KATA PENGANTAR
1. Analisis Hidrologi
7. Analisis Kerugian
Semoga laporan ini dapat memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam
kerangka acuan kerja dan dapat dipakai sebagai pengarah dalam melakukan kegiatan
selanjutnya.
i
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................I-1
1.1. LATAR BELAKANG.......................................................................................I-1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN..............................................................I-2
1.3. SASARAN PEKERJAAN.................................................................................I-2
1.4. LINGKUP PEKERJAAN..................................................................................I-3
1.5. LOKASI PEKERJAAN....................................................................................I-3
1.6. WAKTU PELAKSANAAN...............................................................................I-4
ii
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
iii
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
iv
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
DAFTAR TABEL
Tabel V- 1 Perhitungan Kapasitas Alir Sungai Klego Bagian Hilir, Q=5,5 m 3/dt............V-5
vi
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
vii
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
viii
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
DAFTAR GAMBAR
ix
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
x
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
xi
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
dalam melakukan tindakan pada saat terjadi keadaan darurat pada bendungan. Sehingga
dampak banjir yang menimbulkan korban manusia maupun kerugian harta benda sebagai
akibat dari pengeluaran debit air dari waduk yang melebihi kapasitas/daya tampung alur
sungai di hilir bendungan maupun sebagai akibat dari runtuhnya bendungan dapat
diminimalkan.
Maksud :
Studi ini bertujuan untuk meminimalisir kerugian materiil maupun non materiil yang
diakibatkan oleh keruntuhan seeksemplar bendungan. Sedangkan manfaat yang ingin
dicapai dalam studi ini adalah menyusun Rencana Tindak Darurat (RTD) yang akan
digunakan sebagai pedoman bagi Unit Pengelola Bendungan (UPB) dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam menentukan rencana tindak darurat
apabila ada indikasi akan terjadinya keruntuhan bendungan.
Tujuan :
2. Tersedianya dokumen yang akan dijadikan acuan bagi instansi dan lembaga terkait
dalam Rencana Tindak Darurat, jika terjadi indikasi keruntuhan Bendungan Klego.
Lembaga-lembaga terkait yang dimaksud setidak-tidaknya adalah UPB dan BPBD
2
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
tingkat kota/kabupaten dan propinsi terkait, serta lembaga-lembaga lain yang terkait
dengan penanggulangan bencana.
3. Tersosialisasikannya Dokumen RTD kepada instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana dan pengungsian, sehingga mereka telah mengenali sejak
dini terhadap berbagai hal yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu terjadi peringatan
dini terhadap keruntuhan bendungan. Dengan demikian kerugian harta benda dan
jiwa dapat diminimalkan.
Secara umum lingkup kegiatan Fasilitasi Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan
Klego meliputi :
1. Pekerjaan persiapan.
4. Tahap analisis.
Bendungan Klego berada pada Desa Klego Kecamatan Andong dan Klego
Kabupaten Boyolali dengan posisi koordinat 70 21’ 43.34” LS dan 1100 42’ 15.10” BT.
Lokasi pekerjaan dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
3
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Bendungan
Klego
4
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
5
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
PEKERJAAN
Air merupakan sumber daya alam yang bersifat terbarukan ( renewable), yang
keberadaannya terbatasi oleh waktu (musim), ruang (lokasi), jumlah (kuantitas) dan
mutu (kualitas), mengikuti siklus hidrologi.
Keberadaan air dalam musim, lokasi, kuantitas dan kualitas yang tepat selalu
didambakan oleh masyarakat guna menunjang berbagai kebutuhan hidup, baik untuk
keperluan domestik, perkotaan, industri, pertanian, maupun keperluan-keperluan lainnya.
Hal tersebut di atas yang selama ini mendasari kebijakan dibangunnya
bendungan-bendungan kecil (embung) dan bendungan-bendungan besar yang tersebar
untuk mengatasi terjadinya defisit terhadap kebutuhan air di musim kemarau.
Pembangunan Bendungan Klego yang berada di Desa Bade Kecamatan Klego Boyolali
yang dilakukan sejak tahun 1987 sampai dengan 1990 juga bertujuan sama untuk
menampung difisit air pada saat musim penghujan untuk dimanfaatkan mengairi 1.353 ha
lahan irigasi, khususnya pada saat musim kemarau.
Bendungan Klego yang memanfaatkan beberapa sungai yang berada di DTA nya
yaitu Kali Braholo, Kali Sat, Kali Kedunggondang dan Kali Wanapatra. Di hilir pelimpah
Waduk Klego, sungai mengalir ke arah Timur dan berubah nama menjadi sungai Kali
Ngandong yang berbelok ke arah Utara melalui Desa Banyuurip dimana sesampainya di
Desa Sumberagung Kecamatan Klego sungai Kali Ngandong berbelok arah ke arah
Tenggara menuju Desa Andong Kecamatan Andong serta berbelok lagi ke arah Utara
melewati desa-desa Munggur, Karangmojo dan Desa Kadipaten. Sesampainya di Desa
Kadipaten sungai Kali Ngandong berbelok arah menuju arah Timur menuju Desa
Semawung dan berbelok arah menuju arah Selatan dan bergabung dengan Kali Pakang di
Desa Pakang. Dari Desa Pakang sungai mengalir ke arah Timur menuju Desa Nacangan
sekaligus bertemu dengan sungai Kali Brangkal serta mengalir ke arah Timur dan berubah
nama menjadi Kali Kedungkancil. Sesampainya di Desa Kedungdowo Kali Kedungkancil
1
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
bertemu dengan sungai Kali Gondangrawe dan mengalir ke arah Timur Laut dengan nama
sungai Kali Kombo melalui desa-desa Brojol, Girimargo dan terakhir melalui Desa Soko
Kecamatan Miri Kabupaten Sragen Jawa Tengah sebelum masuk ke daerah genangan
Waduk Kedungombo. Gambar berikut di bawah ini menggambarkan sistim pengaliran
wilayah hilir Bendungan Klego.
2
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
3
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
a. Data Umum
Desa Bade
Kecamatan Klego
Kabupaten Boyolali
Propinsi Jawa Tengah
Manfaat Irigasi 1353 Ha
Mulai Konstruksi 1987
Selesai Konstruksi 1990
Pengelola BBWS Pemali Juana
b. Data Hidrologi
Anak Sungai Sumber Air Gandik dan Pundung
Sungai Kali Serang melalui Bendung Parean
Luas Daerah Tangkapan 4,33 km2
Curah Hujan Rancangan 678,33 mm (PMP Isohyete)
Banjir Rencana Desain 89,86 m3/dt
c. Data Waduk
Tinggi Muka Air Banjir +240,00 m
Tinggi Muka Air Normal +239,50 m
Luas Genangan Saat Banjir 76,40 Ha
4
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
e. Data Instrumentasi
Pisometer 15 buah
Vnotch 2 buah
Papan Duga 3 buah
5
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
0 40 80 100 m
3.50
+ 241.00
MAB +240.00
Lapisan Lempung dan Pasir MAN +239.50
MAR +235.00
Dikupas
Ijuk 5 cm
0 2 4 6 8 10 m
6
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
3.80
3.00
+241.00
MAB +240.00 1:
2.5
MAN +239.00
5
1:2 +237.74
+257.22
+236.24 +236.24
+235.74
+235.15 +256.44
+254.24
+235.40
3.14 2.2 2.0 2.0 2.0 2.0 1.70 1.50 1.5 6.0 1.0 10.0
0.53
0.81 0.5
0 2 4 6 8 10 m
3.60 +243.20
+241.00
MAB+240.00
+239.50
3.75
+235.00
+232.46
+231.90
+230.0
+229.30
SKALA
0 2 4 6 8 10 m
7
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Bendungan Klego
8
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
2.2.2.2. Kependudukan
Penduduk Kabupaten Boyolali pada tahun 2015 berjumlah 969.800 jiwa dengan
komposisi laki-laki sebanyak 481.627 jiwa dan perempuan sebanyak 488.153 jiwa, serta
kepadatan penduduk sebesar 945 jiwa/Km2. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah penduduk
956850 dengan komposisi laki-laki sebanyak 469649 jiwa dan perempuan sebanyak 487201
jiwa, serta kepadatan penduduk sebesar 943 jiwa/Km2. Data tersebut memberikan
gambaran bahwa jumlah penduduk Kabupaten Boyolali tahun 2015 terjadi penambahan
2950 jiwa atau terjadi pertumbuhan 0,30 %.
Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Boyolali tahun 2015 untuk SD/MI
sebesar 100,26%, SLTP/MTs sebesar 86,97% dan SMA/MA sebesar 44,61%. Sedangkan
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk SD/MI sebesar 97,62%, SLTP/MTs sebesar 75,81% dan
SMA/MA sebesar 31,94%.
Angka kelulusan di Kabupaten Boyolali tahun 2015 untuk SD/MI sebesar 96,80%
atau ada yang tidak lulus sebesar 3,20%, SLTP/MTs sebesar 90,88% atau tidak lulus 9,12%,
dan pendidikan menengah sebesar 95,60% atau tidak lulus sebesar 4,40%. Tingginya angka
ketidaklulusan dikarenakan meningkatnya standar kelulusan dari 4,25 menjadi 4,5, dan
adanya peningkatan rata-rata daya serap nilai mata pelajaran pada jenjang utamanya
SM/MA.
9
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Adapun angka IPM Kabupaten Boyolali pada tahun 2011, sebesar 69,72. Angka
tersebut menunjukkan bahwa, Kabupaten Boyolali masuk kategori menengah.
Boyolali beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan.
Suhu udara rata-rata 24 – 30o C di siang hari, turun menjadi 20 o
C pada malam hari.
Pada bulan Juli – Agustus turun menjadi 12 – 15 o
C pada malam hari dan 15 – 20 o
C di
siang hari. Rata-rata hari hujan adalah 196 hari, dengan curah hujan rata-rata 3.400
mm, tertinggi di Kecamatan Klego (4.802 mm) dan terendah di Kecamatan Ampel (1.554
mm).
10
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
11
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
BAB III
ANALISIS HIDROLOGI
III.1. UMUM
Seperti yang tertera di Gambar 3.1, bahwa luas daerah tangkapan air
Bendungan Klego adalah 4,331 km2, dengan panjang sungai 2,41 km serta kemiringan
rata-rata 0,0129. Dimana sungai-sungai yang terdapat di DAS tersebut merupakan
pensuplai utama dari Waduk Klego, yaitu Sungai Kali Braholo, Kali Sat, Kali
Kedunggondang dan Kali Wanapatra.
Sementara itu di hilir Waduk Klego di alur sungai Kali Kedung Kancil terdapat
Bendung Sunggingan yang berfungsi untuk mengairi lahan persawahan di Desa
Sunggingan dan sekitarnya, sehingga dalam simulasi keruntuhan bendungan, Bendungan
Sunggingan dimasukkan sebagai salah satu batas internal keruntuhan Bendungan Klego.
Gambar 3.2 berikut di bawah ini disajikan peta lokasi Bendungan Klego.
1
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
2
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
3
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
4. Kesesuaian antara metode analisis yang digunakan dan karakteristik data yang ada.
1. Stasiun Klego,
3. Stasiun Karanggede
Disamping ketiga stasiun di atas terdapat beberapa stasiun penakar hujan yang
lain seperti Stasiun Kedungombo dan Stasiun Sumberlawang namun stasiun-stasiun
tersebut letaknya cukup jauh dari DAS Klego. Sehingga stasiun-stasiun tersebut hanya
dapat digunakan untuk uji konsistensi terhadap Stasiun Klego. Gambar berikut di bawah
ini menunjukkan lokasi ketiga stasiun penakar hujan di atas, dimana dalam hubungannya
dengan analisis terhadap hujan wilayah hanya digunakan Stasiun Klego dikarenakan
letak maupun kualitas pencatatannya.
4
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Untuk memastikan bahwa data hujan harian yang akan digunakan sebagai
dasar analisis merupakan sampel dari populasi data hujan harian yang homogen, maka
sebelum dilakukan uji konsistensi berikut di bawah ini dilakukan uji homogenitas F-Test
(Uji Homogenitas Variance) , dimana dapat dibuktikan bahwa data hujan harian dari
ketiga stasiun yang dianalisis terbukti homogen.
5
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Dari hasil pengujian ternyata dapat dibuktikan, bahwa data hujan Stasiun
Klego cukup konsisten dengan koefisien korelasi 0,9997 (mendekati satu). Sehingga tidak
diperlukan penyempurnaan data. Berikut di bawah ini adalah kurva massa ganda Stasiun
Klego yang diuji.
6
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Hujan rata-rata wilayah DTA Klego dan hujan maksimum rata-rata tahunan DTA
Klego disajikan sebagai berikut di bawah ini. Sementara hujan tahunan rata-rata di DTA
Klego diperkirakan sebesar 1.448 mm.
7
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Untuk memastikan bahwa hujan harian maksimum tahunan DAS Bendungan Klego
di atas siap untuk dijadikan dasar analisis hujan rancangan, maka berikut di bawah ini
disajikan uji pencilan (outlier) dan uji kepanggahan.
Dengan selang kepercayaan sebesar 95%, berikut di bawah ini disajikan uji
outlier, dimana jika terdapat data hujan maksimum yang berada di luar selang
kepercayaan 95%, maka data akan dikeluarkan dari analisis setelah melalui pertimbangan
yang cukup teliti. Sehingga data yang akan dikeluarkan dari analisis bukan merupakan
data hujan PMP atau hujan minimum. Sedangkan untuk data harian maksimum tahunan
DAS Klego tidak dijumpai pencilan.
Seperti halnya uji outlier, uji kepanggahan harus dilakukan lebih dahulu
sebelum analisis hujan rancangan dilakukan dalam rangka untuk memastikan bahwa data
yang kita gunakan panggah (konsisten) terhadap sekumpulan datanya sendiri dengan
metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Kreteria pengujiannya adalah jika nilai :
8
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Q/Ön R/Ön
n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
30 1,12 1,24 1,48 1,40 1,50 1,70
40 1,31 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,85
Hujan rancangan dibedakan menjadi dua, yaitu besaran hujan rancangan dengan
kala ulang tertentu, dimana analisisnya menggunakan metode distribusi frekuensi dan
hujan rancangan maksimum boleh jadi (PMP) yang analisisnya menggunakan cara
Hersfield maupun cara Isohyete.
9
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
10
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
11
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
12
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
tersebut pada distribusi frekuensi Gumbel, distribusi frekuensi Log Normal Iwai dan
disrtribusi frekuensi Log Pearson Type III. Sedangkan untuk mengetahui distribusi mana
yang lebih baik, perlu dilakukan uji distribusi frekuensi. Hal tersebut dikarenakan secara
statistik ketiga distribusi tersebut di atas memenuhi syarat.
Dari pengujian tersebut diketahui, bahwa ketiga distribusi baik Log Normal
(Iwai) , Gumbel maupun distribusi Log Pearson Type III secara statistik dapat diterima
sebagai dasar analisis perhitungan banjir rancangan karena ketiganya mempunyai Δ kritis
masing-masing sebesar 12,50; 9,70 dan 12,13 dibandingkan dengan angka kritis
Smirnov-Kolmogorov, yaitu 27,60.
13
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
14
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Berdasarkan pada metriks di atas, diketahui bahwa angka deviasi gabungan antara
delta kritis dengan delta hitung terbesar adalah Distribusi Log Pearson Type III atau delta
hitung terkecil adalah Distribusi Log Pearson Type III. Dengan demikian perbedaan
probabilitas Distribusi Log Pearson Type III antara teoritis dan empiris paling kecil. Hal
tersebut konsisten terhadap nilai korelasi R yang dimiliki oleh masing-masing distribusi,
dimana angka korelasi R untuk distribusi Log Pearson Typ III lebih besar dari pada
distribusi lainnya.
Berikut di bawah ini adalah hujan rancangan dengan berbagai kala ulang.
15
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
X X K. S
PMP
dimana :
S = standard deviasi
Berdasarkan metode Hersfield dan metode Isohyete tersebut di atas dan juga
setelah memperhitungkan koefisien reduksi area, hujan rancangan PMP di DAS Klego
masing-masing adalah 304,56 mm dan 678,33 mm.
16
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Secara rinci perhitungan hujan maksimum boleh jadi (PMP) metode Hersfield
disajikan di tabel lampiran. Sedangkan berikut di bawah ini disajikan metode Isohyete
sebagai pembanding.
17
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
18
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Mengacu pada hasil kegiatan Pola Pengelolaan Bendungan Klego tahun 2015,
maka distribusi hujan setiap jam adalah sebagai berikut di bawah ini.
T R Comm.
0 0.00% 0.00%
1 45.03% 45.03%
2 24.30% 69.34%
3 15.03% 84.37%
4 8.99% 93.36%
5 4.85% 98.20%
6 1.80% 100.00%
Total 100.00%
Koefisien limpasan juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju infiltrasi
menurun pada hujan yang terus menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi kejenuhan air
19
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
sebelumnya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai C adalah air tanah, derajad kepadatan
tanah, porositas tanah, dan simpanan depresi.
Dengan mengacu pada hasil kegiatan Special Study Bendungan Klego, 2012 dan
kegiatan RTD bendungan yang sama tahun 2014 yang mana keduanya mengacu pada
koefisien limpasan tabel berikut di bawah ini, maka koefisien limpasan DAS Klego adalah
0,625.
Hujan efektif adalah besaran hujan yang turun di wilayah DAS serta menjadi aliran
permukaan di sungai pada suatu periode waktu. Curah hujan efektif DAS Klego pada
berbagai kala ulang disajikan sebagai berikut di bawah ini.
20
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Sehubungan pada DAS Klego tidak terdapat pos pengamatan debit banjir, maka
untuk menginterpretasikan hujan efektif menjadi limpasan diperlukan hidrograf satuan
sintetis (HSS).
Beberapa HSS yang umum dipakai adalah HSS ITB-1, HSS ITB-2, HSS Nakayasu,
HSS Gamma I dan HSS Snyder yang pada DAS Klego ditunjukkan sebagai berikut.
Tabel berikut di bawah ini memperbandingkan Tp, Qp dan ratio volume HSS
dengan volume 1 mm hujan yang turun secara merata di DAS.
Qp Tp Ratio
No. HSS
(m3/dt) (jam) (VA/VH)
1 Nakayasu 0.89 0.62 1.38
2 ITB-1 0.46 1.53 1.00
3 ITB-2 * 0.72 0.91 1.00
4 Gamma I 0.63 2.00 1.77
5 Snyder 0.73 2.07 1.00
Qp : Puncak HSS
Tp : Waktu Puncak HSS
VA : Volume banjir yang diakibakan oleh 1 mm hujan pada DAS
VH : Volume banjir dari HSS
21
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Untuk memilih HSS mana yang paling layak untuk dijadikan dasar analisis banjir
rancangan, maka terdapat beberapa pertimbangan sebagai berikut.
1. Dari parameter debit puncak HSS (VA/VH) diperkirakan HSS Gamma I dan HSS
Nakayasu kurang tepat untuk dijadikan dasar analisis banjir karena mempunyai ratio
tidak sama dengan satu. Mengacu pada hal tersebut serta melihat parameter Qp,
maka urutan pemilihan prioritasnya adalah :
HSS Snyder
HSS ITB-2
HSS ITB-1
2. Perhitungan banjir dengan metode rasional yang didasarkan pada karakteristik DAS,
mendapatkan waktu konsentrasi Tc = 0.0195*(((L/(S^0.5))^0.77))/60= 0.699 jam.
Sehubungan Tp HSS ITB-2 hanya 0,91 jam sementara HSS Snyder mempunyai Tp
lebih dari 2 jam, maka terdapat perubahan urutan pemilihannya sebagai berikut :
HSS ITB-2
HSS ITB-1
3. Jika kembali kepada parameter besaran Qp, maka HSS ITB-2 terpilih sebagai HSS
banjir DAS Klego.
Berikut di bawah ini disajikan tabel hidrograf satuan sintetis ITB-2 yang
mempunyai Tb kurang lebih 90 jam.
22
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Dengan terpilihnya HSS ITB-2, maka berikut di bawah ini disajikan hidrograf banjir
rancangan DAS Klego yang secara rinci dapat dilihat pada lampiran.
23
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Berikut di bawah ini adalah tabel hidrograf banjir rancangan maksimum boleh jadi
atau PMF, sedangkan tabel banjir rancangan lainnya disajikan pada lampiran.
( 0.048 )
QP C (0.386 A) 0.894( 0.386 A)
24
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Sehubungan tidak adanya observasi yang terkait dengan transport sedimen, maka
perkiraan laju sedimen transport tahunan didekati dengan cara Fleming (1969) yang telah
melakukan penelitian di 253 DTA di berbagai negara di 5 benua, dengan persamaan rating
curve berikut ini.
25
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Dimana,
Q : Total Inflow Tahunan Waduk (m3)
Qs : Total Sedimen Inflow di Waduk (ton)
a, n : Contanta Fleming
Untuk koefisien n dan a masing-masing 0,65 dan 19.000 serta dengan inflow
tahunan rata-rata sebesar 6.198.743,75 m3, maka diperkirakan laju sedimen yang
mengendap di waduk adalah 101,041 m3/tahun. Laju sedimentasi tersebut hampir
mendekati hasil pemeruman di waduk sebesar 133.912,14 m3/tahun. Secara rinci
perhitungan transport sedimen ini dapat dilihat di lampiran.
26
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
BAB IV
KAPASITAS WADUK
IV.1. UMUM
1
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
2
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Bar check adalah alat yg d gunakan untk melakukan kalibrasi alat perum
gema.cara kalibrasi ini sangat membantu untk mendapatkan ukuran
3
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
o bar check harus d lakukan setiap hari pda saat sbelum n sesudah kegiatan
pemeruman.
Kbs=Dfx-(d+t)
4
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Ketelitian yang didapatkan dari metode RTK adalah 1-5 cm, dengan ketelitian tersebut
BASE station lah yang memberikan nilai koreksi kepada ROVER station.
Pada waktu pelaksanaan pengukuran echo sounding, penentuan kedalaman
setiap titik ( fix point ) diusahakan pada posisi jalur lurus pada setiap cross section. Untuk
hal tersebut pengarahan jalur perahu digunakan alat GPS RTK (Real Time Kinematic) dan
perangkat lunak HydrPro sebagai software navigasi.
5
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil lengkap (situasi)
yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip tachimetri ( tacheo artinya menentukan
posisi dengan jarak) untuk membuat peta yang dilengkapi dengan data-data koordinat
planimetris (X,Y) dan koordinat tinggi (Z). Atau membuat peta situasi secara menyeluruh
dari permukaan bumi.
Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik objek
alam maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Objek-objek yang
diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis kontur
untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi. Pengukuran
rinci / situasi dilaksanakan memakai metoda tachymetri dengan cara mengukur besar
sudut dari poligon (titik pengamatan situasi) ke arah titik rinci yang diperlukan terhadap
arah titik poligon terdekat lainnya, dan juga mengukur jarak optis dari titik pengamatan
situasi. Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut :
i. Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur ray,
dimana setiap ray terikat pada titik-titik poligon.
ii. Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan
kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang akan dibuat. Gundukan tanah, batu-
batu besar yang mencolok serta garis pantai akan diukur dengan baik. Juga
bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain akan
diambil posisinya.
6
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Hasil perhitungan koordinat titik dalam tiap ray lalu diikatkan pada masing-
masing patoknya sehingga didapatkan posisinya terhadap bidang referensi. Secara jelas
titik-titik ini dapat dilihat pada gambar topografi yang memiliki skala rinci.
A. PENGUKURAN SUDUT
Karena tidak tegak lurus, maka yang digunakan adalah garis BA’ BB’.
Sehingga didapat hubungan sebagai berikut :
BA’BB’ = BA BB cos
Jadi
do = 100 (BA – BB) cos
= kemiringan sudut helling
dm = do cos
dm = 100 (BA – BB) cos . cos
dimana
dm = jarak mendatar antara titik A dan B
do = jarak optis antara titik A dan B
BA = bacaan benang atas
7
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
B. BEDA TINGGI
dimana :
TAA = tinggi alat
TPA = tinggi patok A
TPB = tinggi patok B
BT = Bacaan benang tengah
masing-masing diukur dilapangan
V = do sin
HAB = TAA + TPA + 100 (BA – BB) sin cos – BT – TPB
Berikut di bawah ini disajikan bagan alir runutan kegiatan survey bathimetri
dan tachimetri yang dilaksanakan.
8
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
MULAI
PERENCANAAN
PERENCANAAN PENGUMPULAN
PENGUMPULAN
JALUR
JALUR DATA
DATA
PENYIAPAN PERALATAN :
• Echo Sounder
• Perahu
• Total Station
• GPS Geodetict
• Laptop
Barcheck
(Kalibrasi Echo Sounder)
Verifikasi Data
PENGGAMBARAN
• Peta Kontur
• Gambar Cross Section
• Kurva & Tabel Kapasitas Waduk
MASUK
KE
SOFTWARE DAMBREAK
9
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
10
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
11
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
12
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
13
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Berdasarkan pada tabel tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa pada kurun
waktu 1 tahun diperkirakan terjadi penurunan volume 133.912,14 m3/tahun. Sementara
dari perhitungan dengan metode empiris pada bab sebelumnya diperkirakan terjadi
penurunan volume 101,041 m3/tahun atau sedikit lebih kecil dari hasil pemeruman.
14
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
15
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
2S j1 2S j
t Q j1 t Q j1 2Q j1
Persamaan untuk menghitung debit Q melalui spillway adalah :
Q C L H 1.5
dimana
Q : debit (m3/det)
C : koefisien pengaliran dengan nilai antara 1,7 dan 2,2; dan diambil sebesar
2,0.
L : lebar efektif mercu spillway (m)
H : total head diatas puncak mercu spillway (m)
Besarnya debit yang melalui spillway tidak hanya ditentukan oleh lebar total
mercu, tapi harus diperhitungkan pengurangan akibat kontraksi aliran air di sekitar
dinding mercu dan pilar-pilar. Karena itu maka lebar efektif mercu spillway dihitung
sebagai :
L L '2 ( N K p K a ) He
dimana
L : lebar efektif mercu (m)
L' : lebar mercu yang sebenarnya
N : banyaknya pilar
Kp : koefisien kontraksi pilar
Ka : koefisien kontraksi dinding bendung
He : total tinggi tekanan yang melimpah pada mercu (m)
16
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
17
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
18
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
19
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Dari hasil perhitungan debit banjir rencana bendungan Klego untuk Q PMF
sebesar 89,861 m3/dt dengan tinggi muka air waduk maksimum EL. 240,442 m dan
outflow sebesar 17,499 m3/dt.
Berdasarkan pada hasil penelusuran banjir melalui pelimpah di atas dapat
disimpulkan, bahwa Bendungan Klego tidak mengalami overtopping pada debit inflow
PMF karena elevasi waduk lebih rendah dari elevasi puncak bendungan EL. 241.00 m atau
masih terdapat tinggi jagaan ±0,5 m.
Berikut di bawah ini disajikan rekapitulasi dari penelusuran banjir dengan inflow
banjir berbagai kala ulang yang secara rinci dapat dilihat pada lampiran.
Tabel IV - Inflow-Outflow Penelusuran Banjir Rancangan
20
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
BAB V
SURVEY PENGUKURAN
V.1. UMUM
Yang termasuk di dalam scope kegiatan survai pengukuran wilayah hilir waduk
terdiri dari beberapa hal berikut di bawah ini.
1. Pengukuran poligon batas genangan banjir hasil simulsi keruntuhan bendungan serta
pemasangan patok BM di sepanjang batas genangan banjir tersebut. Tujuan dari
kegiatan tersebut adalah memberikan acuan bagi aparat yang terkait dengan
penanganan bencana alam dan juga masyarakat umumnya agar mengetahui dengan
pasti, bahwa pada batas mana wilayah aman sekaligus batas wilayah terdampak
banjir yang diakibatkan oleh keruntuhan bendungan. Sehingga dalam pelaksanaan
evakuasi dan penanganan pengungsian tidak terjadi kerancuan dan kegagapan dalam
pelaksanaannya.
3. Survai inventarisasi seluruh bangunan air di hilir waduk serta pengukuran potongan
memanjang dan potongan melintang seluruh bangunan tersebut yang hasilnya akan
digunakan sebagai salah satu input di dalam simulasi keruntuhan bendungan sebagai
kondisi batas internal (internal boundary condition).
4. Pengukuran potongan memanjang dan melintang pertemuan anak sungai dan sungai
utama dimana terdapat aliran lateral yang berpengaruh secara signifikan pada banjir
yang terjadi.
1
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
5. Deliniasi peta DEM yang akan digunakan sebagai salah satu input simulasi dengan
menggunakan seluruh hasil pengukuran di atas agar sebaran banjir yang didapat
telah sesuai dengan kondisi topografi terkini.
Berikut di bawah ini disajikan jalur pengukuran poligon batas genangan banjir
yang diakibatkan oleh keeruntuhan Bendungan Klego berikut koordinat pemasangan
patok-patok BM di sepanjang batas genangan banjir tersebut serta disajikan contoh
deskripsi BM di batas genangan tersebut.
2
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
3
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa banjir yang terjadi di wilayah hilir
waduk tidak selalu disebabkan oleh keruntuhan bendungan namun dapat juga diakibatkan
oleh terjadinya banjir dengan kala ulang tertentu dimana debit yang melimpas di atas
pelimpah tidak cukup mampu diakomodir oleh sungai yang berada di bawahnya. Atau
dengan kata lain kapasitas alir sungai ( channel conveyance capacity) lebih kecil dari banjir
yang terjadi.
EG PF 2
WS PF 2
5 Crit PF 2
Ground
Bank Sta
4
Elevation (m)
0
0 100 200 300 400 500
Station (m)
4
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
SERMO BARU Plan: Plan 03 26/08/2014 1 3:44:56
Geom: GEOSERMO_Rev1 Flow: STEADY SERMO
SERMO TOTAL
100 Legend
WS PF 2
Ground
LOB
80
ROB
60
Elevation (m)
40
20
-20
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Main Channel Dis tance (m)
Gambar 5. 4 Profil Muka Air Q=5,5 m3/dt pada Alur Sungai Klego
Tabel V- Perhitungan Kapasitas Alir Sungai Klego Bagian Hilir, Q=5,5 m 3/dt
5
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
3.25* 5.5 0.97 3.77 3.88 0.000932 1.49 26.89 19.2 0.4
3.2* 5.5 0.97 3.71 3.84 0.001045 1.55 25.76 18.79 0.42
3.15* 5.5 0.97 3.64 3.78 0.001198 1.63 24.47 18.32 0.45
3.1* 5.5 0.97 3.56 3.71 0.001422 1.74 22.95 17.74 0.49
3.05* 5.5 0.97 3.45 3.63 0.001795 1.9 21.03 16.98 0.55
3 5.5 0.97 3.27 3.52 0.002661 2.2 18.14 15.77 0.66
2.92857* 5.5 0.93 3.15 3.39 0.002638 2.15 18.62 16.84 0.65
2.85714* 5.5 0.88 3.03 3.25 0.002623 2.09 19.1 17.97 0.65
2.78571* 5.5 0.84 2.91 3.12 0.002614 2.04 19.59 19.19 0.64
2.71428* 5.5 0.79 2.79 2.99 0.002611 1.99 20.09 20.5 0.64
2.64285* 5.5 0.74 2.67 2.86 0.002606 1.94 20.63 21.93 0.64
2.57142* 5.5 0.7 2.55 2.73 0.002589 1.89 21.22 23.49 0.63
2.5* 5.5 0.66 2.43 2.6 0.002527 1.82 21.95 25.16 0.62
2.42857* 5.5 0.61 2.32 2.48 0.002394 1.74 22.96 27.08 0.6
2.35714* 5.5 0.57 2.22 2.36 0.002157 1.64 24.46 29.39 0.57
2.28571* 5.5 0.52 2.14 2.26 0.001811 1.5 26.76 32.29 0.52
2.21428* 5.5 0.47 2.08 2.17 0.001399 1.32 30.2 36.06 0.46
2.14285* 5.5 0.43 2.04 2.11 0.001004 1.14 35.07 40.89 0.39
2.07142* 5.5 0.38 2.01 2.06 0.000648 0.97 41.41 44.59 0.32
2 5.5 0.34 2 2.03 0.000419 0.82 48.99 48.85 0.26
1.9375* 5.5 0.33 1.98 2.01 0.000405 0.8 49.74 49.51 0.26
1.875* 5.5 0.32 1.96 1.99 0.000391 0.79 50.53 50.21 0.25
1.8125* 5.5 0.31 1.94 1.97 0.000376 0.78 51.39 50.93 0.25
1.75* 5.5 0.3 1.93 1.96 0.000363 0.77 52.25 51.65 0.24
1.6875* 5.5 0.29 1.91 1.94 0.000349 0.75 53.15 52.39 0.24
1.625* 5.5 0.28 1.89 1.92 0.000336 0.74 54.09 53.16 0.23
1.5625* 5.5 0.27 1.88 1.91 0.000322 0.73 55.07 53.93 0.23
1.5* 5.5 0.26 1.86 1.89 0.000309 0.71 56.08 54.72 0.22
1.4375* 5.5 0.25 1.85 1.87 0.000296 0.7 57.14 55.51 0.22
1.375* 5.5 0.24 1.84 1.86 0.000283 0.69 58.24 56.3 0.22
1.3125* 5.5 0.23 1.82 1.85 0.000271 0.67 59.36 57.1 0.21
1.25* 5.5 0.22 1.81 1.83 0.000258 0.66 60.55 57.9 0.21
1.1875* 5.5 0.21 1.8 1.82 0.000246 0.65 61.77 58.69 0.2
1.125* 5.5 0.2 1.79 1.81 0.000234 0.63 63.05 59.48 0.2
1.0625* 5.5 0.19 1.78 1.8 0.000222 0.62 64.36 60.26 0.19
1 5.5 0.18 1.77 1.79 0.00021 0.61 65.73 61 0.19
6
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Survai inventori terhadap seluruh bangunan air di sepanjang alur sungai utama di
hilir waduk dimaksudkan untuk mengetahui jenis bangunan apa saja yang terdapat di alur
sungai utama sekaligus mendata potongan memanjang dan potongan melintang dari
bangunan-bangunan tersebut. Dimana bangunan-bangunan tersebut dalam simulasi
keruntuhan bendungan merupakan kondisi batas internal. Disamping itu hasil
pengukuran terhadap bangunan-bangunan air tersebut juga digunakan membantu proses
deliniasi peta DEM di koordinat yang sama.
Bangunan air yang terdapat di hilir Bendungan Klego antara lain adalah Bendung
Sunggingan dan beberapa jembatan penghubung kecamatan. Berikut di bawah ini
disajikan gambaran hasil survai inventori bangunan air di sepanjang alur sungai.
7
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
8
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
BAB VI
ANALISIS KERUNTUHAN
BENDUNGAN
Dimana output berupa peta genangan banjir yang terjadi dioverlaykan dengan
peta pemukiman dan prasarana yang ada untuk mengetahui wilayah pemukiman dan
prasarana umum mana yang masuk dalam klasifikasi bahaya banjir keruntuhan
bendungan.
1
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
2
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Berikut di bawah ini disajikan contoh data input simulasi keruntuhan bendungan
serta peta sebaran banjir yang disebabkan oleh keruntuhan Bendungan Klego akibat
terjadinya piping atas di elevasi pelimpah.
3
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
4
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Dari hasil overlay antara peta banjir dengan peta administratisi diperkirakan
sebanyak 12 desa/ kelurahan di 2 kecamatan yang secara administrasi masuk ke dalam
Kabupaten Boyolali dan sebanyak 5 desa/ kelurahan di 1 kecamatan yang secara
adminstrasi masuk ke dalam wilayah Kabupaten Sragen akan terkena dampak banjir
yang diakibatkan oleh keruntuhan Bendungan Klego.
Jarak dari
Kelurahan/ Desa
Kode X Y Kecamatan Kabupaten Bendungan
(Dukuh)
(km)
P1 467718.91 9186184.85 Bade(Bade) Klego Boyolali 0.39
P2 468106.58 9185915.51 Blumbang(Sawah) Klego Boyolali 0.78
P3 468406.96 9185371.49 Sangge(Sangge) Klego Boyolali 1.27
P4 469083.64 9185836.71 Banyuurip(Ngliyangan) Klego Boyolali 1.75
Sumberagung(Getas,
P5 470262.26 9185895.31 Klego Boyolali 2.92
Ngrintingan)
P6 472202.73 9185264.04 Beji(Sawah) Andong Boyolali 4.92
Andong(Bangle, Randusari,
P7 472422.85 9185778.13 Andong Boyolali 5.09
Duwet, Suruwoh)
5
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Banjir yang terjadi di wilayah terdampak berkisar antara 0,1 m sampai dengan
4m dengan kecepatan perambatan banjir rata-rata 0,20 m/dt. Sedangkan waktu tiba
banjir diperkirakan antara 0,5 jam sampai dengan 1,5 jam serta perkiraan waktu surut
adalah 150 jam. Kecamatan Andong diperkirakan akan menerima dampak terbesar
akibat keruntuhan Bendungan Klego. Berikut di bawah ini disajikan table karakteristik
banjir yang terjadi.
No Desa Terdampak
6
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
7
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
8
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Banjir yang terjadi di alur sungai utama di hilir waduk perlu dianalisis dalam rangka
untuk mengetahui profil muka air banjir yang terjadi di sepanjang alur sungai utama.
9
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Berikut disajikan profil muka air banjir beserta lokasi-lokasi bangunan air di
sepanjang alur sungai utama yang terdampak banjir keruntuhan Bendungan Klego.
10
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
11
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Hidrograf banjir di sepanjang alur sungai yang terdiri dari besaran banjir,
kedalaman banjir dan kecepatan perambatan banjir dijelaskan secara rinci sebagai
berikut di bawah ini.
12
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
13
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Tabel VI- Klasifikasi Bahaya Berdasarkan SK Dirjen SDA PU, Tahun 2011
0 1 1 1 1 1
1 – 20 3 3 2 2 2
21 – 200 4 4 4 3 3
>200 4 4 4 4 4
Keterangan :
Klasifikasi Bahaya = 1 : bahaya rendah
Klasifikasi Bahaya = 2 : bahaya sedang
Klasifikasi Bahaya = 3 : bahaya tinggi
Klasifikasi Bahaya = 4 : bahaya sangat tinggi
Pada analisis keruntuhan bendungan ini dapat disimpulkan, bahwa pada kondisi
keruntuhan yang diakibatkan oleh piping atas terdapat 17 desa/Kelurahan di 3
kecamatan yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Boyolali dan Sragen akan
mengalami dampak langsung dari keruntuhan Bendungan Klego dengan total Penris
diperkirakan 9.798 jiwa atau 2.888 KK.
14
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
15
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Salah satu hal penting yang harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah lokasi
pengungsian yang diperkirakan aman terhadap bencana banjir, dimana lokasi yang
ditunjuk tersebut harus terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat yang berada
di wilayah rentan bahaya. Sehingga apabila sewaktu-waktu terjadi bencana baik aparat
maupun masyarakat masing-masing tahu tempat aman yang dituju. Kreteria pemilihan
lokasi pengungsian adalah :
6. Tersedia prasarana jalan atau jembatan untuk dilalui kendaraan (jalur evakuasi).
10. Harus mempertimbangkan daya dukung areal pengungsian yang diperkirakan setiap
orang membutuhkan 6 m2.
11. Lokasi pengungsian hendaknya mudah dijangkau oleh tim bantuan kemanusiaan
seperti PMI, Relawan, BPBD, dan lain-lain.
16
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa lokasi tujuan pengungsian harus
dideskripsikan secara rinci, maka berdasarkan hasil survey terhadap masing-masing lokasi
tersebut di lapangan dapat disimpulkan bahwa lokasi-lokasi tersebut layak secara kualitas
dan mencukupi secara kwantitas.
Berikut di bawah ini adalah deskripsi dari lokasi tujuan pengungsian berikut
perkiraan kecukupan luas serta gambaran akses evakuasi yang ada.
17
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
18
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
19
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
20
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
21
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
22
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
23
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
24
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Seiring dengan karakter banjir yang terjadi, perbedaan jumlah Penris yang terjadi di
setiap desa/ kelurahan terdampak juga tidak berbeda secara sigifikan. Hal tersebut makin
menegaskan bahwa debit inflow ke dalam waduk bukan merupakan parameter dominan
dalam mempengaruhi karakteristik dan sebaran banjir yang terjadi.
25
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
Perbandingan profil muka air banjir di setiap lokasi terdampak disajikan berikut di
bawah ini.
26
Laporan Akhir RTD Bendungan Klego
27
BAB VII
ANALISIS KERUGIAN
VII.1. UMUM
1. Kerugian materiil meliputi kerugian langsung dan kerugian tak langsung (terhentinya
manfaat). Kerugian materiil langsung meliputi kerugian rumah beserta harta benda
penduduk di daerah hilir bendungan yang terkena banjir, yaitu sawah, pekarangan,
fasilitas umum, peternakan, industri dan sebagainya. Kerugian materiil tak langsung
adalah kerugian akibat terhentinya manfaat bendungan seperti produksi pertanian yang
berkurang akibat kurangnya air yang dipasok oleh bendungan. Sesuai dengan
”Pedoman Untuk Menentukan Klasifikasi Bahaya Bendungan”, untuk kerugian materiil
tidak memperhitungkan kerugian pada bendungan dan fasilitas terkait serta tujuan
dibangunnya bendungan tersebut.
2. Kerugian psikologis meliputi trauma penduduk yang terkena resiko, trauma pemilik /
pengelola bendungan yang bertanggung jawab atas keamanan bendungan yang
dimiliki / dikelolanya, maupun trauma pemerintah yang bertanggung jawab atas
keselamatan masyarakat.
28
VII.2. ANALISA HARGA SATUAN DAN ASUMSI TINGKAT KERUSAKAN
Dalam melakukan analisis terhadap harga satuan kerugian materiil didasarkan pada
harga satuan bahan dan upah yang dikeluarkan oleh Pemkab masing-masing wilayah
terdampak Tahun 2015 serta didasarkan pada hasil survey di lapangan pada periode
pelaksanaan survey tahun 2016.
Kriteria perhitungan jenis kerugian materiil umumnya didasarkan pada hasil survey
lapangan terhadap responden di daerah terdampak dan Kabupaten dalam Angka, Tahun
2015, dimana masing-masing materiil diasumsikan sebagai berikut di bawah ini :
1. Tempat tinggal penduduk, dapat berupa rumah permanen, semi permanen, dan non
permanen atau sederhana. Sedangkan asumsi kelengkapannya terdiri dari :
Rumah permanen didefinisikan sebagai rumah yang dibangun dari pasangan batu
merah, berpondasi batu kali, disertai dengan lantai keramik atau plester serta
beratapkan genting rangka kayu atau seng dan rata-rata mempunyai kolom beton
yang memadai. Dengan luas bangunaan rata-rata 100 m2, kelengkapan rumah
permanen rata-rata adalah terdapat pesawat TV 20”, meubel ruang tamu, almari
pakaian, sandang, alat dapur, barang pecah belah peralatan makan dan tempat
tidur masing-masing 1 set.
Rumah semi permanen diasumsikan terbuat dari dinding papan atau setengah
pasangan batu dan setengah dari anyaman bambu/ kayu, berpondasi batu kali,
beratapkan genting rangka bambu, berlantaikan plester sebagian tanah. Luas rata-
rata bangunan adalah 50 m2 , dengan kelengkapan 1 unit TV 14”, meubel
sederhana, almari sederhana, sandang sederhana, alat dapur sederhana, dan
tempat tidur sederhana masing-masing 1 set.
Untuk rumah non permanen atau rumah sederhana kerugian yang diperhitungkan
adalah luas bangunan 35 m2 , sandang sederhana, alat dapur sederhana, dan
tempat tidur sederhana. Rumah sederhana diasumsikan terbuat dari dinding
anyaman bambu dengan pilar kayu serta beratapkan genting rangka bambu atau
beratapkan sirap.
2. Peternakan meliputi ayam buras, itik, ayam petelor/pedaging sapi, kerbau, kambing dan
domba.
3. Gedung sekolah termasuk bangku, meja, lemari buku, dan buku-buku paket serta alat
peraga.
29
4. Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poliklinik beserta alat-alat kesehatan, dll.
6. Kantor meliputi kantor desa, kantor bank, dan lain-lain beserta kelengkapannya.
7. Fasilitas umum lainnya seperti jalan, jembatan dan pasar daerah dihitung berdasarkan
kualitas konstruksinya
Rekapitulasi hasil analisis terhadap harga satuan kerugian materiil dapat dilihat pada
tabel berikut di bawah ini yang secara rinci disajikan di dalam lampiran.
HARGA
HARGA SATUAN
NO. URAIAN UNIT SATUAN NO. URAIAN UNIT
(Rp.) (Rp.)
Bangunan Rumah
1 m2 1,850,000 36 Tempat Tidur KK 700,000
Permanen
Bangunan Rumah Semi
2 m2 980,000 37 Tempat Tidur Sederhana KK 400,000
Permanen
Bangunan Rumah Non
3 m2 650,000 38 Sandang KK 750,000
Permanen
4 Bangunan Kantor m2 1,850,000 39 Sandang Sederhana KK 450,000
TV 14
5 Bangunan Kelas m2 1,732,000 40 Unit 2,100,000
inch+Parabola+Dekoder
Bangunan Kepala TV 20
6 m2 1,732,000 41 Unit 2,600,000
Sekolah inch+Parabola+Dekoder
Bangunan Tata Usaha
7 m2 1,732,000 42 Radio - Tape buah 800,000
Sekolah
8 Bangunan Perpustakaan m2 1,732,000 43 Telephone buah 250,000
9 Bangunan Industri Kecil m2 1,732,000 44 Karamba buah 400,000
Bangunan Industri
10 m2 2,250,000 45 Nila ekor 7,500
Sedang
11 Bangunan Industri Besar m2 3,500,000 46 Lele ekor 5,500
12 Bangunan Puskesmas unit 164,994,000 47 Sapi ekor 10,000,000
Bangunan Tempat
13 unit 180,000,000 48 Kambing ekor 1,500,000
Ibadah
14 Bangunan Pasar unit 67,166,000 49 Ayam buras ekor 50,000
15 Bangunan Toko Besar unit 54,000,000 50 Bloyrer finisher ekor 50,000
16 Bangunan Toko Kecil unit 22,000,000 51 Itik ekor 60,000
17 Buku Perpustakaan SD buku 55,000 52 Kerbau ekor 10,000,000
Buku Perpustakaan
18 buku 80,000 53 Rajungan ekor 10,000
SLTP
Buku Perpustakaan
19 buku 115,000 54 Udang ekor 15,000
SLTA
20 Meja dan Bangku TK buah 280,000 55 Bandeng ekor 10,000
21 Meja dan Bangku SD buah 400,000 56 Jalan km 50,000,000
22 Meja dan Bangku SLTP buah 525,000 57 Jembatan unit 200,000,000
23 Meja dan Bangku SLTA buah 525,000 58 Jaringan Irigasi Ha 2,180,000
24 Fasilitas Kantor TK unit 6,200,000 59 Padi ladang kg 3,300
25 Fasilitas Kantor SD unit 18,600,000 60 Padi sawah kg 3,500
26 Fasilitas Kantor SLTP unit 37,200,000 61 Labu kg 1,500
27 Fasilitas Kantor SLTA unit 55,800,000 62 Jagung kg 4,000
28 Alat Peraga TK unit 5,000,000 63 Kedelai kg 3,850
30
HARGA
HARGA SATUAN
NO. URAIAN UNIT SATUAN NO. URAIAN UNIT
(Rp.) (Rp.)
29 Alat Bermain TK set 15,000,000 64 Kacang hijau kg 3,850
30 Alat Dapur KK 3,000,000 65 Kacang tanah kg 6,000
31 Alat Dapur Sederhana KK 1,500,000 66 Kapuk kg 8,000
32 Alat Penerangan KK 500,000 67 Mangga phn 1,500,000
Alat Penerangan
33 KK 265,000 68 Pisang phn 50,000
Sederhana
34 Mebel KK 5,400,000 69 Jalan Aspal/beton km 100,000,000
35 Mebel Sederhana KK 1,800,000 70 Jalan Makadam km 75,000,000
Sumber : Standar Harga Satuan Bahan Bangunan dan Upah Pekerja Kabupaten dalam Angka, 2015
Sumber :
Nilai kerugian materiil yang dihitung adalah bangunan rumah tinggal, bangunan
bukan tempat tinggal, fasilitas umum, prasarana jalan/jembatan, industri, pertanian dan
peternakan. Sedangkan yang termasuk fasilitas umum di dalam perhitungan nilai kerugian
adalah gedung sekolah TK, SD, sekolah lanjutan (SMP dan SMA), Puskesmas, Pustu,
Pasar, Kios dan Kantor/ Gedung.
Mengingat kedalaman banjir dan durasinya di setiap lokasi Penris tidak sama
demikian juga jenis dan kualitas materiilnyapun berbeda, maka berikut di bawah ini disajikan
asumsi tingkat kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan oleh banjir keruntuhan Bendungan
Klego dengan berbagai klasifikasinya.
Prosentase
Kedalaman Banjir Kerusakan/
NO. URAIAN ASSUMSI UMUM
(m) Kerugian
(%)
1 Bangunan Rumah Permanen H <= 0,5 3% Kualitas konstruksi baik, kerusakan kecil
0,5< H <=1,0 5% Kualitas konstruksi baik, kerusakan sedang
>1,0 10% Kualitas konstruksi baik, kerusakan besar
2 Bangunan Rumah Semi Permanen H <= 0,5 10% Kualitas konstruksi sedang, kerusakan kecil
0,5< H <=1,0 15% Kualitas konstruksi sedang, kerusakan sedang
>1,0 20% Kualitas konstruksi sedang, kerusakan besar
3 Bangunan Rumah Non Permanen H <= 0,5 15% Kualitas konstruksi sederhana, kerusakan kecil
0,5< H <=1,0 20% Kualitas konstruksi sederhana, kerusakan sedang
>1,0 30% Kualitas konstruksi sederhana, kerusakan besar
4 Kantor H <= 0,5 10% Kualitas konstruksi baik, kerusakan kecil
0,5< H <=1,0 20% Kualitas konstruksi baik, kerusakan sedang
>1,0 30% Kualitas konstruksi baik, kerusakan besar
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & alat
5 Puskesmas H <= 0,5 15%
kesehatan (kecil)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & alat
0,5< H <=1,0 25%
kesehatan (sedang)
>1,0 35% Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & alat
31
Prosentase
Kedalaman Banjir Kerusakan/
NO. URAIAN ASSUMSI UMUM
(m) Kerugian
(%)
kesehatan (besar)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & alat
6 Pustu H <= 0,5 15%
kesehatan (kecil)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & alat
0,5< H <=1,0 25%
kesehatan (sedang)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & alat
>1,0 35%
kesehatan (besar)
Kualitas konstruksi sedang, kerusakan bangunan &
7 Gedung Sekolah TK H <= 0,5 30%
peralatan (kecil)
Kualitas konstruksi sedang, kerusakan bangunan &
0,5< H <=1,0 45%
peralatan (sedang)
Kualitas konstruksi sedang, kerusakan bangunan &
>1,0 55%
peralatan (besar)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & peralatan
8 Gedung Sekolah Dasar H <= 0,5 10%
(kecil)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & peralatan
0,5< H <=1,0 20%
(sedang)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & peralatan
>1,0 30%
(besar)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & peralatan
9 Gedung Sekolah Sekolah Lanjutan H <= 0,5 10%
(kecil)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & peralatan
0,5< H <=1,0 20%
(sedang)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & peralatan
>1,0 30%
(besar)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & peralatan
10 Tempat Ibadah H <= 0,5 10%
(kecil)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & peralatan
0,5< H <=1,0 20%
(sedang)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & peralatan
>1,0 30%
(besar)
Kerusakan sebagian kecil bangunan (sebagian bangunan
11 Pasar H <= 0,5 10%
tidak berdinding)
Kerusakan sebagian kecil bangunan (sebagian bangunan
0,5< H <=1,0 15%
tidak berdinding)
Kerusakan sebagian kecil bangunan (sebagian bangunan
>1,0 20%
tidak berdinding)
Terselamatkan 50% (nilai ekonomi cukup tinggi dan lebih
12 Ayam >0,5 50%
tahan penyakit)
Terselamatkan sebagian kecil (rentan penyakit &
13 Ayam Petelor/Pedaging >0,5 70%
ketergantungan makanan/obat2an)
Terselamatkan 50% (nilai ekonomi cukup tinggi dan lebih
14 Itik >0,5 50%
tahan penyakit)
15 Sapi/kerbau >1,0 30% Terselamatkan sebagian besar (nilai ekonomi tinggi)
16 Kambing/domba >1,0 30% Terselamatkan sebagian besar (nilai ekonomi tinggi)
17 Bloirer Finisher >0,5 70% Terselamatkan sebagian kecil (rentan penyakit)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & barang
18 Toko Permanen H <= 0,5 10%
dagangan (kecil)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & barang
0,5< H <=1,0 20%
dagangan (sedang)
Kualitas konstruksi baik, kerusakan bangunan & barang
>1,0 30%
dagangan (besar)
Kualitas konstruksi sedang, kerusakan bangunan &
Toko Semi Permanen H <= 0,5 30%
barang dagangan (kecil)
Kualitas konstruksi sedang, kerusakan bangunan &
0,5< H <=1,0 40%
barang dagangan (sedang)
Kualitas konstruksi sedang, kerusakan bangunan &
>1,0 50%
barang dagangan (besar)
Kualitas konstruksi sederhana, kerusakan bangunan &
Toko Sederhana H <= 0,5 50%
barang dagangan (kecil)
Kualitas konstruksi sederhana, kerusakan bangunan &
0,5< H <=1,0 60%
barang dagangan (sedang)
Kualitas konstruksi sederhana, kerusakan bangunan &
>1,0 70%
barang dagangan (besar)
Kualitas konstruksi sedang, kerusakan bangunan &
19 Kios H <= 0,5 20%
barang dagangan (kecil)
Kualitas konstruksi sedang, kerusakan bangunan &
0,5< H <=1,0 30%
barang dagangan (sedang)
Kualitas konstruksi sedang, kerusakan bangunan &
>1,0 40%
barang dagangan (besar)
20 Industri Kecil >0,5 10% Kerusakan sebagian kecil bangunan
21 Industri Sedang >0,5 10% Kerusakan sebagian kecil bangunan
22 Industri Besar >0,5 10% Kerusakan sebagian kecil bangunan
23 Pembersihan >0,5 100% Biaya pengerukan dan pembersihan
32
Prosentase
Kedalaman Banjir Kerusakan/
NO. URAIAN ASSUMSI UMUM
(m) Kerugian
(%)
24 Jalan Aspalt/Beton >0,7 10% Kerusakan sebagian permukaan dan pembersihan
Kerusakan sebagian kecil permukaan dan pemadatan
25 Jalan Makadam >0,5 30%
ulang
Kerusakan 50% & perlu penimbunan dan pemadatan
26 Jalan Tanah >0,3 50%
ulang
27 Padi ladang >0,15 100% Kerusakan 100% atau bero (H > 0,15 m)
28 Padi sawah >0,15 100% Kerusakan 100% atau bero (H > 0,15 m)
29 Jagung >0,50 50% Kerusakan 100% atau bero (H > 0,15 m)
30 Kedelai >0,15 100% Kerusakan 100% atau bero (H > 0,15 m)
31 Kacang hijau >0,15 100% Kerusakan 100% atau bero (H > 0,15 m)
32 Ketela >2,00 30% Kerusakan 100% atau bero (H > 0,15 m)
Dimana :
33
Desa Terdampak Rumah dan Gedung
Rumah Rumah Rumah Toko Toko Semi
No Banjir Perman Semi Sederhan Permanen Permanen/
Keca-
Kelurahan/Desa Max. en Perman a (buah) (buah) Kios/Bedak
matan
(m) (buah) en (buah)
(buah)
2 Blumbang(Sawah) Klego 4.89 0 0 0 0 0
3 Sangge(Sangge) Klego 4.56 9 74 61 5 0
4 Banyuurip(Ngliyangan) Klego 4.74 48 191 177 14 0
Sumberagung(Getas,
5 Klego 5.70 23 131 108 10 0
Ngrintingan)
Rumah/Gedung di Kecamatan Klego, Kabupaten
84 422 366 32 0
Boyolali
6 Beji(Sawah) Andong 1.57 0 0 0 0 0
Andong(Bangle, Randusari,
7 Andong 4.30 98 378 124 30 0
Duwet, Suruwoh)
8 Pakang(Seneng, Selang) Andong 0.05 54 121 59 7 0
9 Mojo(Sawah) Andong 0.02 0 0 0 0 0
10 Kacangan(Brangkal) Andong 1.63 71 157 139 19 0
Pranggong(Ngrawan,
11 Andong 2.09 25 55 8 3 0
Jenggotan)
Kedungdowo(Tempursari,
Kadirno, Besole,
12 Andong 3.03 28 60 31 2 0
Kedungdowo, Wonosari,
Jatisari)
Rumah/Gedung di Kecamatan Andong,
275 770 361 59 0
Kabupaten Boyolali
RUMAH/GEDUNG DI KABUPATEN TERDAMPAK :
359 1,192 727 91 0
Boyolali
Sunggingan(Kedungwinong,
13 Miri 3.12 29 74 11 6 0
Selorejo)
14 Brojol(Kedungkancil) Miri 2.44 13 35 5 3 0
15 Girimargo(Sawah) Miri 2.84 0 0 0 0 0
16 Soko(Sawah) Miri 1.88 0 0 0 0 0
17 Doyong(Sawah) Miri 2.05 0 0 0 0 0
Rumah/Gedung di Kecamatan Miri, Kabupaten
42 109 17 9 0
Sragen
RUMAH/GEDUNG DI KABUPATEN TERDAMPAK :
42 109 17 9 0
Sragen
Jumlah Rumah dan Gedung di Lokasi Terdampak 401 1,301 743 100 0
Sumber : Survey, Perhitungan & Analisis, 2016
Total kerugian yang dialami bangunan rumah dan gedung di wilayah terdampak
diperkirakan mencapai Rp 30.977.625.000,00 ( Tiga Puluh Milyar Sembilan Ratus Tujuh
Puluh Tujuh Juta Enam Ratus Dua Puluh Lima Ribu Dua Ratus Empat Puluh Tiga Rupiah),
dimana besarnya kerugian tersebut disebabkan oleh besarnya kerugian yang ditanggung
oleh rumah jenis semi permanen sebesar Rp 12.156.919.000,00.
34
7.3.2 Kerugian Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang terdiri dari tempat ibadah, Puskesmas, Pustu, klinik, sekolahan,
dan pasar umum di masing-masing lokasi terdampak diperkirakan tidak terlalu banyak
mengalami dampak banjir keruntuhan bendungan, kecuali tempat ibadah dan jumlah
bangunan sekolah dasar (SD) yang masing-masing berjumlah 73 buah dan 12 buah dengan
rincian jumlah di masing-masing lokasi terdampak sebagai berikut di bawah ini.
35
Total nilai kerugian yang diperkirakan dialami oleh fasilitas umum di wilayah
terdampak adalah Rp 7.987.182.000,00 (Tujuh Milyar Sembilan Ratus Delapan Puluh Tujuh
Juta Seratus Delapan Puluh Dua Ribu Rupiah), dimana nilai kerugian tersebut didominasi
oleh kerugian yang dialami oleh tempat ibadah dan bangunan sekolah dasar masing-masing
adalah Rp 3.836.700.000,00 dan Rp 1.967.583.000,00. Tempat ibadah terbesar yang
terkena dampak adalah masjid dan musholah.
36
7.3.3 Kerugian terhadap Prasarana Jalan dan Jembatan
Prasarana jalan yang berada di wilayah terdampak dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis,
yaitu jalan beraspal, jalan makadam dan jalan tanah yang secara kualitas sangat berbeda.
Dimana kualitas tersebut akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakannya yang
diasumsikan sebagai berikut :
1. Jalan Aspalt/Beton, dengan ketinggian banjir lebih dari 0,7 m diasumsikan akan
mengalami kerusakan sebesar 10% dari harga satuan kerugian, yang mana
kerusakannya diasumsikan hanya terjadi pada sebagian permukaan dan perlunya
pembersihan pasca banjir.
2. Jalan Makadam, dengan ketinggian banjir lebih dari 0,5 m diasumsikan akan mengalami
tingkat kerusakan 30%, yang diakibatkan oleh kerusakan sebagian kecil permukaan dan
perlunya dilakukan pemadatan ulang terhadap tubuh jalan pasca banjir.
3. Jalan Tanah, dengan ketinggian banjir lebih dari 0,3 m, diasumsikan akan mengalami
tingkat kerusakan sebesar 50%, dimana kerusakan tersebut diakibatkan oleh perlunya
penimbunan dan pemadatan ulang.
37
Tabel VII- Tingkat Kerusakan Jembatan dan Bangunan Air di Wilayah Terdampak
Prosentase
Kedalaman
Kerusakan/
NO. URAIAN Banjir Max. ASSUMSI UMUM
Kerugian
(m)
(%)
1 B1: Jemb. Banyuurip < 5,0 100% Kerusakan sebagian besar (± 1.72 km dari bendungan)
2 B2: Jemb. Sumberagung < 5,0 20% Kerusakan sebagian besar (± 3.24 km dari bendungan)
3 B3: Jemb. Andong < 5,0 20% Kerusakan sebagian besar (± 4.65 km dari bendungan)
4 B4: Jemb. Andong < 5,0 15% Kerusakan sebagian besar (± 5.99 km dari bendungan)
5 B5: Jemb. Kacangan < 5,0 15% Kerusakan sebagian besar (± 7.29 km dari bendungan)
6 B6: Jemb. Kedungdowo < 5,0 10% Kerusakan sebagian besar (± 8.18 km dari bendungan)
7 B7: Jemb. Kedungdowo < 5,0 10% Kerusakan sebagian besar (± 8.94 km dari bendungan)
8 B8: Jemb. Brojol < 5,0 10% Kerusakan sebagian besar (± 9.94 km dari bendungan)
9 B9: Jemb. Bendung < 5,0 5% Kerusakan sebagian besar (± 10.92 km dari bendungan)
10 Sunggingan
B10: Jemb. Sunggingan < 5,0 5% Kerusakan sebagian besar (± 11.69 km dari bendungan)
11 B11: Jemb. Girimargo < 5,0 5% Kerusakan sebagian besar (± 12.9 km dari bendungan)
12 B12: Jemb. Soko < 5,0 5% Kerusakan sebagian besar (± 13.66 km dari bendungan)
13 B13: Jemb. Soko < 5,0 5% Kerusakan sebagian besar (± 14.05 km dari bendungan)
Sementara berikut di bawah ini adalah jenis dan volume prasarana jalan yang
diperkirakan terkena dampak bagi keruntuhan bendungan di atas. Dimana sebagian besar
jalan yang terkena dampak banjir adalah jalan asphalt diikuti jalan makadam dan jalan tanah
yang mana masing-masing dengan panjang jalan 343.5 km, 259,30 km dan 419,20 km.
38
Desa Terdampak Jalan dan Jembatan
No Jarak dari Jalan Jalan Jalan Jembatan
Kelurahan/Desa Kecamatan Kabupaten
Bendungan Asphalt Makadam Tanah (buah)
(km) (km) (km) (km)
JALAN/JEMBATAN DI KABUPATEN TERDAMPAK : Boyolali 88.90 0.10 3.70 7.00
Sunggingan(Kedungwinong,
13 Miri Sragen 10.36 6.0 0.0 0.2 1
Selorejo)
14 Brojol(Kedungkancil) Miri Sragen 10.37 3.0 0.0 0.1 1
15 Girimargo(Sawah) Miri Sragen 12.38 0.0 0.0 0.0 1
16 Soko(Sawah) Miri Sragen 13.45 0.0 0.0 0.0 1
17 Doyong(Sawah) Miri Sragen 13.47 0.0 0.0 0.0 2
Jalan/Jembatan di Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen 9.00 0.00 0.30 6.00
JALAN/JEMBATAN DI KABUPATEN TERDAMPAK : Sragen 9.00 0.00 0.30 6.00
Jumlah Jalan dan Jembatan di Lokasi Terdampak 97.9 0.1 4.0 13
Sumber : Survey, Perhitungan & Analisis, 2016
39
Desa Terdampak Kerugian Jalan Jembatan (x Rp 1000)
No Banjir Jalan Jalan Jalan Jembatan Jumlah
Kecamata Kabupat
Desa Max. Asphalt Makada Tanah (Rp) (Rp)
n en
(m) (Rp) m (Rp) (Rp)
Sunggingan(Kedungwi
13 Miri Sragen 3.12 66,000 0 2,750 440,000 508,750
nong, Selorejo)
14 Brojol(Kedungkancil) Miri Sragen 2.44 33,000 0 1,375 440,000 474,375
15 Girimargo(Sawah) Miri Sragen 2.84 0 0 0 440,000 440,000
16 Soko(Sawah) Miri Sragen 1.88 0 0 0 44,000 44,000
17 Doyong(Sawah) Miri Sragen 2.05 0 0 0 88,000 88,000
Nilai Jalan/Jembatan di Kecamatan Miri, Kabupaten
99,000 0 4,125 1,452,000 1,555,125
Sragen
NILAI JALAN/JEMBATAN DI KABUPATEN TERDAMPAK :
99,000 0 4,125 1,452,000 1,555,125
Sragen
Jumlah Kerugian Jalan Jembatan (x Rp 1000) di Lokasi
1,002,100 2,475 50,875 3,003,000 4,058,450
Terdampak
Sumber : Survey, Perhitungan & Analisis, 2016
Komoditi pertanian andalan di wilayah terdampak adalah Padi, Jagung, Ubi Kayu,
Ketela Rambat, Kacang Tanah, Kedelai dan Kacang Hijau.
Budidaya Pertanian di Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali 2,723,650 258,500 1,599,950 44,750
6 Beji(Sawah) Andong Boyolali 2,231,200 617,000 737,000 72,000
Andong(Bangle, Randusari, Duwet,
7 Andong Boyolali 1,465,150 310,500 92,000 10,500
Suruwoh)
8 Pakang(Seneng, Selang) Andong Boyolali 894,080 238,000 96,400 3,200
9 Mojo(Sawah) Andong Boyolali 2,150,400 647,000 408,000 43,000
10 Kacangan(Brangkal) Andong Boyolali 751,520 243,600 172,550 14,700
Kedungdowo(Tempursari, Kadirno,
12 Besole, Kedungdowo, Wonosari, Andong Boyolali 257,715 92,850 84,150 9,600
Jatisari)
Budidaya Pertanian di Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali 8,156,535 2,265,950 1,690,000 156,300
PERTANIAN DI KABUPATEN TERDAMPAK : Boyolali 10,880,185 2,524,450 3,289,950 201,050
40
Desa Terdampak Produksi Pertanian (kg)
No Padi Jagung Ubi Kayu Kacang
Desa Kecamatan Kabupaten Tanah
Budidaya Pertanian di Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen 8,881,450 634,900 737,450 19,050
PERTANIAN DI KABUPATEN TERDAMPAK : Sragen 8,881,450 634,900 737,450 19,050
Jumlah Produksi Pertanian (kg) di Lokasi Terdampak 19,761,635 3,159,350 4,027,400 220,100
Asumsi tingkat kerugian yang terjadi pada produk pertanian terhadap ketinggian
banjir yang terjadi adalah sebagai berikut.
1. Padi, kedelai, dan kacang tanah dengan kedalaman banjir lebih dari 0,15 m diasumsikan
akan mengalami kerusakan 100%. Hal tersebut mengacu pada hasil penelitian Prosida
Tahun 1979, dimana padi palawija akan mati jika tergenang lebih dari 0,15 m atau
genangan lebih dari 3 hari.
41
2. Jagung dengan ketinggian banjir lebih dari 0,5 m diperkirakan akan mengalami
kerusakan sebesar 50%.
3. Ubi kayu dengan ketinggian banjir lebih dari 2,0 m diasumsikan akan mengalami
kerusakan 30%.
4. Cabai dengan ketinggian banjir lebih dari 0,5 m diasumsikan 100% rusak.
5. Ubi jalar dengan ketinggian banjir lebih dari 0,5 m diasumsikan 30% rusak.
Kedungdowo(Tempursari,
12 Kadirno, Besole, Kedungdowo, Andong Boyolali 87 129 0 570 0
Wonosari, Jatisari)
42
Desa Terdampak Produksi Peternakan
No Sapi Kambing Itik Ayam Ayam
Desa Kecamatan Kabupaten (ekor) (ekor) (ekor) Kampung Pedaging
(ekor) (ekor)
Sunggingan(Kedungwinong,
13 Miri Sragen 52 70 8 7,487 0
Selorejo)
14 Brojol(Kedungkancil) Miri Sragen 24 37 3 3,727 0
15 Girimargo(Sawah) Miri Sragen 0 0 0 0 0
16 Soko(Sawah) Miri Sragen 0 0 0 0 0
17 Doyong(Sawah) Miri Sragen 0 0 0 0 0
Peternakan di Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen 76 107 11 11,214 0
PETERNAKAN DI KABUPATEN TERDAMPAK : Sragen 76 107 11 11,214 0
43
7.3.6 Rekapitulasi Kerugian Materiil di Wilayah Terdampak
Total kerugian yang diperkirakan akan terjadi jika Bendungan Klego runtuh adalah Rp
113.353.020.000,00 (Seratus Tiga Belas Milyar Tiga Ratus Lima Puluh Tiga Juta Dua Puluh
Ribu Rupiah), dimana biaya tersebut belum termasuk biaya pengungsian. Kerugian terbesar
dialami oleh rumah dan gedung diikuti oleh kerugian yang dialami oleh sektor pertanian,
fasilitas umum, serta jalan dan jembatan.
Andong(Bangle, Randusari,
7 Andong Boyolali 8,141,236 1,937,517 331,375 5,823,875 901,500 17,135,503
Duwet, Suruwoh)
Kedungdowo(Tempursari,
Kadirno, Besole,
12 Andong Boyolali 1,696,917 273,579 459,250 1,156,148 333,300 3,919,194
Kedungdowo, Wonosari,
Jatisari)
Jumlah Total Kerugian (x Rp1000) di Lokasi Terdampak 30,977,625 7,987,182 4,058,450 64,583,628 5,746,135 113,353,020
44
7.3.7 Biaya Pengungsian
Dengan jumlah Penris sebanyak 9.802 jiwa, biaya pengungsian perhari diperkirakan
mencapai Rp 247.660.591,00 (Dua Ratus Empat Puluh Tujuh Juta Enam Ratus Enam Puluh
Ribu Lima Ratus Sembilan Puluh Satu Rupiah) atau Rp 742.981.773,00 selama 3(tiga) hari
dengan rincian sebagai berikut.
45
46
BAB VIII
RENCANA TINDAK DARURAT
VIII.1. UMUM
1. Data organisasi yang terkait dengan penanggulangan bencana beserta nama, alamat
dan nomor telpon pejabatnya, termasuk data unit reaksi cepat, jika ada.
2. Data organisasi yang terkait dengan unit pengelola bendungan beserta nama, alamat
dan nomor telpon pejabatnya.
3. Data relawan atau LSM yang terkait dengan bencana alam hendaknya diinformasikan
pula, agar apabila terjadi bencana keruntuhan bendungan dapat dimintakan
bantuannya secara maksimal.
5. Secara teknis, data yang terkait dengan hidroklimatologi, geologi dan kegempaan dan
lain-lain juga menjadi dasar penyusunan dokumen RTD.
6. Data yang terkait dengan nama-nama pemuka masyarakat, pemuka adat, ulama yang
berpengaruh, dan lain-lain juga perlu diinformasikan agar dalam proses evakuasi
penduduk di wilayah terdampak dapat dilakukan secara maksimal.
1
melakukan upaya-upaya untuk mencegah berkembangnya keadaan tersebut menjadi
lebih buruk.
Problem/kejadian yang termasuk dalam keadaan luar biasa meliputi antara lain:
1. Piping atau didih pasir (sand boil) pada semua bagian struktur bangunan seperti tubuh
bendungan, bangunan pelimpah, atau di daerah sekitar kaki bendungan yang
ditengarai dengan aliran yang keruh.
5. Pergerakan diluar normal arah horisontal atau vertikal atau retakan pada tubuh
bendungan atau tumpuan.
6. Lubang benam kecil atau amblesan dalam jarak <150 m dari tubuh bendungan atau
pelimpah.
7. Retakan baru yang signifikan pada puncak atau lereng tubuh bendungan : antara lain
berupa retakan dengan panjang >10 m, dengan bukaan >2,5 mm dan perbedaan
tinggi antar sisi retakan kiri dan kanan > 1,0 mm.
8. Retakan baru yang signifikan pada konstruksi beton antar lain berupa retakan yang
baru terbentuk atau berkembang > 2 m panjang, dengan panjang >10 m, bukaan >1,0
mm dan atau perbedaan tinggi antar sisi retakan kiri dan kanan > 1,0 mm.
anomali bacaan yang terjadi pada 3 instrumen sejenis yang berdekatan, atau
11. Kenaikan 3 kali berturut-turut nilai bacaan deformasi (patok geser) dan melampaui
threshold yang direncanakan
12. Kenaikan 3 kali berturut-turut nilai bacaan level pizometer dan melampaui threshold
yang direncanakan.
4
13. Muka air banjir, naik melampaui muka air banjir yang direncanakan atau diatas muka
air banjir tertinggi yang pernah terjadi.
14. Kegagalan operasi pada pintu atau katup atau peralatan hidro elektrik lain yang
berdampak pada keamanan bendungan.
Apabila terjadi peristiwa gempa bumi dengan percepatan lebih dari 0,14 g atau
terdapat gempa dengan kekuatan :
16. Hujan badai, dimana MAW mencapai EL. 185,70 m dan air yang keluar dari waduk 5,5
m3/det (kapasitas alir sungai dihilir) serta intensitas hujan yang tercatat di waduk lebih
dari 124 mm selama 6 jam.
18. Sabotase, vandalisme dan tumbukan kendaraan atau alat berat, yang setelah terjadi
mengakibatkan kerusakan pada pintu, pilar, kabel pengangkat yang berdampak pada
keamanan bendungan.
Apabila salah satu dari problem tersebut di atas teramati di lapangan, petugas
lapangan harus segera mengundang Ahli Bendungan dari BBWS Pemali Juana untuk
melakukan pemeriksaan, mendokumentasikan dan menetapkan perlu tidaknya perbaikan
atau tindak lanjut lainnya. Pada kondisi luar biasa, belum perlu pemberitahuan/laporan
kepada pemerintah setempat.
5
membahayakan bendungan sudah terjadi dengan pasti, terutama bila keadaan ini
berlangsung terus.
Pada keadaan ini Kepala Sub UPB yang berada di dam site dan kantor
Pengelola / Pemilik Bendungan yaitu BBWS Pemali Juana , bersiaga penuh memonitor
perkembangan keadaan selama 24 jam. Belum ada kegiatan yang menonjol yang perlu
dilakukan pada tingkat siaga ini, kecuali harus tetap waspada melakukan pemantauan
secara intensif dan menganalisa perkembangan keadaan.
INDIKASI:
Keadaan Kondisi WASPADA bisa ditandai dengan salah satu atau lebih dari indikasi di
bawah ini :
1. Curah Hujan : Jika terjadi hujan deras terus menerus (badai) selama lebih dari 6 jam
dengan total intensitas hujan sebesar 156 mm di stasiun penakar hujan yang ada di
waduk, yang diikuti dengan terjadinya kerusakan – kerusakan pada tubuh bendungan,
tumpuan dan sekitarnya.
2. Elevasi Muka Air Waduk : Pada saat itu elevasi muka air waduk mencapai El. 240,00
m dan / atau debit yang keluar melalui pelimpah melebihi 7 m 3/det, dan ada gejala
muka air waduk akan terus meningkat.
3. Rembesan (Seepage) :
a) Dalam keadaan normal (tidak hujan) jumlah rembesan yang keluar dari salah
satu atau lebih pipa pengumpul drainase meningkat secara tajam.
6
5. Gempa Bumi : Terjadi gempa bumi tektonik dengan percepatan 0,14 g, atau setara
dengan 6,1 Skala Richter dalam radius < 80 km atau 7 skala MMI.
Likuifaksi
Tersumbatnya spillway
Likuifaksi
Retakan
Tindakan:
Belum ada kegiatan yang menonjol yang perlu dilakukan dalam tingkat siaga ini. Kegiatan
dalam Kondisi Waspada masih dalam lingkup Pengelola Bendungan dan instansi yang
terkait dengan keamanan bendungan yaitu BBWS Pemali Juana .
7
Tindakan yang dilakukan dalam Kondisi WASPADA ini adalah:
2. Bersiaga penuh selama 24 jam dan tetap waspada terhadap perkembangan yang
lebih buruk yang mungkin bisa terjadi.
4. Jika terjadi pelepasan air dari waduk, maka prosedur pengeluaran air Bendungan
Klego harus dijalankan dan berlakukan Siaga Banjir dari BBWS Pemali Juana dan
Pemda Kabupaten Boyolali dan Sragen.
Apabila dari hasil observasi dan analisis menunjukkan keadaan bendungan tidak
kritis, maka keadaan darurat dinyatakan selesai dan BBWS Pemali Juana memperbaiki
kerusakan yang timbul. Namun apabila keadaan bendungan bertambah kritis maka
masuk ke Kondisi SIAGA.
Keadaan ini lebih serius dari Kondisi WASPADA dimana struktur bendungan
cenderung menunjukkan ke arah labilitas, namun belum menunjukkan tanda-tanda akan
segera runtuh. Keadaan ini bisa bertambah buruk dan kemungkinan diperlukan adanya
pengungsian apabila keadaan semakin tidak terkendali. Pada keadaan ini BPBD yang
dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kabupaten Boyolali dan Sragen bersiaga
penuh dan dalam keadaan siap untuk mengevakuasi masyarakat dan jika diperlukan,
maka masyarakat di wilayah zona bahaya 1 segera dievakuasi / diungsikan.
Apabila bendungan dinyatakan dalam kondisi yang kritis oleh Ahli Keamanan
Bendungan, maka diperlukan penanggulangan darurat untuk mencegah kerusakan yang
lebih parah. Apabila usaha pencegahan pada Kondisi SIAGA ini berhasil, maka
keadaan darurat dinyatakan selesai. Akan tetapi apabila segala upaya pencegahan yang
dilakukan tidak berhasil dan kondisi bendungan semakin parah, maka keadaan darurat
ditetapkan menjadi Kondisi AWAS.
8
INDIKASI:
Keadaan Kondisi SIAGA bisa ditandai dengan beberapa indikasi di bawah ini :
1. Curah Hujan
Jika terjadi hujan deras terus menerus (badai) selama lebih dari 6 jam dengan total
intensitas hujan sebesar 678 mm di Stasiun Penakar Hujan yang ada di waduk, yang
diikuti dengan terjadinya kerusakan – kerusakan pada tubuh bendungan tumpuan dan
sekitarnya.
Muka air di waduk mencapai EL 240,40 m dan air waduk masih cenderung meningkat.
Debit yang keluar dari waduk melalui pelimpah lebih dari 17,50 m3/det.
3. Rembesan (Seepage)
Dalam keadaan biasa (tidak hujan) aliran rembesan yang keluar dari pipa-pipa
drainase bertambah besar dan bertambah keruh.
4. Gempa Bumi
Terjadi gempa bumi tektonik dengan percepatan > 0,14 g, atau setara dengan 7 Skala
Richter dalam radius < 80 km.
c) Timbul rekahan pada puncak bendungan dengan arah melintang yang menerus
dari hulu sampai hilir tubuh bendungan
d) Terjadi longsoran yang cukup besar di lereng hulu atau di lereng hilir tubuh
bendungan
Tindakan:
Pada keadaan ini BPBD Kabupaten Kabupaten Boyolali dan Sragen bersiaga penuh
untuk persiapan melakukan evakuasi pengungsian warga.
9
kejadian. Tindakan pencegahan ini berupa perbaikan yang sifatnya sementara dan
membutuhkan waktu yang cepat sesuai dengan saran dari Ahli Keamanan
Bendungan, misalnya:
e) Jika muka air waduk mencapai EL. 240,75 m (sisa tinggi jagaan 25 cm) dan /
atau debit yang keluar melalui pelimpah melebihi 17,50 m3/det, maka harus
dilakukan evakuasi terhadap penduduk yang berada di wilayah zona bahaya 1,
dan jika keadaan bahaya meningkat terus, maka tingkatan siaga dapat
ditingkatkan seperti diuraikan dalam Buku RTD.
INDIKASI :
Kondisi AWAS ini ditandai dengan terjadinya salah satu atau beberapa indikasi keadaan
darurat sebagai berikut:
1. Muka air di waduk mencapai EL. 240,75 m atau 0,25 m di bawah elevasi puncak
Bendungan Klego dan air waduk masih cenderung meningkat.
10
2. Air yang keluar dari waduk sudah cukup signifikan dan menjadi ancaman bagi
penduduk di daerah hilir bendungan.
Tindakan:
Pada tahap ini Kepala UPB dan Kabid OP BBWS Pemali Juana harus segera
memberikan informasi kepada Pejabat Keamanan setempat dan Kepala BBWS Pemali
Juana melaporkan kepada Bupati Kabupaten Boyolali dan Sragen untuk melakukan
evakuasi penduduk.
1. Melakukan koordinasi terus menerus antara Tim RTD dan Instansi terkait dengan Tim
BPBD Kabupaten Boyolali dan Sragen.
3. Dalam hal terjadi banjir luar biasa dan melimpas di atas puncak bendungan
(overtopping), dapat dilakukan dengan menempatkan karung-karung tanah di
sepanjang puncak bendungan untuk menambah tinggi jagaan agar air bisa melimpas
melalui bangunan pelimpah (spillway).
4. Dalam hal sudah terjadi rekahan pada puncak bendungan yang dapat mengakibatkan
runtuhnya puncak bendungan, longsor di lereng hulu atau hilir tubuh bendungan,
maka untuk memperlampat laju aliran debit air pengeluaran dapat dilakukan dengan
penimbunan batu agar stabilitas bendungan untuk sementara bisa terjaga sambil
menunggu keadaan muka air di waduk turun.
11
Tabel VIII- Indikasi Overtopping / peluapan pada Bendungan Klego
12
Tabel VIII- Indikasi Rembesan/ Piping pada Bendungan Klego
13
Tabel VIII- Indikasi Problem Didih Pasir pada Bendungan Klego
14
Tabel VIII- Indikasi Problem Lubang Benam
15
Tabel VIII- Indikasi Problem Retakan pada Tubuh Bendungan
16
Tabel VIII- Indikasi Problem Penurunan/Settlement
17
Tabel VIII- Indikasi Problem Longsoran pada Tubuh Bendungan
18
Tabel VIII- Indikasi Problem Retakan pada Struktur Beton
19
Tabel VIII- Indikasi Problem akibat Gempa Bumi
20
8.2.2 Struktur Organisasi dan Alur Pemberitahuan
Berikut adalah bagan organisasi dan alur pemberitahuan kondisi Waspada dan
Siaga RTD Bendungan Klego.
21
Gambar 8. 2 Bagan Alir Laporan dan Pemberitahuan Keadaan Siaga
22
Tabel VIII- Matriks Wewenang dan Tanggung Jawab
Siaga Pelaksanaan
No. Kesiagaan Pengendali
Bendungan Evakuasi
Kepala UPB
1 ABNORMAL UPB di lapangan BBWS Pemali -
Juana
BBWS Pemali
2 WASPADA UPB di lapangan -
Juana
Di bendungan :
BBWS Pemali
Juana
-
BPBD melakukan evakuasi Dihilir
3 SIAGA
penduduk di zona bahaya 1 bendungan:
Evakuasi zona 1
Para Bupati/
Walikota
Prosedur pemberitahuan keadaan darurat dapat dilihat pada skema Bagan Alir
Pemberitahuan Keadaan Darurat seperti pada Gambar berikut.
PEMERHATI MELAPORKAN
PEMANTAUAN RUTIN
TERJADI MASALAH
APAKAH AKAN
TDK
TERJADI POTENSI 23
APAKAH
TIM RTD MENETAPKAN TERJADI
KONDISI DARURAT DAN
KEPALA
KERUNTUHAN
KEPALA SUB UPB UPB MELAPORPENINGKATAN
MELAKUKAN
POTENSI BENCANA?
KE KABID OP PEMANTAUAN
DAN
TDK
MENINGKATKAN PEMANTAUAN DAN YA
YAMELAKSANAKAN TDK
KA BENDUNGAN? YA
. BBWS PEMALI JUANA
PETUGAS MENELITI LAPORAN, CATATAN RINCI
UNTUK DILAPORKAN KE ATASANNYA
(JURU BENDUNGAN KEPALA SUB UPB)
NELITI LAPORAN, CATATAN RINCI UNTUK
DILAPORKAN KE ATASANNYA (JURU
BENDUNGAN KEPALA SUB UPB 1)
Bupati / Walikota
KA. DINAS PU
BPBD
APAKAH TERJADI
POTENSI BENCANA?
24
1. Kondisi keadaan darurat di bendungan merupakan tanggung jawab Pengelola
Bendungan, oleh karena itu Pengakhiran Keadaan Darurat bagi Bendungan Klego
juga harus dinyatakan oleh Pengelola Bendungan dalam hal ini oleh BBWS Pemali
Juana . Dalam kasus keadaan darurat yang disebabkan oleh banjir, Kepala UPB
harus menghubungi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk
mendapat keterangan mengenai perkiraan keadaan cuaca. Keadaan darurat pada
bendungan dinyatakan berakhir, jika :
tidak ada lagi gejala bahwa air waduk akan berusaha keluar dalam jumlah yang
cukup membahayakan, dan
Apabila bendungan sudah dinyatakan aman, maka Pengelola Bendungan dalam hal
ini BBWS Pemali Juana harus memberitahu ke Bupati-bupati Kabupaten Boyolali dan
Sragen, bahwa keadaan darurat bendungan sudah berakhir.
Air Waduk sudah tidak lagi mengeluarkan air dalam jumlah yang cukup besar /
membahayakan, dimana hal ini telah dinyatakan aman oleh Balai Bendungan
melalui BBWS Pemali Juana sebagai pihak Pengelola Bendungan.
Air yang menggenang di daerah tersebut telah surut dengan kedalaman di bawah
0,20 m, dan telah dilakukan perbaikan / pembersihan sehingga sudah tidak
membahayakan lagi untuk dihuni.
Pengakhiran Keadaan Darurat ini harus disepakati oleh Pihak BBWS Pemali
Juana selaku Pengelola Bendungan Klego, Bupati-bupati Kabupaten Boyolali dan
Sragen, serta melibatkan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Kabupaten/kota . Berita ini harus disiarkan secara resmi kepada masyarakat
melalui media massa seperti Radio, Televisi ataupun Media Cetak.
25
8.2.4 Lembar Kesepakatan
26
Gambar 8. 4 Lembar Kesepakatan untuk Melaksanakan Dokumen RTD
27
BAB IX
KONSULTASI DAN SOSIALISASI
IX.1. UMUM
6. Nama, alamat dan nomor telpon masing-masing pejabat yang bertanggung jawab di
dalam pelaksanaan tanggap darurat keruntuhan bendungan.
12. Kesepakatan untuk melaksanakan RTD Bendungan, baik di hilir maupun di hulu.
Secara garis besar Pemerintah Kabupaten Boyolali dan Sragen mengharapkan agar
konsultasi RTD tersebut dapat dijadikan momentum bagi berbagai instansi terkait dalam
mensinergikan sumberdaya yang ada di dalam rencana tanggap darurat kebencanaan,
khususnya yang terkait dengan keruntuhan bendungan.
Manfaat yang diterima Kabupaten Boyolali dan Sragen terkait dengan keberadaan
Bendungan Klego tidak terhitung, sehingga kelestarian waduk perlu dipertahankan guna
meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan masyarakat di sekitar dan di hilir waduk, terutama
di dalam bidang pariwisata dan perikanan air tawar dan pengembangan irigasi air permukaan.
Sementara itu arahan dari BBWS Pemali Juana, Dirjen SDA Kementerian PUPR
pada dasarnya menegaskan, bahwa bendungan secara teknis saat ini dalam kondisi aman,
sedangkan penyusunan dokumen RTD merupakan amanah Permen PUPR No. 27, tahun
2015 tentang Bendungan, dimana setiap pemilik atau pengelola bendungan harus menyusun
dokumen RTD sebagai tindakan antisipasi terhadap kegagalan bendungan. Mengingat
fungsi dan manfaat waduk, Balai Besar juga mengharapkan agar tanggung jawab
pelestarian waduk tidak hanya dibebankan pada Kementerian PUPR saja, namun Pemda
bersama dengan masyarakat juga diharapkan bersinergi bahu membahu saling membantu
dalam melestarikan waduk tersebut. Adanya masukan dan bantuan di dalam
penyempurnaan dokumen RTD merupakan langkah awal di dalam upaya mitigasi bencana
guna meminimalisir kerugian jiwa dan harta benda yang diakibatkan oleh keruntuhan
bendungan.
Beberapa hal yang menjadi bahan diskusi dan perbaikan dari konsep dokumen RTD
yang telah disusun adalah sebagai berikut di bawah ini.
1. Beberapa lokasi pengungsian dan jalur evakuasi telah direvisi sesuai dengan usulan
peserta konsultasi dengan pertimbangan jarak pengungsian dari desa asal, kelayakan
kapasitas luasnya dan ketersediaan jalur evakuasi. Disamping itu ketersediaan tenaga
listrik dan sumber air bersih serta ketersediaan lokasi untuk membangun MCK juga telah
menjadi dasar perubahan lokasi pengungsian.
2. Usulan yang terkait dengan pemasangan sistim peringatan dini juga menjadi perhatian
Kementerian PUPR, mengingat luasnya desa terdampak.
6. Diskusi yang terkait dengan umur waduk dan jaminan keamanan dijelaskan, bahwa
berdasarkan inspeksi yang telah dilakukan secara rutin terhadap Bendungan Klego
mengindikasikan bahwa bendungan dalam keadaan aman, sedangkan berdasarkan hasil
investigasi terhadap deposit sedimen di waduk mengindiksikan bahwa usia waduk masih
sesuai dengan umur perencanaannya, yaitu 50 tahun.
7. Peran aktif masyarakat perlu ditingkatkan agar penghijauan di DAS maupun di jalur hijau
waduk dapat tertangani secara baik dan benar.
8. Di dalam dokumen RTD juga telah meninformasikan tentang potensi ketersediaan sarana
transportasi yang dapat didaya gunakan di dalam proses evakuasi penduduk pada saat
kondisi Siaga dan Awas.
9. Penyusunan media sosialisasi yang diharapkan dapat disebarluaskan sejak sekarang saat
ini belum dapat dipenuhi, namun Kementerian PUPR mendukung rekomendasi konsultan
tentang disusunnya SOP RTD sekaligus pencetakan media sosialisasi dan simulasi.
10. Beberapa nama pejabat, alamat dan nomor telpon para pejabat penanggulangan bencana
dan penanganan pengungsian telah disesuaikan dengan masing-masing SK terbaru.
9.1.3 Kesimpulan
1. Bahwa bendungan beserta bangunan pelengkapnya saat ini dalam keadaan aman tidak
terdapat gejala-gejala yang membahayakan keamanan bendungan maupun gejala akan
terjadinya keruntuhan.
5. Kelestarian waduk menjadi tanggung jawab seluruh instansi dan masyarakat beserta
LSM dan perguruan tinggi seperti yang dilakukan di bendungan lainnya .
Penyusunan RTD sebagai implementasi dari Permen PUPR No. 27, tahun 2015
tentang Bendungan memberikan makna bahwa kerjasama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bersama-sama dengan masyarakat di sekitar waduk adalah penting dan
harus dalam rangka penanggulangan dan penanganan bencana serta meningkatkan
kepedulian terhadap lingkungan di sekitar waduk.
1. Dengan dilengkapi poster-poster dan film yang komunikatif diharapkan sosialisasi terhadap
RTD akan lebih efektif dan berhasil guna. Untuk itu kepada Pemkab dirokomendasikan
RTD tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan SOP dan merencanakan sosialisasi.
2. Beberapa lokasi pengungsian yang diusulkan untuk dirubah, setelah ditindak lanjuti di
lapangan ternyata walaupun jaraknya lebih dekat namun kurang layak sebagai tempat
pengungsian dikarenakan jalur evakuasinya memotong sungai utama yang sangat dilarang
keras di dalam aturan evakuasi banjir.
5. Tupoksi masing-masing jabatan yang terdapat di dalam dokumen RTD telah dirinci sesuai
dengan SK nya masing-masing.
8. Evakuasi terhadap penduduk di wilayah Zona Bahaya I diharuskan dilakukan pada saat
kondisi Siaga, termasuk penduduk yang berada di bantaran sungai.
9. Adanya Unit Pemantau Bendungan (UMB) Pusat diharapkan pengelolaan terhadap
bendungan lebih intens.
10. Pencetakan media sosialisasi direkomendasikan merupakan bagian dari SOP RTD yang
direkomendasikan hendak disusun oleh BBWS Pemali Juana dan Pemkab Kabupaten
Boyolali dan Sragen.
11. Pemkab hendaknya selalu mengarahkan masyarakat dalam ketertiban yang terkait
dengan perijinan usaha, khususnya usaha di sekitar waduk maupun ijin mendirikan
bangunan dan sejenisnya di sekitar waduk dan bangunan-bangunan pelengkapnya.
L-1