(ANDAL)
JAKARTA
2009
KATA PENGANTAR
Pada Fase 1 dari proyek JEDI, lima saluran drainase/sungai dan satu waduk,
telah dipilih sebagi lokasi uji perencanaan dan teknik desain serta metode-
metode pengelolaan lingkungan hidup terhadap keseluruhan lokasi proyek.
Lokasi-lokasi yang termasuk ke dalam Proyek JEDI Fase 1 adalah:
Atas bantuan, masukan dan saran serta koreksi dari semua pihak terutama
Tim Teknis dan Komisi Amdal Provinsi DKI Jakarta, sehingga Dokumen
ANDAL ini dapat tersusun kami ucapkan terima kasih.
Gambar II-1 Salah Satu Jenis Alat Pengerukan Backhoe (mechanical) Dredge...................... II-5
Gambar II-2 Alat Keruk Model Crane-Mounted Clamshell Bucket ........................................ II-5
Gambar II-3 Salah Satu Bentuk Alat Pengerukan dengan Sistem Hidrolik (Portable
cutterhead hydraulic pipeline dredge) (sumber: Dredging Supply
Company Inc.) ..................................................................................................... II-6
Gambar III-1 Daerah Aliran Sungai yang Terdapat di DKI Jakarta......................................... III-3
Gambar III-2 Diagram Pembagian Kewenangan Kelembagaan untuk Sungai-sungai,
Drainase dan Muaranya di DKI Jakarta ............................................................. III-8
Gambar IV-1 Tahapan Proses Pelingkupan ..............................................................................IV-1
Gambar IV-2 Diagram Proses Pelingkupan (Focusing) Kegiatan Pengerukan Sungai
dan Waduk di DKI Jakarta ...............................................................................IV-12
Gambar VI-1 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk
JEDI Fase 1 ......................................................................................................VI-15
Peta I-1 Lokasi Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta dalam
Rangka Program JEDI Fase 1................................................................................I-8
Peta II-1 Lokasi Kegiatan Pengerukan Banjir Kanal Cengkareng Drain ........................... II-8
Peta II-2 Lokasi Kegiatan Pengerukan Saluran Drainase Ciliwung – Gn. Sahari.............. II-9
Peta II-3 Lokasi Kegiatan Pengerukan Saluran Drainase Sentiong - Sunter.................... II-10
Peta II-4 Lokasi Kegiatan Pengerukan Banjir Kanal Sunter (Bagian Hilir)..................... II-11
Peta II-5 Lokasi Kegiatan Pengerukan Waduk Melati ..................................................... II-12
Peta III-1 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Banjir Kanal Cengkareng Drain......... III-57
Peta III-2 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Saluran Drainase Ciliwung – Gn.
Sahari................................................................................................................ III-58
Peta III-3 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Saluran Drainase Sentiong -
Sunter................................................................................................................ III-59
Peta III-4 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Banjir Kanal Sunter (Bagian
Hilir) ................................................................................................................. III-60
Peta III-5 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Waduk Melati..................................... III-61
Peta IV-1 Batas Wilayah Studi di Lokasi Banjir Kanal Cengkareng Drain .....................IV-16
Peta IV-2 Batas Wilayah Studi di Lokasi Saluran Drainase Ciliwung – Gn. Sahari ........IV-17
Peta IV-3 Batas Wilayah Studi di Lokasi Saluran Drainase Sentiong - Sunter ................IV-18
Peta IV-4 Batas Wilayah Studi di Lokasi Banjir Kanal Sunter (Bagian Hilir ..................IV-19
Peta IV-5 Batas Wilayah Studi di Lokasi Waduk Melati .................................................IV-20
Besarnya dampak yang diakibatkan oleh banjir di Ibu Kota telah menjadi isu
Nasional akibat kerugian keuangan yang besar dan berdampak pada
masyarakat di wilayah Jakarta. Dalam rangka mengurangi besarnya kerugian
dan kerusakan akibat banjir, Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi
serangkaian saluran pengendali banjir, saluran pembuangan dan waduk
yang memerlukan perbaikan dalam waktu yang mendesak. Rehabilitasi
bangunan ini akan mengurangi risiko banjir dan membawa manfaat
langsung terhadap lebih dari satu juta orang yang tinggal dan bekerja di
daerah-daerah rawan banjir.
Pada Fase 1 dari proyek JEDI, lima saluran drainase/sungai dan satu waduk,
telah dipilih sebagi lokasi uji perencanaan dan teknik desain serta metode-
metode pengelolaan lingkungan hidup terhadap keseluruhan lokasi proyek.
Lokasi-lokasi tersebut dipilih karena diperkirakan memiliki dampak
lingkungan dan sosial yang relatif kecil, meskipun pekerjaan pengerukan
tersebut harus memenuhi salah satu tujuan utama dari kegiatan proyek, dan
memberikan manfaat yang signifikan terhadap upaya pencegahan banjir.
Lokasi-lokasi yang termasuk ke dalam Proyek JEDI Fase 1 adalah (Peta I-1)
adalah:
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari proyek adalah untuk: (i) mengatasi dampak banjir tahunan di
DKI melalui prioritas perbaikan dan pengerukan yang ada di saluran
pengendali banjir, saluran dan waduk pembuangan, dan (ii) memberikan
keahlian teknis melalui pelatihan kerja untuk memperkuat kapasitas
kemampuan DKI dan Departemen Pekerjaan Umum (DPU) untuk
mengoperasikan dan memelihara sistem pengendalian banjir sesuai dengan
standar internasional.
Peraturan Penjelasan
Undang‐Undang
Undang‐Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Penggunaan lahan kegiatan pengerukan
Peraturan Dasar Pokok‐Pokok Agraria (Lembaran mengacu pada peraturan ini.
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104
dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043)
Undang‐Undang No. 51 prp Tahun 1960 tentang Berkenaan dengan penggunaan/ bantaran
Larangan Pemakaian Tanah tanpa Izin yang Berhak sungai/saluran drainase sebagai rumah‐rumah
atau Kuasanya (Lembaran‐Negara tahun 1960 No. liar dapat mengacu pada peraturan ini.
158 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2106)
Undang‐Undang No. 20 Tahun 1961 tentang Berkenaan dengan kepemilikan bantaran
Pencabutan Hak‐hak atas Tanah dan Benda‐benda sungai/saluran drainase yang di atasnya
yang ada di Atasnya (Lembaran Negara Republik didirikan bangunan‐bangunan dapat mengacu
Indonesia tahun 1961 No 283, dan Tambahan pada peraturan ini.
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2324)
Undang‐Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Pemrakarsa kegiatan perlu untuk mengacu pada
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan peraturan ini ketika berurusan dengan konservasi
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik dan ekosistem sumber daya alam di sekitar
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49 dan Tambahan sungai.
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419)
Undang‐undang No. 6 Tahun 1996 tentang Kegiatan proyek akan mengacu peraturan ini
Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik berkaitan dengan pengelolaan wilayah perairan
Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647)
Undang‐Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Semua kegiatan pengerukan yang akan
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia mempengaruhi sumber daya air harus sesuai
Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran dengan peraturan ini.
Negara Republik Indonesia Nomor 4377)
Undang‐Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Kegiatan pengerukan harus memperhatikan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik peraturan ini terutama dalam hal kebijakan
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125) dalam pemerintahan daerah tentang
pembangunan regional
Undang‐Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Lokasi kegiatan harus sesuai dengan rencana tata
Penataan Ruang (Lembaran negara Republik ruang yang telah ada.
Indonesia nomor 68, Tahun 2007)
Undang‐Undang No. 29 Tahun 2007 tentang Berhubungan dengan penyediaan infrastruktur
Pemeritah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta kota Jakarta sebagai ibukota Negara termasuk
sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik saluran sistem drainasenya.
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4744)
Undang‐Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Berkenaan dengan tugas, hak, wewenang dan
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara tanggung jawab pemerintah daerah dan hak dan
Republik Indonesia Tahun 2008 No 61, Tambahan kewajiban masyarakat umum untuk
KOSAMBI BARAT
KOSAMBI TIMUR
KOSAMBI BARAT
KOSAMBI
DA D A P
6°6'0"S
KAMAL
TARUMA
SEGARAMAKMUR
KALI BARU
KOJA
TANJUNG PRIUK
TANJUNG PRIUK
TEGAL ALUR
PLUIT
PENJARINGAN
KEBON BAWANG RAWABADAK UTARA
SEMPER TIMUR
KAPUK MUARA WARAKAS
TUGU UTARA
ANCOL KOJA CILINCING
SEMPER BARAT
PAPANGO
PADEMANGAN SUNGAI BAMBU
PENJARINGAN TANJUNG PRIOK RAWABADAK SELATAN
6°8'0"S
6°8'0"S
KALI DERES PADEMANGAN BARAT
PEGADUNGAN
ROA MALAKA TUGU SELATAN
PEJAGALAN PEKOJAN
CENGKARENG BARAT KAPUK PINANGSIA
PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG
MANGGA DUA SELATAN TARUMAJAYA
PUSAKARAKYAT
TAMBORA SUKA PURA
ANGKE
JEMBATAN LIMA GLODOKMANGGA BESAR
TANGKI
TAMBORA ROROTAN
JELAMBAR BARU
TAMAN SARI
GUNUNG SAHARI UTARA
KREDANG
KALIDERES CENGKARENG KEAGUNGAN
KEDAUNG KALI ANGKE JEMBATAN BESI SAWAH BESAR SUNTER JAYA
CENGKARENG TIMUR TAMAN SARI
TANAH SERAL KARANG ANYARKARTINI
WIJAYA KESUMA DURI UTARA KELAPA GADING BARAT
6°10'0"S
SEMANAN PETOJO UTARA UTAN PANJANG
PASAR BARU TARUMAJAYA
PUSAKARAKYAT
JATI PULO
TANJUNG DUREN SELATAN TANAH TINGGIKAMPUNG RAWA KAYU PUTIH
CEMPAKA PUTIH BARAT
KETAPANG
KEDOYA SELATAN CEMPAKA PUTIH
CIPONDOH INDAH KOTA BAMBU SELATAN KWITANG KRAMAT
JOHAR BARU PULO GADUNG
6°12'0"S
PARUNG JAYA Melati
MENTENG MATRAMAN
[
PALMERAH PEGANGSAAN
KARANG MULYA KAYU MANIS
TANAH ABANG PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN JATINEGARA KAUM JATINEGARA MEDAN SATRIA
PENGGILINGAN
PULO GEBANG
PONDOK BAHAR
SRENGSENG KARET TENGSIN
CILEDUG SETIA BUDI
GUNTUR
KEBON MANGGIS CIPINANG
KELAPA DUA BENDUNGAN HILIR PISANGAN TIMUR
MERUYA SELATAN SUKABUMI UTARA
PASAR MANGGIS
PISANGAN BARU
GELORA SETIA BUDI 0 1.25 2.5 5 Km
PONDOK PUCUNG KARANG TIMUR KARET MANGGARAI
GROGOL UTARA KALI BARU
PEDURENAN KARANG TENGAH
KEBAYORAN LAMA TEBET KAMPUNG MELAYU BALI MESTER
RAWA BUNGA CIPINANG BESAR UTARA
CIPINANG MUARA KLENDER BEKASI BARAT
JOGLO
KARET KUNINGAN MENTENG ATASMANGGARAI SELATAN DUREN SAWIT
SUKABUMI SELATAN KARET SEMANGGI BUKIT DURI JATINEGARACIPINANG BESAR SELATAN MALAKA SARI MALAKA JAYA
PONDOK KOPI
Sumber :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT Source :
- Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
Laut Jawa
Java Sea
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN - Survey Lapangan
Jakarta Utara
Peta I-1 Digambar Oleh GGG
Map Jakarta Barat Northeren Jakarta
LOCATION OF RIVERS AND WADUK DREDGING IN DKI JAKARTA, RELATED TO PHASE 1 OF JEDI PROJECT No Revisi
Drafter
Diperiksa Western Jakarta Jakarta Pusat
Revision No 0 Proofreader RFN Central Jakarta
LOKASI KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA DALAM RANGKA PROGRAM JEDI FASE 1 Tanggal Revisi Digabung Oleh
Date Revision 03/09/09 Compilation ERM
Jakarta Timur
Legend Eastern Jakarta
Legenda Dredging Canal Locations Jakarta Selatan
Kelurahan Boundary
Road Batas Kelurahan Lokasi Pengerukan Southern Jakarta
Jalan
Toll Road Kecamatan Boundary
Batas Kecamatan
Jalan Cukai
Railway River
Sungai Area Proyek
Jalan Kereta Api Project Area
Berdasarkan studi dari WJEMP DKI 3-8 1 dan Pusat 3-10 2 , keberadaan banjir
kanal, saluran drainase dan waduk (termasuk saluran dan stasiun pompa)
memerlukan kegiatan peremajaan/rehabilitasi yang mendesak (yakni
pengerukan dan pembangunan tanggul). Kegiatan pengerukan akan
mengurangi jumlah endapan yang menempati setengah dari kedalaman yang
diperlukan untuk mengurangi banjir dan akan mengurangi waktu disain
operasi dari 25 tahun menjadi 2 tahun. Selain pengerukan, perbaikan tanggul
dan peremajaan pompa juga diperlukan. Pada tahun 2004, dari hasil survai
terhadap empat saluran drainase utama memberikan hasil berupa tingginya
tingkat sedimentasi, juga ditemukan beberapa bagian tanggul yang
memerlukan rehabilitasi/perbaikan. Di beberapa tempat, ketinggian tanggul
perlu ditinggikan agar dapat menahan laju banjir. Di tempat lain, arah aliran
air perlu dinormalisasi atau perlu dilakukan penguatan tanggul untuk
mencegah longsor dan masuk ke saluran yang baru dikeruk.
1 Outline Plan for Major Drainage and Small Lakes Management in Jabodetabek-Bopunjur Area, WJEMP Pusat 3-10, Nippon Koei
and Kwarsa Hexagon, June 2005
2 Drainage Management for Jakarta: Priority Assistance, WJEMP DKI 3-8, Louis Berger Inc. and PT. Indah Karya (Persero),
April 2004
Gambar II-3 Salah Satu Bentuk Alat Pengerukan dengan Sistem Hidrolik
(Portable cutterhead hydraulic pipeline dredge) (sumber: Dredging
Supply Company Inc.)
Untuk kegiatan pengerukan saluran drainase dan waduk (JEDI Fase 1) hanya
akan menggunakan alat keruk mekanik, dengan mempertimbangkan kondisi
saluran pengendali/sungai dan waduk serta material keruk.
6°4'0"S
6°5'0"S
6°5'0"S
Java Sea
Laut Jawa
6°6'0"S
6°6'0"S
/
TANJUNG PRIUK
/
A
6°7'0"S
6°7'0"S
SUNGAI BAMBU
KAMAL MUARA TANJUNG PRIUK
PLUIT
/
/
KAPUK MUARA WARAKAS
han
P ela b u
l l
l. To
ANCOL Waduk Cincin
/ J
PAPANGO
PENJARINGAN
6°8'0"S
6°8'0"S
PADEMANGAN BARAT
CENGKARENG TIMUR
/ ROA MALAKA
PEJAGALAN PEKOJAN
KAPUK SUNGAI BAMBU
PINANGSIA
PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG
6°9'0"S
JELAMBAR BARU
GUNUNG SAHARI UTARA
Waduk Sunter Bar
KREDANG
KEAGUNGAN
KEDAUNG KALI ANGKE JEMBATAN BESI
TAMAN SARI
CENGKARENG TIMUR TANAH SERAL KARANG ANYARKARTINI SUNTER JAYA
WIJAYA KESUMA DURI UTARA
KRUKUT
/ KALIANYAR MAPHAR
JELAMBAR DURI SELATAN GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG
RAWA BUAYA
/ GROGOL
KEBON KOSONG
DURI PULO
KEBON KELAPA KEMAYORAN SUMUR BATU
6°10'0"S
6°10'0"S
PETOJO UTARA UTAN PANJANG KELAPA GADING BARAT
PASAR BARU
JATI PULO
TANJUNG DUREN SELATAN TANAH TINGGIKAMPUNG RAWA KAYU PUTIH
CEMPAKA PUTIH BARAT
6°11'0"S
6°11'0"S
KEDOYA SELATAN
KOTA BAMBU SELATAN KWITANG KRAMAT
KAMPUNG BALI KEBON SIRIH
KEMBANGAN SELATAN JOHAR BARU
KOTA BAMBU UTARA
6°12'0"S
PALMERAH MENTENG
PEGANGSAAN
KAYU MANIS
PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN
6°13'0"S
KAMPUNG MELAYU
GROGOL UTARA GELORA RAWA BUNGA
MENTENG ATAS
JOGLO BALI MESTER
MANGGARAI SELATAN
SUKABUMI SELATAN KARET KUNINGAN
BUKIT DURI
KARET SEMANGGI
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
Peta Digambar Oleh
Map
II - 1 Drafter GGG Jakarta Utara
Northeren Jakarta
DREDGING LOCATION OF CENGKARENG DRAIN FLOODWAY No Revisi
Revision No 0
Diperiksa
Proofreader RFN Jakarta Barat
Western Jakarta Jakarta Pusat
LOKASI KEGIATAN PENGERUKAN BANJIR KANAL CENGKARENG DRAIN Tanggal Revisi
Date Revision
03/09/09 Digabung Oleh
Compilation
ERM Central Jakarta
Legend
Legenda
[
/ Bridge Jakarta Timur
Road Jembatan Eastern Jakarta
Jalan
Jakarta Selatan
Temporary Disposal Site Southern Jakarta
Toll Road Disposal Area Sementara
Jalan Cukai
Temporary Route by Truck
Railway Jalur Kendaraan Pengangkutan 0 0.5 1 2 Km
Jalan Kereta Api
Kelurahan Boundary Dredging Canal
Batas Kelurahan Pengerukan Saluran
6°6'0"S
TANJUNG PRIUK
A
6°7'0"S
6°7'0"S
KEBON BAWANG
WARAKAS
ANCOL
n Waduk Cincin
elabuha
Jl. Toll P
/
/
PAPANGO SUNGAI BAMBU
6°8'0"S
6°8'0"S
/ PADEMANGAN BARAT
PINANGSIA /
PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG
MANGGA BESAR
TANGKI /
/ Waduk Sunter Barat
6°9'0"S
6°9'0"S
GUNUNG SAHARI UTARA
MAPHAR
KRUKUT
/
PETOJO UTARA UTAN PANJANG
6°10'0"S
6°10'0"S
PASAR BARU
/ CEMPAKA BARU
HARAPAN MULYA
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
Peta II - 2 Digambar Oleh
Map Drafter GGG Jakarta Utara
Northeren Jakarta
No Revisi Diperiksa
DREDGING LOCATION OF CILIWUNG - GUNUNG SAHARI FLOODWAY Revision No 0 Proofreader RFN Jakarta Barat
Western Jakarta Jakarta Pusat
LOKASI KEGIATAN PENGERUKAN SALURAN DRAINASE CILIWUNG - GUNUNG SAHARI Tanggal Revisi
Date Revision
03/09/09 Digabung Oleh
Compilation
ERM Central Jakarta
Legend
Legenda
/
Jakarta Timur
[
Bridge
Road Eastern Jakarta
Jembatan
Jalan Jakarta Selatan
Temporary Disposal Site Southern Jakarta
Toll Road Disposal Area Sementara
Jalan Cukai
Temporary Route by Truck
Railway Jalur Kendaraan Pengangkutan
Jalan Kereta Api 0 0.375 0.75 1.5 Km
Kelurahan Boundary Dredging Canal
Batas Kelurahan Pengerukan Saluran
Area Proyek
River Disposal Area Project Area
Sungai Penimbunan Disposal
6°6'0"S
Laut Jawa
Java Sea
KOJA
TANJUNG PRIUK
TANJUNG PRIUK
A
6°7'0"S
6°7'0"S
RAWABADAK UTARA
/
KEBON BAWANG
WARAKAS
ANCOL
elabuha
n / Waduk Cincin
Jl. Toll P
PAPANGO
SUNGAI BAMBU RAWABADAK SELATAN
6°8'0"S
6°8'0"S
PADEMANGAN BARAT
6°9'0"S
GUNUNG SAHARI UTARA
SUNTER JAYA
KARTINI
/
KELAPA GADING BARAT
/
GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG
/
KEBON KOSONG
MAPHAR
6°10'0"S
PASAR BARU
UTAN PANJANG
CEMPAKA BARU
HARAPAN MULYA
BUNGUR
KELAPA GADING TIMUR
GAMBIR
/ CEMPAKA PUTIH TIMUR
KAYU PUTIH
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
Legend
[
Legenda
6°6'0"S
KALI BARU
Java Sea
Laut Jawa KOJA
TANJUNG PRIUK
TANJUNG PRIUK
/
A / CILINCING
LAGOA
/
6°7'0"S
6°7'0"S
KEBON BAWANGRAWABADAK UTARA
SEMPER TIMUR
ANCOL WARAKAS
n TUGU UTARA
elabuha Waduk Cincin
Jl. Toll P
/
SEMPER BARAT
PAPANGO
SUNGAI BAMBU RAWABADAK SELATAN
6°8'0"S
6°8'0"S
PADEMANGAN BARAT
TUGU SELATAN
/
SUKA PURA
ROROTAN
6°9'0"S
6°9'0"S
Waduk Sunter Barat
/
GUNUNG SAHARI UTARA
SUNTER JAYA
6°10'0"S
UTAN PANJANG
6°11'0"S
KRAMAT PULO GADUNG
KWITANG
JOHAR BARU
KEBON SIRIH
RAWA TERATE
RAWA SARI
CIKINI
PASEBAN
KENARI JATI
UTAN KAYU UTARA RAWAMANGUN
GONDANGDIA
6°12'0"S
6°12'0"S
KAYU MANIS
MENTENG PEGANGSAAN JATINEGARA KAUM
PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN JATINEGARA
PENGGILINGAN
GUNTUR PULO GEBANG
KEBON MANGGIS CIPINANG
PISANGAN TIMUR
PASAR MANGGIS
PISANGAN BARU
MANGGARAI
6°13'0"S
6°13'0"S
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
Legend
Legenda
[
/ Bridge Jakarta Timur
Road Jembatan Eastern Jakarta
Jalan Jakarta Selatan
Temporary Disposal Site Southern Jakarta
Toll Road Disposal Area Sementara
Jalan Cukai
Temporary Route by Truck
Railway Jalur Kendaraan Pengangkutan
Jalan Kereta Api 0 0.5 1 2 Km
Kelurahan Boundary Dredging Canal
Batas Kelurahan Pengerukan Saluran
Area Proyek
River Disposal Area Project Area
Sungai Penimbunan Disposal
Laut Jawa
Java Sea
TANJUNG PRIUK
TANJUNG PRIUK
A
6°7'0"S
6°7'0"S
PLUIT KEBON BAWANG
WARAKAS
PENJARINGAN
han
Pelabu
ANCOL
Waduk Cincin
Jl. Toll
PAPANGO
SUNGAI BAMBU
6°8'0"S
6°8'0"S
ROA MALAKA PADEMANGAN BARAT
RAWABADAK SELATAN
PEKOJAN
PINANGSIA
6°9'0"S
Waduk Sunter Barat
GUNUNG SAHARI UTARA
KREDANG
KEAGUNGAN
JEMBATAN BESI SUNTER JAYA
TAMAN SARI
TANAH SERAL KARANG ANYARKARTINI
DURI UTARA
MAPHAR
KRUKUT
KALIANYAR
DURI SELATAN GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG
KEBON KOSONG
KELAPA GADING BARAT
DURI PULO
KEBON KELAPA SUMUR BATU
KEMAYORAN
PETOJO UTARA UTAN PANJANG
6°10'0"S
6°10'0"S
PASAR BARU
CEMPAKA BARU
HARAPAN MULYA
BUNGUR
TOMANG CIDENG
PETOJO SELATAN
GAMBIR
SENEN GALUR CEMPAKA PUTIH TIMUR
TANAH TINGGI
JATI PULO
KAMPUNG RAWACEMPAKA PUTIH BARAT KAYU PUTIH
6°11'0"S
6°11'0"S
KOTA BAMBU SELATAN KWITANG KRAMAT
PULO GADUNG
KAMPUNG BALI KEBON SIRIH
JOHAR BARU
SLIPI PASEBAN
KENARI
UTAN KAYU UTARA RAWAMANGUN
PETAMBURAN
KEBON MELATI JATI
Waduk Melati
6°12'0"S
6°12'0"S
MENTENG
PEGANGSAAN KAYU MANIS
PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
Legend
[
Legenda
Pada tahap pra operasi, kegiatan yang akan dilakukan mencakup antara lain:
b) Sosialisasi
Pada tahap operasi, kegiatan yang akan dilakukan mencakup antara lain:
No Jenis Peralatan
1 Floating excavator (besar atau kecil)
2 Land excavator (besar atau kecil)
3 Crane shovel (besar atau kecil)
4 Floating crane shovel (besar atau kecil)
5 Dump truk
6 Perahu/ponton
7 Floating decks/Barges
8 Landing barges
9 Geo bags
Sumber: Sinotech (2009)
d) Pengerukan
Panjang Volume
No Lokasi dan Metode Pengerukan Pengerukan Pengerukan
(m) (m3)
1 Cengkareng Drain 10.500 748.000
a. Segmen Bagian Muara (Muara – Jembatan Karang
Bolong: Floating Excavator/Floating Crane Shovel
(model besar)
b. Segmen sisanya: Floating excavator (model besar)
dan Land excavator
2 Ciliwung – Gn. Sahari 7.700 381.000
a. Segmen pada lokasi yang sempit: Floating
excavator (model kecil)
b. Land excavator (model kecil jika memungkinkan)
3 Sentiong – Sunter 9.500 267.000
a. Segmen pada lokasi muara (pasang surut laut):
Floating excavator dan Land Excavator (model
besar)
b. Segmen sisanya: Floating excavator (model kecil)
dan Land Excavator (jika memungkinkan)
4 Sunter Bagian Hilir 10.000 432.000
a. Seluruh segmen: Floating excavator + Land
Excavator (model besar) atau Crane shovel
(darat/di air)
5 Waduk Melati ‐ 170.000
a. Floating excavator + Floating Crane shovel (model
besar)
Jumlah material keruk 1.998.000
Sumber: Sinotech, 2009
Setelah material keruk relatif sudah kering, kantong-kantong geo bag akan
diangkut ke dalam dump truk untuk dibawa ke lokasi disposal area.
Kondisi fisik lingkungan dan jarak antara lokasi penempatan material
keruk (disposal area) dengan lokasi pengerukan bervariasi hingga jarak 20
kilometer. Dump truck tersebut akan diberi lapisan kedap dan penutup
sehingga diharapkan tidak ada ceceran material keruk yang mengotori
jalan-jalan yang dilalui. Tanggung jawab pemrakarsa dalam
pengangkutan material keruk hanya sampai Kawasan Ancol, sedangkan
pengelolaan di dalam Kawasan Ancol menjadi tanggung jawab PT
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk, sehingga kegiatan dan dampak di
• Waduk Melati; Jl. Kebon Kacang Æ Jl. KH. Mas Mansyur Æ Jalan
Cideng Æ Jl. KH. Hasyim Ashari Æ Jl. Juanda Æ Jl. Gunung Sahari Jl.
Laks. R.E. Martadinata Æ Ancol.
a) Demobilisasi peralatan
c) Pemeliharaan/maintenance dredging
Kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta Fase 1 dalam rangka
JUFMP/JEDIP dijadwalkan akan dimulai pada bulan Juni-Juli 2010 dengan
lama kegiatan selama 1 tahun.
Sementara itu, kegiatan usaha formal antara lain usaha perdagangan dan
pasar traditional, perkantoran, industri dan pergudangan. Kegiatan-kegiatan
ini dilakukan umumnya dengan bantuan sejumlah karyawan yang dapat
ditinggal di sekitar lokasi proyek maupun di luarnya. Untuk mendukung
kegiatan-kegiatan usaha formal, baik pengangkutan penumpang maupun
barang, digunakan alat-alat transportasi sehingga telah menciptakan kegiatan
khusus lain. Apalagi karena setiap wilayah kajian juga merupakan daerah
perlintasan bagi kegiatan daerah-daerah lain di sekitarnya. Waktu yang
digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut sangat bervariasi,
ada yang siang hari atau malam hari. Jangka waktu kegiatan dapat dikatakan
sepanjang waktu selama 24 jam setiap harinya, atau mulai dari pagi hingga
pagi hari berikutnya dan seterusnya.
WADUK MELATI
Lokasi waduk ini dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi perkantoran dan
perhotelan serta perdagangan. Kegiatan ekonomi di sekitar lokasi proyek
sebanyak 78 persen adalah perdagangan, sedang yang lainnya berupa
karyawan dan buruh. Dapat dikatakan bahwa rencana proyek di lokasi
ini relatif tidak dihadapkan pada masalah sosial.
Secara geografis Jakarta yang merupakan Ibu Kota Negara terletak di muara
banyak sungai (13 sungai) di antaranya (Sungai Mokervart, Angke,
Pasanggrahan, Ciliwung, Cideng, Krukut, Grogol, Sekretaris, Cipinang,
Sunter, Buaran, Cakung) yang merupakan rawa-rawa (Rawa Badak, Buaya,
Jati, Mangun dan lain lain). Dataran rendah dengan elevasi -1,0 sampai
dengan + 3,0, Jakarta Pusat sampai Jakarta Utara merupakan tempat
genangan air (retension basin), karena air tidak bisa keluar secara gravitasi
tertahan air pasang.
Pada bagian hulu DAS Ciliwung yang mencakup wilayah Bogor, Puncak,
Cianjur (Bopunjur) saat ini telah menjadi pusat Villa (bertumbuh 1000 Villa
sejak tahun 2000), serta pemukiman umum, yang menjadikan DAS Ciliwung
tidak lagi mempunyai daerah tangkapan air atau resapan, sebagai
pengendali bahaya banjir dan kekeringan bagi Jakarta.
• Luapan air sungai karena aliran air dari hulu yang melebihi kapasitas
sungai;
• Tidak memadainya fungsi saluran drainase serta semakin berkurangnya
daerah resapan untuk Jakarta;
• Sulitnya pemeliharaan sungai karena sebagian bantaran sungai telah
digunakan sebagai areal permukiman;
• Pola pengelolaan sampah yang buruk dan kurangnya kesadaran
masyarakat dalam kebersihan lingkungan; dan
• Kerusakan lingkungan daerah tangkapan air di bagian hulu sungai
akibat pemanfaatan yang kurang terkendali.
Dengan demikian, wilayah kota Jakarta daratan rawan terhadap banjir.
Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
DKI Jakarta pasal 21, pengembangan sistem prasarana wilayah, khususnya
sistem pengendalian banjir di DKI Jakarta akan dilakukan, yaitu:
Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
DKI Jakarta pasal 70, dan Buku Profil Penataan Ruang Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2003 pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian
banjir di masing-masing Kota Administrasi seperti diuraikan di bawah ini:
1. Pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir Kota Jakarta
Selatan, yaitu :
2. Peningkatan kapasitas Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut, Kali
Baru dan Kali Ciliwung;
3. Pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran untuk menyelesaikan
genangan air terutama di kawasan Bintaro, Ulujami, Ciledug Raya,
Petogogan, Gandaria dan BukitDuri;
4. Penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di
bantaran kali Ciliwung, kali Pesanggrahan, kali Grogol dan kali Baru;
5. Peningkatan kapasitas sungai saluran penghubung dan saluran
lingkungan serta pengembangan sistem Polder pada areal dataran
rendah;
6. Pembangunan tangkapan air di kawasan Pasar Minggu, Cilandak,
Jagakarsa dan Kebayoran Lama.
Pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir Kota
Jakarta Timur, yaitu :
3.1.3.1 Umum
Jaringan Drainase di DKI Jakarta terdiri dari banyak Sungai besar dan kecil
dan saluran drainase termasuk bangunan-bangunan pelengkapanya. Untuk
keperluan proyek ini maka perlu di tentukan pembagian tanggung jawab
secara kelembagaan terhadap sungai dan jaringan drainase tersebut.
Secara garis besar tanggung jawab tersebut ada pada dua institusi yang
berbeda yaitu :
Uraian ringkas sistem sungai yang ada di bagi menjadi sub-sistem di uraikan
di bawah ini sedangkan daftar sungai-sungai yang ada di tunjukan pada
Tabel III-1 dan sesuai dengan diagram bagan sungai Gambar III-2.
Tabel III-1 Sungai yang melintasi wilayah DKI Jakarta Di bawah tanggung
jawab Pemerintah Pusat
Sistem Cengkareng
Pada bagian barat Wilayah DKI, Sudetan Grogol, Angke dan Pesanggrahan
bergabung menjadi satu dan mengalir melalui Cengkareng drain yng
bermuara di laut Jawa. Kali Mookervaart dari Sungai.Cisadane juga
bergabung ke Cengkareng Drain.
Sistem Sunter
Sistem Cakung
Jati Kramat dan Buaran bergabung dan membentuk Kali Buaran, selanjutnya
Kali Buaran mengalir ke hilir bergabung dengan Cakung Drain yang merupa
kan Sungai Buatan untuk mengairkan aliran Sungai Cakung Lama. Cakung
Drain mengairkan air banjir ke laut Jawa.
Saat ini Banjir Kanal Timur sedang dalam tahap pembangunan. Untuk
jangka panjang Banjir Kanal Timur akan menampung semua aliran banjir
dari daerah hulu untuk bagian Timur DKI Jakarta seperti Kali Cipinang, Kali
Sunter, Kali Buaran, Kali .Jati Kramat dan Kali Cakung, dan mengalirkanya
melalui perbatasan DKI Jakarta ke Laut Jawa.
No.* Pintu/Sipon/Saringan (PIPWS‐CC)
(1) Pintu Air Cengkarang Drain
(2) Pintu Air Manggarai I
(3) Pintu Air Karet I
(4) Pintu Air Pulo Gadung
(5) Pintu Air Pondok Pinang
(6) Pintu Air Sunter
(7) Pintu Air Polor
(8) Pintu Air Koneng
(9) Pintu‐pintu Air dari Kanal Tarum Barat yang mengatur pengaliran air
ke sungai/saluran di hilir
(10) Pintu Air Cakung Drain
Catatan: * Nomor Sesuai yang di tunjukan dalam Gambar III‐2.
Diagram Saluran drainase utama yang di bagi menjadi sub sistem ditunjukan
pada Gambar III-2. Daftar Saluran utama dengan penomeran sesuai dengan
lay out di tunjukan pada Tabel III-3 di bawah ini.
3.1.3.6 Waduk
Waduk yang paling besar di wilayah DKI Jakarta adalah Waduk Pluit (Luas
80 ha). Waduk lain yang telah di rancang di sepanjang Kali Sunter (di
sebelah selatan pelabuhan Udara Halim) dengan luas total 110 ha, sampai
saat ini baru tahap 1 (5 ha) yang di bangun.
Kawasan Drainase Internal yang mengalirkan air banjir ke sistem utama atau
Sungai atau Drainase dengan jalan di Pompa di namakan daerah polder.
Kebanyakan daerah polder berlokasi di bagian Utara wilayah DKI. Semua
Polder yang ada di pelihara dan di operasikan oleh Pemda DKI.
3.2.1 Iklim
Data curah hujan bersumber dari data Badan Meteorologi dan Geofisika
Stasiun Tanjung Priok, sebagaimana disajikan pada Tabel III-6.
Bulan Curah Hujan (mm)
Januari 425
Februari 308
Maret 149
April 122
Mei 75
Juni 36
Juli 40
Agustus 24
September 44
Oktober 86
November 98
Desember 198
Sumber : BMG Stasiun Tanjung Priok (1998 – 2007)
Dari data Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok tersebut di
atas terlihat bahwa curah hujan bulanan tertinggi jatuh pada bulan Januari
dengan rata-rata sebesar 416 mm, sedang curah hujan bulanan terkecil jatuh
pada bulan Agustus dengan rata-rata sebesar 32 mm. Berdasarkan data
curah hujan tersebut dapat dikatakan bahwa tidak terjadi perbedaan curah
hujan rata-rata bulanan yang mencolok antara musim kemarau dengan
penghujan. Menurut penggolongan tipe curah hujan menurut Schmidt dan
Ferguson, termasuk iklim tipe A basah karena curah hujan rata-rata
bulanannya lebih besar dari 100 mm.
Tabel III-7 Data Temperatur Udara Bulanan (oC) Periode 1998 – 2007
Bulan Penyinaran Matahari (mm)
Januari 38
Februari 41
Maret 54
April 65
Mei 64
Juni 70
Juli 72
Agustus 70
September 59
Oktober 60
November 44
Desember 43
Sumber : BMG Stasiun Tanjung Priok (1998 – 2007)
Data arah dan kecepatan angin rata-rata bulanan bersumber dari data Badan
Meteorologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok, sebagaimana disajikan
pada Tabel III-9.
Tabel III-9 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata bulanan (Knot) Stasiun
Tanjung Priok, Periode 1998 – 2007
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1998 W/01 W/02 N/02 NE/02 N/02 W/03 E/03 E/03 E/02 NW/03 W/02 NE/02
1999 NW/02 S/03 NW/02 W/04 N/03 E/02 NE/04 E/02 NE/03 N/03 N/03 SW/04
2000 W/02 W/02 W/03 W/03 NE/02 E/04 E/04 NE/03 S/04 S/04 E/03 SW/02
2001 NW/04 NW/04 W/03 NE/03 NE/02 E/03 E/04 E/04 S/03 E/03 S/03 SE/04
2002 NW/03 W/03 W/04 E/04 E/03 E/04 NE/03 NE/04 NW/03 N/01 S/02 SE/03
2003 W/02 W/03 W/04 SW/03 N/03 E/03 E/04 NE/04 N/04 N/01 W/04 W/03
2004 W/03 N/03 NE/03 NW/03 E/02 E/02 NE/02 NE/02 NE/02 NE/02 N/02 W/02
2005 W/03 N/02 W/02 N/03 E/02 N/03 E/02 N/03 NE/02 N/02 N/02 N/02
2006 W/03 W/02 W/03 N/02 N/03 N/03 NE/02 N/04 N/03 N/03 N/03 N/03
2007 W/03 W/04 SW/02 N/03 N/03 N/03 NE/03 N/04 N/03 N/03 N/03 N/03
Sumber : Stasiun Meteorologi Stasiun Tanjung Priok Jakarta, (1998 – 2007)
Keterangan arah :
N = dari utara SW = dari barat daya
NE = dari timur laut W = dari barat
E = dari timur NW = dari barat laut
SE = dari tenggara Kec = Knot = mil/jam
S = dari selatan
Berdasarkan data arah dan kecepatan angin tersebut di atas terlihat bahwa
bulan Desember sampai dengan Maret angin cenderung dari arah barat,
pada bulan April dan Mei angin cenderung arah timur laut, sedangkan bulan
Juni hingga September angin cenderung dari arah timur, Kecepatan angin
rata-rata berkisar antara 1 hingga 4 knot.
BAKU HASIL
NO. PARAMETER SATUAN
MUTU*) 1 2 3 4 5
3
1 Sulfur Dioksida 900 µg/Nm 21,84 19,28 26,96 25,88 21,57
(SO2) ***) 3
365 µg/Nm ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
3
2 Karbon 26.000 µg/Nm 4.239 3.551 4.353 4.124 4.468
Monoksida (CO) 3
10.000 µg/Nm ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
3
3 Nitrogen Dioksida 400 µg/Nm 18,04 16,05 23,50 21,19 22,21
(NO2) ***) 3
150 µg/Nm ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
3
4 Oksidan (O3) ***) 200 µg/Nm 23,89 17,20 21,56 21,74 23,19
3
5 Hidrokarbon (HC) 160 µg/Nm 104 76 93 87 109
3
6 Debu (TSP) 230 µg/Nm ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
3
‐ µg/Nm 143 51 186 162 187
3
7 Timbal (Pb) 2 µg/Nm ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
3
‐ µg/Nm 0,08 < 0,03 0,04 0,04 0,07
8 Amonia (NH3) 2 **) ppm 0,03028 0,02405 0,04121 0,03195 0,03722
***)
9 Hidrogen Sulfida 0,02 ppm 0,00093 < 0,00072 0,00110 0,00098 < 0,00072
(H2S) **)
Ket : *) = SK Gub DKI Jakarta No. 551 tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien, dan
Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta
**) = KepMENLH No. 50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP‐195‐IDN
N = Satuan Volume Hisap Udara Kering dikoreksi pada Kondisi Normal (25°C, 76 cmHg)
a) SO2
Nilai konsentrasi SO2 udara ambient di lima lokasi pengamatan di wilayah
studi pada pengamatan bulan November 2009 masih memenuhi baku mutu
lingkungan berdasarkan SK Gub. DKI Jakarta No. 551 tahun 2001 (365
μg/m³). Nilai konsentrasi SO2 pada pengamatan berkisar antara 18,28 – 26,96
µg/Nm3.
b) NO2
Seperti halnya nilai konsentrasi SO2, nilai NO2 pada pengamatan bulan
November 2009 berkisar 16,05 – 23,50 μg/Nm³ (siang). Nilai tersebut masih
memenuhi baku mutu lingkungan berdasarkan SK Gub. DKI Jakarta No. 551
tahun 2001 (400 μg/m³).
3.2.2.2 Kebauan
Parameter
No. Lokasi Sampling Metil Merkaptan Metil Sulfida
(CH3SH) (CH3)2S
1. Waduk Melati (WMU‐1) 0,00099 0,00101
Sungai Cengkareng Drain ( SCU‐1) 0,00182 0,00505
Sungai Ciliwung Gunung Sahari (GSU‐1) 0,00097 0,00111
Sungai Kanal Sunter (KSU‐1) 0,00095 0,00098
Sungai Sentiong Sunter (SSU‐1) 0,00101 0,00103
Baku Mutu *) 0,002 0,01
Keterangan : *) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP 50/MENLH/XI/1996 tentang Baku
Tingkat Kebauan
3.2.3 Kebisingan
Wilayah studi yang saat ini merupakan fasilitas umum, yaitu berupa
kawasan perkantoran – perdagangan, kawasan perumahan - pemukiman,
dan kawasan perdagangan dan – jasa.
HASIL *)
NO. Lokasi Pengukuran Kode
dB(A)
WMK – 1 67,2
1 Waduk Melati
WMK – 2 65,7
SCK – 1 60,5
2 Sungai Cengkareng Drain
SCK – 2 57,0
GSK – 1 75,7
3 Sungai Ciliwung Gunung Sahari
GSK – 2 75,7
KSK – 1 74,2
4 Sungai Kanal Sunter
KSK – 2 57,1
SSK – 1 75,8
5 Sungai Sentiong Sunter
SSK – 2 75,6
Keterangan : *) = Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu
Pengukuran 10 menit dengan interval 5 detik.
SK Gub DKI Jakarta No. 551 tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien,
Kebisingan di Provinsi DKI Jakarta
3.2.4 Topografi
Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang
air pada musim hujan. Di daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat
perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m.
Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri dari endapan aluvial pada jaman
Pleistocent setebal ± 50 m. Bagian Selatan terdiri dari lapisan aluvial yang
memanjang dari Timur ke Barat pada Jarak 10 km sebelah Selatan pantai. Di
bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua. Kekuatan tanah di
wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama dengan pencapaian lapisan
keras di wilayah bagian utara pada kedalaman 10 m - 25 m. Makin ke Selatan
permukaan keras semakin dangkal yaitu antara 8 m - 15 m.
Kualitas air dapat dikelompokkan dalam beberapa sifat yaitu sifat fisika,
kimia dan mikrobiologi. Hasil analisis laboratorium kemudian dibandingkan
dengan Kep Gub DKI Jakarta No. 582/1995 tentang Penetapan Peruntukan
dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di
Wilayah DKI Jakarta.
Baku mutu COD yang ditetapkan oleh Kep. Gub KDKI Jakarta No. 582 tahun
1995 adalah 30 mg/l. Dari Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai
yang melampaui baku mutu di hampir semua lokasi sampling kecuali di
SCA 1 dan SCA 2 (Sungai Cengkareng drain). Hasil analisis laboratorium
menunjukkan nilai BOD yang masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan
yaitu 20 mg/l di hampir semua lokasi sampling kecuali di Waduk Melati dan
SSA-3 (Sungai Sentiong-Sunter). Hasil analisis kandungan zat organik yang
ditunjukkan dalam nilai permangat memperlihatkan nilai yang berada di
atas baku mutu yang ditetapkan yaitu 25 mg/l di hampir semua lokasi
sampling. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kandungan pencemar
organik yang cukup tinggi yang dapat diakibatkan oleh akumulasi limbah
buangan domestik atau kegiatan lain di sekitar lokasi sampling.
Distribusi Partikel Total bahan
Lokasi Tipe Sedimen
organik
Lempung Lanau Pasir Kerikil
%
Logam
Satuan mg/kg
2.1.a (Cengkareng Drain) 5 a,b 151 ‐ ‐ 8 125 76 36 0,235 89 e ‐ ‐ 226 382 ‐ ‐ ‐
3.4.b (Ciliwung Gn.Sahari) 11 a,b 162 ‐ ‐ 10 130 104 161 0,6 13 ‐ ‐ 464 e ‐ ‐ ‐ ‐
3.5.a (Sentiong‐Sunter) 3 a,b 83 ‐ ‐ 8 145 89 76 0,36 37 ‐ ‐ 418 e ‐ 0,1 ‐ ‐
USEPA R9 PRG (tanah di kawasan 21*/
1,6 67.000 1.900 100.000 450 450 41.000 800 310 20.000 5.100 5.100 100.000
industri) a 0,74**
USEPA R9 (tanah di kawasan 3,9*/
0.39 5.400 150 16000 37 210 3100 400 23 1600 390 390 23.000
pemukiman) b 0,22**
DIV‐S c 55 625 30# 12 380 190 530 10 210 100# 15# 720 40
Korea‐SEPA (tanah di kawasan
50 30 500 1.000 40 400 2.000 30
industri) d
Australia (NODGDM; ISQGs‐
70 10 370 270 220 1 52 3.7 410 45 46***
ANZECC/ ARMCANZ) e
Sumber: Preliminary Assessment of Sediment Quality, World Bank (2008)
TCLP Logam TCLP Anorganik
Sianida bebas
Nitrat/ Nitrit
Kadmium
Tembaga
Kromium
Selenium
Arsenik
Barium
Florida
Timbal
Boron
Raksa
Perak
Nitrit
Seng
PARAMETER
Satuan mg/L
Limit deteksi laboratorium 0,05 1 20 0,05 0,5 0,1 0,5 0,05 0,05 0,2 0,05 0,1 2 10 1
2.1.a (Cengkareng Drain) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 0,65 ‐ ‐ ‐ ‐
2.3.a (Kanal Sunter) ‐ 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1,37 ‐ ‐ ‐ ‐
2.3.d (Kanal Sunter) ‐ 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2,97 ‐ ‐ ‐ ‐
3.4.a (Ciliwung‐Gunung
‐ 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2,33 ‐ ‐ ‐ ‐
Sahari)
3.5.a (Sentiong‐Sunter) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
4.2 (Waduk Melati) ‐ 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 3,99 ‐ ‐ ‐ ‐
PP No. 85/ 1999 5 100 500 1 5 10 5 0.2 1 5 50 20 150 1000 100
Sumber: Preliminary Assessment of Sediment Quality, World Bank (2008)
TCLP ORGANIC
Tetrakloro‐etena (PCE)
Heptaklor + Heptaklor
Hexakloro‐butadien
Karbon tetraklorida
1,4‐Dikloro‐benzen
Nitrilo asam asetat
2,4,5‐Triklorofenol
2,4,6‐Triklorofenol
Hexakloro‐benzen
2,4‐Dinitro‐toluen
1,2‐Dikloro‐etena
1,1‐Dikloro‐etilen
Pentakloro‐fenol
Hexakloro‐ethan
Aldrin + Dieldrin
2,4,5‐TP (Silvex)
Metil parathion
Metil etil keton
Trikloro‐metan
Trikloro‐etena
Kloro benzen
Metoksi‐klor
Nitrobenzen
Vynil klorida
Total Kresol
Kloroform
Parathion
Total PCB
Toksafen
epoksida
m‐Kresol
o‐Kresol
p‐Kresol
Klordan
Benzen
Lindan
Endrin
Pridin
2,4‐D
PARAMETER
Satuan mg/L
Limit deteksi
0,01 0,005 0,005 0,005 0,005 0,02 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,01 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,05 0,005 0,005 0,005 0,01 0,005 0,005 0.001 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.05
laboratorium
2.1.a (Cengkareng
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Drain)
2.3.a (Kanal Sunter) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
2.3.d (Kanal Sunter) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
3.4.a (Ciliwung‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Gunung Sahari)
3.5.a (Sentiong‐
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Sunter)
4.2 (Waduk Melati) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
PP No. 85/ 1999 0,07 0,5 0,5 0,03 100 6 200 200 200 200 10 7,5 0,5 0,7 0,13 0,02 0,008 0,13 0,5 3 0,4 10 200 0,7 2 5 100 5 3,5 0,3 0,7 0,5 0,5 35 400 2 1 0,2
Sumber: Preliminary Assessment of Sediment Quality, World Bank (2008)
Berbagai jenis tanaman peneduh yang dapat dijumpai antara lain: angsana
(Pterocarpus indicus), mahoni (Swietania macrophylla), akasia (Acacia
auriculiformis), johar (Cassia siamea), bambu (Bambusa sp), dadap merah
(Erythrina sp), bintaro (Carbera odallam), kelapa (Cocos nucifera), beringin (Ficus
benyamina), tanjung (Mimosops elengi), kirai payung (Filicium decipens),
glodogan tiang (Polyalthia longifolia), dan ketapang (Terminalia catappa).
Responden terdiri dari 124 laki-laki (88,6%) dan 26 wanita (11,4%), berusia
antara 25 – 79 tahun, dengan rata-rata usia 47 tahun. Bila dilihat dari etnis,
responden berasal dari etnis Betawi, Jawa, Sunda, Batak, Melayu, Padang dan
Lampung. Pendidikan responden terdiri dari Tidak tamat SD (1,4%), SD
(10,7%), SLTP (15,7%), SLTA (50%) dan Perguruan Tinggi (21,6%) dan
sebagian besar muslim (98.6%). Pekerjaan utama responden sebagian besar
dalam bidang jasa (63,6%), disusul kemudian sebagai pedagang (21,4%), dan
lainnya 12,9%.
3.4.2 Demografi
Jumlah penduduk DKI Jakarta sekitar 8.513.385 (Maret, 2009), namun pada
siang hari angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja
dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok.
Kota/kabupaten yang paling padat penduduknya adalah Jakarta Timur
dengan 2.614.642 penduduk, sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten
dengan paling sedikit penduduk, yaitu 21.679 jiwa.
3.4.2.2 Pendidikan
Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2008, komposisi penganut agama
di kota ini adalah sebagai berikut: Islam 83 %, Kristen Protestan 6,2 %, Katolik
5,7 %, Hindu 1,2 % dan Buddha 3,5 %
Sebagian besar penduduk DKI Jakarta adalah muslim, hal ini dapat dilihat
dari banyaknya sarana ibadah umat Islam (masjid dan mushala) yang
tersebar merata di setiap kelurahan wilayah studi (Tabel III-25).
Sumber : Kec. Penjaringan Dalam Angka 2008, Kec. Cengkareng Dalam Angka 2008, Kec.
Kembangan Dalam Angka 2008, Kec. Kebon Jeruk Dalam Angka 2008, Kec.
Sawah Besar Dalam Angka 2008, Kec. Pademangan Dalam Angka 2008, Kec.
Koja Dalam Angka 2008, Kec. Kelapa Gading Dalam Angka 2008, Kec. Tanah
Abang Dalam Angka 2008.
Keterangan: 1‐Mesjid, 2‐Langgar/musholla, 3‐Gereja, 4‐Pura, 5‐Vihara, 6‐Kuil/Kelenteng
BIDANG PEKERJAAN PENDUDUK
KECAMATAN KELURAHAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Cengkareng Drain
1 Penjaringan 1 Kapuk Muara 208 3.413 839 1079 195 7 61 175 279
Jakut 2 Kamal Muara 589 497 106 214 102 0 53 89 203
2 Cengkareng 3 Kapuk 49 8432 651 4306 601 18 1388 842 2838
Jakbar 4 Kedaung Kaliangke ‐ 3070 182 2522 173 66 299 904 982
5 Cengkareng Timur 11 12487 858 7072 1340 113 1388 203 3796
6 Rawa Buaya 54 4128 308 4765 201 39 531 571 951
3 Kembangan 7 Kembangan Utara 108 1710 1372 ‐ 593 24 ‐ ‐ ‐
Jakbar
4 Kebon Jeruk 8 Kedoya Utara 172 916 670 3367 403 151 1526 1012 117
Jakbar
S Ciliwung – Gn Sahari
5 Sawah Besar 9 Pasar Baru ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Jakpus 10 Kartini ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
11 Karanganyar ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
12 G. Sahari Utara ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
13 Mangga Dua Selatan ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
6 Pademangan 14 Pademangan Barat 0 1527 1131 5016 91 613 2195 1113 9413
Jakut 15 Ancol 0 1377 349 907 37 763 883 853 187
S Sentiong ‐ Sunter
7 Senen 16 Bungur
8 Kemayoran 17 Utan Panjang ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Jakpus 18 Serdang ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
19 Harapan Mulya ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
20 Kebon Kosong ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
21 G Sahari Selatan ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
9 Tanjung Priok 22 Sunter Jaya 0 1143 704 1415 735 ‐ ‐ ‐ ‐
Jakut 23 Sunter Agung 0 1501 1920 1988 1014 ‐ ‐ ‐ ‐
6 Pademangan 24 Pademangan Timur 0 3012 434 3993 293 283 1357 1353 771
S Sunter Bagian Hilir
10 Koja 25 Koja 0 221 971 3491 494 ‐ ‐ ‐ ‐
Jakut 26 Lagoa 0 771 1455 3277 474 ‐ ‐ ‐ ‐
27 Rawa Badak Utara 0 1037 3177 2631 309 ‐ ‐ ‐ ‐
28 Rawa Badak Selatan 0 2214 865 1889 962 ‐ ‐ ‐ ‐
11 Kelapa Gading 29 Kelapa Gading Barat 1 416 388 911 399 301 2216 393 4096
Jakut 30 Kelapa Gading Timur ‐ 990 169 1707 630 259 4871 360 3797
Waduk Melati
12 Tanah Abang 31 Kebon Melati ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Jakpus 32 Kebon Kacang ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Sumber : Kec. Penjaringan Dalam Angka 2008, Kec. Cengkareng Dalam Angka 2008, Kec. Kembangan Dalam Angka 2008,
Kec. Kebon Jeruk Dalam Angka 2008, Kec. Sawah Besar Dalam Angka 2008, Kec. Pademangan Dalam Angka 2008,
Kec. Koja Dalam Angka 2008, Kec. Kelapa Gading Dalam Angka 2008, Kec. Tanah Abang Dalam Angka 2008.
Keterangan: 1‐Pertanian, 2‐Industri, 3‐Bangunan, 4‐Perdagangan, 5‐Transportasi & Komunikasi, 6‐Keuangan & Perbankan,
7‐Pemerintahan, 8‐Jasa‐jasa, 9‐Lainnya. Sebagian data tidak tersedia.
Sumber: data primer, terolah 2009.
Jenis Usaha Rata‐rata Pendapatan Usaha Keluarga/Bulan
Suami Istri anak lainnya
Nelayan 0 0 2.000.000 0
Jasa 2.840.842 2.223.823 2.211.111 2.550.000
Pedagang 1.781.818 1.440.972 1.750.000 750.000
Lainnya 1.933.333 0 575.000 0
Sumber: data primer, terolah 2009.
3.4.4.1 Budaya
Banjir pernah terjadi sejak tahun 1977 hingga 2009, namun yang paling
banyak dialami responden adalah kejadian banjir pada tahun 2007 (32,9%),
2009 (20,7%), dan 2008 (14,3%), dengan kondisi banjir terbesar pada tahun
2007.
3.4.5 Transportasi
Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Daan Mogot)
tergolong padat karena dilintasi oleh jalur busway. Berdasarkan laporan
penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan saat ini V/C rasio badan
jalan pada jam sibuk pagi dan sore berkisar antara 0,82-0,90. Badan jalan
di Daan Mogot terdiri dari 2 lajur yang dibatasi oleh median jalan dengan
masing-masing lajur mempunyai 3 jalur yang 1 jalurnya digunakan
sebagai jalur Bus Transjakarta. Kondisi jalan Daan Mogot pada umumnya
masih baik dan banyak dilalui oleh truk-truk trailer atau truk yang
mengangkut barang dari dan menuju luar kota dari pabrik-pabrik yang
berada di sepanjang jalan Daan Mogot.
Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Gunung Sahari)
tergolong padat karena dilintasi oleh jalur busway. Berdasarkan laporan
penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan saat ini V/C rasio badan
jalan pada jam sibuk pagi dan sore berkisar antara 0,78-0,88. Seperti
Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Suprapto-
Kemayoran-Sunter) tergolong cukup padat karena sebagian dilintasi oleh
jalur busway. Berdasarkan laporan penelitian yang pernah dilakukan
menunjukkan saat ini V/C rasio badan jalan tersebut pada jam sibuk pagi
dan sore berkisar antara 0,70-0,85.
Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Kelapa Gading-
Priok) tergolong cukup padat-padat karena sebagaian jalur dilintasi oleh
jalur Bus Transjakarta. Berdasarkan laporan penelitian yang pernah
dilakukan menunjukkan saat ini V/C rasio badan jalan pada jam sibuk
pagi dan sore berkisar antara 0,72-0,94. Pada sebagian jalur kanal yang
cukup mendapat perhatian adalah pada lokasi sekitar Pasar Ular, Tanjung
Priok yang merupakan pusat belanja masyarakat yang mempunyai lebar
jalan yang kurang memadai sehingga tingkat jumlah kendaraan yang
melintas cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan kemacetan pada saat
kendaraan operasional pengerukan beroperasi.
• Waduk Melati
Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Kebun Kacang-
Cideng-Pasar Baru) tergolong cukup padat-padat karena dilintasi oleh
jalur busway. Berdasarkan laporan penelitian yang pernah dilakukan
menunjukkan saat ini V/C rasio badan jalan pada jam sibuk pagi dan sore
berkisar antara 0,74-0,90. Pada lokasi Waduk Melati dikelilingi oleh pusat
perbelanjaan dan Apartemen pada lokasi-lokasi tertentu masih terdapat
areal yang dapat digunakan sebagai lokasi penempatan material keruk
dan parkir kendaraan operasi pengerukan.
v/c Rasio
Lokasi Dari Arah
Pagi Siang Sore
Cangkareng Drain Barat 0,85 0,83 0,90
(Jl. Daan Mogot) Timur 0,89 0,85 0,83
S. Ciliwung‐Gn. Selatan 0,88 0,79 0,87
Sahari (Jl. Gn.
Sahari) Utara 0,80 0,78 0,88
S. Sentiong‐ Timur 0,84 0,72 0,83
S.Sunter (Jl.
Suprapto)) Barat 0,80 0,70 0,85
Kanal Sunter Bag. Barat 0,77 0,85 0,93
Hilir (Jl. Perintis
Kemerdekaan) Timur 0,90 0,72 0,94
Tabel III-32 Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun 2006
- 2008
Tabel III-33 Keluhan Masyarakat Di Wilayah Studi Jakarta Barat Tahun 2009
No Jenis Keluhan Jumlah penderita Persen
1 Batuk 1 2,7
2 Gatal kulit 3 8,3
3 Ingusan 2 5,6
4 Liver 1 2,7
5 Panas dingin 11 30,5
6 Sakit Kepala 18 50,2
Jumlah 36 100
Sumber: data primer, terolah 2009.
Pada tahun 2008 telah dilakukan pemantauan terhadap Rumah Tangga yang
berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jumlah rumah tangga
yang dipantau sebanyak 18.127 KK dan yang ber PHBS sebanyak 17162 KK
(94,68%).
Salah satu kegiatan dari rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat
adalah cuci tangan dan berdasarkan hasil survey terhadap 26 responden
menunjukkan bahwa seluruhnya (100%) menyatakan mencuci tangan pakai
sabun sesudah buang air besar.
2. Akses Air Bersih
Berdasarkan laporan yang ada, bahwa sumber air bersih yang dipergunakan
oleh penduduk di wilayah Jakarta Barat adalah berasal dari ledeng, Sumur
Pompa tangan, Sumur gali, penampungan air hujan, dan air kemasan.
Terbanyak penduduk menggunakan air bersih bersumber dari ledeng yaitu
sebesar 62,95 %. Cakupan air bersih di wilayah Jakarta Barat baru mencapai
19,58 % artinya baru sekitar 19,58 % penduduk Jakarta Barat memperoleh air
bersih. Penduduk paling banyak yang mempunyai akses terhadap air bersih
adalah yang tinggal di Kecamatan Kembangan (100%) dan Kecamatan
Palmerah (63,36%) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-35
berikut.
Tabel III-35 Persentase keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih menurut
Kecamtan Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun 2008
Berdasarkan hasil studi di wilayah kerja Jakarta Barat, sumber air yang
digunakan masyarakat, baik untuk keperluan mandi, cuci, kebersihan
Tabel III-36 Sumber Air Bersih Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Barat
No Sumber air Jumlah %
1 PDAM 22 84,6
3 Sumur 4 15,4
J u m l a h 26 100
Sumber: data primer, terolah 2009.
Tabel III-38 Sarana Buang Air Besar Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Barat
No Sarana b.a.b Jumlah %
1 WC milik sendiri 22 85
2 WC Umum 4 15
J u m l a h 26 100
Sumber: data primer, terolah 2009.
Keadaan jentik Jumlah %
Ada 25 96
Tidak ada 1 4
Jumlah 26 100
Sumber: data primer, terolah 2009.
Pada tahun 2007 telah dilakukan pemantauan terhadap Rumah Tangga yang
berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sebagai target setiap
kecamatan telah ditetapkan sebanyak 210 rumah tangga yang dipantau. Hasil
pemantauan menunjukkan bahwa dari 1680 Rumah tangga yang dipantau
terdapat 515 (30,65%) rumah tangga yang berperilaku Hidup Bersih dan
Sehat (Ber PHBS). Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di Kecamatan
Kemayoran yaitu 95 (45,24 %) rumah tangga ber PHBS dan terkecil adalah
Kecamatan Johar Baru yaitu 41 (19,52%) Rumah tangga ber PHBS. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-45 berikut:
Tabel III-45 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Menurut Kecamatan,Di Wilayah Jakarta Pusat, Tahun 2007
Rumah tangga
No Kecamatan
Jumlah dipantau Ber PHBS %
1 Gambir 210 78 37,14
2 Sawah Besar 210 54 25,71
3 Kemayoran 210 95 45,24
4 Senen 210 69 32,86
5 Cempaka Putih 210 43 20,48
6 Menteng 210 53 25,24
7 Tanah Abang 210 82 39,05
8 Johar Baru 210 41 19,52
Jumlah 1680 515 30,65
Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Pusat Tahun 2007
Tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan khususnya berkaitan dengan
kebiasaan cuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar berdasarkan
hasil survey terhadap 51 responden menunjukkan bahwa 90,2 % menyatakan
melakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-46 berikut:
2. Akses Air Bersih
Berdasarkan laporan yang ada, bahwa sumber air bersih yang dipergunakan
oleh penduduk di wilayah Jakarta Pusat adalah berasal dari ledeng, Sumur
Pompa tangan, Sumur gali, penampungan air hujan, dan air kemasan.
Terbanyak penduduk menggunakan air bersih bersumber dari ledeng yaitu
sebesar 88,79 %. Cakupan air bersih di wilayah Jakarta Pusat baru mencapai
52,63 % artinya baru sekitar 52,63 % penduduk Jakarta Pusat memperoleh air
bersih. Penduduk paling banyak adalah yang tinggal di kecamatan Johar
Baru dan Kecamatan Gambir yaitu lebih dari 80%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel III-47 berikut:
Tabel III-47 Persentase keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih menurut
Kecamatan Di Wilayah Jakarta Pusat tahun 2007
Berdasarkan hasil studi di wilayah kerja Jakarta Pusat, sumber air yang
digunakan masyarakat, baik untuk keperluan mandi, cuci, kebersihan
maupun keperluan lainnya, sebagian besar menggunakan sarana air bersih
dari PDAM (63,0%). Sumber air bersih lainnya adalah berupa mata air dan
sumur. Jenis sumber air dapat dilihat pada Tabel III-48 berikut :
Tabel III-48 Sumber Air Bersih Penduduk di Wilayah Jakarta Pusat tahun 2009
Jamban Tempat Sampah
No Kecamatan Jml KK Jml KK % KK Jml KK Jml KK % KK
diperiksa Memiliki memiliki diperiksa Memiliki memiliki
1 Gambir 80 75 94 80 80 100
2 Sawah Besar 80 62 77 80 80 100
3 Kemayoran 160 139 87 80 80 100
4 Senen 80 69 86 80 80 100
5 Cempaka 80 70 87 80 80 100
Putih
6 Menteng 80 63 79 80 80 100
7 Tanah Abang 160 143 89 80 80 100
8 Johar Baru 80 73 91 80 80 100
Jumlah 800 694 87 640 640 100
Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Pusat Tahun 2007
Khusus untuk daerah studi di wilayah Jakarta Pusat, lokasi buang air besar
pada umumnya menggunakan WC milik sendiri yaitu sebanyak 47 (90%)
sedangkan lainnya ada yang menggunakan MCK umum dan sungai. Jenis
sarana tempat buang air besar dapat dilihat pada Tabel III-50 berikut:
Tabel III-50 Sarana Buang Air Besar Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Pusat
No Sarana b.a.b Jumlah %
1 WC milik sendiri 47 90
2 Sungai 1 2
3 MCK Umum 4 8
J u m l a h 52 100
Sumber: data primer, terolah 2009.
Jumlah rumah
Jumlah Rumah yang % rumah yang
No Kecamatan yang bebas
diperiksa bebas jentik
jentik
1 Gambir 4236 3967 94
2 Sawah Besar 1653 1551 94
3 Kemayoran 9439 9112 96
4 Senen 11335 10833 95
5 Cempaka Putih 3014 2890 96
6 Menteng 1948 1847 95
7 Tanah Abang 5652 5350 95
8 Johar Baru 4014 3912 97
Jumlah 41291 39462 95
Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Pusat Tahun 2007
Tabel III-54 Keberadaan jentik Aedes aegypti di Wilayah Studi Jakarta Pusat
Keadaan Jumlah %
Ada jentik 46 88
Tidak ada jentik 6 12
Jumlah 52 100
Sumber: data primer, terolah 2009.
Tabel III-55 Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Wilayah Jakarta Utara, Tahun 2007
No Nama Penyakit Jumlah %
1 Infeksi akut Pernafasan atas 273.597 46
2 Diare 47.586 9
3 Penyakit Pd sistem Otot & Jaringan Pengikat 40.720 7
4 Penyakit Kulit Alergi 30.991 5
5 Penyakit Kulit Infeksi 30.405 5
6 Penyakit darah Tinggi 30.063 5
7 Penyakit lain pd pernafasan atas 25.193 4
8 Gingivitis & Penyakit Periodental 19.361 3
9 Penyakit Pulpa & Jaringan Peripikal 16.569 3
10 Penyakit lainnya 79.315 13
Total 593.800 100
Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara Tahun 2007
Pada tahun 2007 telah dilakukan pemantauan terhadap Rumah Tangga yang
berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sebagai target setiap
kecamatan telah ditetapkan sebanyak 210 rumah tangga yang dipantau. Hasil
pemantauan menunjukkan bahwa dari 840 Rumah tangga yang dipantau
Tabel III-57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Menurut Puskesmas, Di Wilayah Jakarta Utara, Tahun 2007
Tabel III-58 Kebiasaan Cuci Tangan dengan Sabun Sesudah Buang Air Besar Di
Wilayah Studi Jakarta Utara
Perlakuan Jumlah %
Tidak cuci tangan 1 2
Cuci tangan 57 98
Jumlah 58 100
Sumber: data primer, terolah 2009.
Keadaan Jumlah %
Ada jentik 50 91
Tidak ada jentik 5 9
Jumlah 55 100
Sumber: data primer, terolah 2009.
Lokasi sampling untuk komponen fisik kimia dan hayati dapat dilihat pada
Peta III-1 sampai dengan Peta III-5.
1. Kualitas Udara
Dampak yang terjadi pada kualitas udara pada tahap operasi yaitu
mobilisasi peralatan (mesin dan alat berat) dan pengangkutan material
keruk ke lokasi penampuan (disposal area) yang akan menghasilkan debu
emisi gas buang dari kendaraan yang dapat mempengaruhi kualitas
udara di sekitar lokasi kegiatan.
2. Kebisingan
Gangguan terhadap tingkat kebisingan juga terjadi pada tahap yang
sama seperti pada kualitas udara dengan sumber dampak yang sama.
3. Kebauan
Dampak timbulnya kebauan bersumber dari pengangkatan lumpur dan
penimbunan di lokasi sementara.
7. Limbah Padat
Dampak yang terjadi pada tahap operasi yaitu pada saat kegiatan
pengerukan, pemisahan material keruk, penempatan material keruk dan
pengangkutan material keruk yang dapat menyebabkan munculnya
ceceran lumpur dan sampah padat yang dapat mengotori daerah sekitar
lokasi kegiatan. Dampak ini dapat menyebabkan menurunnya kesehatan
masyarakat yang akhirnya bermuara pada persepsi masyarakat yang
negatif terhadap kegiatan pengerukan sungai dan waduk ini.
8. Biota darat
Dampak yang terjadi terhadap flora (vegetasi darat) pada tahap operasi
yaitu pada saat kegiatan persiapan lahan untuk kegiatan pengerukan,
namun setelah kegiatan pengerukan selesai dan dilakukan penataan
lahan diharapkan tanaman yang rusak dapat ganti dengan tanaman yang
baru.
9. Biota air
Gangguan terhadap biota air merupakan dampak turunan dari
perubahan kualitas air permukaan akibat kegiatan pengerukan. Selain
itu, kegiatan pengerukan akan menyebabkan terganggunya habitat biota
air (plankton, bentos dan nekton).
11. Kamtibmas
Dampak yang terjadi terhadap kamtibmas pada tahap pra operasi pada
saat kegiatan sosialisasi dan tahap operasi pada saat kegiatan mobilisasi
tenaga kerja, mobilisasi peralatan, pengerukan, penumpukan material
Pembongkaran/ pemindahan,
di pabrik pengolahan
Penambangan bijih
Pembersihan lahan
Pembersihan lahan
Pembangkit listrik
Pelabuhan khusus
Bandara khusus
infrastruktur
residu (RSF)
Limbah cair
Perumahan
lingkungan
Reklamasi
Suplai air
tambang
atmosfer
penutup
Bengkel
pucuk
kapur
Ban berjalan
KOMPONEN LINGKUNGAN
kKOMPONEN PARAMETER
Iklim mikro Temperatur dan kelembaban
Kebisingam Kebisingan
● ● ● ● ● ● ● ● ●
Getaran Getaran
Kesadahan
Mg ● ●
Cr+6 ● ● ● ● ●
Ni ● ●
Co ● ● ● ● ●
Mn ● ●
Zn ● ●
SO4
● ●
Nitrogen
Fosfor
BOD
COD
Kelimpahan bentos
Pendapatan masyarakat ●
Aksesbilitas
●
Kepemilikan lahan ●
Pola mata pencaharian ● ● ●
masyarakat
Pendapatan daerah
●
Sosial budaya Imigrasi ●
Asimilasi dan akulturasi ● ●
Perubahan norma dan nilai
●
Peningkatan tingkat pendidikan ●
Kesehatan masyarakat Pola penyakit ● ●
Sanitasi lingkungan ●
Fasiltas kesehatan masyarakat ●
IV-6
4.1.1.2 Evaluasi Dampak Potensial
4. Limbah padat
Dampak penting dari limbah padat pada tahap operasi berupa sisa
material sampah dan lumpur yang kemungkinan tercecer di sekitar lokasi
yang berasal dari kegiatan pemisahan, penumpukan dan pengeringan
material keruk. Dampak yang terjadi berlangsung lama, intesitasnya
tinggi dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak.
6. Kamtibmas
Dampak penting dari kamtibmas pada tahap operasi akibat kegiatan
pengerukan, pemisahan, penempatan material keruk dan pengangkutan
material ke lokasi disposal yang berpotensi menimbulkan gangguan
lingkungan. Dampak yang terjadi berlangsung lama, dengan intesitasnya
tinggi, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak
cukup banyak.
7. Persepsi masyarakat
Dampak penting dari persepsi masyarakat pada tahap pra operasi akibat
kegiatan sosialisasi yang berpotensi menimbulkan gangguan apabila
kegiatan sosialisasi tidak dilakukan dengan baik. Sedangkan pada tahap
operasi dampak persepsi masyarakat akibat kegiatan pengerukan,
penempatan material keruk dan sampah serta pengangkutan material
Lumpur dan sampah ke lokasi disposal yang berpotensi menimbulkan
gangguan lingkungan berupa penurunan kualitas udara, kebisingan, bau,
gangguan lalu lintas dan limbah padat. Gangguan lingkungan ini pada
akhirnya akan berdampak terhadap persepsi masyarakat (dampak
turunan). Sedangkan kegiatan pemeliharaan/maintenance dredging pada
tahap pasca operasi akan berdampak positif terhadap persepsi
masyarakat. Dampak yang terjadi berlangsung lama, dengan intesitasnya
tinggi, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak
cukup banyak.
9 Transportasi/lalu lintas
Dampak penting dari transportasi/lalu lintas pada tahap operasi akibat
kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material keruk dan
sampah ke lokasi disposal. Kegiatan-kegiatan ini dikhawatirkan akan
menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas pada badan-badan jalan
yang dilalui. Dampak yang terjadi berlangsung lama, dengan
intesitasnya tinggi dan komponen lingkungan yang terkena dampak
cukup banyak.
Pembongkaran/ pemindahan,
bijih
Pembersihan lahan
Pembersihan lahan
Pembebasan lahan
Bandara khusus
Alat mekanis (conveyor
Reklamasi
tongkang)
Suplai air
pucuk
pucuk
belt/ropeway)
Truk
KOMPONEN LINGKUNGAN
Kelimpahan bentos ● ● ● ● ● ● ● ● ●
Kelimpahan nekton ●
Biota laut Kelimpahan plankton ● ● ● ●
Kelimpahan bentos ● ● ● ●
Kelimpahan ikan karang ● ● ● ●
Bentuk kehidupan karang ● ● ● ● ●
Sosial ekonomi Kesempatan kerja ● ● ● ● ● ●
Socio-economical, cultural and public health components
Kesempatan usaha ● ● ● ● ● ● ● ●
Pendapatan masyarakat ● ● ● ● ● ● ● ● ●
Aksesbilitas ●
Kepemilikan lahan ●
Pola mata pencaharian ● ● ●
Pendapatan daerah ●
Sosial budaya Imigrasi ● ●
Asimilasi dan akulturasi ● ●
Perubahan norma dan nilai ● ●
Keresahan masyarakat ● ● ● ●
Kualitas habitat penduduk asli ●
Kesehatan masyarakat Prevalensi penyakit ● ●
Pelayanan kesehatan publik dan sanitasi ● ●
IV-7
4.1.1.3 Prioritas Dampak Penting hipotetik
A. Tahap Pra Operasi
1. Persepsi masyarakat Keluhan masyarakat yang timbul akibat kegiatan
B. Tahap Operasi
1. Hidrologi Kuantitas air permukaan/banjir
2. Limbah padat Logam dan sampah
3. Transportasi/lalu lintas V/C Rasio
4. Kualitas air permukaan TSS, pH, Ni, Mn, Mg, Phospat dan SO4
5. Kesempatan kerja dan Jumlah tenaga kerja yang terserap
berusaha
6. Sanitasi lingkungan Kebersihan lingkungan sekitar
7 Kamtibmas Keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar lokasi
kegiatan
8. Persepsi masyarakat Keluhan masyarakat yang timbul akibat kegiatan
C. Tahap Pasca Operasi
1. Hidrologi Kuantitas air permukaan/banjir
2. Sosial budaya Persepsi masyarakat
Tahap Kegiatan Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik Prioritas Dampak Penting Hipotetik
Gambar IV2 Diagram Proses Pelingkupan (Focusing) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta
4.1.2 Hasil Proses Pelingkupan
2. Tahap Operasi
a) Kuantitas air permukaan/banjir
b) Limbah padat
c) Transportasi/lalu lintas
d) Kualitas air permukaan
e) Kesempatan kerja dan berusaha
f) Sanitasi lingkungan
g) Kamtibmas
h) Persepsi masyarakat
i) Sarana prasarana kota
j) Kualitas udara dan kebauan
Batas wilayah studi adalah ruang yang merupakan resultan ke empat batas
tersebut di bawah ini. Adapun peta batas wilayah studi kegiatan pengerukan
sungai dan waduk di DKI Jakarta dapat dilihat pada Peta IV-1 sampai
dengan Peta IV-5 yang disesuaikan dengan masing-masing lokasi
pengerukan.
Batas proyek adalah tapak proyek sesuai batas dari daerah aliran
sungai/saluran pengendali banjir dan waduk di DKI Jakarta yang akan
dilakukan kegiatan pengerukan, yaitu:
Kecamatan Kelurahan
Cengkareng Drain
1 Kapuk Muara
Penjaringan, Jakarta Utara
2 Kamal Muara
3 Kapuk
Cengkareng, 4 Kedaung Kaliangke
Jakarta Barat 5 Cengkareng Timur
6 Rawa Buaya
Kembangan, Jakarta Barat 7 Kembangan Utara
Kebon Jeruk, Jakarta Barat 8 Kedoya Utara
Sungai Ciliwung – Gn Sahari (Pintu Air Psr Baru – Marina Ancol)
9 Pasar Baru
10 Kartini
Sawah Besar, Jakarta Pusat 11 Karanganyar
12 G. Sahari Utara
13 Mangga Dua Selatan
14 Pademangan Barat
Pademangan, Jakarta Utara
15 Ancol
Sungai Sentiong – Sunter (Jembatan Jl. Soeprapto‐ Kali Ancol)
Senen,
16 Bungur
Jakarta Pusat
17 G Sahari Selatan
18 Utan Panjang
Kemayoran, Jakarta Pusat 19 Serdang
20 Kebon Kosong
21 Harapan Mulya
22 Sunter Jaya
Tanjung Priok, Jakarta Utara
23 Sunter Agung
Pademangan 24 Pademangan Timur
Sungai Sunter Bagian Hilir (Kelapa Gading – Muara)
25 Koja
Koja, 26 Lagoa
Jakarta Utara 27 Rawa Badak Utara
28 Rawa Badak Selatan
Kelapa Gading, 29 Kelapa Gading Barat
Jakarta Utara 30 Kelapa Gading Timur
Waduk Melati
Tanah Abang, 31 Kebon Melati
Jakarta Pusat 32 Kebon Kacang
Batas waktu kajian kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta
adalah selama umur dari kegiatan pengerukan tersebut dilakukan
6°4'0"S
6°5'0"S
6°5'0"S
Java Sea
Laut Jawa
6°6'0"S
6°6'0"S
/ TANJUNG PRIUK
/ A TANJUNG PRIUK
6°7'0"S
6°7'0"S
KAMAL MUARA SUNGAI BAMBU
PLUIT
/
/
KAPUK MUARA WARAKAS
an
labuh
ll P e
/
ANCOL
J l . To Waduk Cincin
CENGKARENG TIMUR
PAPANGO
PENJARINGAN
6°8'0"S
6°8'0"S
PADEMANGAN BARAT
CENGKARENG TIMUR
/ PEJAGALAN PEKOJAN
ROA MALAKA
SUNGAI BAMBU
KAPUK PINANGSIA
PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG
/
MANGGA DUA SELATAN
TAMBORA
ANGKE
JEMBATAN LIMA GLODOKMANGGA BESAR
TANGKI
6°9'0"S
6°9'0"S
JELAMBAR BARU
GUNUNG SAHARI UTARA
Waduk Sunter Barat
KREDANG
KEAGUNGAN
KEDAUNG KALI ANGKE JEMBATAN BESI
TAMAN SARI
CENGKARENG TIMUR TANAH SERAL KARANG ANYARKARTINI SUNTER JAYA
WIJAYA KESUMA DURI UTARA
/
KRUKUT MAPHAR
KALIANYAR
/
JELAMBAR DURI SELATAN GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG
KEBON KOSONG
RAWA BUAYA GROGOL
DURI PULO
KEBON KELAPA KEMAYORAN SUMUR BATU
6°10'0"S
6°10'0"S
PETOJO UTARA UTAN PANJANG
PASAR BARU
6°11'0"S
KEDOYA SELATAN
KOTA BAMBU SELATAN KWITANG KRAMAT
6°12'0"S
PALMERAH MENTENG
PEGANGSAAN
KAYU MANIS
PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN
6°13'0"S
KAMPUNG MELAYU
GROGOL UTARA GELORA RAWA BUNGA
MENTENG ATAS
JOGLO
MANGGARAI SELATAN BALI MESTER CIPINANG BESAR UTARA
SUKABUMI SELATAN KARET KUNINGAN
BUKIT DURI
KARET SEMANGGI
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Peta Digambar Oleh Jakarta Utara
Map
IV - 1 Drafter GGG
Northeren Jakarta
No Revisi Diperiksa
STUDY BOUNDARY IN CENGKARENG DRAIN FLOODWAYS Revision No 0 Proofreader RFN Jakarta Barat
Western Jakarta Jakarta Pusat
BATAS WILAYAH STUDI DI LOKASI PENGERUKAN BANJIR KANAL CENGKARENG DRAIN Tanggal Revisi
Date Revision
03/09/09 Digabung Oleh
Compilation
ERM Central Jakarta
Legend
Legenda
[
/ Bridge Project Boundary Jakarta Timur
Road Jembatan Batas Proyek Eastern Jakarta
Jalan Jakarta Selatan
Temporary Disposal Site Ecology Boundary Southern Jakarta
Toll Road Disposal Area Sementara Batas Ekologi
Jalan Cukai
Temporary Route by Truck Social Boundary
Railway Jalur Kendaraan Pengangkutan Batas Sosial 0 0.5 1 2 Km
Jalan Kereta Api
Dredging Canal Administration Boundary
Kelurahan Boundary
Pengerukan Saluran Batasa Administrasi
Batas Kelurahan
Study Boundary Area Proyek
River Disposal Area Project Area
Sungai Penimbunan Disposal Batas Studi
TANJUNG PRIUK
Laut Jawa
Java Sea
A
6°7'0"S
6°7'0"S
TANJUNG PRIUK
WARAKAS
ANCOL
n Waduk Cincin
elabuha
Jl. Toll P
PENJARINGAN / PAPANGO
/
6°8'0"S
6°8'0"S
ROA MALAKA / PADEMANGAN BARAT
PINANGSIA
/
SUNTER AGUNG
PADEMANGAN TIMUR
MANGGA BESAR
/
GLODOK
TANGKI
6°9'0"S
GUNUNG SAHARI UTARA
KEAGUNGAN
MAPHAR
KRUKUT
6°10'0"S
PASAR BARU
/ CEMPAKA BARU
HARAPAN MULYA
/ BUNGUR
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Peta Digambar Oleh
Map
IV - 2 Drafter GGG Jakarta Utara
Northeren Jakarta
No Revisi Diperiksa Jakarta Barat
STUDY BOUNDARY IN CILIWUNG - GUNUNG SAHARI DRAIN Revision No 0 Proofreader RFN
Western Jakarta Jakarta Pusat
BATAS WILAYAH STUDI DI LOKASI PENGERUKAN SALURAN DRAINASE CILIWUNG-GN.SAHARI Tanggal Revisi Digabung Oleh
Date Revision
03/09/09
Compilation
ERM Central Jakarta
Legend
Legenda
/
Project Boundary Jakarta Timur
[
Bridge
Road Jembatan Batas Proyek Eastern Jakarta
Jalan Jakarta Selatan
Temporary Disposal Site Ecology Boundary Southern Jakarta
Toll Road Disposal Area Sementara Batas Ekologi
Jalan Cukai
Temporary Route by Truck Social Boundary
Railway Jalur Kendaraan Pengangkutan Batas Sosial
Jalan Kereta Api 0 0.375 0.75 1.5 Km
Dredging Canal Administration Boundary
Kelurahan Boundary Batasa Administrasi
Batas Kelurahan Pengerukan Saluran
Study Boundary Area Proyek
River Disposal Area Project Area
Sungai Penimbunan Disposal Batas Studi
6°6'0"S
Java Sea
Laut Jawa
KOJA
TANJUNG PRIUK
TANJUNG PRIUK
A
6°7'0"S
6°7'0"S
RAWABADAK UTARA
/
KEBON BAWANG
WARAKAS
ANCOL
elabuha
n / Waduk Cincin
Jl. Toll P
PAPANGO
SUNGAI BAMBU RAWABADAK SELATAN
6°8'0"S
6°8'0"S
PADEMANGAN BARAT
6°9'0"S
GUNUNG SAHARI UTARA
SUNTER JAYA
KARTINI
/
KELAPA GADING BARAT
/
GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG
/
KEBON KOSONG
MAPHAR
6°10'0"S
PASAR BARU
UTAN PANJANG
CEMPAKA BARU
HARAPAN MULYA
BUNGUR
KELAPA GADING TIMUR
GAMBIR
/ CEMPAKA PUTIH TIMUR
KAYU PUTIH
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
Legend
[
Legenda
6°6'0"S
KALI BARU
Java Sea
Laut Jawa KOJA
TANJUNG PRIUK
TANJUNG PRIUK
/
A / CILINCING
LAGOA
/
6°7'0"S
6°7'0"S
KEBON BAWANGRAWABADAK UTARA
SEMPER TIMUR
ANCOL WARAKAS
n TUGU UTARA
elabuha Waduk Cincin
Jl. Toll P
/
SEMPER BARAT
PAPANGO
SUNGAI BAMBU RAWABADAK SELATAN
6°8'0"S
6°8'0"S
PADEMANGAN BARAT
TUGU SELATAN
/
SUKA PURA
ROROTAN
6°9'0"S
6°9'0"S
Waduk Sunter Barat
/
GUNUNG SAHARI UTARA
SUNTER JAYA
6°10'0"S
UTAN PANJANG
6°11'0"S
KRAMAT PULO GADUNG
KWITANG
JOHAR BARU
KEBON SIRIH
RAWA TERATE
RAWA SARI
CIKINI
PASEBAN
KENARI JATI
UTAN KAYU UTARA RAWAMANGUN
GONDANGDIA
6°12'0"S
6°12'0"S
KAYU MANIS
MENTENG PEGANGSAAN JATINEGARA KAUM
PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN JATINEGARA
PENGGILINGAN
GUNTUR PULO GEBANG
KEBON MANGGIS CIPINANG
PISANGAN TIMUR
PASAR MANGGIS
PISANGAN BARU
MANGGARAI
6°13'0"S
6°13'0"S
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
Legend
Legenda
[
/ Bridge Project Boundary Jakarta Timur
Road Jembatan Batas Proyek Eastern Jakarta
Jalan Jakarta Selatan
Temporary Disposal Site Ecology Boundary Southern Jakarta
Toll Road Disposal Area Sementara Batas Ekologi
Jalan Cukai
Temporary Route by Truck Social Boundary
Railway Jalur Kendaraan Pengangkutan Batas Sosial
Jalan Kereta Api 0 0.5 1 2 Km
Dredging Canal Administration Boundary
Kelurahan Boundary Batasa Administrasi
Batas Kelurahan Pengerukan Saluran
Study Boundary Area Proyek
River Disposal Area Project Area
Sungai Penimbunan Disposal Batas Studi
Java Sea
Laut Jawa
TANJUNG PRIUK
TANJUNG PRIUK
A
6°7'0"S
6°7'0"S
PLUIT KEBON BAWANG
WARAKAS
PENJARINGAN
ANCOL n
elabuha Waduk Cincin
Jl. Toll P
PAPANGO
SUNGAI BAMBU
6°8'0"S
6°8'0"S
ROA MALAKA PADEMANGAN BARAT
RAWABADAK SELATAN
PEKOJAN
PINANGSIA
6°9'0"S
Waduk Sunter Barat
GUNUNG SAHARI UTARA
KREDANG
KEAGUNGAN
JEMBATAN BESI SUNTER JAYA
TAMAN SARI
TANAH SERAL KARANG ANYARKARTINI
DURI UTARA
MAPHAR
KRUKUT
KALIANYAR
DURI SELATAN GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG
KEBON KOSONG
KELAPA GADING BARAT
DURI PULO
KEBON KELAPA SUMUR BATU
KEMAYORAN
PETOJO UTARA UTAN PANJANG
6°10'0"S
6°10'0"S
PASAR BARU
CEMPAKA BARU
HARAPAN MULYA
BUNGUR
TOMANG CIDENG
PETOJO SELATAN
GAMBIR
SENEN GALUR CEMPAKA PUTIH TIMUR
TANAH TINGGI
JATI PULO
KAMPUNG RAWACEMPAKA PUTIH BARAT KAYU PUTIH
6°11'0"S
6°11'0"S
KOTA BAMBU SELATAN KWITANG KRAMAT
PULO GADUNG
KAMPUNG BALI KEBON SIRIH
JOHAR BARU
SLIPI PASEBAN
KENARI
UTAN KAYU UTARA RAWAMANGUN
PETAMBURAN
KEBON MELATI JATI
Waduk Melati
6°12'0"S
6°12'0"S
MENTENG
PEGANGSAAN KAYU MANIS
PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN
Sumber :
Source :
ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal)
- Survey Lapangan
Laut Jawa
Java Sea
Legend
[
Legenda
Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, jumlah manusia yang
terkena dampak sedikit, berlangsung singkat dan dapat berbalik sehingga
tergolong dampak positif/negatif kecil (+/- 1) dan penting (2).
2. Limbah padat/Sampah
Aktivitas tenaga kerja operasional kegiatan pengerukan sungai dan
waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sampah.
Aktivitas tenaga kerja tersebut akan menghasilkan sampah domestik
berupa sisa makanan dan minuman. Apabila tidak dikelola dengan baik,
sampah ini akan menyebabkan pengotoran lingkungan, bau, tempat
berkumpulnya nyamuk, lalat, tikus dan lipas sehingga akan
menimbulkan masalah hama penyakit.
1. Sanitasi Lingkungan
Aktivitas tenaga kerja operasional kegiatan pengerukan sungai dan
waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sanitasi
lingkungan, terutama akibat limbah cair dan timbunan sampah sementara
Limbah cair dan padat yang dihasilkan dari aktivitas tenaga kerja
operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berpotensi
menurunkan sanitasi lingkungan serta persepsi negatif masyarakat.
2. Persepsi Masyarakat
Aktivitas tenaga kerja operasional kegiatan pengerukan sungai dan
waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi
masyarakat di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Selain akibat
limbah cair dan padat yang dihasilkan dari aktivitas tenaga kerja
operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, dampak terhadap
persepsi masyarakat juga akibat perilaku tenaga kerja tersebut yang tidak
sesuai dengan norma-norma masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.
3. Kesempatan Kerja
Kegiatan rekrutmen/penerimaan tenaga kerja operasional pengerukan
sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak positif
terhadap kesempatan kerja bagi masyarakat. Kegiatan pengerukan sungai
dan waduk JEDI fase 1 akan menyerap tenaga kerja sebanyak ± 53 orang
untuk masing-masing lokasi kegiatan dan sebagian tenaga kerja tersebut
berasal dari penduduk sekitar proyek. Dengan ikut sertanya penduduk
sekitar proyek sebagai tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan
waduk JEDI fase 1 akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada.
5. Sanitasi Lingkungan
Aktivitas tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI
fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sanitasi lingkungan,
terutama akibat timbunan sampah sementara di lokasi kegiatan yang
apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan pengotoran
lingkungan dan penurunan estetika lingkungan. Limbah padat yang
dihasilkan dari aktivitas tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan
waduk JEDI fase 1 tersebut berpotensi menurunkan sanitasi lingkungan
serta persepsi negatif masyarakat.
1. Kualitas Udara
Kegatan mobilisasi bahan dan peralatan operasional pengerukan sungai
dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kualitas
udara terutama akibat debu dan emisi kendaraan pengangkut bahan dan
peralatan.
2) Persepsi Masyarakat
Kegiatan mobilisasi bahan dan peralatan operasional pengerukan sungai
dan waduk JEDI tahap 1 diprakirakan akan berdampak terhadap
persepsi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan akibat debu dan kebisingan
serta gangguan lalu lintas akibat mobilisasi kendaraan pengangkut bahan
dan peralatan.
3) Kamtibmas
Kegiatan mobilisasi bahan dan peralatan operasional pengerukan sungai
dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap
Kamtibmas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan akibat debu dan
kebisingan serta gangguan lalu lintas akibat mobilisasi kendaraan
pengangkut bahan dan peralatan.
5.2.2.4 Pengerukan
1) Kualitas Udara
Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan
berdampak terhadap kualitas udara, terutama debu yang ditimbulkan
oleh peralatan yang digunakan (Excavator, Buldozer, Crane Shovel dan
lain-lain). Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan
1) Sanitasi Lingkungan
Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dengan volume ±
1.998.000 m3 diprakirakan akan berdampak terhadap sanitasi lingkungan
akibat limbah padat, limbah cair dan debu yang dihasilkan dari kegiatan
tersebut. Kegiatan pengerukan tersebut akan menghasilkan
lumpur/sedimen dan sampah serta limbah cair yang terkandung di
dalam sedimen/lumpur yang dikeruk. Apabila tidak ditangani dengan
baik, maka lumpur/sedimen, sampah dan air yang terkandung dalam
sedimen/lumpur (leachate) akan tercecer ke lingkungan sekitar masing-
masing lokasi kegiatan yang pada akhirnya akan menurunkan
kesehatan/sanitasi lingkungan.
2) Persepsi Masyarakat
Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dengan volume ±
1.998.000 m3 diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi
masyarakat akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan
tersebut. Kegiatan pengerukan tersebut akan menimbulkan kebisingan
yang ditimbulkan oleh peralatan berat yang digunakan (Excavator,
Buldozer, Crane Shovel dan lain-lain). Selain itu, kegiatan tersebut juga
akan menghasilkan lumpur/sedimen, sampah padat dan air limbah yang
terkandung dalam sedimen/lumpur. Mengingat kegiatan di sekitar
masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat dan
3) Kamtibmas
Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dengan volume ±
1.998.000 m3 juga diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas
akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut.
Kegiatan pengerukan akan menimbulkan kebisingan yang ditimbulkan
oleh peralatan yang digunakan (Excavator, Buldozer, Crane Shovel dan
lain-lain). Selain itu, kegiatan tersebut juga akan menghasilkan
lumpur/sedimen, sampah padat dan air limbah yang terkandung dalam
sedimen/lumpur serta gangguan terhadap kegiatan/aktivitas masyarakat
dan lalu lintas di sekitarnya yang dapat menimbulkan gangguan
kamtibmas bagi masyarakat yang berada di sekitar masing-masing lokasi
kegiatan. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan
saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa dan perdagangan) dan
memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini
perlu mendapat perhatian.
1) Kebauan
Kegiatan pemisahan material keruk/penumpukan dan pengeringan
material sungai dan waduk dari kegiatan pengeeduk JEDI fase 1
diprakirakan akan berdampak terhadap tingkat kebauan di sekitar
masing-masing lokasi kegiatan. Kegiatan tersebut akan menghasilkan
lumpur dan sampah yang harus ditangani dengan baik. Lumpur dan
sampah yang dipisahkan tersebut sangat berpotensi menimbulkan bau
ke lingkungan sekitarnya. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing
2) Limbah Padat/Sampah
Kegiatan pemisahan material keruk sungai dan waduk JEDI fase 1
diprakirakan akan berdampak terhadap sampah. Kegiatan tersebut akan
menghasilkan sampah hasil pemisahan material keruk. Apabila tidak
dikelola dengan baik, sampah ini akan menyebabkan pengotoran
lingkungan dan mengalami proses pembusukan yang menimbulkan bau.
Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini
tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan
memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini
perlu mendapat perhatian.
1) Sanitasi Lingkungan
Kegiatan pemisahan material, penumpukan dan pengeringan material
keruk sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak
terhadap sanitasi lingkungan akibat sampah dan lumpur yang dihasilkan
dari kegiatan tersebut. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka
lumpur/sedimen dan sampah yang telah dipisahkan tersebut akan
menurunkan kesehatan/sanitasi lingkungan di sekitar masing-masing
lokasi kegiatan.
3) Persepsi Masyarakat
Kegiatan penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah)
sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap
persepsi masyarakat akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari
kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan menimbulkan bau dan
pengotoran lingkungan yang dapat mengganggu kegiatan sekitarnya.
Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini
tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan
memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini
perlu mendapat perhatian.
4) Kamtibmas
Kegiatan penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah)
sungai dan waduk JEDI fase 1 juga diprakirakan akan berdampak
terhadap kamtibmas akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari
kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan menimbulkan bau dan
pengotoran lingkungan serta berpotensi menimbulkan gangguan
terhadap kegiatan sekitarnya. Mengingat kegiatan di sekitar tapak proyek
saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain)
dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal
ini perlu mendapat perhatian.
1) Kualitas Udara
Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan
waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kualitas
udara terutama akibat bau, debu dan emisi kendaraan pengangkut.
Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini
tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan
memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini
perlu mendapat perhatian.
2) Limbah Padat
Kegiatan pengangkutan material keruk sungai dan waduk JEDI fase 1
diprakirakan akan berdampak terhadap ceceran limbah/material
sampah. Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah ini akan
menyebabkan pengotoran lingkungan dan mengalami proses
pembusukan yang menimbulkan bau. Mengingat kegiatan di sekitar
masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian,
jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan
privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian.
1) Lalu Lintas
Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan
waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kelancaran
lalu lintas pada badan-badan jalan di sekitar masing-masing lokasi
kegiatan. Aktivitas kendaraan pengangkut material keruk tersebut akan
mengakibatkan meningkatnya volume traffic/lalu lintas pada badan-
badan jalan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan.
- Cengkareng Drain:
Dengan jumlah material keruk = 748.000 m3
Kapasitas angkut dumptruk = 20 m3
Jangka waktu pengangkutan = 360 hari
Jumlah ritasi kendaraan yang per hari = 104 kendaraan
Waktu operasional pengerukan = 12 jam
Jumlah ritasi kendaraan per jam = 8 truk per jam
- Sungai Sentiong-Sunter
Dengan jumlah material keruk = 267.000 m3
Kapasitas angkut dumptruk = 20 m3
Jangka waktu pengangkutan = 360 hari
Jumlah ritasi kendaraan yang per hari = 37 kendaraan
Waktu operasional pengerukan = 12 jam
Jumlah ritasi kendaraan per jam = 3 truk per jam
- Waduk Melati
Dengan jumlah material keruk = 170.000 m3
Kapasitas angkut dumptruk = 20 m3
Jangka waktu pengangkutan = 360 hari
Jumlah ritasi kendaraan yang per hari = 23 kendaraan
Waktu operasional pengerukan = 12 jam
Jumlah ritasi kendaraan per jam = 2 truk per jam
2) Sanitasi Lingkungan
Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan
waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sanitasi
lingkungan akibat limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan tersebut.
Kegiatan tersebut akan menghasilkan limbah cair yang terkandung di
dalam sedimen/lumpur yang dikeruk. Apabila tidak ditangani dengan
baik, maka dan air yang terkandung dalam sedimen/lumpur (leachate)
akan tercecer ke lingkungan sekitarnya.
4) Kamtibmas
Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan
waduk JEDI fase 1 juga diprakirakan akan berdampak terhadap
kamtibmas akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan
tersebut. Kegiatan tersebut akan menimbulkan kebisingan akibat
mobilisasi kendaraan pengangkut.Selain itu, kegiatan tersebut juga akan
menghasilkan lumpur/sedimen, sampah padat dan air limbah yang
terkandung dalam sedimen/lumpur yang dapat menimbulkan gangguan
kamtibmas bagi masyarakat yang berada di sekitar masing-masing
kegiatan. Mengingat kegiatan di sekitar tapak proyek saat ini tergolong
cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan
kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu
mendapat perhatian.
1) Persepsi Masyarakat
Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) maintenance
dredging diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat
akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut.
Kegiatan tersebut akan menimbulkan kebisingan akibat mobilisasi
kendaraan pengangkut. Selain itu, kegiatan tersebut juga akan
menimbulkan air limbah yang terkandung dalam sedimen/lumpur
(leachate) dan gangguan lalu lintas. Mengingat kegiatan di sekitar
masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian,
jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan
privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian.
KOMPONEN KEGIATAN
Pra Operasi Operasi Pasca Operasi
Pemisahan,
Mobilisasi Pengaturan Pengangkutan Pemeliharaan/
Mobilisasi Kegiatan penumpukan & Demobilisasi Demobilisasi
Persiapan Sosialisasi peralatan dan transportasi /lalu material keruk dan Penataan lahan Maintenace
tenaga kerja pengerukan pengeringan peralatan tenaga kerja
bahan lintas sampah dredging
KOMPONEN LINGKUNGAN material keruk
TATA RUANG
Transportasi/lalu lintas (-1/2) (-1/2) (-2/2)
FISIK KIMIA
Kualitas udara (-1/1) (-1/2) (-1/2)
Kebisingan
BIOLOGI
Biota darat
Biota air
Kesehatan masyarakat
Estetika lingkungan
[ V-17 ]
BAB VI
EVALUASI DAMPAK PENTING
1) Persepsi Masyarakat
Kegiatan sosialisasi proyek/amdal kegiatan pengerukan sungai dan
waduk JEDI fase 1 kepada warga masyarakat di sekitar lokasi proyek
diprakirakan akan berdampak positif maupun negatif terhadap persepsi
masyarakat. Persepsi positif timbul dari harapan warga sekitar bahwa
dengan adanya kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 akan
mengurangi banjir/genangan di sekitar tempat tinggal mereka,
sedangkan persepsi negatif masyarakat sekitar timbul akibat kekuatiran
warga terhadap dampak negatif proyek seperti kemacetan lalu lintas,
terganggunya sarana prasarana kota dan aktivitas masyarakat,
pengotoran lingkungan, sampah, kebisingan dan lain-lain.
1) Kualitas Udara
Kegiatan tahap operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang
berdampak penting terhadap kualitas udara adalah kegiatan mobilisasi
peralatan dan material keruk (lumpur dan sampah). Kegiatan tersebut
akan menimbulkan debu cukup banyak yang berlangsung terus selama
kegiatan tersebut berjalan serta akibat ceceran/timbunan lumpur keruk
dan sampah dihasilkan dari kegiatan tersebut.
2) Limbah Padat/Sampah
Kegiatan tahap operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang
berdampak penting terhadap sampah adalah kegiatan pengerukan,
pemisahan material keruk dan pengangkutan sampah ke TPA. Kegiatan
tersebut akan menghasilkan sejumlah sampah. Sampah ini bila tidak
diperhatikan akan menimbulkan gangguan lingkungan sekitarnya.
Timbulan sampah ini akan berdampak lebih lanjut terhadap kebersihan
dan sanitasi lingkungan, persepsi masyarakat, kesehatan pekerja dan
kualitas udara. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi
1) Kesempatan Kerja
Kegiatan tahap operasi peengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang
berdampak penting terhadap kesempatan kerja adalah kegiatan
rekrutmen tenaga kerja operasional pengerukan.
2) Sanitasi Lingkungan
Kegiatan tahap operasi sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak
penting terhadap sanitasi lingkungan adalah kegiatan pengerukan,
pemisahan material keruk (lumpur dan sampah), penampungan
sementara material keruk (lumpur dan sampah), pengangkutan material
keruk (lumpur dan sampah) dari lokasi kegiatan ke disposal area dan
mobilisasi tenaga kerja operasional pengerukan. Dengan
terkonsentrasinya tenaga kerja operasional pengerukan sebanyak ± 53
orang akan menghasilkan limbah terutama dari kegiatan MCK. Limbah
ini bersifat cair terutama bekas cucian, urinoir dan mandi. Limbah cair
dan padat ini sangat potensial menurunkan sanitasi lingkungan yang
pada akhirnya akan menjadi tempat berkembangbiaknya organisme
vektor penyakit seperti nyamuk, lalat, lipas dan tikus. Menurunnya
sanitasi lingkungan pada akhirnya akan berdampak terhadap kesehatan
karyawan dan persepsi masyarakat. Mengingat kegiatan di sekitar lokasi
proyek saat ini yang cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-
lain) dan membutuhkan lingkungan yang bersih dan indah, maka hal ini
perlu mendapat perhatian.
3) Kamtibmas
Kegiatan tahap operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1
yang berdampak penting terhadap kamtibmas adalah kegiatan
pengangkutan bahan dan peralatan pengerukan, kegiatan pengerukan,
penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) dan
kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah). Dampak
kegiatan tersebut terhadap Kamtibmas disebabkan oleh potensi dampak-
dampak yang akan muncul akibat kegiatan tersebut seperti penurunan
kualitas udara, peningkatan kebisingan dan penurunan estetika dan
sanitasi lingkungan. Selain itu, pada saat persiapan pekerjaan
pengerukan mulai berdatangan berbagai peralatan dan material untuk
keperluan pembangunan sarana fisik dan kegiatan pengerukan. Untuk
menjaga segala kemungkinan yang berhubungan dengan aspek
keamanan dan ketertiban seperti kasus pencurian dan lain-lain, maka
diperlukan pengawasan yang ketat.
Selain itu, untuk lokasi-lokasi yang sensititf, antara lain lokasi yang
berdekatan dengan pusat perdagangan (Pasar Ular dan ikan hias) yang
dapat berpotensi mengganggu kenyamanan (kemacetan lalu lintas) perlu
mendapat perhatian yang lebih intensif.
4) Persepsi Masyarakat
Kegiatan tahap operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang
berdampak penting terhadap persepsi masyarakat adalah kegiatan
pengangkutan bahan dan peralatan pengerukan, kegiatan pengerukan,
penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) dan
pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) mulai dari masing-
masing lokasi kegiatan hingga ke disposal area/TPA. Dampak terhadap
persepsi masyarakat merupakan dampak turunan (sekunder) akibat
menurunnya kualitas udara, meningkatnya kebisingan, penurunan
estetika dan sanitasi lingkungan serta terganggunya sarana dan
prasarana kota yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut.
6) Lalu Lintas
Kegiatan pada tahap operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI
fase 1 yang berdampak penting terhadap lalu lintas adalah kegiatan
pengangkutan/mobilisasi bahan dan peralatan pengerukan (peralatan
berat), penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah)
dan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah). Kegiatan
tersebut berdampak terhadap meningkatnya volume lalu lintas
kendaraan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan akibat aktivitas
kendaraan proyek dan terganggunya lalu lintas sekitar akibat
penempatan material keruk (lumpur dan sedimen). Mengingat kondisi
lalu lintas saat ini di semua lokasi pengerukan tergolong padat (v/c rasio
di Jl. Daan Mogot : 0,82-0,90; Jl. Gunung Sahari: 0,78-0,88; Jl. Suprapto:
0,70-0,85; Jl. Perintis Kemerdekaan: 0,72-0,94 dan Jl. Kebon Kacang: 0,74-
0,90).
1) Persepsi Masyarakat
Kegiatan pasca operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang
berdampak penting terhadap persepsi masyarakat adalah kegiatan
pengerukan/maintenance dredging. Dampak terhadap persepsi
masyarakat ini disebabkan oleh dampak-dampak negatif yang muncul
akibat pengerukan (dampak sekunder) seperti penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, sampah, gangguan lalu lintas dan gangguan
kamtibmas.
• Pendekatan Institusional
Dilakukan melalui koordinasi antar komponen terkait, pemerintah
daerah serta instansi terkait lainnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah
pelaksanaan ketentuan perundang-undangan dan kerjasama yang baik
dengan pemerintah daerah terutama dalam penyediaan tenaga kerja dan
peraturan pengendalian lingkungan yaitu :
• Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi dilakukan dengan cara :
− Diprioritaskan untuk menggunakan tenaga kerja lokal dan membuka
kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
• Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi berupa penerapan alternatif teknologi sederhana
dan tepat guna untuk pencegahan/menekan dampak negatif, misalnya
penggunaan peralatan pengerukan, pemisahan material keruk dan
penggunaan jenis kendaraan pengangkut material keruk (lumpur dan
sampah).
Tujuan RPL adalah pedoman bagi berbagai pihak yang terkait dalam
melaksanakan pemantauan lingkungan bagi kegiatan Pengerukan sungai
dan waduk JEDI fase 1, yaitu :
Sanitasi lingkungan
Gambar VI-1 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk JEDI Fase 1
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik, Kecamatan Kebun Jeruk dalam Angka, Tahun 2008
Biro Pusat Statistik, Kecamatan Sawah Besar dalam Angka, Tahun 2008
Biro Pusat Statistik, Kecamatan Tanjung Priok dalam Angka, Tahun 2008
Biro Pusat Statistik, Kecamatan Tanah Abang dalam Angka, Tahun 2008
Louis Berger Inc. and PT. Indah Karya (Persero). Drainage Management for
Jakarta: Priority Assistance, WJEMP DKI 3-8,), April 2004.
Nippon Koei and Kwarsa Hexagon (2005) Outline Plan for Major Drainage and
Small Lakes Management in Jabodetabek-Bopunjur Area, WJEMP
Pusat 3-10, , June 2005.
Dalam Rangka Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Di DKI Jakarta
Fase 1 dalam Rangka Jakarta Urgent Flood Mitigation
Project / Jakarta Emergency Dredging Initiative Project
(JUFMP /JEDIP)
Agustus 2009
Pemrakarsa:
PROJECT MANAGEMENT UNIT
KATA PENGANTAR
Pada Fase 1 dari proyek JEDI, lima saluran pembuangan/sungai dan satu
waduk, telah dipilih sebagi lokasi uji perencanaan dan teknik desain serta
metode-metode pengelolaan lingkungan hidup terhadap keseluruhan lokasi
proyek. Lokasi-lokasi tersebut dipilih karena diperkirakan memiliki dampak
lingkungan dan sosial yang relatif kecil, meskipun pekerjaan pengerukan
tersebut harus memenuhi salah satu tujuan utama dari kegiatan proyek, dan
memberikan manfaat yang signifikan terhadap upaya pencegahan banjir.
Lokasi-lokasi yang termasuk ke dalam Proyek JEDI Fase 1 adalah:
1 PENDAHULUAN 1-1
4 KESIMPULAN 4-1
Besarnya dampak yang diakibatkan oleh banjir di Ibu Kota telah menjadi isu
Nasional akibat kerugian keuangan yang besar dan berdampak pada
masyarakat di wilayah Jakarta. Dalam rangka mengurangi besarnya
kerugian dan kerusakan akibat banjir, Pemerintah Indonesia telah
mengidentifikasi serangkaian saluran pengendali banjir, saluran
pembuangan dan waduk yang memerlukan perbaikan dalam waktu yang
mendesak. Rehabilitasi bangunan ini akan mengurangi risiko banjir dan
membawa manfaat langsung tehadap lebih dari satu juta orang yang tinggal
dan bekerja di daerah-daerah rawan banjir.
Pada Fase 1 dari proyek JEDI, lima saluran drainase/sungai dan satu
waduk, telah dipilih sebagi lokasi uji perencanaan dan teknik desain serta
metode-metode pengelolaan lingkungan hidup terhadap keseluruhan lokasi
proyek. Lokasi-lokasi tersebut dipilih karena diperkirakan memiliki dampak
lingkungan dan sosial yang relatif kecil, meskipun pekerjaan pengerukan
tersebut harus memenuhi salah satu tujuan utama dari kegiatan proyek, dan
memberikan manfaat yang signifikan terhadap upaya pencegahan banjir.
Lokasi-lokasi yang termasuk ke dalam Proyek JEDI Fase 1 adalah (Gambar
I-1) adalah:
2.1 METODE
2.4 PESERTA
RENCANA KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK
FASE 1 DI DKI JAKARTA DALAM RANGKA KEGIATAN
JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT (JUFMP)/
JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE (JEDI)
Surat Kabar: Tanggal:
WARTA KOTA 19 Juli 2009
1
Lampiran 2 Daftar Hadir Kegiatan Sosialisasi AMDAL di Aula Gedung Nyi Ageng Serang
Tanggal 19 Agustus 2009
2
3
4
5
Lampiran 3 Tanggapan Terhadap Pengumumani AMDAL
6
7
Lampiran 4 Transkrip Kegiatan Sosialisasi AMDAL Aula Gedung Nyi Ageng Serang Tanggal
19 Agustus 2009
Sambutan:
• Proses pengerukan ini akan dibagi menjadi dua tahap, yaitu Tahap I dan
Tahap II. Kajian studi AMDAL yang sekarang akan dilakukan adalah
studi AMDAL untuk Tahap I, yang meliputi pengerukan sedimen pada
infrastruktur Banjir Kanal Barat, Angke Hilir, Ciliwung-Gunung Sahari,
8
Grogol-Sekertaris, Sentiong-Sunter, Waduk Melati serta transportasi hasil
kerukan ke tempat pembuangan di Ancol.
• Pengangkutan material hasil keruk yang telah berada di dalam jumbo bag
dan agak kering menuju ke tempat pembuangan di Ancol akan dilakukan
dengan truk pengangkut yang telah dilapisi agar tidak terjadi kebocoran
atau ceceran.
• Proses kegiatan ini lebih lanjut akan dikaji di dalam studi AMDAL agar
diperoleh kajian yang dapat mengurangi dampak-dampak yang nanti
akan dihasilkan dari adanya kegiatan tersebut.
9
bawah kewenangan DKI, sehingga dapat dinyatakan bahwa rencana
kegiatan ini merupakan kegiatan pemerintah.
• Studi kajian AMDAL ini akan dilakukan untuk JEDI Tahap I, dengan
kajian terhadap lokasi yang paling mendesak, dengan kajian terhadap
masalah sosial,dan teknis.
• Proses sosialisasi ini wajib dilakukan untuk setiap kegiatan yang akan
dilakukan yang diatur melalui Surat Keputusan Mentri Lingkungan
Hidup, Kepala Bapedal dan Gubernur untuk menyampaikan informasi
tentang rencana kegiatan agar mendapatkan masukan yang dapat
dimasukkan ke dalam penyusunan dokumen AMDAL dan disertakan di
dalam Lampiran Dokumen Kerangka Acuan.
10
2. Muh. Amri, Forum PermukimanJakarta
• Untuk penyebaran informasi disarankan untuk memanfaatkan slot iklan
layanan masyarakat yang ada di televisi swasta, selama ini sudah
dimanfaatkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Tata
Kota dll.
• Disediakan layanan nomer hotline di setiap lokasi pengerukan yang
dapat diakses oleh masyarakat.
• Penjelasan tentang Peraturan Gubernur No. 28 tahun 2009 mengenai
AMDAL, apakah masih relevan untuk kegiatan pengerukan ini?
B. Tanggapan
1. Pak Bambang
• Cengkareng merupakan lokasi prioritas utama namun daerah Kamal,
Tanjungan dan yang lainnya akan dilakukan pengerukan.
• Masalah rob, akan ada kegiatan tersendiri dengan bantuan dari
pemerintah Belanda.
• Kontraktor pelaksana akan ada proses pengawasan oleh pemrakarsa dan
masyarakat. Dengan digunakannya jumbo bag kegiatan pengawasan akan
lebih mudah dilakukan dengan melakukan perhitungan jumlah kantong
dan mempermudah proses pengangkutan yang akan diatur waktunya
agar tidak menyebabkan kemacetan, contohnya malam hari.
• Iklan layanan masyarakat akan ditindaklanjuti untuk menyebarluaskan
informasi tentang rencana kegiatan pengerukan.
• Hotline yang bisa diakses dapat dipasang di papan pengumuman yang
akan disiapkan oleh project implementing unit masing-masing (seperti
Dinas PU DKI, Balai Besar Wilayah Sungai Cisadane-Ciliwung, Ditjen
Cipta Karya).
• Keterlibatan masyarakat diperlukan sejak awal kegiatan dari mulai
kerangka acuan dan desain sehingga tidak menjadi masalah dikemudian
hari.
• Usulan tentang keterlibatan masyarakat dan kontribusinya
2. Pak Santo
• Teknis pengerukan yang berdasarkan pengalaman sering tidak sesuai
spesifikasi teknis (hanya diaduk-aduk) sehingga tidak mengatasi
permasalahan yang ada. Hal ini akan dikaji dalam AMDAL yang akan
dimasukan ke dalam RKL-RPL, sehingga tidak putus hanya di dokumen
11
AMDAL saja dan akan dilakukan monitoring selama kegiatan
berlangsung yang diawasi oleh pemrakarsadan masyarakat.
• Masalah adanya penduduk di suatu lokasi kegiatan, hal ini telah menjadi
perhatian dalam kajian AMDAL, yang akan berbeda dan spesifik atas
lokasi-lokasi yang dianggap rawan dengan permasalahan sosial.
• Hotline merupakan salah satu bagian dari proses montoring, ada personel
yang bertanggung jawab atas proses yang terjadi selama kegiatan dan
permasalahan yang ditimbulkannya sehingga proses pemecahan masalah
dapat berlangsung dengan cepat, hal ini akan dimasukkan juga ke dalam
dokumen RKL-RPL.
• Penempatan material keruk berpotensi menimbulkan masalah kantibmas,
hal ini akan dikaji secara mendalam dalam RKL dan RPL.
3. Ibu Endah
• Pergub 28 tentang limbah B3, ada lokasi-lokasi tertentu yang diduga
berpotensi ada limbah B3, material keruk dan proses penempatannya
harus dilakukan dengan perlakuan khusus dan hal ini akan dimonitor,
dalam hal ini tidak hanya peran pemerintah namun peran serta
masyarakat yang sangat diharapkan untuk memonitor kegiatan dan
menjaga keberlangsungan lokasi hasil pengerukan salah satunya dengan
cara tidak membuang sampah ke sungai.
A. Pertanyaan
12
3. Ahmad Dahlan, Dekel Ancol
• Berkaitan dengan pengelolaan agar tidak hanya bisa membangun tapi
yang lebih penting bisa memelihara, sosialisasi tentang kegiatan ini telah
sering dilakukan dan mudah-mudahan peran serta masyarakat dapat
aktif dilakukan.
• Pengerukan akan dilakukan di daerah rendah, tidak hanya masalah
kedalaman namun apakah ada kegiatan pembangunan tanggul.
• Dalam dampak yang mungkin timbul yang akan dibahas dalam dokumen
AMDAL tidak melihat ada issue perawatan.
• Daerah Ancol tidak hanya menerima banjir namun juga mengalami Rob,
mohon diperhitungkan dan dipertimbangkan dampak yang akan terjadi
akibat dari rencana Ancol sebagai daerah penampungan material keruk.
• Agar rencana kegiatan ini disosialisasikan hingga tingkat bawah/
kelurahan.
• Harapan agar setiap pembangunan tidak hanya tepat guna namun juga
tepat manfaat bagi masyarakat, saran disekitar waduk dijadikan area
rekreasi sehingga dapat mendatangkan keuntungan terhadap masyarakat
sekitar.
• Rencana pembangunan waduk yang dibatalkan, mohon kejelasan waktu
rencana tersebut.
B. Tanggapan
1. Pak Bambang
• Grogol-Sekertaris-Angke merupakan satu kesatuan Banjir Kanal Barat
yang pada awalnya merupakan prioritas pertama, namun berdasarkan
hasil dari studi pendahuluan bahwa akan terjadi masalah sosial di daerah
Kali Adem dimana harus memindahkan sekitar 600 jiwa yang
sebelumnya telah dipindahkan telah datang kembali. Masalah tersebut
menyebabkan tertundanya kegiatan pengerukan di daerah Grogol-
Sekertaris-Angke yang nantinya akan masuk ke Banjir Kanal Barat.
• Ciliwung-Gunung Sahari merupakan prioritas pertama, dengan adanya
informasi kegiatan perdagangan di sekitar kali adanya beberapa
jembatan, metoda pengerukan akan menggunakan peralatan yang sesuai,
diantaranya floating buldozer yang sekarang digunakan di pilot project
dan untuk proses penirisan material keruk tidak akan ditempatkan di
darat namun akan dibuat deck di atas kali.
• Kegiatan JEDI akan memakai standar-standar yang dapat digunakan oleh
kontraktor lokal, karena kegiatan JEDI ini merupakan kegiatan awal dari
suatu kegiatan rutin.
• Untuk masalah Ancol kegiatan yang dilakukan utnuk pencegahan banjir
akan dilakukan kegiatan dalam beberapa tahapan, tahap pertama adalah
pengerukan kemudian sea defence untuk mengatasi Rob dari laut. Ada
usulan dari masyarakat untuk membangun tanggul laut di utara Jakarta,
namun hal ini perlu dipertimbang masak-masak dampak yang akan
terjadi diantaranya jalur keluar masuk kapal ke pelabuhan dan marina,
13
dan proses pembuangan air banjir dari daratan ke laut.Walaupun sudah
ada contoh di Singapura yang menggunakan pintu-pintu air yang
dilengkapi dengan pompa di setiap sungai-sungai namun dibutuhkan
biaya yang sangat besar.
• Sosialisasi ditingkat kelurahan akan dibicarakan dengan tim konsultan.
• Lokasi pembuangan Ancol, desain dan review AMDAl telah selesai,
tinggal pelaksanaannya. Lumpur yang akan dibuang merupakan lumpur
yang telah berada di dalam jumbo bag sehingga kemungkinan terjkadinya
ceceran akan dapat ditekan. Rencana ini telah dibicarakan lebih lanjut
dengan otorita Ancol.
• Usulan menjadikan area waduk sebagai daerah rekreasi.
2. Pak Santo
• Kegiatan yang telah ada di sekitar Kali Kartini, point ini akan menjadi
kajian dan didokumentasikan dalam AMDAL, walaupun telah dijelaskan
rencana penanggulannya oleh pemrakarsa.
• Dampak lokasi pengerukan sampai penampungan dikaji dalam AMDAL
JEDI, namun pada saat material tersebut masuk ke penampungan di
Ancol akan diatur oleh AMDAL Ancol, sehingga ada pembagian tugas
yang jelas untuk memastikan penanggulan dampak diatasi dengan baik
oleh pihak yang tepat.
• Pemeliharaan paska kegiatan untuk memastikan kegiatan dapat
bermanfaat untuk jangka panjang.
3. Ibu Endah
• Masalah perawatan telah tercantum di dalam dokumen AMDAL, namun
hal tersebut tergantung kepada implementasi dokumen AMDAL setelah
klegiatan selesai yang merupakan hal yang paling penting dari suatu
proses penyusunan dokumen AMDAL.
A. Pertanyaan
14
2. Erman, Dekel Mangga Dua Selatan
• Saat ini anak kali Ciliwung yang belum dilakukan pengerukan masih
terjadi banjir, kenapa?
B. Tanggapan
1. Pak Bambang
• Untuk daerah Cengkareng, metode pengerukan menggunakan floating
excavator dan penampungan sementara material keruk akan
menggunakan barges yang berada di atas air, sehingga tidak ada
pekerjaan di darat sehingga dapat mengurangi dampak terhadap jalan
inspeksi yang ada di sekitar Cengkareng Drain.
• Untuk pengerukan di anak-anak sungai, pemerintah DKI telah
merencanakan untuk melakukan pengerukan terhadap anak-anak sungai
untuk mendukung kegiatan JEDI dan AMDALnya sedang disiapkan oleh
Pemerintah Kota di DKI Jakarta.
• Pengelolaan material hasil keruk tidak akan dibiarkan begitu saja namun
akan dimasukkan ke dalam jumbo bag sehingga dampak yang dihasilkan
akan lebih minimal.
• Adanya kegiatan di sekitar lokasi telah dipertimbangkan sehingga akan
digunakan peralatan yang kecil agar tidak mengganggu.
2. Pak Santo
• Masukkan mengenai jalan inspeksi, yang terkait dengan mobilisasi
peralatan dan material hasil pengerukan, dan akan dikordinasikan
dengan dinas terkait.
• Anak Kali Ciliwung merupakan satu kesatuan dengan badan air utama,
sehingga apabila ada pengerukan di badan air utama, badan air sungai
utama akan mengalami peningkatan tampung sehingga berpengaruh
terhadap daya tampung anak sungai.
• Kajian juga akan dilakukan terhadap para pedagang dan sebelum
pelaksanaan akan dilakukan sosialisasi yang jelas sehingga pelaksanaan
kegiatan dapat berlangsung dengan baik.
15
5. Sesi Tanya Jawab IV
A. Pertanyaan
B. Tanggapan
1. Pak Bambang
• Dana pembangunan merupakan dana pinjaman dari Bank Dunia sebesar
$ 150 juta yang saat ini usulan bantuannya sedang disiapkan.
• Lima lokasi ini merupakan lokasi tahap pertama dengan konsultan
AMDALnya ERM, untuk sungai-sungai yang lain akan ada konsultan
penyusun yang lain.
• Volume 2 juta meter kubik merupakan volume tahap pertama, secara
keseluruhan volume pembuangan sedimen adalah sebesar 8-9 juta yang
sebagian akan dibuang di Ancol dan apabila memungkinkan akan
dibuang di Muara Kali Adem sebelah barat dan juga di Muara Banjir
Kanal timur di Marunda
• Masalah pengangkutan akan dibatasi jumlah rotasi dan volume
pengangkutannya.
• Teknis pelaksanaan akan diatur dengan pihak pemda DKI dan PMU yang
lain agar dapat terinformasikan dengan baik ke masyarakat melalui
kelurahan dan kecamatan.
16
• Waduk tidak berada di bawah Pemda DKI, pengerukan waduk akan
dilaksakan kepada seluruh waduk, namun secara bertahap.
• Desain sedang dalam proses, kedalaman sungai sedang dalam kajian,
sehingga volume yang tercantum dalam presentasi masih merupakan
perkiraan.
• Anak-anak sungai yang akan masuk ke dalam sungai proyek JEDI, akan
ditangani oleh pemkot-pemkot di Jakarta dengan AMDAL yang berbeda.
Hal ini merupakan persiapan untuk pengajuan pinjaman ke Bank Dunia
yang mudah-mudahan dapat terrealisasi ppada pertengahan tahun
depan.
A. Pertanyaan
17
B. Tanggapan
1. Pak Bambang
• Karteristik setiap sungai yang berbeda akna berpengaruh kepada
penggunaan alat dan waktu pengerjaan sehingga masing-masing lokasi
akan ada metode dan waktu pengerjaan yang spesifik
• Untuk tahap pertama Pemda DKI telah memiliki perjanjian dengan Ancol
untuk suatu Confined Dispossal Area dilapisi pasir dan ditutup tanah liat,
untuk lumpur yang telah dimasukkan kedalam jumbo bag yang nantinya
dapat dimanfaatkan untuk perluasan reklamasi.
• Asal sedimen utama di sungai berasal dari sampah, proses pengerukan
tidak akan berhenti dan akan menjadi kegiatan rutin
• Informasi untuk melaksanakan sosialisasi akan disampaikan kepada
instanti yang berwenang (Ditjen Cipta Karya, Pemda DKI, dan SDA)
untuk diteruskan kepada kontraktor pelaksana yang dicantumkan dalam
kontrak kerja.
• Sungai-sungai yang tidak dapat dilalui dengan kendaraan akan
digunakan alat yang berukuran kecil atau akan dicari alternatif lain
• Perhitungan volume akan lebih mudah dengan dimasukkannya ke dalam
karung dan juga dapat mengurangi dampak ceceran.
• Waduk Rawa Badak sama dengan Waduk Sunter III yang termasuk
dalam program kegiatan JEDI
• Berkaitan dengan adipura, sedimen yang dikeruk dimasukan ke dalam
kantung-kantung dan dibiarkan dulu hingga agak tiris untuk
menghindari ceceran.
8. Kesimpulan
Moderator-Pak Kosasih
Penutup dan Penandatanganan Berita Acara
18
Lampiran 5 Bahan Presentasi pada Kegiatan Sosialisasi AMDAL tanggal 19 Agustus
2009
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Lampiran 6 Berita Acara Sosialisasi AMDAL
30
31
Lampiran 7 Foto-Foto Kegiatan Sosialisasi AMDAL
Spanduk Sosialisasi AMDAL di lokasi Acara Peserta Sosialisasi AMDAL yang hadir
Penandatanganan Berita Acara oleh Wakil dari Penandatanganan Berita Acara oleh Wakil dari
Undangan (Dewan Kelurahan) Undangan (Dewan Kelurahan)
32
Lampiran 3
HASIL ANALISIS LABORATORIUM
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
WAKTU BAKU
NO. PARAMETER SATUAN HASIL METODE
PENGUKURAN MUTU*)
3
1 Jam 900 µg/Nm 21,84
1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 3 SNI 19-7119.7-2005
24 Jam 365 µg/Nm -
3
1 Jam 30.000 µg/Nm 4.239
2 Karbon Monoksida (CO) 3
CO Analyzer – Thermo
24 Jam 10.000 µg/Nm -
3
1 Jam 400 µg/Nm 18,04
3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) 3
SNI 19-7119.2-2005
24 Jam 150 µg/Nm -
3
4 Oksidan (O3) ***) 1 Jam 235 µg/Nm 23,89 SNI 19-7119.8-2005
3
5 Hidrokarbon (HC) 3 Jam 160 µg/Nm 104 SNI 19-4843-1992
3
24 Jam 230 µg/Nm -
6 Debu (TSP) 3
SNI 19-7119.3-2005
- - µg/Nm 143
3
24 Jam 2 µg/Nm -
7 Timbal (Pb) 3
SNI 19-7119.4-2005
- - µg/Nm 0,08
8 Amonia (NH3) ***) - 2 **) ppm 0,03028 SNI 19-7119.1-2005
9 Hidrogen Sulfida (H2S) - 0,02 **) ppm 0,00093 SNI 19-4844-1998
Ket : *) = PPRI No. 41 Tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
**) = KEP. 50/MENLH/XI/1996 Baku Tingkat Kebauan
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
N = Satuan Volume Hisap Udara Kering dikoreksi pada Kondisi Normal (25°C, 76 cmHg)
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 1 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
WAKTU BAKU
NO. PARAMETER SATUAN HASIL METODE
PENGUKURAN MUTU*)
3
1 Jam 900 µg/Nm 19,28
1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 3 SNI 19-7119.7-2005
24 Jam 365 µg/Nm -
3
1 Jam 30.000 µg/Nm 3.551
2 Karbon Monoksida (CO) 3
CO Analyzer – Thermo
24 Jam 10.000 µg/Nm -
3
1 Jam 400 µg/Nm 16,05
3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) 3
SNI 19-7119.2-2005
24 Jam 150 µg/Nm -
3
4 Oksidan (O3) ***) 1 Jam 235 µg/Nm 17,20 SNI 19-7119.8-2005
3
5 Hidrokarbon (HC) 3 Jam 160 µg/Nm 76 SNI 19-4843-1992
3
24 Jam 230 µg/Nm -
6 Debu (TSP) 3
SNI 19-7119.3-2005
- - µg/Nm 51
3
24 Jam 2 µg/Nm -
7 Timbal (Pb) 3
SNI 19-7119.4-2005
- - µg/Nm < 0,03
8 Amonia (NH3) ***) - 2 **) ppm 0,02405 SNI 19-7119.1-2005
9 Hidrogen Sulfida (H2S) - 0,02 **) ppm < 0,00072 SNI 19-4844-1998
Ket : *) = PPRI No. 41 Tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
**) = KEP. 50/MENLH/XI/1996 Baku Tingkat Kebauan
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
N = Satuan Volume Hisap Udara Kering dikoreksi pada Kondisi Normal (25°C, 76 cmHg)
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 2 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
WAKTU BAKU
NO. PARAMETER SATUAN HASIL METODE
PENGUKURAN MUTU*)
3
1 Jam 900 µg/Nm 26,96
1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 3 SNI 19-7119.7-2005
24 Jam 365 µg/Nm -
3
1 Jam 30.000 µg/Nm 4.353
2 Karbon Monoksida (CO) 3
CO Analyzer – Thermo
24 Jam 10.000 µg/Nm -
3
1 Jam 400 µg/Nm 23,50
3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) 3
SNI 19-7119.2-2005
24 Jam 150 µg/Nm -
3
4 Oksidan (O3) ***) 1 Jam 235 µg/Nm 21,56 SNI 19-7119.8-2005
3
5 Hidrokarbon (HC) 3 Jam 160 µg/Nm 93 SNI 19-4843-1992
3
24 Jam 230 µg/Nm -
6 Debu (TSP) 3
SNI 19-7119.3-2005
- - µg/Nm 186
3
24 Jam 2 µg/Nm -
7 Timbal (Pb) 3
SNI 19-7119.4-2005
- - µg/Nm 0,04
8 Amonia (NH3) ***) - 2 **) ppm 0,04121 SNI 19-7119.1-2005
9 Hidrogen Sulfida (H2S) - 0,02 **) ppm 0,00110 SNI 19-4844-1998
Ket : *) = PPRI No. 41 Tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
**) = KEP. 50/MENLH/XI/1996 Baku Tingkat Kebauan
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
N = Satuan Volume Hisap Udara Kering dikoreksi pada Kondisi Normal (25°C, 76 cmHg)
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 3 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
WAKTU BAKU
NO. PARAMETER SATUAN HASIL METODE
PENGUKURAN MUTU*)
3
1 Jam 900 µg/Nm 25,88
1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 3 SNI 19-7119.7-2005
24 Jam 365 µg/Nm -
3
1 Jam 30.000 µg/Nm 4.124
2 Karbon Monoksida (CO) 3
CO Analyzer – Thermo
24 Jam 10.000 µg/Nm -
3
1 Jam 400 µg/Nm 21,19
3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) 3
SNI 19-7119.2-2005
24 Jam 150 µg/Nm -
3
4 Oksidan (O3) ***) 1 Jam 235 µg/Nm 21,74 SNI 19-7119.8-2005
3
5 Hidrokarbon (HC) 3 Jam 160 µg/Nm 87 SNI 19-4843-1992
3
24 Jam 230 µg/Nm -
6 Debu (TSP) 3
SNI 19-7119.3-2005
- - µg/Nm 162
3
24 Jam 2 µg/Nm -
7 Timbal (Pb) 3
SNI 19-7119.4-2005
- - µg/Nm 0,04
8 Amonia (NH3) ***) - 2 **) ppm 0,03195 SNI 19-7119.1-2005
9 Hidrogen Sulfida (H2S) - 0,02 **) ppm 0,00098 SNI 19-4844-1998
Ket : *) = PPRI No. 41 Tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
**) = KEP. 50/MENLH/XI/1996 Baku Tingkat Kebauan
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
N = Satuan Volume Hisap Udara Kering dikoreksi pada Kondisi Normal (25°C, 76 cmHg)
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 4 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
WAKTU BAKU
NO. PARAMETER SATUAN HASIL METODE
PENGUKURAN MUTU*)
3
1 Jam 900 µg/Nm 21,57
1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 3 SNI 19-7119.7-2005
24 Jam 365 µg/Nm -
3
1 Jam 30.000 µg/Nm 4.468
2 Karbon Monoksida (CO) 3
CO Analyzer – Thermo
24 Jam 10.000 µg/Nm -
3
1 Jam 400 µg/Nm 22,21
3 Nitrogen Dioksida (NO2) ***) 3
SNI 19-7119.2-2005
24 Jam 150 µg/Nm -
3
4 Oksidan (O3) ***) 1 Jam 235 µg/Nm 23,19 SNI 19-7119.8-2005
3
5 Hidrokarbon (HC) 3 Jam 160 µg/Nm 109 SNI 19-4843-1992
3
24 Jam 230 µg/Nm -
6 Debu (TSP) 3
SNI 19-7119.3-2005
- - µg/Nm 187
3
24 Jam 2 µg/Nm -
7 Timbal (Pb) 3
SNI 19-7119.4-2005
- - µg/Nm 0,07
8 Amonia (NH3) ***) - 2 **) ppm 0,03722 SNI 19-7119.1-2005
9 Hidrogen Sulfida (H2S) - 0,02 **) ppm < 0,00072 SNI 19-4844-1998
Ket : *) = PPRI No. 41 Tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
**) = KEP. 50/MENLH/XI/1996 Baku Tingkat Kebauan
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
N = Satuan Volume Hisap Udara Kering dikoreksi pada Kondisi Normal (25°C, 76 cmHg)
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 5 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
BAKU *)
NO PARAMETER SATUAN HASIL METODA
MUTU
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 6 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
BAKU *)
NO PARAMETER SATUAN HASIL METODA
MUTU
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 7 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
BAKU *)
NO PARAMETER SATUAN HASIL METODA
MUTU
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 8 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
BAKU *)
NO PARAMETER SATUAN HASIL METODA
MUTU
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 9 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
BAKU *)
NO PARAMETER SATUAN HASIL METODA
MUTU
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 10 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
TANGGAL HASIL *)
NO. LOKASI
PENGAMBILAN dB(A)
1 WMK – 1 12.11.2009 67,2
2 WMK – 2 12.11.2009 65,7
3 SCK – 1 12.11.2009 60,5
4 SCK – 2 12.11.2009 57,0
5 GSK – 1 13.11.2009 75,7
6 GSK – 2 13.11.2009 75,7
7 KSK – 1 13.11.2009 74,2
8 KSK – 2 13.11.2009 57,1
9 SSK – 1 13.11.2009 75,8
10 SSK – 2 13.11.2009 75,6
METODE 22-3/IK/UA-0
Keterangan : *) = Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu
Pengukuran 10 menit dengan interval 5 detik.
**) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 11 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 33,7 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 373 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 96 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 765 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 0,51 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,9 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 1,0 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 8,69 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 13,1 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 2,69 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,7 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,70 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 2,83 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 94,1 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 59 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 196 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 40 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 40 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 12 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 30,2 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 342 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 174 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 703 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 0,39 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,7 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 1,0 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,89 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 25,6 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 2,29 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,6 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil 1,5 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,51 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 1,84 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 47,5 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 35 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 116 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 90 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 90 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 13 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 30,6 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 90 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 56 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 187 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 < 0,02 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 49,3 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 3,8 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,51 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 18,8 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 0,53 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 0,8 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,10 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 0,06 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 13,4 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 8 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 28 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 70 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 2.400 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 14 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 30,0 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 107 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 23 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 223 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 < 0,02 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 49,5 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 3,4 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,67 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 19,2 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 0,51 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 0,9 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,06 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 1,23 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 14,9 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 9 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 30 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 4.600 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 11.000 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 15 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 28,2 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 179 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 30 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 371 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 < 0,02 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,2 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 2,8 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,75 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 27,2 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 2,44 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,1 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,07 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 0,29 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 17,3 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 11 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 36 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 1.500 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 1.500 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 16 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 30,1 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 125 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 146 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 261 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 < 0,02 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 49,8 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 2,8 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,75 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 25,4 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 0,51 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 0,9 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,10 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 0,13 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 16,8 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 10 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 35 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 930 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 930 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 17 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 30,1 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 262 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 33 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 540 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 < 0,02 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,8 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 2,8 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,91 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 54,2 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 3,27 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,4 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,11 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 0,51 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 18,7 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 12 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 39 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 150 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 90 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 18 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 31,5 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 261 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 33 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 538 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 < 0,02 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,5 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 2,0 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,81 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 53,4 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 0,07 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,4 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,12 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 0,40 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 21,6 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 14 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 45 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 210 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 1.500 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 19 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 30,5 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 191 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 51 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 395 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 0,34 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,7 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 2,0 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,89 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 32,4 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 0,60 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,2 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil 0,8 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 1,34 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 0,56 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 26,0 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 16 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 54 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 2.400 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 2.400 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 20 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 30,0 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 220 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 19 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 455 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 < 0,02 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 51,1 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 2,0 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,89 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 40,4 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 1,49 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,3 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,20 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 0,51 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 25,4 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 16 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 53 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 210 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 210 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 21 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 29,9 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 239 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 30 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 493 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 < 0,02 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,6 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 2,0 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,86 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 44,4 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 3,41 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,3 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,11 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 0,56 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 26,9 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 17 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 56 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 200 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 750 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 22 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 30,4 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 278 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 49 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 573 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 0,13 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,9 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 2,0 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 7,92 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 41,9 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 1,12 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,4 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil 0,4 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 3,40 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 1,34 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 30,7 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 19 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 64 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 930 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 2.100 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 23 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 30,3 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 338 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 20 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 695 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 0,05 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,4 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 2,0 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 8,00 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 63,8 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 3,43 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 1,3 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,57 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 0,78 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 28,3 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 18 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 59 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 110 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 110 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 24 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
Nomor : 4321/LHP/XII/2009
Hasil Pengujian
KADAR
No PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKSIMUM
A. FISIKA
0
1 Suhu (Insitu) **) C Normal 27,3 SNI 06-6989.23-2005
2 Zat padat terlarut (TDS) mg/L 200 902 SNI 06-6989.27-2005
3 Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/L 200 64 SNI 06-6989.3-2004
4 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 1000 1.804 SNI 06-6989.1 -2004
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 SNI 19-6964.2-2003
2 Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 Std. Method (Ed 21) 3500-AS
3 Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-2481-1991
4 Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 SNI 06-6989.16-2004 ***)
5 Kobalt (Co) mg/L 0,020 < 0,02 SNI 06-2471-1991
6+
6 Khromium VI (Cr ) mg/L 0,050 < 0,01 Std Mtd (Ed 21) 3500 Cr B
7 Mangan (Mn) **) mg/L 1,0 0,12 SNI 06-2497-1991
8 Garam Alkali (Na) % 50,0 58,8 Perhitungan
9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 1,8 SNI 06-6869.14-2004
10 pH (Insitu) **) - 6,0-8,5 8,01 SNI 06-6989.11-2004
11 Selenium (Se) mg/L 0,050 < 0,002 Std Mtd (Ed 21) 3500 -Se
12 Seng (Zn) mg/L 1,0 < 0,01 SNI 06-6989.7-2004 ***)
13 Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.18-2004 ***)
14 Sulfat (SO4) **) mg/L 100 112,5 SNI 06-6989.20-2004
15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/L 1,25-2,50 0 Perhitungan
16 Tembaga (Cu) **) mg/L 0,10 < 0,02 SNI 06-6989.6-2004
17 Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 SNI 06-6989.8-2004 ***)
18 Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10,0-18,0 3,5 Perhitungan
19 Minyak & lemak mg/L Nihil < 0,2 HACH
20 Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,36 SNI 06-6989.51-2005
21 Phosphat (PO4-P) **) mg/L 0,50 1,03 SNI 06-2483-1991
22 Nilai Permanganat (KMnO4) **) mg/L 25,0 36,5 SNI 06-6989.22-2004
23 BOD5 mg/L 20 23 SNI 06-2503-1991
24 COD **) mg/L 30 76 SNI 06-6989.15-2004
C. MIKROBIOLOGI
1 Koliform Tinja Jml/100ml 4.000 110 SNI 06-4158-1996
2 Total Koliform Jml/100ml 20.000 200 SNI 06-3957-1996
Keterangan : *) = KEP-GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995
Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
**) = Logam merupakan Logam Terlarut
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Ir. Soewarto
Direktur
Halaman 25 dari 31
• Hasil yang ditampilkan hanya berhubungan dengan contoh yang diuji dan laporan hasil pengujian tidak boleh
digandakan kecuali seluruhnya tanpa persetujuan tertulis dari laboratorium.