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan ;

ne
ng

15. Bahwa Penggugat II belum mendapatkan pengesahan dari Menteri


Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia serta tidak

do
gu

diumumkan dalam Berita Negara dan tidak dlidaftarkan dalam suatu


register khusus pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan dengan
In
demikian Penggugat II tidak mempunyai kualifikasi sebagai organisasi
A

berbadan hukum yang memiliki legal standing (de Onvankelijkeid van


Organisaties Milieuvereniginen) sehingga tidak mempunyai kualitas
ah

lik

sebagai Penggugat sesuai dengan Pasal 92 Ayat (3) Huruf a


UUPPLH;
m

ub

16. Dengan demikian Gugatan yang diajukan Para Penggugat sudah


selayaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijke
ka

verklaard) ;
ep

E. Eksepsi chicaneus process (Chicaneus Process Exceptie) ;


ah

1. Bahwa Gugatan yang diajukan oleh Penggugat tidak didukung oleh


R

fakta atau peristiwa sebenarnya ;


es

2. Bahwa dalil-dalil yang diajukan oleh Para Penggugat tidak berdasar


M

ng

hukum, hanya berdasarkan asumsi dan tidak ada fakta-fakta hukum


on

Halaman 48 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang mendukung dalil-dalil yang diajukan Para Penggugat yang akan

si
diuraikan dalam Jawaban Tergugat selanjutnya. Dengan demikian
Gugatan sudah selayaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet

ne
ng
onvankelijke verklaard) ;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat II Intervensi
mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:

do
gu I. DALAM EKSEPSI;
A. Eksepsi Deklinatoir: Eksepsi Kompetensi Absolut;

In
A
1. Bahwa sejak permohonan intervensi diajukan oleh Pemerintah
Kabupaten Sumbawa Barat, Tergugat sudah menyatakan keberatan
ah

lik
terhadap permohonan intervensi a quo ;
2. Bahwa gugatan yang diajukan Penggugat II Intervensi yang isinya
mendalilkan pemberian izin dumping tailing PT. Newmont Nusa
am

ub
Tenggara adalah kewenangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa
Barat sebagai Penggugat II Intervensi tidak dapat diajukan dan/atau
ep
diperiksa oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (vide
k

Gugatan Penggugat II Intervensi, angka 4, 5 dan angka 6,


ah

halaman 2) ;
R

si
3. Bahwa ketentuan pasal 60 Undang-Undang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup (“UUPPLH”) jo. Pasal 18 Peraturan

ne
ng

Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran dan / atau Perusakan Laut (“PP 19/1999”), secara

do
gu

tegas mengatur dan memberikan kewenangan pemberian izin


penempatan batuan sisa operasi tambang (tailing) kepada
In
Tergugat. Dengan kata lain kewenangan penerbitan obyek sengketa
A

ada pada Tergugat, bukan Penggugat II Intervensi;


4. Bahwa Gugatan Penggugat II Intervensi pada pokoknya adalah
ah

lik

mempertanyakan wewenang Tergugat dan dengan demikian


sengketa antara Penggugat II Intervensi dengan Tergugat
m

ub

sebenarnya adalah sengketa mengenai kewenangan antar lembaga


negara, dan tidak termasuk ruang lingkup sengketa Tata Usaha
ka

Negara ;
ep

5. Bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,


ah

kekuasaan kehakiman yang berwenang untuk mengadili sengketa


R

kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh


es

undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


M

ng

adalah Mahkamah Konstitusi (vide Pasal 10 ayat (1) huruf b


on

Halaman 49 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

si
Konstitusi jo. Pasal 29 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman) ;

ne
ng
6. Bahwa selanjutnya, berdasarkan aturan mengenai kompetensi
(kewenangan mengadili) Peradilan Tata Usaha Negara yakni Pasal
25 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

do
gu Kehakiman, dinyatakan secara tegas kewenangan Peradilan Tata
Usaha Negara hanya berwenang memeriksa, mengadili, memutus

In
A
dan menyelesaikan sengketa tata usaha Negara ;
7. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51
ah

lik
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha menyatakan
bahwa :
am

ub
“ sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam
bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata
ep
dengan badan atau peiabat tata usaha negara, baik ditingkat pusat
k

maupun di daerah sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata


ah

usaha negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan


R

si
peraturan perundang -undangan yang berlaku” ;
8. Bahwa berdasarkan dalil 7 diatas jelas bahwa sengketa

ne
ng

kewenangan antara Penggugat II Intervensi dan Tergugat bukan


merupakan sengketa tata usaha negara dan dengan demikian

do
gu

sudah sepatutnya Eksepsi Kompetensi Absolut ini diterima oleh


Majelis Hakim karena Pengadilan Tata usaha Negara yang
In
memeriksa perkara a quo tidak mempunyai kompetensi
A

(kewenangan mengadili) sengketa kewenangan antara Tergugat


vis-a-vis dalam kapasitas sebagai Pemerintah pusat dengan
ah

lik

Penggugat II Intervensi vis-a-vis dalam kapasitas Pemerintah


Daerah ;
m

ub

9. Atas dasar dalil-dalil tersebut, sudah selayaknya Gugatan


Penggugat II Intervensi tidak diterima (niet ontvankelijk verklaard) ;
ka

B. Eksepsi Diskualifikatoir (Disqualificatoire exceptie);


ep

1. Bahwa Gugatan memiliki kelemahan yang nyata karena Penggugat


ah

II Intervensi tidak mampu menggunakan dasar hukum yang


R

menerangkan bahwa Penggugat II memiliki legal standing dan/atau


es

kedudukan hukum (standi in judicio) dan hak gugat Pemerintah


M

ng

Daerah untuk mengajukan gugatan dalam perkara a quo ;


on

Halaman 50 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Bahwa pertimbangan hukum yang dimuat dalam sikap Majelis

si
Hakim yang menerima Permohonan Intervensi dari Pemerintah
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Penggugat II Intervensi hanya

ne
ng
dan/atau baru didasarkan pada ketentuan Pasal 83 ayat (1)
UUPTUN sepanjang frasa kalimat “...berkepentingan dalam
sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan…”,

do
gu sebagaimana disampaikan dalam persidangan pada 4 Oktober
2011 ;

In
A
3. Bahwa walaupun Penggugat II Intervensi berdalil bahwa ia memiliki
kepentingan, tetapi kepentingan tersebut tidak serta merta
ah

lik
membuktikan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
memiliki kedudukan hukum (standi in judicio) dan hak untuk
mengajukan gugatan ;
am

ub
4. Bahwa perkara a quo sangat jelas adalah sengketa tata usaha
negara dibidang lingkungan hidup yang diatur secara tegas dalam
ep
UUPPLH. Ketentuan Pasal 90 ayat (1) UUPPLH memang
k

memberikan Hak Gugat Pemerintah Daerah, namun hanya untuk


ah

mengajukan gugatan terhadap usaha dan / atau kegiatan yang


R

si
menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup. Hak Gugat

ne
ng

tersebut tidak masuk dalam lingkup sengketa tata usaha negara


sebagaimana definisi dalam UUPTUN, melainkan masuk dalam

do
gu

ruang lingkup sengketa perdata;


Selengkapnya Pasal 90 ayat (1) UU PPLH sebagai berikut :
“lnstansi pemerintah dan pemerintah daerah daerah yang
In
A

bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup berwenang


mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap
ah

lik

usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan /


atau kerusakan Iingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian
m

ub

lingkungan hidup” ;
5. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, Pemerintah Kabupaten
ka

Sumbawa Barat jelas tidak mempunyai kedudukan hukum (standi in


ep

judicio) untuk mengajukan gugatan tata usaha negara di bidang


ah

lingkungan hidup terhadap Tergugat ;


R

6. Bahwa selanjutnya, hak gugat masyarakat dan hak gugat organisasi


es

sebagaimana diatur dalam pasal 91 dan Pasal 92 UUPPLH tidak


M

ng

memberikan dasar hukum yang sah dan memberikan hak bagi


on

Halaman 51 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat untuk bertindak sebagai

si
Penggugat II Intervensi terhadap obyek sengketa. Ketentuan Pasal
92 ayat (3) UUPPLH menyatakan;

ne
ng
“Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila
memenuhi Persyaratan :
a. Berbentuk badan hukum ;

do
gu b. Menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi
tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi

In
A
lingkungan hidup; dan ;
c. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran
ah

lik
dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun ;
7. Bahwa selanjutnya, Penggugat II Intervensi adalah Pemerintah
Daerah bukan Orang atau Badan Hukum Perdata yang mempunyai
am

ub
hak untuk mengajukan gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 53
ayat (1) UUPTUN, sebagai berikut :
ep
“Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
k

dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat


ah

mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang


R

si
yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau

ne
ng

tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi” ;


8. Bahwa dalam Penjelasan Pasal 53 ayat (1) UU PTUN amat tegas

do
gu

mengatur hanya orang atau badan hukum perdata yang


berkedudukan sebagai subyek hukum saja yang dapat mengajukan
In
gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menggugat
A

Keputusan Tata Usaha Negara. Selanjutnya, Penjelasan Pasal 53


ayat (1) UU PTUN juga menyatakan, “Badan atau Pejabat Tata
ah

lik

Usaha Negara tidak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata


Usaha Negara untuk menggugat Keputusan Tata Usaha Negara” ;
m

ub

9. Dengan demikian, dikarenakan Penggugat II Intervensi tidak


mempunyai kedudukan hukum (standi in judicio) dan hak gugat
ka

maka gugatan yang diajukan Penggugat II Intervensi sudah


ep

sepatutnya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijke


ah

verklaard) ;
R

C. Gugatan Tidak Jelas, Tidak Lengkap dan Kabur (obscuur libel) ;


es

10. Bahwa Gugatan yang diajukan Penggugat II Intervensi tidak jelas,


M

ng

tidak lengkap dan kabur (obscuur libel) sebagaimana dapat dilihat


on

Halaman 52 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam dalil Gugatan yang memuat sengketa kewenangan

si
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (vide Gugatan
Penggugat Intervensi angka4, 5, dan angka 6 halaman 2) ;

ne
ng
11. Bahwa Penggugat II Intervensi menyatakan dalam Gugatan hal
sebagai berikut :
“Bahwa Tergugat selaku Badan atau PEJABAT TUN telah

do
gu menerbitkan atau mengeluarkan Putusan TUN Nomor 92 Tahun
2011 tentang Izin Dumping Tailing di Dasar Laut PT. Newmont

In
A
Nusa Tenggara Proyek Batu Hijau tanggal 5 Mei 2011. Putusan
TUN yang dikeluarkan oleh Tergugat tersebut adalah obyek
ah

lik
gugatan sengketa TUN yang merupakan tindakan hukum bersifat
konkrit, individual, dan final serta menimbulkan akibat hukum bagi
Penggugat II Intervensi. Bahwa Putusan TUN Nomor 92 Tahun
am

ub
2011 tanggal 5 Mei 2011 tersebut menyalahi prosedur dan
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
ep
yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
k

Daerah, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang


ah

Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, serta Peraturan


R

si
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

ne
ng

Pemerintah Kabupaten / kota” (vide dalil Gugatan angka 2 halaman


2) ;

do
gu

12. Bahwa selanjutnya, Penggugat II Intervensi menyatakan dalilnya


sebagai berikut :
“Keputusan TUN yang dikeluarkan Tergugat melanggar asas-asas
In
A

umum penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
ah

lik

Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme


yaitu asas Kepastian Hukum dan asas Tertib Penyelenggaraan
m

ub

Negara” (vide dalil Gugatan angka 3 halaman 2) ;


13. Bahwa dalam Gugatan Penggugat II Intervensi sama sekali tidak
ka

menguraikan bahkan tidak satu pun kalimat yang memuat tentang


ep

peristiwa dan/atau perbuatan untuk mendukung dalil-dalil Gugatan


ah

angka 2 dan angka 3 Gugatan ;


R

14. Bahwa selanjutnya, gugatan yang diajukan Penggugat II


es

Intervensitidak konsisten antara uraian peristiwa dan dasar hukum


M

ng

gugatan (fundamentum petendi) dengan apa yang dituntut (petitum).


on

Halaman 53 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Disamping itu tuntutan yang diajukan oleh Penggugat II

si
Intervensitidak terang dan pasti ;
15. Bahwa ketidaksesuaian atau ketidakkonsistenan gugatan secara

ne
ng
jelas dapat dilihat dari dalil-dalil yang dimuat dalam fundamentum
petendi yang mempersoalkan sengketa kewenangan memberikan
izin penempatan tailing yang tidak mendukung atau terkait dengan

do
gu tuntutan dalam bagian petitum ;
16. Bahwa dengan demikian Gugatan yang diajukan oleh Penggugat II

In
A
Intervensi tidak jelas, dan kabur dan / atau tidak terang isinya gelap
(ounduidelijk) dan sudah selayaknya dinyatakan tidak dapat diterima
ah

lik
(niet onvankelijke verklaard) ;
D. Obyek Sengketa tidak memenuhi kualifikasi Keputusan Tata Usaha
Negara yang menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat II Intervensi;
am

ub
10. Bahwa Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang sudah diubah dengan
ep
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan sudah diubah menjadi
k

Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang


ah

Perubahan Kedua atas undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986


R

si
tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut “UU
PTUN”) mendefinisikan Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat

ne
ng

menjadi obyek sengketa yakni :


“suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau

do
gu

Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata


Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-
In
undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan
A

final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau


badan hukum perdata” ;
ah

lik

11. Bahwa Pasal a quo merumuskan secara kumulatif syarat Obyek


Sengketa yang dapat digugat oleh Penggugat II Intervensi. Namun
m

ub

demikian, Penggugat II Intervensi tidak dapat menguraikan bahwa


Penggugat II Intervensi adalah orang atau badan hukum perdata
ka

yang mengalami akibat hukum dari Obyek Sengketa ;


ep

12. Bahwa pasal 53 ayat 1 UUPTUN mensyaratkan adanya akibat


ah

hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata yang dibuktikan


R

dengan adanya kerugian langsung dan nyata nyata yang diderita


es

sebagai akibat diterbitkannya suatu Obyek Sengketa ;


M

ng

on

Halaman 54 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
13. Bahwa jika dicermati dalam Gugatan, Penggugat II Intervensi tidak

si
dapat menguraikan apalagi membuktikan bahwa Penggugat II
Intervensi mengalami kerugian akibat

ne
ng
diterbitkannya Obyek Sengketa. Hal ini karena secara faktual
memang Penggugat II Intervensi tidak pernah mengalami kerugian
sampai hari ini akibat diterbitkannya Obyek Sengketa ;

do
gu 14. Atas dasar alasan-alasan tersebut gugatan yang diajukan oleh
Penggugat II Intervensi dalam perkara a quo sudah selayaknya

In
A
dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijke verklaard) ;
E. Obyek Sengketa tidak memenuhi kualifikasi Keputusan TUN dibidang
ah

lik
lingkungan hidup ; asas lex specialis derogat legi generali (aturan
hukum yang khusus mengesampingkan aturan hukum yang umum),
setiap orang wajib berpedoman pada ketentuan hukum yang secara
am

ub
khusus mengatur obyek sengketa administrasi dibidang lingkungan
hidup yakni dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun
ep
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
k

selanjutnya disebut “UU PPLH” khususnya Pasal 93 ayat (1), yang


ah

menyatakan :
R

si
“setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata
usaha negara apabila :

ne
ng

a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin


lingkungan kepada usaha dan / atau kegiatan yang wajib amdal

do
gu

tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen amdal ;


b. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin
In
lingkungan kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak
A

dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL; dan/atau ;


c. badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin
ah

lik

usaha dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin


lingkungan” ;
m

ub

2. Bahwa sesuai dengan teori sistem hukum, asas a quo termasuk


kategori rule of recognition, yang mempunyai makna asas yang
ka

mengatur aturan hukum mana yang diakui keabsahannya.


ep

Perumusan Pasal 93 ayat (1) UUPPLH mengadopsi Doktrin


ah

Kekhususan yang Sistematis yakni bersifat mengatur (pembatasan)


R

dan/atau penerapan aturan main dalam pengajuan gugatan


es

administratif dibidang Iingkungan hidup ;


M

ng

on

Halaman 55 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara yang diterbitkan Tergugat

si
(beschikking) tidak dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara
karena tidak masuk sebagai salah satu keputusan TUN dalam

ne
ng
batasan ketentuan Pasal 93 ayat (1) a quo ;
4. Bahwa obyek Sengketa dalam Perkara a quo adalah izin lingkungan
kepada usaha dan/atau kegiatan yang sudah dilengkapi dengan

do
gu dokumen AMDAL (Analisa mengenai Dampak Lingkungan)
sebagaimana dimuat dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan

In
A
Hidup Nomor KEP-41/MENLH/10/1996 tentang Persetujuan Analisis
Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
ah

lik
Rencana Pemantauan Lingkungan Pertambangan Tembaga-Emas
di Batu Hijau dan Fasilitas penunjang PT Newmont Nusa Tenggara
di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat ;
am

ub
5. Dengan demikian Surat Keputusan Keputusan Tata Usaha Negara
yang dikeluarkan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 92
ep
Tahun 2011 tidak dapat diajukan sebagai obyek Sengketa dalam
k

Gugatan yang diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara. Dengan


ah

kata lain, tidak ada dasar hukum bagi Penggugat II Intervensi untuk
R

si
mempersoalkan Obyek Sengketa ;
6. Bahwa lebih lanjut, dalam praktik peradilan yang menyangkut

ne
ng

sengketa lingkungan, Putusan Majelis Hakim TUN No. 187/G/


2009/PTUN-JKT yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap (in

do
gu

kracht van gewiisde) menyatakan dalam amarnya, gugatan yang


diajukan penggugat dinyatakan tidak diterima karena tidak
In
terpenuhinya unsur-unsur obyek keputusan yang diatur dalam Pasal
A

93 ayat (1) UUPPLH ;


7. Bahwa sebaliknya, berdasarkan kaidah hukum yang dimuat dalam
ah

lik

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 316 K/TUN/1998


bertanggal 3 Mei 2011, dengan tegas mengatur, “Badan atau
m

ub

Pejabat Tata Usaha Negara yang tidak menerbitkan keputusan


yang dimohonkan sedangkan syarat dan prosedur telah dipenuhi
ka

oleh pemohon, merupakan tindakan sewenang-wenang” ;


ep

8. Atas dasar alasan-alasan tersebut, gugatan dalam perkara a quo


ah

sudah selayaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankeliike


R

verklaard) ;
es

F. Eksepsi chicaneus process (Chicaneus Process Exceptie) ;


M

ng

on

Halaman 56 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. Bahwa Gugatan yang diajukan oleh Penggugat tidak didukung oleh

si
uraian fakta atau peristiwa sebenarnya ;
2. Bahwa dalil-dalil yang diajukan oleh Penggugat II Intervensi tidak

ne
ng
berdasar hukum, hanya berdasarkan asumsi dan tidak ada fakta-
fakta hukum yang diuraikan untuk mendukung dalil-dalil yang
diajukan Penggugat II Intervensi. Dengan demikian Gugatan sudah

do
gu selayaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijke
verklaard) ;

In
A
Bahwa terhadap gugatan tersebut, Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta telah mengambil putusan, yaitu Putusan Nomor 145/G/2011/PTUN-JKT
ah

lik
Tanggal 3 April 2012 yang amarnya sebagai berikut:
MENGADILI:
I. Dalam Penundaan :
am

ub
- Menolak Permohonan Penundaan Pelaksanaan Surat Keputusan Obyek
Sengketa ;
ep
II. Dalam Eksepsi :
k

1. Mengabulkan Eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi sebagian ;


ah

2. Menyatakan Pihak Gerakan Masyarakat Cinta Alam “ Gema Alam “


R

si
tidak mempunyai Kedudukan Hukum (Legal Standing) sebagai Pihak
Penggugat II dalam sengketa a quo ;

ne
ng

3. Menolak Eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi selebihnya ;


III. Dalam Pokok Sengketa :

do
gu

1. Menolak gugatan Penggugat I dan Penggugat II Intervensi tersebut ;


2. Menghukum Penggugat I dan Penggugat II Intervensi secara tanggung
In
renteng untuk membayar biaya perkara ini sejumlah Rp.336.000,00 (tiga
A

ratus tiga puluh enam ribu Rupiah) ;


Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Para
ah

lik

Penggugat/Para Pembanding putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta


tersebut telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dengan
m

ub

Putusan Nomor 140/B/2012/PT.TUN.JKT , Tanggal 13 September 2012;


Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada
ka

Para Penggugat/Para Pembanding pada Tanggal 23 Oktober 2012, kemudian


ep

terhadapnya oleh Para Penggugat/Para Pembanding dengan perantaraan


ah

kuasanya berdasarkan Surat Kuasa khusus tanggal 3 November 2012 diajukan


R

permohonan kasasi secara lisan pada Tanggal 05 November 2012,


es

sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor


M

ng

145/G/2011/PTUN-JKT yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Tata Usaha


on

Halaman 57 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Negara Jakarta Permohonan tersebut diikuti Memori Kasasi yang diterima di

si
Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tersebut pada tanggal 14
November 2012;

ne
ng
Bahwa setelah itu, oleh Para Termohon Kasasi yang pada Tanggal 28
November 2012 telah diberitahu tentang Memori Kasasi dari Pemohon Kasasi,
diajukan Jawaban Memori Kasasi (Kontra Memori Kasasi) yang diterima di

do
gu Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta masing-masing pada
Tanggal 11 Desember 2012;

In
A
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-
alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan
ah

lik
dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan oleh Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
am

ub
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, maka secara formal dapat diterima;
ep
ALASAN KASASI
k

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Para Pemohon


ah

Kasasi dalam Memori Kasasi pada pokoknya sebagai berikut:


R

si
I. DASAR PENGAJUAN KASASI DAN KEWENANGAN MENGADILI
MAHKAMAH AGUNG

ne
ng

1. Bahwa putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta


Nomor: 140/B/2012/PT.TUN.JKT, telah diputus oleh Majelis Hakim

do
gu

pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 13


September 2012. Kemudian Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha
In
Negara Jakarta telah memberitahukan kepada Pemohon Kasasi I dan
A

Pemohon Kasasi II (Para Pemohon Kasasi) pada hari Selasa tanggal


23 Oktober 2012. Terhadap putusan tersebut para Pemohon Kasasi
ah

lik

telah mengajukan Permohonan Pernyataan Kasasi melalui


Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal
m

ub

05 November 2012;
2. Bahwa berdasarkan Pasal 131 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
ka

1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jakarta jo pasal 46 ayat


ep

(1) UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, tenggang


ah

waktu untuk menyatakan permohonan Kasasi adalah 14 (empat


R

belas) hari sesudah putusan atau penetapan Pengadilan yang


es

dimaksudkan diberitahukan kepada para pihak secara sah;


M

ng

on

Halaman 58 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Bahwa mengingat permohonan pernyataan kasasi yang diajukan oleh

si
Para Pemohon Kasasi pada tanggal 05 November 2012 masih dalam
tenggang waktu yang ditentukan oleh ketentuan peraturan

ne
ng
perundang-undangan yakni selama 14 (empat belas) hari sesudah
putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta Nomor:
140/B/2012/PT.TUN.JKT diberitahukan kepada para Pemohon, maka

do
gu dengan demikian pengajuan Memori Kasasi ini telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sewajarnya

In
A
diterima oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia;
4. Bahwa berdasarkan Pasal 11 ayat (2) huruf a Undang-undang Nomor
ah

lik
4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 28 ayat (1)
huruf a dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor: 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung, Mahakamah Agung memiliki kewenangan
am

ub
untuk memeriksa dan mengadili perkara kasasi, karenanya
permohonan a quo telah tepat dan mohon agar dapat diterima oleh
ep
Judex Juris;
k

II. DALAM EKSEPSI


ah

Pemohon Kasasi II Memiliki Kedudukan Hukum Sebagai PEMOHON


R

si
KASASI II dahulu Penggugat II /Pemohon Banding II
5. Bahwa dalam pertimbangan Putusannya, JUDEX FACTIE

ne
ng

menyatakan bahwa Penggugat II, yakni Gerakan Masyarakat Cinta


Alam (Gema Alam) tidak memiliki kedudukan hukum sebagai

do
gu

Penggugat;
6. Bahwa hal ini dinyatakan dalam Putusan JUDEX FACTIE pada
In
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakara Nomor:
A

140/B/2012/PT.TUN.JKT,halaman 23-24 yang menyatakan bahwa


Penggugat II/ Pembanding (in casu Gerakan Masyarakat Cinta Alam)
ah

lik

adalah sebuah perkumpulan dan sebuah organisasi kemasyarakatan


di bidang advokasi lingkungan yang terdaftar di Badan Kesbang.
m

ub

Linmas. Pemerintah Lombok Timur, akan tetapi bukanlah suatu


perkumpulan yang telah berbentuk badan hukum baik badan hukum
ka

publik maupun badan hukum perdata, maka Majelis Hakim


ep

berpendapat Perkumpulan “Gerakan Masyarakat Cinta Alam” adalah


ah

bukan Badan Hukum sebagaimana dimaksud Ketentuan Pasal 92


R

ayat (3) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32


es

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


M

ng

Hidup. Oleh karenanya, Penggugat II (In casu Gerakan Masyarakat


on

Halaman 59 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Cinta Alam) tidak mempunyai kedudukan hukum (standi in judicio)

si
sebagai Penggugat dan hak gugat organisasi Lingkungan Hidup
untuk mengajukan gugatan dalam sengketa in litis” dan dikeluarkan

ne
ng
sebagi pihak Penggugat dalam perkara Nomor: 145/G/2011/PTUN-
JKT;
7. Bahwa atas pertimbangan dan kesimpulan JUDEX FACTIE tersebut,

do
gu maka kami Pemohon Kasasi II (Penggugat II/Pembanding II)
menolaknya dan menganggap kesimpulan JUDEX FACTIE

In
A
TERDAPAT KEKELIRUAN DALAM MELIHAT dan MEMAHAMI
KESELURUHAN LEGAL STANDING PEMOHON KASASI II dalam
ah

lik
berkas persidangan dan argumentasi selama dalam persidangan;
8. Bahwa Pemohon Kasasi II (Penggugat II/Pembanding
II)sebagaimana dalam Replik tertanggal 8 November 2011 yang
am

ub
diajukan di persidangan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
telah menyatakan bahwa memang terdapat kekeliruan dalam
ep
mengidentifikasi bentuk Badan Hukum Pemohon Kasasi II
k

(Penggugat II/Pembanding II). Hal ini sebagaimana Para Pemohon


ah

telah sampaikan dalam halaman 12 Replik Para Pemohon Kasasi,


R

si
sebagai berikut:
“Bahwa dalil TERGUGAT di atas menunjukan bahwa TERGUGAT

ne
ng

telah tidak cermat dalam membaca dan memeriksa dokumen


legalitas PENGGUGAT II serta telah pula mengikuti kekeliruan yang

do
gu

dilakukan oleh Kuasa Hukum Para Penggugat dalam mengidentifikasi


bentuk badan hukum PENGGUGAT II;”
In
9. Bahwa pemohon kasasi II berdiri pada tanggal 15 Agustus 2004
A

berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang


telah disahkan dengan Akta Notaris Hafsan Hirwan, S.H. Nomor: 85
ah

lik

tertanggal 20 Oktober 2004;


10. Bahwa berdasarkan Anggaran Dasar Pemohon Kasasi II, serta Bukti
m

ub

Tanda Terima Pemberitahuan Keberadaan Organisasi/Pendaftaran


Organisasi Kemasyarakatan an. Pembanding II (dahulu Penggugat II)
ka

yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur c.q.


ep

Kepala Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Kesatuan Bangsa


ah

Kabupaten Lombok Timur, Nomor Inventarisasi :


R

016/BKL/LSM/VI/2005, tanggal 14 Juni 2005, tentang Tanda Terima


es

Pemberitahuan Keberadaan Organisasi, sebagaimana dilampirkan


M

ng

sebagai Bukti P-9 di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Oleh


on

Halaman 60 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
karenanya telah jelas bahwa bentuk badan hukum Pemohon Kasasi

si
II (dahulu Penggugat II/ Pembanding II) adalah Organisasi
Kemasyarakatan (Ormas), bukan Perkumpulan (Vide P-8 dan P-9);

ne
ng
11. Bahwa penjelasan tentang status badan hukum dari Pemohon Kasasi
II, sebenarnya telah dicantumkan dalam Gugatan tertanggal 29 Juli
2011, yakni pada poin 3, halaman 2 dari Gugatan, yang berbunyi

do
gu sebagai berikut:
“................... PENGGUGAT II sebagai organisasi

In
A
kemasyarakatan telah terdaftar di Badan Kesbang Linmas
Pemkab Lombok Timur dangan Nomor Inventarisasi
ah

016/BKL/LSM/VI/2005 tanggal 14 Juni 2005”

lik
12. Bahwa Pemohon Kasasi II (dahulu Penggugat II) sejak berdirinya
tahun 2004 telah aktif melakukan kegiatan pelestarian lingkungan di
am

ub
propinsi Nusa Tenggara Barat, diantaranya dengan perlindungan
mata air di kawasan hutan Lemor, sejak 2008 aktif memfasilitasi
ep
legalitas hak kelola hutan kemasyarakatan di kabupaten Lombok
k

Timur diantaranya di Gunung Walang, serta melakukan berbagai


ah

aktivitas kampanye lingkungan seperti lomba lintas alam;


R

si
13. Bahwa dengan dibuat dan disahkannya Anggaran Dasar serta
diterbitkannya Pemberitahuan Keberadaan Organisasi/Pendaftaran

ne
ng

Organisasi Kemasyarakatan An. Pemohon Kasasi II (Penggugat


II/Pembanding II) ke Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur,

do
gu

maka sebenarnya Pemohon Kasasi II (Penggugat II/Pembanding II)


telah sah menjadi subjek hukum dengan bentuk badan hukum
In
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) sebagaimana diatur dalam UU
A

Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan serta


Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan
ah

lik

UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;


14. Bahwa mengingat di dalam Pasal 5 Anggaran Dasar Pemohon
m

ub

Kasasi II (Penggugat II/Pembanding II) telah secara tegas


menyebutkan bahwa salah satu tujuan dari organisasi ini adalah
ka

untuk meningkatkan mutu atau kualitas lingkungan hidup, serta


ep

semenjak organisasi ini didirikan sampai dengan saat ini telah secara
ah

aktif dan terus-menerus melakukan kegiatan-kegiatan sebagaimana


R

diamanatkan Anggaran Dasarnya, maka menjadi jelas bahwa


es

organisasi ini telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 92 ayat (3)


M

ng

huruf a, huruf b, dan huruf c UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang


on

Halaman 61 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) (Vide

si
P-12);
15. Bahwa dengan ini kami menerangkan bahwa Pemohon Kasasi II

ne
ng
(Penggugat II/Pembanding II) adalah sah dan memiliki kedudukan
hukum dalam Gugatan a quo. Bahwa kami menyatakan bahwa
JUDEX FACTI telah tidak cermat dalam membaca dan memeriksa

do
gu dokumen legalitas Pemohon Kasasi II (Penggugat II/Pembanding II);
16. Bahwa atas hal tersebut diatas, maka sepatutnyalah Majelis Hakim

In
A
Kasasi Mahkamah Agung Republik Indonesia menerima Permohonan
ini dan menyatakan bahwa Pemohon Kasasi II yakni “Gerakan
ah

Masyarakat Cinta Alam” memiliki legal standing (standi In Judicio)

lik
dalam perkara aquo;
III. DALAM POKOK PERKARA
am

ub
A. KEBERATAN I: Putusan Berisikan Kebohongan Yang Mengakibatkan
Putusan Cacat Formil
ep
17. Bahwa dalam Putusan JUDEX FACTIE pada Pengadilan Tinggi Tata
k

Usaha Negara Jakarta Nomor Nomor: 140/B/2012/PT.TUN.JKT


ah

halaman 12 mengungkapkan bahwa Termohon Kasasi/Terbanding


R

si
mengajukan Kontra Memori Banding tertanggal 13 Juni 2012 yang
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta

ne
ng

pada tanggal 13 Juni 2012 dan telah disampaikan kepada para pihak
masing-masing dengan Surat Pemberitahuan dan Penyerahan

do
gu

Kontra Memori Banding tertanggal 14 Juni 2012;


18. Bahwa dalam Pasal 126 ayat 3 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Hukum
Acara Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa “Para
In
A

pihak dapat menyerahkan memori banding dan/atau kontra memori


banding serta surat keterangan dan bukti kepada Panitera
ah

lik

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dengan ketentuan bahwa


salinan memori dan/atau kontra memori diberikan kepada pihak
m

ub

lainnya dengan perantaraan Penitera Pengadilan”;.


19. Bahwa akan tetapi dalam realitasnya, Para Pemohon Kasasi tidak
ka

pernah menerima Kontra Memori Banding Termohon


ep

Kasasi/Terbanding melalui kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha


ah

Negara sampai saat kami mendaftarkan Memori Kasasi ini;


R

20. Bahwa dengan demikian JUDEX FACTIE melalui Kepaniteraan


es

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak melaksanakan


M

ng

kewajibannya untuk memberikan Kontra Memori Kasasi kepada Para


on

Halaman 62 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemohon. Padahal berdasarkan Pasal 126 ayat 3 UU No. 5 Tahun

si
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara bahwa Pengadilan Tata
Usaha Negara dengan perantaraan Panitera Pengadilan

ne
ng
berkewajiban memberikan salinan memori dan/ atau kontra memori
banding kepada para pihak;
21. Bahwa oleh karena JUDEX FACTIE tidak melaksanakan

do
gu kewajibannya memberikan Kontra Memori Banding kepada Para
Pemohon, dengan ini dinyatakan bahwa PEMERIKSAAN TINGKAT

In
A
BANDING PERKARA A QUO CACAD FORMAL karena tidak sesuai
dengan prosedur Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
ah

lik
sebagaimana diatur dalam UU. No. 5 Tahun 1986 jo. Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo.
am

ub
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
ep
Usaha Negara;
k

B. KEBERATAN II: Putusan Tidak Mempertimbangkan Secara Cermat


ah

Pembuktian Yang Diajukan Para Pemohon Kasasi atau Para Penggugat di


R

si
Pengadilan Tingkat Pertama
a. Tidak secara cermat mempertimbangkan dan menilai Bukti tertulis P-

ne
ng

16 dan P-17
22. Bahwa dalam putusan Pengadilan Tingkat Pertama tidak

do
gu

mempertimbangkan bukti P-16 dan P-17 dengan tidak secara cermat


membaca tanggal terbitnya P-16 dan P-17. Hal tersebut terlihat
In
dalam pertimbangan dalam putusan JUDEX FACTIE pada
A

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada halaman 243 paragraf


pertama yang menyebutkan sebagai berikut:
ah

lik

“Menimbang, bahwa mengenai Bukti-Bukti P-16, P-17, Bukti P.II


Iint-5, 6, 7, 8, P-32, P-31, P-19, P-18, P-14, P-15, yang pada
m

ub

pokoknya menolak perpanjangan izin penempatan dumping


tailing di wilayahnya, dengan alasan karena penempatan tailing
ka

yang selama ini dilakukan PT. Newmont Nusa Tenggara, telah


ep

meresahkan masyarakat dan elemen pemerhati lingkungan


ah

serta menurunnya produktifitas kawasan yang dapat


R

menimbulkan dampak sosial, ekonomi dan kesehatan terhadap


es

nelayan dan masyarakat sekitar dan regional, ternyata surat-


M

ng

surat tersebut dibuat setelah terbitnya Objek Sengketa yang


on

Halaman 63 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
telah diterbitkan pada tanggal 5 Mei 2011, dan hal ini

si
berkesesuaian dengan keterangan Saksi Penggugat II
Intervensi yaitu, Andi Lawang SH, Anggota DPRD Kabupaten

ne
ng
Sumbawa Barat yang menyatakan penelitian terkait keluhan
masyarakat bahwa hasil tangkapan ikan berkurang adalah
dilakukan setelah Pansus dibentuk tanggal 9 Mei 2011. Dengan

do
gu demikian Alat Bukti tertulis maupun keterangan Saksi tersebut
yang diadakan setelah terbitnya Objek Sengketa tidak dapat

In
A
dijadikan Alat Bukti untuk membuktikan cacad hukumnya proses
penerbitan Objek Sengketa. Demikian pula Alat-Alat Bukti lain
ah

lik
menyangkut pemberitaan mass media yang diajukan Penggugat
I dan Penggugat II Intervensi, menurut Majelis Hakim juga tidak
dapat membuktikan adanya cacad hukum administrasi proses
am

ub
penerbitan Objek Sengketa.”
ep
23. Bahwa bukti kekeliruan dan kesalahan JUDEX FACTIE dapat dilihat
k

dalam uraian di bawah ini: “Bahwa bukti P-16 dan P-17 adalah
ah

menyangkut penolakan Penggugat II Iintervensi terkait dengan


R

si
kegiatan pembuangan limbah tailing yang dilakukan oleh Termohon
Kasasi II (Tergugat II Intervensi/Terbanding)”;

ne
ng

24. Bahwa JUDEX FACTIE tidak mempertimbangkan dengan cermat


Bukti P-16 yang merupakan surat dari Penggugat II Intervensi kepada

do
gu

Termohon Kasasi II (Tergugat II Intervensi/Termohon Banding)


dengan Nomor: 660/114/BLH-KSB/IV/2011, Tertanggal Taliwang, 27
In
April 2011. Perihal: Pemberhentian Penempatan Tailing di Perairan
A

Teluk Senunu Kabupaten Sumbawa Barat, Sedangkan Bukti P-17


adalah surat Penggugat II Intervensi kepada Termohon Kasasi
ah

lik

Nomor: 660/115/BLH-KSB/IV/2011, tertanggal Taliwang, 27 April


2011. Perihal: Pernyataan Penolakan Kabupaten Sumbawa Barat
m

ub

atas Rencana Perpanjangan Izin Penempatan Tailing PT Newmont


Nusa Tenggara;
ka

25. Bahwa Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak cermat
ep

dalam melihat bukti P-16 dan P-17, yang menyatakan diterbitkan


ah

setelah terbitnya Objek Sengketa, padahal dalam kenyataannya


R

Bukti P-16 dan Bukti P-17 dikeluarkan sebelum diterbitkan Objek


es

Sengketa, yaitu pada tanggal 27 April 2011, sedangkan Objek


M

ng

Sengketa diterbitkan pada tanggal 05 Mei 2011;


on

Halaman 64 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
26. Bahwa dengan demikian bukti P-16 dan bukti P-17 membuktikan

si
bahwa Termohon Kasasi tidak melibatkan Penggugat II Intervensi
selaku Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Proses

ne
ng
Terbitnya Objek Sengketa. Oleh karena itu Objek Sengketa
melanggar asas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yaitu asas otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2

do
gu huruf n Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

In
A
b. JUDEX FACTIE Tidak Mempertimbangkan Bukti P-20
27. Bahwa JUDEX FACTIE telah mengabaikan bukti penting yang
ah

lik
menentukan Objek Sengketa tidak dapat diterbitkan dan merupakan
seharusnya menjadi komitmen dari Termohon Kasasi
(Tergugat/Terbanding);
am

ub
28. Bahwa Bukti P–20 adalah Dokumen Nasional Pemerintah Republik
ep
Indonesia tentang Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman
k

Hayati Indonesia 2003-2020, Indonesia Bidoversity Strategy and


ah

Action Plan (2003-2020) yang diterbitkan oleh Kementerian


R

si
Bappenas pada tahun 2003, sebelum Obyek Sengketa diterbitkan.
Seharusnya JUDEX FACTIE mencermati secara mendalam Bukti P-

ne
ng

20 yang memuat rencana aksi pengelolaan keanekaragaman hayati


nasional. Salah satu program kemudian dijabarkan dalam lima tabel

do
gu

yang memaparkan rencana aksi peningkatan konservasi


keanekaragaman hayati 2003-2020 yang menyatakan sebagai
In
berikut:
A

Indikasi
Program Waktu Indikator Kinerja
Instansi/Wilayah
ah

lik

12.Program 2003/05 Pelarangan teknologi DESDM, DKP,


pencegahan submarine tailing disposal KLH, ornop,
m

ub

pencemaran (pembuangan limbang Perusahaan


ekosistem laut pertambangan ke bawah pertambangan
ka

akibat pembuangan permukaan laut) tahun


ep

tailing dari 2004; Pencabutan ijin


ah

pertambangan baik pertambangan yang


R

secara langsung membuang tailing ke


es
M

maupun lewat sungai setempat paling


ng

on

Halaman 65 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sistem sungai lambat pada akhir tahun

si
setempat 2003, dan yang sekarang
yang menggunakan STD

ne
ng
pada 2004

do
29. Bahwa dengan demikian, semenjak dikeluarkannya Bukti P-20,
gu Termohon Kasasi (Tergugat/Terbanding) tidak diperbolehkan lagi
mengeluarkan kebijakan, berupa memberikan izin dumping tailing

In
A
kepada perusahaan pertambangan semenjak tahun 2004 dan
mencabut semua izin dumping tailing yang dimiliki oleh perusahaan
ah

lik
pertambangan paling lambat pada akhir tahun 2003. Karena itu
sudah selayaknya bahwa OBYEK SENGKETA tidak diperpanjang
lagi oleh Termohon Kasasi;
am

ub
c. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tata Usaha Negara
ep
Mengesampingkan Gejala Upwelling
k

30. Bahwa JUDEX FACTIE tidak mempertimbangkan gejala Upwelling


ah

dalam putusannya. Menurut ahli Alan Frendy Koropitan (ahli


R

si
oceanografi) menerangkan mengenai gejala Upwelling ini adalah
kenaikan massa air dari bawah naik ke atas permukaan.

ne
ng

Penyebabnya adalah angin yang bertiup sejajar dengan pantai.


Gejala-gejala tersebut terjadi pada bulan Juni-Juli-Agustus, yang

do
gu

diistilahkan dengan angin musson timur. Angin itu akan membawa


massa air menjauhi pantai di dekat pantai, itu terjadi di selatan Jawa
In
sampai Sumbawa Selatan, ketika menjauhi pantai di dekat pantai
A

terjadi kekosongan, sehingga massa air yang ada dari dalam bawah
permukaan akan naik ke permukaan. Upwelling tersebut merupakan
ah

lik

proses oseanografi yang terjadi di Sumbawa mulai dari Pulau Jawa


Selatan sampai Pulau Sumbawa. Ketika naik ke atas permukaan saat
m

ub

berada di lapisan atas yang kemudian akan tercampur/teraduk di


permukaan maka terjadi percampuran dari massa air yang ada di
ka

bawah naik ke atas. Buangan pada kedalaman di bawah 175 m dapat


ep

dikatakan aman untuk tailing, tetapi ini hanya berlaku pada musson
ah

barat laut (Desember-Februari). Pada musson tenggara (Juni-


R

Agustus) dapat terjadI Upwelling sehinga mampu mengamankan


es
M

tailing ke permukaan;
ng

on

Halaman 66 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
31. Bahwa jika JUDEX FACTIE dengan cermat melihat dan memahami

si
gejala Upwelling ini, sepatutnya hal ini dipertimbangkan dalam
putusannya, sebab verifikasi lapangan yang dilakukan oleh

ne
ng
Termohon Kasasi adalah pada bulan maret, saat terjadinya
Downwelling, bukan pada saat terjadinya Upwelling. Sebab Upwelling
terjadi pada bulan Juni-Juli-Agustus yang terjadi secara alamiah

do
gu sebagaimana dikemukakan oleh Ahli Alan Frendy Koropitan;
32. Bahwa oleh karena JUDEX FACTIE mengesampingkan gejala

In
A
Upwelling, maka dalam hal ini kami Para Pemohon Kasasi memohon
kepada Mahkamah Agung RI untuk mempertimbangkan gejala
ah

lik
Upwelling dalam putusannya;
d. JUDEX FACTIE Mengabaikan Kesalahan Titik Kooordinat Dalam
Dokumen Amdal Dan Objek Sengketa
am

ub
33. Bahwa JUDEX FACTIE telah mengesampingkan/mengabaikan fakta
persidangan dimana ditemukan kesalahan titik koordinat dari Objek
ep
Sengketa. Kesalahan tampak jelas saat diberikan pertanyaan dan
k

gambar mengenai titik lokasi koordinat pipa keluarnya tailing (vide:


ah

lihat P-36) yang ditanyakan kepada Alan Frendy Koropitan (ahli dari
R

si
Penggugat II Intervensi) berdasarkan atas titik koordinat yang ada di
Dokumen AMDAL Dumping Tailing dari Termohon kasasi II (Tergugat

ne
ng

II Intervensi/Terbanding) (vide: Lihat P-21) dan titik koordinat yang


ada di Objek Sengketa (vide: lihat P-1, T-1 dan T II Intervensi 1).

do
gu

Bukti-bukti tersebut menerangkan bahwa terdapat ketidaksesuaian


dan ketidakkonsistenan titik koordinat dalam Objek Sengketa;
In
34. Bahwa terdapat tiga posisi berbeda lokasi ujung pipa pembuangan
A

tailing tambang, yaitu berdasarkan dokumen AMDAL dalam Gambar


Pipa tailing, berdasarkan titik Koordinat yang ada di Dokumen
ah

lik

AMDAL dan berdasarkan atas Objek Sengketa. Akibat posisi yang


berbeda menurut ahli Alan Koropitan, letak koordinat pipa
m

ub

pembuangan tailing tersebut terletak di perairan dangkal yang


kedalamannya kurang dari 100 meter yang merupakan lapisan
ka

teraduk dari termoklin. Kedalaman air tersebut dapat dilihat dari


ep

kontur batimetrinya, jika berada dalam range kedalaman 100 meter,


ah

maka lubang keluar tailing berada di kedalaman 100 meter, kemudian


R

200 m, yang semakin menjauh dari pantai maka semakin mendalam.


es

Jika dibuang di bagian gambar di bawah kedalaman 100 meter tailing


M

ng

tersebut yang masih berada di bagian bawah dilapisan tercampur.


on

Halaman 67 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Maka Dengan kata lain, Obyek Sengketa tidak sesuai dengan

si
ketentuan yang disyaratkan dalam AMDAL;
35. Bahwa JUDEX FACTIE tidak mempertimbangkan mengenai adanya

ne
ng
kandungan logam berat yang terdapat di tailing yang dibuang oleh
Termohon kasasi II (Tergugat II Intervensi/Terbanding). Menurut Ahli
Penggugat II Intervensi Alan Koropitan, Tailing yang terkandung

do
gu dalam logam berat sangat berbahaya karena sifatnya yang tidak
dapat terurai dan akan terakumulasi di organisme melalui rantai

In
A
makanan. Melalui jaringan rantai makanan kemudian akan masuk ke
jaringan manusia dan kemudian dimakan oleh Manusia;
ah

lik
36. Bahwa keterangan ahli Termohon kasasi II (Tergugat II
Intervensi/Terbanding) Irwandi Arif tidak dapat membantah adanya
logam berat yang terkandung dalam tailing tersebut dan tidak mampu
am

ub
menJawab ketika majelis hakim juga turut bertanya mengenai
pelarutan logam berat dalam tailing;
ep
k

37. Bahwa Ahli Penggugat II Intervensi Alan Koropitan berpendapat


ah

bahwa berdasarkan biozones yang membagi habitat biota laut maka


R

si
terdapat makhluk hidup baik di kolom air (pelagis) maupun di
sedimen dasar (benthik) sampai kedalaman 7000 m. Berdasarkan hal

ne
ng

tersebut pembuangan tailing pada kedalaman berapapun akan dapat


berdampak buruk kepada makhluk hidup pada habitat pelagis/benthik

do
gu

sampai dengan kedalam 7000 meter;


38. Bahwa teknologi pembuangan tailing di laut merupakan teknologi
In
yang tidak dapat diperkirakan yang merupakan pelanggaran terhadap
A

asas kehati-hatian dan tailing yang mengandung logam berat dan


biota laut berpotensi mengancam jaringan manusia bertentangan
ah

lik

dengan asas tanggung Jawab negara, asas kelestarian dan


keberlanjutan, asas kehati-hatian, asas keanekaragaman hayati.
m

ub

Oleh karena itu, Objek Sengketa melanggar asas tanggung Jawab


negara, asas kelestarian dan keberlanjutan, asas kehati-hatian, dan
ka

asas keanekaragaman hayati;


ep

e. Putusan Pengadilan Tingkat Pertama Tidak Cermat Dalam


ah

Menilai Pembuktian Keterangan Saksi Andi Lawang


R

39. Bahwa putusan Pengadilan Tingkat Pertama tidak cermat dalam


es

menilai dan mempertimbangkan keterangan saksi Andi Lawang, SH,


M

ng

sorang Anggota DPRD Kabupaten Sumbawa Barat dengan tidak


on

Halaman 68 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
cermat menilai pembuktian adanya keluhan masyarakat terkait

si
aktivitas dari Termohon Kasasi II berdasarkan objek sengketa. Hal
tersebut terlihat dalam pertimbangan dalam putusan JUDEX FACTIE

ne
ng
pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada halaman 243
paragraf pertama yang menyebutkan sebagai berikut:
“….dan hal ini berkesesuaian dengan keterangan Saksi Penggugat II

do
gu Intervensi yaitu, Andi Lawang SH, Anggota DPRD Kabupaten
Sumbawa Barat yang menyatakan penelitian terkait keluhan

In
A
masyarakat bahwa hasil tangkapan ikan berkurang adalah dilakukan
setelah Pansus dibentuk tanggal 9 Mei 2011. Dengan demikian Alat
ah

lik
Bukti tertulis maupun keterangan Saksi tersebut yang diadakan
setelah terbitnya Objek Sengketa tidak dapat dijadikan Alat Bukti
untuk mebuktikan cacad hukumnya proses penerbitan Objek
am

ub
Sengketa. Demikian pula Alat-Alat Bukti lain menyangkut
pemberitaan mass media yang diajukan Penggugat I dan Penggugat
ep
II Intervensi, menurut Majelis Hakim juga tidak dapat membuktikan
k

adanya cacad hukum administrasi proses penerbitan Objek


ah

Sengketal;”
R

si
40. Bahwa keterangan saksi Andi Lawang sebagai Anggota DPRD
Kabupaten Sumbawa Barat, menyatakan penelitian terkait keluhan

ne
ng

masyarakat bahwa hasil tangkapan ikan berkurang dilakukan setelah


penelitian oleh pansus yang dibentuk tanggal 9 Mei 2012.

do
gu

Pertimbangan Majelis Hakim ini telah salah dan keliru dalam


memberikan beban pembuktian. Seharusnya Majelis Hakim
In
pengadilan tingkat pertama memperhatikan dan mempertimbangkan
A

mengenai dampak negatif dari aktivitas pembuangan tailing ke Teluk


Senunu yang didapatkan Pansus DPRD dari masyarakat secara
ah

lik

langsung;
41. Bahwa hal sesuai keterangan saksi Andi Lawang dalam persidangan
m

ub

sebagaimana kami kemukakan dalam kesimpulan halaman 15 yaitu:


……”Bahwa saksi mengatakan latar belakang pembentukan Panitia
ka

Khusus (Pansus) DPRD Tentang Dampak Pembuangan Tailing PT.


ep

Newmont Nusa Tenggara adalah karena ada aspirasi masyarakat,


ah

ada keluhan masyarakat petani dan nelayan bahwa terjadi penurunan


R

tangkapan ikan oleh nelayan, ada spesies biota laut yang hilang dari
es

perairan Kabupaten Sumbawa Barat. Selanjutnya saksi menyatakan


M

ng

Pansus pernah mengunjungi masyarakat yang terkena dampak


on

Halaman 69 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dumping tailing, masyarakat mengatakan bahwa pembuangan tailing

si
di Teluk Senunu mengakibatkan pencemaran lingkungan di teluk
Senunu, terjadi penurunan tangkapan ikan. Selanjutnya saksi

ne
ng
menyatakan bahwa anggota Pansus DPRD juga pernah mengunjungi
lokasi pembuangan dumping tailing. Saksi mengatakan bahwa dari
hasil kunjungan tersebut, Pansus menemukan di lokasi pembuangan

do
gu tailing terjadinya pencemaran lingkungan di Teluk Senunu. ada
spesies biota laut yang hilang dari perairan Kabupaten Sumbawa

In
A
Barat. Saksi juga mengatakan bahwa Pemerintah Daerah Sumbawa
Barat juga melakukan Kuisioner mengenai dampak tailing, dimana
ah

lik
hasil kuisioner ini menunjukkan terjadi penurunan tangkapan ikan di
pesisir Kabupaten Sumbawa Barat. Bahwa keterangan saksi ini
membuktikan bahwa aktivitas pembuangan dumping tailing di dasar
am

ub
Laut, di Teluk Senunu mengakibatkan dampak negatif bagi
masyarakat, yaitu pencemaran lingkungan, penurunan tangkapan
ep
ikan. Bahwa berdasarkan keterangan saksi tersebut terbukti Tergugat
k

dalam menerbitkan Objek Sengketa melanggar asas Perlindungan


ah

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu asas kelestarian dan


R

si
keberlanjutan, asas keserasian dan keseimbangan dan asas
keanekaragaman hayati sebagaimana diatur dalam pasal Pasal 2

ne
ng

UU No. 32 Tahun 2009 (UU PPLH) pada huruf b, c dan huruf i…..”;
42. Bahwa saksi Andi Lawang, menyatakan temuan yang diperoleh

do
gu

Pansus dari masyarakat adalah bahwa Termohon Kasasi tidak


mengumumkan/mensosialisasikan mengenai rencana terbitnya izin
In
dumping tailing PT. Newmont Nusa Tenggara. Bahwa terbitnya
A

Objek Sengketa berdasarkan keterangan saksi menunjukkan


Termohon Kasasi telah mengabaikan peranan dan partisipasi
ah

lik

masyarakat dalam proses terbitnya Objek Sengketa. Hal ini jelas


Tergugat melanggar asas partisipatif sebagaiman dimaksud dalam
m

ub

pasal 2 huruf k UU Nomor 32 Tahun 2009 dan asas keterbukaan


sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 3 huruf d UU Nomor
ka

28 Tahun 1999;
ep

C. KEBERATAN III: Tidak Cermat Dalam Menilai Pembuktian Yang Diajukan


ah

Oleh Tergugat Atau Terbanding


R

a. Tidak Cermat Dalam Menilai Bukti T-17 Dan Bukti T II Intervensi 34


es

Karena bukan Hasil Verifikasi (T-17 & T Intervensi-34)


M

ng

on

Halaman 70 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
43. Bahwa JUDEX FACTIE telah salah dalam memutus perkara a quo

si
dengan menjadikan Bukti T-17 dan Bukti T-II Intervensi 34 dari
Termohon Kasasi (Tergugat/Terbanding)dan Termohon kasasi II

ne
ng
(Tergugat II Intervensi/Terbanding) (vide: Putusan majelis hakim
pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor :
145/G/2011/PTUN-JKT, haman 242) sebagai pertimbangan dalam

do
gu putusan perkara a quo;
44. Bahwa pada pada putusan majelis hakim pada Pengadilan Tata

In
A
Usaha Negara Jakarta pada Halaman 242, JUDEX FACTIE
menyatakan bahwa telah dilakukan verifikasi lapangan. Kutipan
ah

lik
pertimbangan JUDEX FACTIE sebagai berikut:
“…Dan, dari bukti T-17= Bukti T.II.Int-34 yaitu, Berita Acara
Verifikasi Lapangan bahwa tanggal 11 sampai dengan 14 Maret
am

ub
2011, telah dilakukan verifikasi lapangan terhadap permohonan
PT. Newmont Nusa Tenggara, untuk perpanjangan izin
ep
penempatan tailing di dasar laut yang melibatkan Pakar
k

Modeling, Paar Teknik Kimia, Pakar Ekologi Perairan, Pakar


ah

Oceanografi, Pakar Hidrogeologist, Pakar Ekotoksikologi…”


R

si
45. Bahwa Termohon Kasasi dalam daftar bukti T-17 yang diajukan oleh
Termohon Kasasi (Tergugat/Terbanding) dan Termohon kasasi II

ne
ng

(Tergugat II Intervensi/Terbanding), mendalilkan bahwa Objek


Sengketa telah dikeluarkan dengan pertimbangan yang sangat hati-

do
gu

hati karena didasarkan antara lain pada verifikasi lapangan (Bukti T-


17 dan T-II Intervensi 34). Seharusnya JUDEX FACTIE dapat lebih
In
cermat membaca Bukti T-17 dan T-II Intervensi 34 yang isinya tidak
A

lebih dari berita acara. Bukti tersebut tidak melampirkan hasil temuan
lapangan yang seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan
ah

lik

dalam berita acara. Dalam alat bukti (T-17 dan T-II Intervensi 34)
pada halaman 2-3 terdapat catatan bahwa “temuan-temuan lapangan
m

ub

dalam lampiran selama verifikasi lapangan tersebut untuk disajikan


dalam lampiran berita acara ini”. Namun hasil verifikasi
ka

lapangan/lampiran temuan lapangan yang dimaksud tidak


ep

dilampirkan dan termasuk juga proses pengambilan sampel


ah

penelitian tanpa ada hasil bukti yang menerangkan telah dilakukan


R

verifikasi lapangan berdasarkan atas pendapat ahli;


es

46. Bahwa dengan adanya kesalahan tersebut, JUDEX FACTIE telah


M

ng

tidak cermat dalam menyimpulkan alat bukti T-17 dan T-II Intervensi
on

Halaman 71 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
34, dan memohon kepada JUDEX YURIS untuk membatalkan

si
putusan JUDEX FACTIE serta mengadili sendiri dengan
mengabulkan gugatan Para Pemohon Kasasi;

ne
ng
b. Putusan Pengadilan Tingkat Pertama Salah Mempertimbangkan
Keterangan Saksi Yang Tidak Mempunyai Nilai Pembuktian,
Yaitu Saksi Masnelyarti Hilman Dari Termohon Kasasi

do
gu 47. Bahwa JUDEX FACTIE telah mempertimbangkan keterangan saksi
yang tidak dapat dikategorikan sebagai keterangan saksi

In
A
sebagaimana ditentukan dalam hukum yang berlaku. Saksi yang
dimaksudkan adalah saksi yang diajukan oleh Termohon Kasasi
ah

lik
(Tergugat/Terbanding) yaitu Dra. Masnelliyarti Hilman Msc. selaku
Deputi IV Bidang Limbah Beracun Kementerian Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia;
am

ub
48. Bahwa JUDEX FACTIE telah tidak cermat dalam menerapkan hukum
ep
dengan mengambil kesimpulan dari saksi Masnellyarti Hilman yang
k

mempunyai hubungan kerja dengan Termohon Kasasi I;


ah

49. Bahwa kesaksian Masnelyarti Hilman tidaklah dapat dikualifikasikan


R

si
sebagai keterangan saksi karena keterangannya bukan mengenai
sesuatu yang dialami, dilihat serta didengar oleh saksi sendiri

ne
ng

terhadap proses verifikasi lapangan sebagai syarat terbitnya Objek


Sengketa;

do
gu

50. Bahwa dengan demikian kesaksian Masnelyarti Hilman tidak


mempunyai nilai pembuktian berdasarkan hukum karena tidak
In
memenuhi syarat materil sebagai saksi sebab saksi Masnelyarti
A

Hilman tidak mengalami, melihat, dan mendengar sendiri proses


verifikasi lapangan sebagai syarat terbitnya Objek Sengketa. Syarat
ah

lik

saksi sebagaimana dimaksud dalam 104 Undang-Undang Nomor 5


Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menyebutkan:
m

ub

“….Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan


itu berkenaan dengan hal yang dialami, dilihat, atau didengar oleh
ka

saksi sendiri…”
ep

51. Bahwa syarat materil lain yang tidak dipenuhi dari keterangan saksi
ah

Masnelyarti Hilman adalah bahwa sebuah keterangan saksi tidak bisa


R

berupa pendapat-pendapat atau perkiraan-perkiraan yang diperoleh


es

saksi dengan jalan pikiran saksi. Hal ini diatur dalam Pasal 171 ayat
M

ng

(2) HIR jo Pasal 308 ayat (2) RBG Jo Pasal 1907 ayat (2) KUH
on

Halaman 72 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Perdata. Pada garis besarnya pasal ini mengatakan, pendapat-

si
pendapat maupun perkiraan-perkiraan khusus yang diperoleh dengan
jalan pikiran saksi, bukan kesaksian. Padahal dalam fakta di

ne
ng
persidangan keterangan saksi Masnelyarti Hilman merupakan
pendapat-pendapat atau perkiraan-perkiraan yang diperoleh saksi
Masnelyarti Hilman dengan jalan pikirannya sendiri, sebab saksi

do
gu Masnelyarti Hilman tidak mengalami, melihat, dan mendengar sendiri
proses verifikasi lapangan sebagai syarat terbitnya Objek Sengketa;

In
A
52. Bahwa jika melihat uraian di atas, JUDEX FACTIE telah
mempertimbangkan Keterangan Saksi yang tidak termasuk dalam
ah

lik
kualifikasi Saksi berdasarkan Pasal 104 Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jo Pasal 171 ayat
(2) HIR Jo Pasal 308 ayat (2) RBG Jo Pasal 1907 ayat (2) KUH
am

ub
Perdata;
53. Bahwa keterangan yang diberikan oleh saksi Manellyarti Hilman
ep
patutlah dikesampingkan karena keterangan saksi yang diberikan
k

hanya berdasarkan berita acara tanpa mengalami sendiri secara


ah

langsung proses verifikasi lapangan sesuai dengan kualifikasi saksi


R

si
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 UU No. 5 Tahun 1986;
54. Bahwa oleh karena suatu kesaksian harus mengenai peristiwa-

ne
ng

peristiwa yang dilihat secara langsung atau yang dialami sendiri atau
didengar sendiri oleh seorang saksi sedangkan saksi Masnelyarti

do
gu

Hilman mendasarkan kesaksiannya berdasarkan T-17 dan T II


Intervensi 34, maka Mahkamah Agung RI (JUDEX YURIS) sudah
In
seharusnya menyatakan bahwa keterangan saksi Masnelyarti Hilman
A

tidak mempunyai nilai pembuktian berdasarkan hukum yang berlaku


dan seharusnya dikesampingkan;
ah

lik

c. Judex Factie Salah Mempertimbangkan Partisipasi/Peran Serta


Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi
m

ub

55. Bahwa JUDEX FACTIE salah dan keliru dalam putusan Pengadilan
Tata Usaha Negara Jakarta halaman 241 yang menyatakan bahwa:
ka

Disamping itu, penempatan dumping tailing a-quo telah


ep

disosialisasikan kepada masyarakat (vide keterangan Saksi Tergugat


ah

Jabir HMS/ Kepala Desa Tongo serta keterangan Saksi Penggugat II


R

Intervensi yaitu, H. Taufiqurahhman, S.Ip/ Selaku mantan kepala BLH


es

Kabupaten Sumbawa Barat);


M

ng

on

Halaman 73 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
56. Bahwa pertimbangan JUDEX FACTIE yang menyatakan ada

si
sosialisasi tersebut patut dicermati dengan seksama, sebab
sosialisasi sebagaimana diterangkan saksi dari Termohon Kasasi

ne
ng
dahulu Tergugat/Terbanding, yaitu Jabir HMS, Kepala Desa Tongo,
yang menyatakan Termohon Kasasi melakukan sosialisasi terhadap
masyarakat atas proses terbitnya Objek Sengketa. Padahal

do
gu sosialisasi dilakukan oleh Termohon kasasi II yang tidak dilakukan
oleh Termohon Kasasi sehingga terjadi konflik kepentingan dalam

In
A
prosesnya, sosialisasi yang dilakukan hanya satu arah, tidak ada
dialog dengan masyarakat, dan tidak ada arah untuk
ah

lik
mempertanyakan pendapat masyarakat apakah setuju atau tidak
diterbitkannya Objek Sengketa;
57. Bahwa dengan demikian sosialisasi yang dikemukakan saksi Jabir
am

ub
HMS tersebut tidak termasuk kategori telah memenuhi asas
partisipasi dan keterbukaan, karena sosialisasi sebagaimana
ep
disebutkan saksi Jabir HMS sifatnya satu arah, padahal yang
k

namanya partisipasi adalah sifatnya dua arah, ada dialog, dan


ah

meminta pendapat tentang sesuatu hal yang dibicarakan apakah


R

si
setuju atau tidak karena hal ini menyangkut kepentingan publik.
Padahal tujuan sosialisasi yang paling utama adalah meminta

ne
ng

masukan/ pendapat masyarakat tentang keputusan Tata Usaha


Negara yang akan diterbitkan;

do
gu

58. Bahwa saksi Jabir juga patut dikesampingkan, karena adanya konflik
kepentingan sebab saksi Jabir HMS menerima banyak bantuan-
In
bantuan dari Termohon Kasasi II (Tergugat II Intervensi/Terbanding),
A

seperti dalam bentuk sembako dan bahan bangunan. Keberadaan


saksi Jabir HMS tersebut menunjukkan posisi saksi Jabir tidak
ah

lik

independen. Akibatnya keterangan saksi Jabir tidak objektif, karena


itu kebenaran keterangan saksi sangat diragukan. Dengan demikian
m

ub

keterangan saksi Jabir HMS tidak mempunyai nilai pembuktian


sebagi saksi sebagaimana disyaratkan hukum yang berlaku;
ka

59. Bahwa berdasarkan keterangan saksi Jabir HMS, dan saksi H.


ep

Taufiqurahman, dan saksi Andi Lawang jelas menunjukkan Tergugat


ah

tidak melibatkan masyarakat dalam proses terbitnya Objek


R

Sengketa. Padahal sebuah kebijakan publik seharusnya melibatkan


es

masyarakat. Hal ini sesuai dengan keterangan ahli Dr. W. Riawan,


M

ng

ahli Hukum Administrsi Negara dalam keterangannya di persidangan


on

Halaman 74 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menyatakan bahwa dalam hal suatu tindakan hukum yang diterbitkan

si
bersinggungan dengan masyarakat, maka haruslah tindakan hukum
tersebut sesuai dengan kearifan, diketahui dan melibatkan

ne
ng
masyarakat lokal. Manakala hal tersebut bertentangan dengan
kearifan lokal, terdapat penolakan dari masyarakat, dan tanpa ada
konsultasi, maka keluarnya tindakan hukum berupa Keputusan TUN

do
gu telah melanggar syarat formil terbitnya suatu Keputusan Tata Usaha
Negara;

In
A
60. Bahwa hal ini juga diungkapkan oleh ahli Lintong Oloan Siahaan
dalam keterangannya di persidangan menyatakan keharusan
ah

lik
dilakukannya sosialisasi sebelum Keputusan Tata Usaha Negara
diterbitkan, ahli Lintong Oloan Siahaan lebih lanjut menerangkan
bahwa jika Pejabat Tata Usaha Negara hendak mengeluarkan
am

ub
Keputusan Tata Usaha Negara wajib melakukan sosialisasi kepada
masyarakat;
ep
61. Bahwa berdasarkan keterangan saksi Jabir, dan saksi H.
k

Taufiqurahman, dan saksi Andi Lawang jelas Termohon Kasasi tidak


ah

melibatkan masyarakat dalam proses terbitnya Objek Sengketa.


R

si
Dengan demikian terbukti bahwa penerbitan Objek Sengketa telah
melanggar asas partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ne
ng

huruf k UU No. 32 Tahun 2009 dan asas keterbukaan sebagai bagian


dari asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik sebagaimana

do
gu

dimaksud dalam penjelasan pasal 3 huruf d Undang-Undang Nomor


28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
In
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam menerbitkan Objek
A

Sengketa;
D. Keberatan IV: Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara
ah

lik

Jakarta Salah Menerapkan Hukum Mengenai Kewenangan Menerbitkan


Objek Sengketa
m

ub

62. Bahwa Pertimbangan JUDEX FACTIE dalam Pengadilan Tata Usaha


Negara Jakarta pada halaman 237-238 Paragraph 6 Menyebutkan:
ka

“Menimbang, bahwa Pasal 61 ayat (10) Undang-Undang Nomor 32


ep

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


ah

Hidup diatur : Dumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60,


R

hanya dapat dilakukan dengan izin dari Menteri, Gubernur, atau


es

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannnya”;


M

ng

Selanjutnya pada halaman 238 Paragraf pertama menyebutkan :


on

Halaman 75 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
”selanjutnya, dalam Pasal 18 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor

si
19 Tahun 1999 tentang Pengendalaian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut, Maka jelas diatur bahwa, “setiap orang penanggung

ne
ng
Jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan dumping ke laut
wajib mendapat izin menteri” (Bukti T-7 = T.II.Int-23). Disamping itu
dalam lampiran H Sub Bidang 5 Peraturan Pemerintah Nomor 38

do
gu Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Dearah Provinsi dan Pemerintah

In
A
Kabupaten/Kota (Bukti T-9 = T.II.Int-23) diatur secara tegas bahwa,
pengendali pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut
ah

lik
khususnya Pemberian Izin Dumping ke Laut adalah merupakan
kewenangan Pemerintah (d.h.i. Menteri Lingkungan Hidup). Hal
mana adalah, sejalan dengan keterangan ahli Prof. Philipus M.
am

ub
Hadjon, SH., bahwa kewenangan Tergugat ini sesuai dengan Pasal
61 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
ep
Perlindungi dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”
k

63. JUDEX FACTIE mengkontruksikan pertimbangannya dengan


ah

menggunakan :
R

si
a. Pasal 61 ayat (10) UU Nomor 32 Tahun 2009 jo. Pasal 18 ayat
(1) PP Nomor 19 Tahun 1999

ne
ng

b. Pasal 61 ayat (10) UU Nomor 32 Tahun 2009 jo. PP Nomor 38


Tahun 2007

do
gu

Terhadap hal tersebut :


a. PP Nomor 19 Tahun 1999 mengacu kepada UU Nomor 23
In
Tahun 1997 terbukti tercantum di dalam konsideran PP Nomor
A

19 Tahun 1999 pada bagian mengingat butir 13 (Vide T-7, T.II


Intervensi-9). Secara ketentuan, UU Nomor 23 Tahun 1997
ah

lik

telah dicabut oleh UU Nomor 32 Tahun 2009 (Vide P-26, T.II


Intervensi-8). Sehingga tidak tepat kiranya JUDEX FACTIE
m

ub

menggunakan kerangka UU Nomor 32 Tahun 2009 jo PP


Nomor 19 Tahun 1999. Karena secara hukum PP Nomor 19
ka

Tahun 1999 belum dicabut dan bertentangan dengan UU


ep

Nomor 32 Tahun 2009, dalam hal kewenangan mengeluarkan


ah

izin pembuangan (dumping) limbah ke lingkungan. Karena


R

semangat otonomi daerah tidak terdapat dalam UU Nomor 23


es

Tahun 1997 yang menjadi dasar hukum PP Nomor 19 Tahun


M

ng

1999 dan seharusnya tidak berlaku lagi. Maka seharunya


on

Halaman 76 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
peraturan yang menjadi dasar terbitnya Objek Sengketa

si
mendasarkan pada UU Nomor 32 Tahun 2009 yang telah
mengenal prinsip otonomi daerah dalam hal kewenangana

ne
ng
penerbitan izin;
b. PP Nomor 38 Tahun 2007 mengacu kepada UU Nomor 32
Tahun 2004 (Vide T-9) sehingga selayaknya ketentuan PP

do
gu Nomor 38 Tahun 2007 tidak boleh bertentangan dengan UU
Nomor 32 Tahun 2004 mengingat prinsip “Lex Superior Derogat

In
A
Legi Inferiori”, bahwa ketentuan yang lebih tinggi harus
didahulukan. Hierarki peraturan perundang-undangan,
ah

lik
sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 7 ayat 5 UU
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan yang menyebutkan "hierarki" adalah
am

ub
penjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-undangan yang
didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan
ep
yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
k

Perundang-undangan yang lebih tinggi;


ah

c. Secara tegas pengaturan mengenai kewenangan urusan


R

si
pemerintahan dalam urusan pengendalian lingkungan hidup
diatur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf j UU Nomor 32 Tahun 2004

ne
ng

yang menyebutkan “Urusan wajib yang menjadi kewenangan


pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan

do
gu

yang berskala kabupaten/kota meliputi pengendalian lingkungan


hidup”. Mengenai pengaturan sumber daya kelautan, diatur
In
dalam Pasal 18 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 yang
A

menerangkan bahwa “Daerah yang memiliki wilayah laut


diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah
ah

lik

laut”. Pengelolaan sumber daya laut diperjelas dalam Pasal 18


ayat (3) huruf b UU Nomor 32 Tahun 2004 yang menjelaskan
m

ub

bahwa “Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di


wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: b
ka

pengaturan administratif; dalam penjelasan Pasal 18 ayat (3)


ep

huruf b yaitu “Yang dimaksud dengan “pengaturan administratif”


ah

dalam ketentuan ini antara lain perizinan, kelaikan dan


R

keselamatan.”. Selanjutnya dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-


es

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


M

ng

disebutkan bahwa “Kewenangan untuk mengelola sumber daya


on

Halaman 77 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling jauh

si
12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut
lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan

ne
ng
1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk
kabupaten/kota (Vide P-29, T-8, T.II Intervensi-22 )”.
64. Bahwa dengan demikian JUDEX FACTIE sepatutnya menggunakan

do
gu dasar pertimbangan dengan ketentuan :
a. Pasal 61 ayat (10) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

In
A
b. Pasal 14 ayat (1) huruf j Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
c. Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun
ah

lik
2004
d. Pasal 18 ayat (3) huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004
am

ub
e. Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
ep
k

65. Selanjutnya pertimbangan JUDEX FACTIE pada Pengadilan Tata


ah

Usaha Negara Jakarta pada halaman 238 paragraf kedua


R

si
menyebutkan “Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan
perundang-undangan diatas maka, dapat disimpulkan Keputusan

ne
ng

Tata Usaha Negara Objek Sengketa yang diterbitkan oleh Menteri


Lingkungan Hidup adalah telah sesuai dengan kewenangan atributif

do
gu

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh


karenanya, dalil Penggugat I yang menyatakan dari segi kewenangan
In
melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, adalah
A

tidak beralasan hukum. Demikian pula alasan Penggugat I maupun


Penggugat II Intervensi serta keterangan ahli Dr. Sony Keraf/mantan
ah

lik

Menteri Lingkungan Hidup, yang menyatakan Pemerintah Kabupaten


juga berwenang mengeluarkan izin dalam kaitan izin dumping tailing
m

ub

yakni berdasarkan Pasal 61 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009


juga dinyatakan tidaklah beralasan hukum”;
ka

66. Bahwa pertimbangan diatas tidak beralasan hukum, sepatutnya


ep

JUDEX FACTIE membuat pertimbangan bahwa menurut Pasal 61


ah

ayat (10) UU Nomor 32 Tahun 2009 jo. Pasal 14 ayat (1) huruf j jo.
R

Pasal 18 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 dapat disimpulkan


es

bahwa “Keputusan Tata Usaha Negara Objek Sengketa yang


M

ng

diterbitkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup adalah


on

Halaman 78 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan sehingga patut

si
untuk dibatalkan, sebab dalam hal ini Penggugat II Intervensi memiliki
kewenangan untuk menerbitkan objek sengketa”;

ne
ng
67. Bahwa selain itu, JUDEX FACTIE pada Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta dalam pertimbangannya menyatakan “tidak
menemukan ketentuan normatif yang secara khusus mengatur

do
gu tentang prosedur penerbitan Keputusan tentang perpanjangan izin
dumping tailing di dasar laut. Ketentuan yang ada adalah, pada Pasal

In
A
37 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur :Menteri, Gubernur,
ah

lik
atau Bupati Walikota, sesuai kewenangannya wajib menolak
permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi
dengan Amdal atau UKL-UPL” (Putusan Halaman 239);
am

ub
68. Bahwa Para Pemohon Kasasi menilai, Obyek Sengketa yang
dikategorikan sebagai izin lingkungan, haruslah dilengkapi dengan
ep
Amdal atau UKL-UPL. Hal ini kemudian diatur lagi dalam Peraturan
k

Pemerintah Republik Indonesia no 27 Tahun 2012 tentang Izin


ah

Lingkungan. Pasal 42, ayat (2) yang menyatakan: “Permohonan Izin


R

si
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
bersamaan dengan pengajuan penilaian Amdal dan RKL-RPL atau

ne
ng

pemeriksaan UKL-UPL";
69. Bahwa pada kenyataaannya, Termohon kasasi II tidak melengkapi

do
gu

permohonan penerbitan Obyek Sengketa dengan AMDAL, penilaian


AMDAL saat mengajukan permohonan dilakukan pada tahun 2010.
In
Dalam persidangan, Termohon kasasi II mengajukan Keputusan
A

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP 41/MEN-


41/MENLH/10/1996 tentang Persetujuan Analisis Dampak
ah

lik

Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana


Pemantauan Lingkungan Kegiatan Terpadu Pertambangan Emas di
m

ub

Batu Hijau dan Fasilitas Penunjang PT. Newmont Nusa Tenggara di


Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi NTB tanggal 2 Oktober 1996
ka

(Bukti T II Intervensi -26), yakni tahun 1996”


ep

PERTIMBANGAN HUKUM
ah

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung


R

berpendapat:
es

Bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena putusan Judex


M

ng

Facti tidak salah dalam menerapkan hukum;


on

Halaman 79 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa Penggugat II tidak memiliki legal standing untuk beracara;

si
Bahwa Penggugat I dan Penggugat II Intervensi tidak bisa membuktikan
gugatannya karena terbukti Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa telah

ne
ng
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan asas audi et
alterm parterm karena proses penerbitan ijin dumping tailing telah
memperhitungkan fakor-faktor relevan yang terkait, lagi pula alasan-alasan

do
gu tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat
penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat

In
A
dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkat kasasi, karena pemeriksaan
dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan ketidakwenangan atau
ah

lik
melampaui batas wewenang, atau salah menerapkan hukum atau
melanggar hukum yang berlaku, atau lalai memenuhi syarat-syarat yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian
am

ub
itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan, sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang No.14 Tahun 1985 tentang
ep
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.
k

5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-undang No. 3 Tahun


ah

2009;
R

si
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
ternyata putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan

ne
ng

hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan


Para Pemohon Kasasi: 1. YAYASAN WAHANA LINGKUNGAN HIDUP

do
gu

INDONESIA (WALHI), 2. GERAKAN MASYARAKAT CINTA ALAM


“GEMA ALAM” tersebut harus ditolak;
In
Menimbang, bahwa dengan ditolaknya permohonan kasasi, maka
A

Para Pemohon Kasasi dinyatakan sebagai pihak yang kalah, oleh karena itu
harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini;
ah

lik

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun


2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun
m

ub

1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
ka

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 5 Tahun


ep

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah


ah

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan perubahan kedua


R

dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, serta peraturan


es

perundang-undangan lain yang terkait;


M

ng

on

Halaman 80 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
MENGADILI,

si
Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi:
1. YAYASAN WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA (WALHI),

ne
ng
2. GERAKAN MASYARAKAT CINTA ALAM “GEMA ALAM” tersebut;
Menghukum Para Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara

do
gu dalam tingkat kasasi sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Kamis, tanggal 11 April 2013, oleh Dr. H. Supandi,

In
A
S.H.,M.Hum., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung
sebagai Ketua Majelis, H. Yulius, S.H.,M.H dan Dr. H. M. Hary Djatmiko,
ah

lik
S.H.,M.S Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis
am

ub
beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Khairuddin
Nasution, S.H.,M.H, Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para
pihak.
ep
k
ah

Anggota Majelis : Ketua Majelis


R
ttd./ H. Yulius, S.H.,M.H ttd./ Dr. H. Supandi, S.H.,M.Hum

si
ttd./ Dr. H. M. Hary Djatmiko, S.H.,M.S

ne
ng

Biaya-biaya : Panitera Pengganti :

do
gu

1. M e t e r a i ………….. Rp. 6.000,00 ttd./ Khairuddin Nasution, S.H.,M.H


2. Redaksi ……………… Rp. 5.000,00
In
A

3. Administrasi ...........…. Rp. 489.000,00


Jumlah ………… Rp. 500.000,00
ah

============
lik

Oleh karena Sdr. Khairuddin Nasution, SH, MH, Panitera Pengganti dalam perkara ini telah
meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 18 April 2013, maka putusan ini di tandatangani oleh
m

ub

Hakim Agung sebagai Ketua Majelis dan para Hakim Agung sebagai Anggota Majelis.
Jakarta, ……………….
Untuk Salinan
ka

Panitera Muda Tata Usaha Negara


MAHKAMAH AGUNG – RI
ep

a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara,
ah

Ashadi, S.H
R

es
M

ng

ASHADI, SH
NIP : 220 000 754
on

Halaman 81 dari 81 halaman. Putusan Nomor 101 K/TUN/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81

Anda mungkin juga menyukai