AKMAL SAPUTRA
NPM 133210696
ABSTRAK
Lapangan BOB merupakan ladang minyak yang sudah cukup tua sehingga laju
penurunan produksi pasti terjadi.. Salah satu cara untuk menahan laju penurunan produksi
tersebut adalah dengan dilakukan pengeboran untuk menambah cadangan. BOB akan
melakukan pengeboran tiga sumur yaitu sumur X, Y dan Z. Pengeboran sumur X
dilakukan secara lurus sampai 800 ft, pengeboran sumur Y dilakukan secara lurus sampai
2150 ft dan pengeboran sumur Z dilakukan secara miring atau berarah sampai 2500 ft.
Untuk mendukung kegiatan pengeboran tersebut maka salah satu peralatan yang perlu
dipersiapkan adalah rig.
Rig harus dilakukan pemilihan yang tepat dengan mempertimbangkan aspek operasi,
aspek keselamatan dan analisa ketersediaan pasar. Dalam melakukan pemilihan rig
diperlukan perhitungan kapasitas rig yang terdiri dari kapasitas drawwork, mast dan
substructure . Perhitungan tersebut berdasarkan beban maksimun yang akan ditopang
oleh rig ketika pemboran dilakukan.
Dari hasil perhitungan dengan mempertimbangkan aspek operasi, aspek keselamatan dan
analisa ketersediaan pasar didapat bahwa untuk pengeboran ketiga sumur tersebut
membutuhkah rig tipe truck mounted yang berkapasitas minimum drawwork 550 HP,
kapasitas mast minimal 350.000 lbs dan kapasitas substructure minimal 450.000 lbs.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
sarjana teknik pada Program studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik, Universitas
Islam Riau. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar
– besarnya kepada :
1. Kedua orang tua yang telah mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang,
serta doanya yang memberikan keberkahan.
2. Istri dan anak-anak tercinta yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam
keadaan suka maupun duka.
3. Bapak Romi Hendra, Bapak Meulisa Dinkelana, Bapak Sutisman Puguh, Bapak
Yuyun Fakhrial di BOB yang telah memberikan bimbingan dan ilmu dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
4. Bapak dan Ibu di perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
5. bu Richa Melysa ST. MT selaku Pembimbing I dan Bapak Tomi Erfando ST. MT
selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan tugas
akhir ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau yang telah
mendidik dan memberikan ilmu.
7. Rekan seangkatan tahun 2013 kelas karyawan dan kelas reguler serta semua
mahasiswa Universitas Islam Riau.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala kebaikan. Penulis menyadari
tugas akhir ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan.
Semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Pekanbaru, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................................... xii
5.1 KESIMPULAN................................................................. 45
5.2 SARAN ............................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46
LAMPIRAN .................................................................................................... 48
BAB I
PENDAHULUAN
Pengumpulan Data
Analisis Data
1. Menghitung berat dari string
2. Menghitung drag yang terjadi
3. Menghitung beban maksimum
4. Menghitung kapasitas hook load
5. Menghitung kapasitas drawwork
6. Menghitung kapasitas mast
7. Menghitung kapasitas substructure
Kesimpulan
Selesai
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan penjabaran mengenai Latar belakang, Tujuan
Penelitian, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
6
Gambar 2.1 Sistem pengangkat (Melysa, 2014)
2.2.2 Casing
Casing adalah pipa baja yang kuat dan kokoh yang dimasukkan ke
dalam lubang pemboran. Secara garis besar fungsi dari casing adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mencegah formasi-formasi yang tidak stabil dari runtuh.
2. Untuk melindungi formasi-formasi yang lemah dari berat lumpur yang
mana mungkin dibutuhkan pada bagian-bagian lubang berikutnya. Berat
jenis lumpur yang berat dapat merekahkan zona-zona yang lebih lemah.
3. Untuk mengisolasi zona-zona dengan tekanan pori (pore pressure)
tinggi yang tidak normal dari zona-zona lebih dalam dengan tekanan
normal.
4. Untuk menghalangi zona-zona lost circulation.
Casing di design dengan beberapa ukuran dan tingkatan sesuai dengan
kebutuhan perlakuan ketika pengeboran, tingkatan diantaranya adalah
sebagai berikut :
• Conductor
• Surface casing
• Intermediate casing
• Production casing
Land rig terdiri dari dua jenis yaitu conventional rig dan mobile/ portable rig
yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Conventional rig
memiliki komponen-komponen yang besar sehingga tidak dapat dibawa dalam satu
truck/prime mover. Rig jenis ini digunakan untuk pengeboran dengan variasi
kedalaman 6.000 ft sampai dengan 35.000 ft.
Gambar 2.7 Conventional rig (Sudibyo, 2013)
…….( 2.1 )
…….….( 2.2 )
Sama halnya dengan analisis torsi pada sistem putar (rotating system),
analisis drag untuk tiap bagian dalam trajectory pemboran perlu dilakukan agar
diketahui total drag yang dialami drillstring sehingga dapat ditentukan kekuatan rig
yang dibutuhkan (Emilia, A., Mumin, &
Simorangkit, A. ,2015).
Lubang lurus
……...………………………………………….…( 2.4 )
Koefisien gesek (µ) tergantung tipe lumpur pengeboran yang digunakan. Berikut
range nilai koefisien gesek lumpur yang dikeluarkan oleh Baker hughes.
Lubang melengkung/directional
Sementara untuk bagian pertambahan sudut, beban drag dapat diperkirakan dengan
menggunakan persamaan :
………………………………………...………...( 2.5 )
Untuk K negatif :
……………………………………………………………....( 2.6 )
Untuk K positif :
………………………...………………….( 2.7 )
…………………………………………………....( 2.8 )
Faktor Bouyency :
…………………...…………..…………………....( 2.9 )
Estimasi biaya penyewaan rig dapat berpedoman kepada tarif harga yang
ditetapkan oleh APMI (Asosiasi Perusahaan pemboran Minyak, gas dan panas bumi
Indonesia). Oleh APMI tarif rig yang juga biasa disebut dengan Tarif Harian
Operasi (THO) ditetapkan berdasarkan horse power (HP) yang dibutuhkan dan juga
berdasarkan pekerjaan yang dilakukan (Lampiran 1). Berikut THO untuk on shore
rig yang ditetapkan APMI :
Drilling : USD 19 – USD 23 per hari per HP
Work over : USD 14 – USD 18 per hari per HP
APMI juga merumuskan turunan besaran tarif THO sesuai dengan keaadaan operasi
seperti : moving, completion, standby.
BAB III
TINJAUANLAPANGAN
3.2.1 Fisiografi
Dari sejarah geologi dan struktur bumi lapangan minyak CPP Block berada pada
Cekungan Sumatera Tengah. Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan minyak
bumi terbesar dan paling produktif di Indonesia yang menghasilkan hampir setengah dari
produksi minyak bumi di Indonesia.
Cekungan ini merupakan busur belakang (back-arc basin) yang berkembang
sepanjang tepi barat daya paparan Sunda sebagai akibat penunjaman arah N6°E lempeng
Samudra Hindia terhadap lempeng Benua Eurasia dan termanifestasi sebagai ekspulsi
microplate Asia Tenggara. Akibat lain dari tumbukan tersebut menyebabkan pada dataran
utama Sumatera banyak dijumpai struktur aktif dengan arah barat laut yaitu punggungan
luar busur (outer-arc ridge), cekungan luar busur (outer-arc basin), Busur vulkanik
barisan dan sesar sesar sumatera (Great Sumatera Fault Zone). Fenomena pada zaman
Kenozoikum Akhir tersebut juga menghasilkan busur asahan berarah utara-timur laut,
dataran tinggi Lampung dan busur tigapuluh berarah timur laut (Gambar 3.2; Heidrick
dan Aulia, 1993). Busur dan dataran tinggi ini membatasi cekungan sedimenter di
sumatera menjadi cekungan Sumatera Utara, cekungan Sumatera Tengah dan cekungan
Sumatera Selatan.
Bagian barat laut cekungan Sumatera Tengah dibatasi oleh busur Asahan, bagian
daya dibatasi busur volkanik dan pegunungan Barisan, sebelah tenggara oleh
Tinggian Tigapuluh dan sebelah timur laut berbatasan dengan Paparan
Sunda/Selat Malaka (Gambar 3.2; Heidrick dan Aulia, 1993).
Formasi Telisa
Formasi Telisa yang berumur miosen awal-miosen tengah (N9N14) diendapkan
secara menjari dengan bagian paling atas kelompok Sihapas (formasi Duri).
Formasi ini tersusun atas suksesi batuan sedimen yang didominasi oleh serpih
dengan sisipan batugamping dan batupasir glaukonitik berbutir halus yang
menunjukkan lingkungan pengendapan litoral dalam dan luar. Pengaruh laut
terlihat semakin jelas ke arah atas. Perubahan litologi dan fauna yang cukup jelas
terlihat pada bagian atas Formasi Telisa dan menunjukkan awal fase regresif
miosen tengah dari siklus neogen awal yaitu pengendapan Formasi Petani.
Formasi Petani
Formasi Petani diendapkan tidak selaras di atas formasi Telisa dan kelompok
Sihapas pada kala miosen Tengah – pleistosen pada lingkungan laut yang berubah
menjadi daerah payau sampai darat. Formasi Petani merupakan awal dari fase
regresif yang mengakhiri periode panjang transgresi di cekungan Sumatera
Tengah. Formasi ini tersusun oleh sekuen monoton serpih – mudstone dan
interkalasi batupasir minor dan batulanau yang ke arah atas menunjukkan
pendangkalan lingkungan pengendapan dan penyusutan pengaruh laut. Kontak
antara formasi Petani dan formasi Telisa kecuali di area paling barat menunjukkan
suatu yang diindikasikan oleh zona fauna yang hilang.
Formasi Minas
Formasi Minas merupakan endapan kuarter yang menumpang secara tidak selaras
di atas formasi Petani. Formasi ini tersusun oleh lapisan-lapisan tipis kerikil, pasir
dan lempung yang mencirikan endapan aluvial. Proses pengendapan formasi
Minas masih berlangsung hingga saat ini.
Pada pengeboran Sumur X, Y dan Z akan menembus lapisan formasi
Telisa, Bekasap. Berikut ilustrasi data formasi yang akan ditembus.
Pada BAB ini akan dibuat perhitungan yang perlu dilakukan dalam
menentukan kapasitas rig. Kapasitas rig merupakan kemampuan rig dalam
menopang besarnya beban maksimum yang harus ditanggung selama operasi
pemboran berlangsung, yaitu kemampuan drawwork dalam mengangkat beban,
kemampuan mast/menara dan substructure/meja dalam menopang beban.
Data - data Sumur yang dibutuhkan dalam menentukan kapasitas rig adalah
sebagai berikut :
Sumur X
Tipe sumur : Vertikal
Program lubang : - 12-1/4” hole dari 0 ft s/d 275 ft untuk surface casing 9-
5/8”
- 8-1/2” hole, dari 275 ft s/d 800 ft untuk production
casing 7”
28
Universitas Islam Riau
- Stabilizer 8” OD Size, 183.76 ppf, 5 ft
- Drill collar 6-1/2" OD size, 104.63 ppf, 30.8 ft
- Float sub, 88.7 ppf, 3 ft
- Cross over, 93.71 ppf, 3 ft
- Near bit stabilizer, 70.16 ppf, 5 ft
- Bit 8-1/2”, 165.12 ppf, 1.1 ft
Sumur Y
Tipe sumur : Vertikal
Program lubang : - 12-1/4” hole dari 0 ft s/d 800 ft untuk surface casing 9-
5/8”
- 8-1/2” hole, dari 800 ft s/d 2150 ft untuk production
casing 7”
Program lubang : - 12-1/4” hole dari 0 ft s/d 1100 ft untuk surface casing
9-5/8”
- 8-1/2” hole, dari 1100 ft s/d 2500 ft untuk
production casing 7”
b. Casing 9-5/8”
Berat string pada pengeboran 8-1/2” hole section adalah sebagai berikut
:
a. String pemboran
b. Casing 7”
2. Sumur Y
Dengan menggunakan rumus perhitungan yang sama dengan
perhitungan diatas maka didapat hasil sebagai berikut :
Berat string pada pengeboran 12-1/4” hole section adalah sebagai berikut
:
a. String pemboran : 33.560,5 lbs
b. Casing 9-5/8” : 28.799,3 lbs
Berat string pada pengeboran 8-1/2” hole section adalah sebagai berikut
:
a. String pemboran : 66.808,9 lbs
b. Casing 7” : 49.450,0 lbs
Berdasarkan perhitungan berat string diatas maka berat yang terbesar
adalah pada string pemboran 8-1/2” hole section yaitu :
66.808,9 lbs atau 31,07 ppf
3. Sumur Z
Dengan menggunakan rumus perhitungan yang sama dengan
perhitungan diatas maka didapat hasil sebagai berikut :
Berat string pada pengeboran 12-1/4” hole section adalah sebagai berikut
:
a. String pemboran : 49.329,8 lbs
b. Casing 9-5/8” : 39.623,4 lbs
Berat string pada pengeboran 8-1/2” hole section adalah sebagai berikut
:
a. String pemboran : 78.387,9 lbs
b. Casing 7” : 57.499,5 lbs
Berdasarkan perhitungan berat string diatas maka berat yang terbesar
adalah pada string pemboran 8-1/2” hole section yaitu :
78.387,9 lbs atau 31,36 ppf
Koefisien gesekan (µ) dengan tipe lumpur Water Base Mud (WBM)
adalah 0,23 s/d 0,44. Untuk perhitungan dipakai range tengah yaitu 0,33.
Untuk berat pipa yang digunakan adalah berat yang terbesar yaitu 37,96
ppf.
Walaupun pemboran vertical, namun secara actual biasanya ada sedikit
kemiringan, untuk perhitungan dipakai sudut kemiringan terbesar yaitu
0,8 derajat.
Diketahui data sebagai berikut :
µ : 0,33
Mw : 8,90 ppg
Ws : 37,96 ppf
Ф : 0,80 o
L : 800,10 ft
Sin Ф : 0,01396
Faktor Bouyency menggunakan persamaan ( 2.9 ) yaitu :
2. Sumur Y
Diketahui data sebagai berikut :
µ : 0,33
Mw : 9,3 ppg
Ws : 31,07 ppf
Ф : 0,80 o
L : 2.150,00 ft
Sin Ф : 0,01396
Sumur Y juga merupakan sumur vertical, sehingga
dengan menggunakan rumus perhitungan yang sama dengan perhitungan
diatas maka didapat hasil sebagai berikut :
3. Sumur Z
Diketahui data sebagai berikut :
KOP : 150 ft
EOB : 807 ft
TD : 2500 ft
Inclination : 32.89 °
µ : 0.33
Mw : 9.30 ppg
Ws : 31.36 ppf (Max)
Ф : 32.89 °
L : 1,693.00 ft (TD-EOB)
Sin Ф : 0.543
R : 1146.50 ft
FA : 15,000.00 lbs , WOB
Faktor Bouyency menggunakan persamaan ( 2.9 ) yaitu :
s
- Drag kedua dari KOP ke EOB, merupakan lubang melengkung maka
menggunakan beberapa persamaan sebagai berikut :
Nilai konstanta K menggunakan persamaan ( 2.5 ) :
Dari hasil perhitungan didapat nilai K negatif, maka drag yang terjadi
menggunakan persamaan ( 2.6 ) :
s
Total drag yang terjadi adalah :
4.3 Menentukan Beban
Maksimum
Beban maksimum yang akan ditopang oleh rig menggunakan
persamaan ( 2.1 ) yaitu :
1. Sumur X
Diketahui data sebagai berikut :
Σ ( Wp x Lp) : 30.374,0 lbs
Wblock : 20.000,0 lbs
Drag : 120.91 lbs
MOP : 80.000,0 lbs
Beban maksimum yang akan ditopang oleh rig adalah :
2. Sumur Y
Diketahui data sebagai berikut :
Σ ( Wp x Lp) : 66.808,9 lbs
Wblock : 20.000,0 lbs
Drag : 264,08 lbs
MOP : 100.000,0 lbs
Beban maksimum yang akan ditopang oleh rig adalah :
3. Sumur Z
Diketahui data sebagai berikut :
Σ ( Wp x Lp) : 78.387,9 lbs
Wblock : 20.000,0 lbs
Drag : 18.433,22 lbs
MOP : 100.000,0 lbs
Beban maksimum yang akan ditopang oleh rig adalah :
Σ line :8
Crown block Wight : 15.000,0 lbs
Block eff : 85 %
Hook load yang didapat adalah sebagai berikut :
2. Sumur Y
Dengan menggunakan rumus perhitungan yang sama, maka didapat :
3. Sumur Z
Dengan menggunakan rumus perhitungan yang sama, maka didapat :
2. Sumur Y
Dengan menggunakan rumus perhitungan yang sama, maka didapat :
3. Sumur Z
Dengan menggunakan rumus perhitungan yang sama, maka didapat :
2. Sumur Y
3. Sumur Z
2. Sumur Y
Diketahui data sebagai berikut :
Hook Load : 290.107,32 lbs
Set back : 66.808,90 lbs
Substructure Load yang didapat adalah :
3. Sumur Z
Diketahui data sebagai
berikut :
Hook Load : 333.869,30 lbs
Set back : 78.387,91 lbs
Substructure Load yang didapat adalah :
Wilayah
lapangan block BOB berada
di daratan/on shore, maka rig yang akan digunakan adalah tipe land rig. Untuk
memudahkan dalam proses perpindahan rig dari sumur ke sumur dan lahan
sumur yang terbatas maka dipilih land rig yang bertipe mobile atau truck
mounted.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil studi yang telah dilakukan, maka didapat beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari perhitungan didapatkan kapasitas minimum rig yang akan digunakan untuk
pengeboran sumur pemboran berdasarkan beban maksimum yang ditopang oleh
rig adalah kapasitas drawwork 385 HP, kapasitas mast 216.831,13 lbs dan
kapasitas substructure 295.219,03 lbs.
5.2 Saran
Untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan :
1. Melakukan analisa perhitungan kapasitas rig dengan menvariasikan string dan
BHA yang digunakan.
2. Melakukan evaluasi antara estimasi biaya yang telah dihitung dengan biaya aktual
ketika pengeboran telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Perusahaan pemboran Minyak gas dan panas bumi Indonesia. (2017).Surat
Keputusan Tarif Harian Operasi. Jakarta.
Emilia, A., Mumin, & Simorangkit, A. (2015). Evaluasi Beban Torsi dan Drag pada
Sumur Berarah Mila di Lapangan Lepas Pantai Laut Jawa Bagian Barat dengan
Menggunakan Software DSWE. Seminar Nasional Cendikiawan
2015.Jakarta: Universitas Tri Sakti.
Fadjri, F. S. (2011). Studi Kelayakan Pemboran Berarah untuk Pemindahan Well Head.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Herianto (2008). Perhitungan Kapasitas Rig yang diperlukan pada suatu Rencana
Operasi Pemboran Migas. Prosiding Seminar Nasional Kebumian 2008.Yogyakarta:
Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Melysa, R. (2014). Alat Bor dan Produksi. Pekanbaru: Universitas Islam Riau.
Raharja, R., Yazid, F. A, & Hamid, A. (2015). Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk
Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y. Seminar Nasional
Cendikiawan 2015. Jakarta: Universitas Tri Sakti
Rubiandini, R. (Ed.). (2012). Teknik Operasi Pemboran (Vol. 1). Bandung : Institut
Teknologi Bandung.
Rubiandini, R. (Ed.). (2012). Teknik Operasi Pemboran (Vol. 2). Bandung : Institut
Teknologi Bandung.