Anda di halaman 1dari 24

2.

PENGUKURAN DATA KLIMATOLOGI

Ilmu yang mempelajari proses proses di lapisan bawah atmosfir (trofosfir)


disebut ilmu cuaca (meteorology), sedangkan ilmu yang mempelajari hasil
dari proses proses cuaca disebut ilmu klimatologi. Unsur unsur cuaca atau
iklim seperti, temperatur udara, kelembaban udara, radiasi matahari,
kecepatan angin, dan hujan, akan mempengaruhi kondisi hidrologi suatu
daerah (DPS). Cuaca dapat diartikan sebagai keadaan atmosfir pada suatu
saat dan sifatnya selalu berubah ubah, sedangkan iklim dapat diartikan
sebagai keadaan cuaca rata- rata dalam periode yang lama, minimal 30
tahun. Iklim akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lain disebabkan
antara lain oleh perubahan ketinggian tempat, garis lintang, arus laut, angin,
pegunungan, badai.
Selain dipengaruhi keadaan cuaca atau iklim, suatu DPS juga dipengaruhi
oleh keadaan topografi dan geologi. Keadaan topografi, seperti kondisi
tanah, tataguna lahan, waduk, dan rawa, akan mempengaruhi debit sungai
suatu DPS. Keadaan geologi akan mempengaruhi air tanah.
Di dalam suatu stasiun/pos klimatologi sering ditemui alat-alat pengukur
cuaca seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Pos klimatologi lengkap, adalah suatu bangunan terbuka berukuran 6 m x 10
m sebagai ruang untuk menempatkan alat alat ukur unsur cuaca seperti :
-

Alat penakar curah hujan biasa dan otomatis, anemometer, dan

anemograf, Campbell stokes dan aktinograf, panic penguapan.


Sangkar meteo yang berisi thermometer maksimum dan minimum,
thermometer bola basah dan kering, termohigrograf.

2.4.1. Pengukuran Suhu Udara.


Suhu udara dapat disebut sebagai ukuran derajat panas udara. Beberapa
factor yang mempengaruhi suhu udara diantaranya, tinggi tempat, daratan
atau lautan, radiasi matahari, indeks dating matahari, angin. Suhu udara
umumnya

diukur

berdasarkan

skala

tertentu

menggunakan

alat

thermometer. Satuan suhu udara di Indonesia menggunakan derajat Celsius

(O C). Di beberapa negara lain menggunakan satuan Farenheit (OF), Reamur


(OR), atau Kelvin (OK). Hubungan tOC dengan skala yang lain adalah.
t 0 C=5/9 X ( t 0 F32 )

t R=4 / 5 X t C

t 0 F=9 /5 X ( t 0 F ) 32

t F=5/9 X t C273

1. Alat Ukur Suhu Udara.


Alat pengukur suhu diantaranya, thermometer air raksa biasa, thermometer
maksimum, thermometer minimum, termohigrograf, alat pencatat suhu dan
kelembaban udara secara otomatis.
Penempatan peralatan thermometer dipasang pada tempat yang sirkulasi
udaranya tidak terganggu dan harus terlindung dari sinar matahari dan
hujan secara langsung.
Pencatatan dilakukan 1-3 kali sehari. Jika dilakukan 3 kali sehari waktu
pencatatan adalah setiap selang 6-7 jam antara jam 7 00 1300 1800, jika
pencatatan dilakukan 1 kali sehari pencatatan pada jam 700 atau jam 1700.

2. Pengolahan Data Suhu Udara


Data pencatatan disajikan dalam data temperature harian rata-rata yang
dihitung dengan metoda praktis, yaitu merata- ratakan temperature seperti
berikut:
T = (2 X T 700 + T 1300 + T 1800 )/4
Atau T = (Tmaks + Tmin)/2
Temperatur bulanan adalah temperature rata-rata harian selama bulan yang
bersangkutan, sedangkan temperatur secara praktis dapat dihitung dari
jumlah temperature bulanan rata-rata dibagi 12.
2.4.2 Pengukuran Kelembaban Suhu Udara.
Udara atmosfer merupakan campuran udara dan uap air. Secara umum
kelembaban dinyatakan dengan banyaknya kadar air yang ada di udara.
Banyaknya uap air yang bergerak di dalam atmosfer berpengaruh terhadap
besarnya hujan, lamanya hujan dan intensitas curah hujan. Di Indonesia
kelembaban tertinggi pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau.
Makin tinggi suhu udara akan dapat menyebabkan bertambah banyak uap
air yang dapat diserap. Uap air itu dapat menghasilkan tekanan yang disebut
tekanan uap air (ea = vapor pressure) dan dinyatakan dalam satuan tinggi air
raksa ( 1 mmHg = 1.33 milibar), bila uap air di atmosfer bertambah terus
akan menyebabkan peningkatan tekanan uap, hingga akhirnya terjadi
kondensasi (udara mengandung uap air maksimum pada temperature
tertentu), maka pada saat itu keadaan udara dinyatakan jenuh dan mulai
terjadi pengembunan sedang tekanannya disebut tekanan uap jenuh (e s =
saturation vapor pressure).
Kelembaban relative RH dapat dirumuskan sebagai berikut:
RH = ea / es X 100
Dengan:

RH = kelembaban relative, dinyatakan dalam satuan persen (%)


ea

= tekanan uap actual, dinyatakan dalam satuan milimiter air raksa

(mmHg)
es

= tekanan uap jenuh, dinyatakan dalam satuan milimiter air raksa

(mmHg)
1. Alat Pengukur Kelembaban Udara
Alat

ukur

kelembaban

diletakan

pada

sangkar

meteo,

pengukuran

kelembaban udara dilakukan dengan:


a. Cara manual, yaitu dengan menggunakan thermometer bola basah
dan thermometer bola kering, yang dipasang vertical bersama sama
dengan thermometer maksimum dan minimum, rangkaian alat ini
disebut psikrometer standar. Dengan menghitung nilai depresi (D)
tekanan uap.
b. Cara otomatis, data kelembaban udara direkam secara otomatis pada
kertas grafik termohigrograf. Pena bagian bawah mencatat nilai
kelembaban relative, dinyatakan mulai dari 0 100% pada skala tegak,
sedangkan skala mendatar menunjukkan waktu dalam satu minggu
(hari, tanggal, jam, menit).
2. Pengolahan Data Kelembaban Udara
Beberapa

cara

untuk

mengolah/menghitung

kelembaban

relative

berdasarkan data yang tersedia hasil pengukuran:


a. Dengan cara melalui depresi.
Dari sangkar meteo diperoleh data pembacaan thermometer bola
basah To = 2,5 0C, bola kering Td = 27 0C. Hitung kelembaban relatif.
Jawab:
Depresi, D = Td T0 = 27 24,5 = 2,5 0C
Pembacaan thermometer bola kering T d = 27 0C, dan D = 2,5 0C, maka
dari table 2. Diperoleh nilai RH = 79 %.
b. Dengan cara melalui bacaan grafik thermohigrograf.
Apabila kelembaban relative tercatat secara otomatis menggunakan
alat thermohigrograf dalam sangkar meteo (bersama dengan grafik
suhu udara), maka data kelembaban relatif dapat dibaca dari grafik
tersebut, dan datanya dapat diisikan pada formulir isian. (Tabel 2.9)

selama 24 jam, grafik kelembaban dibaca setiap perioda waktu satu


atau dua jam, jadi untuk mengisi kolom pukul 6
rata kelembaban pukul 5
Untuk kolom pukul 8
dan

pukul

00

00

00

dan pukul 7

00

00

harus dihitung rata -

(dengan metoda cut and fill).

harus dihitung rata-rata kelembaban pukul 7

dan

demikian

seterusnya.

Perekaman

00

data

menggunakan thermohigrograf ini harus dicek minimal 3 kali per


minggu,

dengan

data

yang

dicatat

dari

psikrometer

standar,

dimaksudkan apakah sensor thermohigrograf masih berfungsi dengan


baik.
c. Dengan cara melalui tekanan uap.
Kelembaban relative (%) dihitung berdasarkan persamaan
RH = ea / es X 100
dengan:
RH = kelembaban relative, dinyatakan dalam satuan persen (%)
ea = tekanan uap actual, dinyatakan dalam satuan milimiter air raksa
(mmHg)
es = tekanan uap jenuh, dinyatakan dalam satuan milimiter air raksa
(mmHg)
Jadi ea dapat dihitung dari persamaan berikut:
ea = ew A.P(Td Tw)
dengan:
ea = tekanan uap pada saat pengukuran (hPa)
ew = tekanan atmosfir (hPa)
Td = tekanan uap jenuh (hPa) pada temperature bola basah, T w = (0C)
saat pengukuran
A = temperature bola kering (0C) = 6,2 x 10-4 k-1
P = koefisien psikrometer (nilainya dapat dilihat pada tabel)
Tabel nilai tekanan atmosfer rata rata, P(hPa) pada beberapa ketinggian,
H(m)

H
0
100
0
1013 1001
1000 899
888
2000 795
785
3000 701
693
4000 616
608
5000 540
533

200
990
887
776
684
600
526

300
978
867
766
676
593
519

400
967
856
757
667
585
512

500
955
845
747
658
577
505

600
944
835
738
650
570
498

700
933
825
729
641
562
492

800
921
816
719
633
555
485

900
910
805
710
624
574
479

Tabel nilai kelembaban relative, RH (%) terhadap depresi bola basah, D (0C)
Depresi bola basah D ( 0C)

Suhu bola

Kering Td
0
C

0,
5

1,0

1,5

2,0

2,
5

3,
0

3,
5

4,
0

4,
5

5,0

5,5

6,
0

6,
5

7,0

35
34
33
32
31

96
96
96
96
96

92
92
92
91
91

88
88
88
88
87

84
84
84
84
83

81
81
80
80
80

78
77
77
77
76

74
74
74
73
73

71
71
71
70
70

68
68
68
67
67

66
65
65
65
64

63
63
62
62
61

61
60
60
59
59

58
58
57
57
56

56
55
55
54
54

30
29
28
27
26

96
95
95
95
95

91
91
91
91
91

87
87
87
87
86

83
83
83
83
82

80
79
79
79
78

76
76
75
75
75

73
72
72
72
71

70
69
69
68
68

67
66
66
65
65

64
63
63
62
62

61
60
60
59
59

59
58
57
57
56

56
55
55
54
54

53
53
52
52
51

25
24
23
22
21

95
95
95
95
95

90
90
90
90
90

86
86
86
85
85

82
82
81
81
80

78
78
77
77
76

74
74
73
73
72

71
70
70
69
68

67
67
66
66
65

64
63
63
62
62

61
60
60
59
58

58
58
57
56
55

56
55
54
53
53

53
52
52
51
50

50
50
49
49
47

20
19
18
17
16

95
94
94
94
94

89
89
89
89
89

85
84
84
83
83

80
80
79
79
78

76
75
75
74
74

72
71
70
70
69

68
67
67
66
65

64
63
63
62
61

61
60
59
59
58

58
57
56
55
54

55
54
53
52
51

52
51
50
49
48

49
48
47
46
45

47
46
45
44
43

15
14
13
12
11

94
94
93
93
93

88
88
87
87
87

83
82
82
81
81

78
77
76
76
75

73
72
71
71
70

68
68
67
66
65

64
63
62
61
60

60
59
58
57
56

57
56
55
54
52

53
52
51
50
49

50
49
48
47
45

47
46
45
43
42

44
43
42
41
39

42
40
39
38
36

10
9
8
7
6

93
93
92
92
92

86
86
85
85
84

80
79
79
78
77

74
74
73
72
71

69
68
67
66
65

64
63
62
61
59

59
58
57
56
54

55
54
52
51
49

51
50
48
47
45

47
46
44
43
41

44
42
41
39
37

41
39
37
36
34

38
36
34
33
31

35
33
32
30
28

91

84

76

70

64

58

53

48

43

39

35

32

29

26

4
3
2
1
0

91
91
90
90
90

83
82
82
81
80

75
75
74
72
71

69
67
66
65
63

62
61
59
58
56

56
55
53
51
49

51
49
47
45
43

46
44
42
40
37

41
39
37
35
32

37
35
33
30
28

33
31
29
26
23

30
27
25
22
20

26
24
22
19
16

24
21
19
16
13

Tabel tekanan uap jenuh es (mmHg) terhadap suhu udara T(0C)


1 mmHg = 1,33 mbar
T(0C)
-10
-9
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

0,0
2,15
2,32
2,51
2,71
2,93
3,16
3,41
3,67
3,97
4,26
4,58
4,92
5,29
5,68
6,10
6,54
7,01
7,51
8,04
8,61
9,20
9,84

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

2,30
2,49
2,69
2,91
3,14
3,39
3,64
3,94
4,23
4,62
4,96
5,33
5,72
6,14
6,58
7,06
7,56
8,10
8,67
9,26
9,90

2,29
2,47
2,67
2,89
3,11
3,37
3,62
3,91
4,20
4,65
5,00
5,37
5,76
6,18
6,54
7,11
7,61
8,15
8,73
9,33
9,97

12

10,5
2
11,2
3
11,9
8
12,7
8
13,6
3
14,5
3
15,4
6

10,5
8
11,3
0
12,0
6
12,8
6
13,7
1
14,6
2
15,5
6

10,6
6
11,3
8
12,1
4
12,9
5
13,8
0
14,7
1
15,6
6

2,27
2,45
2,65
2,86
3,09
3,34
3,59
3,88
4,17
4,69
5,03
5,40
5,80
6,23
6,68
7,16
7,67
8,21
8,78
9,39
10,0
3
10,7
2
11,7
5
12,2
2
13,0
3
13,9
0
14,8
0
15,7
6

2,26
2,43
2.63
2,84
3,06
3,32
3,57
3,85
4,14
4,71
5,07
5,44
5,84
6,27
6,72
7,20
7,72
8,26
8,84
9,46
10,1
0
10,7
9
11,5
3
12,9
6
13,1
1
13,9
9
14,9
0
15,9
6

2,24
2,41
2,61
2,82
3,04
3,29
3,54
3,82
4,11
4,75
5,11
5,48
5,89
6,31
6,77
7,25
7,77
8,32
8,90
9,52
10,1
7
10,8
6
11,6
0
12,3
8
13,2
0
14,0
8
14,9
9
15,9
6

2,22
2,40
2,59
2,80
3,01
3,27
3,52
3,79
4,08
4,78
5,14
5,53
5,93
6,36
6,82
7,31
7,82
8,37
9,58
9,96
10,2
4
10,9
3
11,6
8
12,4
6
13,2
8
14,1
7
15,9
0
16,0
6

2,21
2,38
2,57
2,77
2,99
3,24
3,49
3,76
4,05
4,82
5,18
5,57
5,97
6,40
6,86
7,36
7,88
8,43
9,02
9,65
10,3
1
11,0
0
11,7
6
12,5
4
13,3
7
14,2
6
15,1
7
16,1
6

2,19
2,36
2,55
2,75
2,97
3,22
3,46
3,73
4,03
4,86
5,21
5,60
6,01
6,45
6,91
7,41
7,93
8,48
9,08
9,71
10,3
8
11,0
8
11,8
3
12,6
2
13,4
5
14,3
5
15,2
7
16,2
6

2,17
2,34
2,53
2,73
2,95
3,18
3,44
3,70
4,00
4,89
5,25
6,06
6,49
6,64
6,96
7,46
7,98
8,54
9,14
9,77
10,4
5
11,1
5
11,9
1
12,7
0
13,5
4
14,4
4
15,3
8
16,3
6

13
14
15
16
17
18

T(0C)
-10
-9
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
T(0C)

16,4
6
17,5
3
18,6
5
19,8
2
21,0
5
22,2
7
23,7
5
25,3
1
26,7
4
28,3
2
30,0
3
31,8
2
0,0

16,5
7
17,6
4
18,7
7
19,9
4
21,1
9
22,5
0
23,9
0
24,4
5
26,9
0
28,4
9
30,2
0
32,0
0
0,1

16,6
8
17,7
5
18,8
8
20,0
6
21,3
2
22,6
3
24,0
3
25,6
0
27,0
5
28,6
6
30,3
8
32,1
9
0,2

16,7
9
17,8
6
19,0
0
20,1
9
21,4
5
22,7
6
24,2
0
25,7
4
27,2
1
28,8
3
30,5
6
32,3
8
0,3

16,9
0
17,9
7
19,1
1
20,3
1
21,5
8
22,9
1
24,3
5
25,8
9
27,3
7
29,0
0
30,7
4
32,5
7
0,4

17,0
0
18,0
8
19,2
3
20,4
3
21,7
1
23,0
5
24,4
9
26,0
3
27,5
3
29,1
7
30,9
2
32,7
6
0,5

17,1
0
18,2
0
19,3
5
20,5
8
21,8
4
23,1
9
24,6
4
26,1
8
27,6
9
29,3
4
31,1
0
32,9
5
0,6

17,2
1
18,3
1
19,4
6
20,6
9
21,9
7
23,3
1
24,7
9
26,3
2
27,8
5
29,5
1
31,2
8
33,1
4
0,7

17,3
2
18,4
3
19,5
8
20,8
0
22,1
0
23,4
5
24,4
6
24,9
4
28,0
0
29,6
5
31,4
6
33,3
3
0,8

17,4
3
18,5
4
19,7
0
20,9
3
22,2
3
23,6
0
25,0
8
26,6
0
28,1
8
29,8
5
31,6
4
33,5
2
0,9

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
T(0C)

Tabel Tekanan uap jenuh, es (mmHg) sebagai fungsi dari suhu udara, Td (0C)
Td(0
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
C)
0
1
2
3
4

6,1
6,6
7,1
7,6
8,1

6,2
6,6
7,1
7,6
8,2

62
6,7
7,2
7,7
8,2

62
6,7
7,2
7,7
8,3

63
6,8
7,3
7,8
8,4

63
6,8
7,3
7,9
8,4

64
6,9
7,4
7,9
8,5

64
6,9
7,4
8,0
8,5

65
7,0
7,5
8,0
8,6

65
7,0
7,5
8,1
8,7

5
6
7
8
9

8,7
9,4
10,1
10,7
11,5

8,8
9,4
10,1
10,8
11,6

8,8
9,5
10,2
10,9
11,6

8,9
9,5
10,2
10,9
11,7

9,0
9,6
10,3
11,0
11,8

9,0
9,7
10,4
11,1
11,9

9,1
9,7
10,4
11,2
12,0

9,2
9,8
10,5
11,2
12,0

9,2
9,9
10,6
11,3
12,1

9,3
9,9
10,7
11,4
12,2

10
11
12
13
14

12,3
13,1
14,0
15,0
16,0

12,4
13,2
14,1
15,1
16,1

12,4
13,3
14,2
15,2
16,2

12,5
13,4
14,3
15,3
16,3

12,6
13,5
14,4
15,4
16,4

12,7
13,6
14,5
15,5
16,5

12,8
13,7
14,6
15,6
16,6

12,9
13,7
14,7
15,7
16,7

13,0
13,8
14,8
15,8
16,8

13,0
13,9
14,9
15,9
16,9

15
16
17

17,0
18,2
19,4

17,2
18,3
19,5

17,3
18,4
19,6

17,4
18,5
19,7

17,5
18,6
19,9

17,6
18,8
20,0

17,7
18,9
20,1

17,8
19,0
20,2

17,9
19,1
20,4

18,1
19,3
20,5

18
19

20,6
22,0

20,8
22,1

20,9
22,2

21,0
22,4

21,2
22,5

21,3
22,7

21,4
22,8

21,6
22,9

21,7
23,1

21,8
23,2

20
21
22
23
24

23,4
24,9
26,4
28,1
29,8

23,5
25,0
26,0
28,3
30,0

23,7
25,2
26,8
28,4
30.2

23,8
25,3
26,9
28,6
30.4

24,0
25,5
27,1
28,8
30.6

24,1
25,6
27,3
29,0
30.7

24,3
25,8
27,4
29,1
30.9

24,4
26,0
27,6
29,3
31,1

24,6
26,1
27,8
29,5
31,3

24,7
26,3
27,9
29,7
31,5

25
26
27
28
29

31,7
33,6
35,7
37,8
40,1

31,9
33,8
35,9
38,0
40,3

32,1
34,0
36,1
38,2
40,5

32,2
34,2
36,3
38,5
40,8

32,4
34,4
36,5
38,7
41,0

32,6
34,6
36,7
38,9
41,2

32,8
34,8
36,9
39,1
41,5

33,0
35,0
37,1
39,4
41,7

33,2
35,2
37,4
39,6
42,0

33,4
35,4
37,6
39,8
42,2

30
31
32
33
34

42,4
44,9
47,6
50,3
53,2

42,7
45,2
47,8
50,6
53,5

42,7
45,4
48,1
50,9
53,8

43,2
45,7
48,4
51,2
54,1

43,4
46,0
48,6
51,5
54,4

43,7
46,2
48,9
51,7
54,7

43,9
46,5
49,2
52,0
55,0

44,2
46,8
49,5
52,2
55,3

44,4
47,0
49,8
52,6
55,6

44,7
47,3
50,0
52,9
55,9

35
36
37
38
39

56,2
59,4
62,8
66,3
69,9

56,6
59,8
63,1
66,6
70,3

56,9
60,1
63,5
67,0
70,7

57,2
60,4
63,8
67,4
71,1

57,5
60,7
64,1
67,7
71,5

57,8
61,1
64,5
68,1
71,8

58,1
61,4
64,8
68,5
72,2

58,5
61,7
65,2
68,8
72,6

58,8
62,1
65,6
69,2
73,0

59,1
62,4
65,9
69,5
73,4

2.4.3.

Radiasi matahari

Radiasi matahari merupakan sumber utama energy bumi yang menentukan


kondisi cuaca dan iklim. Faktor iklim merupakan salah satu factor yang
menentukan fenomena hidrologi suatu kawasan DPS, misalnya curah hujan,
penguapan, kelembaban, dan debit.
Dari matahari dipancarkan sinar gelombang pendek (0,4 0,8 m),
sedangkan dari bumi dipantulkan (dipancarkan kembali) sinar gelombang
panjang (sekitar 10 m). Perbandingan antara radiasi pantul dari permukaan
bumi terhadap radiasi matahari disebut albedo. Nilai albedo umumnya
dinyatakan dalam prosentase.
Jumlah radiasi matahari yang diterima permukaan bumi bergantung banyak
factor, antara lain:
a. Jarak peredaran bumi mengeliling matahari, setiap perbedaan jarak
suatu tempat dari permukaan bumi ke matahari akan menyebabkan
perbedaan energy yang diterima oleh tempat tersebut.

b. Kondisi atmosfir, adanya awan dan penyerapan oleh uap air atau zat
lain akan mengurangi energy matahari diterima oleh permukaan bumi.
c. Lamanya penyinaran matahari.
d. Intensitas radiasi matahari.
Untuk mengetahui radiasi matahari, diperlukan 2 macam pengukuran, yaitu
pengukuran

lama

penyinaran

matahari,

dan

pengukuran

intensitas

penyinaran matahari.
1. Pengukuran Lama Penyinaran Matahari
Lama penyinaran matahari dalam 1 hari dapat dinyatakan sebagai lamanya
waktu suatu tempat menerima sinar matahari (dalam satuan jam), dalam
analisis hidrologi seperti neraca air atau perkiraan evaporasi umumnya
dinyatakan dalam (%), yaitu lamanya penyinaran matahari (jam) dalam satu
hari terhadap lama penyinaran teoritis (jam) sejak waktu matahari terbit
sampai terbenam di suatu permukaan bumi.
A. Alat Pengukur Durasi Penyinaran Matahari
Sejak tahun 1962, WMO memutuskan penggunaan Campbell-Stoke sebagai
alat

standar.

Di

Indonesia

umumnya

menggunakan

Campbell-stoke

(CASELLA), alat ini dipasang pada ketinggian 1,20 m dari permukaan tanah.
Alat Campbell-Stoke terdiri dari bola gelas pejal dengan diameter sekitar
10,16 cm, yang dipasang simetris dalam suatu bidang cekung berbentuk
bola. Bola gelas berfungsi sebagai lensa agar sinar matahari yang dating
dapat terpusat sehingga dapat membakar kertas grafik yang dipasang pada
bidang cekung tersebut pada saat matahari bersinar. Kertas grafik akan
terbakar jika intensitas radiasi matahari mencapai minimal 140 280
watt/m2 (0,2-0,4 kal/cm2/menit).
Adanya pohon dan bangunan tinggi di sekitar alat ini, dapat menyebabkan
gangguan dalam pembakaran kertas grafik, hal ini perlu dihindarkan.
Gambar Campbell-stoke (CASELLA)

Tabel Lama penyinaran matahari teoritis, N (jam/hari) menurut letak lintang.


Lintang utara
Bulan

00

100

200

300

400

500

600

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt

12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10

11,62
11,80
12,08
12,35
12,59
12,70
12,64
12,44
12,18
11,90

11,09
11,49
12,04
12,60
13,41
13,33
13,24
13,20
12,26
11,70

10,45
11,09
12,00
12,90
13,71
14,01
13,85
13,21
12,36
11,45

9,71
10,64
11,96
13,26
14,39
14,96
14,68
13,72
12,46
11,15

8,58
10,07
11,90
13,77
15,46
16,33
15,86
14,49
12,63
10,77

6,78
9,11
11,81
14,61
17,18
18,73
17,97
15,58
12,89
10,14

Nov
Des

12,10
12,10

11,60
11,51

11,19
10,91

10,67
10,23

10,00
9,39

9,08
8,15

7,50
6,30

Lintang selatan
Bulan

00

100

200

300

400

500

600

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des

12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10
12,10

12,64
12,39
12,16
11,90
11,68
11,51
11,60
11,80
12,06
12,30
12,57
12,70

13,24
12,73
12,22
11,63
11,18
10,91
11,06
11,47
11,99
12,53
13,07
13,30

13,84
13,13
12,26
11,33
10,62
10,25
10,40
11,07
11,91
12,83
13,64
14,06

14,64
13,62
12,34
11,03
9,95
9,38
9,64
10,56
11,83
13,14
14,32
14,94

15,82
14,31
12,46
10,62
9,00
8,15
8,50
9,92
11,74
13,57
15,34
16,28

17,80
15,38
12,64
9,91
7,44
6,01
6,63
8,88
11,55
14,53
17,01
18,70

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan antara lain:


1. Alat harus terpasang pada kedudukan horizontal, dengan memutar 3
sekerup penyetel sesuai dengan bidang nivo.
2. Alat harus dipasang sesuai dengan garis lintang (latitude) dari pos
klimatologi setempat, dengan cara mengendurkan mangkok yang
memegang bola dengan memutar bola gelas di dalam setengah
lingkaran sehingga titik ujung tanda panah alat sesuai dengan garis
lintang setempat kemudian keraskan kedudukan bola gelas. Dan juga
sumbu bola gelas harus sejajar (pararel) dengan sumbu kutub.
3. Alat harus dipasang sesuai dengan garis bujur (meridian) dari pos
klimatologi setempat, dimaksudkan agar skala waktu pada kartu
sesuai dengan waktu setempat.
B. Pengolahan Data Lama Penyinaran Matahari

Lama penyinaran matahari dihitung berdasarkan rekaman data pembakaran


dari kartu yang dipasang setiap hari. Lama penyinaran matahari dalam satu
hari umumnya dinyatakan dalam persentase (%) yang dapat dihitung
dengan persamaan:
DM = n/N x 100
dengan:
DM = durasi penyinaran matahari (%)
n
N

= lamanya penyinaran matahari dari rekaman kartu (jam)


= Kemungkinan maksimum durasi penyinaran matahari mulai terbit

hingga terbenam (jam) dari lokasi pos klimatologi, didapat dari tabel.
C. Contoh Pengolahan Data Lama Penyinaran Matahari
Diketahui:
Dari sketsa gambar kartu data lama penyinaran matahari, diperoleh hasil
analisa bahwa pada hari itu total pembakaran, n = 8,4 jam. Jika pos
klimatologi setempat hari itu, mulai matahari terbit sampai terbenam
mempunyai waktu selama, N = 12 jam 5 menit.
Hitung lama penyinaran matahari hari itu.
Jawab:
Matahari terbit sampai terbenam mempunyai waktu selama, N = 12 jam 5
menit = 12,08 jam atau N diperoleh dari tabel. Jika letak lintang pos
klimatologi dan bulan sebagai datanya, lama penyinaran matahari dihitung
berdasarkan persamaan:
DM = n/N x 100
= 8,4/12,08 x 100 = 69,53 %
Jadi lama penyinaran matahari pada hari itu DM = 69,53 %.
Catatan: makin besar nilai DM, berarti makin lama matahari bersinar.

2. Pengukuran Intensitas Radiasi Matahari


Intensitas radiasi matahari menyatakan jumlah energy matahari yang
sampai pada satu satuan luas permukaan bumi dalam satu satuan waktu
tertentu. Di Indonesia untuk menyatakan intensitas tersebut dinyatakan
dalam kal/cm2/hari, sedangkan satuan yang disarankan internasional adalah
mega joule per meter kuadrat (MJ/m2).
Konversi satuan:

1 kal/cm2 = 41868 J/m2 = 0,041868 MJ/m2, dan 1 kal =

4,1868 J, dan
: 1 kal/cm2/hari = . . . . watt/m2, dimana 1 watt = 1 J/detik.
A. Alat Pengukur Intensitas Radiasi Matahari
Untuk

mengukur

intensitas

radiasi

matahari

dapat

digunakan

alat

piranometer. Di Indonesia umumnya menggunakan piranometer jenis


aktinograf, tipe yang umum digunakan adalah OSK, terdiri dari sensor bagian
penghubung, alat pencatat, dudukan dan tutup. Alat sensor dibuat dari 2
pasang plat bimatik termostatik. Plat bimatik hitam berfungsi menyerap
radiasi

dari

matahari,

sedangkan

yang

berwarna

putih

berfungsi

mementulkan kembali radiasi tersebut. Nilai defleksi dari perbedaan energy


yang diserap dan dipantulkan itu merupakan intensitas radiasi matahari.
Setiap perubahan defleksi akan ditulis oleh pena pada kertas grafik dan
merupakan rekaman data untuk menghitung intensitas radiasi matahari.
B. Pengolahan Data Intensitas Radiasi Matahari.
Untuk menghitung intensitas radiasi matahari global dapat dilakukan dengan
beberapa tahapan:
1. Urutkan data rekaman radiasi dari grafik aktinograf menurut waktu.
2. Lakukan koreksi waktu (hari, tanggal, jam) dan koreksi garis dasar, jika
terjadi kesalahan.

3. Radiasi matahari yang terekam pada saat jam sebelum matahari terbit
dan sesudah
matahari terbenam tidak perlu dihitung luasnya.
4. Hitung luas bidang dibawah kurva radiasi (A) dalam satuan cm 2, luas
bidang ini dapat diukur dengan planimeter atau jumlah kotak berdasarkan
skala grafik yang digunakan.
5. Hitung intensitas radiasi matahari dengan persamaa:
Rs = A x S x K
dengan:
Rs = intensitas radiasi matahari (kal/cm2/hari)
A = luas bidang radiasi di atas garis dasar di bawah kurva radiasi (cm2).
K

= factor intensitas, nilainya ditentukan oleh pabrik pembuat alat, missal

altinograf

tipe

OSK

746 nilai K = 0,356 kal/cm2/hari


S

= nilai yang ditentukan oleh skala luas setiap bagian grafik aktinograf,

bagian

luas

setiap

satuan

waktu menggambarkan jumlah insolasi, insolasi adalah jumlah energy


radiasi

matahari

yang

diterima permukaan bumi.


6. Menghitung intensitas radiasi matahari global dengan persamaan empiris
Rs = Ra (p + q (n/N))
dengan:
Rs

= intensitas radiasi matahari (kal/cm2/hari)

Ra

intensitas

radiasi

maksimum

diperkirakan menurut waktu

teoritis

(kal/cm 2/hari),

dapat

(bulan) dan garis lintang (tabel).

= lamanya penyinaran matahari dari rekaman kartu (jam).

= Kemungkinan durasi penyinaran matahari mulai terbit hingga


terbenam (jam) dari lokasi pos klimatologi (tabel).

P,q

= konstanta, bergantung dari lokasi.

Tabel Radiasi maksimum teoritis, Ra (kal/cm2/hari) menurut waktu (bulan) dan


lintang.
Lintang utara

Bula
n

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

900

40

470

900

170

125

480

890

101
0
995

670

800

660

255

25

700

70

275

565

855

945

685

385

145

15

600

90

215

425

670

890

945

770

510

285

120

60

500

225

360

555

750

930

970

830

640

435

265

190

400

380

505

675

845

965

985

895

740

565

415

335

300

520

630

775

895

975

990

925

820

685

560

490

200
100
00

660
780
885

750
840
915

850
900
925

920
925
900

960
915
850

108
5
107
5
102
5
100
0
101
0
102
0
100
0
965
900
820

960
905
830

935
915
870

875
905
905

785
865
910

685
800
890

630
760
875

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

965
102
0
105
0
105
5
105
5
100
0
100
0
103
5
103
5

960
975

915
885

840
765

755
650

710
590

730
615

795
705

875
820

935
930

965

830

665

525

460

480

595

750

900

925

740

545

390

315

345

465

650

840

955
100
0
102
0
995

865

640

415

250

180

205

325

525

760

975

785

510

280

110

55

75

190

390

660

920

695

375

130

10

55

250

550

885

645

225

15

100

450

905

660

135

15

440

920

960
102
5
106
5
108
0
107
5
106
0
109
0
114
0
116
0

Lintang selatan
Bula
n
100
200
300
400
500
600
700
800
900

2.4.4.

Pengukuran Kecepatan Dan Arah Angin.

Angin adalah massa udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, yang dimaksud massa udara di
sini adalah udara dalam ukuran yang besar dan mempunyai sifat fisik yang
seragam, Kecrpatan angina umumnya dinyatakan dalam satuan km/jam,

m/detik, knots, (1 knots = 1.852 km/jam = 1,51 mol/jam = 0,514 m/jdetik,


sebaliknya 1 km/jam = 0,621 mil/jam = 0,278 knots).
Dalam hubungan dengan analisa hidrologi, kecepatan angin pada lapisan
batas

permukaan

sampai

dengan

elevasi

alat

anemometer

sangat

diperlukan, missal kecepatan permukaan untuk menghitung penguapan.

1. Alat Pengukur Kecepatan Dan Arah Angin.


Alat pengukur angin adalah anemometer, yaitu alat pengukur kecepatan
angina yang mempunyai bebersps tipe. Anemometer tiga atau empat
mangkok dengan sumbu rotasi vertical dan tipe otomatis yang disebut
anemograf. Untuk keperluan analisa cuaca alat ukur angina dipasang pada
ketinggian 10 m dari permukaan tanah.
Nilai kecepatan angina dihitung dari hasil pembacaan alat hitung putaran
angin pada spidometer, yang dibaca antara pukul 7

00

00

pagi waktu

setempat. Arah angin sangat penting untuk pekerjaan perencanaan, oleh


karena itu disarankan setiap pos klimatologi dipasang alat ukur arah angin
(wind vane). Kadang- kadang dipasang antara anemometer bergabung
menjadi satu dengan wind vane, atau disebut dengan anemovane. Arah
angin adalah dari mana angina tersebut bertiup, biasanya dinyatakan dalam
16 titik kompas, dan pada alat dinyatakan dalam derajat dari arah utara
diukur searah jarum jam. Sedang arah dalam derajat.
2. Pengolahan Data Angin
Kecepatan angin pada ketinggian 2 m, terhadap ketinggian alat secara
umum dinyatakan:
U 2=U z

( ln ( 67,84,87z5,42) )

Dengan:
U2

= kecepatan angin pada ketinggian 2 m, dinyatakan dalam (m)

Uz

= kecepatan angin pada ketinggian z m, dinyatakan dalam (m)

= ketinggian alat ukur kecepatan angina, dinyatakan dalam (m)

2.4.5 Pengukuran Tekanan Udara


Tekanan udara adalah berat kolom udara di atas elevasi permukaan suatu
tempat, nilainya dinyatakan dalam satuan milimiter air raksa (mm Hg)
1. Alat Pengukur Tekanan Udara.
Alat ukur tekanan udara secara manual dilakukan dengan alat barometer,
sedangkan secara otomatis dapat menggunakan barograf. Alat barograf yang
digunakan dilengkapi dengan sensor tekanan udara yang perubahan nilainya
dicatat secara kontinyu pada kertas grafik. Kertas grafik tersebut beroperasi
mingguan dan dapat merekam nilai tekanan udara berkisar antara 954
sampai 1052 mb. Penggantian kertas grafik barograf pada pukul 7

00

waktu

setempat, setiap minggu sekali.


2. Pengolahan Data Tekanan Udara.
Apabila tidak tersedia peralatan, maka tekanan udara (P) dihitung dengan
rumus Burman dkk:

T k 0 ( zz 0 )
P=P0
Tk0

g
R

dengan:
P

= tekanan udara pada elevasi z, dinyatakan dalam kilo paskal (kPa)

P0

= tekanan udara pada permukaan air laut, dinyatakan dalam kilo

paskal (kPa)
Z

= elevasi setempat, dinyatakan dalam meter (m)

Z0

= elevasi acuan, dinyatakan dalam meter (m)

= gravitasi, = 9,81 m/detik2

= konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K

Tk0

= suhu pada elevasi Z0 , dinyatakan dalam Kelvin (K)

= konstanta lapse rate udara jenuh = 0,0065 K/m

Selain

cara

di

atas,

untuk

menentukan

tekanan

udara

dapat

juga

menggunakan tabel, yang merupakan fungsi tinggi tempat (elevasi terhadap


muka air laut) dari suatu lokasi yang diukur.
2.4.6.

Pengukuran Evaporasi

Penguapan (evaporation) adalah proses perubahan dari molekul air menjadi


uap air dan kembali lagi ke atmosfir. Banyaknya air yang menguap
dinyatakan sebagai laju penguapan, dinyatakan dalam satuan mm/hari.
Laju penguapan tergantung dari factor meteorology, seperti temperature
udara,

temperature

air,

kecepatan

angina,

tekanan

atmosfir,

radiasi

matahari disamping kualitas air dan bentuk permukaan dimana penguapan


terjadi.
Laju penguapan di Indonesia dan daerah tropis pada umumnya berkisar
antara 100 200 mm/hari. Fakta ini yang sesungguhnya menjadi dasar
pemilihan bulan menjadi bulan basah, bulan lembab dan bulan kering.
Kaitannya dengan musim, pada musim penghujan laju penguapan lebih
rendah

disbanding

musim

kemarau.

Dengan

demikian

pada

musim

penghujan terjadi surplus air pada tanah sehingga tanaman tidak akan
kekurangan air untuk kebutuhan laju metabolisme dan pertumbuhannya,
sebaliknya pada musim kemarau terjadi deficit air pada tanah sehingga
menghambat pertumbuhan dan metabolism tanaman.
Besarnya laju penguapan itu merupakan data penting dalam mempelajari
hidrologi suatu kawasan DPS, missal untuk memperkirakan debit sungai,
kapasitas waduk, penyediaan air irigasi dan sebagainya.
Pengukuran penguapan dapat dilakukan dengan alat:
1. Panci penguapan (Pan A)
2. Alat atmometer
3. Evaporigraf.
A. Alat Pengukur Evaporasi

Panci penguapan (Pan A) dibuat untuk memperkirakan laju penguapan dari


muka air bebas, dengan cara mencatat penurunan tinggi muka air dalam
panci terhadap tinggi muka air yang telah ditentukan sebagai pedoman
awal. Selain itu di dalam panci dilengkapi thermometer apung untuk
mengukur suhu rata rata air di dalam panci. Panci penguapan di dalam pos
pengamatan di pasang pada panggung kayu setinggi 15 cm untuk
memberikan sirkulasi udara di bawahnya.
B. Cara Pengukuran Dan Perhitungan.
1). Harus betul betul memperhatikan elevasi titik tinggi pedoman yang
terdapat dalam panci.
2). Apabila titik pedoman terbenam maka air dalam panci harus dikurangi
sampai tinggi muka
air panci satu level dengan titik pedoman.
3). Apabila titik pedoman muncul maka ait dalam panci harus ditambah
sampai tinggi muka
air panci satu level dengan titik pedoman.
Tebal air yang ditambah atau dikurangi dari panci penguapan yang diukur
dengan tabung penakar, setelah dikoreksi dengan tebal hujan (bila ada
hujan) merupakan laju penguapan (mm/hari) yang diukur. Dapat dihitung
dengan persamaan:
Ep = d + At atau,
E p = d Ak
Dengan:
Ep

= penguapan dari panci (mm)

= tebal curah hujan

At

= penambahan air dalam panci sampai tinggi titik pedoman (mm)

Ak

= pengurangan air dalam panci sampai tinggi titik pedoman (mm)

Sebagai mana telah diketahui penguapan air pada panci akan berbeda
dengan penguapan pada permukaan air bebas, maka perlu adanya suatu
koefisien korelasi yang disebut koefisien panci dihitung dari persamaan:

k p=

Eo e w ea
=
E p e pe a

Dengan:
Kp

= koefisien panci

Eo

= penguapan dari permukaan air bebas

Ep

= penguapan dari panci

ep

= tekanan uap jenuh pada suhu air di permukaan panci

ew

= tekanan uap jenuh udara pada suhu air di permukaan waduk, danau

ea

= tekanan uap actual

C. Pengolahan Data Evaporasi


Contoh pengolahan data 1
Dari suatu daerah irigasi pos klimatologi, dengan laju penguapan dari panci
penguapan (Pan A) sebesar 5 mm/hari, dengan koefisien panci 0,80.
Apabila saluran irigasi tersebut mempunyai panjang 50 km, dengan lebar
rata - rata 2,00 m.
Hitung berapa m3 air yang hilang akibat penguapan.
Jawab:
Dari persamaan, Eo = kp Ep = 0.80 x (5 mm/hari) = 0,40 mm/hari.
Luas permukaan sluran adalah, A = b x L = (2,00) x (50 x 103) = 103 m2
Jadi besarnya air yang hilang akibat penguapan, E losses = (0,4 x 103 m/hari)
(100 x 103 m2)
= 40 m3/hari
Contoh pengolahan data 2
Dari suatu waduk dipasang panci penguapan (Pan-A) terapung, dengan laju
penguapan 5 mm/hari, pada saat yang sama diukur suhu air dalam panel
penguapan sebesar 25 0C dan suhu waduk rata-rata sebesar 23 0C, suhu

udara tercatat 30 0C. Apabila kelembaban relative saat itu sebesar 50 %,


hitung besarnya penguapan waduk tersebut saat itu.
Jawab.
Dari tabel dapat ditentukan tekanan uap jenuh di atas panci penguapan
pada suhu 25 0C adalah ep = 23,75 mmHg. Dari tabel juga dapat ditentukan
tekanan uap jenuh di atas waduk untuk suhu air waduk 23 0C adalah ew =
21,05 mmHg. Dari tabel juga dapat ditentukan tekanan uap jenuh (e s) untuk
suhu udara 30 0C adalah es = 31.82 mmHg.
Apabila kelembaban relative RH = 50 %, dan tekanan uap jenuh (e s) = 31,83
mmHg, dan tekanan uap actual adalah:
Ea = RH . es = (0,50)(31,82) = 15,91 mmHg
Koefisien panci dapat dihitung dengan persamaan:
Kp =

E0 ew e0 21,0515,91
=
=
E p e pe 0 23,7515,91

=0,66

E0 = kp . Ep = 0,66 x 5,0 mm/hari = 3,3 mm/hari


Jadi penguapan air waduk, E0 = 3,3 mm/hari.
Gambar panci penguapan

Anda mungkin juga menyukai