Anda di halaman 1dari 49

MODUL 5 (tambahan)

Teknik Pendingin

Pengkondisian Udara
Atmosfir (1)

1 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Pembahasan
PENDAHULUAN

Teknik pendingin tidak terlepas dari system pengkondisian udara, untuk


mendapatkan suatu pengkondisian udara yang baik dan memenui kaedah dan standard
udara yang diinginkan baik secara temperatur maupun kelembaban maka mahasiswa
harus mampu memahami kaedah-kaedah thermodinamika dan sifat-sifat udara. Hal-hal
yang harus diketahui dari kaedah thermodinamika dari sifat-sifat udara adalah sebagai
berikut:

1. PSYCHROMETRIC

A. Definisi Psychrometric

Psychrometrics adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat (properties) udara. Pada bidang
teknik tata udara, psychrometrics meliputi pengukuran dan menghitung sifat-sifat udara luar
dan udara yang ada di dalam ruangan bangunan yang dikondisikan. Psychrometrics juga
digunakan untuk mencari kondisi udara yang pasti akan lebih nyaman dalam ruangan yang
dikondisikan. Grafik psychrometrics seperti ditunjukkan oleh Gambar 1, merupakan alat
penyederhana dalam pengukuran sifat-sifat udara dan mengurangi beberapa perhitungan
rumit ketika mencari sifat-sifat udara. Industri pembuat alat tata udara (AC) akan
mempunyai bentuk grafik yang sedikit berlainan, yang mungkin disebabkan berlainan lokasi
tempat informasi didapat. Namun demikian, tetap mempunyai dasar yang sama bahwa
grafik psychrometrics merupakan sebuah grafik sederhana yang mewakili kondisi atau
sifat-sifat udara. Sifat-sifat udara tersebut seperti: temperatur, kandungan uap air di udara
(humidity) dan titik kondensasi yang biasa disebut titik pengembunan (dewpoint).

2 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 1. Grafik psychrometric

Bagian-bagian yang biasa digunakan dalam hubungannya dengan grafik psychrometric


yaitu:

1. Temperatur kering atau dry-bulb temperature (db) adalah temperatur udara yang diukur
dengan menggunakan thermometer biasa, yaitu thermometer rumah tangga.

2. Temperatur basah atau wet-bulb temperature (wb) adalah temperatur udara luar yang
diukur dengan menggunakan thermometer biasa berselubung kain basah pada ujung
lancipnya. Temperatur dicatat setelah thermometer digoyang secara cepat (diputar) di
udara. Sebuah thermometer disebut thermometer basah karena ujung lancipnya
dibasahi dengan cara membungkus dengan kain yang dicelupkan ke dalam air.
Thermometernya sama dengan thermometer kering. Untuk mengukur temperatur kering
atau basah biasa digunakan psychrometer ayun (sling psychrometer). Hasil pengukuran
thermometer basah biasanya lebih kecil dibandingkan dengan hasil pengukuran
thermometer kering. Perbedaan temperatur kering dan basah tergantung pada jumlah
uap air yang ada di dalam udara. Jika kandungan uap air tinggi, penguapan yang terjadi
di kain basah menjadi rendah. Akibatnya panas yang dipindahkan menjadi sedikit dan
temperatur basah menjadi tinggi. Jika kandungan uap air di udara rendah, berarti udara
itu kering dan dapat dengan segera mengambil uap air. Oleh karena itu penguapan

3 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
pada kain basah terjadi dengan cepat dan panas yang dipindahkan dalam jumlah yang
lebih besar. Hal ini akan menyebabkan permukaan thermometer basah jadi cepat sejuk.
Sebagai hasilnya, hasil pembacaan yang didapat akan lebih rendah dibanding udara
yang mempunyai kandungan uap air tinggi. Udara kering atau udara yang mengandung
uap air rendah mempunyai temperatur basah yang rendah. Udara lembab atau udara
berkandungan uap air tinggi mempunyai temperatur basah yang tinggi. Bila kandungan
uap air mencapai 100 % atau relatif humidity mencapai 100 % maka temperatur basah
akan sama besarnya dengan temperatur kering. Hal tersebut dapat dilihat dengan
mudah di grafik psychrometrics. Pada kondisi seperti ini penguapan terhenti sebab
udara tak mampu lagi mengambil uap air. Oleh karena itu, tidak mungkin mengeluarkan
panas penguapan dari kain basah pada thermometer basah sehingga kedua
thermometer akan memberikan hasil yang sama.

3. Kandungan uap air relatif atau Relativ Humidity (RH) adalah jumlah uap air yang ada
dalam udara dibandingkan dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dimiliki oleh
udara pada kondisi yang sama (temperatur dan tekanannya sama).

4. Tetes uap air atau grains of moisture adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung
jumlah uap air yang ada di udara.

5. Temperatur titik pengembunan atau dewpoint temperature (dp)adalah temperatur saat


uap air mulai mengembun pada suatu permukaan.

Dalam hubungannya dengan grafik psychrometrics, bagian-bagian ini dapat bercerita


banyak tentang kondisi udara, misalnya :

a. Jika temperatur kering dan temperatur basah sudah diketahui maka kandungan uap air
relatif dapat dibaca di grafik.

b. Jika temperatur kering dan kandungan uap air relatif sudah diketahui, maka temperatur
basah dapat dicari.

c. Jika temperatur basah dan kandungan uap air relatif diketahui maka temperatur kering
dapat dicari.

d. Jika temperatur kering dan temperatur basah sudah diketahui, maka temperatur
pengembunan dapat dicari.

e. Jika temperatur basah dan kandungan uap air relatif diketahui, maka temperatur
pengembunan dapat dicari.

4 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
f. Jika temperatur kering dan kandungan uap air relatif diketahui, maka temperatur
pengembunan dapat dicari.

Tetes uap air di udara dapat dicari dari tiap kombinasi sebagai berikut :

1) Temperatur kering dan kandungan uap air relatif (RH)

2) Temperatur kering dan temperatur pengembunan

3) Temperatur basah dan kandungan uap air relatif (RH)

4) Temperatur basah dan temperatur pengembunan

5) Temperatur kering dan temperatur basah

6) Titik pengembunan

2. Letak Garis dan Skala Pada Grafik

Ilustrasi pada Gambar 2 membantu para pembaca untuk mengetahui letak garis dan skala
pada grafik psychrometric. Gambar grafik seperti sebuah sepatu dengan jari kaki (toe)
disebelah kiri dan tumit (heel) di sebelah kanan. Pada Gambar 3 ditunjukkan skala garis
temperatur kering dan basah. Skala temperatur kering (dry-bulb temperature scale)
membentang sepanjang alas (sole) dari jari kaki (toe) sampai tumit (heel). Garis temperatur
kering berdiri tegak dari alas (sole) ke satu garis mewakili tiap derajat temperatur dan skala
temperatur basah (wet-bulb scale) membentang sepanjang pergelangan kaki (instep) ke
puncak sepatu. Garisnya membentang secara diagonal ke bawah menuju alas (sole) dan
belakang sepatu satu garis satu derajat temperatur.

Gambar 2. Ilustrasi Grafik psychrometric

5 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 3. Garis temperatur kering dan basah

Pada Gambar 4 ditunjukkan garis skala temperatur kondensasi dan kandungan uap air
relatif. Skala titik kondensasi atau titik pengembunan adalah sama dengan skala
temperatur basah (wet-bulb scale). Garis titik pengembunan membentang secara
horizontal ke bagian belakang sepatu, satu garis satu derajat temperatur. Garis
kandungan uap air relatif berlokasi sepanjang sisi sepatu dan sejajar dengan garis
pergelangan kaki (instep). Garis pergelangan kaki (instep) merupakan garis kandungan
uap air relatif 100%.

Gambar 4. Garis temperatur kondensasi dan kanduangan uap air relatif

Skala tetes uap air berada di sepanjang bagian belakang sepatu, mulai dari bawah
sampai ke atas. Letak garisnya sama dengan garis pengembunan.

6 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 5é Garis tetes uap air (grains of moisture)

A. Hubungan antara Bagian-bagian Psychrometric

Contoh berikut menggambarkan hubungan antar bagian pada psychrometric. Setiap


contoh langsung berhubungan dengan grafik psychrometrics. Oleh karena itu, grafik
seharusnya selalu digunakan untuk memperjelas persoalan.
Contoh 1: Temperatur kering, temperatur basah kandungan uap air relatif (RH)
0
Diketahui : Temperatur kering 78 F
0
Temperatur basah 65 F
Carilah : Kandungan uap air relatif (RH)

Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada


Gambar 6.
1. Plot 78 F pada skala temperatur kering, yaitu bagian bawah grafik
2. Dari titik 78 F tarik garis tegak lurus ke atas sehingga memotong kurva
pergelangan kaki (instep).
3. Dari titik itu, ikuti kurva ke arah menurun sampai pada titik 65 F (skala temperatur
basah).
4. Tarik garis sejajar dengan garis temperatur basah sampai memotong garis 78 F.
5. Dari titik itu didapat garis kurva, garis kandungan uap air relatif yang sesuai yaitu
50%.
6. Jadi kandungan uap air relatif (RH) untuk 78F db dan 65 F wb adalah 50%.

7 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 6. Cara menentukan kandungan uap air relatif (RH)

Contoh 2: Temperatur kering, kandungan uap air relatif (RH) temperatur basah
Diketahui : Temperatur kering 78 F
Kandungan uap air (RH) 50% Carilah :
Temperatur basah
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 7.
1. Plot 78 F pada skala temperatur kering, yaitu bagian bawah grafik
2. Dari titik 78 F tarik garis tegak lurus ke atas sehingga memotong garis RH 50%.
3. Letak titik temperatur basah adalah pada titik pertemuannya.
4. Ikuti garis diagonal ke arah kiri atas dan memotong kurva pergelangan kaki.
5. Disitulah letak titik temperatur basah, yaitu sebesar 65 F.

8 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 7. Cara menentukan temperatur basah

Contoh 3: Temperatur basah, kandungan uap air relatif (RH) temperatur kering
Diketahui : Temperatur basah 65 F
Kandungan uap air (RH) 50% Carilah :
Temperatur kering
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 5.8.
1. Tetapkan titik 65 F pada skala temperatur basah.
2. Tarik garis diagonal ke bawah sampai memotong garis RH 50%.
3. Tarik garis tegak lurus dari atas ke bawah melalui titik potong pada no. 2
sampai memotong garis skala temperatur kering.
4. Didapat titik potongnya pada 78 F

9 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 8 Cara menentukan temperatur kering

Contoh 4: Temperatur kering, temperatur basah temp. pengembunan


Diketahui : Temperatur kering 78 F
Temperatur basah 65 F
Carilah : Temperatur pengembunan (dewpoint)

Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada


Gambar 9.
1. Carilah titik potong 78 F db dengan 65 F wb.
2. Tarik garis horizontal ke kiri sampai memotong kurva pergelangan kaki (instep).
3. Didapat titik temperatur pengembunan (dewpoint) 58 F.

10 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 9. Cara menentukan temperatur pengembunan kesatu

Contoh 5: Temperatur basah, kandungan uap air relatif (RH) temp. pengembunan
Diketahui : Temperatur basah 65 F
Kandungan uap air (RH) 50% Carilah :Temperatur pengembunan (dewpoint)
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 10.

1. Cari titik 65 F pada skala temperatur basah.


2. Ikuti garis diagonal ke bawah, mulai dari titik 65 F sampai memotong garis RH
50%.
3. Dari titik perpotongan no. 2, tarik garis horizontal, yaitu garis pengembunan
(dewpoint).
4. Garis di atas memotong kurva di sebelah kiri pada titik 58 F.
5. Garis perpotongan itu adalah temperatur pengembunan yaitu 58 F.

11 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 10. Cara menentukan temperatur pengembunan kedua

Seperti ditunjukkan pada contoh 3 temperatur basah 65 F dan RH 50% akan


menghasilkan temperatur kering 78 F, dengan kondisi yang sama, dapat digunakan
untuk mencari lebih banyak lagi kondisi lain. Lebih jauh, temperatur basah dan
kandungan uap air relatif telah digunakan untuk mencari temperatur kering dan
temperatur pengembunan.

Contoh 6: Temperatur kering, kandungan uap air relatif (RH) temp. pengembunan
Diketahui : Temperatur kering 78 F
Kandungan uap air (RH) 50%
Carilah : Temperatur pengembunan (dewpoint)
Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada
Gambar 11 .
1. Cari titik perpotongan 78 F db dengan 50% RH.
2. Tarik garis horizontal ke kiri, sampai memotong kurva.
3. Titik perpotongannya yaitu 58 F adalah temperatur pengembunan.

12 TEKNIK PENDINGIN
Dr. Iwan Setyawan, ST,MT
Gambar 11. Cara menentukan temperatur pengembunan ketiga

Seperti ditunjukkan pada contoh 2 temperatur kering 78 F db dan RH 50% akan


menghasilkan temperatur basah 65 F wb, dengan kondisi yang sama dapat digunakan untuk
mencari lebih dari satu kondisi tambahan lainnya. Lebih jauh, temperatur kering dan
kandungan uap air relatif telah digunakan untuk mencari temperatur basah dan temperatur
pengembunan.

Contoh 7 :
Temperatur kering 78 F

Temperatur basah 65 F

Carilah : Jumlah tetes air (grains of moisture)

Jawab: ikuti langkah penyelesaiannya dan perhatikan ilustrasi pengerjaannya pada


Gambar 12

.
1. Cari perpotongan antara 78 F db dengan 65 F wb.

2. Tarik garis horizontal ke kanan, sampai memotong garis jumlah tetes air.

3. Akan didapat jumlah tetes air sebesar 72.


Gambar 12. Cara menentukan jumlah tetes air

Pada contoh di atas ditunjukan bagaimana cara mencari jumlah tetes air dengan

mengunakan temperatur kering dan temperatur basah. Jumlah tetes air juga dapat dicari
pada grafik psycrometrics dengan menggunakan prosedur seperti di atas, tetapi dengan
kombinasi lain. Secara sederhana, carilah perpotongan dua kondisi tertulis di bawah ini dan
ikuti garis pada grafik yang memotong skala jumlah tetes air.

1. db dengan kandungan uap air relatif (RH).

2. db dengan temperatur pengembunan.

3. wb dengan kandungan uap air relatif (RH).

4. wb dengan temperatur pengembunan.


Gambar 13. Cara menentukan jumlah tetes air per ft3 udara

Perhatikan pada ujung atas skala tertulis kata “jumlah tetes air per lb udara kering”.

Berarti bahwa pada 78 F db dan 65 F wb udara (per lb) dapat menahan sejumlah
3
72 tetes air. Uap air dapat diukur per lb udara atau per ft udara, untuk mencari
3
uap air per ft udara gunakanlah kondisi yang sama (78 F db dan 65 F wb) dengan
memperhatikan Gambar 13 dan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Carilah titik potong 78 F db dab 65 F wb.
2. Tarik garis horizontal ke kanan sampai memotong garis skala jumlah uap air.
3. Didapatkan hasilnya 72 tetes air.
3
4. Carilah skala ft sepanjang alas gambar sepatu (psychrometrics). Skala mulai
3 3
dari 12,5 ft dan berakhir pada 14 ft . Garis ini membentang diagonal dari alas ke
kiri atas.
5. Cari lagi titik potong antara 78 F db dab 65 F wb.
3
6. Tarik garis sejajar dengan ft melalui perpotongan pada item no.5 terus miring ke
bawah sampai memotong alas. Titik potongnya berada antara 13,5 dan 14
3
katakanlah 13,8 ft .
7. Bagilah 72 dengan 13,8.
3
8. Hasilya yaitu 5 tetes air per ft .
Pada temperatur 78 F db dab 65 F wb uap air di dalam udara adalah sejumlah 72 tetes
3
tiap lb udara, atau 5 tetes tiap ft .

B. Penggunaan Praktis Kandungan Uap Air (Humidity)


Kandungan uap air relatif digunakan untuk kenyamanan pada sistim pengkondisian udara
(air conditioning) yang menunjukkan adanya sejumlah uap air di dalam udara.
Kenyamanan pada sistim pengkondisian udara merupakan cara lain untuk menggambarkan
bahwa pengkondisian udara menyuguhkan adanya rasa nyaman untuk tubuh manusia
dibandingkan dengan pengkondisian udara yang digunakan untuk industri. Melalui
berbagai tes dan observasi, para pakar teknik telah menemukan bahwa pada suatu
kombinasi tertentu antara kandungan uap air dan temperatur udara memberikan hasil
yang nyaman dibanding dengan kombinasi lainnya. Pada musim dingin suasana nyaman
untuk kebanyakan orang akan tercapai bila kombinasi 30% sampai 35% kandungan uap
air relatif pada temperatur 72 F sampai 75 F (dalam suatu ruangan). Pada musim panas
kombinasi yang cocok untuk kenyamanan adalah antara 45% sampai 50% relative
humidity dan temperatur 75 F sampai 78 F. Dengan menggunakan pengetahuan ini pada
grafik psychrometrics, memungkinkan untuk mencari apa yang harus dilakukan terhadap
udara luar sebelum disalurkan ke dalam ruangan. Selain itu, juga untuk mempertahankan
kombinasi ternyaman antara kandungan uap air relatif dan temperatur di dalam ruangan.

1. Pengkondisian Udara Di Musim Dingin

Diketahui temperatur kering udara luar yaitu 30 F dan kandungan uap air relatif udara luar
yaitu 20%. Carilah kombinasi kandungan uap air relatif dan temperatur kering yang berada
dalam kondisi nyaman untuk musim dingin (temperatur 72-75 F dan RH 30-35%). Perlakuan
yang dibutuhkan untuk merubah kondisi udara luar ke kondisi dalam ruangan yang nyaman.
Pemecahan dari permasalahan di atas adalah dengan mengamati Gambar 14 dan
mengikuti langkah-langkah berikut ini:

a. Plot titik pada grafik psychrometrics pada perpotongan antara 30 F db dengan 20% RH
b. Letakan sebuah titik pada perpotongan temperatur kering dan kandungan uap iar relatif
yang berada pada daerah nyaman di dalam ruangan pada saat musim dingin, misalnya:
30% dan 72 F db.

c. Gambarlah garis antara kedua titik tersebut.

d. Dengan mengikuti garis dari titik ke 1 dan ke 2 pada titik potong, memungkinkan untuk
mendapatkan beberapa perubahan yang harus dibuat/ dilakukan agar kondisi udara
dapat distel ke kondisi yang diinginkan (temperatur dan kandungan uap air relatif).

1) Karena kandungan uap air relatif naik, dari 20% menjadi 30% berarti uap air harus
ditambah ke udara.

2) Karena temperatur kering harus dinaikan dari 30 F menjadi 72 F db artinya harus ada
panas yang ditambahkan.

Pada contoh di atas, grafik psychrometrics menunjukkan sebuah contoh sederhana


dimana dibutuhkan sebuah ketel atau koil pemanas agar panas bertambah. Selain itu,
diperlukan sebuah pengabut (dehumidifier) untuk menambah jumlah uap air ke udara.
Gambar 14. Cara menentukan kondisi nyaman di musim dingin

2. Pengkondisian Udara Di Musin Panas


Diketahui bahwa temperatur udara luar 85 F dan kandungan uap air relatif adalah
70%. Carilah kombinasi yang tepat antara kandungan uap air relatif dengan
temperatur udara kering agar tercipta suasana nyaman untuk musim panas (45-50% RH
dan temperatur 75-78 F). Dibutuhkan suatu pengaturan untuk mengubah kondisi udara
luar agar memenuhi kondisi yang nyaman. Pemecahan dari permasalahan di atas adalah
dengan mengamati Gambar 15 dan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
a. Letakan sebuah titik pada titik potong antara 70% RH dan 85 F pada grafik
psychrometrics.
b. Letakan juga sebuah titik pada perpotongan antara dry bulb dan RH yang
memenuhi syarat kenyamanan untuk musim panas, misalnya: 50% RH dan
temperatur 75 F.
c. Tarik garis antara ke 2 titik tersebut.
Gambar 15. Cara menentukan kondisi nyaman di musim panas

a. Dengan mengikuti garis dari titik 1 ke titik 2 didapatkan beberapa hal yang
harus mengalami perubahan.
1) Karena kandungan uap air relatif turun dari 70% menjadi 50% berarti ada
sejumlah uap air yang harus dikeluarkan dari udara.

2) Karena temperatur turun dari 85 F menjadi 75 F artinya ada sejumlah panas


yang harus dibuang.
Pada contoh di atas, grafik psychrometrics menunjukkan sebuah contoh sederhana
mengenai operasi pengkondisian udara pada musim panas. Evaporator menurunkan
temperatur sekaligus membuang uap air di udara.
Contoh berikut menunjukkan sebuah hubungan kerja antara kandungan uap air relatif
dengan temperatur kering. Jika kandungan uap air relatif dipertahankan tetap berada di
dalam daerah nyaman (30-35% untuk musim dingin dan 40-50% untuk musim panas), maka
penghuni yang berada di dalam ruangan yang dikondisikan akan merasa nyaman.
Kandungan uap air relatif dan grafik psychrometrics mempunyai aplikasi praktis lainnya,

misalnya: keduanya biasa digunakan untuk mencari kondisi di mana kondensasi akan
terbentuk pada suatu permukaan dingin.

3. Kondensasi atau Pengembunan Di Musim Dingin


Diketahui kondisi temperatur permukaan jendela 30 F dan temperatur ruangan sebelah
dalam 72 F. Carilah besarnya kandungan uap air relatif agar pada kondisi itu tidak
terjadi pengembunan di permukaan jendela. Pemecahan dari permasalahan di atas
adalah dengan mengamati Gambar 16 dan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
a. Gunakan temperatur jendela sebagai temperatur pengembunan dan plot 30 F
pada skala pengembunan.
b. Carilah titik potong antara 30 F dp dengan 72 F db.
c. Tentukan besarnya kandungan uap air relatif pada titik itu, kira-kira 20%. Hal
tersebut artinya bahwa pada temperatur 72 F dan kandungan uap air relatif
dibawah 20%, maka permukaan jendela akan tetap kering. Jika kandungan uap
air relatif berada diatas 20% uap air akan mengembun. Pada kenyataannya,
dibawah kondisi ini, uap air akan terbentuk di permukaan yang bertemperatur 30 F.
Contoh pengkondisian udara pada musim dingin menunjukkan bahwa sebuah
kombinasi antara 30% kandungan uap air relatif dengan 72 F akan menghasilkan kondisi
yang nyaman. Pada contoh „kondensasi di musim dingin‟ memperlihatkan, bahwa pada
72 F kandungan uap air relatif maksimum yang diijinkan untuk mencegah pengembunan
hanya 20%. Artinya 10% kurangnya dibandingkan untuk kenyamanan. Dua alternatif
yang diijinkan untuk memperbaiki kekurangan akan uap air yang mencukupi di dalam
udara yaitu:

a. Seperti diutarakan sebelumnya, bahwa uap air dapat dibuang atau dicegah dengan
menggunakan udara hangat di atas permukaan jendela. Udara hangat dihembuskan
di atas permukaan jendela, sehingga kandungan uap air lebih tinggi dapat
dipertahankan di dalam ruangan tanpa terjadi pengembunan atau kondensasi.
b. Dengan adanya penambahan permukaan jendela ke 2 (storm window) atau
dengan menggunakan 2 lapis kaca jendela (thermopane), temperatur
permukaan bagian dalam lapis kaca jadi naik (di atas 30 F) dan oleh karena itu,
kandungan uap air relatif akan naik juga ke tingkat yang lebih nyaman.
Gambar 16. Cara menentukan temperatur pengembunan di musim dingin

C. Aplikasi Term Pengembunan/Kondensasi Secara Praktis

Pada contoh „kondensasi di musim dingin‟, pengembunan (dewpoint) digunakan karena


kandungan uap air relatif dengan temperatur kering di dalam ruangan berkondisi nyaman.
Sebagai tambahan untuk menggambarkan penggunaan uap air relatif secara praktis,
contoh ini menunjukkan bahwa pengembunan (dewpoint) memegang peranan penting
untuk mendapatkan dan mempertahankan kondisi di dalam ruangan yang sekaligus
mencegah terbentuknya pengembunan di permukaan dingin seperti jendela. Untuk
menambah penggunaannya di dalam ruangan yang dikondisikan, diperlukan pengetahuan
mengenai pengembunan/kondensasi, juga aplikasinya di daerah yang tidak dikondisikan.
Saluran udara (duct) pada sistem pengkondisian udara yang membentang melalui daerah
yang tidak dikondisikan akan menyebabkan terjadinya pengembunan pada permukaan
saluran udara (duct).
Contoh 1 Pengembunan di dalam ruangan yang tidak dikondisikan
Diketahui: Temperatur ruang yang tidak dikondisikan 90 F db
Temperatur ruangan yang tidak dikondisikan 75 F wb Temperatur saluran udara dingin
masuk 60 F, Carilah: Temperatur pengembunan dan periksalah apakah akan terjadi
pengembunan pada permukaan saluran udara (duct)
Pemecahan dari permasalahan di atas adalah dengan mengamati Gambar 16 dan
mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Carilah temperatur pengembunan (dewpoint) dari kondisi yang telah diketahui.
Carilah lokasi titik potong 90 F db dan 75 F wb, kemudian tarik garis horizontal ke kiri
sampai memotong garis lengkung, maka akan didapat temperatur pengembunan
(dewpoint) kira-kira 69oF.
2. Temperatur permukaan saluran udara dianggap sebagai temperatur pengembunan.
Temperatur pengembunan di permukaan saluran udara adalah 60 F.

Gambar 16 Cara menentukan temperatur pengembunan pada permukaan saluran


udara (duct)
Temperatur dimana kondensasi mulai terjadi di permukaan adalah 69 F. Setiap
temperatur permukaan saluran yang ada di bawah 69 F akan menyebabkan

terjadinya pengembunan. Karena temperatur saluran udara 60 F, maka kondensasi pasti


terjadi di permukaan saluran udara.
Air yang menetes dari sebuah saluran udara dapat merugikan, karena akan membasahi
daerah di bawahnya. Tetesan air juga akan merusak makanan, minuman dan alat
elektronik yang ada di bawahnya bila tertetesi dari air hasil kondesasi pada saluran udara
tersebut. Cara yang paling umum dilakukan yaitu membungkus saluran udara (duct)
dengan insulasi dan juga menambah suatu lapisan anti uap air. Insulasi itu harus cukup
tebal mencegah terjadinya pengembunan di permukaan saluran udara. Pengembunan
merupakan permasalahan utama pada saluran udara sehingga perlu dicarikan suatu
kombinasi antara temperatur udara dan temperatur permukaan saluran udara, dinding,
jendela dan lainnya yang menyebabkan terjadinya pengembunan.
1. Pengertian Alat Pendingin Central
Alat pendingin central merupakan alat yang digunakan untuk mengkondisikan udara
ruangan, dimana udara dingin dari alat tersebut dialirkan ke ruangan yang dikondisikan
melalui saluran khusus ( ducting ).
Bentuk dan cara pengoperasian dibuat sesederhana mungkin dengan memperhatikan
keindahan dan kemudahan dalam perawatannya.
Jenis pendingin udara ada beberapa macam :
1. Tipe window.
2. Tipe split.
3. Tipe central.

2. Dasar-Dasar Psikometrik

Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat-sifat campuran udara dengan uap air,
dan ini mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkondisian udara karena udara
pada atmosfir merupakan percampuran antara udara dan uap air, jadi tidak benar-benar
kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau
malah ditambahkan.
Pada bagan psikometrik ada dua hal yang penting, yaitu penguasaan akan dasar-dasar
bagan dan kemampuan menentukan sifat-sifat pada kelompok-kelompok keadaan lain,
misalnya tekanan barometrik yang tidak standar.
Untuk memahami proses-proses yang terjadi pada karta psikometrik perlu adanya
pemahaman tentang hukum Dalton dan sifat-sifat yang ada dalam karta psikometrik, antara
lain :

1. Temperatur bola kering.


Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada termometer
sensor kering dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur ini tidak tepat karena
adanya pengaruh radiasi panas.
2. Temperatur bola basah.
Temperatur bola basah merupakan temperatur yang terbaca pada termometer
dengan sensor yang dibalut dengan kain basah. Untuk mengukur temperatur ini
diperlukan aliran udara sekurangnya adalah 5 m/s. Temperatur bola basah sering
disebut dengan temperatur jenuh adiabatik.

3. Titik embun.
Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya sama
dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap air dalam
udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab didinginkan.
Pada tekanan yang berbeda titik embun uap air akan berbeda, semakin besar
tekanannya maka titik embunnya semakin besar.
4. Kelembaban relatif.
Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap air di
dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu dan tekanan
yang sama, atau perbandingan antara tekanan persial uap air yang ada di dalam
udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada temperatur yang sama.
Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai kemampuan udara untuk menerima
kandungan uap air, jadi semakin besar RH semakin kecil kemampuan udara
tersebut untuk menyerap uap air.
Kelembaban ini dapat dirumuskan :

Pw
RH  x100%
Pws ………………………( 1 )
dimana :
Pw = Tekanan parsial uap air
Pws = Tekanan jenuh uap air

( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi
ke-2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )

5. Kelembaban spesifik (rasio kelembaban)

Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang terkandung didalam
setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara massa uap air dengan
massa udara kering yang ada didalam atmosfir.

Kelembaban spesifik dapat dirumuskan :

Mw
w
Ma …………….……………( 2 )

Dimana :

W = Kelembaban spesifik

Mw = Massa uap air

Ma = Massa udara kering


( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi
ke-2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )

6. Entalpi.

Entalpi merupakan energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada temperatur tertentu,
atau jumlah energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg udara kering dan x
kg air ( dalam fasa cair ) dari 0 oC sampai mencapai t oC dan menguapkannya
menjadi uap air ( fasa gas).

7. Volume spesifik.

Volume spesifik merupakan volume udara campuran dengan satuan meter-kubik per
kilogram udara kering.

3. Proses Udara Thermal

Proses udara yang terjadi dalam karta psikometrik adalah :

1. Proses pemanasan (Heating).


2. Proses pendinginan (Cooling).
3. Proses pelembaban (humidifikasi).
4. Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi).
5. Proses pemanasan dan pelembaban (Heating dan humidifikasi).
6. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (Heating dan dehumidifikasi).
7. Proses pendinginan dan pelembaban (Cooling dan humidifikasi).
8. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (Cooling dan dehumidifikasi).

( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)

3.1. Proses pemanasan (Heating).

Proses pemanasan adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara sehingga


temperatur udara tersebut naik. Proses ini hanya disebabkan oleh perubahan temperatur
bola kering udara tanpa perubahan rasio kelembaban. Garis proses pada karta psikometrik
adalah garis horizontal ke arah kanan.
Twb2

Twb1 w

Tdb1 Tdb2

Gambar .1 Pemanasan Sensibel

( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)

3.2 Proses pendinginan (Cooling).

Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga
temperatur udara tersebut mengalami penurunan. Proses ini hanya disebabkan oleh
perubahan temperatur bola kering udara tanpa perubahan rasio kelembaban. Garis proses
pada karta psikometrik adalah garis horizontal ke arah kiri.

Twb1

Twb2 w

Tdb2 Tdb1

Gambar 2 Pendinginan Sensibel

( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)

3.3. Proses pelembaban (humidifikasi).


Proses pelembaban adalah proses penambahan kandungan uap air ke udara sehingga
terjadi kenaikan entalpi dan ratio kelembaban. Pada proses ini terjadi perubahan kalor laten
tanpa disertai perubahan kalor sensibel . Garis proses pada karta psikometrik adalah garis
vertikal ke arah atas.

Twb2

w2
Twb1

w1

Tdb

Gambar 3 Pelembaban

( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)

3.4 Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi).

Proses penurunan kelembaban adalah proses pengurangan kandungan uap air ke udara
sehingga terjadi penurunan entalpi dan ratio kelembaban. Pada proses ini terjadi perubahan
kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel. Garis proses pada karta psikometrik
adalah garis vertikal ke arah bawah.

Twb1

w1
Twb2

w2

Tdb

Gambar 4 Penurunan Kelembaban

( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)
3.5 Proses pemanasan dan pelembaban (Heating dan humidifikasi).

Pada proses ini udara dipanaskan disertai dengan penambahan uap air, yaitu dengan
mengalirkan udara melewati ruangan semburan air atau uap yang temperaturnya lebih tinggi
dari temperatur udara, sehingga didapatkan peningkatan kalor sensibel dan kalor laten
secara bersamaan. Pada proses ini terjadi kenaikan rasio kelembaban, entalpi, Tdb, Twb
dan kelembaban relatif. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis kearah kanan
atas.

Twb2

w2
Twb1

w1

Tdb1 Tdb2

Gambar 5 Pemanasan dan Pelembaban

( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)

3.6. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban

(Heating dan dehumidifikasi)

Pada proses ini udara mengalami pendinginan dahulu sampai temperaturnya dibawah titik
embun udara, pada temperatur ini udara mengalami pengembunan sehingga kandungan
uap air akan berkurang, kemudian udara dilewatkan melalui koil pemanas sehingga
temperatur udara akan meningkat. Proses ini terjadi pada alat pengering udara
(dehumidifier). Pada proses ini terjadi penurunan rasio kelembaban, entalpi, Twb, entalpi
dan kelembaban relatif tetapi terjadi peningkatan Tdb. Garis proses pada karta psikometrik
adalah garis kearah kanan bawah.
Twb1

w1
Twb2

w2

Tdb1 Tdb2

Gambar . 6 Pemanasan dan Penurunan Kelembaban

( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)

3.7 Proses pendinginan dan pelembaban (Cooling dan humidifikasi)

Proses ini dilakukan dengan melewatkan udara pada ruangan semburan air yang
temperaturnya lebih rendah dari temperatur udara, tetapi lebih tinggi dari titik embun udara
sehingga temperatur akan mengalami penurunan dan rasio kelembaban akan mengalami
peningkatan.

Twb2
Twb1 w2

w1

Tdb2 Tdb1

Gambar 7. Pendinginan dan Pelembaban


( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)

3.8 Proses pendinginan dan penurunan kelembaban

(Cooling dan dehumidifikasi).

Proses ini dilakukan dengan cara melewatkan udara pada koil pendingin atau ruangan
semburan air dimana temperaturnya lebih rendah dari temperatur udara sehingga terjadi
penurunan kalor laten dan kalor sensibel.

Twb1

w1
Twb2

w2

Tdb2 Tdb1

Gambar 8. Pendinginan dan Penurunan Kelembaban

( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)

1. Siklus Kompresi Uap


Siklus kompresi uap merupakan salah satu siklus yang digunakan dalam proses
pendinginan, siklus kompresi uap memerlukan beberapa komponen utama agar siklus
ini dapat bekerja dengan baik seperti kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan
evaporator. Adapun proses ideal yang terjadi pada siklus kompresi uap adalah proses
kompresi, kondensasi, proses ekspansi dan proses evaporasi, dan proses ini dapat
digambarkan sebagai berikut :

( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke-
2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
Gambar 9 Diagram P-H Sistem Kompresi Uap

Kondensor
4

Katup Ekspansi

Kompresor

Evaporator 2

Gambar .10 Diagram Sistem Kompresi Uap

1–2 Proses Evaporasi


Pada tahap ini terjadi pertukaran kalor di evaporator, dimana kalor dari lingkungan atau
media yang didinginkan diserap oleh refrigerant cair dalam evaporator sehingga refrigerant
cair yang berasal dari katup ekspansi yang bertekanan dan bertemperatur rendah berubah
fasa dari fasa cair menjadi uap yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Maka
besar kalor yang diserap oleh refrigerant adalah :

Qc = mº ( h2 – h1 ) ………………………( 3 )

Dimana :

Qc = Banyaknya kalor yang diserap di evaporator per satuan waktu

( kj/s).

mº = Laju aliran massa refrigerant ( kg/s).

h2 – h1 = Efek refrigerasi (kj/kg).

2–3 Proses Kompresi

Tahap ini terjadi di kompresor dimana refrigerant yang berfasa uap dengan temperatur dan
tekanan rendah dikompresi secara isentropic sehingga temperatur dan tekanannya menjadi
tinggi, besar kapasitas pemanasan dapat ditulis dengan persamaan :

Qw = mº ( h3 – h2 ) ………………………( 4 )

Dimana :
Qw = Kapasitas pemanasan ( kj/s).
mº = Laju aliran massa refrigerant ( kg/s).
h3 – h2 = Kerja kompresi (kj/kg).
3–4 Proses Kondensasi

Tahap ini terjadi di dalam kondensor, dimana panas dari refrigerant yang berfasa uap dari
kompresor dibuang ke lingkungan sehingga refrigerant tersebut mengalami kondensasi.
Pada tahap ini terjadi perubahan fasa dari dari fasa uap superheat menjadi fasa cair jenuh,
pada fasa cair jenuh ini tekanan dan temperaturnya masih tinggi. Besarnya kalor yang
dilepaskan di kondensor adalah :

qc = h3 – h4……………………….………( 5 )

Dimana :

qc = Kalor yang dilepas di kondensor (kj/kg)


h3 = Entalpi refrigerant yang keluar dari kompresor (kj/kg)

h4 = Entalpi refrigerant cair jenuh (kj/kg)

4–1 Proses Ekspansi

Tahap ini terjadi di katup ekspansi dimana refrigerant diturunkan tekanannya yang diikuti
dengan turunnya temperatur isentalphi.

5. Dehumidifier.

5.1 Pengertian Umum

Dehumidifier artinya adalah alat untuk mengurangi kelembaban udara melalui


proses dehumidifikasi. Proses dehumidifikasi merupakan suatu proses penurunan kadar air
dalam udara. Penggunaan dehumidifier banyak ditemui pada bidang farmasi bisa digunakan
untuk melindungi stok obat-obatan, melindungi peralatan-peralatan di rumah sakit yang
sensitif, dan memantau tingkat kelembaban pada area produksi. Pada bidang percetakan
untuk melindungi plat-plat dan mesin pencetak sehingga menjaga konsistensi dan kwalitas
plat cetakan. Pada makanan untuk melindungi makanan mentah atau bahan-bahan mentah
sebelum diolah selama penyimpanan dan pembuatan. Keuntungannya dapat menambah
rasa pada produk dan menambah usia perlindungannya.

Pembuatan atau perancangan desain split air conditioning sebagai unit


dehumidifier yang digunakan untuk menghitung setiap variable (baik masuk atau keluar)
agar mengetahui beda nilai kelembaban sebelum dan sesudah melewati heater. Beban
kalor yang yang menyebabkan kenaikan suhu udara disebut beban kalor sensibel,
sedangkan yang berakibat terjadinya kenaikan kelembaban disebut beban kalor laten.

Dalam pembuatan desain ulang Air Conditioning (AC) ini, perubahan kelembaban
dilakukan dengan menggunakan buatan panas listrik (lampu). Nilai kelembaban udara dapat
diketahui setelah pengukuran terhadap suhu bola kering/ Dry Bulb Temperature (DBT) dan
laju aliran udara.

5.2 Parameter Dehumidifier

Menurut Brooker et al. (1974), beberapa parameter yang mempengaruhi lama


waktu yang dibutuhkan pada proses dehumidifikasi antara lain:

a. Suhu udara pengeringan


Suhu udara pengeringan akan mempengaruhi laju penguapan air bahan dan mutu
pengeringan. Semakin tinggi suhu maka panas yang digunakan untuk penguapan air akan
meningkat sehingga waktu pengeringan akan menjadi lebih singkat. Agar bahan yang
dikeringakan tidak sampai rusak, suhu harus dikontrol terus-menerus.

b. Kelembaban relative (RH) udara pengering

Kelembaban relative menentukan kemampuan udara pengering untuk menampung


kadar air bahan yang telah diuapkan. Jika RH semakin rendah maka semakin banyak uap
air yang diserap udara pengering, demikian juga sebaliknya RH dan suhu pengering akan
menentukan tekanan uap jenuh. Perbedaan tekanan uap air pada udara pengering dan
pemukaan bahan akan mempengaruhi laju pengering. Untuk proses pengering yang baik
diperlukan RH yang rendah sesuai dengan kondisi bahan yang dikeringkan. Sedangkan
untuk Kelembaban relatif (RH), Dapat dirumuskan dengan persamaan:

c. Kecepatan aliran udara pengering

Aliran udara pada proses pengeringan berfungsi membawa panas untuk


menguapkan kadar air bahan serta mengeluarkan uap air hasil penguapan tersebut. Uap air
hasil penguapan bahan dengan panas harus segera dikeluarkan agar tidak membuat jenuh
udara pada permukaan bahan, yang akan mengganggu proses pengeringan, semakain
besar volume udara yang mengalir maka akan semakin besar kemampuannya dalam
membawa dan menampung air dari permukaan bahan.

d. Kelembaban Spesifik

Kelembaban spesifik atau ratio kelembaban (w), dinyatakan dalam besaran masa
uap air yang terkandung di udara per satuan masa udara kering yang diukur dalam gram per
kilogram dari udara kering (gr/kg) atau kg/kg. Pada tekanan barometer tertentu, kelembaban
spesifik merupakan fungsi dari suhu titik embun. Tetapi karena penurunan tekanan
barometer menyebabkan volume per satuan masa udara naik, maka kenaikan tekanan
barometer akan menyebabkan kelembaban spesifik menjadi turun. Hal ini dinyatakan
dengan persamaan:

e. Kadar air bahan


Keragaman kadar air awal bahan sering dijumpai pada proses pengeringan dan hal ini juga
menjadi suatu masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah ini
adalah dengan mengurangi ketebalan tumpukan bahan yang dikeringkan, mempercepat
aliran udara pengering, menurunkan suhu udara pengering dan dilakukan pengadukan
bahan. Kadar air akhir bahan merupakan tujuan proses pengeringan, besarnya kadar akhir
air akan menentukan lamanya proses pengeringan berlangsung.

Kadar air dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu kadar air basah (M w) dan kadar
air basis kering (M). untuk dipasarakan biasanya kadar air biji-bijian ditentukan berdasarkan
basis basah, sementara kadar air basis kering yang sering digunakan dalam perhitungan-
perhitungan engineering. Untuk menghitung kadar air biji-bijian digunakan persamaan (2.3)
dan (2.4).

Pada proses pengeringan sering dijumpai adanya variasi kadar air dari biji-bijian
yang dikeringkan. Variasi kadar air ini dipengaruhi oleh ketebalan tumpukan biji-bijian,
kelembaban nisbi udara pengering, dan kadar air biji-bijian itu sendiri. Brooker et al. (1974)
mengemukakan bahwa variasi kadar air biji-bijian yang dikeringkan dapat dikurangi dengan
cara (1) menipiskan tumpukan biji-bijian (2) menggunakan kecepatan aliran udara tinggi, (3)
mempertahankan suhu udara pengering tetap rendah, dan (4) melakukan pengadukan.

f. Kalor

kalor adalah energi yang diterima suatu benda, yang dapat menyebabkan suhu atau wujud
benda berubah. Kalor merupakan suatu bentuk energi yang dapat dipindahkan, tetapi tidak
dapat dihilangkan. British Thermal Unit (BTU) adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk
memanaskan atau mendinginkan 1 pound air sampai suhunya naik atau turun 1 0F
dinamakan 1 BTU. BTU = 0, 252 KCal = 1,055 K J = 1055 Joule.

5.3. Proses Pemanasan dan Pendingan pada diagram Psikometrik

Di dalam penerapan pengkondisi udara di industri-industri domestik, proses psikometrik


memiliki performa untuk mengubah sifat psikometrik udara agar memperoleh nilai suhu dan
kelembaban udara disuatu tempat. Sebagian besar dari proses psikometrik udara adalah
humidifikasi dan dehumidifikasi udara, pencampuran udara serta kombinasi berbagai
proses.
Penggambaran dan pengamatan sifat-sifat proses psikometrik dengan menggunakan
diagram psikrometrik lebih mudah dan menyenangkan. Di dalam beberapa alinea berikutnya
akan melihatkan sebagian dari penggunaan proses-proses psikometrik dalam bidang
heating, ventilation and air conditioning.

Gambar 2.2 Proses-proses dalam diagram psikometrik


Sebelum terjadinya proses dehumidifikasi melalui beberapa proses diantaranya yaitu:

a.) Pendingin sensibel (sensible cooling)

Pendinginan sensible adalah salah satu proses psikometrik pada sistem


pengkondisian udara. Fungsi dasar air conditioner adalah untuk pendinginan udara di dalam
ruangan dengan menyerap udara panas. Pendinginan sensibel adalah proses dimana panas
sensibel dihilangkan untuk menurunkan suhu dan tidak terdapat perubahan di dalam
kandungan uap air udara (kg/kg udara kering). Selama proses sensible cooling temperatur
bola kering (DB) dan temperatur bola basah (WB) menurun pada saat panas laten masih
berlangsung dan temperatur titik embun (DP) tetap konstan tetapi terjadi pengurangan
jumlah entalpi pada udara.

Biasanya pengkondisian udara (AC) digunakan untuk mendinginkan udara dimana


udara dilakukan proses cooling coil dan akan mendorong refrigeran pada saat suhu rendah,
sehingga menjadi dingin kemudian kondensor akan melakukan pengembunan yang
selanjutnya diatur sesuai kondisi kenyamanan.

Proses pendinginan ditunjukan oleh suatu garis mendatar lurus yang berawal dari
temperature DB yang bersuhu tinggi membentang kearah temperature DB suhu rendah.
Garis pendinginan sensible nilai temperatur DP konstan karena kandungan uap air di udara
tetap konstan. Titik awal dan akhir pada diagram psikometrik menujukan sifat-sifat udara.

Gambar 2.3 Proses pendinginan sensible O - A pada diagram psikometrik


Proses perpindahan panasnya adalah: Qs = ma (hO – hA)= ma Cpm (TO – TA)…(2.10)

Pemanasan Sensibel (sensible heating). Proses pemanasan berlawanan dengan proses


pendinginan. Pada proses pemanasan suhu udara tinggi tanpa mengubah kandungan uap
air. Selama proses ini, panas sensibel, DB dan WB suhu udara meningkat ketika udara
panas laten, dan DPT tetap konstan.

Pemanasan udara sensibel sangat penting pada saat Air Conditioning digunakan
sebagai pompa kalor untuk memanaskan udara kemudian di salurkan ke koil kondensator
dengan membawa refrigeran bersuhu tinggi. Dalam beberapa hal pemanas pemanfaatannya
berbeda-beda di tiap industri dan penggunaan AC secara banyak membutuhkan
kenyamanan yang besar. Proses pemanasan udara umumnya udara diproses pada koil
pemanas yang dapat memanaskan refrigeran, air panas dan uap oleh koil pemanas elektrik

Air Panas dan uap banyak digunakan oleh industri. Seperti pendinginan sensible, proses
pemanasan sensible diperlihatkan oleh suatu garis mendatar lurus pada diagram
psikrometrik. Bermula dari temperatur DB suhu rendah ke arah kanan pada temperatur DB
suhu tinggi serta temperatur DP juga konstan.
Gambar 2.4 Proses panas sensible pada diagram psikometri
Proses perpindahan panasnya adalah: Qh = ma (hB – hO)= ma Cpm (TB – TO)...(2.11)
Cooling dan proses dehumidifikasi Pada saat proses pendinginan sensible secara
bersamaan terjadi perubahan uap air yang disebut proses pendinginan dan dehumidifikasi.
Pendinginan dan proses dehumidifikasi diperoleh ketika suhu bola kering dan titik embun
(DP) menurun. Pembahasan ini akan menerangkan pendinginan dan proses dehumidifikasi
secara lebih detil. Ketika udara berhubungan dengan cooling coil yang dipertahankan di
bawah suhu embunnya, awalnya suhu DB berkurang. Proses pendinginan
berkesinambungan dengan beberapa nilai suhu titik embun udara. Pada titik ini uap air
udara diubah menjadi partikel embun karena dibentuk permukaan pendingin dan kandungan
uap air berkurang sehingga mengurangi tingkatan kelembabannya. Jadi dengan demikian
udara didinginkan ketika di bawah suhu embunnya, dan sedang pendinginan seperti
dehumidifikasi udara.
Proses Pendinginan dan dehumidifikasi secara luas penggunaannya pada air conditioning
untuk jenis windows, split, pengemasan dan sistem pengkondisi udara pusat untuk
menghasilkan kondisi yang nyaman dalam ruangan. Pada jenis windows dan split air
conditioning cooling coilnya dipelihara guna untuk menjaga suhu lebih rendah dari suhu titik
embun udara atmosfer sehingga refrigeran yang dingin dapat melewatinya. Ketika udara
ruang melewatinya suhu DB berkurang dan pada waktu yang sama uap lembab adalah juga
berubah karena udara didinginkan di bawah suhu DP nya. Wujud embun tersebut hasil
cooling coil yang kemudian di keluarkan oleh pipa kecil. Di dalam sistem central air
conditioning, cooling coil mendinginkan refrigeran pada saat udara atmosfer untuk
menghasilkan proses pendinginan dan proses dehumidifikasi.
Selama pendinginan dan dehumidifikasi suhu bola kering, suhu bola basah dan suhu
titik embun pada udara berkurang. Dengan cara yang sama panas sensibel dan panas laten
udara juga berkurang sehingga tejadi pengurangan entalpi udara. Proses Pendinginan dan
proses dehumidifikasi diperlihatkan oleh suatu garis bersudut lurus menurun pada di
diagram psikrometrik.

Gambar 2.5 Proses pendinginan dan dehumidifikasi


Dengan menerapkan kesetimbangan massa untuk air:
ma.wO = ma.wC + mw
Dengan menerapkan kesetimbangan energi:
ma.hO = qt + mw. hw + ma . hc
dari dua persamaan di atas, beban pada coil pendingin, Q tadalah:
Q t = ma (hO – hC) - ma (wO – wC)h
Terminologi yang ke-dua pada RHS dari persamaan di atas dapat dibandingkan pada
terminologi lain, maka dari itu dapat diabaikan. Karenanya,

Persamaan tersebut di atas dapat diamati bahwa proses pendinginan dan dehumidifikasi
melibatkan kedua proses yaitu proses perpindahan panas laten dan panas sensible,
karenanya, total, nilai perpindahan panas laten dan panas sensible (Q t, Ql dan Qs) dapat
ditulis:
Qt = Q l + Qs
perpindahan panas total ke udara adalah:
Qt = ma cpm (T2 – T1) + ma hfg,C (w2 – w1)
Dimana : Ql = ma (hO – hw) = ma.hfg (wO – wC )
Qs = ma (hw – hC) = ma.cpm (TO – TC
Faktor panas sensibel (SHF)

Di mana Qs = ma cpm (T2 – T1 )


Ql = ma hfg,C (w2 – w1)

Dari persamaan diatas, seseorang dapat menyimpulkan bahwa suatu SHF 1.0 tidak
sesuai dengan perpindahan panas laten dan suatu SHF 0 tidak sesuai dengan perpindahan
panas sensible. Suatu SHF 0.75 hingga 0.80 adalah sistem proses pengkondisisan udara
yang umum di dalam suatu cuaca kering. Sebuah penurunan nilai SHF, dikatakan 0.6,
menyiratkan suatu beban panas laten tinggi seperti yang terjadi pada cuaca lembab.

Dengan begitu kita dapat melihat bahwa kemiringan dari garis pendinginan dan de-
humidification semata-mata merupakan suatu fungsi faktor panas sensible, SHF.
Karenanya,

kita dapat menarik gambar garis pendinginan dan dehumidifikasi pada diagram psikometrik
jika SHF diketahui. Dalam beberapa diagram psikometrik standar, suatu busur derajad
nilainya berbeda pada SHF yang disajikan. Garis Proses ditarik melalui titik awal dan dalam
paralel kepada SHF garis yang diberi busur derajad seperti yang ditunjukkan gambar.
Gambar 2.8 Diagram psikometri dengan kemiringan untuk garis SHF
Temperatur Ts adalah temperatur permukaan yang efektif coil pendingin, dan diketahui
sebagai temperatur titik embun (ADP). Di dalam suatu situasi ideal, ketika semua udara
masuk menyinggung secara sempurna dengan permukaan coil pendingin, kemudian
temperatur keluar udara akan jadi sama seperti ADP coil itu. Bagaimanapun di dalam kasus
nyata temperatur keluar udara akan selalu lebih besar dari temperatur titik embun seperti
aliran udara yang mengalir di atas permukaan coil pendingin dan juga terdapat variasi
temperatur sepanjang sirip dan lainnya Karenanya, kita dapat mendefinisiakan suatu factor
(BPF) sebagai berikut:

Itu dapat dengan mudah dilihat bahwa, faktor yang lebih besar akan menjadi perbedaan
antara temperatur saluran udara keluar dan temperatur coil pendingin. Ketika BPF adalah
1.0, semua saluran udara coil itu dan tidak akan mendinginkan atau de-humidification.
Dalam prakteknya, faktor saluran dapat meningkat dengan terus meningkat banyaknya baris
di dalam suatu coil pendingin atau dengan penurunan kecepatan udara atau dengan
mengurangi titi nada/lemparan sirip itu.
sebagai alternatif, suatu kontak factor (CF) dapat yang mana didefinisikan oleh:
CF = 1 – BPF…………………………………...……………………………(2.16)

Heating dan Proses Dehumidifikasi


Pemanasan dan proses dehumidifikasi biasanya digunakan untuk mengurangi suhu titik
embun udara. Selama pemanasan dan proses dehumidifikasi temperatur bola kering tinggi
sehingga terjadi penurunan suhu dew-point temperature dan temperatur bola basah. Pada
diagram psikrometrik, proses ini ditunjukkan dengan garis bersudut yang lurus menurun dari
kondisi awal DB yang diberikan ke kondisi akhir DB.

Gambar 2.6 Heating dan dehumidification process


Proses dehumidifier
Terjadinya proses dehumidifikasi dengan udara pengering yang dipanaskan pada kurva
psikometrik dapat dilihat pada gambar 2.6. Pengeringan yang menggunakan udara yang
telah dikondensasi berarti proses pendinginan dan dehumidifikasi (1)-(2) ditiadakan.
Kenaikan suhu udara yang sebelumnya dikondensasikan karena gesekan atau turbulensi
udara dapat dianggap sebagai proses pemanasan udara sebelum masuk ruang pengering.

Gambar 2.7 Proses dehumidifier pada kurva psikometrik

Keterangan:
(1)-(2) : Proses pendinginan dan dehumidifikasi
(2)-(3) : proses pemanasan
1 : udara masuk unit dehumidifier
2 : temperatur titik embun
3 : proses pemanasan udara
Selain terjadinya proses dehumidifier di atas maka akan timbul beberapa proses diantaranya
yaitu:

panas total. Panas selalu berubah dari panas sensible menjadi panas laten atau panas
laten menjadi panas sensible.

akan menimbulkan perubahan wujud tanpa merubah suhunya.


2.4 Kinerja Dehumidifier
Gambar di bawah ini menunjukkan terjadinya proses dehumidifier dimana proses
tersebut melalui proses cooling and dehumidifying dari udara sekitar menjadi udara dingin
kemudian dipanaskan hingga mencapai temperatur yang diinginkan.
Keterangan:
(1) – (2) : proses cooling dan dehumidifying
(2) – (3) : proses pemanasan

Pada dasarnya penggunaan air conditioning sebagai unit proses pendinginan dan
proses dehumidifikasi untuk menghasilkan udara dingin dimana udara dingin tersebut
digunakan sebagai udara suplai proses dehumidifier, sehingga membutuhkan perlakuan
proses pemanasan udara yang menggunakan energi panas dari listrik yaitu melalui lampu
halogen. Besarnya energi yang dibutuhkan dapat dituliskan dengan rumus:
Kondisi pada sisi inlet dehumidifier.

Menentukan tekanan jenuh (Psat) pada suhu Tl (tabel air jenuh)


v)

Pv = RH x Psat ………………………………………………………...(2.17)

w = 0,622 () ……………………………………..…………..(2.18)

Menghitung Entalpi udara (h1)


h1= 1,005 . T + w (2501 + 1,88 T)………………….….…..……...…(2.19)
Dimana
Kondisi pada sisi outlet dehumidifier
2 (tabel sifat air)
v)

dity outlet

2) dengan perubahan T2

Kondisi aliran udara

ud )

dimana Ra = ketetapan reynold (287,035 J/kg.k)


ὐ)

ṁ)
Reference :

Althouse, A.D., Turnquist, C.H. and Bracciano, A.F. (1992). Modern Refrigeration
and Air Conditioning. Illinois : The Goodheart & Wilcox Co.Inc.
Carrier Air Conditioning Company. (1965). Hand Book of Air Conditioning System Design.
New york: Mcgraw-Hill Book Company.
Dincer, I. and Kanoglu, M. (2010). Refrigeration Systems and Applications, 2nd Edition. UK :
John Willey & Sons. Ltd,
Dossat, R.J. (1961). Principles of Refrigeration, John Wiley & Sons, Inc. New York.
Gunawan, R. (1988). Pengantar Teori Teknik Refrijerasi (Pendinginan). Jakarta: Depdikbud.
Harris, NC. (1974). Modern Air Conditioning (Third Edition). Japan: McGraw-Hill Book
Company.
Handoko. (1987). Alat Kontrol Mesin Pendingin. Jakarta: PT. Ichtiar Baru.
Handoko. (1993). Teknik Lemari Es. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Hasan Samsuri, Dkk. (2008). Sistem Refigerasi dan Tata Udara. Jakarta: Dirjen Pembinaan
SMK.
Lang, V. Paul. (1971). Principles of Air Conditioning. Bombay: D. B. Tarapovrevala Sons &
Co. Private Ltd.
Miller, R. and Miller, M.R. (2006). Air Conditioning and Refrigeration, USA:
Mc Graw-Hill.
Pita. E. G. (1981), Air Conditioning Principles and Systems An Energy Approach. New York
: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai