Anda di halaman 1dari 12

Faris Razanah Zharfan

1106005225 / Teknik Kimia


TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

19.6 Air at 27oC (80.6oF) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-OD
tubes through which water is flowing at 60 cm/s and 15oC. The air velocity
approaching the tubes is 1.5 m/s. (a) Will water condense on the tubes ? (b) What are
the wall temperature and the interface temperature if condensation occurs ?

(a) Secara sederhana, proses kondensasi akan terjadi jika temperatur air (15oC) lebih rendah
dibandingkan temperatur dew point uap air dalam udara. Oleh karena itu, kita harus mencari
dew point uap air dalam udara menggunakan psychometric chart. Untuk mendapatkan nilai
dew point pada psychometric chart, minimal kita harus mempunyai dua data antara nilai
temperatur dry-bulb (temperatur udara), temperatur wet-bulb, percentage humidity, atau
humidity. Dalam soal yang baru kita ketahui hanya data temperatur dry bulb (27oC = 80.6oF).
Satu data lagi yang bisa kita cari melalui perhitungan agar kita dapat memperoleh temperatur
dew point adalah percentage humidity.

Menghitung tekanan parsial uap air dalam udara memanfaatkan nilai relative humidity (HR)

Puap air jenuh dari pers.Antoine  Puap airsat = )/760 = 0.035 atm

HR = x 100%

60% = x 100%

Pparsial uap air = 0.021 atm

Menghitung percentage humidity (HA)

HA = x 100%

HA = x 100%

HA = 59.14%

Dari data temperatur dry-bulb / temperatur udara (80.6oF) dan presentase kelembaban
59.14%, kita dapat memperoleh nilai kelembaban absolut dan temperatur dew. Pertama, kita
memperoleh titik perpotongan antara garis percentage humidity (garis merah) dan garis
temperatur udara (garis biru) yaitu titik warna ungu. Kelembaban absolut diperoleh dengan
menarik garis horizontal dari titik perpotongan (titik warna ungu) ke kanan sampai ujung
(garis ditandai warna hijau). Diperoleh nilai humidity 0.013 kg uap air / kg udara kering. Dew
point diperoleh dengan menarik garis horizontal ke kiri sampai udara berada dalam keadaan
jenuh terhadap air (percentage humidity 100%) lalu menarik garis secara vertikal ke bawah
(ditandai dengan garis warna pink). Terlihat bahwa dew point pada 62oF (16.66oC).

Membandingkan T air dengan T dew point.

T air : T dew point

15oC : 16.66oC

T air < T dew point

Kesimpulan : karena temperatur air lebih rendah dibandingkan temperatur dew point,
maka air akan terkondensasi.

(b) Berikut adalah flowchart penyelesaian soal.

µ, ρ, k, Pr udara hi ( ) Tw dari
i
Rei, Reo persamaan
pada suhu 27oC
dan air pada suhu
Pri, Pro neraca
o
ho ( )
15oC energi
1. menentukan properties pada temperatur udara dan temperatur air
Dengan interpolasi tabel hubungan T, ρ, µ, dan Pr udara, pada temperatur udara 27oC :
ρudara = 1.18 kg/m3
µudara = 1.8 x 10-5 Pa.s
kudara = 0.015 Btu/ft h oF
Pr = 0.7

Dengan interpolasi tabel hubungan T, ρ, µ, dan Pr air, pada temperatur air 15oC :
ρair = 1000 kg/m3
µudara = 1.3 x 10-3 Pa.s
kair = 0.333 Btu/ft h oF
Pr = 9.52

2. menentukan Re dan Pr

Reo = = = 1475

Pro = = = 0.7

Dengan asumsi Dinside = 1.25 cm (lebih kecil dari Doutside 1.5 cm), maka bilangan reynold dan
prandtl dari air yang mengalir di bagian dalam adalah :

Rei = = == 5769

Pri = = 9.52

3. Menghitung Bilangan Nusselt (Nu)


Bilangan Nusselt merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan bilangan Prandtl untuk
konveksi paksa. Pada cooling tower dimana udara dan air mengalir dalam silinder tabung,
rumus empirik Nu adalah :
Nuo = (0.35 + 0.56 Re0.52) Pr0.3
Nuo = (0.35 + 0.56 14750.52) 0.70.3 = 22.67

Nui = 0.023 x Re0.8 x Pr0.3


Nui = 0.023 x 57690.8 x 9.520.3 = 46.15

4. Menghitung h

= = 6.9 Btu/ft2 h oF

= = 374.73 Btu/ft2 h oF

Karena nilai hi jauh lebih besar daripada ho, maka temperatur dinding tube hanya sedikit lebih
besar di atas temperatur air (15oC).

= +

= +
U = 6.7752 Btu/ft2 h oF

5. Persamaan Neraca Energi


Qlepas dari udara ke air = Qterima ditinjau dari air saja
U (Tudara – Tair) = hi (Twall – Tair)
6.7752 x (27oC – 15oC) = 374.73 x (Twall – 15oC)
Twall = 15.217oC

Berikutnya adalah menghitung temperatur interface. Interface merupakan lapisan tipis yang
terdiri dari kondensat hasil kondensasi uap air dalam udara. Nilai koefisien transfer panas
pada lapisan tipis ini pasti lebih besar dari nilai koefisien transfer panas dinding dalam
(374.73 Btu/ft2 h oF) yaitu antara 500-1000 Btu/ft2 h oF karena panas sangat cepat berpindah
pada bagian interface ini. Oleh karena itu temperatur interface hanya sedikit lebih besar dari
temperatur dinding (0.2 lebih besar daripada temperatur dinding), sekitar 15.417oC.

19.8 Air at 160oF has a wet-bulb temperature of 102oF. Determine the relative humidity,
the percentage humidity, and the dew point.

Dalam soal, udara memiliki temperatur 160oF dan temperatur wet-bulb 102oF. Temperatur
wet-bulb adalah temperatur yang diukur menggunakan termometer yang bagian ujungnya
dibasahi menggunakan kapas. Dari kedua data tersebut, kita dapat menentukan 3 hal :
presentase kelembaban (percentage humidity), temperatur embun (dew point), dan nilai
kelembaban absolut (humidity), dengan memanfaatkan psychometric chart.

Pertama, kita mencari titik pertemuan antara temperatur udara (160oF) dan temperatur wet-
bulb (102oF) yang garisnya ditandai dengan garis warna biru dan titik perpotongannya
berwarna ungu.

Kedua, percentage humidity dapat diperoleh dengan menentukan posisi titik perpotongan
tersebut pada garis bantu sesuai dengan garis percentage humidity yang memanjang
melengkung ke atas. Dari grafik terlihat bahwa nilai percentage humidity sebesar 10,5%.
Ketiga, kita dapat menentukan dew point dengan menarik garis horizontal ke kiri sampai
udara berada dalam keadaan jenuh terhadap air (percentage humidity 100%) lalu menarik
garis secara vertikal ke bawah (ditandai dengan garis warna pink). Terlihat bahwa dew point
pada 90oF.
Keempat, kita dapat menentukan humidity dengan menarik garis horizontal dari titik
perpotongan (titik warna ungu) ke kanan sampai ujung (garis ditandai warna orange).
Diperoleh nilai humidity 0.031 kg uap air / kg udara kering.
Kelima, kita menghitung nilai tekanan parsial uap air dan tekanan uap jenuh. Untuk
mendapatkan nilai tekanan parsial, terlebih dahulu kita harus mencari fraksi uap dari uap air.

y= = = 0.0476

Pparsial uap air = y.Ptotal = 0.0476 x 1 atm = 0.0476 atm

Puap air jenuh dapat diperoleh menggunakan persamaan Antoine (T = 160oF = 71.11oC) :

Pjsat = )/760


Puap airsat = )/760 = 0.322 atm

Keenam, kita menghitung nilai kelembaban relatif (HR).

HR = x 100%
HR = x 100%

HR = 14.78%

Data Nilai
Presentase Kelembaban (HA) 10.5%
Dew Point (Tdew) 90oF
Relative Humidity (HR) 14.78%

TUGAS 2 : RINGKASAN APLIKASI COOLING WATER PADA INDUSTRI KIMIA

Humidifikasi adalah proses perpindahan massa pada interface cairan-gas dimana gas
tidak larut dalam cairan. Contoh yang paling mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
adalah adanya uap air dalam udara. Secara sederhana, semakin banyak jumlah uap air dalam
udara, maka semakin humid (lembab) udara tersebut. Salah satu alat industri kimia yang
memanfaatkan prinsip humidifikasi adalah cooling tower. Sesuai dengan namanya, cooling
tower adalah alat untuk mendinginkan air, yang akan digunakan untuk berbagai proses dalam
industri kimia tersebut. Cooling tower merupakan salah satu utilitas penting dalam setiap
industri kimia.

Berdasarkan alirannya, cooling tower terbagi menjadi dua jenis :

1. Natural Draft Tower

Aliran udara pada tower jenis ini dihasilkan akibat perbedaan densitas antara udara
terpanaskan dalam tower (densitas rendah) dengan udara lingkungan yang relatif lebih dingin
(densitas lebih besar). Tower jenis ini ukurannya sangat besar, dapat mencapai ketinggian
hingga 150 meter. Karena ukurannya yang besar, pembuatan natural draft tower relatif
mahal. Meskipun begitu, tower ini tetap banyak digunakan pada pabrik pembangkit listrik,
dimana beban panasnya dalam jumlah besar. Namun, karena natural draft tower beroperasi
paling efektif pada daerah yang relative humidity-nya besar, banyak pabrik yang berlokasi di
ketinggian tinggi (kelembaban relatifnya rendah) lebih memilih menggunakan mechanical
draft tower.
Gambar 1. Natural Draft Tower

2. Mechanical Draft Tower

Mechanical draft tower menggunakan beberapa kipas untuk menghasilkan aliran


udara melalui tower. Keberadaan kipas menandakan bahwa aliran udara yang dihasilkan
sebagai akibat adanya suatu gaya mekanik sehingga mempunyai kecepatan yang konstan,
teratur, dan dapat dikondisikan sesuai keinginan. Kelebihan lain dari mechanical draft tower
dibandingkan natural draft adalah ukurannya lebih kecil. Namun tower jenis ini juga
mempunyai kekurangan diantaranya butuh daya yang besar, menyebabkan kebisingan suara,
biaya operasi dan maintenance yang besar.

Mechanical draft tower terbagi lagi menjadi dua : forced draft dan induced draft.
Dalam forced draft tower, kipas diletakkan dalam aliran udara memasukki tower sedangkan
dalam induced draft tower, kipas diletakkan dalam aliran udara keluar tower.

(a) (b)

Gambar 2. (a) forced draft tower (b) induced draft tower

Forced draft tower mempunyai kecepatan udara masuk tower yang tinggi dan
kecepatan udara keluar tower yang rendah. Karena sifatnya tersebut, tower jenis ini sangat
rentan terjadi resirkulasi sehingga mempunyai stabilitias kemampuan yang lebih rendah
ketimbang induced draft.
Gambar 3. Peristiwa resirkulasi

Induced draft tower mempunyai kecepatan udara keluar tower 3 sampai 4 kali lebih
besar dibandingkan kecepatan udara masuk. Karena sifatnya tersebut, tower jenis ini dapat
meminimalisir daerah penurunan tekanan dalam tower.

Proses humidifikasi yang terjadi dalam cooling tower tidak hanya ditentukan dari
jenis aliran pada cooling tower, namun juga ditentukan oleh struktur cooling tower. Terdapat
sekat-sekat dalam struktur cooling tower, yang bertujuan agar kontak antara air dan udara
semakin besar. Dalam cooling tower terjadi transfer massa dan transfer panas. Transfer massa
yang terjadi adalah air yang terevaporasi menjadi uap air ke udara. Transfer panas dari air ke
udara karena temperatur air lebih tinggi dibandingkan temperatur udara. Air temperatur tinggi
(air panas) tersebut merupakan output yang terjadi selama proses kondensasi di kondensor
untuk mengkondensasi fluida pada unit operasi yang lain (misalnya produk atas crude oil
pada kolom distilasi). Air yang keluar kondensor akan meningkat suhunya setelah
mendinginkan uap distilasi tersebut. Untuk dapat digunakan kembali, air panas tersebut akan
masuk cooling tower.

Semakin tinggi temperatur air yang masuk cooling tower, maka semikin tinggi pula
nilai humidity udara setelah proses humidifikasi terjadi. Hal ini terjadi karena adanya
perpindahan panas yang diikuti perpindahan massa. Aliran udara dan aliran air dialirkan
secara berlawanan (counter current), hal ini bertujuan agar dapat menciptakan kontak transfer
massa dan transfer panas yang optimum, dibandingkan dengan aliran searah. Selain itu, aliran
berlawanan arah juga membuat cooling tower dapat digunakan dalam skala besar,
konstruksinya kuat, dan mampu beroperasi didaerah dingin maupun lembab. Perpindahan
massa terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi. Saat pertama kali masuk cooling tower,
udara yang masuk bersifat tidak jenuh dan saat keluar cooling tower, udara akan jenuh karena
memiliki kadar uap air maksimum. Perpindahan panas terjadi karena adanya gradien
temperatur. Panas dari air suhu tinggi akan berpindah ke udara bersuhu lebih rendah,
bersamaan dengan transfer massa terjadi.

Cooling tower merupakan salah satu utilitas penting dalam sebuah industri kimia.
Contohnya adalah cooling tower pada Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Air pendingin
dibutuhkan selama proses untuk mengkondensasi uap produk atas proses distilasi, sehingga
kesetimbangan uap-cair di setiap stage kolom distilasi dapat terjadi. Air pendingin Pertamina
RU VI diperoleh dari sungai Cipunegara. Setelah air pendingin digunakan untuk kondensasi,
ia akan meninggalkan kondensor dalam keadaan panas dan masuk ke cooling tower. Di
cooling tower ini, air panas akan didinginkan sehingga dapat dipakai kembali untuk
mengkondensasi produk atas distilasi. Cooling tower didesain untuk mendinginkan air dari
temperatur 45,5oC ke 33oC dengan wet bulb temperatur 29,1oC. Aliran air dan udara
berlawanan arah. Udara bergerak secara vertikal, berlawanan dengan jatuhnya air yang
disemprotkan dengan spray system. Tower terdiri dari 10 draft fan. Utilitas ini juga
dilengkapi injeksi gas chlorine, inhibitor korosi, dan dispersant.

Gambar 4. Penggunaan air pendingin pada proses pengolahan minyak pertamina RU VI Balongan

Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa cooling tower mempunyai peran yang
penting dalam kelancaran proses. Air pendingin sangat dibutuhkan pada proses kondensasi
uap produk atas distilasi. Jika pasokan air pendingin tersebut terhambat akibat proses
humidifikasi dalam cooling tower tidak optimum, maka keseluruhan proses juga akan
terhambat karena uap produk atas distilasi tidak dapat terkondensasi secara sempurna,
sehingga kualitas produk berkurang. Cooling tower perlu dirancang secara khusus dari segi
aliran, konstruksi dalam cooling tower, dan kondisi operasinya agar dapat beroperasi secara
optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. Bab III Utilitas Pertamina. From :


http://letshare17.blogspot.com/2010/12/bab-iii-utilitas-pertamina_1266.html (Diakses pada
14 Oktober 2013).

Marley. 2009. Cooling Tower Fundamental. Kansas : SPX Cooling Technologies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai