Source by:
1
LIPI, 2014
2
LIPI, 2014
3
Overview of the Waste to Energy Potential for Grid connected Electricity Generation in Indonesia, 2014
4
Biomass Power generation Sugar cane Bagasse and Trash, PUND & CTC, Brazil 2005
5
Wood Fuel hand book, AEBIOM, 2008
6
Wood Fuel hand book, AEBIOM, 2008
7
oilpalmproducts.com, 2014
8
oilpalmproducts.com, 2014
9
oilpalmproducts.com, 2014
10
oilpalmproducts.com, 2014
B. Komposisi Biomassa
Biomassa dibakar di dalam stoker yang akan menghasilkan energi panas (kalor). Energi kalor
tersebut memiliki nilai heating value. Heating value dari bahan bakar adalah jumlah panas yang
dibebaskan bahan bakar yang terbakar sempurna dan produk hasil pembakaran kembali pada
temperatur awal bahan bakar. Heating value dibedakan menjadi high heating value (HHV) dan
low heating value (LHV). HHV jika air produk pembakan terkondensasi semua dan berada pada
temperatur awal pembakaran. LHV jika air produk pembakaran tidak terkondensasi sama sekali.
Pada projek pembangkit listrik berbahan bakar biomassa, perhitungan heating value
menggunakan LHV. LHV dapat dinyatakan dalam persamaan Karl Nuber sebagai berikut:
LHV = 8,080 . C + 28,570 . ( H – O / 8 ) + 2,210 . S – 597 w
Dimana:
Caloric value of Carbon = 8,080 kcal/kg
Caloric value of Sulphur = 2,210 kcal/kg
Caloric value of Hydrogen = 28,570 kcal/kg
Caloric value of Water = 597 kcal/kg
C= % carbon content
H = % hydrogen content
O = % oxygen content
S = % sulphur content
w = % moisture content
Sedangkan untuk mengetahui nilai karbon murni tanpa moisture dan ash, persamaannya adalah
sebegai berikut:
Co = C / ( 1 – ( w + d ) )
Dimana:
Co = pure carbon
C= % carbon content
d = % ash content
Table 2. Chemical Composition Biomass (Ultimate Analyze)
Sugarcane Empty Fruit Bunch Palm Kernel Shell
Rice Husk Rice Straw Corn Cob Wood Chips Wood Pellets Palm Briquette Oil Palm Pellets
Baggase (EFB) (PKS)
Carbon (C) 39.10% 38.17% 43.42% 46.20% 48.94% 50.30% 53.78% 55.70% 54.10% 51.63%
Hydrogen (H) 4.59% 5.02% 6.32% 6.20% 5.60% 5.70% 4.37% 5.78% 5.85% 5.52%
Oxygen (O) 34.70% 35.08% 46.69% 43.00% 43.67% 43.67% 41.50% 34.86% 36.50% 40.91%
Nitrogen (N) 0.18% 0.58% 0.67% 0.50% 0.22% 0.22% 0.35% 0.46% 0.58% 1.89%
Sulphur (S) 0.05% 0.05% 0.07% 0.10% 0.16% 0.08% 0.05% 0.04% 0.09% 0.05%
Ash (d) 13.20% 10.40% 2.30% 3.90% 1.41% 0.51% 4.97% 4.56% 6.43% 8.97%
Moisture (w) 8.20% 10.70% 0.59% 30.00% 8.20% 8.20% 8.43% 8.17% 15.80% 9.25%
TOTAL 100.02% 100.00% 100.06% 129.90% 108.20% 108.68% 113.45% 109.57% 119.35% 118.22%
Co 0.497 0.484 0.4471 0.6989 0.5414 0.5510 0.6210 0.6382 0.6956 0.6313
LHV 3,183.57 3,202.78 3,644.57 3,791.77 3,949.29 4,085.98 4,062.64 4,859.08 4,646.78 4,233.65 kcal/kg
HHV 3,675.68 3,694.89 4,136.68 4,283.88 4,441.40 4,578.09 4,554.75 5,351.19 5,138.89 4,725.76 kcal/kg
C. Efisiensi Boiler
Salah satu cara untuk menentukan efisiensi boiler menurut ASME (American Society of
Mechanical Engineers) adalah dengan heat loss method. Perhitungan metode tersebut ditentukan
dengan menganalisa kerugian-kerugian yang terjadi pada boiler. Adapun kerugian pada instalasi
boiler meliputi:
i. Gas cerobong yang kering
× × ×
% heat loss pada gas buang =
Dimana:
Cp = panas jenis gas buang (0,23 kkal/kg)
m = massa gas buang kering dalam kg/kg bahan bakar
Dimana:
m = (massa hasil pembakaran kering/kg bahan bakar) + (massa N2 dalam bahan bakar pada
basis 1 kg) + (massa N2 dalam massa udara pasokan yang sebenarnya)
Dimana:
H2 = persen H2 dalam 1 kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)
Dimana:
M = persen kadar air dalam 1 kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)
v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang (fly ash)
/ × ×
% heat loss karena fly ash =
vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah (bottom ash)
/ × ×
% heat loss karena bottom ash =
Setelah diketahui kerugian panas (heat loss) tersebut, maka efisiensi boiler dapat ditentukan
dengan menggunakan formula:
η = 100 – ( i + ii + iii + iv + v + vi + vii )
Kehilangan panas yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang disebabkan
oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat dikendalikan oleh
perancangan. Adapun data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan
menggunakan metode ini adalah:
Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)
Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang
Suhu gas buang dalam oC (Tf)
Suhu ambien dalam oC (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering
GCV bahan bakar dalam kkal/kg
Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)
GCV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat)
Dari formulasi yang telah dijabarkan sebelumnya maka, diperoleh efisiensi boiler untuk
masing-masing jenis feedstock adalah:
Efficiency (%)
Biomass Feedstock
Boiler Turbine Generator2 Condenser3 Electricity
1
Source by:
1
Efficiencies of common energy conversion devices
2
Efficiencies of common energy conversion devices
3
Efficiencies of common energy conversion devices
D. Kebutuhan Bahan Baku Biomassa
Pembangkit listrik portable (power pack) rencananya akan dibangun dengan kapasitas
sebesar 3 MW. Untuk mengetahui kondisi operasi power pack setiap tahun, dilakukan
perhitungan dengan asumsi berikut:
Power pack capacity = 3,000 kw
Operation = 24 hour
= 339 day/year
= 72,000 kwh/day
= 24,408,000 kwh/year
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh kapasitas produksi power pack yaitu sebesar
24,408,000 kwh/tahun. Adapun kebutuhan biomassa yang diperlukan untuk menunjang kapasitas
produksi power pack ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Rice Trash Corn Trash Sugar Trash Wood Trash Palm Trash
Consumption kg/year 28,334,582.88 20,597,231.23 20,744,455.14 25,836,076.37 19,743,697.35
Ton/year 28,334.58 20,597.23 20,744.46 25,836.08 19,743.70
Biomass quantity kg/hour 3,482.62 2,531.62 2,549.71 3,175.53 2,426.71