Disusun oleh :
AMINULLAH HIDAYAT
NIM : 0504101010009
Bidang : Hidroteknik
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN A ...................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN B ...................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN C ...................................................................... xi
vi
2.7.3. Gaya tarikan kapal (mooring) .............................. 18
2.7.4. Beban gelombang pada tiang pancang ................. 22
2.7.5. Beban arus pada tiang pancang ........................... 23
2.7.6. Beban gempa .................................................... 23
2.8. Pembebanan Pada Struktur Dermaga ............................ 24
2.8.1. Beban pelat lantai .............................................. 25
2.8.2. Beban kenderaan ............................................... 26
2.8.3. Beban crane kontainer ....................................... 26
2.9. Perencanaan Tiang Pancang ......................................... 27
2.9.1. Daya dukung tiang pancang ................................ 27
vii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 42
4.1. Pengolahan Data ........................................................ 42
4.2 Pengolahan Data Angin ............................................... 42
4.3 Peramalan gelombang ................................................. 44
4.4 Gelombang di Lokasi Dermaga ..................................... 45
4.5. Perhitungan Dimensi Dermaga dan Elevasi Dermaga ....... 46
4.6 Perhitungan Elevasi Dermaga ....................................... 46
4.7. Tinjauan Kolam Putar dan Alur Pelayaran ...................... 47
4.8. Gaya Yang Bekerja Pada Dermaga ................................ 47
4.8.1. Beban mati ....................................................... 47
4.8.2. Beban hidup ...................................................... 48
4.8.3. Kombinasi pembebanan ...................................... 49
4.9. Sistem Fender ............................................................ 50
4.10. Sistem Penambatan .................................................. 51
4.11. Pembahasan ............................................................ 52
4.11.1. Layout dermaga dan kondisi gelombang ............. 52
4.11.2 Dimensi dan fasilitas dermaga ........................... 52
4.11.3 Sistem fender dan penambatan ......................... 53
viii
DAFTAR LAMPIRAN A
PETA LOKASI DAN GAMBAR DESAIN
ix
DAFTAR LAMPIRAN B
GRAFIK DAN TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN C
PERHITUNGAN DAN PERMODELAN SAP 2000
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dapat melayani kapal yang berukuran 14.000 TEU’s (137.000 DWT) dengan
panjang kapal keseluruhan (LOA) sebesar 400 meter. Sedangkan kondisi
kolam pelabuhan yang tersedia di lokasi Teluk Sabang tidak mencukupi untuk
menampung kapal ukuran tersebut. Diameter kolam pelabuhan pada lokasi
setelah direncanakan adalah sebesar 800 meter. Dengan diameter ini kolam
pelabuhan hanya dapat menampung kapal dengan panjang keseluruhan (LOA)
maksimum sebesar 267 meter. Kapal dengan panjang 267 meter ini
dikategorikan sebagai kapal pengumpan (feeder).
Perencanaan dermaga pada Tugas Akhir ini akan disesuaikan dengan
ukuran kapal berdasarkan kondisi ketersediaan ruang pada kolam pelabuhan
di lokasi tinjauan. Layout dan bentuk struktur dermaga akan disesuaikan
dengan perencanaan awal. Seluruh data dan informasi yang digunakan dalam
perencanaan ini didapat dari beberapa sumber. Data-data tersebut adalah
data sekunder hasil survey dan pengamatan langsung di lapangan yang
dilakukan oleh konsultan perencana proyek International Hub Port Sabang.
Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran
mengenai perencanaan dermaga pada Pelabuhan International Hub Sabang
secara menyeluruh mulai dari kondisi hidrooseanografi hingga perencanaan
struktur. Dermaga ini dirancang untuk dapat melayani kapal kontainer
kapasitas 40.000 DWT. Konstruksi dermaga direncanakan dapat menahan
beban tumbukan kapal (berthing), beban tarikan kapal pada tambatan
(mooring), gaya-gaya akibat arus dan gelombang pada tiang pancang, dan
gaya akibat gempa. Hasil yang diharapkan dari penulisan ini adalah suatu
perbandingan antara hasil perencanaan penulis dengan hasil perencanaan
konsultan perencana pelabuhan International Hub Port Sabang.
Ruang lingkup Tugas Akhir perencanaan dermaga pengumpan (feeder)
pada International Hub Port Sabang ini mencakup langkah-langkah kerja
untuk mendesain konstruksi dermaga seperti diuraikan sebagai berikut:
a. Melakukan inventarisasi data-data yang diperlukan yang meliputi data
bathimetri, pasang surut, arus, data topografi dan data geoteknik.
b. Menentukan kriteria desain perencanaan dermaga
c. Menentukan layout dan dimensi dermaga.
d. Melakukan analisis gaya-gaya yang bekerja pada dermaga.
e. Melakukan analisis struktur dermaga dan tiang pancang.
f. Melakukan detail desain dermaga.
3
Gambar 2.1 Grafik konversi angin darat (UL) ke angin laut (UW)
Sumber: Verhagen (1996 : 14)
4
5
Hasil dari persentase arah dominan tiupan angin akan digunakan untuk
perhitungan gelombang rencana. Apabila pengukuran data angin dilakukan di
atas daratan, maka perlu ada koreksi lokasi untuk menjadikan data angin di
atas daratan menjadi data angin hasil pengukuran di laut. Data angin hasil
konversi ini akan digunakan dalam analisis peramalan gelombang. Data angin
darat tersebut dapat dikonversi dengan bantuan grafik pada Gambar 2.1.
Berikut ini adalah persamaan untuk mengkonversi kecepatan angin di darat
menjadi kecepatan angin di laut:
UW = RL x UL (2.1)
1,23
UA = 0,71 x UW (2.2)
dimana:
UW = kecepatan angin yang diprediksikan di laut (m/dt);
UA = faktor tegangan angin (m/dt);
UL = kecepatan angin yang diukur di darat (m/dt);
RL = hubungan perhitungan Uw/UL dari Gambar 2.1
Nilai UA digunakan untuk menghitung besarnya gelombang dan periode
gelombang yang terjadi. Rumus prediksi gelombang yang digunakan untuk
meramal tinggi dan periode gelombang dengan persamaan Limited Fetch
adalah sebagai berikut (Verhagen, 1996 : 15).
gF
0 , 42
0 , 75
0, 0125 2
gd
gH s
0, 283 tanh 0,578 tanh U A
2 2 0 , 375
(2.3)
UA UA gd
tanh 0,578 2
U A
0 , 42
gF
0 , 3755
0,077 2
gd
gTs
1,20 tanh 0,833 2 tanh U A (2.4)
0 , 375
2U A U
A
tanh 0,833 gd
2
UA
dimana:
Hs = tinggi gelombang signifikan (m);
Ts = periode gelombang signifikan (dt);
d = kedalaman laut (m);
F = panjang fetch (m);
g = percepatan gravitasi (m/dt2).
6
2.2 Fetch
yr = ln ln 1 (2.8)
dimana:
Hsr = Tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang Tr (m);
Tr = Periode ulang (tahun);
K = Panjang data (tahun);
n .L (2.10)
K =
n. L
dimana:
Ks = Koefisien shoaling;
no = Parameter gelombang di laut dalam = 0,5;
n = Parameter gelombang di perairan;
Lo = Panjang gelombang di laut dalam (m);
L = Panjang gelombang di perairan (m);
T = Periode gelombang (dt);
g = Percepatan gravitasi (m/dt2).
Refraksi adalah proses perubahan bentuk gelombang karena adanya
pengaruh perubahan kedalaman laut dimana garis ortogonal gelombang akan
membelok dan berusaha untuk menuju tegak lurus dengan garis kontur dasar
laut. Refraksi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tinggi dan
arah gelombang serta distribusi energi gelombang di sepanjang pantai.
Besarnya nilai koefisien refraksi dihitung dengan rumus:
cosα
K = (2.11)
cosα
C (2.12)
sin α = sin α
C
g. T 2. π. d (2.13)
C = tanh
2. π L
g. T (2.14)
C =
2. π
9
dimana:
Kr = Koefisien refraksi;
αo = Kudut datang gelombang dilaut dalam (˚);
α = Sudut datang gelombang pada titik yang ditinjau (˚);
Co = Cepat rambat gelombang di laut dalam (m/dt);
C = Cepat rambat gelombang pada kedalaman tertentu (m/dt).
Koefisien shoaling dan koefisien refraksi digunakan untuk menghitung
tinggi gelombang pada rencana lokasi bangunan. Untuk menghitung tinggi
gelombang digunakan rumus berikut:
H = Kr . Ks . Ho (2.15)
dimana:
H = Tinggi gelombang di pantai (m);
Kr = Koefisien refraksi;
Ks = Koefisien shoaling;
Ho = Tinggi gelombang di laut dalam (m).
Difraksi gelombang terjadi apabila suatu deretan gelombang terhalang
oleh suatu rintangan seperti pemecah gelombang atau suatu pulau, maka
gelombang tersebut akan membelok dan masuk di daerah terlindung di
belakangnya. Gelombang datang yang mengenai/membentur suatu rintangan
akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya yang disebut dengan refleksi
gelombang. Refleksi gelombang di dalam kawasan pelabuhan akan
menyebabkan gerakan kapal-kapal yang ditambat, dan akan menimbulkan
tegangan yang besar pada tali penambat.
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringan gelombang yaitu
perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Iversen, galvin dan Goda
dalam penelitiannya pada tahun 1949 (CERC, 1984) memberikan rumus
untuk menentukan tinggi dan kedalaman laut pada gelombang pecah sebagai
berikut (Triatmodjo, 1999:94).
Hb 1
' = 1/3 (2.16)
H0 '
3,3 (H0 /L0 )
db 1
= 2 (2.17)
Hb b – (aHb /gT )
2.4 Dermaga
Gambar 2.4 Kebutuhan lebar alur pelayaran (a) satu jalur, dan (b) dua jalur
Sumber: Liu dan Burcharth (1999 : 19)
Gaya berthing adalah gaya yang diterima dermaga saat kapal sedang
bersandar pada dermaga, gaya benturan diterima dermaga dan energinya
diserap oleh fender pada dermaga. Besar energi tersebut dapat dihitung
sesuai dengan ketentuan yang diberikan pada BSI 6349 Part 4 (1994:4)
sebagai berikut:
E = 0,5 M (V ) C C C C (2.23)
dimana:
L= 2 R (R H) (2.27)
1 B L (2.28)
R = +
2 2 8xB
dimana:
Gaya mooring adalah gaya reaksi dari kapal yang bertambat. Pada
prinsipnya gaya mooring merupakan gaya-gaya horizontal yang disebabkan
oleh angin dan arus yang bekerja pada badan kapal. Gaya mooring yang
bekerja pada tambatan mengakibatkan tegangan pada tali, sehingga
diperlukan hitungan untuk merancanakan sistem tambatan dan pemilihan
bollard. Sistem mooring ini dianalisa agar mampu mengatasi gaya-gaya
akibat kombinasi angin dan arus.
19
Berdasarkan BSI 6349 Part 4 (1994 :31) dapat ditentukan posisi titik
tambat kapal (Bollard) sebagai berikut:
Stern Line dan Head Line membentuk sudut 45° terhadap axis
memanjang dermaga.
Spring Line membentuk sudut maksimum 15° terhadap axis memanjang
dermaga.
After dan Forward Breast Line membentuk sudut tegak lurus terhadap
axis memanjang dermaga.
Gambar 2.8 Ilustrasi perubahan Mooring Line akibat perubahan muka air
Sumber: BSI 6349 Part 4 (1994 : 33)
dimana:
Fx = gaya total pada arah x (N);
Fd max = gaya drag maksimum (N);
Fi max = gaya inersia maksimum (N);
ρ = berat jenis air laut (1025 kg/m3);
g = percepatan grafitasi (9,81 m/s2);
D = diameter tiang pancang (m);
H = tinggi gelombang (m);
h = tinggi muka air (m);
π
k = bilangan gelombang ;
CD = koefisien drag;
CM = koefisien inersia.
Beban yang dihitung akibat perilaku arus pada tiang pancang antara
lain gaya seret (Drag Forces). Beban ini dihitung dengan persamaan
OCDI (2002:138) seperti sebagai berikut.
1 (2.38)
F = C ρ AU
2
dimana:
CxI (2.39)
V= Wt
R
dimana:
V = gaya geser dasar (base shear)
C = faktor respon gempa pada saat T = waktu getar alami;
I = faktor keutamaan struktur;
Wt = berat total struktur;
R = faktor reduksi gempa.
dari konstruksi dermaga serta beban bollard dan fender. Sedangkan beban
hidup yang bekerja pada dermaga terdiri dari beban hujan, beban kenderaan,
dan beban crane.
diketahui:
a = panjang area
b = lebar area
---- = distribusi beban
Bila a ≠ b, maka:
Bila a = b, maka:
26
Tiang pancang (pile) adalah batang struktural yang terbuat dari baja,
beton, atau kayu. Tiang pancang ini dipakai untuk membuat pondasi, dimana
28
Kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N hasil
uji Penetrasi Standar (SPT). Daya dukung tiang pada tanah pondasi umumnya
diperoleh dari sejumlah daya dukung terpusat tiang dan tahanan geser pada
dinding tiang seperti diperlihatkan pada Gambar 2.12. Untuk tiang yang
terletak dalam tanah pasir jenuh, Meyerhof pada tahun 1956 menyarankan
persamaan sebagai berikut (Hardiyatmo, 2008 : 117).
Qall = Qu / SF (2.42)
Qu = 40 x Nb x Ap + 0,2 x Ns x As (2.43)
dimana:
Qall = Kapasitas izin tiang (ton);
Qu = Kapasitas ultimit tiang (ton);
Nb = Harga N rencana dari tanah pondasi pada ujung tiang
= (N1+N2)/2 (t/m2);
N1 = Harga N pada ujung tiang (t/m3);
N2 = Harga rata-rata pada ujung tiang (t/m2);
Ns = Rata-rata N-SPT sepanjang selimut tiang (ton/m2);
Ap = Luas penampang ujung tiang pancang (m2);
As = Luas selimut tiang pancang (m2).
SF = Safety factor
Gambar 2.13 Reaksi tanah dan momen tekuk pada tiang (Broms)
Sumber: Hardiyatmo (2008 : 217)
BAB III
METODE PERENCANAAN
Metode perencanaan pada tugas akhir ini terdiri dari beberapa kriteria
perencanaan yang akan dikerjakan dalam beberapa tahapan. Tahapan yang
dikerjakan antara lain yaitu mengumpulkan dan mengolah data, melakukan
perhitungan, dan penggambaran detail desain konstruksi dermaga pelabuhan.
Metode perencanaan mengacu pada beberapa metode yang umum dipakai
untuk merencanakan pelabuhan. Sedangkan untuk kekuatan struktur dan
penulangan beton dermaga akan dianalisa berdasarkan peraturan ACI 318-02
(American Code Institute) dengan bantuan program SAP 2000.
Data-data yang diperlukan dalam perencanaan ini adalah data
karakteristik kapal, data hidro-oceanografi, data topgrafi, data geoteknik, dan
data material penyusun struktur dermaga. Data hidro-oceanografi antara lain
adalah data angin, data arus, dan data pasang surut, Berikut akan diuraikan
beberapa tahap dalam perencanaan dermaga pada Pelabuhan International
Hub Sabang.
30
31
Data topografi dan bathimetri diperoleh dari Konsultan CV. Cipta Puga
yang merupakan hasil pelaksanaan survey di lapangan. Peta bathimetri
menggambarkan topografi dasar laut dan kondisi di sekitar pesisir pantai
lokasi perencanaan.
Hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan menggambarkan
keadaan pantai di perairan Sabang hampir setengah bagiannya berbatu dan
berkarang. Sebagian daerah pantai memiliki garis pantai berprofil tebing
curam berbatu. Profil garis pantai di Teluk Sabang relatif landai dengan
sebagiannya memiliki kemiringan yang cukup curam. Perairan di Teluk
Sabang memiliki kedalaman yang cukup besar. Kedalaman rata-rata di lokasi
perencanaan adalah -16 sampai -20 m. Bagian depan Teluk Sabang memiliki
kedalaman -50 sampai -100 m. Sketsa layout lokasi perencanaan dan peta
bathimetri dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
Keterangan:
DWT = total berat dari kapasitas kapal (Deadweight Tonnage) (ton)
MD = perpindahan massa air (Displacement) (ton)
LOA = panjang total kapal (Length Overall) (m)
LBP = panjang garis air (Length Between Perpendiculars) (m)
D = tinggi draft kondisi kapal penuh (Laden Draft) (m)
F = tinggi freeboard kondisi kapal penuh (Laden Freeboard) (m)
CB = koefisien blok
Data pasang surut merupakan data fluktuasi muka air laut dimana
muka air mencapai ketinggian maksimum saat terjadi pasang, dan muka air
36
terendah saat terjadi surut. Data ini diperlukan untuk perencanaan tinggi
elevasi lantai dermaga kontainer yang akan direncanakan. Data pasang surut
yang digunakan dalam penulisan perencanaan ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Konsultan CV. Cipta Puga. Pengamatan pasang surut muka air
laut dilakukan selama 30 hari dengan interval waktu pengamatan setiap satu
jam dari tanggal 20 Juli 2007 – 18 Agustus 2007. Dari hasil pengamatan juga
diketahui tipe pasut di perairan Teluk Sabang adalah harian ganda.
Penentuan elevasi muka air rencana dapat dilakukan dengan
menggunakan komponen pasang surut. Elevasi muka air yang digunakan
dalam perencanaan yaitu HWS = + 2,43 m LLWL, MSL = + 1,05 m LLWL,
dan LWS = + 0,00 m LLWL. Diketahui bahwa jarak pasang yang terjadi di
Pantai Sabang adalah sebesar 1,38 meter dari MSL dengan rentang pasang
2,43 meter. Grafik hasil pengukuran dan ilustrasi elevasi penting muka air
dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.
Gambar 3.5 Grafik dan elevasi penting pasang surut di lokasi Teluk Sabang
Sumber: Konsultan CV. Cipta Puga
37
Gaya lateral lain yang dihitung adalah gaya akibat gelombang dan arus
yang bekerja pada tiang pancang serta beban gempa. Beban akibat
gelombang dihitung dengan Persamaan (2.37) sampai Persamaan (2.37b).
Beban akibat arus dihitung dengan Persamaan (2.38). Selanjutnya gaya
akibat gempa dihitung dengan Persamaan (2.39).
39
a. Beban mati
b. Beban hidup
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1,6 Berth Load
4. 1,2 DL + 1,3 Wave Load
5. 1,2 DL + 0,3 LL + Berth Load
6. 0,75 (1,2 DL + 1,6 LL + 1,6 Mooring Load)
7. 0,9 DL + 1,3 Mooring Load
8. 0,75 (1,2 DL + 1,6 LL + 1,6 Current Load))
9. 0,9 DL + 1,3 Current Load
10. 1,05 (DL + 0,5 LL + EQ Load)
Pondasi dermaga yang berupa tiang pancang baja yang menahan gaya
beban vertikal dan gaya horizontal perlu dihitung kapasitas daya dukung
tanah. Data yang dibutuhkan untuk perhitungan daya dukung tiang pancang
adalah data mekanika tanah hasil penyelidikan di lapangan. Data yang
tersedia yang didapat dari Konsultan CV. Cipta Puga adalah hasil pengukuran
berupa data boring di lokasi perencanaan. Data mekanika tanah ini diperlukan
untuk daya dukung tanah asli. Perhitungan daya dukung tanah yang
mencakup daya dukung aksial dan lateral oleh tiang pancang dapat
diselesaikan dengan Persamaan (2.40) sampai Persamaan (2.45). Beban
aksial tiang pancang hasil analisa program SAP 2000 akan dibandingkan
dengan hasil perhitungan daya dukung izin dari tiang pancang untuk
mengecek keamanan dari pondasi struktur dermaga.
41
Tiang pancang perlu diproteksi dari korosi yang menyerang pada zona
diatas LWS hingga ujung tiang pancang bagian atas. Karena pada zona ini
laju korosi mencapai maksimum. Proteksi dari korosi dapat dilakukan dengan
memberikan mantel yaitu pembetonan di sekeliling tiang pada zona diatas
LWS. Zona di bawah LWS diberikan cat galvanis untuk memperlambat laju
korosi.
Data angin di lokasi Kota Sabang berbentuk data angin harian selama
12 tahun (1994-2005). Data angin tersebut diklasifikasikan menurut arah dan
kecepatan. Hasil pengolahan data angin harian selama 12 tahun dapat dilihat
pada Tabel 4.1 dengan persentase kejadian disajikan pada Tabel 4.2
42
43
Tabel 4.3 Distribusi Tinggi dan Periode Gelombang Signifikan (Hs dan Ts)
Max
Tahun NNW NW WNW No Tahun Arah
H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 (m) T1/3 (s)
1994 1.39 5.34 2.07 6.51 2.57 7.25 1 1994 2.57 7.25 WNW
1995 1.18 4.92 3.36 8.28 3.91 8.94 2 1995 3.91 8.94 WNW
1996 3.91 8.94 2.57 7.25 5.67 10.77 3 1996 5.67 10.77 WNW
1997 2.32 6.88 1.84 6.13 2.82 7.60 4 1997 2.82 7.60 WNW
1998 1.39 5.34 3.91 8.94 5.37 10.48 5 1998 5.37 10.48 WNW
1999 3.09 7.95 3.36 8.28 7.55 12.43 6 1999 7.55 12.43 WNW
2000 1.39 5.34 2.32 6.88 5.37 10.48 7 2000 5.37 10.48 WNW
2001 3.91 8.94 2.57 7.25 3.91 8.94 8 2001 3.91 8.94 NNW
2002 1.39 5.34 2.57 7.25 3.36 8.28 9 2002 3.36 8.28 WNW
2003 1.61 5.74 2.57 7.25 3.63 8.62 10 2003 3.63 8.62 WNW
2004 1.39 5.34 1.84 6.13 3.36 8.28 11 2004 3.36 8.28 WNW
2005 2.82 7.60 1.84 6.13 2.82 7.60 12 2005 2.82 7.60 NNW
100 4.07 8.47 3.58 7.67 6.86 10.78 6 100 6.86 10.78 WNW
45
Beban kenderaan Truck T45, beban muatan pada dermaga, dan beban
air hujan diasumsikan sebagai beban terbagi rata pada konstruksi dermaga.
Sedangkan beban berthing dan beban mooring diasumsikan bekerja
horizontal dan terpusat pada setiap join dimana beban ini bekerja. Beban
gelombang dan arus diasumsikan sebagai beban yang bekerja merata pada
permukaan tiang pancang. Beban-beban hidup ini akan dianalisa dengan
program SAP 2000, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.11.
Kombinasi pembebanan seperti yang telah dijelaskan pada BAB III akan
menghasilkan persentase kekuatan struktural. Persentase ini menjelaskan
tentang keamanan konstruksi dermaga dalam menahan beban yang
diberikan. Hasil analisa kombinasi pembebanan dengan program SAP 2000
pada struktur beton dapat dilihat pada Gambar 4.8. Untuk struktur tiang
pancang baja dapat dilihat pada Gambar 4.9.
4.11 Pembahasan
dengan meninjau dimensi kapal rencana yang akan dilayani oleh crane untuk
proses bongkar muat kontainer. Crane yang direncanakan untuk pekerjaan
bongkar muat memiliki dimensi yang dapat dipesan sesuai dengan jumlah
kenderaan angkutan kontainer pada apron dermaga. Lebar dermaga sangat
menentukan lancarnya proses bongkar muat yang dilakukan pada dermaga.
Fender yang dipilih pada perencanaan ini adalah fender tipe super cone
(SCN) 1200 E3.1 dengan ketebalan 1,2 m. Fender tipe super cone ini memiliki
beberapa keunggulan dari beberapa jenis fender lainnya, yaitu:
Penyerapan energi berthing sangat baik sehingga dapat mereduksi
volume pekerjaan beton.
Perbandingan antara ruang yang dibutuhkan untuk energi berthing
sebesar 676 kN.m, jika dipasang cell / cone fender 1200 H maka
dibutuhkan areal dudukan kira-kira sebesar 2 m x 2 m. Sedangkan jika
dipasang tipe V maka dibutuhkan fender jenis V500 dengan panjang
3,5 m dan lebar 1,2 m.
Perbandingan berat yang ditimbulkan oleh fender tipe cone 1200 H yang
memiliki penyerapan energi berthing 676 kN.m adalah 1,97 ton. Jika
dipasang fender tipe silinder dimensi OD x ID = 2,4 m x 1,2 memiliki
berat 4,073 ton.m.
Tipe cone atau cell sangat fleksibel sehingga secara keseluruhan
penyerapan energi juga akan dibantu oleh struktur dermaga.
5.1 Kesimpulan
54
55
5. Fender yang direncanakan adalah Fender Tipe Super Cone (SCN) 1200
E3.1 dengan dimensi panel frame 2 x 4 meter. Fender dipasang pada
elevasi +3,0 LWS dengan jarak 24 meter antar fender.
6. Bollard yang direncanakan adalah Bollard tipe Tee kapasitas 80 ton.
Bollard dipasang pada jarak 1.5 meter dari muka dermaga. Jarak
pemasangan bollard mengikuti jarak pemasangan fender yaitu 24 m.
7. Crane yang direncanakan adalah crane jenis ZPMC dengan jarak antar
kaki sebesar 18 meter dan dengan capaian lengan sampai 40 meter.
8. Pondasi yang dipakai pada konstruksi dermaga ini adalah pondasi tiang
pancang baja dengan fy = 400, diameter 0,914 meter.
5.2 Saran
56
57
Lampiran A.1
Lampiran A.2
Pulau Weh
Lokasi Perencanaan
Lampiran A.3
MULAI
STUDY LITERATUR
PENGUMPULAN DATA:
1. Data Topografi dan Bathimetri;
2. Data Pasang Surut;
3. Data Arus; dan
4. Data Geoteknik
HASIL:
1. Layout Pelabuhan;
2. Dimensi dan Detail Dermaga;
3. Layout Fasilitas Dermaga
PEMBAHASAN
SELESAI
Lampiran B.1
Lampiran B.2
Lampiran B.3
Lampiran B.4
Lampiran B.5
Lampiran B.5
Lampiran B.5
Lampiran B.5
Lampiran B.5
Lampiran B.6
Tabel B.2.3 Momen di dalam plat persegi yang menumpu pada keempat
tepinya akibat beban terbagi rata
Lampiran B.7
Lampiran B.8
Lampiran B.9
Lampiran B.10
Data Kapal
Lampiran B.11
Data Fender
Lampiran B.12
Data Bollard
Lampiran C.1
Perhitungan C.4.1 Tinggi dan Peioda Gelombang Signifikan
Tabel C.1.1 Perhitungan Gelombang Signifikan (Metode Verhagen) Tabel C.1.1 Perhitungan Gelombang Signifikan (Metode Verhagen), Lanjutan
NNW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 NNW 14.00 1.244 17.417 8.960 2.316 6.883
NW 13.00 1.267 16.477 8.477 2.073 6.512 NW 12.00 1.293 15.513 7.981 1.837 6.131
WNW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245 WNW 16.00 1.202 19.230 9.893 2.823 7.599
1994 1997
W 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942 W 26.00 1.048 27.259 14.023 5.673 10.773
WSW 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942 WSW 21.00 1.116 23.435 12.056 4.193 9.261
SW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245 SW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245
SSW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245 SSW 13.00 1.267 16.477 8.477 2.073 6.512
N 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245 N 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245
NNW 9.00 1.384 12.453 6.406 1.184 4.921 NNW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337
NW 18.00 1.165 20.964 10.785 3.355 8.285 NW 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942
WNW 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942 WNW 25.00 1.061 26.521 13.644 5.370 10.481
1995 1998
W 25.00 1.061 26.521 13.644 5.370 10.481 W 22.00 1.101 24.227 12.463 4.481 9.574
WSW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 WSW 18.00 1.165 20.964 10.785 3.355 8.285
SW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 SW 9.00 1.384 12.453 6.406 1.184 4.921
SSW 14.00 1.244 17.417 8.960 2.316 6.883 SSW 12.00 1.293 15.513 7.981 1.837 6.131
N 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942 N 13.00 1.267 16.477 8.477 2.073 6.512
NNW 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942 NNW 17.00 1.183 20.106 10.343 3.086 7.946
NW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245 NW 18.00 1.165 20.964 10.785 3.355 8.285
WNW 26.00 1.048 27.259 14.023 5.673 10.773 WNW 32.00 0.983 31.450 16.180 7.552 12.429
1996 1999
W 40.00 0.900 36.000 18.520 9.895 14.227 W 22.00 1.101 24.227 12.463 4.481 9.574
WSW 22.00 1.101 24.227 12.463 4.481 9.574 WSW 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942
SW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 SW 12.00 1.293 15.513 7.981 1.837 6.131
SSW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 SSW 11.00 1.320 14.523 7.471 1.610 5.739
Bersambung…
87
Tabel C.1.1 Perhitungan Gelombang Signifikan (Metode Verhagen), Lanjutan Tabel C.1.1 Perhitungan Gelombang Signifikan (Metode Verhagen), Lanjutan
NNW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 NNW 11.00 1.320 14.523 7.471 1.610 5.739
NW 14.00 1.244 17.417 8.960 2.316 6.883 NW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245
WNW 25.00 1.061 26.521 13.644 5.370 10.481 WNW 19.00 1.148 21.804 11.217 3.630 8.617
2000 2003
W 23.00 1.087 25.005 12.864 4.774 9.882 W 22.00 1.101 24.227 12.463 4.481 9.574
WSW 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942 WSW 18.00 1.165 20.964 10.785 3.355 8.285
SW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245 SW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245
SSW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 SSW 9.00 1.384 12.453 6.406 1.184 4.921
N 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 N 12.00 1.293 15.513 7.981 1.837 6.131
NNW 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942 NNW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337
NW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245 NW 12.00 1.293 15.513 7.981 1.837 6.131
WNW 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942 WNW 18.00 1.165 20.964 10.785 3.355 8.285
2001 2004
W 28.00 1.025 28.701 14.765 6.289 11.342 W 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942
WSW 19.00 1.148 21.804 11.217 3.630 8.617 WSW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245
SW 23.00 1.087 25.005 12.864 4.774 9.882 SW 13.00 1.267 16.477 8.477 2.073 6.512
SSW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245 SSW 8.00 1.421 11.367 5.848 0.987 4.492
N 11.00 1.320 14.523 7.471 1.610 5.739 N 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942
NNW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 NNW 16.00 1.202 19.230 9.893 2.823 7.599
NW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245 NW 12.00 1.293 15.513 7.981 1.837 6.131
WNW 18.00 1.165 20.964 10.785 3.355 8.285 WNW 16.00 1.202 19.230 9.893 2.823 7.599
2002 2005
W 16.00 1.202 19.230 9.893 2.823 7.599 W 20.00 1.131 22.627 11.640 3.909 8.942
WSW 16.00 1.202 19.230 9.893 2.823 7.599 WSW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245
SW 14.00 1.244 17.417 8.960 2.316 6.883 SW 14.00 1.244 17.417 8.960 2.316 6.883
SSW 10.00 1.350 13.504 6.947 1.392 5.337 SSW 15.00 1.222 18.334 9.432 2.566 7.245
88
H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 (m) T1/3 (s)
1994 3.91 8.94 1.39 5.34 2.07 6.51 2.57 7.25 3.91 8.94 3.91 8.94 2.57 7.25 2.57 7.25 1 1994 3.91 8.94 N
1995 2.57 7.25 1.18 4.92 3.36 8.28 3.91 8.94 5.37 10.48 1.39 5.34 1.39 5.34 2.32 6.88 2 1995 5.37 10.48 W
1996 3.91 8.94 3.91 8.94 2.57 7.25 5.67 10.77 9.89 14.23 4.48 9.57 1.39 5.34 1.39 5.34 3 1996 9.89 14.23 W
1997 1.84 6.13 2.32 6.88 1.84 6.13 2.82 7.60 5.67 10.77 4.19 9.26 2.57 7.25 2.07 6.51 4 1997 5.67 10.77 W
1998 2.57 7.25 1.39 5.34 3.91 8.94 5.37 10.48 4.48 9.57 3.36 8.28 1.18 4.92 1.84 6.13 5 1998 5.37 10.48 WNW
1999 2.07 6.51 3.09 7.95 3.36 8.28 7.55 12.43 4.48 9.57 3.91 8.94 1.84 6.13 1.61 5.74 6 1999 7.55 12.43 WNW
2000 1.39 5.34 1.39 5.34 2.32 6.88 5.37 10.48 4.77 9.88 3.91 8.94 2.57 7.25 1.39 5.34 7 2000 5.37 10.48 WNW
2001 1.39 5.34 3.91 8.94 2.57 7.25 3.91 8.94 6.29 11.34 3.63 8.62 4.77 9.88 2.57 7.25 8 2001 6.29 11.34 W
2002 1.61 5.74 1.39 5.34 2.57 7.25 3.36 8.28 2.82 7.60 2.82 7.60 2.32 6.88 1.39 5.34 9 2002 3.36 8.28 WNW
2003 1.39 5.34 1.61 5.74 2.57 7.25 3.63 8.62 4.48 9.57 3.36 8.28 2.57 7.25 1.18 4.92 10 2003 4.48 9.57 W
2004 1.84 6.13 1.39 5.34 1.84 6.13 3.36 8.28 3.91 8.94 2.57 7.25 2.07 6.51 0.99 4.49 11 2004 3.91 8.94 W
2005 3.91 8.94 2.82 7.60 1.84 6.13 2.82 7.60 3.91 8.94 2.57 7.25 2.32 6.88 2.57 7.25 12 2005 3.91 8.94 W
Max
Tahun NNW NW WNW No Tahun Arah
H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 T1/3 H1/3 (m) T1/3 (s)
1994 1.39 5.34 2.07 6.51 2.57 7.25 1 1994 2.57 7.25 WNW
1995 1.18 4.92 3.36 8.28 3.91 8.94 2 1995 3.91 8.94 WNW
1996 3.91 8.94 2.57 7.25 5.67 10.77 3 1996 5.67 10.77 WNW
1997 2.32 6.88 1.84 6.13 2.82 7.60 4 1997 2.82 7.60 WNW
1998 1.39 5.34 3.91 8.94 5.37 10.48 5 1998 5.37 10.48 WNW
1999 3.09 7.95 3.36 8.28 7.55 12.43 6 1999 7.55 12.43 WNW
2000 1.39 5.34 2.32 6.88 5.37 10.48 7 2000 5.37 10.48 WNW
2001 3.91 8.94 2.57 7.25 3.91 8.94 8 2001 3.91 8.94 NNW
2002 1.39 5.34 2.57 7.25 3.36 8.28 9 2002 3.36 8.28 WNW
2003 1.61 5.74 2.57 7.25 3.63 8.62 10 2003 3.63 8.62 WNW
2004 1.39 5.34 1.84 6.13 3.36 8.28 11 2004 3.36 8.28 WNW
2005 2.82 7.60 1.84 6.13 2.82 7.60 12 2005 2.82 7.60 NNW
Lampiran C.2
Perhitungan C.4.2 Tinggi dan Perioda Gelombang Perulangan
Tabel C.2.1 Perhitungan Periode Ulang Metode Fisher - Tippett Type I (NNW)
(Tsm-
No. Urut m Hsm Tsm P ym Hsmym TsmYm y2m (Hsm-Ħsm)2 Ĥsm Tsm Hsm-Ĥsm Tsm-Tsm
Tsm)2
1 3.91 8.94 0.954 3.051 11.926 27.283 9.309 3.094 6.104 4.171 9.447 -0.262 -0.505
2 3.91 8.94 0.871 1.982 7.748 17.724 3.929 3.094 6.104 3.308 8.177 0.600 0.765
3 3.09 7.95 0.789 1.439 4.440 11.430 2.069 0.877 2.174 2.870 7.532 0.216 0.414
4 2.82 7.60 0.706 1.056 2.982 8.027 1.116 0.453 1.273 2.561 7.077 0.262 0.522
5 2.32 6.88 0.624 0.751 1.739 5.168 0.564 0.028 0.169 2.315 6.715 0.001 0.168
6 1.61 5.74 0.541 0.488 0.786 2.801 0.238 0.291 0.536 2.103 6.402 -0.493 -0.663
7 1.39 5.34 0.459 0.249 0.347 1.331 0.062 0.574 1.288 1.911 6.119 -0.518 -0.782
8 1.39 5.34 0.376 0.023 0.032 0.121 0.001 0.574 1.288 1.728 5.850 -0.335 -0.513
9 1.39 5.34 0.294 -0.203 -0.283 -1.083 0.041 0.574 1.288 1.545 5.581 -0.153 -0.245
10 1.39 5.34 0.211 -0.441 -0.614 -2.355 0.195 0.574 1.288 1.353 5.298 0.039 0.038
11 1.39 5.34 0.129 -0.718 -1.000 -3.831 0.515 0.574 1.288 1.130 4.970 0.262 0.367
12 1.18 4.92 0.046 -1.123 -1.330 -5.528 1.262 0.933 2.402 0.803 4.488 0.381 0.433
Jumlah 25.799 77.656 6.000 6.553 26.773 61.087 19.301 11.640 25.201
Rata-rata 2.150 6.471 0.500 0.546 2.231 5.091 1.608
Periode Periode
Ulang Yr (tahun) Hsr (m) αnr αr Hs-1,28αr Hs+1,28αr Ulang Yr (tahun) Tsr (s) αnr αr Ts-1,28αr Ts+1,28αr
(Tahun) (Tahun)
2 0.367 2.005 0.306 0.315 1.602 2.408 2 0.367 6.258 0.306 0.463 5.665 6.851
5 1.500 2.919 0.505 0.519 2.255 3.584 5 1.500 7.605 0.505 0.764 6.627 8.582
10 2.250 3.525 0.685 0.704 2.623 4.426 10 2.250 8.496 0.685 1.036 7.169 9.823
25 3.199 4.290 0.929 0.955 3.067 5.512 25 3.199 9.623 0.929 1.405 7.824 11.421
50 3.902 4.857 1.115 1.147 3.390 6.325 50 3.902 10.458 1.115 1.687 8.299 12.618
100 4.600 5.421 1.302 1.339 3.707 7.134 100 4.600 11.288 1.302 1.970 8.766 13.810
α= 0.913562 α= 0.913562
90
Tabel C.2.2 Perhitungan Periode Ulang Metode Fisher - Tippett Type I (NW)
No. Urut
Hsm Tsm P ym Hsmym TsmYm y2m (Hsm-Ħsm)2 (Tsm-Tsm)2 Ĥsm Tsm Hsm-Ĥsm Tsm-Tsm
m
1 3.91 8.94 0.954 3.051 11.926 27.283 9.309 1.805 3.070 3.929 9.067 -0.020 -0.125
2 3.36 8.28 0.871 1.982 6.650 16.421 3.929 0.624 1.198 3.347 8.266 0.008 0.019
3 3.36 8.28 0.789 1.439 4.827 11.918 2.069 0.624 1.198 3.051 7.859 0.304 0.426
4 2.57 7.25 0.706 1.056 2.711 7.653 1.116 0.000 0.003 2.843 7.572 -0.277 -0.327
5 2.57 7.25 0.624 0.751 1.927 5.440 0.564 0.000 0.003 2.677 7.343 -0.111 -0.098
6 2.57 7.25 0.541 0.488 1.252 3.536 0.238 0.000 0.003 2.534 7.146 0.032 0.099
7 2.57 7.25 0.459 0.249 0.640 1.807 0.062 0.000 0.003 2.404 6.968 0.162 0.278
8 2.32 6.88 0.376 0.023 0.053 0.156 0.001 0.062 0.094 2.281 6.798 0.035 0.085
9 2.07 6.51 0.294 -0.203 -0.421 -1.322 0.041 0.243 0.460 2.158 6.629 -0.085 -0.117
10 1.84 6.13 0.211 -0.441 -0.811 -2.706 0.195 0.530 1.122 2.028 6.450 -0.190 -0.319
11 1.84 6.13 0.129 -0.718 -1.319 -4.401 0.515 0.530 1.122 1.877 6.243 -0.040 -0.112
12 1.84 6.13 0.046 -1.123 -2.064 -6.886 1.262 0.530 1.122 1.657 5.939 0.181 0.191
Jumlah 30.785 86.280 6.000 6.553 25.371 58.899 19.301 4.947 9.399
Rata-rata 2.565 7.190 0.500 0.546 2.114 4.908 1.608
Periode Periode
Ulang Yr (tahun) Hsr (m) αnr αr Hs-1,28αr Hs+1,28αr Ulang Yr (tahun) Tsr (s) αnr αr Ts-1,28αr Ts+1,28αr
(Tahun) (Tahun)
2 0.367 2.468 0.306 0.205 2.205 2.730 2 0.367 7.055 0.306 0.283 6.694 7.417
5 1.500 3.085 0.505 0.338 2.652 3.518 5 1.500 7.905 0.505 0.466 7.308 8.502
10 2.250 3.493 0.685 0.459 2.905 4.081 10 2.250 8.467 0.685 0.633 7.657 9.277
25 3.199 4.009 0.929 0.623 3.212 4.806 25 3.199 9.177 0.929 0.858 8.079 10.276
50 3.902 4.392 1.115 0.748 3.435 5.349 50 3.902 9.704 1.115 1.030 8.386 11.023
100 4.600 4.772 1.302 0.873 3.655 5.890 100 4.600 10.228 1.302 1.203 8.687 11.768
α= 0.913562 α= 0.913562
91
Tabel C.2.3 Perhitungan Periode Ulang Metode Fisher - Tippett Type I (WNW)
(Tsm-
No. Urut m Hsm Tsm P ym Hsmym TsmYm y2m (Hsm-Ħsm)2 Ĥsm Tsm Hsm-Ĥsm Tsm-Tsm
Tsm)2
1 7.55 12.43 0.954 3.051 23.041 37.922 9.309 11.271 10.819 7.251 12.376 0.301 0.053
2 5.67 10.77 0.871 1.982 11.245 21.352 3.929 2.186 2.666 5.947 10.995 -0.273 -0.222
3 5.37 10.48 0.789 1.439 7.725 15.077 2.069 1.381 1.798 5.283 10.293 0.087 0.188
4 5.37 10.48 0.706 1.056 5.672 11.070 1.116 1.381 1.798 4.817 9.799 0.553 0.682
5 3.91 8.94 0.624 0.751 2.935 6.714 0.564 0.082 0.039 4.444 9.404 -0.536 -0.462
6 3.91 8.94 0.541 0.488 1.907 4.364 0.238 0.082 0.039 4.124 9.065 -0.215 -0.123
7 3.63 8.62 0.459 0.249 0.905 2.149 0.062 0.319 0.274 3.833 8.757 -0.203 -0.140
8 3.36 8.28 0.376 0.023 0.076 0.188 0.001 0.705 0.731 3.556 8.464 -0.201 -0.179
9 3.36 8.28 0.294 -0.203 -0.681 -1.682 0.041 0.705 0.731 3.281 8.172 0.075 0.113
10 2.82 7.60 0.211 -0.441 -1.246 -3.354 0.195 1.881 2.373 2.990 7.864 -0.167 -0.265
11 2.82 7.60 0.129 -0.718 -2.027 -5.456 0.515 1.881 2.373 2.652 7.507 0.171 0.093
12 2.57 7.25 0.046 -1.123 -2.882 -8.138 1.262 2.651 3.589 2.158 6.983 0.408 0.262
Jumlah 50.335 109.678 6.000 6.553 46.670 80.207 19.301 24.524 27.231
Rata-rata 4.195 9.140 0.500 0.546 3.889 6.684 1.608
Periode Periode
Ulang Yr (tahun) Hsr (m) αnr αr Hs-1,28αr Hs+1,28αr Ulang Yr (tahun) Tsr (s) αnr αr Ts-1,28αr Ts+1,28αr
(Tahun) (Tahun)
2 0.367 3.975 0.306 0.457 3.391 4.560 2 0.367 8.908 0.306 0.481 8.292 9.524
5 1.500 5.358 0.505 0.753 4.394 6.323 5 1.500 10.372 0.505 0.794 9.356 11.388
10 2.250 6.274 0.685 1.022 4.965 7.583 10 2.250 11.341 0.685 1.077 9.962 12.720
25 3.199 7.431 0.929 1.386 5.656 9.205 25 3.199 12.566 0.929 1.461 10.696 14.436
50 3.902 8.289 1.115 1.664 6.159 10.419 50 3.902 13.475 1.115 1.754 11.230 15.720
100 4.600 9.141 1.302 1.944 6.653 11.629 100 4.600 14.377 1.302 2.048 11.756 16.999
α= 0.913562 α= 0.913562
92
Tabel C.2.4 Rekap Perhitungan Periode Ulang Metode Fisher - Tippett Type I
Periode Max
Periode Ulang
Ulang NNW NW WNW No Arah
(Tahun)
(Tahun)
H T H T H T H (m) T (s)
100 4.07 8.47 3.58 7.67 6.86 10.78 6 100 6.86 10.78 WNW
2 1.50 1.85 2.98 Arah H/HD=0 1.00 1.08 1.19 1.27 1.37
Lampiran C.3
Perhitungan C.4.4 Gelombang Rencana
Tabel C.3.1 Perhitungan Gelombang Pantai dan Gelombang Pecah (NW)
Jadi d=1.6 m; H=2.02 m; Hb=2.4m Grafik A.1 (Pelabuhan Triatmodjo, Hal 263-287)
Jadi d=5 m; H=6.03 m; Hb=7.0 m Grafik A.1 (Pelabuhan Triatmodjo, Hal 263-287)
Lampiran C.4
Perhitungan C.4.5 Gelombang di Lokasi Dermaga
Tabel C.4.1 Perhitungan Gelombang di Lokasi Dermaga (NW) Tabel C.4.11 Perhitungan Gelombang di Lokasi Dermaga (WNW)
Ho = 3.58 m Ho = 6.86 m
T = 7.67 dtk T = 10.78 dtk
Lo = 91.79 m Hlokasi = Ho x Kd x Kr Lo = 181.38 m Hlokasi = Ho x Kd x Kr
d = 30.00 m d = 30.00 m
d/Lo = 0.3268 --> d/L = 0.3365 Arah = NW d/Lo = 0.1654 --> d/L = 0.1961 Arah = WNW
L= 89.15 L= 152.95