Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM SIMULASI PROSES

TUGAS 2

MODUL SISTEM REFRIGERASI

Disusun Oleh :

Namiroh

3335160046

Kelompok A

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2019

A. PENDAHULUAN
Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-
hari, tidak hanya terbatas untuk peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup, namun
juga telah menyentuh hal yang esensial penunjang kehidupan manusia. Teknologi ini
banyak diaplikasikan untuk penyimpanan, pendistribusian makanan, penyejuk udara
dan untuk kenyamanan ruangan baik pada industri, perkantoran, transportasi, serta
rumah tangga.
Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda
atau ruang untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari
energi, sehingga mengambil kalor suatu benda ekuivalen dengan mengambil sebagian
energi dari molekul-molekulnya. Sistem Refrigerasi Sederhana Sistem refrigerasi
yang umum dan mudah dijumpai pada apliksai sehari-hari, baik untuk keperluan
rumah tangga, komersial, dan industri, adalah sistem refrigerasi kompresi uap (vapor
compression refrigeration). Pada sistem ini terdapat refrigeran (refrigerant), yakni
suatu senyawa yang dapat berubah fase secara cepat dari uap ke cair dan sebaliknya.
Pada saat terjadi perubahan fase dari cair ke uap, refrigeran akan mengambil kalor
(panas) dari lingkungan. Sebaliknya, saat berubah fase dari uap ke cair, refrigeran
akan membuang kalor (panas) ke lingkungan sekelilingnya. Pada siklus kompresi
uap, terdapat empat proses yang terjadi pada fluida pendingin, yaitu kompresi fluida
pendingin berfase uap, kondensasi fluida pendingin berfase uap, ekpansi fluida
pendingin berfase cair serta evaporasi fluida pendingin berfase cair.
Dalam kasus ini penyelesaiannya akan disimulasikan dengan menggunakan
perangkat lunak yaitu Aspen HYSYS. Hysys sendiri adalah singkatan dari
Hyphothetical System (sistem hipotesa). Hysys adalah salah satu software
engineering yang digunakan sebagai model simulator untuk satu atau beberapa
rangkaian proses yang berkaitan dengan bidang ilmu teknik, khususnya teknik kimia.
Hysys juga merupakan alat untuk mengoptimasi properi fisik, kesetimbangan fasa
cair-gas, neraca material dan simulasi equipment teknik kimia. Hysys melakukan
perhitungan dan memberikan hasil perhitungan setiap waktu. Setiap melakukan
perubahan data, hysys akan merespon dan menghitung ulang secara otomatis.
Dengan menggunakan Aspen Hysys, kita dapat melihat variable secara
terperinci untuk mengetahui performa sistem refrigerasi. Karena itu perlu adanya
praktikum HYSYS ini agar dapat mensimulasikan suatu sistem refrigerasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu bagaimana mensimulasikan
proses untuk mencari vapour fraction, temperatur dew point dan bubble point pada
komponen gas alam. Serta mendefinisikan grafik untuk mass density, viscocity, mass
heat capacity dan vapour fraction dengan pengaruh tekanan dan temperatur yang
sudah ditentukan menggunakan Aspen Hysys.

C. STRATEGI PENYELESAIAN
Secara ringkas, strategi penyelesaian yang digunakan dalam kasus ini yaitu
sebagai berikut :

Menginput data komponen senyawa gas


alam beserta komposisinya dalam
component list
Menentukan fluid packages yang sesuai
untuk komponen gas alam

Memasukkan data kondisi operasi dan


komposisi gas alam

Mengkalkulasi hingga didapatkan nilai


Vapour Fraction, Temperature Dew dan
1. Penyelesaian Simulasi Proses
Bubble Point serta grafik Mass Density,
a. Pertama, klik New untuk membuat case baru pada HYSYS. Kemudian klik
Viskosity, Mass Heat Capacity, Vapour
component list untuk memasukkan komponen gas alam. Sedangkan untuk
Fraction
C7+ klik hypotethical kemudian opsi method diganti menjadi create and edit
hypos dan mengganti nama C7+
b. Setelah itu, klik fluid package dan pilih metode Peng-Robinson.

c. Kemudian beralih ke simulation. Drag panah bewarna biru (material stream),


kedalam lembar kerja

d. Klik panah biru tersebut maka akan muncul opsi worksheet. Lalu input data
komposisi dan kondisi operasi pada soal. Seperti fraksi mol masing-masing
senyawa, temperatur, pressure, dan mass flow yang diketahui sampai warna
berubah menjadi hijau.
e. Kemudian pilih opsi Attachments dan klik pada analysis. Lalu tambahkan
envelope dan property table

f. Kemudian pilih opsi performance dan pilih plots sehingga akan didapat grafik
P-T yaitu grafik antara dew point dan buble point
g. Kembali ke opsi Property Table. Lalu klik Design. Masukkan data variable
yang diinginkan pada dept prop yaitu Mass Density, Viscosity, Mass Heat
Capacity, Vapour Fraction.

h. Lalu klik Perfomance. Pilih Plots untuk melihat grafik Mass Density,
Viskosity, Mass Heat Capacity, Vapour Fraction.

2. Pemilihan Model (Fluid Packages)


Dalam Simulation Basis Management pilih Fluid Packages, klik Add,
kemudian pilih Package yang dikehendaki, maka pilihan tersebut akan terekam dalam
kolom bawah berwawna kuning, lalu tutup. Fluida Package adalah model perhitungan
termodinamika yang digunakan. Ini tergantung dari sifat fisis dan kimia yang
digunakan dan produk yang dihasilkan.
Untuk aplikasi oil-refinery, gas dan petrokimia direkomendasikan
menggunakan persamaan Peng Robinson.

D. PENDEKATAN SIMULASI
a. Pengaruh Temperatur terhadap Mass Density
Densitas campuran gas dipengaruhi oleh suhu dan komponen penyusunnya.
Secara termodinamika,densitas campuran gas dapat diestimasi dari persamaan gas
real

Terlihat bahwa densitas gas berbanding terbalik dengan suhu (T) (Achir, 2017)
b. Pengaruh Temperatur terhadap Viskositas
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak
dipengaruhi oleh tekanan. Viskositas akan turun dengan naiknya suhu karena
molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah,
sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu. Dengan demikian, viskositas
cairan akan turun dengan kenaikan temperature.
c. Pengaruh Temperatur terhadap Mass Heat Capacity
Nilai mass heat capacity akan naik seiring dengan naiknya suhu

d. Pengaruh Temperatur terhadap Vapour Fraction

Ketika panas terus ditambah maka suhu akan terus naik dan terjadi perubahan
fasa dari liquid menjadi vapor. Apabila pemanasan ini terus dilakukan maka akan
terbentu superheated vapor. Sehingga semakin tinggi suhu, maka semakin tinggi
fraksi uapnya.
D. PEMBAHASAN
1. Menganalisa Vapour Fraction
Pada temperatur 40°C, tekanan 5000 kPa, dan laju alir massa = 10000 kg/h
didapatkan nilai vapour fraction sebesar 0.9722. Pada kondisi ini gas alam sudah
menjadi fasa gas (vapour) karena memiliki vapour fraction yang hampir mendekati
nilai 1.
2. Menentukan Temperature Dew Point dan Bubble Point
Setelah nilai vapour fraction di dapatkan langkah selanjutnya adalah mencari
temperature dew point dan bubble point dengan memasukkan nilai 0 dan 1 untuk
masing-masing temperature. Sehingga di dapat hasil seperti berikut :
3. Grafik P-T Pada Envelope

Penggunaan grafik envelope pada aplikasi hysys adalah untuk mempermudah


dalam melihat kondisi gas alam saat fase vapour maupun liquid. Pada diagram
fasa diatas menjelaskan bahwa, garis biru merupakan garis dew point, dimana pada
garis dew point gas alam dalam fasa uap/vapor, sedangkan garis merah merupakan
garis bubble point, dimana garis bubble point gas alam dalam fasa cair/liquid, dan
titik kuning merupakan titik critical point dimana menjelaskan bahwa titik tersebut
merupakan titik pertemuan antara titik bubble point dan dew point atau dengan
kata lain titik dimana cairan dan gas hadir secara bersamaan. Berdasarkan grafik
envelope diatas, ketika temperature yang dimasukkan sebesar 40oC dan tekanan
5000 kPa, didapatkan vapour fraction sebesar 0,9721. ketika temperature -70,91oC
dan tekanan 3825 kPa, gas alam berada pada bubble point atau pada fase mulai
terbentuknya vapour.
4. Pengaruh Temperatur dan Tekanan terhadap Densitas

Dapat dilihat dari grafik tersebut bahwa dari suhu rendah menuju suhu tinggi,
grafik tersebut mengalami penurunan. Sedangkan semakin tinggi tekanan densitas
akan semakin tinggi. Pada grafik diatas menunjukkan bahwa pada suhu -120 oC
terhadap densitas gas alam sebesar 500 kg/m 3 sedangkan pada suhu 100 oC
densitasnya sebesar 50 kg/m3. Penurunan densitas disebabkan terjadinya peningkatan
volume uap dengan massa yang konstan pada suhu yang tinggi. Peningkatan volume
ini disebabkan pecahnya molekul-molekul cairan akibat suhu yang tinggi sehingga
molekul-molekul menempati volume yang lebih besar dibandingkan saat suhu yang
lebih rendah. Penurunan suhu menyebabkan semakin rapatnya molekul-molekul air,
sehingga massa jenis pun meningkat. Dapat dilihat dari grafik tersebut bahwa dari
suhu rendah menuju suhu tinggi, grafik tersebut mengalami penurunan. Sedangkan
semakin tinggi tekanan densitas akan semakin tinggi.
5. Pengaruh Temperatur dan Tekanan terhadap Vapour Fraction

Pada grafik pengaruh suhu dan tekanan terhadap fraksi uap jenuh, dapat
dijelaskan bahwa semakin mudah zat cair menguap, semakin besar pula tekanan uap
jenuhnya. Adapun pengaruh temperatur terhadap vapour fraction didapatkan hasil
yang menunjukkan bahwa pada tekanan yang tinggi pembentukan vapour fraction
lebih cepat di awal, namun lambat di akhir. Hal ini disebabkan karena dalam
suatu larutan, partikel-partikel zat terlarut menghalangi gerak molekul pelarut untuk
berubah dari bentuk cair menjadi bentuk uap sehingga tekanan uap jenuh larutan
menjadi lebih rendah dari tekanan uap jenuh larutan murni.
6. Pengaruh Temperatur dan Tekanan terhadap Viskositas

Viskositas adalah ketahanan suatu fluida untuk mengalir. Pengaruh


viskositas terhadap temperatur adalah semakin kecil jika dinaikkan suhunya. Hal
ini dikarenakan pada suhu yang tinggi memberikan tingkat kebebasan molekul
komponen gas alam akan bergerak bebas karena mempunyai energi untuk
bergerak. Pada suhu -120oC nilai viskositas tinggi karena komponen gas bisa jadi
dalam fasa cair, ataupun molekul komponen gas rapat, sehingga gas tersebut
dikatakan kental. Sedangkan pada suhu 100oC nilai viskositas kecil dikarenakan
fasa gas telah berubah menjadi uap, dan dikatakan gas tersebut tidak kental.
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-
partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun
kekentalannya.
7. Pengaruh Temperatur dan Tekanan terhadap Heat Capacity

Pengaruh tekanan pada kapasitas panas gas turun dengan naiknya suhu. Dapat
dilihat pada grafik tersebut, pengaruh suhu terhadap tingginya heat capacity
cenderung tidak stabil dan konstan. Grafik diatas menunjukkan bahwa pada
temperature -120oC memberikan nilai heat capacity yang tidak beda jauh berbeda,
namun pada temperatur -60oC sampai -50oC nilai heat capacity untuk yang
bertekanan 2000 kPa sangatlah rendah dari pada yang bertekanan 6000 kPa, hal ini
karena untuk yang bertekanan 2000 kPa fasanya sudah menjadi gas-liquid atau
keseluruhannya gas, maka akan mengalami mengalami penurunan. Pengaruh
temperatur terhadap mass heat capacity bahwa semakin besar temperature maka
semakin besar tekanan serta semakin besar pula heat capacity. Tetapi, apabila telah
mencapai titik maksimumnya makan akan mengalami penurunan. Pada grafik diatas
ini menyatakan bahwa pada suhu tertentu mempunyai suhu optimum dalam nilai
kapasitas panasnya. Jika suhu dinaikkan melewati titik optimum akan menyebabkan
kapasitas panasnya menurun, sesuai dengan tekanannya masing – masing.

E. KESIMPULAN

Hasil dari simulasi proses dengan menggunakan HYSYS ini adalah sebagai berikut:

a. Pada kondisi temperatur 40°C, tekanan 5000 kPa, dan laju alir massa sebesar
10000 kg/h didapatkan vapour fraction sebesar 0.9721. Itu artinya pada kondisi
tersebut, gas alam sudah berbentuk fase gas.
b. Pada tekanan 5000 kPa, T Dew yang didapat sebesar -58,23 dan T Bubble yang
didapat sebesar 93,92
c. Titik bubble point menandakan gas alam berada dalam fasa cair,
d. Titik dew point menandakan gas alam berada dalam fasa uap.
e. Temperature dan tekanan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
densitas, heat capacity, viskositas serta vapour fraction.
f. Semakin tinggi suhu maka densitas semakin rendah
g. Semakin tinggi suhu maka nilai viskositas semakin rendah
h. Semakin tinggi suhu dalam keadaan cair, nilai heat capacity semakin tinggi.
i. Sedangkan dalam keadaan uap, nilai heat capacity semakin menurun seiring
peningkatan suhu.

DAFTAR PUSTAKA
Maulida, Rizky Hardiyatul dan Rani, Erika. 2010. Analisis Karakteristik Pengaruh
Suhu dan Kontaminan terhadap Viskositas Oli menggunakan Rotary Viskometer.
Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 1

Permatasari, Reni. 2011. Kajian Pengaruh Suhu Terhadap Densitas dan Sifat Reologi
Minyak Sawit Kasar (Crude Palm Oil). Bogor: Institut Pertanian Bogor

Pradnya A. Putri, Shinta S. Hajar, Gede Wibawa dan Winarsih. Plant Design of
Cluster LNG (Liquefied Natural Gas) in Bukit Tua Well, Gresik. JURNAL
TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Soputra, Albert dkk. 2014. Perancangan Sistem Simulasi HYSYS & Integrasi dengan
Programmable Logic Controller-Human Machine Interface: Studi Kasus pada
Plant Kolom Distilasi Etanol-Air. J.Oto.Ktrl.Inst Vol 6 (1). ISSN: 2085-2517

Anda mungkin juga menyukai