Teknik Pendingin
Pengkondisian Udara
Atmosfir (1)
1 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Pembahasan
PENDAHULUAN
1. PSYCHROMETRIC
A. Definisi Psychrometric
Psychrometrics adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat (properties) udara. Pada bidang
teknik tata udara, psychrometrics meliputi pengukuran dan menghitung sifat-sifat udara luar
dan udara yang ada di dalam ruangan bangunan yang dikondisikan. Psychrometrics juga
digunakan untuk mencari kondisi udara yang pasti akan lebih nyaman dalam ruangan yang
dikondisikan. Grafik psychrometrics seperti ditunjukkan oleh Gambar 1, merupakan alat
penyederhana dalam pengukuran sifat-sifat udara dan mengurangi beberapa perhitungan
rumit ketika mencari sifat-sifat udara. Industri pembuat alat tata udara (AC) akan
mempunyai bentuk grafik yang sedikit berlainan, yang mungkin disebabkan berlainan lokasi
tempat informasi didapat. Namun demikian, tetap mempunyai dasar yang sama bahwa
grafik psychrometrics merupakan sebuah grafik sederhana yang mewakili kondisi atau
sifat-sifat udara. Sifat-sifat udara tersebut seperti: temperatur, kandungan uap air di udara
(humidity) dan titik kondensasi yang biasa disebut titik pengembunan (dewpoint).
2 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 1. Grafik psychrometric
1. Temperatur kering atau dry-bulb temperature (db) adalah temperatur udara yang diukur
dengan menggunakan thermometer biasa, yaitu thermometer rumah tangga.
2. Temperatur basah atau wet-bulb temperature (wb) adalah temperatur udara luar yang
diukur dengan menggunakan thermometer biasa berselubung kain basah pada ujung
lancipnya. Temperatur dicatat setelah thermometer digoyang secara cepat (diputar) di
udara. Sebuah thermometer disebut thermometer basah karena ujung lancipnya
dibasahi dengan cara membungkus dengan kain yang dicelupkan ke dalam air.
Thermometernya sama dengan thermometer kering. Untuk mengukur temperatur kering
atau basah biasa digunakan psychrometer ayun (sling psychrometer). Hasil pengukuran
thermometer basah biasanya lebih kecil dibandingkan dengan hasil pengukuran
thermometer kering. Perbedaan temperatur kering dan basah tergantung pada jumlah
uap air yang ada di dalam udara. Jika kandungan uap air tinggi, penguapan yang terjadi
di kain basah menjadi rendah. Akibatnya panas yang dipindahkan menjadi sedikit dan
temperatur basah menjadi tinggi. Jika kandungan uap air di udara rendah, berarti udara
itu kering dan dapat dengan segera mengambil uap air. Oleh karena itu penguapan
3 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
pada kain basah terjadi dengan cepat dan panas yang dipindahkan dalam jumlah yang
lebih besar. Hal ini akan menyebabkan permukaan thermometer basah jadi cepat sejuk.
Sebagai hasilnya, hasil pembacaan yang didapat akan lebih rendah dibanding udara
yang mempunyai kandungan uap air tinggi. Udara kering atau udara yang mengandung
uap air rendah mempunyai temperatur basah yang rendah. Udara lembab atau udara
berkandungan uap air tinggi mempunyai temperatur basah yang tinggi. Bila kandungan
uap air mencapai 100 % atau relatif humidity mencapai 100 % maka temperatur basah
akan sama besarnya dengan temperatur kering. Hal tersebut dapat dilihat dengan
mudah di grafik psychrometrics. Pada kondisi seperti ini penguapan terhenti sebab
udara tak mampu lagi mengambil uap air. Oleh karena itu, tidak mungkin mengeluarkan
panas penguapan dari kain basah pada thermometer basah sehingga kedua
thermometer akan memberikan hasil yang sama.
3. Kandungan uap air relatif atau Relativ Humidity (RH) adalah jumlah uap air yang ada
dalam udara dibandingkan dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dimiliki oleh
udara pada kondisi yang sama (temperatur dan tekanannya sama).
4. Tetes uap air atau grains of moisture adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung
jumlah uap air yang ada di udara.
a. Jika temperatur kering dan temperatur basah sudah diketahui maka kandungan uap air
relatif dapat dibaca di grafik.
b. Jika temperatur kering dan kandungan uap air relatif sudah diketahui, maka temperatur
basah dapat dicari.
c. Jika temperatur basah dan kandungan uap air relatif diketahui maka temperatur kering
dapat dicari.
d. Jika temperatur kering dan temperatur basah sudah diketahui, maka temperatur
pengembunan dapat dicari.
e. Jika temperatur basah dan kandungan uap air relatif diketahui, maka temperatur
pengembunan dapat dicari.
4 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
f. Jika temperatur kering dan kandungan uap air relatif diketahui, maka temperatur
pengembunan dapat dicari.
Tetes uap air di udara dapat dicari dari tiap kombinasi sebagai berikut :
6) Titik pengembunan
Ilustrasi pada Gambar 2 membantu para pembaca untuk mengetahui letak garis dan skala
pada grafik psychrometric. Gambar grafik seperti sebuah sepatu dengan jari kaki (toe)
disebelah kiri dan tumit (heel) di sebelah kanan. Pada Gambar 3 ditunjukkan skala garis
temperatur kering dan basah. Skala temperatur kering (dry-bulb temperature scale)
membentang sepanjang alas (sole) dari jari kaki (toe) sampai tumit (heel). Garis temperatur
kering berdiri tegak dari alas (sole) ke satu garis mewakili tiap derajat temperatur dan skala
temperatur basah (wet-bulb scale) membentang sepanjang pergelangan kaki (instep) ke
puncak sepatu. Garisnya membentang secara diagonal ke bawah menuju alas (sole) dan
belakang sepatu satu garis satu derajat temperatur.
5 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 3. Garis temperatur kering dan basah
Pada Gambar 4 ditunjukkan garis skala temperatur kondensasi dan kandungan uap air
relatif. Skala titik kondensasi atau titik pengembunan adalah sama dengan skala
temperatur basah (wet-bulb scale). Garis titik pengembunan membentang secara
horizontal ke bagian belakang sepatu, satu garis satu derajat temperatur. Garis
kandungan uap air relatif berlokasi sepanjang sisi sepatu dan sejajar dengan garis
pergelangan kaki (instep). Garis pergelangan kaki (instep) merupakan garis kandungan
uap air relatif 100%.
Skala tetes uap air berada di sepanjang bagian belakang sepatu, mulai dari bawah
sampai ke atas. Letak garisnya sama dengan garis pengembunan.
6 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 5é Garis tetes uap air (grains of moisture)
7 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 6. Cara menentukan kandungan uap air relatif (RH)
Contoh 2: Temperatur kering, kandungan uap air relatif (RH) temperatur basah
Diketahui : Temperatur kering 78 F
Kandungan uap air (RH) 50% Carilah :
Temperatur basah
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 7.
1. Plot 78 F pada skala temperatur kering, yaitu bagian bawah grafik
2. Dari titik 78 F tarik garis tegak lurus ke atas sehingga memotong garis RH 50%.
3. Letak titik temperatur basah adalah pada titik pertemuannya.
4. Ikuti garis diagonal ke arah kiri atas dan memotong kurva pergelangan kaki.
5. Disitulah letak titik temperatur basah, yaitu sebesar 65 F.
8 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 7. Cara menentukan temperatur basah
Contoh 3: Temperatur basah, kandungan uap air relatif (RH) temperatur kering
Diketahui : Temperatur basah 65 F
Kandungan uap air (RH) 50% Carilah :
Temperatur kering
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 5.8.
1. Tetapkan titik 65 F pada skala temperatur basah.
2. Tarik garis diagonal ke bawah sampai memotong garis RH 50%.
3. Tarik garis tegak lurus dari atas ke bawah melalui titik potong pada no. 2
sampai memotong garis skala temperatur kering.
4. Didapat titik potongnya pada 78 F
9 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 8 Cara menentukan temperatur kering
10 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 9. Cara menentukan temperatur pengembunan kesatu
Contoh 5: Temperatur basah, kandungan uap air relatif (RH) temp. pengembunan
Diketahui : Temperatur basah 65 F
Kandungan uap air (RH) 50% Carilah :Temperatur pengembunan (dewpoint)
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 10.
11 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 10. Cara menentukan temperatur pengembunan kedua
Contoh 6: Temperatur kering, kandungan uap air relatif (RH) temp. pengembunan
Diketahui : Temperatur kering 78 F
Kandungan uap air (RH) 50%
Carilah : Temperatur pengembunan (dewpoint)
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 11 .
1. Cari titik perpotongan 78 F db dengan 50% RH.
2. Tarik garis horizontal ke kiri, sampai memotong kurva.
3. Titik perpotongannya yaitu 58 F adalah temperatur pengembunan.
12 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 11. Cara menentukan temperatur pengembunan ketiga
Contoh 7 :
Temperatur kering 78 F
Temperatur basah 65 F
.
1. Cari perpotongan antara 78 F db dengan 65 F wb.
2. Tarik garis horizontal ke kanan, sampai memotong garis jumlah tetes air.
Pada contoh di atas ditunjukan bagaimana cara mencari jumlah tetes air dengan
mengunakan temperatur kering dan temperatur basah. Jumlah tetes air juga dapat dicari
pada grafik psycrometrics dengan menggunakan prosedur seperti di atas, tetapi dengan
kombinasi lain. Secara sederhana, carilah perpotongan dua kondisi tertulis di bawah ini dan
ikuti garis pada grafik yang memotong skala jumlah tetes air.
Perhatikan pada ujung atas skala tertulis kata “jumlah tetes air per lb udara kering”.
Berarti bahwa pada 78 F db dan 65 F wb udara (per lb) dapat menahan sejumlah
3
72 tetes air. Uap air dapat diukur per lb udara atau per ft udara, untuk mencari
3
uap air per ft udara gunakanlah kondisi yang sama (78 F db dan 65 F wb) dengan
memperhatikan Gambar 13 dan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Carilah titik potong 78 F db dab 65 F wb.
2. Tarik garis horizontal ke kanan sampai memotong garis skala jumlah uap air.
3. Didapatkan hasilnya 72 tetes air.
3
4. Carilah skala ft sepanjang alas gambar sepatu (psychrometrics). Skala mulai
3 3
dari 12,5 ft dan berakhir pada 14 ft . Garis ini membentang diagonal dari alas ke
kiri atas.
5. Cari lagi titik potong antara 78 F db dab 65 F wb.
3
6. Tarik garis sejajar dengan ft melalui perpotongan pada item no.5 terus miring ke
bawah sampai memotong alas. Titik potongnya berada antara 13,5 dan 14
3
katakanlah 13,8 ft .
7. Bagilah 72 dengan 13,8.
3
8. Hasilya yaitu 5 tetes air per ft .
Pada temperatur 78 F db dab 65 F wb uap air di dalam udara adalah sejumlah 72 tetes
3
tiap lb udara, atau 5 tetes tiap ft .
Diketahui temperatur kering udara luar yaitu 30 F dan kandungan uap air relatif udara luar
yaitu 20%. Carilah kombinasi kandungan uap air relatif dan temperatur kering yang berada
dalam kondisi nyaman untuk musim dingin (temperatur 72-75 F dan RH 30-35%). Perlakuan
yang dibutuhkan untuk merubah kondisi udara luar ke kondisi dalam ruangan yang nyaman.
Pemecahan dari permasalahan di atas adalah dengan mengamati Gambar 14 dan
mengikuti langkah-langkah berikut ini:
a. Plot titik pada grafik psychrometrics pada perpotongan antara 30 F db dengan 20% RH
b. Letakan sebuah titik pada perpotongan temperatur kering dan kandungan uap iar relatif
yang berada pada daerah nyaman di dalam ruangan pada saat musim dingin, misalnya:
30% dan 72 F db.
d. Dengan mengikuti garis dari titik ke 1 dan ke 2 pada titik potong, memungkinkan untuk
mendapatkan beberapa perubahan yang harus dibuat/ dilakukan agar kondisi udara
dapat distel ke kondisi yang diinginkan (temperatur dan kandungan uap air relatif).
1) Karena kandungan uap air relatif naik, dari 20% menjadi 30% berarti uap air harus
ditambah ke udara.
2) Karena temperatur kering harus dinaikan dari 30 F menjadi 72 F db artinya harus ada
panas yang ditambahkan.
a. Dengan mengikuti garis dari titik 1 ke titik 2 didapatkan beberapa hal yang
harus mengalami perubahan.
1) Karena kandungan uap air relatif turun dari 70% menjadi 50% berarti ada
sejumlah uap air yang harus dikeluarkan dari udara.
misalnya: keduanya biasa digunakan untuk mencari kondisi di mana kondensasi akan
terbentuk pada suatu permukaan dingin.
a. Seperti diutarakan sebelumnya, bahwa uap air dapat dibuang atau dicegah dengan
menggunakan udara hangat di atas permukaan jendela. Udara hangat dihembuskan
di atas permukaan jendela, sehingga kandungan uap air lebih tinggi dapat
dipertahankan di dalam ruangan tanpa terjadi pengembunan atau kondensasi.
b. Dengan adanya penambahan permukaan jendela ke 2 (storm window) atau
dengan menggunakan 2 lapis kaca jendela (thermopane), temperatur
permukaan bagian dalam lapis kaca jadi naik (di atas 30 F) dan oleh karena itu,
kandungan uap air relatif akan naik juga ke tingkat yang lebih nyaman.
Gambar 16. Cara menentukan temperatur pengembunan di musim dingin
2. Dasar-Dasar Psikometrik
Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat-sifat campuran udara dengan uap air,
dan ini mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkondisian udara karena udara
pada atmosfir merupakan percampuran antara udara dan uap air, jadi tidak benar-benar
kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau
malah ditambahkan.
Pada bagan psikometrik ada dua hal yang penting, yaitu penguasaan akan dasar-dasar
bagan dan kemampuan menentukan sifat-sifat pada kelompok-kelompok keadaan lain,
misalnya tekanan barometrik yang tidak standar.
Untuk memahami proses-proses yang terjadi pada karta psikometrik perlu adanya
pemahaman tentang hukum Dalton dan sifat-sifat yang ada dalam karta psikometrik, antara
lain :
3. Titik embun.
Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya sama
dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap air dalam
udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab didinginkan.
Pada tekanan yang berbeda titik embun uap air akan berbeda, semakin besar
tekanannya maka titik embunnya semakin besar.
4. Kelembaban relatif.
Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap air di
dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu dan tekanan
yang sama, atau perbandingan antara tekanan persial uap air yang ada di dalam
udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada temperatur yang sama.
Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai kemampuan udara untuk menerima
kandungan uap air, jadi semakin besar RH semakin kecil kemampuan udara
tersebut untuk menyerap uap air.
Kelembaban ini dapat dirumuskan :
Pw
RH x100%
Pws ………………………( 1 )
dimana :
Pw = Tekanan parsial uap air
Pws = Tekanan jenuh uap air
( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi
ke-2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang terkandung didalam
setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara massa uap air dengan
massa udara kering yang ada didalam atmosfir.
Mw
w
Ma …………….……………( 2 )
Dimana :
W = Kelembaban spesifik
6. Entalpi.
Entalpi merupakan energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada temperatur tertentu,
atau jumlah energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg udara kering dan x
kg air ( dalam fasa cair ) dari 0 oC sampai mencapai t oC dan menguapkannya
menjadi uap air ( fasa gas).
7. Volume spesifik.
Volume spesifik merupakan volume udara campuran dengan satuan meter-kubik per
kilogram udara kering.
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)
Twb1 w
Tdb1 Tdb2
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)
Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga
temperatur udara tersebut mengalami penurunan. Proses ini hanya disebabkan oleh
perubahan temperatur bola kering udara tanpa perubahan rasio kelembaban. Garis proses
pada karta psikometrik adalah garis horizontal ke arah kiri.
Twb1
Twb2 w
Tdb2 Tdb1
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)
Twb2
w2
Twb1
w1
Tdb
Gambar 3 Pelembaban
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)
Proses penurunan kelembaban adalah proses pengurangan kandungan uap air ke udara
sehingga terjadi penurunan entalpi dan ratio kelembaban. Pada proses ini terjadi perubahan
kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel. Garis proses pada karta psikometrik
adalah garis vertikal ke arah bawah.
Twb1
w1
Twb2
w2
Tdb
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)
3.5 Proses pemanasan dan pelembaban (Heating dan humidifikasi).
Pada proses ini udara dipanaskan disertai dengan penambahan uap air, yaitu dengan
mengalirkan udara melewati ruangan semburan air atau uap yang temperaturnya lebih tinggi
dari temperatur udara, sehingga didapatkan peningkatan kalor sensibel dan kalor laten
secara bersamaan. Pada proses ini terjadi kenaikan rasio kelembaban, entalpi, Tdb, Twb
dan kelembaban relatif. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis kearah kanan
atas.
Twb2
w2
Twb1
w1
Tdb1 Tdb2
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)
Pada proses ini udara mengalami pendinginan dahulu sampai temperaturnya dibawah titik
embun udara, pada temperatur ini udara mengalami pengembunan sehingga kandungan
uap air akan berkurang, kemudian udara dilewatkan melalui koil pemanas sehingga
temperatur udara akan meningkat. Proses ini terjadi pada alat pengering udara
(dehumidifier). Pada proses ini terjadi penurunan rasio kelembaban, entalpi, Twb, entalpi
dan kelembaban relatif tetapi terjadi peningkatan Tdb. Garis proses pada karta psikometrik
adalah garis kearah kanan bawah.
Twb1
w1
Twb2
w2
Tdb1 Tdb2
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)
Proses ini dilakukan dengan melewatkan udara pada ruangan semburan air yang
temperaturnya lebih rendah dari temperatur udara, tetapi lebih tinggi dari titik embun udara
sehingga temperatur akan mengalami penurunan dan rasio kelembaban akan mengalami
peningkatan.
Twb2
Twb1 w2
w1
Tdb2 Tdb1
Proses ini dilakukan dengan cara melewatkan udara pada koil pendingin atau ruangan
semburan air dimana temperaturnya lebih rendah dari temperatur udara sehingga terjadi
penurunan kalor laten dan kalor sensibel.
Twb1
w1
Twb2
w2
Tdb2 Tdb1
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)
( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke-
2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
Gambar 9 Diagram P-H Sistem Kompresi Uap
Kondensor
4
Katup Ekspansi
Kompresor
Evaporator 2
Qc = mº ( h2 – h1 ) ………………………( 3 )
Dimana :
( kj/s).
Tahap ini terjadi di kompresor dimana refrigerant yang berfasa uap dengan temperatur dan
tekanan rendah dikompresi secara isentropic sehingga temperatur dan tekanannya menjadi
tinggi, besar kapasitas pemanasan dapat ditulis dengan persamaan :
Qw = mº ( h3 – h2 ) ………………………( 4 )
Dimana :
Qw = Kapasitas pemanasan ( kj/s).
mº = Laju aliran massa refrigerant ( kg/s).
h3 – h2 = Kerja kompresi (kj/kg).
3–4 Proses Kondensasi
Tahap ini terjadi di dalam kondensor, dimana panas dari refrigerant yang berfasa uap dari
kompresor dibuang ke lingkungan sehingga refrigerant tersebut mengalami kondensasi.
Pada tahap ini terjadi perubahan fasa dari dari fasa uap superheat menjadi fasa cair jenuh,
pada fasa cair jenuh ini tekanan dan temperaturnya masih tinggi. Besarnya kalor yang
dilepaskan di kondensor adalah :
qc = h3 – h4……………………….………( 5 )
Dimana :
Tahap ini terjadi di katup ekspansi dimana refrigerant diturunkan tekanannya yang diikuti
dengan turunnya temperatur isentalphi.
5. Dehumidifier.
Dalam pembuatan desain ulang Air Conditioning (AC) ini, perubahan kelembaban
dilakukan dengan menggunakan buatan panas listrik (lampu). Nilai kelembaban udara dapat
diketahui setelah pengukuran terhadap suhu bola kering/ Dry Bulb Temperature (DBT) dan
laju aliran udara.
d. Kelembaban Spesifik
Kelembaban spesifik atau ratio kelembaban (w), dinyatakan dalam besaran masa
uap air yang terkandung di udara per satuan masa udara kering yang diukur dalam gram per
kilogram dari udara kering (gr/kg) atau kg/kg. Pada tekanan barometer tertentu, kelembaban
spesifik merupakan fungsi dari suhu titik embun. Tetapi karena penurunan tekanan
barometer menyebabkan volume per satuan masa udara naik, maka kenaikan tekanan
barometer akan menyebabkan kelembaban spesifik menjadi turun. Hal ini dinyatakan
dengan persamaan:
Kadar air dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu kadar air basah (M w) dan kadar
air basis kering (M). untuk dipasarakan biasanya kadar air biji-bijian ditentukan berdasarkan
basis basah, sementara kadar air basis kering yang sering digunakan dalam perhitungan-
perhitungan engineering. Untuk menghitung kadar air biji-bijian digunakan persamaan (2.3)
dan (2.4).
Pada proses pengeringan sering dijumpai adanya variasi kadar air dari biji-bijian
yang dikeringkan. Variasi kadar air ini dipengaruhi oleh ketebalan tumpukan biji-bijian,
kelembaban nisbi udara pengering, dan kadar air biji-bijian itu sendiri. Brooker et al. (1974)
mengemukakan bahwa variasi kadar air biji-bijian yang dikeringkan dapat dikurangi dengan
cara (1) menipiskan tumpukan biji-bijian (2) menggunakan kecepatan aliran udara tinggi, (3)
mempertahankan suhu udara pengering tetap rendah, dan (4) melakukan pengadukan.
f. Kalor
kalor adalah energi yang diterima suatu benda, yang dapat menyebabkan suhu atau wujud
benda berubah. Kalor merupakan suatu bentuk energi yang dapat dipindahkan, tetapi tidak
dapat dihilangkan. British Thermal Unit (BTU) adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk
memanaskan atau mendinginkan 1 pound air sampai suhunya naik atau turun 1 0F
dinamakan 1 BTU. BTU = 0, 252 KCal = 1,055 K J = 1055 Joule.
Proses pendinginan ditunjukan oleh suatu garis mendatar lurus yang berawal dari
temperature DB yang bersuhu tinggi membentang kearah temperature DB suhu rendah.
Garis pendinginan sensible nilai temperatur DP konstan karena kandungan uap air di udara
tetap konstan. Titik awal dan akhir pada diagram psikometrik menujukan sifat-sifat udara.
Pemanasan udara sensibel sangat penting pada saat Air Conditioning digunakan
sebagai pompa kalor untuk memanaskan udara kemudian di salurkan ke koil kondensator
dengan membawa refrigeran bersuhu tinggi. Dalam beberapa hal pemanas pemanfaatannya
berbeda-beda di tiap industri dan penggunaan AC secara banyak membutuhkan
kenyamanan yang besar. Proses pemanasan udara umumnya udara diproses pada koil
pemanas yang dapat memanaskan refrigeran, air panas dan uap oleh koil pemanas elektrik
Air Panas dan uap banyak digunakan oleh industri. Seperti pendinginan sensible, proses
pemanasan sensible diperlihatkan oleh suatu garis mendatar lurus pada diagram
psikrometrik. Bermula dari temperatur DB suhu rendah ke arah kanan pada temperatur DB
suhu tinggi serta temperatur DP juga konstan.
Gambar 2.4 Proses panas sensible pada diagram psikometri
Proses perpindahan panasnya adalah: Qh = ma (hB – hO)= ma Cpm (TB – TO)...(2.11)
Cooling dan proses dehumidifikasi Pada saat proses pendinginan sensible secara
bersamaan terjadi perubahan uap air yang disebut proses pendinginan dan dehumidifikasi.
Pendinginan dan proses dehumidifikasi diperoleh ketika suhu bola kering dan titik embun
(DP) menurun. Pembahasan ini akan menerangkan pendinginan dan proses dehumidifikasi
secara lebih detil. Ketika udara berhubungan dengan cooling coil yang dipertahankan di
bawah suhu embunnya, awalnya suhu DB berkurang. Proses pendinginan
berkesinambungan dengan beberapa nilai suhu titik embun udara. Pada titik ini uap air
udara diubah menjadi partikel embun karena dibentuk permukaan pendingin dan kandungan
uap air berkurang sehingga mengurangi tingkatan kelembabannya. Jadi dengan demikian
udara didinginkan ketika di bawah suhu embunnya, dan sedang pendinginan seperti
dehumidifikasi udara.
Proses Pendinginan dan dehumidifikasi secara luas penggunaannya pada air conditioning
untuk jenis windows, split, pengemasan dan sistem pengkondisi udara pusat untuk
menghasilkan kondisi yang nyaman dalam ruangan. Pada jenis windows dan split air
conditioning cooling coilnya dipelihara guna untuk menjaga suhu lebih rendah dari suhu titik
embun udara atmosfer sehingga refrigeran yang dingin dapat melewatinya. Ketika udara
ruang melewatinya suhu DB berkurang dan pada waktu yang sama uap lembab adalah juga
berubah karena udara didinginkan di bawah suhu DP nya. Wujud embun tersebut hasil
cooling coil yang kemudian di keluarkan oleh pipa kecil. Di dalam sistem central air
conditioning, cooling coil mendinginkan refrigeran pada saat udara atmosfer untuk
menghasilkan proses pendinginan dan proses dehumidifikasi.
Selama pendinginan dan dehumidifikasi suhu bola kering, suhu bola basah dan suhu
titik embun pada udara berkurang. Dengan cara yang sama panas sensibel dan panas laten
udara juga berkurang sehingga tejadi pengurangan entalpi udara. Proses Pendinginan dan
proses dehumidifikasi diperlihatkan oleh suatu garis bersudut lurus menurun pada di
diagram psikrometrik.
Persamaan tersebut di atas dapat diamati bahwa proses pendinginan dan dehumidifikasi
melibatkan kedua proses yaitu proses perpindahan panas laten dan panas sensible,
karenanya, total, nilai perpindahan panas laten dan panas sensible (Q t, Ql dan Qs) dapat
ditulis:
Qt = Q l + Qs
perpindahan panas total ke udara adalah:
Qt = ma cpm (T2 – T1) + ma hfg,C (w2 – w1)
Dimana : Ql = ma (hO – hw) = ma.hfg (wO – wC )
Qs = ma (hw – hC) = ma.cpm (TO – TC
Faktor panas sensibel (SHF)
Dari persamaan diatas, seseorang dapat menyimpulkan bahwa suatu SHF 1.0 tidak
sesuai dengan perpindahan panas laten dan suatu SHF 0 tidak sesuai dengan perpindahan
panas sensible. Suatu SHF 0.75 hingga 0.80 adalah sistem proses pengkondisisan udara
yang umum di dalam suatu cuaca kering. Sebuah penurunan nilai SHF, dikatakan 0.6,
menyiratkan suatu beban panas laten tinggi seperti yang terjadi pada cuaca lembab.
Dengan begitu kita dapat melihat bahwa kemiringan dari garis pendinginan dan de-
humidification semata-mata merupakan suatu fungsi faktor panas sensible, SHF.
Karenanya,
kita dapat menarik gambar garis pendinginan dan dehumidifikasi pada diagram psikometrik
jika SHF diketahui. Dalam beberapa diagram psikometrik standar, suatu busur derajad
nilainya berbeda pada SHF yang disajikan. Garis Proses ditarik melalui titik awal dan dalam
paralel kepada SHF garis yang diberi busur derajad seperti yang ditunjukkan gambar.
Gambar 2.8 Diagram psikometri dengan kemiringan untuk garis SHF
Temperatur Ts adalah temperatur permukaan yang efektif coil pendingin, dan diketahui
sebagai temperatur titik embun (ADP). Di dalam suatu situasi ideal, ketika semua udara
masuk menyinggung secara sempurna dengan permukaan coil pendingin, kemudian
temperatur keluar udara akan jadi sama seperti ADP coil itu. Bagaimanapun di dalam kasus
nyata temperatur keluar udara akan selalu lebih besar dari temperatur titik embun seperti
aliran udara yang mengalir di atas permukaan coil pendingin dan juga terdapat variasi
temperatur sepanjang sirip dan lainnya Karenanya, kita dapat mendefinisiakan suatu factor
(BPF) sebagai berikut:
Itu dapat dengan mudah dilihat bahwa, faktor yang lebih besar akan menjadi perbedaan
antara temperatur saluran udara keluar dan temperatur coil pendingin. Ketika BPF adalah
1.0, semua saluran udara coil itu dan tidak akan mendinginkan atau de-humidification.
Dalam prakteknya, faktor saluran dapat meningkat dengan terus meningkat banyaknya baris
di dalam suatu coil pendingin atau dengan penurunan kecepatan udara atau dengan
mengurangi titi nada/lemparan sirip itu.
sebagai alternatif, suatu kontak factor (CF) dapat yang mana didefinisikan oleh:
CF = 1 – BPF…………………………………...……………………………(2.16)
Keterangan:
(1)-(2) : Proses pendinginan dan dehumidifikasi
(2)-(3) : proses pemanasan
1 : udara masuk unit dehumidifier
2 : temperatur titik embun
3 : proses pemanasan udara
Selain terjadinya proses dehumidifier di atas maka akan timbul beberapa proses diantaranya
yaitu:
panas total. Panas selalu berubah dari panas sensible menjadi panas laten atau panas
laten menjadi panas sensible.
Pada dasarnya penggunaan air conditioning sebagai unit proses pendinginan dan
proses dehumidifikasi untuk menghasilkan udara dingin dimana udara dingin tersebut
digunakan sebagai udara suplai proses dehumidifier, sehingga membutuhkan perlakuan
proses pemanasan udara yang menggunakan energi panas dari listrik yaitu melalui lampu
halogen. Besarnya energi yang dibutuhkan dapat dituliskan dengan rumus:
Kondisi pada sisi inlet dehumidifier.
Pv = RH x Psat ………………………………………………………...(2.17)
w = 0,622 () ……………………………………..…………..(2.18)
dity outlet
2) dengan perubahan T2
ud )
ṁ)
Reference :
Althouse, A.D., Turnquist, C.H. and Bracciano, A.F. (1992). Modern Refrigeration
and Air Conditioning. Illinois : The Goodheart & Wilcox Co.Inc.
Carrier Air Conditioning Company. (1965). Hand Book of Air Conditioning System Design.
New york: Mcgraw-Hill Book Company.
Dincer, I. and Kanoglu, M. (2010). Refrigeration Systems and Applications, 2nd Edition. UK :
John Willey & Sons. Ltd,
Dossat, R.J. (1961). Principles of Refrigeration, John Wiley & Sons, Inc. New York.
Gunawan, R. (1988). Pengantar Teori Teknik Refrijerasi (Pendinginan). Jakarta: Depdikbud.
Harris, NC. (1974). Modern Air Conditioning (Third Edition). Japan: McGraw-Hill Book
Company.
Handoko. (1987). Alat Kontrol Mesin Pendingin. Jakarta: PT. Ichtiar Baru.
Handoko. (1993). Teknik Lemari Es. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Hasan Samsuri, Dkk. (2008). Sistem Refigerasi dan Tata Udara. Jakarta: Dirjen Pembinaan
SMK.
Lang, V. Paul. (1971). Principles of Air Conditioning. Bombay: D. B. Tarapovrevala Sons &
Co. Private Ltd.
Miller, R. and Miller, M.R. (2006). Air Conditioning and Refrigeration, USA:
Mc Graw-Hill.
Pita. E. G. (1981), Air Conditioning Principles and Systems An Energy Approach. New York
: John Wiley & Sons, Inc.