Oleh:
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 4
1
2.3 Analisis Log ........................................................................................ 20
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 Tujuan Percobaan
6
BAB II
TEORI DASAR
1. Flushed Zone : yaitu zona yang terdekat dengan dinding lubang bor, dimana
seluruh pori batuannya terisi dengan filtrat lumpur akibat sirkulasi lumpur ketika
pemboran berlangsung.
2. Transition Zone : yaitu zona yang lebih jauh dari flushed zone dimana pori
batuannya terisi oleh filtrat lumpur dan fluida formasi, akibat sirkulasi lumpur ketika
pemboran berlangsung.
3. Uninvaded Zone : yaitu zona terjauh dari lubang bor dimana pori batuannya terisi
oleh fluida formasi, akibat sirkulasi lumpur ketika pemboran berlangsung.
Besarnya diameter invasi (sejauh mana infiltrasi filtrat lumpur) antara lain tergantung
dari : i) besarnya perbedaan tekanan (Ph dan Pf); ii) besarnya permeabilitas batuan;
iii) sifat-sifat lumpur yang digunakan.
Diameter invasi dapat diketahui dengan memplot grafik resistivitas (Rt dan Rxo)
yang telah disediakan oleh Schlumberger.
7
2.2 Peralatan Logging
8
2.2.1.1. Gamma Ray Log
Gamma ray log (GR) adalah alat yang mengukur tingkat radioaktif alami yang
terdapat pada batuan formasi. Unsur-unsur radioaktif yang diukur antara lain
Thorium, Uranium dan Potasium.
GR log akan menembakkan sinar gamma ke dalam formasi, kemudian sinar
gamma tersebut akan menembus batuan formasi dan akan direkam oleh detektor.
Hasil rekaman yang ada di detektor kemudian akan didefleksikan berdasarkan jenis
lapisan yang ditembus.
Defleksi gamma ray diukur dalam satuan API. Defleksi akan membesar jika
melewati lapisan shale. Hal ini dikarenakan unsur radioaktif yang terdapat di dalam
lapisan shale sangat tinggi, sehingga defleksi kurva GR akan mempunyai nilai yang
tinggi. Sebaliknya pada lapisan yang bersih (clean sand) unsure radioaktif relatif
rendah sehingga defleksi kurva GR cenderung mempunyai nilai yang rendah. GR log
sangat baik digunakan untuk mencari lapisan yang permeabel. Hal ini dikarenakan
GR log dapat memisahkan dengan baik antara lapisan yang permeabel (clean sand)
dengan lapisan yang impermeabel (shale). Hal ini dapat sangat berguna apabila SP
tidak berfungsi karena formasi yang sangat resistif atau ketika SP digunakan pada
lumpur yang tidak konduktif.
Selain untuk menentukan lapisan permeabel dan impermeabel GR log juga
dapat digunakan untuk mendeteksi lapisan-lapisan mineral yang tidak mengandung
lapisan radioaktif seperti lapisan batu bara. Log GR digunakan secara luas untuk
korelasi pada sumur-sumur yang berselubung. Gabungan perekaman alat GR dengan
CCL (Casing Collar Locator) memungkinkan untuk meningkatkan keakuratan
penempatan alat perforasi di depan lapisan yang akan di tembak.
Selain itu GR log dapat direkam pada sumur yang telah dipasang selubung
(cased hole logging), yang berguna untuk kurva korelasi dalam operasi well
completion dan work over. Hal ini digunakan untuk mengganti kurva SP di sumur
yang berisi lumpur ait asin, udara, atau lumpur berbahan dasar minyak atau oil base
mud (OBM). GR log memiliki berbagai jenis alat, salah satu diantaranya adalah
9
Natural Gamma ray Tool (NGT). Salah satu kelebihan NGT dibandingkan dengan GR
log lainnya adalah selain dapat mengukur tingkat radioaktif batuan, NGR juga dapat
mengukur kuantitas dari zat radioaktif dan tingkat energy dari zat radioaktif tersebut.
Sehingga NGR dapat mengukur konsentrasi dari thorium, uranium, dan potassium
dari batuan formasi.
10
shale, defleksi kurva biasanya didefleksikan sebagai garis lurus pada log, yang biasa
disebut shale baseline.
Defleksi pada kurva SP tidak pernah tajam saat melewati dua lapisan yang
berbeda, tapi selalu memiliki sudut kemiringan. Jika pada lapisan permeable yang
cukup tebal, kurva log SP akan mendekati konstanta nilai maksimum (SSP). Defleksi
pada kurva SP merupakan pengukuran perbedaan potensi listik dalam lubang bor
karena arus SP. Total potensi listrik filtrat lumpur terhadap semua perbedaan potensi
listrik dalam batuan formasi disebut Statis SP atau SSP. Bentuk kurva dan besarnya
defleksi SP tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
- Rasio dari filtrasi lumpur dengan resistivitas air (Rmf/Rw).
- Ketebalan (h) dan resistivitas formasi (Rt) dari lapisan permeabel.
- Resistivitas dari lumpur (Rm) dan diameter lubang bor (dh).
Fungsi utama dari SP adalah untuk menentukan lapisan yang permeabel atau
impermeabel, membedakan lapisan shaly dan non-shaly, serta dapat digunakan untuk
menentukan dari resistivitas air formasi (Rw). Dalam penggunaannya kurva log SP
dan umumnya dicatat pada track 1 bersamaan dengan kurva GR. Dan pada kondisi di
lapangan GR dan SP log sering digunakan bersamaan dengan log resistivitas dan log
porositas.
11
Berdasarkan jangkauan pengamatannya log resistivitas dapat dibedakan menjadi
beberapa tipe, yaitu :
1) Shallow investigation , yaitu pengukuran dengan jangkauan dekat.
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui resistivitas di daerah flushed
zone (Rxo).
2) Medium investigation, yaitu pengukuran dengan jangkauan sedang.
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetetahui harga resistivitas di daerah
transition zone.
3) Deep investigation, yaitu pengukuran dengan jangkauan dalam. Pengukuran
ini dilakukan untuk mengetahui harga resistivitas formasi yang berada di
daerah uninvaded zone.
Gambar II.2 menunjukkan defleksi kurva log resistivitas.
12
yang sebenarnya. Beberapa log resistivitas yang sering digunakan antara lain
induction log, laterolog, dan micro spherically focused log (MSFL).
2.2.2.2. Laterolog
Alat laterolog bekerja dengan memfokuskan arus lisrik ke dalam formasi
dalam bentuk lembaran tipis. Pada penggunaannya di lapangan laterolog sering
digunakan bersamaan antara laterolog deep (LLD) dan laterolog shallow (LLS) atau
sering disebut dual laterolog. Gambar II.3 merupakan prinsip kerja alat dual lateralog.
Dual laterolog dapat mengukur nilai resistivitas dari dua daerah yang berada di dalam
formasi. LLD mengukur harga resistivitas yang berada di daerah uninvaded zone,
sedangan LLS dapat mengukur resistivitas yang berada di invaded zone. Sebagai
asumsi awal harga resistivitas yang direkam dari LLD dapat dianggap sebagai nilai
13
resistivitas formas (Rt), namun untuk lebih mendapatkan hasil yang lebih akurat,
LLD perlu dikoreksi terhadap beberapa faktor. Faktor yang paling mempengaruhi
terhadap nilai LLD adalah kondisi lubang bor dan ketebalan formasi. Berikut adalah
prinsip kerja dari dual laterolog
Dual laterolog sangat baik digunakan pada lubang bor yang menggunakan lumpur air
tawar atau air asin (water base mud). Dual laterolog memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan peralatan konvensional lainnya, yaitu:
- Mampu mengukur resistivitas pada uninvaded zone dan transition zone.
- Dapat dikombinasikan dengan peralatan log lainnya, seperti GR, SP, MSFL.
- Dapat digunakan pada kondisi lumpur yang memiliki tingkat salinitas
- menengah sampai tinggi.
2.2.2.3. Microlog
Microlog adalah peralatan logging yang digunakan untuk mengukur harga
resistivitas yang berada di daerah flushed zone. Alat ini juga sering disebut sebagai
14
Rxo log karena parameter yang diukur adalah Rxo (resistivitas pada flushed zone).
Penting untuk mengetahui Rxo. Hal ini dikarenakan Rxo dapat digunakan untuk
menentukan hidrokarbon yang terdesak, porositas total formasi, resistivitas lumpur
dan ketebalan kerak lumpur (mud cake). Peralatan yang termasuk dalam microlog
antara lain. Microlaterolog (MLL), proximity log ,microspherically focused log
(MSFL).
Microlaterolog (MLL) adalah alat yang sudah sangat lama. Alat ini
menggunakan bantalan karet (rubber pad) yang ditempelkan pada dinding lubang bor
yang bertujuan untuk memancarkan arus listrik ke dalam lapisan formasi. Jarak
jangkauan pengamatan dari alat ini kurang dari 15 inch dengan ketebalan mud cake
kurang dari 3/8 inch.
Proximity log adalah microlog yang mampu melakukan pengukuran pada
lapisan yang lebih dalam. Jarak pengamatan alat ini dapat mencapai 40 inch dengan
ketebalan mud cake kurang dari 1 inch. Namun dalam penggunannya baik MLL
maupun proximity log tidak dapat dikombinasikan dengan RT log. Microspherically
focused log (MSFL) merupakan alat pengukur resistivitas pada flushed zone yang
sering digunakan. Hal ini dikarenakan alat ini dapat digunakan pada kondisi lubang
bor yang berisikan lumpur berbahan dasar air asin maupun air tawar. Selain itu radius
pengamatan dari MSFL dapat mencapai jarak 15 inch dengan ketebalan mud cake
kurang dari ¾ inch. MSFL serupa dengan alat MLL yaitu menggunakan banalan karet
yang ditempelkan di dinding lubang bor untuk mengukur resistivitas flushed zone.
15
2.2.3.1. Neutron Log
Neutron Log digunakan untuk mengetahui porositas batuan formasi. selain itu
neutron log juga bisa digunakan untuk mengukur volume shale. Neutron log biasanya
ditampilkan pada Track 3, bersamaan dengan density log. Neutron log dapat
merespon keberadaan hidrogen dalam lapisan batuan dengan baik. Di dalam lapisan
yang berisi air atau minyak, neutron log akan dapat merefleksikan adanya cairan yang
mengisi pori-pori batuan.
Prinsip kerja neutron log adalah dengan mengukur konsentrasi atom hidrogen
yang terkandung di dalam lapisan batuan dengan cara memancarkan partikel neutron
dengan kecepatan tinggi yang kemudian akan bertubrukan dengan atom hidrogen
yang berada di dalam batuan. Ketika bertumbukan dengan atom hidrogen, partikel
neutron akan melemah karena kehilangan sebagian energinya. Kehilangan energi
tersebut akan bergantung pada kandungan hidrokarbon yang terdapat pada lapisan
tesebut. Dengan kata lain porositas batuan dapat ditentukan dengan mengukur jumlah
neutron yang kembali ke detektor.
Neutron log merekam keberadaan atom hidrogen yang terdapat di dalam
batuan, sehingga di dalam lapisan yang mengandung air ataupun minyak alat ini akan
merefleksikan adanya cairan yang mengisi pori batuan.. Rekaman neutron pada
formasi yang bersih (clean sand) dapat dianggap sebagai nilai porositas batuan,
karena minyak dan air mempunyai jumlah hidrogen yang hampir sama. Akan tetapi
neutron log tidak dapat membedakan antara atom hidrogen bebas dengan atom-atom
hidrogen yang secara kimia melekat pada batuan, sehingga rekaman hasil neutron
pada formasi shale yang mengandung banyak atom-atom hidrogen di dalam susunan
molekulnya seolah-olah mempunyai porositas yang lebih tinggi. Beberapa jenis alat
neutron antara lain sidewall neutron porosity (SNP), dan compensated neutron log
(CNL). Peralatan neutron log ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu neutron source
dan detector (thermal dan epithermal). Sidewall neutron porosity (SNP) dirancang
untuk digunakan pada sumur open hole dengan diameter lubang minimum 5 inch.
Salah satu keunggulan SNP adalah dapat meminimalisir pengaruh lubang bor
16
(borehole effect), karena alat ini menempel pada dinding lubang bor. Selain itu SNP
juga bisa digunakan pada sumur yang berisi berbagai jenis lumpur Compensated
neutron log (CNL) adalah peralatan yang lebih baru dibandingkan dengan SNP.
Keunggulan alat ini adalah memiliki radius pengamatan yang lebih jauh
dibandingkan dengan SNP. Selain itu CNL juga bisa digunakan pada open hole well
maupun cased hole well. CNL juga bisa dikombinasikan dengan peralatan lainnya
untuk mendapatkan porositas yang lebih akurat. Namun kekurangan dari CNL adalah
tidak dapat bekerja dengan baik jika digunakan pada sumur dengan bahan dasar
lumpur air asin.
17
Selain FDC ada pula Litho Density Tool (LDT). LDT merupakan salah satu peralatan
density log yang banyak digunakan. Litho Density Tool merupakan jenis alat FDC
yang telah disempurnakan. Selain untuk pengukuran berat jenis batuan, alat ini juga
mengukur indeks penyerapan fotoelektrik dari batuan formasi. Pengoperasian alat
LDT ini sama halnya seperti alat FDC yaitu dengan menggunakan lengan penyangga
(eccesentring arm) untuk menempelkan alat pada dinding lubang bor. Tabel II.1
merupakan harga densitas untuk berbagai material.
Sandstone 2.65
Limestone 2.71
Dolomite 2.85
Anhydrite 2.96
Gypsum 2.32
Minyak 0.85
18
- Melengkapi data untuk syntetic seismograms.
- Dapat mengidentifikasi ada tidaknya rekahan di dalam formasi.
Jika pada lapisan formasi yang diamati terdapat rekahan ataupun gerohong, maka
sonic log akan cenderung mengabaikan pengaruh dari rekahan tersebut. Hal ini sering
dikenal sebagai porositas sekunder, akibat dari hal tersebut, harga porositas yang
direkam dari sonic log cenderung menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
porositas total batuan yang sebenarnya.
Prinsip kerja alat ini adalah dengan memancarkan bunyi dengan interval yang
teratur dari sebuah sumber bunyi (transmitter), sehingga bunyi tersebut akan
merambat melalui batuan dan kemudian akan diterima oleh alat penerima (receiver).
Alat penerima akan merekam atau mencatat lamanya waktu perambatan bunyi (t) di
dalam batuan formasi.
Defleksi yang tercatat pada kurva sonic log adalah rekaman yang dihasilkan
dari waktu perambatan bunyi yang terekam pada alat penerima (receiver). Besarnya
waktu perambatan bunyi itu sendiri bergantung pada beberapa hal, diantaranya adalah
litologi batuan dan fluida pengisi pori batuan. Berdarkan hasil pengukuran yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa waktu perambatan bunyi di dalam cairan (minyak
dan air) lebih besar apabila dibandingkan dengan di dalam zat padat (matriks batuan).
Waktu perambatan bunyi dalam batuan akan lebih kecil dari waktu rambat bunyi pada
fluida.
Beberapa jenis alat sonic log yang banyak digunakan adalah conventional
sonic log, BHC (borehole compensated) sonic log, LSS (long spaced) sonic tool, dan
Array sonic tool. BHC mempunyai kelebihan dibandingkan dengan conventional
sonic tool, karena BHC mempunyai 2 transmitter dan 4 receiver sedangkan
conventional sonic tool hanya memiliki 1 transmitter dan 2 receiver. Selain itu, hasil
pengukuran pada BHC juga tidak dipengaruhi oleh kedudukan alat tersebut. Long
Spaced (LSS) sonic tool dilengkapi dengan 2 transmitter dan 4 receiver yang
mempunyai jarak transmitter-receiver sebesar 8 ft-10 ft dan 10 ft12 ft. LSS dapat
mengukur interval waktu transit di dalam formasi dengan lebih dalam dibandingkan
19
dengan alat BHC. Array sonic tool merupakan jenis alat log yang terbaik karena dapat
mengukur Δt pada formasi dengan sangat baik serta dapat menjangkau formasi yang
sangat jauh dan dalam.
20
yang telah ditentukan memiliki harga resistivitas yang besar, maka lapisan tersebut
dapat diindikasikan mengandung hidrokarbon (hydrocarbon prospect).
Untuk mengetahi jenis fluida pengisi pori batuan dapat dilihat melalui
kombinasi alat neutron log dan density log. Apabila pada lapisan yang mengandung
hidrokarbon defleksi kurva neutron akan mengecil dan kurva density akan mengecil
juga. Hasil rekaman kedua alat ini akan menghasilkan persilangan (cross over) yang
mengindikasikan terdapatnya hidrokarbon. Apabila persilangan menimbulkan
separasi besar, maka dapat diindikasikan fluida pengisi pori tersebu adalah gas.
Sedangkan minyak menghasilkan separasi yang tidak terlalu besar dan apabila
defleksi kedua alat ini berhimpitan fluida pengisinya adalah air.
Adanya lapisan yang mengandung hidrokarbon harus dilihat melalui rekaman
ketiga alat log, yaitu log permeabel, log resistivitas dan log porositas. Ketiga alat ini
harus dikombinasikan karena mempunyai keterkaitan satu sama lain. Apabila pada
suatu lapisan mengandung hidrokarbon, maka pada rekaman log permeabel harga GR
akan mengecil dan resistivitas pada lapisan tersebut cenderung tinggi serta pada
porositas log aan menimbulkan separasi antara kurva neutron dan density.
21
2.3.2.1. Temperatur Formasi
Analisis log secara kuantitatif dimulai dengan menghitung temperature formasi (Tf).
Tempeartur formasi ini diperlukan untuk mendapatkan harga resistivity mud filtrat
(Rmf), resistivity mud cake (Rmc), dan resistivity mud (Rm) pada temperatur
formasi. Beberapa parameter yang dibutuhkan untuk menentukan temperatur formasi
adalah kedalaman formasi, temperatur dasar lubang bor (BHT), kedalaman total
sumur (TD) dan temperatur di permukaan (Ts). Perhitungan temperatur formasi akan
memerlukan data-data yang diperoleh dari kepala log (log header) menggunakan
rumus persamaan:
𝐵𝐻𝑇−𝑇𝑠
𝐺𝑇 = ...................................................................................................... (2.1)
𝑇𝐷
𝑇1+6.77
𝑅2 = 𝑅1 𝑥 (𝑇2+6.77 ) .......................................................................................... (2.3)
22
keakuratan analisis log dalam batuan sandstone, tetapi juga berpengaruh dalam
batuan limestone dan dolomite. Ketika shale terdapat dalam lapisan formasi, maka
peralatan log porositas seperti sonic log, density log dan neutron log akan merekam
harga porositas yang terlalu besar. Perhitungan volume shale dibutuhkan untuk
menganalisa formasi batuan shaly sand. Volume shale (Vsh) dapat dihitung dengan
menggunakan 2 (dua) rekaman log, yaitu: Gamma Ray,dan Spontaneous Potensial.
𝐺𝑅 𝐿𝑜𝑔−𝐺𝑅 𝑀𝑖𝑛
𝑉𝑠ℎ𝑎𝑙𝑒 = ................................................................................... (2.4)
𝐺𝑅 𝑀𝑎𝑥−𝐺𝑅 𝑀𝑖𝑛
𝑃𝑆𝑃
𝑉𝑠ℎ𝑎𝑙𝑒 = 1 − 𝑆𝑆𝑃 .............................................................................................. (2.5)
2.3.2.4. Porositas
Analisis log untuk menentukan porositas batuan reservoir dapat ditentukan
dari beberapa alat log seperti sonic log, neutron log, density log dengan metode yang
berbeda untuk lapisan bersih (clean formation) dan lapisan berserpih (shaly
formation). Berikut adalah beberapa persamaan yang digunakan untuk menentukan
porositas (Ø) yaitu :
1) Density log
Untuk clean formation:
𝜌𝑚𝑎− 𝜌𝑏
∅𝐷 = 𝜌𝑚𝑎−𝜌𝑓𝑙 ................................................................................................... (2.6)
23
∅𝐷𝐶𝑜𝑟𝑟 = ∅𝐷 − (∅𝐷𝑠ℎ 𝑥 𝑉𝑆𝐻 ) ....................................................................... (2.7)
2) Neutron Log
Untuk menentukan porositas dari neutron log pada clean formation ditentukan
dengan membaca langsung kurva log NPHI dan melakukan koreksi terhadap lubang
bor dengan menggunakan chart Schlumberger Por-14 c dan Por14 d. Sedangkan
untuk shally formation menggunakan persamaan:
∅𝑁𝑐𝑜𝑟𝑟+∅𝐷𝑐𝑜𝑟𝑟
∅𝑁𝐷 = ....................................................................................... (2.9)
2
24
𝑅𝑤
𝑆𝑤 = √𝐹𝑥 .................................................................................. (2.11)
𝑅𝑡
2) Shaly formation
a) Metode Indonesia
1
𝑛/2 √𝑅𝑡
𝑆𝑤 = 𝑉𝑠ℎ ............................................................ (2.12)
𝑉𝑠ℎ(1− ) ∅𝑚/2
2
+
√𝑅𝑠ℎ √𝑎.𝑅𝑤
b) Metode Simandoux
25
BAB III
HASIL PENGAMATAN
26
Gambar III.1 Hasil Log Sumur B-137
27
Tabel III.1 Hasil Pengamatan Mud Properties
28
Tabel III.2 Hasil Pengamatan
Resistivity Correction
29
Tabel III.3 Hasil Pengamatan Saturation Parameters
30
Tabel III.4 Hasil Pengamatan
Porositas
31
Tabel III.5 Hasil Pengamatan Porositas Efektif
32
Tabel III.6 Hasil Pengamatan Metode Ratio
33
Tabel III.7 Hasil Pengamatan Metode Archie
34
Tabel III.9 Hasil Pengamatan Resistivitas Air Formasi II
35
Tabel III.10 Hasil Pickett Plot
36
Tabel III.11 Hasil Pengamatan Saturasi Air Formasi
37
Tabel III.13 Hasil Pengamatan Cut Off (2)
38
Gambar III.4 Porositas vs Saturation Water
39
3.2 Analisa dan Perhitungan
Interval
𝐵𝐻𝑇−𝑇𝑠 (107−28,066667)
𝐺𝑇 = = =0.031064
𝑇𝐷 2541
𝑇𝑓 = 𝑇𝑜 + (𝐺𝑇 𝑥 𝑀𝐷)
40
Rm@Tf, Rmc@Tf, dan Rmf@Tf
To 6.77
Rm @ Tf Rm @ To
Tf 6.77
To 6.77
Rmf @ Tf Rmf @ To
Tf 6.77
To 6.77
Rmc @ Tf Rmc @ To
Tf 6.77
20
𝜌𝑚𝑎 − 𝜌𝑠ℎ
∅𝐷𝑠ℎ = = 0.33
𝜌𝑚𝑎 − 𝜌𝑓
37
DiameterHo le BitSize
Hmc
2
GR log GR min
Vsh
GR max GR min
Porositas Efektif
38
ma RHOB
D
ma f
Dcorr * D (Vsh sh )
Ncorr * Ncorr (Vsh sh )
* Dcorr *
efektif Dcorr
2
39
10. ØNcorr10 = 30,836 → Øefektif10 = 21,712
𝐵𝐻𝑇−𝑇𝑠 (107−28,066667)
𝐺𝑇 = = =0.031064
𝑇𝐷 2541
𝑇𝑓 = 𝑇𝑜 + (𝐺𝑇 𝑥 𝑀𝐷)
Tf1 = 75,28377 ⁰F
Tf2 = 75,31139 ⁰F
Tf3 = 75,339 ⁰F
Tf4 = 75,36661 ⁰F
Tf5 = 75,39422 ⁰F
Tf6 = 75,42183 ⁰F
Tf7 = 75,44945 ⁰F
Tf8 = 75,47706 ⁰F
Tf9 = 75,50467⁰F
Tf10=75,53228⁰F
40
Porositas
ma b
D
ma f
1. ØD1 =12,12% 6. ØD6 = 26.6%
2. ØD2 =21,21% 7. ØD7 =24,24%
3. ØD3 =26,06% 8. ØD8 =23,03%
4. ØD4 = 25,5% 9. ØD9 = 27,3%
5. ØD5 =26,6% 10. ØD10= 12,7%
𝒂
𝑭= 𝒎
∅
F1 = 18,826 F6 = 9,267
F2 = 11,041 F7 = 10,163
F3 = 8,210 F8 = 10,869
F4 = 9,171 F9 = 9,172
𝑹𝑻
𝑹𝒘𝒂 =
𝑭
1
Rwa 5 = 1,003 Rwa 8 = 0,821
Metode Archie
𝑎 𝑟𝑤 1
𝑆𝑊 = (( ) 𝑥 ( ))𝑛
𝑝𝑜𝑟 𝑟𝑡
SW1 = 468,769
SW2 = 423,070
SW3 = 417,456
SW4 = 418,423
SW5 = 429,141
SW6 = 435,672
SW7 = 438,692
SW8 = 452,944
2
SW9 = 585,671
SW10 = 640,610
Metode Indonesia
1
𝑛
𝑆𝑤 2 = √𝑅𝑡
𝑉𝑠ℎ 𝑚
𝑉𝑠ℎ (1 − 2 ) ∅2
+
√𝑅𝑠ℎ √𝑎. 𝑅𝑤
SW1 = 4,510
Metode Simandoux
𝐶. 𝑅𝑤 5. ∅𝑒 2 𝑉𝑠ℎ 2 𝑉𝑠ℎ
𝑆𝑤 = 2
𝑥 √(( )+( ) )−
∅𝑒 𝑅𝑤. 𝑅𝑡 𝑅𝑠ℎ 𝑅𝑠ℎ
[ ]
42
BAB V
PEMBAHASAN
Pada makalah ini dilakukan interpretasi kualitatif dari suatu data log yang
diberikan. Interpretasi kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi lapisan batuan
cadangan, lapisan hidrokarbon, serta penentuan jenis hidrokarbon, untuk suatu
interpretasi yang baik, maka harus dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa
log. Penentuan litologi yaitu penentuan susunan perlapisan batuan yang ditembus
sumur pengeboran sehingga dapat diketahui jenis batuannya. Penentuan lapisan
43
permeable yaitu lapisan yang diperkirakan mengandung minyak dan gas bumi.
Penentuan fluid content (isi kandungan batuan), yaitu penentuan lapisan minyak,gas,
air. Penentuan batas minyak air/oil water contact (BMA = OWC), penentuan batas
gas minyak/gas oil contact (BGM = GOC).
44
besar (membentuk seperti butterfly effect). Zona gas juga ditandai dengan harga
porositas neutron yang jauh lebih kecil dari harga porositas densitas, sehingga akan
menunjukkan adanya separasi yang lebih besar. Zona air pada data Composite log
dapat dikenali dari log resistivitasnya Cross over log yang berkembang pada gas akan
lebih besar dibandingkan dengan cross over yang terjadi pada minyak.
Dari data sumur B-137 yang dianalisa, diduga secara kualitatif kedalaman
1520 -1528 feet merupakan zona prospek yang produktif. Dikarenakan paada saat
pembacaan log di track 1 pembacaan GR log defleksi ke kiri yang berarti memiliki
kandungan sandstone. GR log membaca sifat radioaktif pada lapisan, karena shale
merupakan batu yang radioaktif maka pembacaan pada lapisan yang mengandung
shale akan cenderung defleksi ke kanan, begitu juga sebaliknya. Pada track 2
pembacaan resistivitas di dapatkan resistivitas yang cukup tinggi sehingga hal
tersebut mengindikasikan adanya fluida hidrokarbon pada lapisan kedalaman
tersebut. Dan pada pembacaan di track 3 log density (RHOB) dan log neutron (NPHI)
di kedalaman 1520 -1528 meter dapat ditemukkan cross over. Cross over
menandakan bahwa di kedalaman tersebut mengandung minyak. Namun apabila pada
pembacaan track ke 3 tidak ditemukan adanya cross over, maka pada kedalaman
tersebut terindikasikan cenderung memiliki kandungan air. Kemudian dilakukan
analisa secara kuantitatif dari keseluruhan aspek petrofisiknya seperti yang dijelaskan
di atas. Selain itu juga dilakukan penentuan resistivitas air formasi, dengan zona air
yang ditemukan pada kedalaman 1536 - 1538. Dan juga penentuan saturasi air dengan
berbagai macam metode yang diantaranya Metode Archie, Metode Simandoux,
Metode Indonesia.
Apabila digunakan Metode Archie, nilai sw yang diperoleh adalah sebagai
berikut: SW1 = 468,769 ; SW2 = 423,070 ; SW3 = 417,456 ; SW4 = 418,423
; SW5 = 429,141; SW6 = 435,672; SW7 = 438,692 ; SW8 = 452,944 ; SW9 = 585,671;
dan SW10 = 640,610. Pada metode Indonesia diperoleh hasil sebagai berikut; SW1 =
4,510; SW2 = 4,112 ; SW3 = 7,662 ; SW4 = 14,778 ; SW5 = 12,700 ; SW6 = 12,963 ;
SW7 = 15,548 ; SW8 = 24,447 ; SW9 = 81,069 ; dan SW10 = 3820,738
.
45
Dan dilakukan juga analisa secara kuantitatif untuk menghitung nilai ketebalan
suatu zona produktif. Untuk menentukan ketebalan dari suatu zona produktif dari
suatu reservoir diperlukan harga cut-off. Cut-off tersebut dapat terbagi menjadi dua
yaitu cut-off lithology dan cut-off saturasi. Yang mana pada cut-off lithology yang
menjadi batasan adalah nilai volume shale, porositas, dan permeabilitas, sedangkan
pada cut-off saturasi yang menjadi batasan adalah saturasi air formasi. Metode yang
digunakan adalah memplot nilai porositas, volume shale, dan saturasi air pada dua
koordinat kartesian. Pada koordinat kartesian pertama, nilai yang diplot sebagai absis
adalah nilai porositas dan nilai yang diplot sebagai ordinat adalah nilai volume shale.
Sedangkan pada koordinat kartesian kedua, nilai yang diplot sebagai absis adalah
nilai porositas dan nilai yang diplot sebagai ordinatnya adalah merupakan nilai dari
saturasi airnya. Setelah melalui proses perhitungan, maka diperoleh besaran nilai cut
off yang digunakan untuk sumur B-137, diperoleh nilai cut off porositas sebesar 0.15.
Dan untuk nilai cut off saturasi air formasi sebesar 0.10. Dan yang terakhir nilai cut
off volume shalenya sebesar 0.3.
46
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukan interpretasi pada formasi Sumur Nick Fury, maka dapat
disimpulkan bahwa:
47
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Trisakti.
4.https://www.scribd.com/doc/309919857/Penilaian-Formasi/19/09/2020.
5. https://www.onepetro.org/download/conference-paper/SPE-1302-
G?id=conference-paper%2FSPE-1302-G/19/09/2020
48
DAFTAR SIMBOL
DF = Kedalaman Formasi, ft
49
m = Faktor sementasi yang berkisar antara 1 – 3
n = Saturasi eksponen (n = 2)
TD = Total Depth, ft
TF = Temperatur Formasi, ℉
Ts = Temperatur Permukaan, ℉
50