LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROLOGI DAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI
ACARA III
PENGUKURAN KELEMBABAN RELATIF UDARA
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengukur kelembaban relatif udara
2. Mahasiswa dapat memperkirakan atau memprediksi kelembaban spesifik udara dengan
mengetahui kelembaban relatif udara
B. Dasar Teori
Kelembaban merupakan sebuah ukuran untuk menunjukkan seberapa banyak uap air
yang terdapat di udara. Kemampuan udara untuk menampung uap air tergantung pada suhu
(Arbogast, 2011).Jumlahnya bervariasi tergantung pada jumlah uap air yang masuk ke dalam
atmosfer melalui proses penguapan dari sumber air seperti lautan, danau, sungai, dan air
tanah. Selain itu, ada juga proses transpirasi yang berkontribusi terhadap jumlah uap air di
atmosfer, yaitu penguapan air dari tumbuhan (Fadholi, 2013).
Kelembaban maksimum adalah jumlah maksimum uap air yang dapat ditampung oleh
sebuah massa udara pada suhu tertentu. Kelembaban spesifik adalah jumlah uap air yang
terukur yang terdapat dalam sebuah massa udara tertentu. Kemudian rasio antara kelembapan
spesifik dan maksimum kelembapan pada massa udara tertentu disebut kelembapan relatif
(Arbogast, 2011). Sedangkan Przybylak (2016) menjelaskan bahwa kelembaban relatif
menggambarkan derajat kejenuhan udara oleh uap air. Menurut Usman et al (2019),
Kelembaban mutlak atau kelembaban absolut adalah jumlah massa uap air yang terdapat
dalam setiap satuan volume udara. Kelembaban mutlak menunjukkan jumlah kelembaban
yang sebenarnya pada saat tertentu. Walaupun kelembaban mutlak digunakan dalam beberapa
situasi, tetapi jarang digunakan dalam perhitungan karena nilainya dapat berubah akibat
fluktuasi suhu udara.
Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban
relatif yang diukur dengan pyschrometer dan hygrometer. Kelembaban relatif berubah sesuai
dengan tempat dan waktu. Menjelang tengah hari kelembaban relatif beraangsur-angsur turun
kemudaian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar (Tjasyono, 2004).
Kelembaban relatif lebih sering digunakan karena memberikan informasi yang lebih relevan
tentang ketersediaan air di udara dan dampaknya terhadap kenyamanan manusia. Suhu dan
kelembaban relatif juga memiliki hubungan yang erat, di mana peningkatan suhu pada udara
biasanya mengurangi kelembaban relatif dan sebaliknya.
Waktu Whirling-hygrometer
Suhu TBB Suhu TBK Kelembaban relatif
08.05 WIB Sebelum diputar 26,1℃ 26,1℃ 82%
08.09-08.12 WIB Setelah diputar 24,4℃ 26,1℃
Waktu Thermo-hygrometer
08.19 WIB Suhu Kelembaban relatif
27℃ 90%
o Suhu = 27℃
o Kelembaban maks = 0,022 kg/kg = 22 g/kg (didapatkan dari grafik kelembaban
maksimum)
o Selisih TBK dan TBB = 1,7℃ dibulatkan menjadi 2℃
o Kelembaban relatif (Whirling-hygrometer) = 82% (didapatkan dengan
mengkonversikan data TBB dan selisih antara TBB & TBK ke dalam Tabel
konversi kelembaban relatif udara)
o Kelembaban relatif (Thermo-hygrometer) = 90%
b. Pembahasan
Kelembaban relatif adalah rasio antara kelembapan spesifik dan maksimum kelembapan
pada massa udara tertentu (Arbogast, 2011). Arbogast (2011) juga mengatakan untuk
mengukur kelembapan, biasanya digunakan alat yang disebut sling psychrometer. Sistem
pengukuran ini menggunakan dua termometer, yaitu termometer bola basah dan termometer
bola kering, yang dipasang berdampingan pada sebuah platform kecil. Termometer basah
ditutupi dengan lengan katun yang dilembabkan dengan air suhu ruangan, sedangkan
termometer kering tetap kering. Pada titik ini, suhu dari kedua termometer sama. Kedua
termometer kemudian diputar-putar di udara. Jika udara sekitar tidak jenuh, air dari lengan
katun yang lembab pada termometer basah akan menguap. Akibatnya, panas diserap dari
termometer dan suhu termometer turun.
Pengukuran yang kami lakukan menggunakan whirling-hygrometer dan thermo-
hygrometer. Dari pengukuran menggunakan whirling-hygrometer, Suhu dari TBB dan TBK
sebelum diputar yaitu 26,1℃. Sedangkan suhu TBB dan TBK pada pukul 08.12 WIB secara
berurutan setelah diputar selama kurang lebih tiga menit adalah 24,4℃ dan 26,1℃. Terlihat
terjadi penurunan pada TBB setelah diputar sedangkan untuk TBB tidak mengalami
perubahan. Beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti kecepatan saat memutar (terlalu
cepat atau terlalu lambat) dan kestabilan kecepatannya. Dari data tersebut, diketahui bahwa
kelembaban relatif yang didapat menggunakan whirling-hygrometer adalah 82%. Pengukuran
selanjutnya yaitu menggunakan thermo-hygrometer pada pukul 08.19 WIB yang setelah
didiamkan sekitar 10 menit didalam sangkar meteorologi yaitu menghasilkan suhu 27% dan
kelembaban relatif 90%.
Dari pembahasan di atas, maka kelembaban spesifik udara dapat diperkirakan dengan
mengetahui kelembaban relatif udara. Dalam kasus ini, data yang digunakan adalah hasil dari
thermo-hygrometer. Kelembaban spesifik adalah jumlah uap air yang terukur yang terdapat
dalam sebuah massa udara tertentu. (Arbogast, 2011). Kelembaban spesifik dapat diketahui
dengan perkalian antara kelembaban relatif dengan kelembaban maksimal. Jika kelembaban
relatif adalah 90% dan kelembaban mutlaknya adalah 22 g/kg, maka perkiraan kelembaban
spesifiknya sebesar 19,8 g/kg.
F. Kesimpulan
1. Kelembaban rela
2. …
G. Daftar Pustaka
Arbogast, A. F. (2011). Discovering Physical Geography by Alan F. Arbogast.
Fadholi, A. (2013). PEMANFAATAN SUHU UDARA DAN KELEMBAPAN UDARA DALAM
PERSAMAAN REGRESI UNTUK SIMULASI PREDIKSI TOTAL HUJAN BULANAN DI
PANGKALPINANG. CAUCHY: Jurnal Matematika Murni Dan Aplikasi.
https://doi.org/https://doi.org/10.18860/ca.v3i1.2565
Przybylak, R. (2016). Air Humidity. In The Climate of the Arctic (pp. 127–136).
https://doi.org/10.1007/978-3-319-21696-6_6
Tjasyono, B. (2004). Klimatologi. ITB.
Usman, Harlina, S., & Rizaldy, A. (2019). Rancangan Bangunan Sistem Pengendali Suhu
Kelembaban Dan Cahaya Pada Rumah Walet Berbasis Microkontroler. JURNAL SISTEM
INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMAS.
https://doi.org/https://doi.org/10.36774/jusiti.v8i2.614