Anda di halaman 1dari 4

Analisis Volume Atur (2)Combined Heating-Cooling

Moudy Azura Vianda


*1
, Dony Damara
*2
, Aning Malikah Alfaizah
*3
, Pandu Setioning N
*4
,
Joseph Wilantara Gulo
*5
, Faridhul Ikhsan
6


Program Studi Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Sukolilo Surabaya 60111, Indonesia
1
moudyazura@ymail.com,
2
donydamara4628@yahoo.com ,
3
faza.alfaizah@gmail.com ,
4
pandusetioning@gmail.com,
5
,
6
faridhulikhsan@gmail.com


Abstrak Dalam proses-proses termodinamik yang terjadi pada pada temperature ruang memugkinkan terjadinya
kombinasi beberapa proses termodinamik. Antara lain proses pendinginan (refrigerasi) dan proses pemanasan
(heating). Proses pendinginan merupakan proses penurunan temperature ruang atau benda dan mempertahankan
sehingga temperaturnya lebih rendah daripada temperature lingkungannya. Sedangkan proses pemanasan
merupakan proses kenaikan temperature ruang atau benda karena adanya kalor yang masuk secara terus menerus
hingga keadaan tertentu sehingga temperaturnya lebih besar daripada lingkungan. Pada proses refrigerasi
melibatkan beberapa komponen seperti evaporator, kompresor, expansion valve, kondensor dan beberapa alat
pendukung lainnya. Pada proses heating melibatkan element pemanas atau coil saja. Dalam proses kombinasi
tersebut dapat dilakukan analisis volume atur dengan prinsip kekekalan massa dan energi. Pada praktikum kali ini
dilakukan analisis pada kedua proses tersebut dengan alat Air Conditioning Laboratory Unit PA Hilton
A575/73187. Melalui proses perhitungan besaran laju aliran massa, T kering dan basah masing-masing pada
evaporator,serta kompresor, maka dapat ditentukan besarnya perbedaan entalpi. Sehingga dapat dilakukan
analisis volume atur pada proses termodinamika tersebut.
Kata kunci : proses pemanasan, proses pendinginan, proses kombinasi, entapi, kesetimbangan massa dan energi.

I. PENDAHULUAN

Pengkondisian udara merupakan salah satu
aplikasi penting teknologi refrigerasi. Teknologi ini bisa
menghasilkan dua hal esensial yang diperlukan dalam
pengkondisan udara yakni pendinginan (cooling) dan
pemanasan (heating). Pengkondisian udara adalah usaha
untuk mengatur temperatur dan kelembaban udara agar
menghasilkan kenyamanan termal (thermal comfort) bagi
manusia. Pengkondisian udara lengkap meliputi
pemanasan (heating), pendinginan (cooling), pengaturan
kelembaban (humidifying dan dehumidifying), dan
pertukaran udara (ventilating). Pengkondisian udara saat
ini telah menjadi standard bangunan, publik ataupun
privat dalam berbagai skala, di berbagai penjuru dunia.
Untuk daerah yang mengalami empat musim, terjadi
perubahan fungsi pengkondisian udara dari pemanasan
(heating) pada saat musim dingin menjadi pendinginan
(cooling) pada saat musim panas. Sedangkan pada daerah
khatulistiwa seperti Indonesia, pada umumnya fungsi
pengkondisian udara adalah pada mode pendinginan saja.
Mesin pengkondisian udara yang bekerja sebagai
pendingin biasanya disebut sebagai AC (Air
Conditioning), sedangkan pada saat bekerja sebagai
pemanas disebut sebagai pompa kalor (heat pump).
Kedua fungsi tersebut bisa menyatu dalam satu mesin
(mesin refrigerasi), bisa juga terpisah menjadi dua
bagian; tergantung pada mekanisme yang
digunakan.Mesin refrigerasi siklus kompresi uap
memiliki fleksibilitas penggunaan, yakni bisa berfungsi
sebagai mesin pendingin (AC) ataupun pompa kalor
(heat pump) dengan mengubah arah aliran refrigerannya.

II DASAR TEORI

a. Dasar Teori
Dalam proses-proses termodinamika yang terjadi
pada udara pada temperatur disekitar temperatur ruang
(proses psikometrik) memungkinkan untuk terjadi
kombinasi beberapa proses. Dalam pengkondisian udara,
panas ditambahkan untuk menghangatkan udara
sedangkan koil pendingin dipasang untuk mendinginkan
berikut dengan mengurangi kelembaban (kandungan air)
pada udara. Berikut ini adalah skema kombinasi proses
pemanasan dan pendinginan di dalam duct unit AC.












Proses diatas dapat di analisis dengan menggunakan
pendekatan volume control baik untuk system terbuka,
tertutup ataupun terisolasi. Pada system kompresi uap,
siklus termodinamis yang mewakili proses dalam mesin
refrigasi untuk masing-masing komponen dapat diwakili
dengan suatu volume atur untuk sistem terututp seperti
pada gambar berikut :


Gambar 2.2. Proses termodinamika pada
volume atur sistem tertutup

Proses termodinamis pada volume atur dapat
dianalisis dengan prinsip kekekalan massa dan energi.
Kekekalan massa dalam volume atur dinyatankan dengan

Pada keadaan steady (parameter fisis tidak bergantung
pada waktu) nilai , sehingga persamaan
kekekalan massa dalam volume atur menjadi lebih
sederhana.


Prinsip kekekalan energi pada volume atur
diturunkan dari hukum termodinamika pertama bahwa
energi total dalam sistem sama dengan akumulasi kalor
dan kerja yang keluar dan/atau masuk dalam sistem.
Secara matematis persamaan kekekalan energi
dinyatakan:

Pada volume atur dengan multi input dan output,
persamaan kekekalan energi dapat dituliskan menjadi:



Untuk sistem tertutup


Untuk sistem terisolasi


III. METODOLOGI

3.1. Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan pada praktikum
analisis volume atur (2) ini adalah:
AClab unit 1 set
Termometer dry dan wet bulb
Tabel Termodinamika
Diagram Psikometrik (Sea level)
3.2. Prosedur Praktikum
Pertama kali yang kami lakukan pada saat
praktikum adalah mempersiapkan peralatan dan
mengoperasikan AC laboratory unit sesuai dengan
petunjuk operasional. Setelah itu heater diaktifkan
pada duct AC laboratory unit sebesar 0,5 kW dengan
kecepatan putar fan sentrifugal 25 knop putar.
Setelah itu kami mencatat temperatur pada
, dan (posisi
, dan ditentukan oleh asisten), pada
keadaan steady (konstan). Lalu kami mengubah
kecepatan putar fan menjadi 30 knop putar dan 35
Gambar 2.1 Proses penambahan panas di volume atur
knop putar. Kami melakukan langkah yang sama
untuk kecepatan putar fan 30 dan 35 knop putar
dengan langkah untuk kecepatan 25 knop putar,
yaitu mencatat temperatur pada ,
dan dengan mengaktifkan
heater 1 kW dan 1,5 kW.


IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel pengukuran
W K
no
p
T1
DB
T1
WB
Ent
alp
i
(hi)
T2
DB
T2
WB
En
tal
pi
(hr
ef)
T3
DB
T3
W
B
En
tal
pi
(h
e)

O
,5
k
W
25
28 26
99
26
25,
8
98 24,1
19
74
30 28,5 26,1 99 28 26 99 24,1 21 78
35
28,75 26,1
99
28 26
99 24,4
21,
6
81

1
k
W
25
28,1 25,9
99
45
30,
8
11
4
26,3
23,
1
87
30
28,25
26,2
5
10
0 44
30,
3
11
3
26,8
24,
9
95
35
28,25 26
10
0 31
26,
6
10
6
24,1
21
79

1,
5
k
W
25
28,75 26
99
28
26,
2
10
0
21
21,
2
79
30
28,9 26
99
28,
8 26
99 23,9
18,
5
72
35
28,9 26
99
27
25,
9
98 23,2
19,
4
77

Asumsi :
a. Perbedaan energi potensial dapat dihilangkan,
karena tidak terlalu signifikan .
b. Sistem dalam keadaan tunak, sehingga tidak ada
laju perbedaan massa yang terjadi didalam
sistem .
c. Perbedaan energi kinetik dapat dihilangkan,
karena udara yang masuk dan keluar memiliki
kecepatan yang sama .
d. Sistem memperoleh kerja dari lingkungan
berupa daya listrik.
e. Sistem menyerap kalor, karena suhu keluaran
lebih rendah daripada suhu masukan.




Ilustrasi



Keterangan :
me = mi
Te < Ti
Qgen = W-m(hi-he)
4.2 Tabel massa
Volume
spesifik
input
m
qgen
0,88
21,04377
-1,03409
0,89
13,87155
-1,41124
0,89
9,60338
-1,86629
0,89
20,80732
0,27191
0,88
14,02918
0,539773
0,88
9,71251
-1,79205
0,88
21,04377
0,272727
0,88
14,02918
-0,98523
0,88
9,71251
-1,425


Gambar 4.1 Grafik Daya-Qgen

Sistem
mi me Ti
Te
hi
he

Gambar 4.2 Grafik Daya rata-rata-Qgen

4.3 Pembahasan
Jika Qgen yang dihasilkan bernilai negatif,
maka sistem memiliki kalor yang lebih kecil daripada
lingkungan, sedangkan jika Qgen yang dihasilkan
bernilai positif, maka sistem memiliki kalor yang lebih
besar daripada lingkungan . Dapat dilihat dari tabel,
bahwa suhu keluaran lebih rendah dari suhu masukan,
sehingga bisa dikatakan sistem menyerap kalor.
Seharusnya, Qgen yang dihasilkan selalu bernilai positif,
tetapi terdapat 6 data dari tabel diatas yang bernilai
negatif, dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah faktor alat.

Anda mungkin juga menyukai